Anda di halaman 1dari 19

Asthma Bronchiale

Proses Pernafasan dipengaruhi oleh:


• Ventilas: pergerakan mekanik udara dari dan ke paru-
paru

• Perfusi: distribusi oksigen oleh darah ke seluruh


pembuluh darah di paru-paru.

• Difusi: pertukaran oksigen dan karbondioksida antara


alveoli dan kapiler paru.

• Transportasi: pengangkutan O2-CO2 yang berperan


pada sistem cardiovaskuler
Etiologi
• Faktor Ekstrinsik
– Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa dan
disebabkan oleh alergen yang diketahui karena
kepekaan individu,
• Faktor Intrinsik
– Faktor ini sering tidak ditemukan faktor-faktor
pencetus yang jelas. Faktor-faktor non spefisik seperti
flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu
serangan asma. Asma instrinsik ini lebih biasanya
karena faktor keturunan dan juga sering timbul
sesudah usia 40 tahun. Dengan serangan yang timbul
sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan
trakeobronchial
Tanda dan Gejala
• Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma timbul bila ada
faktor pencetus.

• Tingkat II penderita asma tanpa keluhan dan tanpa kelainan pada


pemeriksaan fisik tetapi fungsi paru menunjukan tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.

• Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas.
• Misal: Tingkat II dijumpai setelah sembuh dari serangan asma.
• Tingkat III penderita sembuh tetapi tidak menemukan pengobatannya.

• Tingkat IV penderita asma yang paling sering dijumpai mengeluh sesak


nafas, batuk dan nafas berbunyi.

• Tingkat V status asmatikus yaitu serangan asma akut yang berat bersifat
refrater sementara terhadap pengobatan yang langsung dipakai.
PEMERIKSAAN FISIK
• Kompresi otot-otot bantu pernafasan
terutama otot sterna.
• Cyanosis
• Silent chest
• Gangguan kesadaran
• Penderita tampak letih, hiperinflasi dada
• Thacycardi
Test Diagnostik
1. Tes kulit (tuberculin dan alergen)
– Tes kulit (+) reaksi lebih hebat, mengidentifikasi alergi
yang spesifik.
2. Rontgen: foto thorax menunjukan hiperinflasi
dan pernafasan diafragma.
3.Pemeriksaan sputum: Dapat jernih atau berbusa
(alergi)
4. Dapat kental dan putih (non alergi)
Dapat berserat (non alergi)
• Pemeriksaan darah: * Eusinofilia (kenaikan
badan eusinofil)
• Peningkatan kadar IgE pada asma alergi
• * AGD  hipoxi (serangan akut)
Penatalaksanaan Medik
1. Abenis (Beta)
Medikasi awal untuk mendilatasi otot-otot polos bronchial,
meningkatkan gerakan siliarism, menurunkan mediator
kimiawi anafilaktik dan menguatkan efek bronkodilatasi
dari kortikosteroid.
Contoh: Epinenin, Abuterol, Meraproterenol

2. Methil Santik
Mempunyai efek bronkodilator, merileksasikan otot-otot
polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus, dan
meningkatkan kontraksi diafragma.
Contoh: Aminofilin, Theofilin
3. Anti Cholinergik
Diberikan melalui inhalasi bermanfaat terhadap
asmatik yang bukan kandidat untuk antibodi  dan
methil santin karena penyakit jantung.
Contoh: Atrofin

4. Kortikosteroid
• Diberikan secara IV, oral dan inhalasi. Mekanisme
kerjanya untuk mengurangi inflamasi dan
bronkokonstriktor.
• Contoh: hidrokortison, prednison dan deksametason

5. Inhibitor Sel Mast


• Contoh: natrium bromosin adalah bagian integral
dari pengobatan asma yang berfungsi mencegah
pelepasan mediator kimiawi anafilaktik.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan
 Klien mengeluh sesak nafas, batuk, lendir susah
keluar
 Mengeluh mudah lelah dan pusing
 Data penggunaan obat
 Klien mengenal/tidak mengenal penyebab serangan
2. Pola nutrisi metabolik
 Mual, muntah, tidak nafsu makan
 Menunjukan tanda dehidrasi, membran mukosa
kering
 Cyanosis, banyak keringat
3. Pola aktivitas dan latihan
a) Aktivitas terbatas karena adanya wheezing dan
sesak nafas
b) Kebiasaan merokok
c) Batuk dan lendir yang sulit dikeluarkan
d) Menggunakan otot-otot tambahan saat inspirasi
4. Pola tidur dan istirahat
a) Keluhan kurang tidurLelah akibat serangan sesak
nafas dan batuk
b) Pola persepsi dan konsep diriKlien kemungkinan
dapat mengungkapkan strategi mengatasi
serangan, tetapi tidak mampu mengatasi jika
serangan datang.
3. Pola kognitif dan persepsi sensori
 Sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakitnya
 Kemampuan mengatasi masalah
 Melemahnya proses berfikir

4. Pola peran dan hubungan dengan sesama


 Terganggunya peran akibat serangan
 Merasa malu bila terjadi serangan

5. Pola seksualitas dan reproduksi


Menurunnya libido
DX KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi
sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2.
3. Intoleransi beraktivitas dalam melakukan perawatan
diri b.d sesak dan kelemahan fisik.
4. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d pemasukan yang tidak adekuat: mual,
muntah dan tidak nafsu makan.
5. Kecemasan b.d sesak nafas dan takut.
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi
paru selama serangan akut.
7. Resiko tinggi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahan
utama (penurunan kerja silia dan menetapnya sekret).

Anda mungkin juga menyukai