Anda di halaman 1dari 15

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun oleh:
Kelompok 3
Delvita eka sari
Klara roida bintang
Laellatul Aprilia
Lamtiurma
Maria enjelina
Niken ayu
Nurhaliza indah reteh
Tiara puspita sari
APA ITU OKSIGENASI?

• Oksigenasi adalah memenuhi


kebutuhan oksigen dalam tubuh
dengan cara melancarkan saluran
masuknya oksigen atau memberikan
aliran gas oksigen sehingga
konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
SISTEM TUBUH YANG BERPERAN
DALAM PROSES OKSIGENASI
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran
pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru. Saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang terhirup.
• Saluran pernapasan ini terdiri dari:
1 Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior saluran dalam lubang hidung yang memuat kelenjar sebaseus
dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi
oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah.
2 Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus
yang terletak di belakang nasofaring di belakang hidung, di belakang mulut orofaring, dan di
belakang laring laringofaring.
3 Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan
yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.
4 Epiglotis.
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat
proses menelan.

Saluran Pernapasan Bagian Bawah Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi


mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:

1. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih sembilan
sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau
benda asing.
2 Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua
percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian
kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
3 Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus

Paru Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga
torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang
diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang
berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru
kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah
yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.
PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebutuhan Oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari udara kedalam alveoli
atau dari alveoli ke udara. Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru
dikarenakan adanya selisih tekanan udara di atmosfer dan alveolus dan didukung oleh
kerja mekanik otot-otot. Selama inspirasi volume rongga dada bertambah besar karena
diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot. Mekanisme ventilasi
dimulai dari proses inspirasi. Selama inspirasi udara bergerak dari luar kedalam
trakhea, bronkhus, bronkhiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas yang terdapat dalam
alveolus prosesnya berjalan seperti inspirasi dengan alur terbalik.
2. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO 2
dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan, perbedaan tekanan dan konsentrasi O 2 dalam arteri pulmonalis akan
berdifusi kedalam alveoli, dan avinitas gas.

3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian 0 2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO 2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O 2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin 97 dan larut dalam plasma 3, sedangkan CO 2 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin 30 larut dalam plasma 5 dan sebagian menjadi HCO 3 yang
berada dalam darah 65. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu curah
jantung, kondisi pembuluh darah, latihan exercise, perbandingan sel darah selara keseluruhan
hematokrit, serta eritrosit dan kadar Hb.
FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES OKSIGENASI
1. Penurunan kapasitas angkut O 2
Secara fisiologis daya angkut hemoglobin membawa O 2 kejaringan adalah 97. Akan tetapi,
nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya,
pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat.
2. Penurunan konsentrasi O 2 inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O 2
lingkungan.
3. Hipovolemia
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan
ekstraselular yang berlebihan
4. Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
• Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasannya. Status nutrisi, gaya
hidup, kebiasaan berolahraga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak
langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
1. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih obesitas dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat
dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
2. Olah Raga
Latihan fisik dapat meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan kedalaman serta
frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Emosi.
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen. Merokok dapat
menyebabkan gangguan vaskuler periver dan penyakit jantung.
GANGGUAN/MASALAH
KEBUTUHAN OKSIGENASI
• Kasus pertama
• INDAR ASMARANI (2018) DIII KEPERAWATAN Poltekes Kemenkes Kendari Dibimbing Oleh
Rusna Tahir.,S,Kep.,Ns.,M.Kep dan Sitti Muhsinah.,M.Kep.,Sp.KMB
• Asma Bronhkial dapat menyebabkan kekurangan oksigen hal ini disebabkan karena penyempitan jalan
napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru, asma Bronkial dapat menyebabkan berbagai
macam masalah keperawatan salah satunya ketidakefektifan bersihan jalan napas. Tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan NOC (Nursing Outcomes Classification) respiratory status
dan NIC (Nursing Intervension Classification) menejemen jalan napas dengan aktivitas keperawatan
monitor tanda-tanda vital, melatih batuk efektif, member posisi nyaman, kaloborasi pemberian obat
dan memberikan health education. Tujuan penelitian ini Melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien Asma Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif
dengan subyek studi kasus 1 pasien dengan diagnose medis Asma Bronkial. Fokus studi kasus Asuhan
Keperawatan dengan pasien Asma Bronkial, penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 juli 2018 s/d 25
juli 2018 di ruang Laikawaraka Rsu Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Teknik pengumpulan
data menggunakan pengkajian dan obsevasi. Hasil penelitian didapatkan masalah teratasi pada hari ke
5 perawatan dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitas ringan, dapat batuk secara
efektif, irama napas teratur, frekuensi pernapasan dalam rentang normal yaitu 16-42 kali permenit.
Kasus kedua
• Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal-hal lain (aspirasi, radiasi
dll). Adapun mikroorganisme penyebab pneumonia adalah pneumonia topical (klasik) atau
Community Acquired Pneumonia (CAP), pneumonia atipikal (nasokomial), pneumonia
aspirasi, dan pneumonia immuncompromised.
• Salah satu masalah akibat pneumonia ini adalah adanya penumpukan sputum pada saluran
pernapasan. Beberapa gejala klinis akibat adanya penumpukan sputum ini adalah pernapasan
cuping hidung, peningkatan respiratory rate, dypsneu, timbul suara krekels saat diauskultasi,
dan kesulitan bernapas. Kesulitan bernapas akan menghambat pemenuhan suplai oksigen
sehingga suplai oksigen berkurang. Berkurangnya suplai oksigen dalam tubuh akan membuat
kematian sel, hipoksemia dan penurunan kesadaran.
Sumber jurnal:
• ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG LAIKAWARAKA RSU BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
• INDAR ASMARANI, Penulis and Rusna Tahir, Pembimbing 1 and Sitti Muhsinah,
Pembimbing 2 (2018) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG LAIKAWARAKA RSU BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Karya Tulis Ilmiah thesis, Poltekkes Kemenkes Kendari.
Kasus ketiga
• Pasien yang mengalami cedera kepala dapat ditandai dengan penurunan kesadaran dan amnesia ringan berdasarkan
tingkat keparahannya, disorientasi, nyeri kepala, mual serta perubahan tanda-tanda vital seperti perubahan pola nafas .
• Perubahan pola nafas terjadi akibat adanya masalah pada aliran darah yang berpengaruh pada berkurangnya kadar
oksigen.
• Berkurangnya aliran darah ke otak menjadi tanda adanya masalah hemodinamik yang disebut dengan iskemia.
Kurangnya aliran darah yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan otak secara irreversibel. Tindakan
yang dapat dilakukan yiatu dengan pemberian oksigen untuk menjaga kestabilan oksigen pada jaringan tubuh dan
otak.
Sumber jurnal:
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
TINDAKAN UNTUK MENGATASI
MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Pengobatan asma bronkial dapat terdiri dari beberapa komponen.
• Penyakit dikendalikan dan diringankan dengan obat-obatan. Obat yang digunakan
untuk mengobati gejala asma dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pengobatan
pencegahan jangka panjang sering disebut sebagai 'pengendali'.
• Metode pengobatan jangka panjang yang efektif adalah glukokortikoid. Mereka
menghambat kesiapan inflamasi bronkus dan lebih disukai diberikan dalam
bentuk inhalasi sehingga dosis segera mencapai saluran pernapasan.
• Dalam kasus serangan asma akut, obat penenang tersedia dalam bentuk
'pereda'. Tujuannya adalah untuk melebarkan bronkus secepat mungkin sehingga
udara dapat mengalir kembali.
2. penanganan pneumonia
• Penanganan pada pasien pneumonia dengan masalah kebersihan jalan napas bertujuan untuk
membersihkan saluran pernapasan sehingga suplai oksigen yang masuk ke dalam tubuh dapat
terpenuhi dan gangguan akibat berkurangnya suplai oksigen tidak terjadi. Metode yang diterapkan
dalam menangani gangguan kebersihan jalan napas ini sesuai dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan pernapasan, salah satu tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan untuk
membersihkan saluran pernapasan dari sputum yaitu fisioterapi dada. Setelah melakukan fisioterapi
dada pada pasien, sputum berhasil dikeluarkan dari tindakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
gangguan kebersihan jalan napas pasien teratasi. Intervensi dilanjutkan dengan menganjurkan ibu
pasien untuk memberikan tindakan fisioterapi dada pada anak secara mandiri jika anak kambuh
kembali dirumah
3. Penanganan iskemia
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dapat berupa tindakan farmakologis dan non farmakologis.
Tindakan non farmakologis menjadi salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
penggunaan obat dan bantuan oksigen. Tidakan tersebut dapat dilakukan dengan fisioterapi dada,
postural drainase, relaksasi nafas, latihan batuk efektif, latihan diafragma dan pemberian posisi.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menunjang aliran darah ke otak yaitu dengan pemberian posisi
head up 30° . Posisi head up 30° merupakan posisi tidur dengan kepala lebih tinggi daripada badan.
Pemberian posisi head up ini dilakukan dengan mengatur badan dan kaki dalam keadaan lurus
kemudian mengatur ketinggian tempat tidur pada bagian kepala setinggi 30
Thank you

Anda mungkin juga menyukai