Anda di halaman 1dari 33

GAGAL JANTUNG/DECOMP CORDIS

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keperawatan Paliatif
Yang dibina oleh Bapak Agus M.Kep

Disusun oleh Kelompok 4 :


1. Restu Setya Aji W.
2. Retno Hidayanti
3. Pramesti Lupitasari
4. Yossi Ismawati
5. Wida Sukmawati
6. Mei Nur Annisa
7. Riska Nola Yolanda

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD


AL-ISLAMIYYAH CILACAP
S1 KEPERAWATAN
APRIL
2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena natas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Gagal Jantung dengan baik tanpa kurang suatu apa. Tak lupa kami
juga berterimkasih kepada Bapak Agus Prasetyo M.Kep selaku guru
pembimbing kami dalam mata kuliah keperawatan Paliatif yang sudah
memberikan tugas ini.

Kami selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat


berguna dan juga bermanfaat serta menambah wawasan tentang
pengeetahuan kita semua tentang Gagal Jantung tersebut. Dalam
pembuatan makalah ini kami sangat menyadari masih sangat banyak
terdapat kekurangan disana sini dan masih butuh saran untuk
perbaikannya.oleh karena itu kami sangat berterimakasih jika ada yang
sudi memberi saran dan kritiknya demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah yang sederhana bisa dengan mudah dimengerti


dan dapat dipahami maknanya. Kami minta maaf bila ada kesalahan kata
dalam penulisan makalah ini,serta bila ada kalimat yang kurang berkenan
dihati pembaca.

Cilacap, April 2020

Penyusun

II
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR....................................................... iii


2. DAFTAR ISI.......................................................................iv
3. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................2

4. BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gagal Jantung.............................................................. 3

2.2 Etiologi Gagal Jantung.................................................................. 4

2.3 Manifestasi Klinis Gagal Jantung.................................................. 5

2.4 patofisiologi Gagal Jantung........................................................... 6

6. BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................8

3.2 Saran ............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 9

III
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia
yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung
memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah
satu organ yang tidak  pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis,
pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial
(nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan
kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam
pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada
kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah
kesehatan utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini
dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang
tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian penyakit jantung
semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab
yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress,
kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-
lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang
notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada
kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki
tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk
terkena penyakit jantung akan semakin tinggi. Berbagai macam penyakit
jantung seperti penyakit jantung koroner, infark miokard akut, hipertensi
yang semuanya berujung pada gagal jantung. Hal ini sangat
membahayakan bagi kehidupan seseorang, sehingga untuk  mencegah
komplikasi lebih lanjut harus segera mendapat perawatan medis di rumah
sakit.

1
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Gagal Jantung?
2. Bagaimana epidemiologi Gagal Jantung?
3. Bagaimana Etiologi Gagal Jantung?
4. Bagaimana Patogenesis Gagal Jantung?
5. Bagaimana manifestasi klinik Gagal Jantung?

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Gagal Jantung.
2. Mengetaui epidemiologi,etiologi, patogenesis,manifestasi klinik,
penyakit Gagal Jantung.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Gagal Jntung
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang
gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang
mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang
mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit
inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat
menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung.
Peningkatan laju metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis),
hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman dan Jo Ann
C. Hockley, 2000).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwald )
Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana
cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh)
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi,
mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan
sifat kontraktilitas jantung yang berkurang dan vetrikel tidak mampu
memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini
menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel secara progresif
bertambah. Hal yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung ini adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen
pada sebagi organ.

3
2. Etiologi
Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume
diastolic akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang
optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri
yang memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi
jantung. Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi
akumulasi volume darah di ventrikel. Penyebab gagal jantung yang
terdapat di jantung antara lain :
1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial).
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic
overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel
(systolic overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan
ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi
sekuncup.
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic
overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel
(diastolic overload) akan menyebabkan volum dan tekanan
pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi.
4. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang
berlebihan(demandoverload).
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi
kemampuan daya kerja jantung di mana jantung sudah bekerja
maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung walaupun
curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.

4
3. Manifestasi Klinis
a. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena
ventrikel kiri tak mampu  memompa darah yang datang dari
paru. Manifestasi klinis yang terjadi  yaitu :
1. Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan  dalam alveoli
dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi
ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu
pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea ( PND)
2. Batuk
3. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang  yang
menghambat  jaringan  dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya  pembuangan sisa  hasil
katabolisme.Jugaaterjadikarena  meningkatnya 
energi  yang digunakan  untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi karena  distress pernafasan dan batuk.
4. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat  gangguan oksigenasi  jaringan, stress
akibat kesakitan  bernafas dan pengetahuan bahwa
jantung  tidak berfungsi dengan baik.
b. Gagal jantung kanan
1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen),
biasanya edema pitting, penambahan berat badan,
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan  pada kuadran  kanan
atas abdomen terjadi akibat pembesaran  vena di 
hepar.

5
4. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal
jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.Ventrikel kanan
dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel
kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel
kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung.
Sebagai contoh, hipertensi sitemik yang kronis akan menyebabkan
ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru
yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami
hipertofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan
menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi
serangan jantung.

