Anda di halaman 1dari 7

ASKARIASIS

ETIOLOGI
Etiologi askariasis adalah ascaris lumbricoides, manusia merupakan satu-satunya
hospes.
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus
Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang (Garcia,
1996: 138). Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus
terbesar dengan cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan jantan dewasa
15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa sekitar 6 bulan.
Ascaris lumbricoides
STADIUM
 DEWASA
Di lumen usus halus –> migrasi ke lambung, saluran empedu, appendiks –> keluar
bersama tinja
Bolus –> menyumbat usus –> menembus dinding usus –> PERITONITIS
 TELUR
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) –> sinar matahari
langsung, panas > 80 C –> makanan / minuman –> lambung –> Duodenum,
jejunum bagian atas
 LARVA
Dinding usus –> sistim porta/limfe –> paru –> alveoli –> trachea –> epiglottis –>
esophagus –>lambung –>usus halus –> duodenum (2-3 bulan)

I. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny.” S “
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 Tahun
Alamat : Lhok Dalam
Agama : islam
Pekerjaa : Swasta

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Saat MRS : Demam, diare, disertai muntah
Saat pengkajian : Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam,
disertai muntah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakatan badannya panas 2 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning
kehijauan bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, lalu dibawa ke
Balai Pengobatan AS SYIFA Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah sakit Diare 8x/hari tiap 1-2 jam
sekali warna kuning, disertai muntah, badan panas dan tidak mau makan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam anggota keluarga ada yang perna mengalami sakit
diare seperti yang di alami klien.
5. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya dan ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah.

II. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : klien lemah, panas, muntah dan diare
Kesadaran : composmentis
TTV : Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 39 0
C,RR 22x/mnt
Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit
kepala bersih.
b. Mata : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih,
mata cowong.
c. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada polip.
e. Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad
serumen.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan
vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g. Dada
Inspeksi : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : paru-paru sonor, jantung dullness
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
h. Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi : Hipertimpan,perut kembung
i. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis,
skoliosis) tidak ada nyeri gerak.
j. Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit
perineal kemerahan
k. Anus : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus
kemerahan.
l. Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak
ada odem.

III. Therapy
1. Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2. Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik
3. Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4. Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.

IV. ANALISA DATA


Data Masalah keperawatan Etiologi
DS : klien mengatan berak Gangguan keseimbanganOutput yang berlebihan
kuning kehijauan cairan
bercampur lendir
DO : Turgor kulit menurun,
mulut kering, malas makan
DS : Pasien mengatakan Gangguan rasa nyamanHiperperistaltik
bahwa mengalami perut (nyeri)
kembung
DO : setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi, klien tampak
menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan sesudah
BAB
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
DS : klien mengatakan Gangguan pola eliminasiInfeksi bakteri
bahwa klien BAB berkali- BAB
kali
DO :klien tampak lemas,
mata cowong.

V. INTERVENSI
No.
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah Dilakukan1. pantau tanda kekurangan1. Menentukan intervensi
Tindakan Keperawatancairan selanjutnya
2x24 Jam dengan Tujuan :2. observasi/catat hasil2. Mengetahui keseimbangan
volume cairan danintake output cairan cairan
elektrolit dalam tubuh3. anjurkan klien untuk3. Mengurangi kehilangan
seimbang (kurangnyabanyak minum cairan
cairan dan elektrolit4. jelaskan pada ibu tanda4. Meningkatkan partisipasi
terpenuhi) kekurangan cairan dalam perawatan
Dengan KH : 5. berikan terapi sesuai5. mengganti cairan yang keluar
- Turgor kulit cepatadvis : dan mengatasi diare
kembali. - Infus RL 15 tpm
- Mata kembali
normal
- Membran mukosa
basah
- Intake output
seimbang

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


No.
Hari/tgl Catatan Perkembangan TTD
Dx
1. Selasa S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas
10/5/2011 O : - Klien masih tampak lemas
- Aktifitas klien masih dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

2. S : Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit


O : - Kien tampak menyeringai kesaklitan
- Klien terus memegangi perutnya
- Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan

3. S : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali,sudah mulai


berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak sampai muntah.
O : - klien BAB 2x/hari
- Turgor kulit kembali < 1 detik
- Mata tidak cowong
- Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi
makannya
- Klien tidak muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan
- Kaji intak output cairan setiap 8 jam
- Pantau tanda-tanda dehidrasi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit askariasis ini di sebabkan oleh investasi cacing askaris lumbricoides atau
cacing gelang. Cacing ini berbentuk bulat besar dan hidup dalam usus manusia.
Cacing ini terutam tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang
beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di indonesia prevalensi
askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar rumah. Cacing betina akan
mengeluarkan telur yang kemudian akan menjadi matang dan invektif, dengan
tumbuhnya larva pada telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.
Infeksi pada manusia terjadi karna larva cacing ini mengkontaminasi makanan
dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding
usus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limpe menuju paru. Setelah itu
larva cacing ini akan bermigrassi ke bronkus, faring dan kemudian turun ke
esofagus dan usus halus. Lama perjalanan sampai menjadi bentuk cacing dewasa
60-75 hari, panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup di dalam usus halus
manusia untuk bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan sampai cacing
dewasa bertelur di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan.

B. SARAN
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.


Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran
(terjemahan), EGC, Jakarta.
Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 1996, Diagnostik Parasitologi Kedokteran
(terjemahan), EGC, Jakarta
Noer, S., 1996, buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai