Anda di halaman 1dari 23

DERMATITIS CONTACT

• Hilwa Ramadani (R011191041)


• Nerlan Putri (R011191049)
Kelompok 7
Defenisi

Dermatitis kontak (dermatitis venanata) merupakan respon reaksi hipersensivitas


lambat tipe IV. Penyakit ini adalah suatu inflamasi pada kulit yang sering bersifat
ekzematosa dan dapat disertai dengan adanya edema interseluler pada
epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan yang iritatif atau
alergenik.
Berdasarkan penyebabnya, dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu dermatitis kontak
alergi dan dermatitis kontak iritan.

a. Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpapar dengan
bahan alergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya DKA sangat tergantung dari
kemampuan suatu bahan untuk mensensitisasi, tingkat paparan dan kemampuan masuknya bahan
tersebut dalam kulit, oleh karena itu seseorang dapat terkena DKA apabila terjadi sensitisasi terlebih
dahulu oleh bahan alergenik.
b.Dermatitis kontak iritan terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik
merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontrak pertana dengan iritan atau
kontak ulang dengan iritan ringan selama waktu yang lama dengan menunjukkan gejala
seperti kekeringan kulit yang berlangsung beberapa hari hingga bulan, Vesikula, fisura dan
pecah-pecah, tangan dan lengan bawah merupakan bagian yang paling sering terkena
Etiologi Dermatitis Contact
Dermatitis kontak disebabkan oleh respon hipersensivitas atau ketika kulit
bereaksi terhadapa iritasi eksternal/bahan kimia. Sumber utama penyebab
dermatitis kontak adalah parfum, tanaman, bahan kimia, dan logam.
1. Alkali : sabun, deterjen, , pembersih, insektisida
2. Kosmetik : parfum, minyak-minyak
3. Hydrokarbons : minyak bumi mentah, minyak pelumas, minyak mineral,
aspal, tar
4. Kain : wol, polyester, serat kaca
5. Logam : kalsium klorida, merkuri, nikel, perak,
6. Tanaman : getah pohon cemara, getah pohon karet, pinus
Manifestasi klinis dermatitis kontak

Pada dermatitis kontak akut, lesi kulit tampak eritematosa dan


edematosa serta ditutupi papula, vesikel, dan bula. area yang terlibat
adalah pruiritik tetapi juga dapat terbakar atau menyengat, ketika
dermatitis kontak menjadi kronis, lesi menyerupai dermatitis atopik
karena menebal, bersisik, dan lichenifikasi.
Manifestasi klinis dermatitis kontak

Gejala dermatitis kontak secara umum:

• Pruritus (gatal-gatal) • Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret, pembentukan


• Rasa terbakar (burning) krusta serta akhirnya pengeringan dan pengelupasan kulit
• Eritema (redness) • Pada respon yang berat dapat terbentuk bullae hemoragik.
• Lesi kulit (vesikel) • Reaksi yang berulang-ulang dapat diserta penebalan kulit
• Ruam pada kulit(utikaria) dan perubahan pigmentasi
• Papula • Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang
• Goresan (scratches) mengalami ekskoriasi karena digosok atau digaruk.
• Kulit kering atau bersisik • Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika
erupsinya tersebar luas
Patofisiologi

Berbagai agens endogen dan eksogen dapat menyebabkan respons inflamasi kulit. Jenis erupsi kulit.
Jenis erupsi kulit yang berbeda terjadi, sering kali spesifik terhadap alergen penyebab, infeksi, atau
penyakit. Dermatitis kontak alergi adalah hipersensivitas lambat yang dimediasi sel terhadap
berbagai macam alergen. Antigen peka terhadap mikroorganisme, tanaman, bahan kimia, obat-
obatan logam, atau protein asing. Pada kontak awal dengan kulit allergen berkaitan dengan kulit,
allergen berkaitan dengan protein pembawa, membentuk kepekaan antigen. Antigen diproses dan
dibawa ke sel T, yang kembali menjadi antigen yang peka. Pada paparan pertama dengan kontak
kepekaan dan orang tersebut tidak mengalami gejala, kemudian terjadi pada paparan berikutnya.
Respons kulit awal terhadap agens atau penyakit ini meliputi eritema, pembentukan vesikel dan sisik,
dan kruritus terhadap bidang yang kontak dengan agens. Reaksi hipersensitifitas tipe IV atau
hipersensitifitas lambat adalah respons imun yang disebabkan oleh antigen ekstrinsik (agens kontak)
dan internal (sel) yang melibatkan makrofag dan sel T.
Pathway
Penatalaksanaan Dermatitis Kontak

Terapi yang bisa dilakukan seperti menghindari bahan penyebab atau kompres air
dingin, identifikasi dan penghilangan sumber iritasi, pemberian krim hidrofilik atau vaselin
untuk mendinginkan kulit dan mengurangi iritasi. Pada penanganan dermatitis kontak
akan diberikan obat yang tergantung pada penyebab dermatitis dan tingkat keperahan
gejalanya. Pada kasus dermatitis kecil bisa diobati dengan antipruritic sedangkan pada
kasus yang lebih parah diobati dengan antihistamin oral untuk mengurangi pruiritus,
kortikosteroid sistemik (prednisone) selama 7-10 hari, kortikosteroid oral dan atau
kortikosteroid topical untuk kasus-kasus yang ringan serta perban yang basah jika ada
lesi pada kulit.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a) Biodata
b). Keluhan utama
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan mengkaji
pemahaman klien terkait kondii kesehatannya saat ini. Pengkajian dilakukan dengan metode
PQRST :
•Palative : Apa yang menyebabkan timbulnya rasa gatal, rasa terbakar pada kulit, kulit
kemerahan
•Quality : Bagaimana bentuk atau gambaran keluhan dan sejauh mana tingkat keluhan.
•Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya dibagian tubuh mana saja
•Skala : Skala tergantung dari kualitas nyeri jika disertai dengan nyeri dan kemerahan.
• Timing : Kapan waktu mulai dirasakan gatal, kulit terasa terbakar, kemerahan dan berapa
lama kejadian ini berlangsung
c). Riwayat penyakit dahulu
Perlu di kaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama atau memiliki riwayat alergi
pada berbagai bahan kimia maupun benda-benda dan tanaman tertentu.
2. Pemeriksaan Fisik
a). Inspeksi
Observasi keadaan atau tampilan umum pasien serta perhatikan warna kulit secara keseluruhan
apakah terdapat bercak kemerahan. Jika ada lesi kulit perhatikan ukuran, bentuk, warna,
konfigurasi maupun teksturnya. Perlu di perhatikan pula kelembapan kulit seperti kulit kering dan
pecah-pecah.
b). Palpasi
Kaji suhu kulit dengan menggunakan permukaan dorsal jari-jari tangan yang paling sensitive
terhadap suhu. Nilai tekstur umum kulit dan turgor kulit. Serta palapsi setiap bagian kulit jika
terdapat edema
3. Pemeriksaan Penunjang
Test patch, alergen diberikan langsung pada permukaan kulit dan ditutup dengan kain kasa.
Diterapkan pada kulit normal (biasanya pada punggung atas) selama 48 jam. Jika klien alergi
terhadap alergen tertentu akan terjadi rekasi eritematosa pada kulit. Test patch menentukan
alergi klien terhadap zat tertentu termasuk agen lingkungan. Tambalan diterapkan pada kulit
yang bersih dan kering, beritahu pklien bahwa tambalan tersebut harus dibiarkan selam 48
jam penuh untuk melihat rekasi pada kulit. (kontraindikasi untuk dermatitis yang akut dan
menyebar luas).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d Agens cedera kimiawi. invasi struktur kulit oleh organisme
pathogen
2. Risiko reaksi alergi b.d invasi struktur kulit oleh pajanan allergen
3. Nyeri Akut b.d cedera biologis
4. Risiko infeksi b.d penurunan imunitas dan fungsi barrier kulit hilang
5. Hambatan rasa nyaman b.d kurang kontrol, situasi dengan meningkatnya rasa gatal dan
reaksi menggaruk berlebihan
6. Gangguan pola tidur b.d kenyamanan yang terganggu akibat pruritus
7. Defisiensi pengetahuan b.d perilaku yang tidak tepat terhadap respon alergi
8. Diagnosa: Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Outcome keperawatan Intervensi keperawatan

1. Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan • Tentukan penyebab dari terjadinya


kulit b.d Agens cedera keperawatan integritas kulit klien • Lakukan pemeriksaan fisik untuk
mengidentifikasi terjadinya
kimiawi. invasi struktur kulit membaik dengan kriteria hasil:
kerusakan kulit (misalnya lesi)
oleh organisme pathogen • Peningkatan suhu kulit dalam • Berikan kompres dingin untuk
Definisi: Kerusakan pada batas normal meringankan iritasi
epidermis dan/atau dermis • Tidak ada bercak kemerahan • Instruksikan pasien untuk
Batasan karakteristik: (eritema) setempat menggunakan tealapk tangan ketika
Kemerahan/eritema • Derajat nyeri lokal baik menggosok are akulit yang luas atau
cubit kulit dengn lembut
Area panas local • Tidak ada ruam kulit dan rasa
menggunakan area diantara ibu jari
Nyeri akut gatal dan telenjuk untuk mengurangi rasa
Gangguan integritas kulit gatal.
• Berikan antipruritic sesuai indikasi
dan krim antihistamin, sesuai dengan
kebutuhan
Diagnosis Outcomen keperawatan Intervensi keperawatan

2. Risiko reaksi alergi b.d Setelah diberikan asuhan • identifikasi alergi yang diketahui
invasi struktur kulit oleh keperawatan diharapkan klien (makanan, serangga, lingkungan) dan
reaksi yang tidak biasa
pajanan allergen menunjukkan respon alergi dari
• Monitor pasien mengenai paparan
skala berat-skala ringan sampai berikutnya terhadap agen yang
tidak ada. dengan kriteria hasil: diketahui dapat menyebabkan alergi
• Perubahan warna kulit dengan adanya gejala kemerahan
menjadi normal atau ringan • instruksikan pasien untuk
• Reaksi alergii ringan menghindari bahan yang
meyebabkan alergi, sebagaimana
• Respon inflamasi yang
mestinya
terlokalisir ringan • diskusikan metode untuk mengontrol
• Derajat rasa gatal ringan alergen dari lingkungan (misalnya
debu, jamur dan serbuk sari)
• Siapkan obat-obatan untuk
mengurangi dan menimalkan respon
alergi
Diagnosis Outcome keperawatan Intervensi keperawatan

3. Nyeri Akut b.d cedera biologis Setelah dilakukan asuhan • Lakukan pengkajian nyeri
Definisi: pengalaman sensori dan perawatan klien dapat komprehensif yang meliputi lokasi,
emosional tidak menyenangkan karakteristik, onset/durasi,
memanajemen nyeri dan
berkaitan dengan kerusakan jaringan frekuensi, kualitas, intensitas atau
mengontrol pemberian anlgesik beratnya nyeri dan factor pencetus.
actual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan dengan kriteria hasil: • Kurangi atau eliminasi factor-faktor
(International Association for the • Lesi pada kulit hilang yang dapat mencetuskan atau
Study of pain); awitan yang tiba-tiba • Tidak adanya eritema meningkatkan nyeri
atau lambat dengan intensitas ringan • Mengambil tindakan utnuk • Ajarkan penggunaan teknik non-
hingga berat, dengan berakhirnya farmakologi (seperti biofeedback,
mengurangi nyeri
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan TENS, hypnosis, relaksasi,
• Mealporkan perubahan bimbingan antisipatif, terapi music,
dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Batasan Karakteristik: terhadap gejala nyeri terapi bermain, terapi aktivitas,
• Perilaku ekspresif • Nyeri terkontrol sepenuhnya akupressur, aplikasi panas/dingin
• Ekspresi wajah nyeri dan pijitan.
• Sikap tubuh melindungi • Berikan informasi mengenai nyeri,
• Laporan tentang perilaku seperti penyebab nyeri, berapa
nyeri/perubahan aktivitas lama nyeri akan dirasakan , dan
• Bukti nyeri dengan menggunakan antisipasi dari ketidaknyamanan
standard daftar nyeri untuk pasien akibat prosedur.
yang tidak dapat • Berikan individu penurun nyeri
mengungkapkanny yang optimal dengan peresepan
analgesic
Diagnosis Outcome keperawatan Intervensi Keperawatan

4. Risiko infeksi b.d Setelah diberikan asuhan • Monitor adanya tanda dan
penurunan imunitas dan keperawatan tanda dan gejala gejala infeksi sistemik dan local
fungsi barrier kulit hilang infeksi teratasi dengan kriteria • Monitor kerentanan terhadap
Definisi : rentan mengalami hasil: infeksi
invasi dan multiplikasi • Tidak ditemukan tanda-tanda • Periksa kulit dan selaput lender
organisme patogenik yang dan gejala infeksi (kalor,dolor, untuk adanya kemerahan,
dapat menggangu rubor, tumor, fungsi lesea) kehangatan ekstrem, atau
kesehatan • Integritas kulit membaik drainase
Batasan karakteristik: • Menunujukkan kemampuan • Berikan perawatan kulit yang
• Gangguan integritas untuk mencegah timbulnya tepat untuk area (yang
kulit infeksi mengalami edema)
• Kurang pengetahuan • Ajarkan pasien dan anggota
untuk menghindari keluarga mengenai tanda dan
pemajanan patogen gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi
layanan kesehatan
• Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic yang
diresepkan
Diagnosis Outcome Keperawatan Intervensi Keperawatan

5. Gangguan pola tidur b.d Setelah diberikan asuhan • Monitor kulit terhadap adanya
kenyamanan yang keperawatan klien menunujukkan tanda-tanda iritasi
terganggu akibat pruritus derajat rassa nyaman yang • Catat alergi yang dialami klien
Definisi: interupsi jumlah meningkat dengan kriteria hasil: sebelum pemberian obat
waktu dan kualitas tidur • Klien merasa lebih nyaman • Fasilitasi tindakan-tindakan
akibat factor eksternal • Gatal-gatal hilang kebersihan untuk menjaga
Batasan karakterisitik: • Derajat perawatan pribadi dan kenyamanan individu(misalnya
Kesulitan memulai tidur kebersihan secara mandiri mengoleskan krim kulit atau
Kesulitan mempertahankan meningkat membersihkan badan
tetap tidur • Berikan obat-obatan sesuai
Ketidakpuasan tidur dengan teknik dan cara yang
tepat
Diagnosis Outcome keperawatan Intervensi Keperawatan
6. Gangguan pola tidur b.d Setelah diberikan asuhan • Hindari mengekspos kulit atau
kenyamanan yang terganggu keperawatan kualitas dan durasi selaput lender pada zat iritan
akibat pruritus tidur membaik dengan kriteria • Kurangi ransangan lingkungan
Definisi: interupsi jumlah hasil: yang sesuai
waktu dan kualitas tidur • Melaporkan rasa gatal • Hindari dari paparan dan aliran
akibat factor eksternal berkurang udara yang tidak perlu, terlalu
Batasan karakterisitik: • Mengetahui tindakan- panas, atau terlalu dingin
• Kesulitan memulai tidur tindakan untuk • Posisikan klien untuk memfasilitasi
• Kesulitan meningkatkan kualitas tidur kenyamanan
mempertahankan tetap • Mencapai derajat kualitas • Konsultasi dengan professional
tidur tidur yang baik perawatatan kesehatan lainnya
• Ketidakpuasan tidur • Mempertahankan untuk meminimalkan jumlah dan
lingkungan tidur yang frekuenssi obat yang dibutuhkan
nyaman kualitas tidur agar didapatkan efek terapeutik
• Mencapai derajat kualitas
tidur yang baik
• Mempertahankan
lingkungan tidur yang
nyaman
Diagnosis Keperawatan Outcome Keperawatan Intervensi keperawatan

