Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY “A” DENGAN

MILIARIASIS DI PUSKESMAS PASAR IKAN


KOTA BENGKULU TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

DENNI RAHMIATI
NPM : 1624260011DB

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2019
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY “A” DENGAN
MILIARIASIS DI PUSKESMAS PASAR IKAN
KOTA BENGKULU TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

DENNI RAHMIATI
NPM : 1624260011DB

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli

Madya kebidanan pada Program Studi Kebidanan (DIII)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2019

i
ii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
MOTTO:

“Yakinlah Kau Bisa dan kau Sudah Separuh Jalan Menuju Kesana”

PERSEMBAHAN:
Alhamdulillah , atas rahmat dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan
tugas akhir sederhana ini dengan baik. Laporan Tugs Akhir sederhana ini
aku persembahkan untuk:
1. Terima kasih Kepada orang tuaku yang telah mendukungku,
memberikan motivasi dalam segala hal, serta memberikan kasih sayang
yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun
2. Terimakasih kepada kakakku Donna Rahmiati, adikku Nadea Amanda ,
dan Azila Tanjung yang selalu mendoakan, membantu dan
memotivasiku dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
3. Pembimbing utamaku bunda Syami Yulianti, SST.,M.Keb dan
Pembimbing pendampingku bunda Ns. Danur Azissah, S.Kep., M.Kes
dan tak lupa penguji I bunda Dr. Ida Samidah, SKp., M.Kes dan penguji
II bunda Ns Des Metasari, S.Kep., M.Kes
4. Sahabat-sahabatku terutama Weni Eliza yang telah memberikan suport,
inspirasi dan bantuan selama ini dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini
5. Almamater yang aku banggakan

iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu. Pada tanggal 8 Mei 1997, Anak


kedua dari 4 bersaudara, dari seorang Ayah yang bernama
Asman dari Ibu yang bernama Rismaneli penulis tinggal di Jl.
Manggis 1 RT 13 RW 05 No 12 Kecamatan Singaran Pati
Kelurahan Dusun Besar Kota Bengkulu.

Bangku pendidikan yang telah penulis tempuh sampai


saat ini adalah: Tingkat Taman Kanak-kanak (TK) di Witri 1 Kota Bengkulu, dimana
penulis menamatkannya tahun 2004. di Tingkat sekolah Dasar (SD) Negeri 52 Kota
Bengkulu. Dimana penulis menamatkannya pada tahun 2009, kemudian melanjutkan
ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kota Bengkulu yang
diselesaikan pada tahun 2012, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Kota Bengkulu yang diselesaikan pada
tahun 2015, dengan keinginan yang keras maka pada tahun 2016 penulis melanjutkan
ke tingkat Perguruan Tinggi yaitu Universitas Dehasen Bengkulu mengambil
Program Studi Kebidanan (DIII) Fakultas Ilmu Kesehatan dan Allhamdulillah dapat
saya selesaikan pada tahun 2019.

v
KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Laporan Tugas Akhir, dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada By “A”

dengan Miliariasis Di Puskesmas Pasar Ikan, Kota Bengkulu Tahun 2019”.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan bagian yang tak terpisahkan atau merupakan

rangkaian kegiatan akademik yang merupakan syarat yang diwajibkan untuk

memperoleh gelar Ahli Madya kebidanan pada Program Studi Kebidanan (DIII)

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah banyak membantu sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

ucapan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Agr. Ir. Johan Setianto selaku Rektor Universitas Dehasen

Bengkulu.

2. Ibu Dr. Ida Samidah, SKp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Dehasen Bengkulu sekaligus sebagai penguji pertama yang telah

memberikan kritikan dan sarannya.

3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep., M.Kes, selaku Wakil Dekan I

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

4. Ibu Dra. Hj.Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Universitas Dehasen Bengkulu.

vi
5. Ibu Syami Yulianti, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Kebidanan (DIII)

Fakultas Ilmu Kesehatan sekaligus pembimbing utama yang dengan sabar dan

keprofesionalannya yang telah memberikan saran, bimbingan, membantu,

dorongan dan petunjuk yang sangat berharga yang dalam penyusunan Laporan

Tugas Akhir ini.

6. Ibu Ns. Danur Azissah RS, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing pendamping

yang juga dengan sabar dan keprofesionalannya telah memberikan saran,

bimbingan, membantu, dorongan dan petunjuk yang sangat berharga dalam

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Ns. Des Metasari, S.Kep., M.Kes selaku penguji kedua yang juga dengan

keprofesionalannya selalu memberikan kritikan dan saran yang bersifat

membangun dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Kebidanan (DIII)

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu yang telah banyak

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran

dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Pimpinan seluruh Staf Puskesmas Pasar Ikan yang telah mengizinkan untuk

melakukan penelitian.

10. Rekan- rekan satu angkatan Program Studi Kebidanan (DIII) Fakultas Ilmu

Kesehatan Dehasen Bengkulu.

Akhirnya dengan segala rendah hati, penulis menyadari bahwa dalam

penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan

vii
kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini sehingga akan lebih

bermanfaat.

Bengkulu, Juli 2019

Penulis

Denni Rahmiati

viii
ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “A” DENGAN
MILIARIASIS DI PUSKESMAS PASAR IKAN
KOTA BENGKULU TAHUN 2019
Oleh:
Denni Rahmiati 1)
Syami Yulianti 2)
Ns Danur Azissah 2)

Berdasarkan data di Puskesmas Pasar Ikan didapatkan data bulan Januari


sampai Desember 2018 dari 77 bayi yang datang berobat terdapat 38 bayi yang
mengalami bintik-bintik merah pada kulit dan rata-rata bayi rewel dan menangis saat
tubuhnya berkeringat serta timbul gelembung berisi cairan pada kulit.
Laporan tugas akhir dalam bentuk kasus ini adalah untuk menerapkan dan
mengaplikasikan manajemen asuhan kebidanan pada By.”A”dengan Miliariasis di
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2019.
Dalam penyusunan Laporan tugas akhir ini menggunakan pendekatan studi
dengan pendekatan kualitatif dengan strategi Case Study Research dengan
memberikan asuhan kebidanan pada By “A” dengan Miliariasis.
Data subjektif ibu mengatakan bayinya bayinya rewel dan pada daerah dahi
tampak gelembung- gelembung berisi cairan jernih serta pada daerah lipatan lutut
sebelah kiri tampak kemerahan. Pada data objektif didapat k/u baik, kesadaran
composmentis, TTV: Nadi 112x /menit, respirasi 33x /menit, suhu 36,70c, BB/PB
4.300 gram/ 50 cm, By”A” dengan Miliariasis. Masalah yang muncul yaitu bayinya
rewel. Diagnosa Potensial adalah terjadi infeksi sekunder. Tindakan segera yang
dilakukan adalah memberi bedak cair caladine. Tindakan dilakukan bertujuan agar
rencana yang disusun tercapai dengan adanya kerjasama antara bidan, dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien. Evaluasi didapatkan hasil
keadaan umum bayi baik, kesadaran Composmentis, TTV: Nadi 112x /menit,
respirasi 32x /menit, suhu 36,50c. Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan
yang talah diberikan.
Penyebab Miliariasis udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi
bakteri staphylococcus. Diharapkan kepada ibu untuk melakukan perawatan kulit
yang benar dengan cara jaga kebersihan kulit dan pakaian bayi.

Kata kunci : Miliariasis, bayi


Keterangan : 1. Calon Ahli Madya Kebidanan
2. Pembimbing

ix
ABSTRACT

A MIDWIFERY CARE FOR BABY "A"MILLARIASIS


AT PASAR IKAN PUBLIC HEALTH CENTER
OF BENGKULU CITY IN 2019
By:
Denni Rahmiati 1)
Syami Yulianti 2)
Danur Azissah 2)

Based on data from Pasar Ikan Public Health Center obtained from January to
December 2018 that 77 babies who came for treatment, there were 38 babies who
experienced red spots on the skin and the average baby was fussy and crying when
his body was sweating and bubbles filled with liquid on the skin. The purpose of this
final project report is to implement and apply a midwifery care management for baby
"A" aged 3 millariasis months at Pasar Ikan Public Health Center of Bengkulu City
in 2019. In the preparation of this final project report using a qualitative approach
to the case study research strategy by providing a midwifery care to baby "A"
millariasis. Subjective data from the mother says her baby is fussy and in the
forehead areas appear clear liquid-filled bubbles and in the left knee fold area looks
reddish. In objective data, k / u good, composmentist awareness, TTV: pulse 112x/
minute, respiration 33x/ minute, temperature 36.70c, body weight/ PB 4,300 gram/
50 cm, Baby "A". The problem that arises is the baby is fussy. Potential diagnosis is
a secondary infection. Immediate action taken is to give caladine liquid powder.The
action was carried out aiming that the plans drawn up were achieved with the
cooperation of midwives, which could further improve the quality services of
midwifery patient. Evaluation results obtained good general condition of the baby,
composmentis consciousness, TTV: pulse 112x/min, respiration 32x/min,
temperature 36.50c. All findings and actions that have given subsequently
documented. The causes of miliariasis are hot and humid air and staphylococcus
bacterial infection. It is expected to mother to do the right skin care by keep baby's
skin and clothes clean.

Keywords: Miliariasis, Babies.

Information:
1. Student
2. Supervisors

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................... iv
RIWAYAT HIDUP................................................... ........................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................. ............. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan masalah................................................................................. 5
C. Tujuan penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat penelitian ................................................................................ 6
E. Implikasi studi kasus kebidanan .......................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Proses kebidanan bayi dengan Miliarisis ............................................. 9


1. Konsep dasar bayi ............................................................................ 9
2. Konsep Miliariasis .......................................................................... 14
3. Konsep asuhan kebidanan ............................................................... 26
B. Konsep Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Miliariasis.............. 33
C. Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan ................................................. 42

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian .................................................................................. 43


B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... 43
C. Setting penelitian .................................................................................. 43
D. Subjek penelitian .................................................................................. 44
E. Metode pengumpulan data ................................................................... 44
F. Metode uji keabsahan ........................................................................... 46
G. Metode analisa data .............................................................................. 47

xi
H. Etika penelitian..................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus ..................................................................................... 49


B. Pembahasan .......................................................................................... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 77
B. Saran ..................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

xii
DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Bagan Halaman


2.1 Kerangka konsep asuhan kebidanan 42

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


2.1 Gambar miliaria Kristalina 21
2.2 Gambar miliaria rubra 22
2.3 Gambar miliaria profunda 23
2.4 Gambar miliaria pustula 24

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 Surat Izin pengambilan data Pra Penelitian dari Prodi


Kebidanan Fikes Unived
Lampiran 2 Rekomendasi izin pra penelitian dari Dinkes Kota Bengkulu

Lampiran 3 Permohonan menjadi responden

Lampiran 4 Pernyataan persetujun menjadi responden

Lampiran 5 Surat Izin penelitian dari Prodi Kebidanan (DIII) Fikes


Universitas Dehasen Bengkulu
Lampiran 6 Rekomendasi penelitian dari Kesbangpol

Lampiran 7 Rekomendasi izin penelitian dari Dinkes Kota Bengkulu

Lampiran 8 Surat selesai penelitian

Lampiran 9 Lembar konsul proposal pembimbing I

Lampiran 10 Lembar konsul proposal pembimbing II

Lampiran 11 Lembar konsul LTA pembimbing I

Lampiran 12 Lembar konsul LTA pembimbing II

Lampiran 13 Data dari Dinkes Kota Bengkulu

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan program Sustainable Development Goals (SDG’s) yang terdiri

dari 17 goals, 169 target, dan sekitar 240 indikator, dalam salah satu tujuan

terutama dalam tujuan ke-3 yang bertujuan menjamin kehidupan yang sehat dan

mendorong kesejahteraan bagi semua orang di dunia. Dalam tujuannya berisi 13

target dimana ada salah satu target pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian

bayi dan balita dengan cara seluruh negara dunia dapat menurunkan angka

kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup (SDG’s

2017:19).

Beberapa masalah yang sering dijumpai pada bayi diantaranya adalah

adanya bercak mongol, hemangioma, ikhterus, muntah dan gumoh, oral trush,

diaperrash, dan seborrhea, furunkel, milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, dan

sindrom bayi meninggal mendadak. Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur

karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna.

Kasus milliariasis terjadi pada 40 – 50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2 – 3

bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3 – 4 minggu

kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar

ke daerah sekitarnya (Vivian, 2010).

1
2

Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri,

virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan

kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat

masuknya mikroorganisme ke kulit. Kulit bayi dan anak berbeda dengan orang

dewasa, walaupun strukturnya sama namun belum berfungsi dengan optimal.

Kulit bayi dan anak lebih tipis, jaringan antar sel relatif lebih longgar, sistem

pertahanan tubuh alamiah (innate) dan didapat dikulit belum cukup matang.

Hal tersebut mempengaruhi perkembangan tubuh bayi khususnya tubuh bayi

berupaya beradaptasi terhadap lingkungan (FKUI, 2013:11).

