Anda di halaman 1dari 21

ATRESIA ANI

Ns Grace
Tumakaka,M.Kep.,Sp.An

Putri Lamalo
Gita Potoe
Andin Putri
ATRESIA ANI

Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak


terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak
rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan
langsung dengan rectum.
ETIOLOGI
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan
PATOFISIOLOGI
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan
septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab
atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran.
2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada
bayi.
3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus
yang salah letaknya.
4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi
usus (bila tidak ada fistula).
5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6) Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya
membran anal.
7) Perut kembung.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa
berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan
dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau
impaksi)
KLASIFIKASI
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran
pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir
bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit
prosedur pengobatannya.
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi
sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan rectal digital dan visual
b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk
memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium
c) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik
wangensteen-rice)
d) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan
letak rectal kantong
e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal
dengan menusukan jarum tersebut sampai
melakukan aspirasi
f) Pemeriksaan radiologis
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
 Biodata klien
 Riwayat keperawatan

- Riwayat keperawatan / kesehatan sekarang


- Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat psikologis

- Koping keluarga dalam menghadapi masalah.


 Riwayat tumbuh kembang anak.

1. BB lahir abnormal.
2.Kemampuan motorik halus motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit.
3. Sakit kehamilan mengalami infeksiintrapartal.
4. Sakit kehamiln tidak keluar mekonium.
 Riwayat sosial.
 Pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan penunjang.
- Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjangsebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan mengetahu jarak
pemanjagan kantung rectum daru spingternya.
3. Ultrasoung terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaan dan mencari adanya faktor riversibel seperti obstruksi oleh karen masa tumor.
4. CT Scan
Digunakan unttuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intravena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau
jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic,
disuria.
2. Inkontinesia defekasi berhubungan dengan abnormalitas sfingter rectal.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan tidak adekuat, trauma
jaringan post operasi
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
1. Gangguan eliminasi urin Tujuan : a. Observasi TTV a. Untuk
berhubungan dengan obstruksi Setelah dilakukan klien. mengetahui tanda-
anatomic, disuria tindakan b. Kaji tanda dan tanda vital.
keperawatan 3 x gejala retensi urin. b. Untuk
24 jam urin dapat c. Monitor intake mengetahui sejak
keluar dengan dan output urin awal terjadinya
normal. klien. retensi urin.
Kriteria Hasil : d. Catat warna dan c. Untuk
Klien tidak jumlah urin klien. mengukur jumlah
mengeluh atau e. Ajarkan cairan yang masuk
menangis saat mau keluarga klien cara dan yang keluar.
BAK. toileting dan d. Untuk
Klien dapat BAK perawatan perinial mengidentifikasi
dengan lancer. yang benar. batas normal urin
Tidak ada tanda e. Agar keluarga
klien menahan dapat
nyeri mempertahankan
personal hygine
untuk mencegah
terjadinya infeksi
saluran kemih
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
2. Inkontinesia defekasi Tujuan : a. Instruksikan a. Untuk
berhubungan dengan Setelah keluarga untuk mengetahui
abnormalitas sfingter rectal. dilakukan mencatat bentuk fisik
tindakan keluaran feses feses yang
keperawatan b. Jaga keluar
3x24 jam kebersihan baju b. Mencegah
diharapkan dan tempat tidur terjadinya resiko
pengeluaran c. Evaluasi infeksi
defekasi status BAB c. Mengetahui
terkontrol. secara rutin perkembangan
perubahan
Kriteria hasil : defekasi
a. Defekasi
lunak, feses
berbentuk
3. Nyeri akut berhubungan Tujuan : a. Atur posisi a.
dengan trauma jaringan setelah klien. Memberikan
dilakukan b. Kaji skala posisi klien
tindakan nyeri. dengan sen
keperawatan 3 c. Kaji lokasi, nyaman
x 24 jam nyeri waktu dan mungkin untuk
berkurang. intensitas mengurangi
nyeri. nyeri.
Kriteria hasil : d.Berikan b. Mengetahui
a.Klien lingkungan batasan nyeri
tampak tenang yang tenang. pada klien.
dan terasa e. Kolaborasi c. Untuk
nyaman untuk menentukan
b. Klien tidak pemeberian daerah yang
meringis analgesic. terdapat nyeri
kesakitan agar
melakukan
tindakan
dengan tepat.
d. Agar pasien
lebih nyaman.
e. Untuk
mengatasi
nyeri.
. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : a. Kaji status a. Untuk
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan
nutrisi makan mengetahui
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x
klien . status nutrisi
ketidakmampuan mencerna 24 jam nutrisi terpenuhi.
b. Anjurkan klien sehingga
makanan klien untuk dapat
Kriteria Hasil : mengkonsumsi menentukan
a. Intake nutrisi
makanan tinggi intervensi yang
tercukupi
c. Fe seperti diberikan.
b. Penurunan intensitas
sayuran hijau . b. Zat besi dapat
mual dan muntah
d. Timbang membatu tubuh
berat badan sebagai zat
klien jika penambah darah
memungkinkan sehingga
dengan teratur. mencegah
terjadinya
anemia atau
kekurangan
darah.
c. Dengan
menimbang
berat badan
dapat memantau
peningkatan dan
penurunan
status gizi
5. Kerusakan integritas Tujuan : a. Kaji area a. Untuk
kulit berhubungan Setelah stoma. mengetahui
dengan kolostomi. dilakukan b. Anjurkan lokasi.
tindakan klien untuk b. Agar pasien
keperawatan 3 menggunakan merasa
x 24 jam tidak pakaian lembut nyaman pada
ditemukan dan longgar area stoma.
tanda – tanda pada area c. Agar
kerusakan kulit stoma. mengetahui
lebih lanjut. c. Tanyakan adanya infeksi
apakah ada atau tidak.
Kriteria hasil : keluhan gatal d. Agar
a. disekitar personal
Penyembuhan stoma. hyigent klien
luka tepat d. Kosongkan tetap terpenuhi
waktu. kantong dan merasa
b. Tidak kolostomi nyaman.
terjadi setelah terisi e. Untuk
kerusakan seperempat 1/4 mencegah
didaerah atau sepertiga terjadinya
sekitar 1/3
kantong. peradangan
anoplasti e.
Lakukankeper
awatan luka
kolostomi.
6. Resiko infeksi Tujuan : 1. Inspeksi 1. Mengetahui
berhubungan dengan kondisi luka kebersihan
setelah ilakukan
perawatan tidak adekuat, atau insisi luka dan tanda
trauma jaringan post tindakan bedah infeksi
operasi keperawatan 2. Monitor 2. Mengetahui
tanda dan gejal tanda infeksi
3x24 jam
infeksi sistemik lebih dini
diharapkan klien 3. Batasi 3. Menghindari
dapat terhindar penjenguk kontaminasi
4. Pertahankan dari
dari resiko
teknik cairan pengunjung
infeksik asepsis pada 4. Mencegah
klien yang penyebab
kriteria berisiko infeksi
hasil : 5. Ajarkan 5. Mengetahui
keluarga klien gejala infeksi
1. Klien bebas tentang tanda
dari tanda- dan gejala
infeksi.
tanda infeksi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai