Kelompok II
Anatomi Fisiologi
Definisi
Panas Malaise
Batuk Fotofobia
Konjungtivitis
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
• Koriza dan Batuk bertambah
• Kadang terlehat bercak koplik
• Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
• Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
• Splenomegali
• Diare dan muntah
Masuk ke dalam
tubuh melalui kontak Gangguan rasa
dan udara nyaman
Respon
Peningkatan peningkatan suhu
imun
Morbili suhu tubuh tubuh
terhadap
infeksi
Peningkatan peningkatan
produksi sputum Mual, muntah,
peristaltik usus
diare
Riwayat penyakit
sekarang
Proses
keperawatan
Riwayat penyakit
dahulu
Riwayat Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Nutrisi
Pola Defekasi
Tumbuh Kembang
Pernafasan
Kulit
Mulut & bibir
Hidung
Kepala
Mata
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd anoreksia.
3. Resiko kurang volume cairan bd kehilangan sekunder terhadap demam.
4. Gangguan pola nafas bd inflamasi saluran nafas.
5. Gangguan persepsi sensori bd radang konjungtiva.
6. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses penyakit morbili.
7. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial dan
peningkatan produksi sputum.
Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi.
Tujuan : Diharapkan suhu badan pasien berkurang
Kriteria hasil :
• Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0 C.
• Bibir lembab.
• Nadi normal.
• Kulit tidak terasa panas.
• Tidak ada gangguan neurologis ( kejang ).
Intervensi :
• Monitor perubahan suhu tubuh, denyutan nadi.
• Memberikan kompres dingin / hangat.
• Berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan
• Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi
perubahan suhu tubuh.
• Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.
•
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
Kriteria hasil :
• BB meningkat
• Mual berkurang / hilang
• Tidak ada muntah
• Pasien menghabiskan makan 1 porsi
• Nafsu makan meningkat
• Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
• Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
• Berikan sari buah yang banyak mengandung air.
• Berikan susu atau makanan dalam keadaan hangat.
• Berikan nutrisi bentuk lunak untuk membantu nafsu makan.
• Berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat.
• Monitor perubahan berat badan, adanya bising usus, dan status gizi.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit bd penggarukan pruritus.
Tujuan: kulit tetap utuh
Kriteria hasil :
• Permukaan kulit utuh.
• Tidak ada kemerahan dan luka.
Intervensi:
• Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih.
• Pakailah sarung tangan atau restrein siku.
• Berikan pakaian tipis, longgar, dan tidak mengiritasi.
• Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
• Berikan sedkit lotion yang melembutkan pada luka terbuka.
• Hindari pemajanan panas atau sinar matahari
Gangguan pola nafas bd inflamasi saluran nafas.
Tujuan : Pasien menunjukkan Status Respirasi: Ventilasi: Pergerakan udara ke dalam dan ke luar dari
paru-paru yang normal
Kriteria hasil:
• Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak
berbahaya: ventulasi dan status tanda vital.
• Menunjukkan status pernapasan: Ventilasi tidak terganggu, diotandai dengan indikator gangguan
sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5L ekstrem, kuat, sedang, ringan , tidak).
• Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas. Ekspansi dada simetris.
• Tidak ada penggunaan itot bantu.
• Bunyi napas tambahan tidak ada.
• Napas pendek tidak ada.
Intervensi :
• Pantau adanya pucat dan sianosis. Pantau efek obat pada status respirasi. Tentukan lokasi dan
luasnya krepitasi di tulang dada.
• Kaji kebutuhan insersi jalan napas.
• Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan ventilator.
• Pemantauan Pernapasan : Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan suaha respirasi; perhatikan
pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot suprakla
vikular dan interkostal; pantau respirasi yang berbunyi, seperti mendengar.
Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial dan
peningkatan produksi sputum.
Tujuan :Bersihan jalan napas efektif
Kriteria hasil :
• Tidak ada suara napas tambahan.
• Anak bebas dari tanda hiperkapnea, hipexia.
• Bebas dari sianosis, penggunaan otot dada untuk bernapas.
Intervensi :
• Observasi pola napas anak, suara napas dan usaha anak untuk bernapas.
• Catat dan laporkan gejala takipnea, napas cuping hidung.
• Observasi warna kulit dan selaput lendir.
• Observasi sputum : warna, bau, sifat.
• Ajarkan napas mulut, teknik relaksasi dan latihan napas.
• Isap lendir bila perlu.
• Beri posisi semi fowler.
TERIMA KASIH