Fakta menyebutkan, hampir 90 % bayi di Indonesia pernah mengalami

masalah kulit. Salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh bayi adalah

miliaria atau biang keringat. Salah satu penyebabnya ialah terbatasnya

pengetahuan dan informasi mengenai kurang tepatnya perawatan kulit bayi. Fungsi

pada kulit bayi belum sempurna. Kulit bayi lebih lembut dibandingkan kulit

dewasa. Perbedaan lainnya, kulit bayi lebih tipis, ikatan antar sel lebih longgar,

produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak relative lebih sedikit. Salah satu

masalah kulit yang sering dialami oleh bayi adalah Miliaria atau keringat buntet

(Ningrum, Novita Widya, 2012:17).

Miliariasis dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan anak yang

baru lahir. Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala

yang memang dihadapi ada timbulnya miliariasis atau biang keringat di bagian
3

kulit bayi dimana rentan timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung

bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak

keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal.

Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang

keringat dapat dijumpai pada bayi yang kemungkinan disebabkan oleh sel–sel

pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit

yang mengakibatkan retensi keringat. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan

bayi (< 1 bulan) merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang

cepat, baik struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan

in utero. Pada remaja dan dewasa, kulit sudah matang atau mature kemudian

mengalami kemunduran (Khasanah, Dinaul, 2015:2)

Dampak penyakit ini adalah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

khususnya pada bayi yang dikarenakan oleh iritasi kulit yang bila tidak ditangani

dengan baik dapat menyebabkan infeksi dan gangguan pada kulit bayi yang lebih

parah dan nantinya dapat berpengaruh pada segi kesehatan ataupun menimbulkan

gangguan kosmetik saat bayi telah beranjak dewasa (Ningrum, Novita Widya,

2012:17).

Pengelolaan asuhan kebidanan pada kasus Miliariasis sangat penting.

Miliarisis dapat dicegah dan disembuhkan, oleh karena itu Konseling Informasi

Edukasi (KIE) yang cukup harus di berikan pada ibu yang memiliki bayi yang

menderita Miliaria melalui kegiatan posyandu, agar tidak menyepelekan penyakit

ini. Hal yang dapat bidan lakukan dalam masalah miliariasis seperti memberikan
4

bedak salicy 2%, memberitahu ibu untuk, memberikan pakaian yang tipis,

memberikan informasi kepada ibu tentang perawatan kulit bayi, jika bayi

berkeringat jangan keringkan menggunakan bedak (Ningrum, Novita Widya,

2012:17).

Penanganan Miliaria yaitu dengan cara memelihara kebersihan tubuh bayi,

upayakan kelembapan suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang sejuk dan

kering, gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian yang

menyerap keringat, segera ganti pakaian yang basah, dan kotor, dapat diberikan

bedak salisil 2% dan dapat ditambahkan menthol 0,5% - 2% yang bersifat

mendinginkan ruam (Sudarti, 2010:21).

Berdasarkan survey awal di Puskesmas Pasar Ikan pada tanggal 1 Maret

2019 didapatkan data bulan Januari sampai Desember 2018 dari 77 bayi yang

datang berobat terdapat 38 bayi yang mengalami bintik-bintik merah pada kulit

dan rata-rata bayi rewel dan menangis saat tubuhnya berkeringat serta timbul

gelembung berisi cairan pada kulit.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan asuhan

kebidanan tentang “asuhan kebidanan pada bayi dengan Miliariasis di Puskesmas

Pasar Ikan tahun 2019”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penulisan adalah bagaimanakah “Asuhan Kebidanan Pada Bayi dengan


5

Miliariasis di Puskesmas Pasar Ikan tahun 2019 dengan menggunakan

Manajemen Kebidanan Pendokumentasian secara 7 langkah Varney.

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang hendak dicapai

adalah mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan Miliariasis di

Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan manajemen kebidanan menurut

Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada bayi dengan Miliariasis di Puskesmas Pasar

Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan management kebidanan Varney.

b. Menentukan interpretasi data kebidanan pada bayi dengan Miliariasis di

Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan management

kebidanan Varney.

c. Mengidentifikasi masalah (menentukan masalah potensial dari diagnosa

yang telah ditegakkan & antisipasinya) Pada Bayi dengan Milliariasis di

Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan management

kebidanan Varney.

d. Menetapkan kebutuhan/ tindakan segera yang harus dilakukan (mandiri,

kalaborasi, rujukan) Pada Bayi dengan Milliariasis di Puskesmas Pasar

Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan management kebidanan Varney.


6

e. Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh pada bayi dengan

Milliariasis di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan

pendekatan management kebidanan Varney.

f. Melakukan Implementasi (Tindakan) pada bayi dengan Milliariasis di

Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan

management kebidanan Varney.

g. Melakukan Evaluasi Pada Bayi dengan Milliariasis di Puskesmas

Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan management kebidanan

Varney.

h. Melakukan pendokumentasian Varney Pada Bayi dengan Milliariasis

di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dengan pendekatan

management kebidanan Varney.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Hasil Penelitian Studi Kasus Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien atau

keluarga mengenai asuhan kebidanan pada bayi dengan Miliariasis sesuai

dengan prosedur yang ditentukan guna untuk mencapai penurunan Angka

Kesakitan Bayi.

2. Manfaat Hasil Penelitian Studi Kasus Bagi Bidan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

pertimbangan dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan

Milliariasis.
7

3. Manfaat Hasil Penelitian Studi Kasus bagi Lembaga

a) Bagi Puskesmas

Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan

Milliarisis.

b) Bagi Institusi pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai reverensi dalam memberikan

Asuhan Kebidanan pada bayi dengan Milliariasis.

E. Implikasi Studi Kasus Terhadap Kebidanan

1. Implikasi Pada Bidan sebagai pendidik

Peran bidan pada bayi dengan Miliarisis sebagai pendidik yaitu untuk

memberikan informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan

keterampilan dapat memberikan asuhan dengan berbagai metode non

farmakologis seperti menjaga kebersihan kulit dengan mandi minimal 2 kali

dalam sehari, memakai pakaian yang menyerap keringat (dasar katun) atau

tidak memakai pakaian yang mudah membuat keringat. Pada studi kasus ini,

bidan menjelaskan apa yang kurang di mengerti ibu dan keluarga dari segi

fasilitas maupun yang lainnya.

2. Implikasi Pada Bidan sebagai Advocat

Peran bidan sebagai advocat pada Bayi dengan Miliarisis yaitu tindakan

bidan dalam memberikan kenyamanan atau bertindak untuk mencegah


8

kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien sedang mendapatkan

asuhan kebidanan untuk mengatasi infeksi kulit dalam menjalankan

tindakan (baik mandiri, kalaborasi, maupun rujukan).

3. Implikasi Pada Bidan sebagai Care Provider

Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara

langsung kepada bayi dengan Miliarisis sehingga keluarga untuk

membantu dengan maksimal mobilisasi dini dan perawatan agar

tidak infeksi. Bidan lansung mengkaji kondisi kesehatan pasien,

memgantisipasi masalah, memberikan tindakan segera jika

diperlukan, merencanakan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Kebidanan Pada Bayi dengan Miliariasis

1. Konsep dasar Bayi

a. Pengertian Bayi

Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama

(antara usia 1-12 bulan) yaitu pertumbuhan dan perkembangan pada masa

ini dapat berlangsung secara terus-menerus, khususnya dalam

peningkatan susunan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun) yaitu kecepatan

pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada

perkembangan motorik (Sembiring, Br Julina, 2017:48-49).

Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah

periode bayi baru lahir selama dua minggu (Marimbi, 2010). Masa bayi

merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak

ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode

perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan

(Maryunani, 2016:6).

Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat,

pada umur 5 bulan, berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir,

sementara pada umur 1 tahun, beratnya sudah menjadi 3 kali lipat.

Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi satu

9
setengah kali panjang badan saat lahir (Ambarawati, Respati Fitri & Nita

Nasution, 2015:42).

b. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang

ditandai dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh yang

disebabkan adanya penambahan pembesaran sel-sel tubuh. Perkembangan

yaitu suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai

bertambahnya kemampuan/keterampilan yang menyangkut struktur tubuh

yang berkaitan dengan aspek non fisik. Jadi, yang dimaksud dengan

pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses pertumbuhan fisik

yang ditandai bertambahnya ukuran organ tubuh karena pertumbuhan sel

dan suatu proses aspek non fisik menuju terciptanya kedewasaan yang

yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan/keterampilan yang

menyangkut struktur dan fungsi tubuh ( Rukiyah dan Yulianti, 2012:7).

c. Masalah Medis Yang Umum Terjadi Pada Bayi

Menurut Dewi (2013:17), ada beberapa masalah medis (kesehatan)

yang umum terjadi pada bayi, yaitu:

1) Bercak Mongol

Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya

terlihat dibagian sakral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh

yang lain.

10
11

2) Hemangioma

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor

vaskuler jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebihan) dari

pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap

jaringan pembuluh darah.

3) Ikterus

Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang

terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia.

4) Muntah

Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi

lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama,

disertai kontraksi lambung dan abdomen.

5) Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung

setelah beberapa saat setelah makanan masuk ke dalam lambung.

6) Oral Trush

Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa mulut bayi

oleh jamur Candidiasis yang ditandai munculnya bercak- bercak

keputihan dan membentuk plak-plak berkeping di mulut, terjadi ulkus

dangkal.
12

7) Diaper Rash

Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya

kontak yang terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik.

8) Sebhorrea

Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan

eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya,

biasanya di daerah kepala.

9) Milliariasis

Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi

keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat

10) Diare

Diare adalah buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare

bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar.

11) Obstipasi

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya

penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna.

12) Infeksi

Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada

masa antenatal, intranatal, dan postnatal.


13

13) Sindrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome)

Sindrom kematian mendadak Sudden Infant Death Syndrome

(SIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba

ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.

d. Masalah kulit yang umum terjadi pada bayi

Menurut Khasanah (2015), ada beberapa masalah kulit yang umum

terjadi pada bayi, yaitu:

1) Jerawat bayi

Penyakit kulit yang menyerang wajah ini tidak hanya terjadi pada

remaja. Pada bayi pun bisa terkena jerawat. Hal ini terjadi karena

pengaruh hormon yang masuk kedalam aliran darah bayi melalui

plasenta.

2) Eksim

Penyakit kulit eksim yang menyerang kulit bayi biasanya muncul

berwarna kemerahan dan disertai dengan isi berwarna putih.

3) Mongolia spot

Bintik-bintik hitam di tubuh bayi umumnya bintik tersebut

muncul di pantat atau punggung bawah.

4) Kulit kering

Kebanyakan bayi yang baru lahir akan mengalami kulit kering


14

dan mengelupas selama beberapa hari.

5) Biang keringat

Biang keringat ini biasanya muncul di lipatan kulit dan terjadi

karena keadaan kulit yang lembab. Jika bayi anda mengalaminya,

hindari penggunaan pakaian yang ketat untuk menghindari munculnya

keringat yang berlebih.

6) Bintik putih (Milia)

Bintik putih atau yang dikenal juga dengan sebutan milia ini

terkadang muncul di hidung yang disebabkan karena serpihan kulit

menghambat kelenjar minyak

7) Cradle cap

Cradle cap merupakan pengerasan seperti ketombe yang ada di

kulit kepala bayi, umumnya cradle cap terjadi karena jamur.

8) Biduran

Biduran pada bayi biasanya terjadi sebagai reaksi alergi makanan,

umumnya karena mengonsumsi telur dan susu. Namun, bisa juga

karena keringat yang bergesekan dengan kulit.

2. Konsep Dasar Miliarisis

a. Pengertian

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,


15

disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akiba keringat berlebihan

disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang

tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau

gesekan pakaian dan juga kepala (Wulandari, Dewi & Erawati, Meira

2016:208).

Milliarisis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat,

yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Milliariasis, disebut juga

Sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet (Rukiyah dan

Yulianti, 2012:18).

Milliariasis merupakan kelainan kulit yang disebabkan produksi

keringat yang berlebihan, disertai sumbatan pada saluran kelenjar keringat.

Biasanya anggota badan yang diserang adalah dahi, leher, kepala, dada,

punggung, atau tempat-tempat tertutup yang mengalami gesekan dengan

pakaian. Keluhan yang timbul berupa rasa gatal seperti ditusuk-tusuk, kulit

kemerahan dan disertai gelembung-gelembung kecil berisi cairan jernih

seperti Kristal bening berukuran 1-2 mm (Marmi dan Rahardjo,2015:22).

Miliarisis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,

keringat buntet, priekle heat. Yaitu dermatosis yang di sebabkan oleh retensi

keringat, akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat (Sudarti, 2010:19).

Milliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat

keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,

leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta
16

tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga

dikepala. Keadaan ini biasanya didahului oleh produksi keringat yang

berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan

dan disertai banyak gelembung kecil berair (Sembiring, Br Julina, 2017:294).

Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai

dengan adanya vesikel milier (Sembiring, Br Julina, 2017:294).

Miliarisis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar

keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti

daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang

suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan

tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat.

Kelenjar keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan

peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar (Sembiring, Br

julina, 2017:294).

