KELOMPOK 5:
Ade Indah Sari (203302050035)
Srika Julia Trikana Br. S Depari (203302050027)
Mesrita Karistina Lase (203302050024)
Yohana Renatalias Dakhi (203302050022)
Zami Nirma Okterina Hia (203302050025)
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..........................................................................................3
B. Tujuan ........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi PPOM..........................................................................................5
B. Macam –macam definisi bentuk PPOM..................................................4
C. Etiologi PPOM...........................................................................................11
D. Patofisioligi.................................................................................................11
E. Tanda dan gejala.......................................................................................12
F. Penatalaksanaan .......................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN PPOM
A. Pengkajian ................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan.............................................................................18
C. Intervensi ..................................................................................................19
D. Implementasi ............................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ................................................................................................23
B. Diagnosa keperawatan.............................................................................28
C. Intervensi keperawatan............................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.................................................................................................31
B. Diagnosa....................................................................................................32
C. Intervensi..................................................................................................33
D. Implementasi............................................................................................33
E. Evaluasi.....................................................................................................33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................34
B. Saran ..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis,Emifisema paru-paru dan Asma
bronkial.Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahundengan
“batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin
terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui
karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama.Akhirnya serangan brokhitis akut makin
sering timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga
pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita
dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka
panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang
membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor
pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah
timbulnya penyakit.(Price & Wilson, 1994 : 695)
B.Tujuan
a.Tujuan umum
b. Tujuan khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi PPOM
PPOM adalahk lasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronki
ektasis, emfisema dan asma. ( Bruner & Suddarth, 2002). PPOM merupakan kondisi ireversibel
yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru.
I. Bronkitis Kronis
a. Pengertian
Bronkitis kronis didefenisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner &Suddarth, 2002)
b.Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena
iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat
jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat
bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus
dapat menjadi rusak danmembentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag
alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut
terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin
terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan
bronkiektasis.
d.Pemeriksaan Penunjang
3) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volumeekspirasi kuat
(FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas parutotal (TLC) normal atau
sedikit meningkat.
II. Bronkiektasis
a.Pengertian
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkindisebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus;aspirasi benda asing, muntahan,
atau benda-benda dari saluran pernapasan atas;dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang
berdilatasi, dan pembesarannodus limfe. (Bruner & Suddarth )
b.Patofisiologi
1) Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yangsangat banyak
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Bronkografi
2) Bronkoskopi
III. EMFISEMA
a. Pengertian
Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002)
b. Patofisiologi
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu :inflamasi dan
pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan;kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan
kolaps bronkiolus serta redistribusiudara ke alveoli yang berfungsi.
Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk danaliran keluar
udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara
kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanannegatif selama inspirasi dan tekanan positif
dalam tingkat yang adekuat harusdicapai dan dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya
adalah salah satu inflasi.
Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan
upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku, dan iga-iga terfiksaksi
pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat
kehilangan elastisitas parukarena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada
untuk mengembang.
1) Dispnea
2) Takipnea
6) Hipoksemiavii. Hiperkapnia
7) Anoreksia
8) Penurunan BB
9) Kelemahan
d. Pemeriksaan Penunjang
IV. ASMA
a. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Bruner & Suddarth, 2002)
b. Patofisiologi
Individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka.
Antibodi yang dihasilkan ( IgE ) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk
sel-sel mast (disebutmediator) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis
darisubstansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa dan pembentukan mukusyang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf
vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alergi ketika ujung saraf pada
jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan,
jumlah asetilkolin yangdilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung
menyebabkan bronco konstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas
diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β -adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki.
Ketika reseptor α adrenergik dirangsang , terjadi bronkokonstriksi; bronkodilatasi terjadi ketika
reseptor β-adrenergik yangdirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adrenergik
dikendalikanterutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor –alfa
mengakibatkan penurunan c-AMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang
dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi respon beta - mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu
dengan asma.Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawidan
konstriksi otot polos.
1) Batuk
2) Dispnea
3) Mengi
4) Hipoksia
5) Takikardi
6) Berkeringat
d. Pemeriksaan Penunjang
4) Fungsi pulmonari :
Biasanya normal
Serangan akut : Peningkatan TLC dan FRV; FEV dan FVC agak menurun
C. Etiologi PPOM
PPOM disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar bias
dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasusPPOM. Faktor
resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status pekerjaaan yang rendah, kondisi
lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi
udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun
paling banyak menderitaPPOM.