7. Defisiensi pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan • Tentukan pengetahuan kesehatan


b.d perilaku yang tidak tepat klien dapat memahami tentang dan gaya hidup perilaku saat ini
terhadap respon alergi perawatan dan pengobatan atau terapi
pada individu, keluarga, atau
Definisi : ketiadaan atau yang tepat dengan kriteria hasil :
difisien informasi kognitif yang • Memahami tentang perawatan kelompok sasaran
berkaitan dengan topic kulit • Ajarkan strategi yang dapat
tertentu, atau kemahiran • Mengikuti pengobatan atau terapi digunakan untuk menolak perilaku
Domain 5 kelas 4 yang telah di programkan yang tidak sehat atau beresiko
Batasan karakteristik: • Mengetahui rasional serta efek daripada memberiakn saran untuk
Perilaku yang tidak tepat samping pengobatan/terapi
mengindari atau mengubah perilaku
Kurang pengetahuan • Dapat memahami penjelasan yang
diberikan mengenai program • Gunakan berbagai strategi dan
perawatan dan pengobatan/terapi intervensi utama dalam program
dengan istilah yang mudah pendidikan
dimengerti • Rencanakan tindak lanjut jangka
• Melaksanakan perawatan dan panjang untuk memperkuat perilaku
kebersihan diri serta pengobatan
kesehatan atau adaptasi terhadap
dengan tepat
gaya hidup
Diagnosis Keperawatan Outcome Keperawatan Intervensi keperawatan

8. Diagnosa: Gangguan citra Setelah diberikan asuhan • Berikan kesempatan pasien


tubuh b.d perubahan persepsi keperawatan diharapkan mengungkapkan perasaannya
diri peningkatan penerimaan diri • Bantu pasien mendiskusikan
pada klien tercapai dengan perubahan-perubahan yang
kriteria hasil: disebabkan adanya penyakit
• Penyesuaian terhadap • Mendorong sosialisasi
perubahan tampilan fisik dengan orang lain
• Penyesuaian terhadap • Identifikasi dampak dari
perubahan tubuh budaya pasien, agama, ras,
• Penyesuaian terhadap jenis kelamin terkait dengan
perubahan status kesehatan citra tubuh
• Memonitor frekuensi dari
pernyataan mengkritisi diri
DAFTAR PUSTAKA

Daili, E. S., Sulistyaningrum, S., Widaty, S., & Triestiaanawati, W. (2011). Dermatitis Kontak Iritan
Dan Alergik Pada Geriatri. 38(1), 30-32.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah 2. KMB 2 Komperehensif(1), 253-266.
Utomo, H. S., & Lestari, F. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak
Alergi Pada Pekerja Di PT Pantja Press Industri. Makara, Kesehatan, 11(2), 62-63.
Nanto, S. S. (2015, November). Kejadian timbulnya dermatitis kontak pada petugas kebersihan.
Majority, 4(8), 147-151.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing interventions
classification (NIC) (6 ed.). Singapore: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-1 Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi.
Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes classification
(NOC) (5 ed.). Singapore: Elsevier.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai