NIM : P1337420319129
Kelas : 1 Reguler B
KASUS
Ny. W berusia 63 tahun dating ke rumah sakit Dr. soetomo dengan keluhan ingin BAK terus
menerus dan tidak bisa ditahan hingga sampai ke toilet. Ny. W mengatakan kencing sebanyak
lebih dari 12 kali dalam sehari. Ny. W juga mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menahan
kencingnya untuk sampai ke toilet dan terasa perih pada area perianalnya. Karena sering
mengompol, Ny. W mengaku mengurangi minum dan sering menahan haus. Ny. W merasa malu
apabila keluar rumah karena mengompol dan bau air kencingnya yang menyengat sehingga
hanya tinggal di rumah.
A. Pengkajian
Identitas klien :
Nama Ny. W
Umur 63 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Pekerjaan Penjahit
Agama Islam
Alamat Perum Graha Estetika 1 blok C No. 24
Tanggal masuk 22 Maret 2020
Ds. Medis Inkontinensia urine
No. RM 240 - 42 - 001
Keluhan utama : Klien BAK terus menerus, tidak bisa menahannya sehingga
mengompol.
Riwayat penyakit sekarang : Klien dating ke rumah sakit dengan keluhan BAK terus menerus
dengan frekuensi lebih dari 10 kali sehari. Klien tidak bisa menahan kencing.
Riwayat penyakit keluarga : Anak klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit yang sama.
Riwayat obat-obatan :-
Riwayat kehamilan : klien memiliki 2 anak dan tidak pernah mengalami keguguran.
Pemeriksaan fisik (Review of System)
B1 (breathing)
RR : 19 kali per menit (normal tidak ada gangguan)
B2 (blood)
TD : 160/90 mmHg (peningkatan tekanan darah)
Nadi :90 kali per menit
B3 (brain)
Tingkat kesadaran : compos mentis
B4 (bladder)
BAK > 10 kali per hari, bau urin menyengat
B5 (bowel) : -
B6 (bone & integument)
Kelemahan ekstremitas karena bolak balikpergi ke toilet, kulit kering dan lecet-lecet.
B. Analisis Data
DO :
- Membran mukosa kering. - Ketidakseimbangan
- Turgor kulit kering intake output cairan
- Jumlah urin lebih dari dan elektrolit.
1500-1600 mm dalam 24 - Kekurangan volume
jam. cairan.
2. DS : Seiring pertambahan Perubahan pola
- Klien mengatakan ingin usia: berkemih
BAK terus menerus.
- Klien mengatakan tidak - Kelemahan pada
bisa menahan kencingnya. sfringter eksterna
DO :
- Klien sering mengompol. - Gangguan pola
eliminasi urin
3. DS : Urin keluar terus Kerusakan integritas
- Klien merasa perih di menerus : kulit
daerah perianalnya. - Kelembapan meningkat
- Lecet pada area
DO : perianal
- Lecet pada kulit - Kerusakan integritas
kulit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urine urgensi berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih, sekunder akibat berkemih sering.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak
adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi konstan oleh urin.
D. Interverensi
Kriteria evaluasi :
Klien akan menjadi kontinen dan mampu mengidentifikasi penyebab inkontinen dan
rasional untuk pengobatan.
Intervensi Rasional
Tentukan pola berkemih normal klien dan Klien perlu mengenali perasaan
tentukan variasi. sebelum dapat menerimanya secara
efektif.
Dorong meningkatkan intake cairan. Peningkatan hidrasi dan membilas
bakteri.
Selidiki keluhan kandung kemih penuh, Retensi urin dapat terjadi menyebabkan
palpasi untuk daerah suprapublik. distensi jaringan dan potensial resiko
infeksi.
Kolaborasi : Menentukan adanya ISK yang penyebab
Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas. atau gejalanya berupa komplikasi.
Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang
tidak adekuat.
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi klien mampu menunjukkan
hidrasi yang adekuat/kekurangan cairan dapat diatasi.
Kriteria evaluasi :
- TTV stabil
- Membrane mukosa bibir lembab
- Turgor kulit elastis
- Intake dan output seimbang
intervensi Rasional
Dapatkan riwayat klien sehubungan Memperoleh data penyakit klien agar
dengan lama gejala seperti pengeluaran dapat melakukan tindakan sesuai dengan
urin yang berlebihan. yang dibutuhkan.
Pantau TTV, catat adanya perubahan TD, Indicator hidrasi/volume sirkulasi dan
warna kulit, dan kelembapannya. kebutuhan intervensi
Monitor status hidrasi dengan mengkaji Mengidentifikasi adanya dehidrasi pada
turgor kulit dan membrane mukosa serta klien.
memeriksa berat jenis urin setiap 8 jam
sekali.
Pantau masukan dan pengeluaran setiap Membandingkan keluaran actual dan yang
hari. diantisipasi membantu dalam
mengevaluasi fungsi/derajat
stasis/kerusakan sistem urinary.
Timbang BB setiap hari Peningkatan BB yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
Pertahankan untuk memberikan cairan Mempertahankan keseimbangan cairan.
paling sedikit 2500 ml per hari dalam
batasan yang dapat ditoleransi jantung.
Kolaborasi : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Diagnosa 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi konstan oleh urin.
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi klien mampu menunjukkan
perbaikan keadaan turgor dan mempertahankan integritas kulit.
Kriteria evaluasi :
- Jumlah bakteri < 100.000 per ml
- Kulit periostomal tetap utuh.
- Urun jernih dengan sedimen minimal.
Intervensi Rasional
Pantau penampilan kulit periostomal Mengidentifikasi kemajuan serta melihat
setiap 8 jam sekali. adanya tanda-tanda kerusakan integritas
kulit.
Berikan perawatan kulit Kulit yang kotor dapat menimbulkan rasa
gatal.
Jaga agar kulit tetap kering Kulit yang lembab mudah terjadi
tumbuhnya kuman.
Ubah posisi setiap 2 jam sekali Menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah.
Beri pakaian dari bahan yang dapat Mencegah iritasi dermal dan
menyerap air atau anjurkan klien meningkatkan kelembapan pada kulit.
memakai pakaian yang longgar