Anda di halaman 1dari 26

SOP REFLEKS FISIOLOGIS, REFLEKS PATOLOGIS &

SEIZURE PRECAUTION
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
(Dosen Pengampu : Prof. Dr. Elly Sjattar, S.Kp., M.Kes)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II RA
NUR SYARQIAH C12115312
DESY AMALIA ISHAK R011191139
NURMAULIDA RAHMAH MUSTAMIN R011191141
KURNIA RM R011191001
NACKITA VHIONICA R011191019
KHAIRUNNISA HALID R011191071
LENNY SUSANTI RATNI R011191003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
SOP REFLEKS FISIOLOGIS
A. PENGERTIAN
Refleks adalah jawaban terhadap suatu rangsangan. Gerakan yang timbul
namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang
bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter,
maupun untuk membela diri. Bila suatu rangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu
gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara
reflektorik terdapat suatu hubungan.
Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang
terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi
organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka
refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-
pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila
hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi
refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya
karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi.
B. TUJUAN
• Menilai dan mengevaluasi fungsi sensori motor pada tubuh.
• Untuk menemukan lesi pada lower motor neuron (LMN).
• Untuk mendapatkan informasi mengenai asal, lokasi, dan progresi kelainan
neurologis.
C. INDIKASI
• Untuk melakukan penilaian dan membantu menegakkan diagnosa adanya
gangguan pada sistem saraf.
D. ALAT DAN BAHAN
• Hammer reflex (palu refleks)
• Kapas
• Handscoon bersih
E. PROSEDUR

NO LANGKAH-LANGKAH GAMBAR RASIONAL


TINDAKAN

FASE PRA-INTERAKSI

1. Menyiapkan alat dan bahan Untuk


mempermudah
pelaksanaan
tindakan yang akan
dilakukan

2. Mencuci tangan dengan 6 langkah Mencegah dan


meminimalkan
terjadinya transmisi
mikroorganisme

3. Memasang Handscoon bersih Sebagai alat


pelindung diri agar
tidak terjadi infeksi
silang antara pasien
dan perawat

FASE INTERAKSI

1. Perawat memperkenalkan diri dan Membina hubungan


menjelaskan kepada pasien prosedur saling percaya
tindakan pemeriksaan yang akan dengan komunikasi
dilakukan terapeutik dan
memberikan
pemaham kepada
pasien mengenai
tindakan yang akan
dilakukan
2. Perawat memberikan informed Sebagai tanda
consent kepada pasien. persetujuan untuk
dilakukannya
tindakan oleh
perawat kepada
pasien.

FASE KERJA

PEMERIKSAAN REFLEKS TENDON

REFLEKS TRISEPS

1 Mintalah klien berbaring dengan Untuk mengetahui


santai fungsi dari nervus
spinal C6, C7, C8
2 Fleksikan lengan bawah klien di
sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan

3 Letakkanlah tangan klien di daerah


perut di atas umbilikus

4 Ketuklah tendon otot triseps pada


fosa olekrani

REFLEKS BRACHIORADIALIS

1 Mintalah klein berbaring dengan Untuk mengetahui


santai. fungsi dari nervus
spinal C5, C6
2 Posisikan lengan bawah klien dalam
posisi setengah fleksi dan tangan
sedikit dipronasikan.

3 Mintalah klien untuk


merelaksasikan lengan bawahnya
sepenuhnya.

4 Ketuklah Prosesus Stiloideus pada


saat lengan bawah semifleksi dan
semipronasi.

REFLEKS PATELLA (KNEE JERK)

1 Mintalah klien berbaring telentang Untuk mengetahui


dengan santai fungsi dari nervus
spinal L2, L3, L4
2 Letakkan tangan pemeriksa di
belakang lutut
3 Fleksikan tungkai klien pada sendi
lutut

4 Ketuklah pada tendon muskulus


kuadriseps femoris di bawah patella

REFLEKS ACHILLES (ANKLE JERK)

1 Mintalah klien berbaring dengan Untuk mengetahui


santai fungsi dari nervus
spinal S1, S2

2 Fleksikan tungkai bawah sedikit,


kemudian pegang kaki pada
ujungnya untuk memberikan sikap
dorsofleksi ringan pada kaki

3 Ketuklah pada tendon achilles

4 Lakukan cuci tangan rutin

REFLEKS SUPERFISIALIS

REFLEKS KORNEA

1 Posisikan klien dengan nyaman, Untuk mengetahui


duduk tegak fungsi dari nervus
kranial V, VI, VII
2 Minta klien menghadap ke satu arah
(bukan arah disentuhnya kornea)

3 lakukan sentuhan ringan pada


peralihan korneoskleral dengan
kapas yang diruncingkan

REFLEKS PALATAL DAN FARINGEAL

1 Mintalah kllien untuk mengatur Untuk mengetahui


posisi duduk tegak fungsi dari nervus
kranial IX, X
2 Minta klien untuk membuka mulut
dan menjulurkan lidah.
3 Lakukan sentuhan ringan pada
palatum mole dan faring.

REFLEKS DINDING PERUT /ABDOMINALIS

1 Posisikan klien dalam posisi berdiri Atas: untuk


atau berbaring telentang. mengetahui fungsi
dari nervus spinalis
2 Posisikan kedua lengan pasien T7, T8, T9
berada di samping
badan. Tengah: untuk
mengetahui fungsi
3 Goreslah dinding perut dengan fungsi dari nervus
benda yang agak runcing, misalnya spinalis T9, T10,
ujung gagang palu refleks, kayu T11
geretan atau kunci. Penggoresan
dilakukan dengan dari samping Bawah: untuk
menuju ke garis tengah perut pada mengetahui fungsi
setiap segmen (pada berbagai dari nervus spinalis
lapangan dinding perut). T11, T12
4 Lakukan secara berulang pada
masing-masing kuadran abdominal.

REFLEKS KREMASTER

1 Mintalah pasien untuk mengatur Untuk mengetahui


posisi lebih nyaman. ( posisi rileks ) fungsi dari nervus
spinal T12, L1, L2
2 Mintalah pasien untuk memberikan
sedikit ruang antara paha kanan dan
paha kiri.

3 Lakukan goresan pada permukaan


medial paha dalam

REFLEKS ANAL

1 Mintalah Pasien untuk mengatur Untuk mengetahui


posisi berbaring dengan posisi fungsi dari nervus
litotomi. spinal S3, S4, S5

2 Dengan perlahan, goreskan ujung


lancip palu refleks di sekitar anus
dengan gerakkan melingkar.
REFLEKS PLANTAR

1 Posisikan klien dalam kedaan Untuk mengetahui


berbaring dengan tungkai yang fungsi dari nervus
diluruskan. spinal L4, L5, S1, S2

2 Usahakan memegang pergelangan


kaki klien supaya tetap pada
tempatnya.

3 Lakukan goresan pada telapak kaki,


Telapak kaki klien digores dengan
menggunakan ujung gagang palu
refleks secara perlahan dan tidak
menimbulkan rasa nyeri untuk
menghindari refleks menarik kaki.
Goresan dilakukan pada telapak
kaki bagian lateral, mulai dari tumit
menuju pangkal ibu jari.

FASE TERMINASI

1. Membereskan alat yang telah Agar ruangan tetap


digunakan dalam keadaan rapi
dan bersih

2. Berpamitan kepada pasien Menerapkan


komunikasi
terapeutik

3. Melepas handscoon dan mencuci Mencegah dan


tangan meminimalkan
terjadinya transmisi
mikroorganisme

4. Melakukan pendokumentasian dari Sebagai bukti dan


hasil tindakan yang telah digunakan catatan hasil
pemeriksaan yang
telah dilakukan
kepada pasien
F. INTERPRETASI HASIL
- Negatif (-) : Tidak ada refleks sama sekali
- ± : Refleks lemah
- + : Refleks normal
- ++ : Refleks berlebihan atau meningkat

1. Hasil Pemeriksaan Fisiologis Hiperrefleks


Hasil refleks yang abnormal dapat mengindikasikan adanya gangguan pada
tingkatan sistem saraf. Apabila pada pemeriksaan refleks dalam menunjukan hasil
refleks dalam meningkat (hiperrefleks) dan refleks superfisial menurun
(hiporefleks), maka hal ini dapat menunjukan adanya gangguan pada upper motor
neuron (UMN) seperti pada penyakit berikut:
• Multiple sclerosis
• Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
• Primary lateral sclerosis
• Stroke
• Brown-sequard syndrome
• Defisiensi vitamin B12
2. Hasil Pemeriksaan Fisiologis Hiporefleks
Sementara apabila ketika dilakukan pemeriksaan refleks dalam, menunjukan
hasil refleks menurun (hiporefleks), maka hal ini menunjukan adanya gangguan
pada lower motor neuron (LMN), neuro-muscular junction, ataupun adanya
gangguan pada otot sebagai contoh yaitu pada kondisi poliomyelitis dan spinal
muscular atrophy.
Pemeriksaan refleks (myotatic refleks) dalam juga dapat menunjukan hasil yaitu
tidak adanya refleks pada beberapa kondisi berikut:
• Neuropati perifer : termasuk diantaranya disebabkan oleh penyakit diabetes
melitus, alcohol use disorder, amiloidosis, uremia, kekurangan vitamin B
(pellagra, beriberi, anemia pernisiosa), kanker, dan toksin (arsenik, isoniazid,
vincristine, diphenylhydantoin)
• Penyakit otot : polymyositis dan muscular dystrophy
G. EVIDENCE BASED
Pemeriksaan refleks adalah pemeriksaan objektif dari pemeriksaan neurologis
yang membantu dalam membantu menentukan tingkat kerusakan pada sistem saraf.
Refleks adalah respons motorik dari sistem saraf, berupa kontraksi otot, yang
berlangsung singkat yang dicetuskan oleh sebuah stimulus. Pemeriksaan refleks
fisiologis merupakan suatu prosedur diagnostik yang rutin dilakukan untuk menilai
mengevaluasi fungsi sensorimotor pada tubuh. Pemeriksaan ini tergabung pada
pemeriksaan neurologi lengkap.
Teknik pemeriksaan refleks fisiologis dapat dilakukan kurang lebih dengan
pemeriksaan fisik lainnya yaitu diawali dengan melakukan anamnesis, dan dilanjutkan
dengan melakukan pemeriksaan fisik termasuk didalamnya pemeriksaan saraf, apabila
dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Pemeriksaan refleks fisiologis rutin
dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita gangguan pada sistem saraf, terutama
untuk menentukan tingkat kerusakan pada sistem saraf. Pemeriksaan ini juga sering
dilakukan bersama dengan pemeriksaan neurologi lainnya seperti pemeriksaan saraf
kranial dan refleks patologis.
Pada gangguan saraf, hasil pemeriksaan refleks dapat memberikan hasil normal,
meningkat (hiperrefleks), menurun (hiporefleks) atau tidak ada refleks sama sekali. Jika
hasil pemeriksaan menunjukan refleks menurun, perlu dicurigai bahwa terjadi
gangguan pada lengkung refleks (serabut saraf sensorik, materi abu-abu pada sumsum
tulang belakang, maupun serabut saraf motorik).
H. LINK VIDEO
✓ https://youtu.be/tq5PPDMYALY (menit ke 3:24-12:20)
✓ https://youtu.be/UbyzQXd6ov8 (khusus pemeriksaan refleks Kornea menit ke
8:53-11:26)
✓ https://www.youtube.com/watch?v=Qqn49i2hjMI
✓ https://youtu.be/CyCj1bE3jfk (khusus pemeriksaan refleks Abdominalis dan
Kremaster pada menit 3:53-4:33)
I. DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M & Jane, H.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 3 (Translate oleh: Joko Mulyanto dkk).
Singapore: ELSEVIER.
Bahar, Ashari & Devi Wuysang. 2014. Manual CSL IV Sistem
Neuropsikiatri: Pemeriksaan Sistem Motorik & Refleks Fisiologis, Patologis
dan Primitif. Makassar: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Cynthia, M. (2020, Maret 9). Pemeriksaan Refleks Fisiologis.

Sari, A. P. (2018, desember 17). Hubungan penyakit stroke dengan refleks fisiologis.
SOP REFLEKS PATOLOGIS
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan refleks patologis merupakan pemeriksaan respon yang dilakukan
dengan pemeriksaan fisik pada sistem persarafan yang terdiri atas : fungsi cerebral,
fungsi cerebellum, fungsi nervus cranialis, fungsi sensorik, fungsi motorik, fungsi
refleks, fungsi kortikal, dan rangsang selaput meningeal.
Pemeriksaan refleks patologis merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam
bidang neurologi.Pemeriksaan refleks patologis dapat menunjukkan adalanya lesi
Upper Motor Neuron (UMN).
B. TUJUAN
• Untuk mendapatkan data lengkap sehingga dapat menegakan diagnosa
keperawatan yang akurat
• Untuk membantu individu mengatasi perubahan kehidupan sehari-hari secara
efektif dan perawatan diri baik itu potensial maupun aktual yang disebabkan oleh
adanya masalah kesehatan atau penyakit pada individu tersebut.
C. INDIKASI
Pemeriksaan refleks patologis diindikasikan pada pasien-pasien dengan dugaan :
• Lesi upper motor neuron (UMN).
• Lesi cerebral
• Lesi spinal
D. ALAT DAN BAHAN
• Hammer reflex (palu refleks)
• Handscoon bersih
E. PROSEDUR

NO LANGKAH LANGKAH GAMBAR RASIONAL


TINDAKAN TINDAKAN

FASE PRA-INTERAKSI

1. 1 Menyiapkan alat dan bahan Untuk mempermudah


pelaksanaan tindakan
yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan dengan 6 langkah Mencegah dan
meminimalkan
terjadinya transmisi
mikroorganisme

3. Memasang Handscoon bersih Sebagai alat


pelindung diri agar
tidak terjadi infeksi
silang antara pasien
dan perawat

FASE INTERAKSI

1. Perawat memperkenalkan diri dan Membina hubungan


menjelaskan kepada pasien prosedur saling percaya dengan
tindakan pemeriksaan yang akan komunikasi terapeutik
dilakukan dan memberikan
pemaham kepada
pasien mengenai
tindakan yang akan
dilakukan

2. Perawat memberikan informed Sebagai tanda


consent kepada pasien. persetujuan untuk
dilakukannya
tindakan oleh perawat
kepada pasien.

FASE KERJA

REFLEKS HOFFMAN DAN TROMMER

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat


berbaring terlentang di atas tempat dalam melakukan
tidur dan tetap tenang tindakan kepada
pasien
2. Dilakukan tanpa menggunakan alat, Untuk mengetahui
pada pemeriksaan refleks hoffman adanya refleks
trommer lengan pasien fleksi pada hoffman dan trommer
sendi siku dan pergelangan kearah positif, Apabila
kaki lalu kuku jari tengah di gores. positif maka timbul
Pemeriksaan refleks hoffman gerakan fleksi pada
dilakukan dengan cara digores atau ibu jari, jari telunjuk
dipetik pada kuku jari tengah. Refleks dan jari-jari lainnya
trommer dilakukan dengan cara
mencolek ujung jari tengah

3. Mengamati dan melaporkan respon Untuk mengamati


refleks yang terjadi pada pasien hasil dari tindakan
respon refleks
hoffman dan trommer
yang telah dilakukan

REFLEKS BABINSKI

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat


berbaring terlentang di atas tempat dalam melakukan
tidur dan tetap tenang tindakan kepada
pasien

2. Goreskan ujung palu refleks pada Untuk mengetahui


telapak kaki pasien. dimulai dari adanya refleks
tumit menuju ke atas dengan babinski positif.
menyusuri bagian lateral telapak kaki. Apabila positif maka
Apabila sampai pada pangkal adanya respon
kelingking maka goresan di belokan dorsofleksi ibu jari
ke medial sampai akhir pangkal kaki yang disertai
jempol kaki pemekaran jari-jari
lainnya (abduksi)

3. Mengamati dan melaporkan respon Untuk mengamati


refleks yang terjadi pada pasien hasil dari tindakan
respon refleks
babinski yang telah
dilakukan
REFLEKS CHADDOCK

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas melakukan tindakan kepada
tempat tidur dan tetap tenang pasien

2. Goreskan ujung palu refleks Untuk mengetahui adanya


pada kulit dibawah malleolus refleks chaddock positif. Apabila
lateralis.Goresan dilakukan positif maka adanya respon
dari bawah ke atas (dari dorsofleksi ibu jari kaki yang
proksimal ke distal) disertai pemekaran jari-jari
lainnya (abduksi)

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi tindakan respon refleks
pada pasien chaddock yang telah dilakukan

REFLEKS OPPENHEIM

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas melakukan tindakan kepada
tempat tidur dan tetap tenang pasien

2. Dilakukan tanpa menggunakan Untuk mengetahui adanya


alat, tetapi menggunakan refleks oppenheim positif.
jempol dan jari telunjuk Apabila positif maka adanya
pemeriksa diurut tulang tibia respon dorsofleksi ibu jari kaki
dari atas ke bawah yang disertai pemekaran jari-jari
lainnya (abduksi)

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi tindakan respon refleks
pada pasien oppenheim yang telah dilakukan
REFLEKS GORDON

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas melakukan tindakan kepada
tempat tidur dan tetap tenang pasien

2. Dilakukan tanpa Untuk mengetahui adanya refleks


menggunakan alat, melainkan gordon positif. Apabila positif
dilakukan dengan cara maka adanya respon dorsofleksi
pemijitan pada otot betis ibu jari kaki yang disertai
pasien secara mendadak pemekaran dengan jari-jari
lainnya (abduksi)

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi tindakan respon refleks gordon
pada pasien yang telah dilakukan

REFLEKS SCHAEFFER

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas melakukan tindakan kepada
tempat tidur dan tetap tenang pasien

2. Dilakukan tanpa Untuk mengetahui adanya refleks


menggunakan alat, melainkan schaeffer positif. Apabila positif
dilakukan dengan cara maka adanya respon dorsofleksi
pemijatan pada tendon ibu jari kaki yang disertai
Achilles secara keras pemekaran jari jari lainnya
(abduksi)

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi tindakan respon refleks schaeffer
pada pasien yang telah dilakukan
REFLEKS ROSSOLIMO

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas melakukan tindakan kepada pasien
tempat tidur dan tetap tenang

2. Melakukan ketokan Untuk mengetahui adanya refleks


menggunakan palu refleks, rossolimo positif. Apabila positif
diketuk pada tulang maka timbul fleksi plantar jari-jari
metatarsal kaki

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi tindakan respon refleks rossolimo
pada pasien yang telah dilakukan

REFLEKS MENDEL-BECHTEREW

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas melakukan tindakan kepada pasien
tempat tidur dan tetap tenang

2. Dorsum pedis diketuk diatas Untuk mengetahui adanya refleks


metatarsal 1 dan 5 Mendel-Bechterew positif.
menggunakan palu refleks Apabila positif maka ada respon
plantar fleksi di jari-jari kaki

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi tindakan respon refleks mendel-
pada pasien bechterew yang telah dilakukan
PEMERIKSAAN REFLEKS GONDA

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas tempat melakukan tindakan kepada
tidur dan tetap tenang pasien

2. Dilakukan tanpa menggunakan Untuk mengetahui adanya


alat, pemeriksa menekan satu jari refleks gondan positif.
kaki dan melepaskannya secara Apabila positif maka ada
mendadak. respon plantar fleksi di jari-
jari kaki

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi pada tindakan respon refleks
pasien gonda yang telah dilakukan

PEMERIKSAAN KLONUS PATELLA

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat dalam


berbaring terlentang di atas tempat melakukan tindakan kepada
tidur dan tetap tenang pasien

2. Digunakan tanpa menggunakan Untuk mengetahui adanya


alat, pegang patella pasien refleks klonus patella positif.
kemudian didorong dengan Apabila positif maka terlihat
kejutan secara cepat ke arah distal kontraksi ritmik otot
sambil diberikan tahanan ringan. quadriceps yang
Pada pemeriksaan ini tungkai mengakibatkan gerakan
harus diekstensikan dan di bolak balik pada patella
lemaskan

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil dari


respon refleks yang terjadi pada tindakan respon refleks
pasien klonus patella yang telah
dilakukan
PEMERIKSAAN KLONUS KAKI

1. Mempersiapkan posisi pasien Memudahkan perawat


berbaring terlentang di atas dalam melakukan
tempat tidur dan tetap tenang tindakan kepada pasien

2. Digunakan tanpa menggunakan Untuk mengetahui


alat, klonus kaki dibangkitkan adanya refleks klonus
dengan merenggangkan otot kaki positif. Apabila
triceps surae petis. Pemeriksa positif maka terlihat
menempatkan tangannya pada gerakan ritmik bolak
telapak kaki pasien, kemudian balik dari kaki yaitu
telapak kaki didorong dengan berupa plantar fleksi dan
cepat, dikejutkan sehingga dorsofleksi secara
terjadi dorsofleksi sambil bergantian
seterusnya diberi tahanan ringan.
Hal ini mengakibatkan
teregangnya otot betis

3. Mengamati dan melaporkan Untuk mengamati hasil


respon refleks yang terjadi pada dari tindakan respon
pasien refleks klonus kaki yang
telah dilakukan

FASE TERMINASI

1. Membereskan alat yang telah Agar alat tidak


digunakan berserakan dan juga agar
ruangan tetap dalam
keadaan rapi dan bersih.

2. • Menjelaskan kepada pasien • Agar pasien mampu


mengenai hasil mengetahui hasil
pemeriksaan refleks dari pemeriksaan
patologis refleks patologis
• Menanyakan kepada pasien yang telah
apabila dan yang kurang dilakukan
jelas • Memperjelas
• Berpamitan kepada pasien penjelasan perawat
jika ada yang
kurang dimengerti
• Menerapkan
komunikasi
terapeutik

3. Melepas handscoon dan Mencegah dan


mencuci tangan meminimalkan
terjadinya transmisi
mikroorganisme

4. Melakukan pendokumentasian Sebagai bukti dan


dari hasil tindakan yang telah catatan hasil
digunakan pemeriksaan yang telah
dilakukan kepada pasien

F. INTERPRETASI HASIL
- Refleks Hoffman dan Trommer, dinyatakan positif jika timbul gerakan fleksi pada
ibu jari, jari telunjuk, dan jari-jari lainnya.
- Refleks babinski, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki disertai
pemeriksaan jari jari lainnya.
- Refleks chaddock, dinyatakan positif jika terdapat respon dorsofleksi pada ibu jari
kaki disertai pemekaran jari jari yang lain.
- Refleks oppenheim, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari jari yang lain.
- Refleks gordon, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari jari lainnya.
- Refleks schaefer, dinyatakan positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang
disertai pemekaran jari jari yang lain.
- Refleks rossolimo dan mendel positif, dinyatakan positif jika timbul fleksi plantar
jari-jari kaki telunjuk hingga kelingking.
- Refleks gondan positif jika ada respon plantar fleksi di jari-jari kaki.
- Refleks klonus patella positif terlihat kontraksi ritmik otot quadriceps yang
mengakibatkan gerakan bolak balik pada patella.
- Refleks klonus terlihat gerakan ritmik bolak balik dari kaki yaitu berupa plantar
fleksi dan dorsofleksi secara bergantian.
5 Gradasi kekuatan reflek :
0 : absent
1 : minimal tetapi ada
2 : normal
3 : hyperactivity
4 : hyperactivity with clonus
G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
• Sebelum pemeriksaan refleks patologis dilakukan, pemeriksa harus memberikan
informed consent kepada pasien yang diperiksa terkait dengan tujuan dan cara
pemeriksaan.
• Pemeriksa harus memastikan bahwa respon positif refleks positif bukan refleks
palsu/dibuat buat oleh pasien.
• Pemeriksa juga harus membandingkan hasil refleks pada kedua sisi tubuh agar
dapat diketahui lesi gangguan patologis pada sistem saraf.
• Pemeriksa perlu menjelaskan kepada pasien mengenai hasil dari pemeriksaan
refleks patologis, kecurigaan diagnosis, serta kebutuhan akan rujukan ke dokter
spesialis atau pemeriksaan penunjang lainnya, misal CT Scan kepala atau MRI otak.
• Hasil pemeriksaan refleks patologis, baik negatif maupun positif harus ditulis dalam
rekam medis pasien sebagai temuan pemeriksaan fisik dan membantu tenaga medis
lainnya untuk membedakan lesi UMN dan lesi LMN atau kondisi kondisi refleks
patologis lainnya.
H. EVIDENCE BASED
Refleks patologis (misalnya, Babinski, Chaddock, Oppenheim, moncong,
rooting, menggenggam) adalah kebalikan dari respons primitif dan menunjukkan
hilangnya inhibisi kortikal.
Refleks Babinski, Chaddock, dan Oppenheim semuanya mengevaluasi respon
plantar. Respon refleks normal adalah fleksi jempol kaki sedangkan respon abnormal
lebih lambat yang terdiri dari ekstensi jempol kaki dengan jari-jari kaki lainnya dan
sering fleksi lutut dan pinggul. Reaksi ini berasal dari refleks spinal dan menunjukkan
disinhibisi spinal karena lesi neuron motorik atas.
Untuk refleks Babinski, telapak kaki bagian lateral dibelai dengan kuat dari
tumit ke ujung kaki dengan bilah lidah atau ujung palu refleks. Stimulus harus
berbahaya tetapi tidak merugikan; membelai tidak boleh membelok terlalu medial, atau
mungkin secara tidak sengaja menyebabkan refleks menggenggam primitif. Pada
pasien yang sensitif, respons refleks dapat ditutupi dengan penarikan kaki secara
sukarela secara cepat, yang tidak menjadi masalah dalam pengujian refleks Chaddock
atau Oppenheim (Newman, 2020).
I. LINK VIDEO
✓ https://youtu.be/mhr50zZ1egw
✓ https://www.youtube.com/watch?v=d4iA7fVFgao
✓ https://www.youtube.com/watch?v=3k6b2tPsBlE
J. DAFTAR PUSTAKA
Drouin E, Drouin G, Pereon Y. 2017. The Babinski sign. Lancet Neurol,
16:180.doi:10.1016/S1474-4422(16) 30416-1.
Lumbantobing, S. 2007. Neurologi Klinik. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Jakarta.
Mahar, M. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.
Newman, G. (2020, may). How to Assess Reflexes. Retrieved from MSD MANUAL
professional Version: https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic -
disorders/neurologic-examination/how-to-assess-reflexes
Singerman J, Lee L. 2008. Consistency of the Babinski reflex and its variants. Eur J
Neurol, 15:960–4. doi:10.1111/j.1468-1331.2008.02219.x.
Suwono, W.J. 1996. Diagnosis Topik Neurologi : Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta : EGC.
Weiner, H. L, Levitt L.P. 2001. Buku Saku Neurologi. Jakarta : EGC.
SOP SEIZURE PRECAUTION
A. PENGERTIAN
Kejang adalah gangguan akibat abnormalitas aktivitas sinkronisasi aliran listrik
pada otak. Kejang merupakan pelepasan elektrik yang mendadak dan abnormal dari
otak yang menyebabkan perubahan sensasi, perilaku, Gerakan, persepsi atau
kesadaran.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan dalam upaya menyeimbangkan
sel-sel saraf yang menyebabkan loncatan aliran listrik (excitatory) dan sel-sel
pengontrol (inhibisi) dalam susunan saraf pusat. Jika gangguan hanya terjadi pada suatu
bagian otak tertentu saja, maka akan menyebabkan kejang parsial. Namun, jika terjadi
pada seluruh bagian otak, maka akan menyebabkan kejang secara umum.
Seizure Precautions merupakan salah satu tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan pada klien dengan kejang, sebagai upaya peningkatan keamanan klien
apabila terjadi kejang selama masa perawatan.
B. TUJUAN
• Tindakan pencegahan awal pada pasien yang memungkinkan mengalami kejang
atau memiliki riwayat kejang dalam 3 bulan terakhir.
• Menciptakan lingkungan yang aman jika terjadi kejang.
• Sebagai tindakan pencegahan keselamatan untuk mempertahankan kepatenan jalan
napas.
• Mencegah cedera jika terjadi kejang.
C. INDIKASI
• Klien memiliki risiko tinggi mengalami kejang. Seperti pasien dengan Epilepsi,
Kejang demam, hipoksia, hipotensi, meningitis, ketidak seimbangan elektrolit,
overdosis obat dan hipoglikemia.
• Klien dengan Riwayat penyakit kejang (3 bulan terakhir)
D. ALAT DAN BAHAN
• Handscoon bersih
• Non-rebreathing Mask
• Tabung Oksigen
• Perlengkapan Suction
• Seizure pads atau bantal 2 buah
E. PROSEDUR
• Pengkajian
a) Precipitating factors
Kaji riwayat faktor apa saja yang dirasa memicu terjadinya kejang pada pasien.
Data yang akan didapatkan berupa data subjektif, misalnya setiap
mengkonsumsi obat tertentu, alcohol, atau saat mengalami demam.
b) Frequency
Kaji pola frekuensi terjadinya kejang pada pasien. Misalnya setiap sekali
sehari, sekali seminggu ataupun sekali sebulan.
c) Type of aura
Kaji apakah pasien merasakan aura sebelum kejang dan bagaimana bentuk
auranya. Aura yang dirasakan setiap orang berbeda-beda ada yang melihat
cahaya. Bintik-bintik hitam, mencium bau yang tak sedap, emosi yang tidak
stabil, dll.
d) Body parts affected
Kaji bagian tubuh mana saja yang mengalami serangan kejang. Apakah cuma
ekstremitas, ekstremitas bawah, atau seluruh tubuh.

LANGKAH-LANGKAH
NO. GAMBAR RASIONAL TINDAKAN
TINDAKAN

FASE PRA-INTERAKSI

1. Menyiapkan alat dan Untuk mempermudah


bahan pelaksanaan tindakan yang
akan dilakukan

FASE INTERAKSI
2. Perawat Membina hubungan saling
memperkenalkan diri percaya dengan
dan menjelaskan kepada komunikasi terapeutik dan
pasien prosedur memberikan pemaham
tindakan pemeriksaan kepada pasien mengenai
yang akan dilakukan tindakan yang akan
serta memberikan dilakukan. Juga Sebagai
informed consent tanda persetujuan untuk
kepada pasien. dilakukannya tindakan oleh
perawat kepada pasien.

3. Mencuci tangan dengan Mencegah dan


6 langkah meminimalkan terjadinya
transmisi mikroorganisme

4. Memasang Handscoon Sebagai alat pelindung diri


bersih agar tidak terjadi infeksi
silang antara pasien dan
perawat

FASE KERJA

5. Atur tabung suction dan Antisipasi segera jika klien


catheter suction tersedia mengalami
di kamar klien di sebelah hipersekresi jalan nafas
tabung suction

6. Atur oksigen dengan Antisipasi jika klien


flow meter. Sediakan mengalami sesak napas,
non rebreathing mask di atau kesulitan
kamar klien di dekat bernapas
pengaturan oksigen.

7. Letakkan bantal atau Mencegah klien dari


seizure pads pada kedua potensi menghantam bed
sisi kanan dan kiri rails disamping tempat
tempat tidur tidur klien
8. Inspeksi lingkungan dari Antisipasi dari potensi
potensi bahaya bahaya di lingkungan jika
keselamatan dan klien mengalami
jauhkan dari kamar klien kejang

9. Sampaikan pada klien Sampaikan pada klien jika


jika merasakan gejala merasakan gejala
kejang agar dapat kejang agar dapat
menghubungi menghubungi perawat
perawat segera. segera
Agar memperoleh Agar memperoleh tindakan
tindakan yang lebih yang lebih cepat dari
cepat dari perawat perawat

10. Mencuci tangan Mencegah dan


meminimalkan terjadinya
transmisi mikroorganisme

F. EVIDENCE BASED
Berdasarkan penelitian dari Abdullah Al Sawaf; Kapil Arya, dkk. Tindakan
dalam pencegahan kejang sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, pencegahan
kejang merupakan tindak lanjut kuat dan deteksi dini kunci keberhasilan penanganan
awalnya. Hal yang diperhatikan pembersihan saluran napas dan dukungan ventilasi jika
terjadi kejang dengan memperbaiki posisi serta memindahkan pasien ke tempat yang
aman lalu dilakukan pengecekan pada pasien epilepsi dengan Kendorkan pakaian yang
ketat, terutama di sekitar leher. Setelah itu miringkan serta jangan memasukkan apapun
ke dalam mulut dan menghindari muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
G. LINK VIDEO
✓ https://www.youtube.com/watch?v=aFg0JWYXFOA&feature=youtu.be
✓ https://www.youtube.com/watch?v=sqLE5S9jw6E
H. DAFTAR PUSTAKA
Melati, D., Suwarba, I., SutrianiM, D., & Kari, K. (2014). First Unprovoked Seizure in
Children. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 93-99.
Rizal. A. Dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Elseiver.
Al Sawaf A, Arya K, Murr N. Seizure Precautions. [Updated 2020 Sep 4]. In:
StatPearls[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536958/
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-1-
_Kejang.pdf. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2020
http://pediatricnursing.net/ce/2012/article36191194.pdf. Diakses pada tanggal 5
Oktober 2020
https://fdokumen.com/document/sop-kejang.html. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020
https://www.youtube.com/watch?v=70pnGDXlilE. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020
https://www.youtube.com/watch?v=WoPqVvsnewo. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2020

Anda mungkin juga menyukai