• Reaksi hipersentifitas dapat terjadi bila jumlah antigen
yang masuk relative banyak atau bila status neurologik seseorang baik selular maupun humoral meningkat
• Reaksi ini tidak pernah timbul pada pemaparan
pertama dan merupakan ciri khas individu bersangkutan Pengkajian
• Pengkajian pasien dengan alergi, diperlukan
data dasar yang lengkap • Termasuk riwayat pasien yang lengkap, pemeriksaan fisik, diagnostic test dan skin test terhadap allergen. Riwayat kesehatan • Riwayat keluarga, termasuk informasi tentang reaksi atopik • Riwayat alergi pd masa lalu dan saat ini • Manifestasi klinik akibat reaksi alergi, jika pasien wanita, kaji riwayat hamil, menstruasi atau menopause • Kaji keadaan lingkungan Pemeriksaan Fisik • Pemeriksaan secara menyeluruh pd pasien alergi, terutama berikan perhatian pd manifestasi alergi, pengkajian subyektif dan obyektif. 1. gangguan pernafasan yang berulang; 2. batuk, 3. sesak nafas, 4. sputum kental, 5. stridor, 6. dll Diagnostik Test • ketidak normalan dari limfosit, eosinofil, immunoglobin, juga pemeriksaan darah dan test serologis. • Jumlah esinofil meningkat tipe I termasuk Ig E, test allergen. • Test kapasitas vital paru, volume pernafasan. Penatalaksanaan medik • Disamping pengobatan,menghindari allergen bila sudah diketahui akan tetapi mengetahui jenis allergen kadang sangat sulit.
• Antihistamin, digunakan untuk pengobatan
menghilangkan gejala dan mengurangi kongesti hidung, kortikosteroid, anti imflamasi dapat digunakan pada gejala yang berhubungan dengan alergi. Penatalaksanaan medik • Kolaborasi dengan dokter
• Jika terjadi hipoksia dapat dipertimbangkan
pemberian O2 atau pemasangan ETT guna pemenuhan kebutuhan oksigen Penatalaksanaan medik
• Jika terjadi hipovolemik dapat diberikan cairan
intravena/infuse.
• Kortikosteroid spray sangat efektif mengurangi
gejala rhinitis alergi.
• Penanganan pada dermatitis kontak,
pendidikan ditujukan terutama perawatan kulit, pencegahan infeksi yang terjadi pada kulit, dan peningkatan kenyamanan Diagnosa Keperawatan • Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme atau edema laring. Tujuan: pertahankan jalan nafas tetap bebas . Intervensi: 1. Tempatkan klien pada posisi fowler atau semi fowler 2. Berikan oksigen per nasal 2 – 4 L/mnt 3. Kaji jalan nafas : observasi frekwensi nafas dan pola nafas, tingkat kesadaran, penggunaan otot asesoris pada saat bernafas, gerakan dinding dada, suara stridor, auskultasi bunyi nafas tambahan misalnya adanya wheezing. 4. Pasang endotracheal intubasi (sesuai petunjuk) bila ada indikasi. Diagnosa Keperawatan • Penurunan curah jantung b/d vasokonstriksi perifer Tujuan : Curah jantung kembali normal Intervensi : 1. Monitor tanda-tanda vital sesering mungkin. 2. Kaji warna kulit, temperatur, pengisian kapiler (CRT), edema dan indicator lain adanya gangguan perfusi perifer. 3. Monitor tingkat kesadaran klien. 4. Berikan cairan infuse seperti ringer laktat atau NaCl 0,9% sesuai petunjuk. 5. Pasang indwelling kateter dan monitor output urine 6. Bila perlu tempatkan klien pada posisi datar dengan bagian tungkai ditinggikan Diagnosa Keperawatan • Diagnosa keperawatan lainnya yang berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas termasuk : 1. Resiko gangguan berfikir berhubungan dengan penurunan darah cerebral. 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas. 3. Kecemasan berhubungan dengan kesulitan bernapas 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan respon hipersensitivitas. Thank You