D. Patofisiologi
Darah yang tidak mengandung oksigen dipompa dari ventrikel kanan ke paru-paru,
beberapa diantaranya melewati bed kapiler pulmo tanpamengambil oksigen. Hal ini
juga disebabkan oleh meningkatnya sekret pulmo yang menghambat alveoli.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari satu atau dua
sebab yaitu berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara sebagai akibat
dari penyakit empisema atau meningkatnya sekresi, sehingga menyebabkan difusi
menjadi semakin sulit.
1) Batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari.
3) Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi
batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak.
4) Pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang
cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara
maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung
jawab pekerjaannya.
5) Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari.
6) Pasien PPOM banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukupdrastis
sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin
melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan seleramakan,penrunan
kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system
gastrointestinal. Pasien PPOM, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih
banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
F. Penatalaksanaan
2) Mobilisasi dahak.
3) Mengatasi bronkospasme.
4) Memberantas infeksi.
A. Pengkajian
Anamnesa
Dispnea adalah keluhan utama ppom klien biasanya mempunyai riwayat merokok dan
rwayat batuk kronis,bertempat tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat, adanya
riwayat alergi pada keluarga,adanya riwayat asma pada saat anak-anak.
Perawat perlu mengkai riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi yang meliputi
alergen,stres emosien ,peningkatan aktifitas fisik yang berlebihan, terpapar dengan folusi udara,
serta infeksk saluran pernafasan. Perawat juga perlu mengkaji obat-obat yang biasa diminum
klien, memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan adalah hal yang umum terjadi. Vena
jugularis mungkin mengalami distensi selama aspirasi. Pada pengkajian yang dilakukan
ditanggan, sering didapatkan adanya jari tabuh (clubbing fringer) sebai dampak dari hipoksemia
yang berkepanjangan.
Inspeksi
Pada klien dengan kelainan PPOM, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan , serta penggunaan obat bantu napas ( sternoklieidomastoid ).
Pada saat inspeksi, biasanya dapat terlihat klien mempunyai bentuk dada barrel chest
akbat udara yang terperangkap, penipisan masa otot, bernapas dengan bibir yang dirapatkan,
pernapasan abnormal yang tidak efektif. Pada tahap lanjut, dispnea terjadi pada saat beraktivitas
bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktf
dengan sputum purulen disertai dengan demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi
pernapasan.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronchi dan whezzing sesuai tingkat
keparahanobstruktif bronkhiolus.
Pengkajian diagnostik
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran. Kuman patogen yang biasa
ditemukan adalah streptochocus, pneumonia, hemophylus inffluenza
Pemeriksaan bronkhogram
EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudahterdapat korpulmonal, terdapat deviasi aksis kekanan dan P-pulmonal pada hantaranII, III
dan aVE. Voltase QRS rendah. Di VI rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasioR/S kurang dari 1
sering terdapat RBBB inkomplet.
Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan farmakologi
Bronkhodilator
Antihistamin
Steroid
Antibiotik
Ekspektoran
2) Higiene paru
Cara ini bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru, meningkatkan kerja
silia, dan menurunkan risiko infeksi. Dilaksanakan dengan nebulizer,
fisioterapi dada, dan postural drainase.
3) Latihan
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otak skelet alagar
lebih efektif. Dilaksanakan dengan jalan sehat.
B. Diagnosa keperawatan
2) Gangguan pertukaran gas yang b.d retensi CO2 peningkatan sekresi, peningkatan
pernapasan dan proses penyakit.
3) Resiko tinggi infeksi pernafasan (pneumonia) b.d akumulasi sekret jalan napasdan
menurunnya kemampuan batuk efektif.
4) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d
penurunan nafsu makan
5) Gangguan ADL yang b.d kelemahan fisik umum dan keletihan.
C. Intervensi
- Pemantauan yang
adekuat dapat untuk
mengevaluasi kondisi
dan kesiapan pasien.
-oksigen diberikan
ketika terjadi
hipoksemia.
D. Implementasi
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang b.d adanya bronkhokontriksi, akumulasi
sekret jalan napas dan menurunnya kemampuan batuk efektf.
Implementasi :
jumlah sputum1 cc
Evaluasi :
S = 37°c
N = 75 x/i
P : Intervensi di lanjutkan
I : Melatih batuk efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn.S
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Status : menikah
Pekerjaan :
Pendidikan : SMP
No. RM :
Keluhan utama klien adalah sesak nafas, setelah terpapar oleh allergen atau factor lain
yang mencetuskan serangan PPOM.
Riwayat kesehatan klien dahulu pernah mengalami sesak napas sejak 3 tahunyang lalu
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit gangguan pernapsan sebelumnya
5. Pemeriksaan fisik
i) Sistem pernapasan
Takhikardi
Sianosis
Dehidrasi3)
v) Higiene
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas
sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan
vi) Keamanan
vii) Seksualitas
Penurunan libido
ix) Aktivitas/istirahat
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan rutin
Faal paru
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter
walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variability harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
2) Uji bronkodilator
3) Darah rutin
4) Radiologi
Foto thoraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21% kasus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat
hipereaktiviti bronkus derajat ringan.
8) Radiologi
9) Elektrokardiografi (EKG)
10) Ekokardiografi
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi :
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misal : mengi, krekels,ronki
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat
tidur,duduk dan sandaran tempat tidur.
D. Implementasi :
E. Evaluasi :
S : Klien mengatakan sejak tadi malam napas sudah tidak sesak lagi
Nadi = 60 x/i
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam pengkajian pada kasus PPOM kita sebagai perawat harus tahu tentang identitas
pasien, alasan pasien dibawah kerumah sakit. Dan untuk mengumpulkan data selanjutnya
perawat dapat menayakan riwayat kesehatan pasien baik riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarganya.
Untuk riwayat kesehatan sekarang kita bisa tanyakan keluhan yang dirasakan pasien saat
datang kerumah sakit, pada riwayat kesehatan dahulu kita menanyakan apakah pasien ada
riwayat merokok, minum-minum alkohol dan tempat tinggal pasien apakah di tempat dengan
polusi udara yang berat.Sedangkan pada riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji pada
pasien PPOM ini adalah apakah ada anggota keluarga sebelumnya mengalami penyakit seperti
yang dialami oleh pasien sekarang.
Dengan melakukan anamnesa kepada pasien atau keluarga kita senagai perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan dengan data-data yang mendukung. Yang dapat kita lakukan
pada proses pengkajian bukan hanya melakukan aamnesa saja, kita juga bisa mendapatka data
dari pemeriksaan fisik pada pasien. Pada pemeriksaan fisik bisa dilakukan secara head toe-toe
atau persistem. Pada kasus PPOM pemeriksaan fisik sebaiknya berfokus pada sistem pernapasan
dan sistem kardiovaskuler,tetapi bukan berarti pada sistem yanglain tidak dikaji. Pemeriksaan
fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi (IPPA).
Pengkajian pada sistem pernapasan data yang sering ditemukan pada pada pasien PPOM
adalah:
a. Inspeksi
Dilihat dari bentuk dada adanya perubahan bentuk dada dari yang normal bisa mejadi
barrel chest (dada seperti tong) karena batuk yang telah lama, sehingga sulit untuk
bernapas dan sewaktu bernapas menggunakan otot bantu pernapasan. Dari inspeksi
juga bisa dilihat kesimetrisan antara dada kiri da dada kanan pasien, dilihat keadaan
kulit pasien
b. Palpasi
Dilakukan dengan cara meraba dada pasien apakah ada udem pada dada pasien, adaya
nyeri tekan dan apakah ada massa di dada pasien.
c. Perkusi
Pada perkusi yang perlu dikaji yaitu bagaimana bunyi lapang paru saat dilakukan
perkusi.
d. Auskultasi
Pemeriksaan diagnostik
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Pemeriksaan sputum
5) EKG
B. Diagnosa
Untuk diagosa keperawatan pada kasus PPOM yang bisa ditegakkan berdasarkan teori
dan dilihat dari kasus yaitu tentag masalah pernapasan:
C. Intervensi
Pada intervensi yaitu merencakan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan. Kita sebagai perawat melakukanintervensi kepada pasien PPOM
yaitu harus mempertahankan jalan napas pasien untuk mempertahankan hidupnya
D. Implementasi
Pada implementasi yang kita lakukan sebagai perawat yaitu melaksanakan rencana yang
telah kita buat pada intervensi sebelumya
E. Evaluasi
Sejauh mana asuhan keperawatan yang kita berikan kepada pasien telah tercapai. Apakah
sudah sesuai dengan yang kita harapkan pada intervensi atau belum. Jika belum kita bisa
melanjutkan intervensi yang belum dicapai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan
tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. PPOM terdiri dari
kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan Asma.
Faktor resiko dari PPOM adalah : merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi udara,
Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1antitripsin, Defisiensi anti
oksidan.
B. Saran
Makalah yang telah disusun ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu diharapkan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca demi sempurnanyamakalah ini.Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin arif.2012.asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan