Anda di halaman 1dari 29

Askep Imunologi & Hematologi

Gangguan Imun pada Asma


Felisia Ines Iswani
Hassael
Marcelina Intisari Jamin
Natalia Normarita Br Silalahi
R. Rexsi Chrisdinatha Putera
Pengertian Asma
1. Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas
yakni saluran napas sangat mudah bereaksi
terhadap berbagai rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi berupa serangan asma
(Ngastiyah, 2005).
2. Asma adalah suatu peradangan pada bronkus
akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus
terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
3. Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-
otot di sekitar saluran bronchial (saluran udara)
dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan
saluran bronchial mengalami peradangan dan
bengkak (Espeland, 2008).

Eosinofil merupakan inflamasi utama pada asma,


terbukti setelah inhalasi dengan allergen
didapatkan peningkatan eosinofil pada cairan
kurasan bronkoalveolar (BAL) pada saat reaksi
asma lambat yang disertai dengan inflamasi.
Kesimpulan → Asma adalah gangguan inflamasi
kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi yang terjadi pada
asma adalah inflamasi yang khas yaitu inflamasi
yang disertai infiltrasi eosinofil, hal ini yang
membedakan asma dari gangguan inflamasi
jalan napas lainnya.
Anatomi Sistem Pernapasan
• Hidung
Merupakan saluran
udara pertama.
Berfungsi →
menyaring,
menghangatkan dan
melembabkan
Faring
• Merupakan persimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan. Terdapat epiglotis yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.

Laring
• Merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara
Trakea
• Merupakan lanjutan dari laring → 16-20
cincin terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk huruf C. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
Bronkus
• Bronkus terdiri atas 2 bagian : bronkus kanan
dan kiri.
Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. 3 jenis
sel-sel alveolar.
1. sel alveolar tipe I adh sel epitel → dinding alveolar.
2. Sel alveolar tipe II adh sel–sel yang aktif secara
metabolik, mensekresi surfactan mencegah alveolar
agar tidak kolaps.
3. Sel alveolar tipe III adh makrofag → sel – sel
fagositosis yang besar yang memakan benda asing
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
penting.
Fisiologi Pernapasan
• Satu kali bernapas adalah satu kali inspirasi
dan satu kali ekspirasi. Bernapas diatur oleh
otot-otot pernapasan yang terletak pada
sumsum penyambung (medulla oblongata).
Proses fisiologis pernapasan dimana oksigen
dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-
jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke
udara
Hipersensitivitas
• Suatu reaksi hipersensitivitas biasanya akan terjadi
sesudah kontak pertama kali dengan sebuah
antigen.
• Menurut Gell & Coombs hipersensitivitas
dikelompokan menjadi 4 tipe :
1. Hipersensitivitas Anafilaktik (Tipe I)
2. Hipersensitivitas Sitotoksik (Tipe II)
3. Hipersensitivitas Kompleks Imun (Tipe III)
4. Hipersensitivitas Tipe Lambat (Tipe IV)
Hipersensitivitas Anafilaktik (Tipe I)

• reaksi dimulai dlm tempo beberapa menit


sesudah terjadi kontak dengan antigen.

• → mediator kimia dilepaskan → reaksi lambat


dapat → 24 jam. Reaksinya diantarai →
antibody IgE ≠ oleh antibody IgG atau IgM.
• Hipersensitivitas tipe I → kontak sebelumnya
dgn antigen yang spesifik → produksi
antibody IgE oleh sel-sel plasma.
• Proses → kelenjar limfe t4 sel-sel Th (T
Helper).
• Antibody IgE terikat dengan → reseptor
membran pada sel mast → dijumpai di
jaringan ikat dan basofil.
ETIOLOGI
• Asma dapat terjadi karena :
1. Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
• Inhalan,
• Ingestan,
• Kontaktan,
2. Perubahan cuaca
3. Stress
4. Olahraga/aktivitas jasmani berat
5. Lingkungan kerja
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIK
• penderita yang sedang bebas serangan biasanya tidak
ditemukan gejala klinis, pada saat serangan penderita tampak
bernapas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga
ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernapasan bekerja
dengan keras.
• Gejala klasik dari asma ini adalah sesak napas, mengi
(whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-
gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, tachicardi dan pernapasan cepat
dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
TEST DIAGNOSTIK
A. Pemeriksaan laboratorium
1. pemeriksaan sputum
2. pemeriksaan darah
B. Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan radiologi
2. pemeriksaan tes kulit
3. elektrokardigrafi
4. scanning paru
5. spirometri
PENATALAKSANAAN

• Prinsip umum pengobatan asma adalah :


• Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
• Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma.
• Memberikan penerangan kepada penderita ataupun
keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat
yang merawatnya.
Pengobatan pada asma terbagi 2, yaitu:
pengobatan farmakologik : Bronkodilator Terbagi dalam 2 golongan :
• Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
• Orsiprenalin (Alupent)
• Fenoterol (berotec)
• Terbutalin (bricasma)

• Obat-obat golongan simpatomimetik.


MDI (Metered dose inhaler.
• Santin (teofilin)
• Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
• Teofilin (Amilex).
• Kromalin.
Intervensi
Diagnosa I : ketidak efektifan jalan nafas yang
berhubungan dengan adanya bronkhokonstriksi,
bronkhopasme, edema mukosa dan dinding bronchus,
serta sekresi mucus yang kental.
• Kriteria hasil:
o Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi
napas bersih atau jelas.
o Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan
jalan napas, misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan
sekret.
 Intervensi yang di lakukan secara mandiri:

• Auskultasi bunyi napas.


• Kaji atau pantau frekuensi pernapasan.
• Catat adanya atau derajat dipsnea,
• Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,
• Pertahankan polusi lingkungan minimum,
• Dorong atau bantu latihan napas abdomen atau bibir.
• kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum.
• atur posisi semifowler.
• ajarkan cara batuk efektif.
• bantu klien latihan napas dalam.
• Intervensi yang dilakukan secara kolaborasi :
• kolaborasi pemberian obat Bronkodilator , misalnya: Nebulizer via inhalasi
• kolaborasi pemberian obat Xantin, misalnya : aminofilin, oxtrifilin dan
lain-lain.
Rasional:
• Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
napas ,misalnya : peyebaran, krekles basah ( bronkitis), bunyi
nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tak adanya
bunyi nafas (asma berat)
• Takipnea , Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
• Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit, misalnya : infeksi, reaksi alergi.
• Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distress
berat akan mencari yang paling mudah untuk bernafas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
• Diagnosa II: gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli.
• Kriteria hasil:
– dapat mendemonstrasikan batuk efektif
– menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
• Intervensi yang dilakukan secara mandiri :
• kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori,
nafas bibir, ketidakmampuan bicara.
• atur posisi semifowler
• Auskultasi bunyi nafas , catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
• palpasi fremitus.
• awasi tanda vital dan irama jantung.
• Intervensi yang dilakukan secra kolaborasi
• awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
• berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan
toleransi pasien.
• Diagnosa III : gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
• Kriteria hasil :
–Menunjukkan peningkatan berat badan menuju
tujuan yang tepat
–Menunjukkan perilaku atau perubahan pola
hidup untuk meningkatkan atau
mempertahankan berat badan yang tepat .
• Intervensi yang dilakukan secara mandiri:
• Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini. Catat
derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
• Auskultasi bunyi usus
• Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu
• Dorong periode istirahat semalam 1 jam setelah dan
sebelum makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering
• Hindari makanan yang panas atau dingin
• Timbang berat badan sesuai indikasi

• Intervensi yang dilakukan secara kolaborasi :


• Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah
dicerna, secara nutrisi seimbang
• Kaji pemeriksaan laboratorium, misalnya albumin serum,
transferin, profil asam amino.
• Diagnosa IV : Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.
• Kriteria hasil :
– Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan
tindakan
– Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses
penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.
– Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan.
• Intervensi yang dilakukan secara mandiri :
• Instruksikan rasional untuk latihan napas,batuk efektif,latihan kondisi
umum
• Diskusikan obat pernapasan, efek samping,dan reaksi yang tak diinginkan.
• Tekankan pentingnya perawatan oral
• Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan
aktif. Tekankan perlunya vaksinasi influenza
• Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi. Dorong pasien
untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan sekitar rumah
• Kaji efek bahaya merokok dan menasehatkan menghentikan
rokok pada pasien atau orang terdekat
• Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas
pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan,
cara menghemat energi selama aktivitas
• Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada
periodik, dan kultur sputum.
• Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan
oksigen tambahan
• Anjurkan pasien atau orang terdekat dalam penggunaan oksigen
aman dan merujuk ke perusahaan penghasil sesuai indikasi
• Rujuk untuk evaluasi perawatan di rumah bila diindikasikan.
Berikan rencana rencana perawatan detil dan pengakjian dasar
fisik untuk perawatan di rumah sesuai kebutuhan pulang dari
perawatan akut.
• Implementasi
Melakukan tindakan sesuai intervensi dan kebutuhan
pasien.

• Evaluasi
– Tidak ada lagi suara nafas tambahan ( wheezing)
– Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
– Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
– Jalan nafas kembali efektif
– Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Daftar Pustaka
• Soetjningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan
kedua. EGC. Jakarta
• Wordpress.com//2013/02/22/tipe-tipe-hipersensitivitas
• Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
• Scientific Publication.
• Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C.
(2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai