PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa Rumusan
Masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan test alergi ( skin test ) ?
2. Apa saja cara pemberian obat secara oral ?
3. Apa saja cara pemberian obat secara topikal ?
4. Apa saja cara pemberian obat secara parenteral ?
5. Apa saja cara pemberian obat secara suppositoria ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian test alergi ( skin test ) .
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat oral kepada klien .
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat topikal kepada klien .
4. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat parenteral kepada klien
.
5. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat suppositoria kepada
klien .
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a.Pengertian Skin Test
Memberikan obat melalui suntikan intracutan/ intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau
intra dermis.
Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat dibawah permukaan kulit
antebrachii bagian dalam
Digunakan untuk skin test atau tes tuberculin
Intradermal memiliki sirkulasi darah yang minimal dan obat obat akan
diabsorbsi secara perlahan (sangat lambat).
Bermanfaat untuk skin tes karena beberapa klien akan mengalami reaksi
anafilaktik jika obat masuk kedalam tubuh secara cepat
Menggunakan jarum ukuran kecil (1/4-1/2 inci) atau jarum khusus tes
tuberculin
Sudut penyuntikan 5-15o
Tempat penyuntikan: permukaan kulit yang terang, sedikit rambut, tidak
ada lesi dan oedem
Jumlah cairan yang disuntikkan 0,01-0,1 cc
Contoh: 1 gram ampicillin diencerkan 5 cc aquades. Ambil larutan tersebut 0,1 cc
kemudian diencerkan himgga 1 cc. Masukkan obat secara intradermal/intracutan
0,01-0,1 cc
3
c.Prinsip Melakukan Skin Test
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien,
indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara
pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang
riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada
pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila
diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali
24 jam dari saat penyuntikan obat.
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada
penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani
pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian
inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit,
yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.
4
3) Spuit 1 cc atau 0,5 cc disposible.
4) Jarum sesuai kebutuhan, gergaji ampul bila perlu.
5) Perlak dan alas
6) Kapas alkohol atau kapas yang sudah dibasahi NaCl 0,9% dalam tempatnya
7) Handschoen
8) Nierbeken
2. Pelaksanaan
1) Mencuci tangan
2) Berdiri di sebelah kanan/kiri pasien sesuai kebutuhan.
3) Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat
4) Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan
nama pada tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
5) Meenginjeksi pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
6) Jaga privasi pasien
7) Injeksi intrakutan dilakukan dengan cara spuit diisi oleh obat sesuai dosisnya.
8) Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah bagian dalam.
9) Membersihkan lokasi tusukan dengan kapas normal saline atau kapas
alcohol bila diperlukan, kulit diregangkan tunggu sampai kering.
10) Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut antara 5-150 dari
permukaan kulit
11) Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk gelembung kecil, dosis
yang diberikan 0,1 cc atau sesuai jenis obat.
12) Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
13) Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan
pada area penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira
kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah
penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi
daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
14) Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai
hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor
melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan.
5
15) Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk tentang penilaian pada
daerah penyuntikan dan anjurkan untuk tidak menggaruk, memasage atau
memberi apapun pada daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan daftar
obat pasien ketempatnya
16) Mengobservasi keadaan umum pasien
17) melepaskan handschoen, mencuci tangan.
18) Membuat pendokumentasian mencakup:
Tindakan dan respon pasien
Nama jelas perawat yang melakukan tindakan, waktu penyuntikan dan
waktu penilaian, dan lokasi penyuntikan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu
dan tepat tempat.
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
6
Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman.
Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
6. Cuci tangan.
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai
karena merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi
pasien. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet,
sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral
dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain (Gbr. 40-
2).
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat
sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan
per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum
diabsorbs dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai 1 jam. Rasa dan bau
obat yang tidak enak sering menganggu pasien. Cara per oral tidak dapat dipakai
pada pasien yang mengalami mual- mual, muntah, semi koma, pasien yang akan
menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai
gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (missal garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini,
obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana
asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus.
Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak
boleh dikunyah dan pasien diberi tahu untuk tidak minum antacid atau susu
sekurang- kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus
dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau
rasanya tidak enak. Pasien dapat diberi minuman sirup pasien (es) sebelum minum
sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut
atau kembang gula.
Persiapan obat per oral dan cara lainnya merupakan hal yang penting.
A, Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati- hati tentang pesanan obatnya.
Sebelum mengambil/ mengeluarkan obat, perawat harus mencocokkan kartu
pesanan obat dengan label pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga
7
kali untuk menyakinkan obat yang diberi (1) Pada saat botol obat diambil dari
almari, (2) Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan obat, (3) Pada saat
dikembalikan.
B, Obat dalam bentuk cair dituangkan menjauhi sisi label, sejajar dengan mata
pada permukaan yang datar. Sebelum mengembalikan obat ke dalam almari atau
lemari es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obat tidak lengket atau
merusak label. C, Tablet dan kapsul dikeluarkan dari botolnya pada tutupnya
kemudian pada mangkok yang dialasi kertas untuk diberikan pada pasien. Kapsul
dan tablet tidak boleh dipegang. (Diadaptasikan dari :Pagliaro, 1986,
Pharmacologic Aspects of Nursing, The CV Mosby co, St Louis).
8
8. Kemudian semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar
kemudian cuci tangan.
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30
menit sewaktu pemberian.
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun
perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat
yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke
dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak
mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila
ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan
lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk
membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap.
Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat
vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak
diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris.
Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat
merasakan efeknya dalam waktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan
cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung,
lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian
obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini
dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan
gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion).
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu
karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan
pengobatan topical pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang
tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit,
konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama
pemakaian obat, penetrasi obat topical pada kulit.
9
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian
apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan
larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk
melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat
menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat
penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan,
komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.
4. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai
dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput
lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep
biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki
risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.(Jean Smith,
Joyce Young dan patricia carr, 2005 : 684)
a. Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah
obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan
tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan
kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal
(jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan
menggunakan kapas lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus.
Krim adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka
mengandung bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur,
tetapi bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis
kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik
lebih baik ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau
laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal.
Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat
membentuk lapisan penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk
mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta
meningkatkan penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit
kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan
tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan
mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk
mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat
10
tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap
perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi
penggunaan obat selama 24 72 jam
Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
Untuk mempertahankan hidrasi
Melindungi permukaan kulit
Mengurangi iritasi kulit
Mengatasi infeksi
Tindakan
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)
b. Pinset anatomis
c. Kain kasa
d. Balutan
e. Pengalas
f. Air sabun, air hangat
g. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat
kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan atau mengompres
7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
8. Cuci tangan
b. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan
iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang
dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang
lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan
kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
Tindakan
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
11
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat atau kapas pelembab
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di
samping kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut
mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,
jari telunjuk di ataas tulang orbita
7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai
dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak
mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak
mata bawah. Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara
bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian
c. Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi
telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat
antibiotik.
Tindakan
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Spekulum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
12
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke
belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak
5. Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk
mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
6. Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep
kemudian masukan atau oleskan pada liang telinga
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
8. Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
9.Cuci tangan
10. Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
d. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung
yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau
nasofaring
Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia
lanjut yang lebih peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain
akibat vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini
dihentikan, dapat terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder in
dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.
Bentuk-bentuknya :
a. Tetes hidung (nasal drops).ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa.
contohnya Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
b. Semprot hidung (nasal spray).ditujukan untuk orang dewasa. contohnya
Afrin, Iliadin, Otrivin.
c. Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan
untuk anak-anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase,
Flixonase, Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.
Tindakan
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
13
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan cara :
Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6. Cuci tangan
7. Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat
14
c. Cara Pemberian Obat Parenteral
Suntikan intrakutan
Pengertian :
Yang dimaksud dengan suntikan intrakutan adalah memasukkan obat
kedalam jaringan kulit.
Tujuan :
- mendapatkan reaksi setempat ;
- mendapatkan / menambahkan kekebalan misalnya, suntikan
B.C.G.
Tempat penyuntikan :
- di lengan bawah : bagian lengan bawah sepertiga dari lekukan siku ( dua per
tiga dari pergelangan tangan ) pada kulit yang sehat,
jauh dari pembulu darah ( untuk Mauntox ).
- di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu di tengah tengah daerah
muskulus deltoideus, untuk B.C.G.
Persiapan alat-alat
Alat yang harus digunakan untuk melaksanakan intrakutan adalah sebagai
berikut:
- baki berisi :
bak semprit yang didalamnya terdapat semprit seteril
1cc + jarum no. 18 atau no. 20 berisi cairan suntikan dan
kapas alkohol,
bengkok kosong,
daftar / buku suntikan.
- sampiran.
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien
- Memasang sampiran bila perlu dan mengatur posisi pasien
- Mencuci tangan
- Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
- Menghapus hamakan kulit pasien dengan kapas alkohol,
membuang kapas bekas kedalam bengkok, tunggu sampai kulit
kering
- Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri, kemudian jarum
disuntikkan perlahan lahan dengan lobang jarum mengarah
keatas
- Jarum dari permukaan kulit membentuk sudut 15-20
- Menyemprotkan cairan sampai terjadi gelembung berwarna
putih pada kulit, lalu jarum ditarik dengan cepat, tidak dihapus
15
hamakan dengan kapas alkohol dan tidak boleh dilakukan
pengurutan ( masase )
- Merapikan pasien
- Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
- Mencuci tangan
Perhatian :
- Pada pemberian vaksin B.C.G dan cacar kulit dibersihkan
dengan kapas yang telah di rebus ( tidak boleh dengan alkohol)
Suntikan subkutan
Pengertian :
Yang dimaksud suntikan sub kutan adalah menyuntikkan obat di bawah kulit.
Tempat penyuntikaan :
- Pada lengan atas sebelah luar bagian dari bahu ;
- Pada paha sebelah luar, bagian dari sendi panggul ;
- Pada daerah perut sekitar pusat ( umbilicus ),skapula,
ventrogluteal dan dorsogluteal
Persiapan alat-alat :
- Sama dengan memberikan suntikan intrakutan, tetapi
mengunakan semprit 1 cc dan jarum suntikan nomor. 12 18
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagai berikut :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien
- Memasang sampiran bila perlu
- Mengatur posisi pasien serta membebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian
- Mencuci tangan
- Menghapus hamakan kulit pasien dengan kapas alkohol dan
membuang kapas bekas kedalam bengkok, tunggu sampai kulit
kering
- Menegangkan / mengangkat kulit pasien dengan jari telunjuk
dan ibu jari, kemudian menusukkan jarum perlahan lahan dengan
lobang jarum mengarah keatas
- Jarum dari permukaan kulit membentuk sudut 45
- Menarik pengisap sedikit / aspirasi untuk memeriksa apakah
ada darah atau tidak ; bila tidak ada daerah semprokan cairan
perlahan lahan sampai habis
16
- Meletakkan kapas alkohol yang baru diatas jarum, kemudian
menarik semprit dan jarum dengan cepat sambil menegang pangkal
jarum, lalu melakukan masase pada bekas suntikan
- Merapikan pasien
- Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
- Mencuci tangan
Suntikan Intramuskuler
Pengertian :
Yang dimaksud suntikan intra muskuler adalah menyuntikkan obat ke
dalam jaringan otot
Tempat penyuntikan
Otot bokong ( musculus gluteus maximus ) kanan / kiri; yang tepat
adalah pada bagian bagian dari spina iliaca anterior superior ke
tulang ekor ( os coxygeus )
Dorsogluteal
Ventrogluteal
Otot paha bagian luar ( musculus quadricep femoris ) ;
Otot pangkal lengan ( musculus deltoideus )
Persiapan alat-alat :
Sama dengan pada pemberian suntikan secara intrakutan, tetapi disediakan :
- semprit 1 10 cc
- jarum no. 1 2
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagai berikut :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien
- Memasang sampiran bila perlu.
- Mengatur posisi pasien
- Mencuci tangan
- Membebaskan daerah yang akana disuntik dari pakaian
- Menghapushamakan kulit pasien dengan kapas alkohol,
membuang kapas bekas kedalam bengkok dan tunggu sampai kulit
kering
- Menegangkan kulit dengan tangan kiri pada daerah bokong,
atau mengangkat otot pada musculus quardricep femoris /
muskulus deltoideus, kemudian menusukkan jarum kedalam otot
tegak lurus dengan permukaan kulit sedalam panjang jarum.
Menarik pengisap sedikit untuk memeriksa apakah ada darah atau
tidak, bila tidak ada daerah menyemprotkan cairan obat perlahan
lahan
17
- Setelah obat masuk seluruhnya, kulit daerah penusukan jarum
di tekan dengan kapas alkohol, jarum ditarik keluar dengan cepat,
kemudian tempat penyuntikan dimasase
- Merapikan pasien
- Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
- Mencuci tangan
Perhatian :
- Tempat penyuntikan pada bokong harus tepat ; bila salah akan
mengenai saraf ischiadicus
- Bila pasien beberapa kali harus disuntik, maka diusahakan agar
penyuntikan pada tempat yang berlainan
- Bila cairan obat mengandung minyak, jarum pengisap cairan
harus diganti dengan kering
- Daerah bekas suntikan dimasase lebih lama
Suntikan Intravena.
Pengertian :
Yang dimaksud dengan suntikan intravena adalah menyuntikan
cairan obat ke vena
Tujuan :
Tujuan suntikan intravena adalah :
mempercepat reaksi, karena obat langsung masuk ke peredaran
darah
Tempat penyuntikan :
Pada vena yang dangkal dan dekat dengan tulang, misalnya :
- pada lengan ( vena mediana cubiti / vena cephalica ) ;
- pada tungkai ( vena saphenous ) ;
- pada leher ( vena jugularis ), khusus pada anak.
- Pada kepala(vena frontalis atau vena temporalis) pada bayi
.
Persiapan alat-alat :
Sama dengan pemberian suntikan intramuskuler ditambah dengan :
- karet pembendung ( torniket )
- pengalas ( perlak kecil + alasnya );
Cara bekerja :
Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagai berikut :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien
- Memasang sampiran bila perlu. Mengatur posisi pasien
18
- Mencuci tangan
- Membebaskan daerah yang akana disuntik dari pakaian
- Memasang pengalas di bawah daerah / tempat yang akan
disuntik
- Mengikat bagian di atas daerah yang akan di suntik dengan
karet pembendung agar vena mudah diraba / dilihat. Untuk di
bagian lengan pasien dianjurkan untuk mengepalkan tangan
- Menghapushamakan kulit pasien dengan kapas alkohol,
membuang kapas bekas kedalam bengkok dan tunggu sampai kulit
kering
- Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri, lalu menusukkan
jarum kedalam vena dengan lobang jarum mengarah keatas sejajar
dengan vena
- Menarik pengisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah
masuk ke dalam vena, yang ditandai dengan masuknya darah ke
dalam semprit
- Menganjurkan pasien membuka kepalannya sambil membuka
karet pembendung, kemudian secara perlahan lahan memasukkan
cairan ke dalam vena sampai habis
- Meletakkan kapas alkohol di atas jarum, kemudian menarik
semprit + jarum dengan cepat sambil memegang pangkal jarum.
Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai darah tidak
keluar lagi
- Merapikan pasien
- Membawa alat-alat ke meja suntikan untuk di bersihkan
- Mencuci tangan
Perhatian :
- Jangan mencoba menusukkan jarum, bila vena kurang jelas
terlihat / teraba
- Bila terjadi infiltrat, jarum dan smprit langsung dicabut dan
untuk di pindahkan ke vena yang lain
- Usahakan jangan sampai terjadi emboli udara
Perhatikan pada semua cara penyuntikan :
- Perhatikan reaksi pasien pada saat dan sesudah pemberian
suntikan
- Pemberian obat suntikan harus dicatat di dalam buku catatan :
- Jam dan tanggal pemberian suntikan,
- dosis dan macam obat yang diberikan,
- nama perawat yang melakukan perasat,
- nama dokter yang memberi intruksi
19
- Jangan menggunakan semprit yang bocor, retak pengisapnya
longar serta jarum yang ujungnya tumpu, bengkok dan tersumbat
- Pada pasien hepatitis harus digunakan semprit dan jarum
tersendiri. Bila memungkinkan gunakan semprit dan jarum yang
disposibel
- Bila obat didalam flakon pakailah 2 jarum; 1 jarum besar
ditusukan ke dalam flakon untuk cairan suntikan kedalam semprit
dan satu jarum untuk menyuntik pasien
20
Indikasi dan kontra indikasi
o Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
o Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut)
pada saluran cerna.
Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
Pembedahan rektal.
Jenis Obat Supositoria
Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac suppositoria yang
berfungsi secara local untuk meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada
obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian
obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfinkter
ani interna.
Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya dosis
perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak
dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Contoh obat supositoria :
Kaltrofen supositoria
Profeid supositoria
Ketoprofen supositoria
Dulcolax supositoria
Profiretrik supositoria
Stesolid supositoria
Boraginol supositoria
Tromos supositoria
Propis supositoria
Dumin supositoria
21
Bentuk dan berat supositoria
a. Supositoria untuk rektum
Bentuknya seperti peluru, torpedo/jari- jari tergantung pada bobot jenis dan bahan
obat dan basis yang di gunakan.
b. Supositoria dari lemak coklat
Berat supositoria untuk dewasa kira-kira 2gr dan biasanya lonjong seperti
torpedo, sedangkan untuk anak-anak 1gr dan ukrannya lebih kecil
c. Supositoria uretal (BOUGI)
Bentuknya seperti pensil, dan meruncing pada salah satu ujungnya. Untuk laki-
laki beratnya 4gr dan wanita 2gr.
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
a) Bisa mengobati secara bertahap
b) Kalau missal obat meinimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat,
dapat memberikan efek local dan sistemik.
c) Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.
b. Kerugian
a) Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
b) Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
c) Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.
Prosedur Pemberian Obat Suppositoria
1. Persiapan Alat
Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
Aplikator untuk krim vagina
Pelumas untuk supositoria
Sarung tangan sekali pakai
Pembalut
Handuk bersih
Gorden / sampiran
2. Persiapan Pasien dan Lingkungan
Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
22
Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
3. Pelaksanaan
Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan
dosis obat.
Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
Kenakan sarung tangan
Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan
jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan
sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan
timbulnya nyeri
Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang
tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai
dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di
serap dan memberikan efek terapeutik
Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
untuk mencegah keluarnya suppositoria
Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk
mengambil pispot atau ke kamar mandi
Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
Cuci tangan
Kaji respon klien
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skin test adalah suatu pengujian yang dilakukan pada kulit untuk
mengidentifikasi substansi alergi (alergen) yang menjadi pemicu timbulnya reaksi
alergi.
Skin test biasanya dilakukan pada pasien yang akan diberikan pengobatan
dan dicurigai memiliki alergi terhadap bahan dan obat tertentu, misalnya pada
penderita rhinitis alergika, asthma, alergi makanan, dan lain sebagainya.
24
B. Saran
1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertian test alergi atau skin test.
2) Diharapkan dapat menambah pengetahuan kita cara pemberian obat kepada
klien.
3) Memperbanyak referensi sebagai bahan acuan bagi peneliti yang ingin lebih
memperdalam kajian tentang test alergi dan cara pemberian obat kepada klien.
25