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat ditandai

dengan adanya Vesikuler Milier (Juanda, 2013:21). Miliaria disebut juga

keringet buntet (prickly head atau head rash), mengenai daerah dada,

punggung, ketiak dan leher. Sekitar 40% bayi mengalami Miliaria (Sugito

dkk, 2013:21).

b. Etiologi

Menurut (Wulandari, Dewi & Erawati, Meira, 2016:208), penyebab


17

terjadinya Miliariasis adalah

1) Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

2) Pakaian yang terlalu ketat, bahkan tidak menyerap keringat

3) Aktivitas yang berlebihan

4) Setelah menderita demam atau panas

5) Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang

dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh

stratum korneum

Menurut Dewi (2013:19), penyebab terjadinya miliariasis ini adalah

udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri staphylococcus.

Menurut Mumpuni (2016:19), penyebab terjadinya Milliaria adalah

sebagai berikut.

1) Ventilasi udara kurang baik sehingga udara di dalam ruangan menjadi

panas dan lembap.

2) Bayi terkena panas atau demam.

3) Bayi yang terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan

keringat.

4) Pakaian yang memberi pengaruh gesekan yang kasar pada kulit.

5) Pakaian yang terlalu lembab dan ketat.

c. Insiden/pravelensi

Milliariasis sering terjadi pada bayi premature karena proses

diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus


18

Milliariasis terjadi pada 40 – 50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2 – 3

bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3 – 4 minggu

kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat

menyebar ke daerah sekitarnya (Sudarti, 2010:20).

d. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya Milliariasis diawali dengan tersumbatnya

pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.

Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel

miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang

dan oedema akibat respirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian

diabsorpsi oleh stratum korneum (Sudarti, 2010:20).

e. Klasifikasi

Menurut Wulandari, Dewi dkk (2016:208-209), Miliaria dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

1) Miliaria kristalina

a) Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih

disertai kulit kemerahan.

b) Vesikel bergelombol tanpa tanda-tanda radang pada bagian pakaian

yang tertutup pakaian.

c) Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisk

halus.

d) Asuhan: pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang


19

berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang

menyerap keringat.

2) Miliaria Rubra

a) Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal di daerah panas.

b) Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar

atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih.

c) Staphylococcus juga diduga memiliki peranan.

d) Pada gambaran hispatologik gelembung terjadi pada stratum

spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer

kulit di epidermis.

e) Asuhan: gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,

menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat

diberikan bedak salicy 2% dibubuhi menthol 0,25-2%.

3) Miliaria profunda

a) Timbul setelah miliaria rubra.

b) Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm.

c) Terdapat terutama dibadan ataupun ekstremitas.

d) Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih

banyak berupa papula dari pada vesikel.

e) Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk

ini jarang ditemui.

f) Pada keadaan hispatologik tampak saluran kelenjar keringat yang


20

pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang.

g) Asuhan: hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan

regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,

pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat

pula resorshin 3% dalam alkohol.

Menurut Mumpuni (2016:45), berdasarkan kedalaman

sumbatannya, milliaria dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Milliaria kristalina

Sumbatan yang terjadi di permukaan lapisan jangat atau lapisan

tanduk sehingga lokasinya dangkal sekali. Milliaria tipe ini paling

umum dan sering terjadi. Gejalanya adalah pada kulit tubuh bayi

yang sering keringatan akan tampak mengelupas, kering, dan kesat.

Gejala ini biasanya dipicu oleh panasnya udara. Selain itu, muncul

bintik-bintik berisi air kecil-kecil yang mudah pecah karena

lokasinya yang masih dangkal sekali.

Menurut Sembiring (2017:46), Milliaria kristalina yaitu sebagai

berikut:

1) Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih

disertai kulit kemerahan.

2) Vesikel bergelombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang

tertutup.
21

3) Umunya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus.

4) Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra /subkornel.

Gambar 2.1 Gambar milliaria kristalina (Sembiring, Br julina,

2017:294).

2) Milliaria rubra

Milliaria dengan lokasi sumbatan di bagian lapisan jangat yang

lebih dalam. Gejalanya adalah kulit menjadi beruntusan merah, gatal,

dan perih. Anak menjadi mudah rewel dan pola tidurnya terganggu. Jika

hal ini terjadi pada bayi, maka dirinya akan tampak (Sembiring,

2017:46).

Menurut Sembiring (2017:46), Milliaria rubra yaitu sebagai

berikut:

1) Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah tropis.

2) Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat

menyebar atau berkelompok dengan rasa gatal dan pedih.


22

3) Staphylococcus juga diduga memiliki peranan.

4) Pada gambaran histopatologik gelembuk terjadi pada stratum

spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan pelifer

kulit di epidermis.

Gambar 2.2 Gambar milliaria rubra (Sembiring, Br julina, 2017:294).

3) Milliaria profunda

Sumbatan yang terjadi di lapisan subkutan yang letaknya di bawah

lapisan jangat. Jadi, sumbatannya lebih dalam dibanding tipe rubra.

Gejalanya adalah timbul bintik-bintik putih pada kulit dan bila diraba

akan terasa agak keras. Bintil-bintil ini sekilas mirip jerawat batu.

Menurut Sembiring (2017:47), Milliaria profunda yaitu sebagai

berikut:

1) Timbul setelah miliaria rubra

2) Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm

3) Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas

4) Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
23

banyak berupa papula daripada vesikel

5) Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk

ini jarang ditemui.

6) Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang

pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang.

Gambar 2.3 Gambar milliaria profunda (Sembiring, Br julina, 2017).

4) Milliaria pustulosa

Milliaria pustulosa selalu didahului dengan dermatitis lainnya

yang dihasilkan oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan saluran

keringat. Pustulanya jelas, superficial, dan terlepas dari folikel rambut.

Pustule yang gatal, paling sering pada daerah intertriginosa, pada

permukaan flekso ekstremitas, pada skrotum, atau pada bagian belakang

pasien yang terbaring di tempat tidur (Soebakti dan Hoetomo, 2012).


24

Gambar 2.4 Gambar milliari pustulosa (Sembiring, Br julina).

f. Penanganan

Menurut Wulandari, Dewi dkk (2016:210), adapun asuhan pelaksanaan

dari Miliariasis yaitu:

1) Perawatan kulit yang benar.

2) Bila keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau

bedak kocok setelah mandi.

3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk

dapat memperparah sumbatan kelenjar.

4) Bila sangat gatal, pedih, luka, dan timbul bisul dapat diberikan

antibiotik.

5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,

sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk).

Menurut Dewi (2013:21), adapun asuhan pelaksanaan dari Milliariasis

yang umum diberikan adalah sebagai berikut:

1) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan

menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.


25

2) Jaga kebersihan tubuh bayi.

3) Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang

cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal di

daerah yang sejuk dan kering.

4) Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.

5) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.

6) Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan

menambahkan mentol 0,5 – 2% yang bersifat mendinginkan ruam.

g. Pencegahan

Menurut Mumpuni (2016:47), Milliaria (biang keringat) dapat tidak

dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan

keringat yang menutupi pori-pori bayi dengan cara sebagai berikut:

1) Jika cuaca panas, gunakan pakaian yang menyerap keringat, lembut,

dan ringan seperti kain katun.

2) Hindari pakaian ketat yang dapat menyebabkan iritasi kulit.

3) Hindari menggunakan krim atau minyak karena dapat menghalangi

keringat yang akan keluar melalui pori-pori.

4) Usahakan untuk tetap mandi secara teratur 2 kali sehari menggunakan

air dingin dan sabun cair karena sabun cair tidak akan meninggalkan

partikel yang dapat menghambat penyembuhan.

5) Bila berkeringat, segera basuh dengan handuk basah, lalu keringkan

dengan kain yang lembut baru diberi bedak.


26

6) Jangan berikan bedak tanpa membasuh kulit anak yang berkeringat

karena hal ini akan memperparah penyumbatan dan dapat

menyebabkan infeksi baik oleh bakteri maupun jamur.

7) Hindari menggunakan pakaian tebal seperti nilon dan kain wol.

Menurut Sembiring (2017:48), pada dasarnya biang keringat pada

bayi dapat dicegah dengan cara-cara berikut:

1) Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat

tubuhnya basah oleh keringat

2) Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk

mendinginkan kulit sekaligus menyerap keringat

3) Mengganti segera baju yang basah oleh keringat atau kotoran

4) Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama di

kota-kota besar yang panas dan pengap

5) Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran

udara dari luar kedalam lancar

6) Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari

7) Menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat

3. Konsep Asuhan kebidanan Sesuai Teori

a. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada

individu pasien atau klien yang pelaksanaanya dilakukan dengan cara

bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen


27

kebidanan. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan,

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2010).

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung

jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai

kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk kesehatan

reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat (Asrinah,

2010:11).

Pada laporan tugas akhir ini asuhan kebidanan pada bayi dengan

Miliariasis dan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah

Varney.

b. Tujuan dan manfaat asuhan kebidanan

Tujuan Asuhan Kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan

ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga

bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan

keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri (Varney, 2010).

Keberhasilan tujuan asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh

adanya ketertarkaitan penerapan masing-masing komponen yang dapat

mempengaruhi keberhasilan tujuan asuhan, baik dari pemberi asuhan


28

kebidanan maupun penerima asuhan. Komponen yang dimaksud

adalah:

1) Determinan adalah faktor penentu dalam pemberi asuhan yang

meliputi; nilai, etika, falsafah, yang dianut oleh bidan, kepekaan

terhadap kebutuhan asuhan dan kemampuan memfasilitasi dan

mengambil keputusan dalam bertindak.

2) Kemampuan wanita yaitu, kemampuan untuk beradaptasi,

kemampuan mengambil keputusan, informasi dan konseling yang

diterimanya, dukungan yang diterimanya.

3) Proses Asuhan, proses asuhan yang digambarkan dalam

manajemen proses kebidanan dipengaruhi oleh: Aspek jenis

tindakan/kegiatan yang dilakukan ini adalah komponen yang

menjelaskan tentang apa yang dilakukan bidan, pemberian asuhan

kebidananharus memperhatikan faktor, keputusan berlandaskan

pemikiran kritis, praktik asuhan berdasarkan fakta, pengambilan

keputusan yang bertanggung jawab, pemakaian tehnologi secara

etis, menghormati perbedaan budaya dan etik, mengoptimalkan

atau mengajarkan klien tentang promosi kesehatan, dengan

memberi pilihan berdasarkan informasi dan melibatkanya dalam

pengambilan keputusan dan mempraktikan perilaku sabar yang

rasional, memberi advokasi bagi wanita, dan melakukan rujukan ke

profesional ahli untuk kasus komplikasi.


29

4) Aspek strategi asuhan yang harus dilakukan yaitu dengan

menggunakan pendekatan yang ramah dan berpusat pada wanita,

menyesuaikan keahlian untuk memenuhi kebutuhan klien yang

khusus, melakukan intervensi dan rujukan yang tepat, memelihara

kepercayaan dan saling menghargai antara bidan dan klien,

menawarkan panduan antisipasi, memfasilitasi, serta mendukung

keikutsertaan klien dalam pengambilan keputusan, memberi asuhan

secara fleksibel dan kreatif dan mempromosikan dan mendukung

Hak Asasi Manusia (HAM) (Varney, 2010).

Tujuan asuhan kebidanan pada bayi dengan Miliariasis untuk

melakukan perawatan pada bayi dengan Miliariasis.

c. Tahapan Asuhan Kebidanan

Proses manajemen kebidanan dimulai dengan pengumupulan data dasar

dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk

suatu kerangka konsep lengkap yang yang diaplikasikan dalam situasi

apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi

langkah-langkah yang lebih rinci bisa merubah sesuai dengan

kebutuhan pasien (Varney, 2010).

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.


30

a) Data subyektif

Data subyektif adalah berhubungan dengan maslah dari sudut

pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis (Mufdilah,

2009:34).

b) Data obyektif

Data obyektif adalah pendokumentasian hasil observasi yang

jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium

atau pemeriksaan diagnosa lain (Mufdilah, 2009:34).

2) Interpretasi dan Diagnosa Kebidanan

Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data yang

didapat, menganalisis, serta merumuskan masalah yang dialami

pasien. Diagnosa dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang

tidak muncul yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi

diagnosa kebidanan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang

ditegakkan dalam praktek kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur kebidanan. Menunjukan bahwa bidan dalam melakukan

tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah dan kebutuhan yang

dihadapi kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan untuk

mengantisipasi diagnosa masalah potensial yang sebelumnya

(Varney, 2010).
31

3) Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila dioagnosa atau masalah

potensial benar-benar terjadi.

4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim anggota kesehatan lain sesuai kondisi klien. Langkah

keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer

periodik kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut

bersama bidan terus menerus.

5) Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Perencanaa adalah perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan

dengan diagnosa terdiri dari penyuluhan sehubungan dengan

kebutuhan yang muncul dan perencanaan asuhan yang menyeluruh

berkaitan dengan masalah pasien. Perlu tindakan segera oleh bidan

atau dokter, konsultasi atau kalaborasi atau rujukan.


32

6) Melaksanakan perencanaan

Pada langkah, keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lahi oleh klien, atau anggota tim

kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7) Evaluasi

Tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah

penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa

dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan

tindakan. Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi

dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat

mencapai tujuan (Varney, 2010).

8) Data perkembangan

Dokumentasi adalah suatu pencatatan dan pelaporan informasi

tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua

kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan, doter,

perawat, dan petugas kesehatan lainnya).


33

D. Konsep Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Miliariasis

Varney (1997) menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan

masalah yang ditemukan oleh bidan pada awal tahun 1970an. Manajemen

asuhan kebidanan terdiri dari 7 (tujuh) langkah yaitu sebagai berikut:

1. Langkah I: Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk

mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Teknik yang dilakukan untuk

mengumpulkan data pada saat pengkajian adalah anamnesa atau wawancara

dilakukan untuk mendapatkan data subjektif tentang keadaan kesehatan

klien berhubungan dengan kondisi kesehatannya (Maritalia, D, 2012:121).

Pada langkah pertama ini melakukan pengkajian dengan mengumpulkan

data dasar, data subjektif dan objektif semua informasi yang akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara lengkap

pengkajian bayi dengan Miliariasis antara lain:

a. Anamnesa (Data Subjektif)

Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2013:65).

Pada bayi, umur perlu diketahui mengingat periode usia anak

mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia

anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan

klinis anak tersebut normal sesuai umurnya. Pada bayi dengan


34

Miliariasis ditandai dengan adanya rasa gatal, kulit kemerahan, dan

disertai gelembung kecil berisi cairan bening pada dahi, leher, kepala,

dada, dan punggung. Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan,

baik pada ASI maupun PASI perlu ditanyakan cara pemberiannya,

apakah on demand atau ad libittum, ataukah dengan jadwal tertentu.

Pada pola istirahat/tidur, bayi menghabiskan waktunya untuk tidur

sebanyak 85%. Pada bayi dengan Miliariasis tidur bayi akan berkurang

karena gatal / suatu kondisi yang tidak nyaman. Adapun Faktor lainnya

yang mempengaruhi Miliariasis terhadap bayi yaitu kebersihan bayi,

dan aktifitas bayi.

b. Pemeriksaan fisik

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga

kesehatan (Nursalam, 2013:66). Pemeriksaan fisik dilakukan secara

inspeksi, palpasi, dan dilakukan pemeriksaan penunjang bila

diperlukan. Pada bayi dengan Miliariasis kulit bayi tampak adanya rasa

gatal, kulit kemerahan, dan disertai gelembung kecil berisi cairan

bening, pada pemeriksaan ekstremitas dilihat apakah ada polidaktili dan

syndaktili.

2. Langkah 2: Interpretasi Data dan Diagnosa Kebidanan

Interpretasi data dasar merupakan rangkaian, menghubungkan data yang

diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan

pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, ,masalah,


35

dan kebutuhan (Varney, 2008). Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap

diagnosis, kebutuhan dan masalah klien berdasarkan intervensi yang benar

atas dasar data – data yang telah di kumpulkan.

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan. Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus bayi

dengan Miliariasis adalah By.X, Umur....bulan dengan Miliariasis.

b. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah

pada bayi dengan Milliariasis ibu mengatakan bahwa bayinya rewel,

terlihat pada kulit disertai gelembung-gelembung kecil berisi cairan

jernih seperti kristal bening, dan Kemerahan di kulit (Mumpuni, 2016).

Masalah yang bisa timbul pada bayi dengan Miliariasis antara lain:

a) Infeksi pada kulit

1) Definisi

Suatu gangguan pada kulit yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, atau parasit.

2) Batasan karakteristik: nanah keluar dari bintil dan benjolan ruam,

rasa sakit makin bertambah.


36

3) Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan (pemberian antibiotik) resiko

infeksi tidak terjadi.

4) Kriteria hasil

a) Tidak ada pengeluaran dari bintil dan benjolan ruam

b) Rasa sakit berkurang/hilang

b) Iritasi

1) Definisi

Gejala yang umumnya muncul pada kulit atau selaput lendir berupa

rasa panas, muncul ruam, dan gatal-gatal.

2) Batasan karakteristik

Kulit berwarna kemerahan atau bercak merah dan gatal-gatal

3) Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan (pemberian krim atau losion

yang disesuaikan dengan kondisi iritasi) resiko iritasi tidak terjadi.

4) Kriteria hasil

Tidak ada bercak-bercak kemerahan dikulit

c) Demam

1) Definisi

Suatu kondisi ketika suhu tubuh anak naik melewati batas normal.

2) Batasan karakteristik

Ketika suhu tubuh anak lebih dari 37,2 derajat Celsius bila diukur
37

dari ketiak, melebihi 37,8 derajat celsius bila diukur dari mulut,

atau di atas 38 derajat celsius bila diukur dari dubur.

3) Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan seperti memberitahu ibu untuk

memandikan bayi dengan air hangat, pemberian ASI, susu formula,

atau air putih, guna menghindari bayi dehidrasi resiko demam tidak

terjadi.

4) Kriteria hasil

Suhu tubuh bayi dalam batas normal (36,50c-37,50c).

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisa data (Purwoastuti, E, dan Elisabeth, SW, 2014). Pada

bayi dengan Miliariasis kebutuhan yang harus terpenuhi yaitu

menenangkan bayi, memantau keadaan bayi, memberitahu ibu tentang

perawatan bayi sehari-hari dan apabila Milliaria rubra dapat berikan

bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5 – 2% yang bersifat

mendinginkan ruam (Dewi, 2013).

3. Langkah 3: Identifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan


38

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap

bila diagnosa/masalah potensial bila diagnosa/masalah potensial ini benar-

benar terjadi (Purwoastuti, 2014).

Menurut Manggiasih dan Jaya (2016), adapun komplikasi dari Milliariasis

adalah terjadi infeksi sekunder yang meliputi :

1) Impetigo

Impetigo adalah suatu penyakit menular. Impetigo adalah infeksi kulit

yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah

(pustula). Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang

kebersihan badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun,

tetapi paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai.

2) Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar

rambut saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja

dan yang letaknya lebih dalam lagi disebut profunda.

4. Langkah 4: kebutuhan dan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk

dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain. Jika

keluhan parah dapat berkalaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

analgetik, misalnya aspirin atau paracetamol untuk mengatasi nyeri dan


39

antibiotik & antiseptik, misalnya Achromyen 250 mg atau 3 atau 4 kali per

hari (Manggiasih dan Jaya, 2016:35).

5. Langkah 5: Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh langkah-

langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi.

Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada bayi dengan Miliariasis adalah

sebagai berikut:

a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaan bayinya.

b) Anjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya teratur 2 kali sehari

menggunakan air yang tidak terlalu hangat dan sabun cair.

c) Bila berkeringat, anjurkan ibu untuk segera membasuh bayi dengan

handuk basah, lalu keringkan dengan kain yang lembut, apabila jenisnya

Milliaria Rubra maka diberi bedak salisil 2% dengan menambahkan

mentol 0,5-2% bersifat mendinginkan ruam.

d) Beritahu ibu jangan berikan bedak tanpa membasuh kulit bayi yang

berkeringat.

e) Beritahu ibu untuk menghindari menggunakan pakaian tebal seperti nilon

dan wol pada bayi.

f) Kunjungan ulang.
40

6. Langkah 6 : Pelaksanaan Tindakan

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh

seperti yang diuraikan pada langkah kelima secara efisien aman (Varney,

2008).

Berdasarkan rencana tindakan sebagai berikut:

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaan bayinya.

a. Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya teratur 2 kali sehari

menggunakan air yang tidak terlalu hangat dan sabun cair.

b. Bila berkeringat, menganjurkan ibu untuk segera membasuh bayi dengan

handuk basah, lalu keringkan dengan kain yang lembut, apabila jenisnya

Milliaria Rubra maka diberi bedak salisil 2% dengan menambahkan

mentol 0,5-2% bersifat mendinginkan ruam.

c. Memberitahu ibu jangan berikan bedak tanpa membasuh kulit bayi yang

berkeringat.

d. Memberitahu ibu untuk menghindari menggunakan pakaian tebal seperti

nilon dan wol pada bayi.

e. Melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan pada bayi.

7. Langkah 7: Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang

meliputi pemenuhan kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan masalah dan diagnosa (Varney, 2008). Hasil evaluasi yang


41

diharapkan yaitu:

a. Hasil pemeriksaan dan keadaan bayi dalam keadaan baik.

b. Di kulit Tidak ada kemerahan dan tidak ada gelembung-gelembung kecil

berisi cairan bening pada bagian leher, kepala, dada, punggung, dan

tempat tertutup lainnya.

c. Bayi bisa tenang dan tidak rewel lagi.

d. Miliariasis dapat teratasi


42

E. Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan

INPUT PROSES OUTPUT

Bayi dengan Metode survey Berhasil :


Miliariasis
keluhan: 1. Pengkajian Data Dasar 1. Bayi bisa
1. Bayi rewel 2. Mengidentifikasi tenang, dan bayi
2. terlihat pada kulit identitas, keluhan dan tidak rewel lagi
disertai riwayat obstetrick. 2. Terlihat Tidak
gelembung- 2. Interpretasi Data ada gelembung-
gelembung kecil Diagnosa dan Keadaan gelembung kecil
berisi cairan jernih umum bayi. berisi cairan
seperti kristal 3. Diagnosa Masalah bening
bening. Potensial 3. Tidak ada
3. Kemerahan di 2. Untuk Mewaspadai kemerahan
kulit masalah yang akan dikulit
terjadi.
4. Tindakan Segera
Memberikan
manajemen asuhan
kebidanan sesuai
dengan langkah-
langkah kebidanan.
5. Intervensi
5. Merencanakan asuhan
kebidanan yang akan
diberikan.
6.Implementasi
Melaksanakan asuhan
kebidanan yang akan
diberikan.
7. Evaluasi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan

pendekatan kualitatif dengan strategi Case Study Research dengan

menggambarkan asuhan kebidanan pada bayi dengan Milariasis dengan

kerangka konsep sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan waktu penelitian

Lokasi studi kasus ini rencananya akan dilakukan di Puskesmas Pasar Ikan

Kota Bengkulu. Penelitian rencananya akan dilakukan pada bulan Mei- Juni

2019.

C. Setting penelitian

Letak Puskesmas Pasar Ikan yaitu Jalan Pasar Ikan No. 254, Malabero,

Teluk Segara Kota Bengkulu. Sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas ini

diantaranya luas ruangan yang cukup, kamar mandi, alat sterilisasi, instrument

kesehatan, oksigen, Gyn Bed, dan lain-lain. Jumlah pasien bayi tahun 2018 yaitu

berjumlah 77 orang dan jumlah bidan di Puskesmas Pasar Ikan ini yaitu 9 orang.

Puskesmas ini sebelumnya pernah dijadikan sebagai tempat penelitian studi

kasus oleh peneliti terdahulu seperti remaja dengan dysmenorhea (2016), ibu

bersalin sengan Retensio Plasenta (2017), dan anak dengan diare (2018).

43
D. Subjek penelitian

karena pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan strategi penelitian case study research (CSR), teknik sampling

penelitian menggunakan non probability sampling dengan pendekatan purposive

sampling (teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atas tujuan tertentu)

dengan kriteria:

a. Bayi dengan Miliariasis tanpa komplikasi

b. Orang tua bayi bersedia menjadi responden dalam asuhan kebidanan yang

dilakukan

c. Jumlah pasien satu orang bayi dengan Miliariasis

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukan. Data primer diambil dengan cara:

a. Wawancara

Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

dengan cara menanyakan atau tanya jawabyang berhubungan dengan

masalah yang dihadapi klien dan suatu komunikasi yang direncanakan.

Untuk itu kemampuan komunikasi pada klien dibutuhkan dalam

memperoleh data klien yang diperlukan. Dalam melakukan wawancara


dilakukan dengan keluarga klien, klien, dan tenaga kesehatan (Asmadi,

2008).

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang berencana, antara lain meliputi,

melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui antara

lain keadaan umum, keluhan yang dirasakan dan hasil pemeriksaan

penunjang.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan cara pendekatan sistematis yang dapat

digunakan bidan dalam melakukan pemeriksaan fisik dari ujung rambut

sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan berdasarkan sistem tubuh.

Adapun metode yang dapat digunakan menggunakan metode yaitu

inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi (Asmadi, 2008).

1) Inspeksi

Secara sederhana inspeksi merupakan kegiatan melihat atau

memperhatikan secara seksama status kesehatan klien.

2) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara dengan menggunakan stetoskop yang

memungkinkan penderita mendengarkan bunyi yang keluar dari rongga

tubuh oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan


stetoskop. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang

kondisi jantung, paru, dan saluran pencernaan.

3) Perkusi

Perkusi suatu periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik denagn cara

mengetuk pelan-pelan jari tengah lain menetukan posisi ukuran dan

konsistensi struktur suatu organ tubuh lainnya.

4) Palpasi

Palpasi adalah sesuatu pemeriksaan dengan cara meraba atau merasakan

kulit klien untuk mengetahui struktur yang ada dibawah kulit.

2. Data Sekunder

Data didapat dari semua bentuk sumber informasi yang berhubungan

dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya laporan, catatan-catatan

di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen

dibawah tanggung jawab instansi tidak resmi seperti biografi, catatan harian.

F. