• Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas.
• Misal: Tingkat II dijumpai setelah sembuh dari serangan asma.
• Tingkat III penderita sembuh tetapi tidak menemukan pengobatannya.
• Tingkat V status asmatikus yaitu serangan asma akut yang berat bersifat
refrater sementara terhadap pengobatan yang langsung dipakai.
PEMERIKSAAN FISIK
• Kompresi otot-otot bantu pernafasan
terutama otot sterna.
• Cyanosis
• Silent chest
• Gangguan kesadaran
• Penderita tampak letih, hiperinflasi dada
• Thacycardi
Test Diagnostik
1. Tes kulit (tuberculin dan alergen)
– Tes kulit (+) reaksi lebih hebat, mengidentifikasi alergi
yang spesifik.
2. Rontgen: foto thorax menunjukan hiperinflasi
dan pernafasan diafragma.
3.Pemeriksaan sputum: Dapat jernih atau berbusa
(alergi)
4. Dapat kental dan putih (non alergi)
Dapat berserat (non alergi)
• Pemeriksaan darah: * Eusinofilia (kenaikan
badan eusinofil)
• Peningkatan kadar IgE pada asma alergi
• * AGD hipoxi (serangan akut)
Penatalaksanaan Medik
1. Abenis (Beta)
Medikasi awal untuk mendilatasi otot-otot polos bronchial,
meningkatkan gerakan siliarism, menurunkan mediator
kimiawi anafilaktik dan menguatkan efek bronkodilatasi
dari kortikosteroid.
Contoh: Epinenin, Abuterol, Meraproterenol
2. Methil Santik
Mempunyai efek bronkodilator, merileksasikan otot-otot
polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus, dan
meningkatkan kontraksi diafragma.
Contoh: Aminofilin, Theofilin
3. Anti Cholinergik
Diberikan melalui inhalasi bermanfaat terhadap
asmatik yang bukan kandidat untuk antibodi dan
methil santin karena penyakit jantung.
Contoh: Atrofin
4. Kortikosteroid
• Diberikan secara IV, oral dan inhalasi. Mekanisme
kerjanya untuk mengurangi inflamasi dan
bronkokonstriktor.
• Contoh: hidrokortison, prednison dan deksametason