Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

ATRESIA ANI
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
NAMA:
1.Anisa (203302050037)
2.Annisa Juliyanti(203302050012)
3.Bonauli Simarmata(203302050004)
4.Dosma Napitupulu(203302050005)
5.Gustiani Bawaulu(203302050013)
6.Intan Nuraini(203302050031)
7.Idaman Hati Waruwu(203302050011)
8.Kaisa Giawa(203302050016)
9.Larista Sembiring(203302050019)
9.Sulis Muliani(203302050021)
10.Tesalonika Bintang(203302050036)
A.DEFENISI ATRESIA ANI
Atresia ani adalah kelainan congenital dimana lubang anus
tertutup secara abnormal. Atresia ani atau anus imperforate memiliki
anus tampak rata, cekung ke dalam, atau kadang berbentuk anus
tetapi lubang anus yang ada tidak terbentuk secara sempurna
sehingga lubang tersebut tidak terhubung dengan saluran rectum.
Rectum yang tidak terhubung dengan anus maka feses tidak
dapat dikeluarkan dari dalam tubuh secara normal. Tidak adanya
lubang anus ini karena terjadi gangguan pemisahan kloaka pada saat
kehamilan.
B.ETIOLOGI ATRESIA ANI
Atresia ani dapat disebabkan oleh kelainan genetic maupun factor
lingkungan yang terpapar oleh zat-zat beracun, lingkungan yang kumuh dan
pola nutrisi bayi selama dalam kandungan.
Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
• Putusnya saluran pencernaan atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
• Adanya kegagalan pembentukan septum urorektal secara sempurna karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
• Gangguan organogenesis dalam kandungan dimana terjadi kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
C.MANIFESTASI KLINIS
Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula.
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya
salah.
Pengukuran suhu rektal pada bayi tidak dapat dilakukan.
Adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula) dan distensi
bertahap.
D.PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi dikarenakan kegagalan penurunan
septum anorektal pada embrional. Anus dan rektum
berkembang dari embrionik bagian belakang. Kloaka yang
merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal
berkembang awalnya dari ujung ekor dari bagian
belakang. Penyempitan pada kanal anorektal
menyebabkan terjadinya stenosis anal.
E.KOMPLIKASI
Asidosis hiperkloremia.
Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

Komplikasi jangka panjang yaitu:


eversi mukosa anal,
stenosis (akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis).
Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
Prolaps mukosa anorektal.
Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).
F.PENGOBATAN
 Atresia letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid
kolostomi atau TCD dahulu, setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan
tindakan definitif (PSARP).
Atresia letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana
sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot
untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion yaitu tindakan
pembedahan untuk membuat lubang anus pada anus malformasi
fistel rendah misalnya pada anocutan fistel, anus vestibular yang
tidak adekuat dan pada anus membranaseus.
ASUHAN KEPERAWATAN

IDENTITAS PASIEN
Nama : -
Umur: 1 hari
Jenis Kelamin: laki-laki
No. Reg: -
Tanggal Masuk RS: -
Diagnosa Medis: Atresia Ani
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien tidak memiliki anus sejak lahir
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran, perut kembung
dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium
terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kedua orang tua merupakan carier dari atresia ani, adanya kelainan sindrom genetic,
kromosom yang tidak normal dan kelainan congenital lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang juga memiliki kelainan tidak memiliki anus sejak lahir.
e.Riwayat Kesehatan Lingkungan
umumnya kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi secara langsung kasus atresia ani ini
PEMERIKSAAN FISIK
• Tanda-tanda vital
• Nadi : 110 X/menit.
• Respirasi : 32 X/menit.
• Suhu axila :37℃
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pemeriksaan penunjang yang diketahui sebagai berikut:
o Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang
umum.
o Pemeriksaan urin, jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa
adanya sel-sel epitel mekonium.
o Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya gas dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium
yang mencegah gas sampai keujung kantong rectal.
Diagnosa
• Gangguan pola eliminasi konstipasi berhubungan dengan abnormalitas
organ.
• Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan feses masuk ke uretra.
• Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
• Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
• Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,
vistel retrovaginal, dysuria, trauma jaringan post operasi.
• Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan tidak adekuat,
trauma jaringan post operasi.
• Ansietas berhubungan dengan pembedahan dan mempunyai anak yang
tidak sempurna.
Perencanaan dan pelaksanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Implementasi

1. Gangguan pola 1.Setelah dilakukan 1.Monitor tanda dan gejala 1.Memonitor tanda dan gejala
2.konstipasi
eliminasi 3x24 jam pola konstipasi
3.Memonitor feses: frekuensi,
konstipasi b.d eliminasi pasien cukup 2.Monitor feses: frekuensi,
4.konsistensi dan volume
baik. konsistensi dan volume
5.Memonitor bising usus
abnormalitas Kriteria Hasil: 3.Monitor bising usus
Eliminasi konstipasi bayi 4.Monitor tanda dan gejala 6.Memonitor tanda dan gejala
organ peritonitis(di usus)
bisa, walau hanya peritonitis(di usus)
7.Memantau tanda dan gejala
melalui anus buatan 5.Pantau tanda dan gejala konstipasi
konstipasi
8.Menjelaskan rasionalisasi dari
6.Jelaskan rasionalisasi dari tindakan yang dilakukan kepada
tindakan yang dilakukan kepada
keluarga pasien (bayi)
keluarga pasien (bayi)
7.Dukung intake cairan 9.Mendukung intake cairan
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Melakukan pengkajian nyeri
b.d.trauma perawatan 1x24 jam secara komprehensif, termasuk secara komprehensif,
jaringan nyeri pasien berkurang lokasi, karakteristik, durasi, termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitasnya. karakteristik, durasi,
Nyeri pada pasien(bayi) 2. Observasi reaksi nonverbal dari frekuensi, kualitasnya
berkurang pada skala ketidaknyamanan (misalnya: 2. Mengobservasi reaksi
nyeri1 setelah dilakukan bayi menangis) nonverbal dari
penanganan nyeri yang 3. Kontrol lingkungan yang dapat ketidaknyamanan (misalnya:
tepat serta didampingi mempengaruhi nyeri seperti bayi menangis)
dengan lingkungan yang suhu ruangan, pencahayaan,dll 3. Mengontrol lingkungan yang
bersih 4. Pilih dan lakukan penanganan dapat mempengaruhi nyeri
nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan,dll
4. Memilih dan melakukan
penanganan nyeri
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Dorong keluarga untuk 1. Mendorong keluarga untuk
nyaman b.d gejala perawatan 1x24 jam menemani pasien (bayi) menemani pasien (bayi)
terkait penyakit, nyeri berkurang 2. Jaga kebersihan daerah 2. Menjaga kebersihan daerah
vistel Kriteria hasil: penyakit/trauma, pantau respon penyakit/trauma, pantau
retrovaginal,  Pasien (bayi) tidak pasien respon pasien
dysuria, trauma lagi rewel karena 3. Beri pendidikan kesehatan pada 3. Beri pendidikan kesehatan
jaringan post area/lokasi penyakit keluarga pasien (bayi) pada keluarga pasien (bayi)
operasi dan trauma bersih
dan selalu dipantau
4. Ketidakseimbanga Selama dilakukan 1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Melakukan kolaborasi
n nutrisi kurang perawatan 2x24 jam untuk menentukan jumlah dengan ahli gizi untuk
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien nutrisi yang dibutuhkan pasien menentukan jumlah nutrisi
tubuh b.d tercukupi (bayi) yang dibutuhkan pasien
ketidakmampuan Kriteria Hasil: 2. Monitor jumlah nutrisi (bayi)
mencerna Nutrisi pasien sedikit 3. Kaji kemampuan pasien untuk 2. Memonitor jumlah nutrisi
makanan demi sedikit terpenuhi mendapatkan nutrisi yang 3. Mengkaji kemampuan pasien
dibutuhkan untuk mendapatkan nutrisi
4. Berikan informasi tentang yang dibutuhkan
kebutuhan nutrisi kepada 4. Memberikan informasi
keluarga pasien tentang kebutuhan nutrisi
kepada keluarga pasien
5. Resiko kerusakan Selama dilakukan 1. Jaga kebersihan dan pantau 1. Menjaga kebersihan dan
integritas kulit b.d perawatan selama 3x24 didaerah yang di kolostomi pantau didaerah yang di
kolostomi jam tidak ada kerusakan pada pasien (bayi) kolostomi pada pasien (bayi)
jaringan pada kulit. 2. Oleskan lotion atau 2. Mengoleskan lotion atau
Criteria hasil: minyak/baby oil pada daerah minyak/baby oil pada daerah
