SEIZURE PRECAUTION
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
(Dosen Pengampu : Prof. Dr. Elly Sjattar, S.Kp., M.Kes)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II RA
NUR SYARQIAH C12115312
DESY AMALIA ISHAK R011191139
NURMAULIDA RAHMAH MUSTAMIN R011191141
KURNIA RM R011191001
NACKITA VHIONICA R011191019
KHAIRUNNISA HALID R011191071
LENNY SUSANTI RATNI R011191003
FASE PRA-INTERAKSI
FASE INTERAKSI
FASE KERJA
REFLEKS TRISEPS
REFLEKS BRACHIORADIALIS
REFLEKS SUPERFISIALIS
REFLEKS KORNEA
REFLEKS KREMASTER
REFLEKS ANAL
FASE TERMINASI
Sari, A. P. (2018, desember 17). Hubungan penyakit stroke dengan refleks fisiologis.
SOP REFLEKS PATOLOGIS
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan refleks patologis merupakan pemeriksaan respon yang dilakukan
dengan pemeriksaan fisik pada sistem persarafan yang terdiri atas : fungsi cerebral,
fungsi cerebellum, fungsi nervus cranialis, fungsi sensorik, fungsi motorik, fungsi
refleks, fungsi kortikal, dan rangsang selaput meningeal.
Pemeriksaan refleks patologis merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam
bidang neurologi.Pemeriksaan refleks patologis dapat menunjukkan adalanya lesi
Upper Motor Neuron (UMN).
B. TUJUAN
• Untuk mendapatkan data lengkap sehingga dapat menegakan diagnosa
keperawatan yang akurat
• Untuk membantu individu mengatasi perubahan kehidupan sehari-hari secara
efektif dan perawatan diri baik itu potensial maupun aktual yang disebabkan oleh
adanya masalah kesehatan atau penyakit pada individu tersebut.
C. INDIKASI
Pemeriksaan refleks patologis diindikasikan pada pasien-pasien dengan dugaan :
• Lesi upper motor neuron (UMN).
• Lesi cerebral
• Lesi spinal
D. ALAT DAN BAHAN
• Hammer reflex (palu refleks)
• Handscoon bersih
E. PROSEDUR
FASE PRA-INTERAKSI
FASE INTERAKSI
FASE KERJA
REFLEKS BABINSKI
REFLEKS OPPENHEIM
REFLEKS SCHAEFFER
REFLEKS MENDEL-BECHTEREW
FASE TERMINASI
F. INTERPRETASI HASIL
- Refleks Hoffman dan Trommer, dinyatakan positif jika timbul gerakan fleksi pada
ibu jari, jari telunjuk, dan jari-jari lainnya.
- Refleks babinski, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki disertai
pemeriksaan jari jari lainnya.
- Refleks chaddock, dinyatakan positif jika terdapat respon dorsofleksi pada ibu jari
kaki disertai pemekaran jari jari yang lain.
- Refleks oppenheim, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari jari yang lain.
- Refleks gordon, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari jari lainnya.
- Refleks schaefer, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang
disertai pemekaran jari jari yang lain.
- Refleks rossolimo dan mendel positif, dinyatakan positif jika timbul fleksi plantar
jari-jari kaki telunjuk hingga kelingking.
- Refleks gondan positif jika ada respon plantar fleksi di jari-jari kaki.
- Refleks klonus patella positif terlihat kontraksi ritmik otot quadriceps yang
mengakibatkan gerakan bolak balik pada patella.
- Refleks klonus terlihat gerakan ritmik bolak balik dari kaki yaitu berupa plantar
fleksi dan dorsofleksi secara bergantian.
5 Gradasi kekuatan reflek :
0 : absent
1 : minimal tetapi ada
2 : normal
3 : hyperactivity
4 : hyperactivity with clonus
G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
• Sebelum pemeriksaan refleks patologis dilakukan, pemeriksa harus memberikan
informed consent kepada pasien yang diperiksa terkait dengan tujuan dan cara
pemeriksaan.
• Pemeriksa harus memastikan bahwa respon positif refleks positif bukan refleks
palsu/dibuat buat oleh pasien.
• Pemeriksa juga harus membandingkan hasil refleks pada kedua sisi tubuh agar
dapat diketahui lesi gangguan patologis pada sistem saraf.
• Pemeriksa perlu menjelaskan kepada pasien mengenai hasil dari pemeriksaan
refleks patologis, kecurigaan diagnosis, serta kebutuhan akan rujukan ke dokter
spesialis atau pemeriksaan penunjang lainnya, misal CT Scan kepala atau MRI otak.
• Hasil pemeriksaan refleks patologis, baik negatif maupun positif harus ditulis dalam
rekam medis pasien sebagai temuan pemeriksaan fisik dan membantu tenaga medis
lainnya untuk membedakan lesi UMN dan lesi LMN atau kondisi kondisi refleks
patologis lainnya.
H. EVIDENCE BASED
Refleks patologis (misalnya, Babinski, Chaddock, Oppenheim, moncong,
rooting, menggenggam) adalah kebalikan dari respons primitif dan menunjukkan
hilangnya inhibisi kortikal.
Refleks Babinski, Chaddock, dan Oppenheim semuanya mengevaluasi respon
plantar. Respon refleks normal adalah fleksi jempol kaki sedangkan respon abnormal
lebih lambat yang terdiri dari ekstensi jempol kaki dengan jari-jari kaki lainnya dan
sering fleksi lutut dan pinggul. Reaksi ini berasal dari refleks spinal dan menunjukkan
disinhibisi spinal karena lesi neuron motorik atas.
Untuk refleks Babinski, telapak kaki bagian lateral dibelai dengan kuat dari
tumit ke ujung kaki dengan bilah lidah atau ujung palu refleks. Stimulus harus
berbahaya tetapi tidak merugikan; membelai tidak boleh membelok terlalu medial, atau
mungkin secara tidak sengaja menyebabkan refleks menggenggam primitif. Pada
pasien yang sensitif, respons refleks dapat ditutupi dengan penarikan kaki secara
sukarela secara cepat, yang tidak menjadi masalah dalam pengujian refleks Chaddock
atau Oppenheim (Newman, 2020).
I. LINK VIDEO
✓ https://youtu.be/mhr50zZ1egw
✓ https://www.youtube.com/watch?v=d4iA7fVFgao
✓ https://www.youtube.com/watch?v=3k6b2tPsBlE
J. DAFTAR PUSTAKA
Drouin E, Drouin G, Pereon Y. 2017. The Babinski sign. Lancet Neurol,
16:180.doi:10.1016/S1474-4422(16) 30416-1.
Lumbantobing, S. 2007. Neurologi Klinik. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Jakarta.
Mahar, M. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.
Newman, G. (2020, may). How to Assess Reflexes. Retrieved from MSD MANUAL
professional Version: https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic -
disorders/neurologic-examination/how-to-assess-reflexes
Singerman J, Lee L. 2008. Consistency of the Babinski reflex and its variants. Eur J
Neurol, 15:960–4. doi:10.1111/j.1468-1331.2008.02219.x.
Suwono, W.J. 1996. Diagnosis Topik Neurologi : Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta : EGC.
Weiner, H. L, Levitt L.P. 2001. Buku Saku Neurologi. Jakarta : EGC.
SOP SEIZURE PRECAUTION
A. PENGERTIAN
Kejang adalah gangguan akibat abnormalitas aktivitas sinkronisasi aliran listrik
pada otak. Kejang merupakan pelepasan elektrik yang mendadak dan abnormal dari
otak yang menyebabkan perubahan sensasi, perilaku, Gerakan, persepsi atau
kesadaran.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan dalam upaya menyeimbangkan
sel-sel saraf yang menyebabkan loncatan aliran listrik (excitatory) dan sel-sel
pengontrol (inhibisi) dalam susunan saraf pusat. Jika gangguan hanya terjadi pada suatu
bagian otak tertentu saja, maka akan menyebabkan kejang parsial. Namun, jika terjadi
pada seluruh bagian otak, maka akan menyebabkan kejang secara umum.
Seizure Precautions merupakan salah satu tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan pada klien dengan kejang, sebagai upaya peningkatan keamanan klien
apabila terjadi kejang selama masa perawatan.
B. TUJUAN
• Tindakan pencegahan awal pada pasien yang memungkinkan mengalami kejang
atau memiliki riwayat kejang dalam 3 bulan terakhir.
• Menciptakan lingkungan yang aman jika terjadi kejang.
• Sebagai tindakan pencegahan keselamatan untuk mempertahankan kepatenan jalan
napas.
• Mencegah cedera jika terjadi kejang.
C. INDIKASI
• Klien memiliki risiko tinggi mengalami kejang. Seperti pasien dengan Epilepsi,
Kejang demam, hipoksia, hipotensi, meningitis, ketidak seimbangan elektrolit,
overdosis obat dan hipoglikemia.
• Klien dengan Riwayat penyakit kejang (3 bulan terakhir)
D. ALAT DAN BAHAN
• Handscoon bersih
• Non-rebreathing Mask
• Tabung Oksigen
• Perlengkapan Suction
• Seizure pads atau bantal 2 buah
E. PROSEDUR
• Pengkajian
a) Precipitating factors
Kaji riwayat faktor apa saja yang dirasa memicu terjadinya kejang pada pasien.
Data yang akan didapatkan berupa data subjektif, misalnya setiap
mengkonsumsi obat tertentu, alcohol, atau saat mengalami demam.
b) Frequency
Kaji pola frekuensi terjadinya kejang pada pasien. Misalnya setiap sekali
sehari, sekali seminggu ataupun sekali sebulan.
c) Type of aura
Kaji apakah pasien merasakan aura sebelum kejang dan bagaimana bentuk
auranya. Aura yang dirasakan setiap orang berbeda-beda ada yang melihat
cahaya. Bintik-bintik hitam, mencium bau yang tak sedap, emosi yang tidak
stabil, dll.
d) Body parts affected
Kaji bagian tubuh mana saja yang mengalami serangan kejang. Apakah cuma
ekstremitas, ekstremitas bawah, atau seluruh tubuh.
LANGKAH-LANGKAH
NO. GAMBAR RASIONAL TINDAKAN
TINDAKAN
FASE PRA-INTERAKSI
FASE INTERAKSI
2. Perawat Membina hubungan saling
memperkenalkan diri percaya dengan
dan menjelaskan kepada komunikasi terapeutik dan
pasien prosedur memberikan pemaham
tindakan pemeriksaan kepada pasien mengenai
yang akan dilakukan tindakan yang akan
serta memberikan dilakukan. Juga Sebagai
informed consent tanda persetujuan untuk
kepada pasien. dilakukannya tindakan oleh
perawat kepada pasien.
FASE KERJA
F. EVIDENCE BASED
Berdasarkan penelitian dari Abdullah Al Sawaf; Kapil Arya, dkk. Tindakan
dalam pencegahan kejang sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, pencegahan
kejang merupakan tindak lanjut kuat dan deteksi dini kunci keberhasilan penanganan
awalnya. Hal yang diperhatikan pembersihan saluran napas dan dukungan ventilasi jika
terjadi kejang dengan memperbaiki posisi serta memindahkan pasien ke tempat yang
aman lalu dilakukan pengecekan pada pasien epilepsi dengan Kendorkan pakaian yang
ketat, terutama di sekitar leher. Setelah itu miringkan serta jangan memasukkan apapun
ke dalam mulut dan menghindari muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
G. LINK VIDEO
✓ https://www.youtube.com/watch?v=aFg0JWYXFOA&feature=youtu.be
✓ https://www.youtube.com/watch?v=sqLE5S9jw6E
H. DAFTAR PUSTAKA
Melati, D., Suwarba, I., SutrianiM, D., & Kari, K. (2014). First Unprovoked Seizure in
Children. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 93-99.
Rizal. A. Dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Elseiver.
Al Sawaf A, Arya K, Murr N. Seizure Precautions. [Updated 2020 Sep 4]. In:
StatPearls[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536958/
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-1-
_Kejang.pdf. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2020
http://pediatricnursing.net/ce/2012/article36191194.pdf. Diakses pada tanggal 5
Oktober 2020
https://fdokumen.com/document/sop-kejang.html. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020
https://www.youtube.com/watch?v=70pnGDXlilE. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020
https://www.youtube.com/watch?v=WoPqVvsnewo. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020