A. DEFNISI
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh Obat-obat yang diberikan melalui parenteral
ini diabsorbsi lebih cepat dibandingkan obat yang diberikan melalui sistem gastrointestinal,
karena obat tidak perlu melewati barier jaringan epitel pada organ gastrointestinal sebelum
akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah. Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar
atau tidak kooperatif yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat ora (Potter & Perry,
2005).
1. Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada dibawah
lapisan dermis.
2. Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah
epidermis
3. Intramuscular (IM) yaitu muenyontikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
b. Bentuk ampul
1) Gergaji leher ampul, alasi ujung ampul dengan kapas alkohol, kemudian
ujung ampul dipatahkan
2) Hisap cairan obat sesuai dengan dosis
3) Masukkan spuit berisi obat kedalam bak injeksi steril bersama alcohol
PEMBERIAN OBAT
DEFINISI Pemberian obat melalui injeksi yang ditusukkan pada lapisan dermis atau lapisan di
bawah epidermis (permukaan kulit)
11. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya satu tangan dengan arah
lurus ke depan. Pertahankan bevel jarum menghadap ke atas.
12. Tegangkan (regangkan) area yang akan diinjeksi dengan menggunakan
tangan kiri (non dominan). Tangan dominan memegang spuit.
13. Lakukan penusukan dengan perlahan. Sudut penusukan 5 sampai 15
derajat terhadap permukaan kulit. Masukkan terus jarum melalui
epidermis sampai kira-kira 3 mm dibawah permukaan kulit. Ujung jarum
dapat dilihat melalui kulit.
14. Dorong obat secara perlahan. Obat ini akan menimbulkan tonjolan
dibawah permukaan kulit seperti gigitan nyamuk dengan diameter sekitar
6 mm. Pada saat memasukkan obat, akan terasa adanya tahanan. Jika
tidak, berarti jarum masuk terlalu dalam dan harus ditarik.
15. Tarik spuit sambil mengusapkan swab alkohol dengan perlahan diatas
tempat injeksi tanpa memberikan masase (pijatan)
16. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum
dengan kapnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan teknik satu
tangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di tempat sampah
khusus.
17. Ambil pengalas di bawah lengan
18. Bantu klien kembali ke posisi semula
19. Rapikan peralatan yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
20. Gambar lingkaran di sekeliling tepian tempat injeksi dengan bolpoin
21. Tanyakan pada klien apakah merasa nyeri akut, sensasi terbakar, baal,
atau kesemutan pada tempat injeksi. Observasi adanya reaksi alergi
setelah injeksi intradermal.
22. Instruksikan klien dan keluarga untuk tidak menyentuh daerah injeksi
23. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
24. Beri reinforcement positif
25. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik.
26. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikam:
HAL-HAL YANG 1. Perawat perlu kembali mengevaluasi respon klien terhadap pengobatan.
HARUS Tes alergi diobservasi setelah 15 – 30 menit, tes tuberkulin diobservasi
DIPERHATIKAN
setelah 48 – 72 jam. Catat respon klien dan hasil tes.
2. Waspada terjadinya reaksi anafilaktik setelah dilakukan injeksi
intradermal terutama obat penisilin dan antitoksin tetanus. Jika hal ini
terjadi segera injeksikan epineprin dan tindakan penanganan yang lain.
3. Perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan jelas supaya
perubahan warna dan integritas kulit dapat diketahui.
4. Pilih area injeksi yang relatif tidak berbulu dan bebas luka
5. Area injeksi tidak boleh di masase sebelum diperoleh hasil tes (hal ini
perlu diinformasikan pada klien dan keluarga)
6. Tes alergi: lihat perubahan warna kulit (kemerahan, pruritus) di area
injeksi, tanyakan adanya gatal pada area injeksi, dan observasi tanda-
tanda vital.
Tes tuberkulin: lihat indurasi (pengerasan) area suntikan dan eritema. Diameter
indurasi 10 mm atau lebih dianggap signifikan terhadap adanya Mycobacterium
tuberculosis. Diameter indurasi diukur pada bagian terlebarnya. Eritema
(kemerahan) tanpa adanya indurasi tidak dianggap signifikan.
PEMBERIAN OBAT
TGL TERBIT
PROSEDUR Ditetapkan oleh ;
TETAP
DEFINISI Pemberian obat melalui injeksi yang ditusukkan pada lapisan jaringan lemak di
bawah kulit
TUJUAN Memberikan obat yang memerlukan rute subkutan dan obat-obat yang
memerlukan absorpsi lambat dibandingkan melalui intramuskular ataupun
intravena.
INDIKASI 1. Klien yang dilakukan penyuntikan vaksin
2. Pemberian medikasi pre operasi
3. Klien yang mendapat obat narkotik
4. Pemberian insulin pada klien diabetes mellitus
Pemberian heparin (antikoagulan)
PERSIAPAN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien dengan
PASIEN
memeriksa identitas klien secara cermat, cek program pengobatan
mencakup 12 BENAR.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, kaji riwayat
medis dan riwayat alergi terhadap obat yang sama sebelumnya, berikan
kesempatan pada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri privasi kepada
klien
Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman
Baki beralas berisi:
Spuit (ukuran bervariasi sesuai volume obat yang diperlukan, umumnya 1 – 3 ml)
PERSIAPAN ALAT
1. Jarum sesuai ukuran (25 sampai 27 G), panjang jarum 3/8 sampai 5/8 inci
2. Swab antiseptik (alkohol) dalam tempatnya
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat ampul atau vial sesuai instruksi dan cairan pelarutnya (jika diperlukan)
5. Bak injeksi (bak spuit)
6. Bengkok
7. Perlak dan alasnya
8. Kartu obat atau catatan pemberian obat
1. Beritahu klien bahwa tindakan segera dimulai
CARA KERJA 2. Siapkan peralatan dan catatan atau kartu obat di dalam ruang pengobatan
atau di kereta obat. Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan teliti
dan periksa kembali perhitungan.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Siapkan dosis obat yang tepat dari vial atau ampul sesuai kebutuhan
(instruksi dokter). Lakukan dengan langkah yang benar. Ingat 3 cek
pembacaan obat. Obat yang telah disiapkan diletakkan dalam bak injeksi.
5. Tentukan area yang akan diinjeksi. Inspeksi area yang akan diinjeksi
terhadap adanya edema, massa, atau nyeri tekan. Hindari jaringan parut,
memar, abrasi, atau infeksi.
6. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman dan merelaksasi area sesuai
tempat injeksi yang dipilih. Jika injeksi di lengan, posisi klien duduk atau
berdiri; jika di abdomen, klien duduk atau terlentang; jika ditungkai,
klien duduk ditempat tidur atau di kursi. Minta bantuan perawat lain atau
keluarga untuk memegang klien yang tidak kooperatif atau klien anak
kecil (jika perlu).
7. Pertahankan selimut atau baju yang menutupi bagian tubuh yang tidak
dilakukan injeksi.
8. Pasang perlak atau pengalas di bawah area yang akan dilakukan injeksi.
9. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik (alkohol). Usap bagian
tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang
sekitar 5 cm.
10. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya satu tangan dengan arah
lurus ke depan.
11. Pegang spuitn di antara ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah dengan
tangan dominan (seperti memegang anak panah).
12. Tusukkan jarum spuit ke area injeksi.
Untuk klien berukuran tubuh rata-rata, gunakan tangan non dominan
untuk meregangkan kulit pada tempat injeksi atau pegang kulit sehingga
tercipta suatu gulungan kulit setebal ½ inci. Untuk klien gemuk, cubit
kulit di tempat injeksi dan masukkan jarum dibawah lipatan kulit.
Masukkan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45 – 90 derajat.
Kemudian lepas kulit jika dicubit.
13. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan
tangan tidak dominan. Lakukan aspirasi (meskipun penusukan pembuluh
darah pada injeksi subkutan jarang ditemukan). Hindari menggerakkan
spuit ketika menarik pengisap secara perlahan untuk mengaspirasi. Bila
tidak ada darah, injeksikan obat perlahan-lahan. Apabila darah terlihat di
spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit, ulangi prosedur.
14. Setelah injeksi, tarik jarum spuit dengan lembut tapi cepat dengan sudut
yang sama saat insersi (dimasukkan). Usapkan swab alkohol dengan
perlahan diatas atau di tempat injeksi dan beri masase ringan di area
injeksi. Bila tempat penusukan mengeluarkan darahh, maka tekan area
tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti.
15. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum
dengan kapnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan teknik satu
tangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di tempat sampah
khusus.
16. Ambil pengalas
17. Bantu klien kembali ke posisi semula
18. Rapikan peralatan yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
19. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
20. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif dan
obyektif)
21. Beri reinforcement positif
22. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik.
23. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikam:
HAL-HAL YANG 1. Perawat perlu kembali mengevaluasi respon klien terhadap pengobatan
HARUS dalam 10 – 30 menit.
DIPERHATIKAN
2. Jaringan subkutan berisi reseptor nyeri, sehingga hanya dosis kecil obat
yang larut air dan tidak mengiritasi yang boleh diberikan melalui rute ini.
3. Heparin (antikoagulan) dapat menyebabkan perdarahan lokal dan memar
bila diinjeksikan ke dalam area seperti lengan dan tungkai yang
melibatkan aktivitas muskular. Oleh karena itu pemberian heparin
subkutan sebaiknya menggunakan area abdomen.
4. Klien yang mendapatkan insulin harian berulang dianjurkan untuk
melakukan rotasi injeksi pada area yang berbeda.
Aspirasi saat menginjeksikan heparin maupun insulin tidak dianjurkan.
PEMBERIAN OBAT
DEFINISI Pemberian obat melalui injeksi yang ditusukkan pada lapisan otot (muskular).
11. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya satu tangan dengan arah
lurus ke depan.
12. Pegang spuit di antara ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah dengan
tangan dominan (seperti memegang anak panah), pegang dengan telapak
ke bawah pada sudut 90 derajat terhadap tempat injeksi.
13. Tempatkan tangan non dominan pada tempat injeksi dan regangkan kulit
untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum secara lembut dan cepat ke
dalam otot pada sudut 90 derajat. Jika massa otot kecil, cubit badan otot
antara ibu jari dan jari lain. Jika obat bersifat mengiritasi, gunakan
metode Z-track.
14. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan
tangan tidak dominan. Lakukan aspirasi. Hindari menggerakkan spuit
ketika menarik pengisap secara perlahan untuk mengaspirasi. Bila tidak
ada darah, injeksikan obat secara perlahan (kecepatan 10 detik/ml).
Apabila terdapat darah di dalam spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit,
dan ulangi prosedur.
15. Setelah injeksi, tarik jarum spuit dengan lembut tapi cepat dengan sudut
yang sama saat insersi (dimasukkan). Usapkan swab alkohol dengan
perlahan di tempat injeksi, lakukan penekanan perlahan. Jangan
memasase kulit. Bila tempat penusukan mengeluarkan darah, maka tekan
area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti.
Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus lateralis, anjurkan klien
menggerak-gerakkan kaki.
16. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum
dengan kapnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan teknik satu
tangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di tempat sampah
khusus.
17. Ambil pengalas
18. Bantu klien kembali ke posisi semula
19. Rapikan peralatan yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
20. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
21. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif dan
obyektif)
22. Beri reinforcement positif
23. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik.
24. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikam:
HAL-HAL YANG 1. Memasukkan obat intramuskular harus perlahan. Obat yang diinjeksikan
HARUS terlalu cepat dapat mempengaruhi absorpsi obat dan menyebabkan nyeri.
DIPERHATIKAN
2. Otot dorsogluteal tidak boleh digunakan pada anak kecuali otot ini telah
berkembang. Vastus lateralis adalah tempat injeksi yang dipilih untuk
anak. Otot deltoid tidak lagi dianjurkan.
3. Massa otot klien lansia mungkin berkurang. Penting untuk memilih
jarum berukuran tepat. Klien lansia mungkin juga tidak dapat mentolerir
lebih dari 2 ml injeksi intramuskular.
4. Kembali mengevaluasi respon klien terhadap pengobatan dalam waktu
10 – 30 menit.
PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat melalui injeksi yang ditusukkan langsung pada pembuluh darah
vena, biasanya pada klien yang tidak terpasang infus. Vena yang dapat dipakai
DEFINISI untuk injeksi adalah vena basilica dan sefalika (lengan), vena jugularis (leher), vena
safena (tungkai), vena temporalis dan frontalis (kepala).
Injeksi intravena bertujuan agar obat yang diberikan dapat beraksi dengan
cepat dibanding secara enteral atau parenteral yang lain.
TUJUAN
11. Lakukan aspirasi. Bila terhisap darah (tampak pada spuit), lepaskan
torniket dan dorong obat secara perlahan ke dalam vena.
12. Setelah obat masuk semua, tarik spuit dan jarum, lakukan penekanan
pada area injeksi dengan swab alkohol.
13. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum
dengan kapnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan teknik satu
tangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di tempat sampah
khusus.
14. Ambil pengalas
15. Bantu klien kembali ke posisi semula
16. Rapikan peralatan yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
17. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
18. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif dan
obyektif)
19. Beri reinforcement positif
20. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik.
21. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikam:
HAL-HAL YANG 1. Lakukan penekanan lebih lama pada area yang telah diinjeksi terutama
HARUS pada klien yang mengalami gangguan pembekuan
DIPERHATIKAN
2. Jika jarum yang masuk ke vena terlalu dalam dapat merobek vena dan
menyebabkan hematom
3. Pilih vena yang mudah diakses
4. Vena bayi sangat kecil dan rapuh. Injeksi yang cepat pada bayi dapat
menyebabkan infiltrasi.
5. Vena klien lansia umumnya lebih rapuh dibandingkan klien yang lebih
muda, dan infiltrasi dapat terjadi jika cairan diberikan terlalu cepat.
Perawat kembali mengevaluasi respon klien terhadap pengobatan dalam 10
sampai 30 menit.