1. Tidak ada tanda- yang beresiko yang beresiko
tanda infeksi pada 3. Monitor status nutrisi pasien 3. Memonitor status nutrisi
kulit 4. Monitor tanda dan gejala infeksi pasien
2. Ketebalan dan pada area insisi 4. Memonitor tanda dan gejala
tekstur jaringan infeksi pada area insisi
normal
6. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Jaga kebersihan lingkungan 1. Menjaga kebersihan
infeksi b.d perawatan 3x24 jam 2. Pertahankan teknik isolasi lingkungan
perawatan tidak resiko tinggi infeksi 3. Berikan terapi antibiotic bila 2. Mempertahankan teknik
adekuat, trauma pasien berkurang perlu infection protection isolasi
jaringan post Kriteria Hasil: 4. Monitor tanda dan gejala infeksi 3. Memberikan terapi antibiotic
operasi Resiko infeksi sistemik dan local bila perlu infection
berkurang karena 5. Berikan perawatan pada lokasi protection
lingkungan yang bersih infeksi 4. Memonitor tanda dan gejala
serta penangan cepat 6. Inspeksi kondisi luka infeksi sistemik dan local
yang dilakukan. 7. Inspeksi kulit dan membran 5. Memberikan perawatan pada
mukosa terhadap kemerahan, lokasi infeksi
panas, drainase 6. Melakukan inspeksi kondisi
8. Dorong masukkan nutrisi yang luka
cukup 7. Melakukan inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
9.Ajarkan keluarga pasien (bayi) 8.Mendorong masukkan nutrisi
tanda dan gejala infeksi yang cukup
9.Mengajarkan keluarga pasien
(bayi) tanda dan gejala infeksi
7. Ansietas b.d Selama dilakukan 1.Gunakan pendekatan yang 1. Menggunakan pendekatan
pembedahan dan perawatan 1x24 jam menenangkan yang menenangkan
mempunyai anak ansietas keluarga pasien 1. Jelaskan semua prosedur 2. Menjelaskan semua prosedur
yang tidak teratasi Kriteria Hasil: 2. Pahami prespektif keluarga 3. Memahami prespektif
sempurna Keluarga pasien sedikit pasien terhadap situasi stress keluarga pasien terhadap
berkurang rasa cemas 3. Bantu keluarga pasien mengenal situasi stress
setelah diberi penkes situasi yang menimbulkan 4. Membantu keluarga pasien
yang berhubungan kecemasan mengenal situasi yang
dengan penyakit sang 4. Dorong keluarga pasien untuk menimbulkan kecemasan
anak mengungkapkan perasaan, 5. Mendorong keluarga pasien
ketakutan, persepsi untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Evaluasi
Evaluasi dalam asuhan keperawatan merupakan respon pasien terhadap intervensi
yang telah dilakukan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan.
Penulis menggunakan evaluasi SOAP dalam asuhan keperawatan atresia ani sebagai
berikut :
S: subjectiv
O: objektif
A: assesment
P: plan
Berikut evaluasi dari 3 diagnosa yang kami ambil:
DX 1: Gangguan pola eliminasi konstipasi b.d abnormalitas organ
S: Bayi rewel ketika tidak dapat melakukan konstipasi
O: Keringat dingin, suhu tubuh tinggi, bising usus pekak
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
DX 2: Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, vistel retrovaginal, dysuria, trauma
jaringan post operasi

S: Bayi gelisah dan rewel


O: Kebersihan area penyakit/trauma belum terpenuhi, tidak ada keluarga yang
mendampingi saat itu
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
S: Bayi gelisah dan rewel
O: Kebersihan area penyakit/trauma belum terpenuhi, tidak
ada keluarga yang mendampingi saat itu
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

DX 3: Nyeri akut b.d trauma jaringan


S: Bayi menangis ketika bergerak atau lokasi penyakit tersentuh
O : Skala nyeri bayi di angka 4
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
thank you

Anda mungkin juga menyukai