6
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah
kembali ke atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium
kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan
menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama
gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa
secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai
terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin
berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan
darah serta perburukan siklus gagal jantung.
Walaupun angka harapan hidup pasien – pasien gagal jantung
semakin meningkat sehubungan dengan berbagai kemajuan dalam
terapi dan tatalaksana gagal jantung, namun angka mortalitas absolut
pada pasien pasien gagal jantung masih berkisar 50- 70 % dalam 5
tahun sejak terdiagnosis. Berdasarkan studi ARIC (2008) case fatality
rate 30 hari, 1 tahun dan 5 tahun pasca hospitalisasi pada pasienpasien
gagal jantung adalah 10.4%, 22% dan 42.3%. Dari studi oleh Bueno et
al menunjukkan pola penurunan tingkat kematian selama perawatan
namun justru dijumpai peningkatan tingkat mortalitas dalam 30 hari
pasca perawatan dari 4.3% menjadi 6.4%. Kecenderungan ini terutama
dijumpai pada pasien-pasien gagal jantung dengan rEF19 dan disfungsi
ventrikel kiri didapati berkaitan dengan peningkatan risiko kejadian
kematian mendadak pada pasien-pasien gagal jantung. Di AS, dari tiap
8 kasus kematian didapatkan 1 kasus mencantumkan gagal jantung
sebagai salah satu diagnosis dalam sertifikat kematian, dan 20% dari
kelompok tersebut memiliki diagnosis gagal jantung sebagai penyebab
primer kematian. Risiko kematian meningkat secara stabil setelah
pasien didiagnosis dengan gagal jantung. Studi Framingham (1993)
menemukan, mortalitas 30 hari berkisar 10%, mortalitas 1 tahun 20-
30%, dan mortalitas 5 tahun berkisar 4560%. Riwayat rawat inap juga
didapati berkaitan dengan prognosis yang semakin buruk. Dari suatu
studi oleh Goldberg dkk (2007) di Massachusets didapati, angka

7
kematian 5 tahun kebih dari 75% setelah episode pertama rawat inap
oleh karena gagal jantung.
Gagal jantung yang mengalami perburukan berkaitan dengan
peningkatan mortalitas baik selama perawatan di rumah sakit maupun
pasca rawatan. Studi oleh Velavan dkk yang bertujuan
mengidentifikasi factor-faktor yang berkaitan dengan mortalitas jangka
pendek pada pasien-pasien gagal jantung menemukan angka kematian
pada pasien-pasien gagal jantung yang dirawat inap dalam 12 minggu
adalah sebesar 13%. Dan pada studi ini didapati peningkatan usia,
hiponatremia, gangguan fungsi ginjal, hiperkalemia, anemia, mitral
regurgitasi berat, disfungsi sistolik berat, pemanjangan kompleks QRS
serta jenis kelamin berkitan dengan peningkatan risiko kematian pada
pasien-pasien gagal jantung. Meskipun didapati perbaikan yang cepat
dan signifikan dari gejala dan tanda gagal jantung dengan
menggunakan diuretik intravena dan vasodilator, kondisi pasca
rawatan pada pasien-pasien yang dirawat karena gagal jantung masih
tetap buruk. Didapati sekitar 25% pasien yang dirawat dengan gagal
jantung akan kembali dirawat dalam 30 hari setelah pasien pulang, dan
tingkat mortalitas selama periode ini berkisar sebesar 10%. Pada
periode awal pasca rawatan ini pasien-pasien berisiko tinggi
mengalami perburukan klinis, fase ini dikenal dengan istilah fase
rentan. Secara sederhana fase rentan didefinisikan sebagai periode
segera setelah pasien pulang dari perawatan. 6,25 Durasi pasti dari fase
rentan sendiri masih pasti, namun berbagai studi menunjukkan fase
rentan ini berlangsung berkisar 2 – 3 bulan. Secara umum pasien yang
dirawat inap akibat gagal jantung, meninggal dan menjalani
rehospitalisasi oleh karena berbagai penyebab, baik kardiak maupun
non kardiak. Namun, dari suatu kelompok pasien – pasien gagal
jantung dengan outcome yang buruk pasca perawatan, terutama yang
menjalani rehospitalisasi, didapatkan perburukan terjadi terkait dengan
kondisi patofisiologi yang mendasari yang secara khas berkaitan
dengan peningkatan tekanan ventrikel kiri. Gejala dan tanda kongesti

8
(seperti, sesak nafas, orthopnea, edema perifer) merupakan alasan
tersering rawat inap pada pasien – pasien gagal jantung. Lebih dari
60% pasien didapati ronki paru dan edema perifer. Kongesti
hemodinamik persisten pada saat pasien pulang tampaknya merupakan
faktor penting pada patofisiologi yang mendasari tingginya angka
kematian dan rehospitalisasi selama fase rentan.
Studi oleh Gheorghidae M dkk (2012) yang bertujuan mencari
gambaran karakteristik klinis, laboratorium, dan neurohormonal pada
pasien gagal jantung baik pada saat dirawat inap maupun pasca
perawatan yang dikaitkan dengan risiko kematian dan rehospitalisasi
dalam 90 hari dari awal pasien dirawat mendapatkan kejadian
mortalitas dini dan rehospitalisasi terkait kondisi kardiovaskular
memiliki karakteristik usia yang lebih tua, memiliki riwayat rawat inap
yang lebih banyak sebelumnya, dan memiliki jumlah komorbid yang
lebih banyak seperti, riwayat infark miokard, penyakit katup mitral,
penyakit ginjal kronis, dan penyakit paru obstruksi kronis yang berat.
Pemeriksaan penunjang menunjukkan pasien dengan kejadian
mortalitas dini dan rehospitalisasi memiliki fraksi ejeksi yang lebih
rendah, durasi kompleks QRS yang lebih panjang, kadar natrium
serum yang lebih rendah, peninggian blood urea nitrogen (BUN) dan
kreatinin serta kadar albumin yang lebih rendah. Berdasarkan profil
neurohormonal, didapati kelompok dengan kematian dini dan
rehospitalisasi memilki kadar aldosteron dan peptida natriuretik yang
lebih tinggi.28 Memastikan penyebab kematian pada gagal jantung
merupakan suatu tantangan. Di masyarakat, kematian akibat
kardiovaskular lebih jarang pada kelompok dengan preserved fraksi
ejeksi. Temuan serupa juga didapatkan dari studi di Olmsted,
Minnesota dari 1063 penderita gagal jantung didapati penyebab
kematian utama pada kelompok dengan preserved fraksi ejeksi adalah
non kardiovaskular (49%) diikuti penyakit koroner (43%) pada
kelompok dengan rEF. Proporsi kematian kardiovaskular menurun

9
dari 69% pada tahun 1979 – 1984 menjadi 40% pada tahun 1997 –
2002 (p= 0.07) pada subjek dengan preserved
fraksi ejeksi berkebalikan dengan perubahan sederhana pada
kelompok dengan rEF (77% menjadi 64%, P= 0.08). Perubahan pada
distribusi penyebab kematian, dimana kematian akibat kejadian
kardiovaskular mengalami penurunan sejalan dengan beban besar
berbagai kondisi komorbid pada gagal jantung serta pentingnya
tatalaksana menyeluruh pada gagal jantung dan pemantauan hasil
terapi.
Berikut komplikasi dari gagal jantung menurut (Wijaya & Putri 2013)
antara lain :
1) Adema paru akut dapat terjadi akibat gagal jantung
kiri.
2) Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi
jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung
dan otak).
3) Episode trombolik.
Thrombus terbentuk akibat imobilitas pasien dan
gangguan sirkulasi, trombus dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah.
4) Efusi pericardial dan tamponade jantung.
Masuknya cairan ke kantung pericardium, cairan
dapat meregangkan pericardium sampai ukuran
maksimal. Cardiac output menurun dan aliran balik
vena ke jantung.

10
JURNAL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, Volume , Nomor
Tahun 201 7, Halaman 1 -13
Online di

GAMBARAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS PASIEN GAGAL


JANTUNG
DI INSTALASI ELANG RSUP KARIADI
SEMARANG

Aidi Abshar Saman1), Henni Kusuma2)

1) Mahasiswa Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas


Diponegoro (email: kingofaidi@yahoo.com)
2) Staf Pengajar Keperawatan Dewasa, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro (email: hen_hen8@yahoo.com)

ABSTRAK

11
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Pemenuhan kebutuhan spiritual yang baik dapat
meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pasien gagal jantung rentan terjadi
distress spiritual dari kondisi penyakitnya dikarenakan resiko kematian
tinggi dan berbagai gajala yang dialaminya. Oleh karena itu, kebutuhan
spiritual pada pasien gagal jantung sangat penting untuk diperhatikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan
spiritualitas pada pasien gagal jantung di Instalasi Elang RSUP Kariadi
Semarang. Penelitian ini menggunakan studi survei. Sampel diambil
menggunakan teknik convenience sampling dan diperoleh 102 responden.
Data diambil dengan menggunakan kuesioner Spiritual Needs
Questionnaire (SpNQ) dan dianalisis dengan analisa univariat Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menganggap
kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan yang sangat penting (62,7%).
Berdasarkan domain kebutuhan spiritual kedamaian menjadi domain yang
paling banyak dianggap sangat penting oleh responden (62,7%), diikuti oleh
domain kasih sayang (58,8%), domain keagamaan (56,9%), dan domain
keberadaan (42,2%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi penderita gagal
jantung. Kondisi sakit pada pasien gagal jantung menyebabkan adanya
peningkatan kebutuhan kondisi kedamaian, kasih sayang, keagamaan dan
keberadaan akan Tuhan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
perawat dan rumah sakit agar lebih memperhatikan kebutuhan spiritual
pasien gagal jantung dengan memberikan intervensi keperawatan dan
fasilitas pemenuhan kebutuhan spiritual.

Kata Kunci : kebutuhan spiritual, gagal jantung

Pendahuluan
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian paling
umum di seluruh dunia. Gangguan kardiovaskuler merupakan gangguan

12
kesehatan yang menunjukkan trend semakin meningkat, penyakit
kardiovaskular bertanggung jawab terhadap kurang dari 10% dari kematian
di seluruh dunia. Sekarang penyakit kardiovaskular menyumbang hampir
mendekati 40% kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin
dan berkembang. Penelitian di Amerika, risiko berkembangnya gagal
jantung adalah 20% untuk usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus
baru yang didiagnosis gagal jantung selama beberapa dekade terakhir.
Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia. (Yancy,
2013)

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi gagal jantung di


Indonesia sebesar 0,3%.Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI tahun 2013 Prevelensi penyakit gagal jantung di Jawa Tengah
sebesar 43.361 orang. Berdasarkan data dari Rekam Medis RSUP Kariadi
Semarang tanggal 20 Mei 2016 di RSUP Kariadi, jumlah pasien gagal
jantung pada tahun 2015 di RSUP Kariadi sebanyak 1218 orang. Adapun
data 3 bulan terakhir, bulan Juni sebanyak 121 pasien, bulan Juli sebanyak
133 pasien, dan bulan Agustus sebanyak 153 pasien. Berdasarkan data
diatas menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit gagal jantung perlu
mendapatkan perhatian yang lebih dari para petugas kesehatan karena cukup
banyaknya kasus tersebut.

Dampak sakit dan hospitalisasi pada pasien gagal jantung


menyebabkan perubahan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu
mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara mandiri dan mengatur
sendiri kebutuhannya. Pasien dengan penyakit gagal jantung cenderung
merasa frustasi karena penyakit terminal yang sedang dia alami, karena baik
secara langsung maupun tidak langsung pasien tersebut merasa stress akan
ancaman kematian akibat penyakitnya tersebut Apabila kondisi tersebut
tidak ditangani dan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan distress
spiritual yang membuat pasien kehilangan kekuatan dan harapan hidup.
Peran para petugas kesehatan khususnya perawat harus memberikan
pelayanan paliatif secara optimal khususnya dalam aspek kebutuhan

13
spiritualitas, supaya pasien dapat merasa damai dan tentram (Westlake,
2008).

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan


oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka
hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam
kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta (Carpenito,
2000). Pasien yang mengalami gagal jantung merasakan bahwa hidupnya
dekat dengan kematian hal ini akan mempengaruhi pasien gagal jantung
menjadi distress spiritual (YoungC, 2007) Distress spiritualitas yang dialami
oleh pasien gagal jantung yaitu pasien tidak mampu melaksanakan praktik
keagamaan, terisolasi dari orang-orang yang dibutuhkannya. Hal ini bila
tidak diatasi akan menyebabkan krisis emosi, Distress spiritualitas
merupakan suatu keadaan ketika pasien mengalami gangguan dalam
kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan
arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual,
mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya
keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan
perhatian yang lebih pada kematian, menolak kegiatan ritual dan terdapat
tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian
didukung dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan
tidur, dan tekanan darah meningkat (Hidayah, 2006). Untuk mengatasi hal
ini, maka diperlukanlah intervensi kebutuhan spiritual yang tepat oleh
perawat sesuai kebutuhan setiap pasien.

Metode
Jenis penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan survei.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit gagal jantung
di Instalasi elang RSUP dr. Kariadi Semarang. Sampel diambil
menggunakan teknik convenience sampling dan diperoleh 102 responden.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner Spiritual Needs

14
Questionnaire (SpNQ) dengan nilai validitas 0,32 dan nilai realibiilitas 0,78
pada kuesioner tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis univariat.

Hasil Penelitian
1. Data Karakteristik Responden
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien Gagal Jantung di
Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang, 1-18 Januari
2017 (N = 102)

Karakteristik Responden Frekuensi(f) Persentase (%)


Usia
Dewasa Awal 4 3.9
Dewasa Akhir 16 15.7
Lansia Awal 51 50.0
Lansia Akhir 27 26.5
Manula 4 3.9
Jenis kelamin
Laki-laki 85 83.3
Perempuan 17 16.7
Pendidikan
SD 5 4.9
SMP 8 7.8
SMA 63 61.8
Perguruan Tinggi (PT) 26 25.5
Pekerjaan
PNS 48 47.1
Pegawai swasta 20 19.6
Wiraswasta 11 10.8
Tidak Kerja 23 22.5
Lama sakit
Fase akut (≤ 1 Th) 36 35.3
Fase lanjut (> 1 Th) 66 64.7
Stadium Penyakit
NYHA I 9 8.8
NYHA II 16 15.7
NYHA III 75 73.5
NYHA IV 2 2.0
Komplikasi

15
Efusi Pleura 5 4.9
Aritmia 28 27.5
Pembentukan Trombus 6 5.9
Pembesaran Hati 3 2.9
Tidak ada 60 58.8
Penyakit penyerta
Hipertensi 56 54.9
DM 7 6.9
Hipertensi, DM 15 14.7
Tidak ada 24 23.5

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa responden paling


banyak berusia lansia awal, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan
SMA, dan bekerja sebagai PNS. Adapun, mayoritas stadium gagal
jantung yang diderita responden Stadium penyakit yang diderita
responden adalah NYHA III, dengan lama sakit > 1 tahun, tidak
memiliki komplikasi, dan mempunyai penyakit penyerta hipertensi.

2. Data Kebutuhan Spiritual

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Kebutuhan spiritual pasien gagal
jantung di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang, 1-18 Januari
2017 (N=102)

Klasifikasi Frekuensi (f) Persentase(%


)
Sangat penting 64 62.7
Cukup penting 33 32.4
Tidak penting 5 4.9
Total 102 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa, mayoritas responden pasien gagal


jantung menyatakan kebutuhan spiritual sangat penting. Dan hanya
sedikit responden yang menyatakan kebutuhan spiritual tidak
penting.

Tabel 3.

16
Distribusi Frekuensi Karakteristik Kebutuhan Spiritual dari Setiap
Domain Kebutuhan Spiritual Pasien Gagal Jantung di Instalasi Elang
RSUP Dr. Kariadi Semarang, 1 - 18 Januari 2017 (n = 102)

Kebutuhan Spiritual
Sangat Jumlah

Domain Cukup Penting Tidak Penting

Penting

f % f % f % n %
Domain
58 56,9 41 40,2 3 2,9 102 100
Keagamaan
Domain
64 62,7 32 31,4 6 5,9 102 100
Kedamaian
Domain
43 42,2 50 49 9 8,8 102 100
Keberadaan
Domain Kasih
60 58,8 37 36,3 5 4,9 102 100
Sayang

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa 3 domain kebutuhan


spiritual dianggap sangat penting oleh sebagian besar responden,
kecuali domain keberadaan yang lebih banyak dirasakan cukup
penting oleh responden.

Tabel 4.

Distribusi frekuensi kebutuhan Spiritual Sesuai dengan Karakteristik


Usia Pasien

Gagal Jantung di Instalasi Elang RSUP Dr. Kariadi Semarang, 1 - 18


Januari 2017 (n = 102)

17
Kebutuhan Spiritual
Karakteristik Sangat Cukup Tidak Jumlah
Responden Penting Penting Penting
f % f % f % n %
Usia
Dewasa Awal 3 75 1 25 0 0 4 10
0
Dewasa Akhir 10 62,5 6 37,5 0 0 16 10
0
Lansia Awal 32 62,7. 15 29,4 4 7,8 51 10
0
Lansia Akhir 16 59,3 11 40,7 0 0 27 10
0
Manula 10
3 75 0 0 1 25 4
Jenis Kelamin 0
Laki-laki 54 63,5 27 31,8 4 4,7 85 10
0
Perempuan 10
10 58,8 6 35,3 1 5,9 17
Pendidikan 0
SD 3 60 2 40 0 0 5 10
0
SMP 5 62,5 3 37,5 0 0 8 10
0
SMA 40 63,5 19 30,2 4 6,3 63 10
0
Perguruan Tinggi 10
16 61,5 9 34,6 1 3,8 26
Pekerjaan 0
PNS 33 68,8 13 27,1 2 4,2 48 10
0
Pegawai swasta 12 60 7 35 1 5 20 10
0
Wiraswasta 8 72,7 2 18,2 1 9,1 11 10
0
Tidak Kerja 10
11 47,8 11 47,8 1 4,3 23
Lama sakit 0
≤ 1 tahun 26 72,2 27 19,4 3 8,3 36 10
0
> 1 tahun 38 57,6 26 39,2 1 3,0 66 10

18
Stadium CHF 0
NYHA I 6 66,7 3 33,3 0 0 9 10
0
NYHA II 10 62,5 6 37,5 0 0 16 10
0
NYHA III 46 61,3 24 32 5 6,7 75 10
0
NYHA IV 10
2 100 0 0 0 0 2
Komplikasi 0
Efusi Pleura 2 40 2 40 1 20 5 10
0
Aritmia 19 67,9 9 32,1 0 0 28 10
0
Pembentukan 10
4 66,7 2 33,3 0 0 6
Trombus 0
Pembesaran Hati 3 100 0 0 0 0 3 10
0
Tidak ada 10
36 60 20 33,3 4 6,7 60
Penyakit penyerta 0
Hipertensi 35 62,5 17 30,4 4 7,1 56 10
0
DM 4 57,1 2 28,6 1 14,4 7 10
0
Hipertensi, DM 9 60 6 40 0 0 15 10
0
Tidak ada 16 66,7 8 33,3 0 0 24 10
0

Pembahasan
1. Data Karakteristik Responden
Tabel 4 menunjukkan Pada penelitian ini menggambarkan
pada saat seseorang mulai memasuki masa lansia, yang dimulai
pada masa lansia awal (usia 46 tahun) telah terjadi beberapa
perubahan dalam hidupnya, baik secara fisik, psikologis maupun
spiritual. Secara fisik fungsi organ-organ pada tubuh mengalami
penurunan seperti penurunan pompa jantung, fleksibilitas
pembuluh darah vaskular menurun, metabolisme lemak menurun.

19
Hal tersebut dapat menyebabkan individu pada lansia awal rentan
terjadi penyakit gagal jantung. Separuh dari responden penelitian
ini berjenis kelamin laki-laki, Secara umum, setiap penyakit
dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi pada penyakit gagal jantung terdapat perbedaan frekuensi
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan
perbedaan pekerjaan, gaya hidup, genetika, kondisi fisiologis,
( hormone). Pendidikan responden berada pada kategori
pendidikan SMA dan perguruan tinggi, kondisi ekonomi
masyarakat saat ini semakin meningkat, kebutuhan akan
pendidikan semakin tinggi hal ini juga di tunjang oleh
programprogram yang direncanakan oleh pemerintah bidang
pendidikan hingga masyarakat bisa melanjutkan sampai ke
jenjang perguruan tinggi. Namun dari penelitian sebelumnya
( Yadi, 2013) melihat tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan resiko penyakit gagal jantung. Pekerjaan pada responden
mayoritas bekerja sebagai PNS, peran PNS dalam
pembangunan nasional sanggat penting sehingga diharapkan
para PNS dapat memiliki etos kerja dan kinerja yang tinggi.
Namun pada kenyataannya etos kerja dan kinerja yang tinggi
sulit dicapai apabila PNS mengalami stress kerja (Atikah, 2016)
Seseorang yang mengalami stress mempunyai resiko terkena
penyakit hipertensi, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
hipertrofi ventrikel kiri yang dihubungkan dengan terjadinya
disfungsi diastolik dan meningkatkan resiko gagal jantung.Lama
sakit yang dialami responden pada gagal jantung dalam
penelitian ini mayoritas telah menderita gagal jantung sebagian
besar ≤ 1 tahun. Pasien gagal jantung yang berada pada rumah
sakit kariadi mayoritas pasien rujukan dari rumah sakit daerah,
masyarakat cenderung memeriksakan dengan kondisi yang sudah
berat dengan berbagai keluhan yang terjadi. Lama sakit
merupakan faktor resiko baik atasStadium penyakit pada

20
penelitian ini pasien gagal jantung mayoritas pada NYHA III.
Pada stadium NYHA III pasien ditandai dengan keterbatasan-
keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Ketika melakukan
aktivitas yang sangat ringan dapat menimbulkan lelah, palpitasi,
sesak nafas. Karakteristik komplikasi Pada penelitian ini
mayoritas responden tidak mempunyai komplikasi karena
responden sebagian besar pada stadium NYHA III sehingga
belum terjadi komplikasi. Pada penelitian ini mayoritas
responden mempunyai penyakit penyerta hipertensi. Hipertensi
berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung yang
merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia ( Wati,
2013)

Pasien dengan gagal jantung cenderung mengalami depresi


dengan angka prevalensi 9-77,5 % yang disebabkan karena
penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas hal ini
berdampak pasien enggan bersosialisasi atau melakukan aktivitas
seperti sebelum sakit. Pasien dengan depresi erat kaitanya
dengan gangguan spiritual (Bekelman,2007) Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung.
Apabila kondisi tersebut tidak ditangani dan berlangsung terus
menerus dapat menyebabkan distress spiritual yang membuat
pasien kehilangan kekuatan dan harapan hidup

2. Data Kebutuhan Spiritual


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menganggap kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan
yang sangat penting (62,7%). Berdasarkan domain kebutuhan
spiritual kedamaian menjadi domain yang paling banyak
dianggap sangat penting oleh responden (62,7%), diikuti oleh
domain kasih sayang (58,8%), domain keagamaan (56,9%), dan
domain keberadaan (42,2%). hal inihampir sama dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur laili pada pasien
kronik dengan ca servik dengan menunjukkan kebutuhan akan

21
kedamaian dikatakan sangat penting (60.64%), kebutuhan
keagamaan dikatakan sangat penting (57.45), kebutuhan kasih
sayang dianggap sangat penting (57.45) kebutuhan akan makna
keberadaan dianggap sangat penting oleh (39.36%), dan cukup
penting oleh (43.61%)

Kebutuhan spiritual dianggap sangat penting oleh sebagian


besar atau mayoritas responden dalam penelitian ini. Hasil ini
senada dengan penelitian terdahulu mengatakan kebutuhan
spiritual dianggap sebagai kebutuhan spiritual yang sangat
penting( Farida, 2014 dan Fitriana, 2013) Kebutuhan spiritual
tersebut juga terbagi dalam empat kategori, kebutuhan beragama,
kebutuhan kedamaian, kebutuhan makna keberadaan, dan
kebutuhan memberi (Yosalina, et all, 2012) Kebutuhan
spiritual yang terpenuhi diharapkan pasien akan mencapai
kesejahteraan spiritual (Moeni,2012)Jika kesejahteraan spiritual
ini tidak tercapai maka dimensi lain seperti kesehatan biologis,
psikologis dan sosial tidak dapat berfungsi dengan baik dan tidak
dapat mencapai kapasitasnya secara maksimal, akibatnya derajat
kualitas kehidupan yang paling tinggi tidak dapat tercapai.
Penelitian yang dilakukan oleh Walsh menunjukkan bahwa
seseorang yang memiliki keyakinan spiritual akan mengurangi
kesedihan jika dihadapkan dengan kematian. Dengan keyakinan
yang tinggi mereka akan merasa bahwa kesedihan yang dialami
akan cepat pulih daripada mereka yang mempunyai keyakinan
rendah. untuk mengatasi atau menghadapi masalah fisik tersebut
(Walsh, 2002).

Setiap orang akan mengalami proses perkembangan


spiritual sesuai dengan pertambahan usianya. Pada penelitian ini
mayoritas penderitanya berada pada kategori usia lansia. Pada
usia dewasa muda karakteristik perkembangan spiritualnya
ditunjukkan melalui lebih banyak waktu untuk kegiatan agama
dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti

22
nilai- nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan
kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi
kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa
kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang
lebih matang sering dapat membantu orang lain untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan
merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai
sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2009)

Kebutuhan kedamaian sebagai kebutuhan spiritual yang


sangat penting untuk pasien gagal jantung diwujudkan dalam
menikmati keindahan alam, dan menemukan kedamaian. Alam
sebagai sumber kekuatan diartikan pasien dengan gagal jantung
sebagai sumber kekuatan yang menghubungkan dengan Tuhan.
Menikmati alam merupakan salah satu wujud syukur atas
kenikmatan dari Tuhan. Mensyukuri nikmat Tuhan melalui alam
juga dapat menimbulkan suatu ketenangan dan kedamaian batin
untuk individu (Plaskota, 2012). Setiap orang selalu
mengharapkan hidupnya dalam ketenangan dan kedamaian.
Kebutuhan akan makna kedamaian ini diwujudkan dalam bentuk
keterbukaan dengan orang lain, mengungkapkan perasaan kepada
orang lain mengenai ketakutan dan kekhawatiran, menikmati
keindahan alam, menemukan kedamaian batin, merasa aman dan
menjadi orang yang penuh kasih sayang. Berbicara dengan orang
lain mengenai ketakutan dan kekhawatiran merupakan salah satu
pemenuhan kebutuhan akan makna kedamaian. Dengan bercerita,
seseorang akan merasa memiliki orang kepercayaan yang bisa
membantu dalam kesulitan.71 (Plaskota, 2012).

kasih sayang sebagai salah satu kebutuhan spiritual pada


pasien gagal jantung dianggap sangat. Kebutuhan ini diwujudkan
sebagai bentuk saling menyayangi, mencintai, saling memberi
dan saling memahami orang lain. Dukungan dari keluarga
merupakan kebutuhan spiritual yang amat sangat penting bagi

23
pasien. Saling memberi dan saling menyayangi merupakan salah
satu cara untuk menguatkan dan mendukung kesembuhan pasien.
Kebutuhan untuk saling memberi ini merupakan kebutuhan
spiritual yang sangat penting karena dapat berperan untuk
kesembuhan pasien. Sesuai dengan hasil penelitian Utami pada
pasieon kronik kanker serviks menyebutkan bahwa pasien yang
mendapat dukungan dari keluarga maka tingkat kecemasan yang
dialami akan semakin rendah. Penelitian lain oleh Heri
mengungkapkan bahwa pasien kanker membutuhkan dukungan
keluarga karena dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan mental penderita (Rosita, 2010).

Kebutuhan keagamaan merupakan wujud dari makna


hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hubungan antara
manusia dengan Tuhan tersebut dapat ditunjukkan dalam bentuk
hubungan dengan pemuka agama, berdo’a, keterlibatan dalam
kegiatan beragama, membaca buku-buku keagamaan, dan juga
beralih dalam kekuasaan tertinggi. Berdo’a untuk diri sendiri
sebagai bentuk kebutuhan spiritual dari kebutuhan beragama,
sebagai bentuk kebutuhan yang paling diperlukan oleh
responden. Hal ini sesuai dengan beberapa teori yang
menjelaskan bahwa agama merupakan manifestasi dari
kebutuhan spiritual. Agama juga sebagai keyakinan yang
mendasari kebutuhan spiritual seseorang (Ida, 2013).

Kebutuhan keberadaan diartikan sebagai kebutuhan


mengenai makna keberadaan akan dirinya. Kebutuhan ini
direfleksikan dalam perenungan kembali kehidupan sebelumnya,
menemukan makna hidup dalam sakit atau penderitaan, berbicara
dengan orang lain akan makna kehidupan dan kehidupan setelah
meninggal, dan memaafkan. Hasil penelitian menunjukkan
makna keberadaan (49%) responden megatakan cukup penting.
Pasien dengan kanker di Taiwan juga mengungkapkan memaknai
kehidupan dan tujuan hidup sebagai hal yang sangat penting.

24
Penelitian ini juga memberikan hasil yang berbeda, karena
responden juga menganggap membicarakan mengenai kematian
merupakan hal yang penting, sedangkan dalam penelitian
kebutuhan spiritual pada pasien gagal jantung membicarakan
tentang kemungkinan kehidupan setelah meninggal sebagai hal
yang tidak penting. Kehidupan sebelum meninggal, persiapan
menghadapi kematian dan kehidupan setelah meninggal
merupakan satu fase bagi pasien dalam akhir kehidupan.
Responden yang mayoritas memiliki karakter berserah kepada
Tuhan, dan berusaha untuk kesembuhan. Mereka cenderung
tidak mau memikirkan tentang kematian, karena keinginannya
hanyalah kesembuhan (Bauer, 2007)

Kesimpulan dan Saran


Sebagian besar responden berusia lansia awal, berjenis
kelamin laki-laki, berpendidikan SMA, dan bekerja sebagai
PNS. Adapun, mayoritas stadium gagal jantung yang diderita
responden Stadium penyakit yang diderita responden adalah
NYHA III, dengan lama sakit > 1 tahun, tidak memiliki
komplikasi, dan mempunyai penyakit penyerta hipertensi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan


penyakit gagal jantung memerlukan perhatian lebih untuk
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Perawat dan tenaga
kesehatan lain dituntut untuk mampu membantu pasien tersebut.

Ucapan Terima Kasih


Peneliti memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada
seluruh keluarga yang telah memberi dukungan, para dosen yang telah
membimbing, serta RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian.

25
Daftar Pustaka
Abrahm , JL. (2010). A Physician's Guide to Pain and Symptom
Management in Cancer Patients. Maryland: Johns Hopkins
University Press.

Atikah. (2016) Hubungan Antara Prokastitansi Kerja Dengan Stres


Kerja Pada PNS.

Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta

Bauer-Wu S, Barrett R, & Yeager K. (2007) Spiritual Prespective


and Practices at The End-of-Life: A Review of The Major World
Religions and Application to Palliative Care. Indian J Palliative
Care. Vol 13.No 02 (Januari 2017), 2007 : Halaman 53-68.

Bekelman DB, Parry C, Curlin FA, Yamashita TE, Fairclough DL,


Wamboldt FS. (2010) A

Comparison of Two Spirituality Instruments and Their Relationship


With Depression and Quality of Life in Chronic Heart Failure. J Pain
Symptom Manage [Internet];39(3):515–26.

Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2009.08.005

Bleakly K & Stinson M. Complementary and Alternative Therapies:


Do They Improve Quality of Life for Women with Breast
Cancer? Phsical Therapy Reviews. Vol 16.No 02 (Januari 2017),
2011 : Halaman 96-105.

Büssing A, Michalsen A, Balzat HJ, Grünther RA, Ostermann T, &


Neugebauer EAM. (2009) Are Spirituality and Religiosity Resources
for Patients with Chronic Pain Conditions? Pain Medicine (Malden,
Mass). Vol 10.No 02 (Januari, 2017) : Halaman 327-339.

Butcher JN. (2013). A Beginner’s Guide to the MMPI-2. Washington DC:


American psychological Association.

26
Deal, B. (2012). The lived experience of giving spiritual care: A
phenomenological study of nephrology nurses working in acute and
chronic hemodialysis settings. Nephrology Nursing Journal, Vol 39.No
06 (Januari 2017).

Edward, P. (2010). Health Psychology. New York: Jhon Wiley &


Sons.

El Noor MA. (2012). Spiritual care of the hospitalized patients following


admission to the cardiac care units: policy implications. Disertasi,
University of Akron, Palestina.

Hamid AYS. (2009). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Bunga


Rampai. Jakarta: EGC.

Ida, F. Teriza, N. (2013) Gambaran metode koping dalam mengatasi


kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi
di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Skripsi. STIKES
Muhamadiyah Pekajang:

Kozier. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &


Praktik. Jakarta: EGC.

Levin M. (2009). Spiritual Inteligence. Jakarta: Gramedia.

McKhann G & Albert M.(2010) Keep Your Brain Young: Agar Otak Awet
Muda : Panduan Lengkap untuk Kesehatan Fisik dan Emosional serta
Umur Panjang. Yogyakarta: Media Pressindo

Moeini M, Ghasemi TMG, Yousefi H, & Abedi H. (2012). The effect of


spiritual care on spiritual health of patients with cardiac ischemia.
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, Vol 17 No 01
(Januari 2017).

Omidvari S. (2008). What do predict anxiety and depression in breast


cancer patients? A follow up study. Journal of Soc Psychiatry
Epidemil, Vol 45 No 12 (Januari 2017).

27
Plaskota, Marek, Lucas, Carolina, Pizzofen, Kathleen, Saini, Treena,
Evans, Rosie, & Cook K. (2012) A Hypnotherapy Intervention for
The Treatment of Anxiety in Patients with Cancer Receiving
Palliative Care. International Journal of Palliative Nursing. Vol
18.No 02 (Januari 2017), : Halaman 69-75.

Rosita Saragih.(2010) Peranan Dukungan keluarga dan Koping


Pasien dengan Penyakit Kranker terhadap pengobatan
Kemoterapi. Universitas Darma Agung. Medan.

Smeltzer SC & Bare BG. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Sulmasy. (2002). A Biopsychosocial-Spiritual Model for the Care of


Patients at the End of Life. Journal of The Gerontolcgirt Vol 42.
(Januari 2017) : Halaman 24-33.

Walsh K, M. (2002)Spiritual Beliefs May Effect Outcome of


Bereavement. BMJ. 29: 324 (7353) : 1551.

Wati M, (2013) Prevelensi Penyakit Jantung Hipertensi Pada Pasien


Gagal Jantung Kongestif di RSUP H. Adam Malik. E Jurnal FK USU
VOL 1 No 1

Westlake C, Dyo M, Vollman M, Heywood JT.(2008) Spirituality and


suffering of patients with heart failure Spirituality and suffering of
patients with heart failure.

Yancy C., Jessup. (2013) Guidleline for the Management of Heart


Failure  : A Report of the American College of Cardiology
Foundation/ American Heart Association Task Force on Practice
Guedlinenes ;128:e240–327.

Yosalina, Yosi., Rahayu, Urip., & Prawesti P, Ayu.(2012)


Gambaran Spiritual pada

Pasien Kanker Payudara. Students e-Journal UNPAD. 2012


[cited 29 November

28
;1(1).

Zohar D, Marshall I. (2007). SQ: Kecerdasan Spiritual. Bandung:


Penerbit Mizan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung
mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya
kongesti pulmonal dan sitemik. Penyebab dari gagal jantung adalah
disritmia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, ruptur miokard. Dari
beberpa penyebab diatas akan menyebabkan beban kerja janung
meningkat lalu otomatis akan menyebabkan terjadinya gangguan dalam
tubuh, seperti gagal popa jantung kanan dan kiri dan akan menimbulkan
masalah-masalah keperawatan. Manifestasi klinis pada gagal jantung
terdapat dua bagian yang pertama pada gagal pompa jantung kiri (Dispnu,
batuk, kegelisahan dan kecemasan, mudah lelah), yang kedua gagal pompa
jantung kanan (Kongestif jaringan perifer dan visceral, edema ekstrimitas
bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan, hepatomegali. Dan nyeri tekan  pada kuadran  kanan atas abdomen 
terjadi akibat  pembesaran  vena di  hepar, anorexia dan mual. Terjadi
akibat  pembesaran  vena  dan statis  vena dalam rongga abdomen,
nokturia, kelemahan).

29
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8,  1997, 
EGC, Jakarta.

Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.

Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21382/4/Chapter%20II.pdf

http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/06/askep-gagal-jantung.pdf

http://gagal-jantung.blogspot.com/2012/08/patofisiologi-gagal-jantung.html

Wajan juni udjianti,keperwatan kardiovaskuler

30

Anda mungkin juga menyukai