Anda di halaman 1dari 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SKIN TEST DAN PEMERIKSAAN TT

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB

Kelompok 4 Kelas RA

Nerlan Putri R011191049

Agnes Claudia Pas R011191053

Hilwa Ramadhani R011191041

Nova Arya Gilang M. N. R011191137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
Standar Operasional Prosedur

Pemberian Skin Test

A. Pengertian Skin Test


Skin test adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui seseorang memiliki
alergi atau tidak dengan melakukan tes antibiotik melalui intracutan untuk mengetahui
ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik.
B. Tujuan Pemberian Skin Test
1. Untuk mengetetahui apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap pemberian obat
antibiotik serta terapi obat lainnya yang memiliki sensitifitas tinggi.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Menghindari pasien dari efek alergi obat.
C. Indikasi
- Pasien yang membutuhkan tes alergi.
- Sebelum memasukkan obat.
D. Kontraindikasi
- Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
- Pasien dengan kulit terluka.
E. Persiapan Alat
1. Handscoon
2. Spuit 1 cc
3. Obat yang diperlukan sesuai instruksi
4. Alkohol swab
5. Pulpen
6. Pengalas/perlak
F. Prosedur Tindakan
NO Prosedur Tindakan Rasional
1. Tahap Pra Interaksi
 Mencuci tangan 6 langkah  Mencegah infeksi nosokomial
 Mempersiapkan alat  Persiapan sebelum melakukan
tindakan
2. Tahap Orientasi
 Memberikan salam terapeutik dan  Menjalin keakraban antara
menanyakan nama klien perawat dengan klien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur  Agar pasien memahami tujuan
tindakan tindakan yang dilakukan
 Menanyakan kesiapan pasien  Adanya kerja sama antara
perawat dan pasien
3. Tahap Kerja
 Mengatur posisi pasien dan  Menentukan daerah mana yang
memasang perlak/pengalas akan di tusuk
 Memakai handscoon  Menghindari terjadinya infeksi
silang
 Menerapkan 6 benar pemberian  Untuk menghindari kesalahan
obat dalam pemberian obat
 Mengoleskan kapas alkohol di  Mencegah infeksi di daerah
daerah yang akan di tusuk yang di tusuk
 Menusukkan spuit dengan  Agar obat yang dimasukkan
kemiringan 10-15 derajat, kurang tidak masuk ke jaringan lain
lebih 0,5 cm
 Memasukkan obat secara perlahan  Menandakan tindakan berhasil
sampai terlihat benjolan masuk ke kulit
 Angkat jarum dengan cepat,  Untuk mendapatkan reaksi
setempat
kemudian mengusap dengan kapas
alkohol tanpa dipijat
 Memberi tanda pada daerah yang  Agar mudah pada saat
di tusuk melakukan observasi
4. Tahap Terminasi
 Evaluasi tindakan  Agar mengetahui tindakan yang
diberikan berhasil atau tidak
 Membereskan alat dan mencuci  Mencegah infeksi silang
tangan
 Melakukan pendokumentasian  Mencatat hasil tindakan

G. Link Video
https://youtu.be/YcUuJxsoQgA

H. Evidance Based
Dalam penelitian mengatakan bahwa pada pemberian antibiotik, umumnya
diawali dengan uji sensitifitas pasien terhadap obat yang akan diberikan. Beberapa pasien
yang dilakukan uji provokasi obat seperti ini akan memberikan hasil uji positif alergi
terhadap obat. Hasil alergi terhadap obat merupakan respon dari sistem imun terhadap
obat (alergen) yang diberikan. Tes alergi dengan metode skin test diberikan dengan
metode intradermal. Tes intradermal masih merupakan standar baku pada pemeriksaan
uji hipersensitifitas terhadap obat meskipun masih adanya ketidakseragaman.
Standar Operasional Prosedur

Pemberian Vaksin Tetanus Toxoid (TT)

A. Pengertian Vaksin Imunisasi Tetanus Toksoid


Imunisasi tetanus toksoid (TT) adalah suntikan vaksin tetanus untuk
meningkatkan kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya. Vaksin tetanus berisi tetanus toxoid, yaitu zat yang bentuk kimiawinya
menyerupai racun tetanus tetapi tidak merusak saraf. Ketika diberikan vaksin tetanus,
sistem kekebalan tubuh seseorang akan membentuk zat antibodi terhadap racun yang
dihasilkan oleh kuman tetanus.
B. Tujuan Pemberian Vaksin Tetanus Toxoid
1. Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, karena vaksinasi
selama hamil juga ikut membantu bayinya menghindari tetanus selama beberapa
minggu setelah lahir
2. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas
3. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum misalnya akibat infeksi tali
pusat pada proses persalinan
C. Manfaat Pemberian Vaksin Tetanus Toxoid
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum
adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan)
yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin
(racun) dan menyerang sistim saraf pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
D. Indikasi dan Kontraindikasi
 Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus
 Kontraindikasi
- Hipersensitif atau reaksi alergi berlebih terhadap komponen vaksin.
- Imunisasi sebaiknya tidak diberikan pada keadaan demam atau infeksi akut.
- Pada demam ringan (minor afebrile illness) seperti infeksi ringan pada
pernafasan bagian atas, imunisasi dapat diberikan.
E. Jadwal Pemberian Imunitasi Tetanus Toxoid pada WUS (Wanita Usia Subur)
- TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
- TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan
perlindungan selama 3 tahun, dosispemberian 0,5 cc.
- TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
- TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun,
dosis pemberian 0,5 cc.
- TT 5, jarak pemberian 1 tahunsetelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun,
dosispemberian 0,5 cc.
F. Prosedur Tindakan
1. Persiapan Alat
- Bak injeksi steril
- Vaksin TT
- Alcohol swab
- Spuit injeksi 3 cc
- Larutan klorin 0,5 %
- Bengkok
- Tempat sampah kering

Langkah - Langkah Rasional Tindakan


A. Tahap Persiapan
1. Persiapan
a. Memperkenalkan diri Untuk menjalin keakraban dengan pasien
b. Menjelaskan tujuan Untuk mengurangi kecemasan klien
c. Menjelaskan langkah/prosedur Untuk mengurangi kecemasan klien serta
yang akan dilakukan meningkatkan kerja sama dengan klien
d. Pasien duduk tegak di kursi Memberikan posisi nyaman
e. Membebaskan lokasi suntikan Untuk memudahkan proses penyuntikan
dari baju
B. Prosedur Kerja
a. Mencuci tangan Mencegah transmisi organisme
b. Membuka penutup flakon vaksin Memudahkan dalam melakukan prosedur
Tetanus Toxoid kemudian pemberian vaksin TT sehingga dapat
mengambil spuit dan membuka berjalan dengan sistematis
bungkusnya
c. Memasukkan udara ketabung Memudahkan dalam pengambilan obat
spuit kemudian menusukkan
jarum ketutup flakon untuk
mengambil vaksin TT dengan
cara memasukkan udara yang ada
dalam tabung spuit terlebih
dahulu.Menghisap vaksin TT
sesuai kebutuhan (0,5 cc).
d. Cabut jarum spuit dari tutup Menghindari terjadinya emboli udara
flakon setelah itu, keluarkan
udara dari dalam tabung spuit
e. Menggunakan handscoon Mencegah terjadinya penularan kuman
f. Mendesinfeksi lokasi yang akan Menjaga lokasi penyuntkan tetap steril dan
disuntik dengan kapas DTT. penyuntikn di lakukan secara tepat
Melakukan penyuntikan pada
lengan atas kiri 2-3 jari dari
pangkal lengan atas dengan sudut
45 derajat dan lubang jarum
menghadap atas
g. Mencabut jarum dari tempat Membersihkan lokasi penyuntikan
suntikan. Kemudian Mengusap
bekas suntikan dengan kapas
DTT
h. Merapikan alat-alat dan cuci Mencegah transmisi mikroorganisme
tangan.
G. Link Video
https://youtu.be/Bocab-y6HTc

H. Evidance Based
Menurut Bartini (2012), imunisasi TT di anjurkan untuk mencegah terjadinya
infeksi tetanus neonatorum. Vaksin tetanus pada pemeriksaan antenatal dapat
menurunkan kemungkinan kematian bayi dan mencegah kematian ibu akibat tetanus.
Imunisasi TT dapat melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1
bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin
(racun) dan menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin dkk, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Azizah , N. (2015). PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG SUNTIK TETANUS


TOKSOID. JURNAL EDU HEALTH, 5(2), 131-135.

Salman, M., & Hutasoit, G. A. (2019). Perlukah Skin Test Pada Anak Sebelum Pemberian
Antibiotik Injeksi. Jurnal Kesehatan Tadulako, Vol. 5, No. 3(P-ISSN : 2407-8441/℮-
ISSN : 2502-0749), 1-80.

Syarif, I. (2017). Analisa Sintesa Skin Test. Retrieved Maret 20, 2021, from
https://id.scribd.com/document/348536841/Analisa-Sintesa-Skin-Test

Anda mungkin juga menyukai