Anda di halaman 1dari 29

DERMATITIS

ATOPIK
Kelompok 8
Agnes Claudias Pas (R011191053)
ST. Irmawati (R011191055)
Definisi

01 Dermatitis
Atopik
Dermatitis atopik adalah suatu peradangan kulit kronik
dan residif (atau sekelompok gangguan yang berkaitan),
yang sering ditemukan pada penderita rhinitis alergika dan
asma serta diantara para anggota keluarga mereka, yang
ditandai dengan kelainan kulit berupa papul gatal, yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan (fleksural) tubuh, umumnya muncul
pada waktu bayi, anak-anak, ataupun dewasa.
Etiologi

02 Dermatitis
Atopik
Etiologi dan patogenesis dermatitis atopik sampai saat ini belum diketahui dengan jelas namun berbagai
faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis dermatitis atopik. Faktor penyebab dermatitis atopik merupakan
kombinasi faktor genetik (turunan) dan lingkungan seperti kerusakan fungsi kulit, infeksi, stres, dan lain-lain.
Konsep dasar terjadinya dermatitis atopik adalah melalui reaksi imunologi yang diperantarai oleh sel –sel yang
berasal dari sumsum tulang.

Keluhan utama pada dermatitis atopik yaitu rasa gatal dan rasa sakit yang hebat pada kulit yang
diperparah dengan garukan penderitanya. Epidermis kulit yang terabrasi akibat garukan memudahkan agen infeksi
untuk menginfeksi kulit sehingga penyakit yang timbul dapat lebih berat. Adapun faktor risiko dari dermatitis
atopik yaitu, faktor endogen dan faktor eksogen.
Faktor Endogen Faktor Eksogen

1. Sawar kulit 1. Iritasi


2. Genetik 2. Alergen
3. Hipersensitivitas 3. Lingkungan
4. Faktor psikis
03 Manifestasi
Klinis
Dermatitis atopik memiliki gejala klinis dan perjalanan penyakit yang sangat bervariasi, dapat membentuk
suatu sindrom yang terdiri atas kelompok gejala dan tanda yang menggambarkan peradangan kulit sesuai
dengan cerminan patogenesisnya. Pada semua usia, manifestasi klinis dermatitis atopik biasanya berupa
eritema, papula, dan pruritus (gatal) yang hebat. Gambaran klinis pertama muncul pada kulit yang terserang
adalah terjadinya eritema yang disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah (flushing) dan gatal yang diikuti
dengan gangguan pada fungsi sawar kulit yang memberi gambaran kulit tampak kering. Pruritus menyebabkan
orang akan menggaruk, dengan demikian akan menambah parah gambaran klinis, bahkan memperberat
keadaan dengan adanya infeksi sekunder.
Gambaran klinis dermatitis atopik dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan
lokalisasinya terhadap usia

Dermatitis Atopik
Infantil (Infantil Type, Dermatitis Atopik
0-2 tahun) Pada Dewasa

Dermatitis Atopik
Pada Anak (Chilhood,
3-12 tahun)
04
Penatalaksanaan
Dermatitis
Atopik
Penatalaksanaan dermatitis atopik harus mengacu pada kelainan dasar, selain mengobati gejala utama gatal
untuk meringankan penderitaan penderita. Penatalaksanaan ditekankan pada kontrol jangka waktu lama (long term
control), bukan hanya untuk mengatasi kekambuhan.
Pengobatan dermatitis atopik kronik pada prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Menghindari bahan iritan
2. Mengeliminasi alergem yang telah terbukti
3. Pengobatan topikal
4. Pengobatan sistemik
5. Mengurangi stres
6. Edukasi pada penderita maupun keluarganya
05 Pemeriksaan
Penunjang
1 2 3 4

Immunoglobulin Bakteriologi Uji tusuk Uji tempel


(skin prick test) (atopypatch test)

Uji Eliminasi dan Provokasi


Patofisiologi
06 Dermatitis
Atopik
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residitif, disertai gatal yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopik pada keluarga atau penderita (dermatitis atopik, rhinitis alergik, atau asma
bronkhial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan (fleksural).
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis dermatitis atopik misalnya faktor genetik,
lingkungan, sawar kulit, farmakologik, dan imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari
sumsum tulang. Kadar IgE dalam serum penderita dermatitis atopik dan jumlah eosinofil dalam darah
perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara dermatitis akut dan
alergi saluran napas, karena 80% anak dengan dermatitis atopik mengalami asma bronkhial atau rhinitis
alergik.
07 Pathway
08 Diagnosis
Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan

(hipersensitivitas terhadap alergen)

2. Nyeri akut berhubungan dengan lesi yang muncul setelah gatal

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan iritasi yang terjadi pada kulit
09 Asuhan
Keperawatan
NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTION
DIAGNOSIS KEPERAWATAN CLASSIFICATION CLASSIFICATION
(NOC) (NIC)

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan Integritas jaringan : Kulit dan Membran Manajemen Alergi
dengan lesi dan respon peradangan mukosa DOMAIN 4 KEAMANAN KELAS V
(hipersensitivitas terhadap alergen) MANAJEMEN RISIKO KODE 6410
DOMAIN II : KESEHATAN FISIOLOGIS
DOMAIN 2 KELAS 2 KODE DIAGNOSIS 00046
KELAS L INTEGRITAS JARINGAN
Observasi :
KODE 1101
Definisi : Kerusakan pada epidermis dan/atau - Identifikasi alergi yang diketahui (misalnya
dermis. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan makanan, lingkungan)
keperawatan selama 2 x 24 jam - Monitor pasien setelah paparan berikutnya
Batasan Karakteristik : menunjukkan perbaikan integritas kulit terhadap agen yang diketahui dapat
- Gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil : menyebabkan alergi dengan adanya gejala
- Kemerahan kemerahan
- Integritas kulit baik dapat
Edukasi :
dipertahankan
- Instruksikan pasien untuk mencegah

- Tidak ada lesi pada kulit penggunaan bahan yang menyebabkan respon
alergi
- Instruksikan pasien bagaimana merawat
kemerahan yang berhubungan dengan
paparan dari bahan yang membuat alergi
NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTION
DIAGNOSIS KEPERAWATAN CLASSIFICATION CLASSIFICATION
(NOC) (NIC)

2. Nyeri akut berhubungan dengan lesi yang Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri : Akut
muncul setelah gatal DOMAIN 1 FISIOLOGIS : DASAR KELAS E
DOMAIN 4 : PENGETAHUAN TENTANG
DOMAIN 12 KELAS 1 KODE DIAGNOSIS PENINGKATAN KENYAMANAN FISIK
KESEHATAN DAN PERILAKU KELAS Q
00132 KODE 1410
PERILAKU KESEHATAN KODE 1605

Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan keperawatan selama 1 x 24 jam mampu - Monitor nyeri menggunakan alat pengukur yang
jaringan aktual atau potensial, atau yang mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : valid
digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba- - Identifikasi intensitas nyeri
- Klien mendapatkan penanganan nyeri dengan
tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga Terapeutik :
profesional kesehatan
berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau - Yakinkan bahwa pasien menerima perawatan
diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan - Klien mendapatkan tindakan pencegahan analgesik yang tepat sebelum nyeri

nyeri
Batasan karakteristik :
- Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan - Adanya penurunan nyeri bersama profesional

menggunakan standar instrumen nyeri kesehatan

- Sikap melindungi area nyeri


NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTION
DIAGNOSIS KEPERAWATAN CLASSIFICATION CLASSIFICATION
(NOC) (NIC)

3. Gangguan Citra tubuh dengan iritasi yang Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh
terjadi pada kulit DOMAIN 3 : PERILAKU KELAS R
DOMAIN III : KESEHATAN
DOMAIN 6 KELAS 3 KODE BANTUAN KOPING KODE 5220
PSIKOSOSIAL KELAS M
DIAGNOSIS 00118
KESEJAHTERAAN FISIOLOGIS
Observasi :
KODE 1200
Definisi : Konfusi dalam gambaran mental - Monitor apakah pasien bisa melihat bagian
tentang diri-fisik individu Tujuan : Setelah dilakukan tindakan tubuh mana yang berubah
keperawatan selama 1 x 24 jam mampu Terapeutik :
Batasan Karakteristik : menyesuaikan diri dengan kriteria hasil : - Bantu pasien untuk mengidentifikasi
- Perubahan struktur tubuh tindakan-tindakan yang akan meningkatkan
Klien dapat menyesuaikan terhadap
- Menyembunyikan bagian tubuh penampilan
perubahan tampilan fisik
Edukasi :
- Ajarkan pada klien mengenai perubahan-
perubahan normal yang terjadi pada tubuhnya
10 Evidence
Based
Menurut Hanifin (1992), diperkirakan alergen makanan diabsorpsi melalui usus halus, kemudian
memasuki sirkulasi dan terikat dengan sel mast yang telah tersensitisasi dengan IgE spesifik di kulit.
Interaksi ini akan melepaskan histamin dan mediator-mediator lain yang menyebabkan eritema dan
pruritus. Hal yang mendukung perkiraan mekanisme ini adalah pada pasien dermatitis atopik terdapat
peningkatan permeabilitas usus terhadap molekul-molekul makanan yang berukuran besar. Kemungkinan
yang lain adalah mediator-mediator yang dilepaskan oleh sel mast usus, akan menuju sirkulasi dan
menyebabkan reaksi pada kulit dan saluran nafas.
Menurut Boediardja (2006), kulit penderita dermatitis atopik lebih rentan terhadap bahan iritan
seperti sabun, alkali, besi, bahan kimia yang terkandung pada berbagai obat gosok bayi dan anak, sinar
matahari dan pakaian wol. Pada penderita dermatitis atopik lebih sering ditemukan dermatitis kontak
iritan daripada dermatitis kontak alergik, hal ini mudah terjadi oleh karena kerusakan sawar kulit.
Gangguan sawar kulit tersebut meningkatkan rasa gatal, terjadilah garukan berulang (siklus gatal - garuk -
gatal) yang menyebabkan kerusakan sawar kulit. Dengan demikian penetrasi alergen, iritasi, dan infeksi
menjadi lebih mudah. Bahan iritan meskipun yang bersifat iritan lemah, dapat menyebabkan dermatitis
atopik.
11 Implikasi
Dermatitis atopik merupakan penyakit peradangan kulit kronik spesifik yang terjadi pada kulit
atopik, ditandai rasa gatal, disebabkan oleh hiperaktivitas kulit yang secara klinis bermanifestasi sebagai lesi
eksematosa dengan distribusi lesi yang khas. Dermatitis atopik mempunyai dasar imunologik yang berkaitan erat
dengan atopi, yaitu suatu kecenderungan individu dan atau familial untuk tersensitisasi dan memproduksi
antibodi IgE sebagai respons terhadap pajanan alergen dan menyebabkan timbulnya gejala alergik tipikal.
Dermatitis atopik disebut juga sebagai multifactorial disease dan setiap individu memiliki faktor-faktor pencetus
yang berbeda. Walaupun penyebab yang pasti belum diketahui, namum dermatitis atopik dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan yang meliputi keadaan sosial ekonomi, polusi lingkungan, pemberian makanan yang yang
mengandung unsur alergen terlalu dini. Faktor lingkungan tersebut berperan sebagai predisposisi genetik.
DAFTAR PUSTAKA

Alini, & Sinaga, R. (2018). Fakto-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Atopik Di Puskesmas
Bangkinang Kota. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 2(ISSN 2623-1581 (Online), ISSN
2623-1573 (Print) ), 33-42.
Bakhtiar. (2010). Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak. JKM, Vol. 9 No.
2, 188-198.
Evina, B. (2015). Clinical Manifestations And Diagnostic Criteria Of Atopic Dermatitis. Jurnal Majority, Volume
Nomor 4, 23-30.
Lestari, W. (2018). Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik. J. Ked. N. Med, Vol. 1, No. 1, 84-90.
NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, Edisi 11. Buku Kedokteran EGC.
NIC. (2018). Nursing Interventions Classification, Edisi 7.
NOC. (2018). Nursing Outcomes Classification : Pengukuran Outcome Kesehatan, Edisi 6.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai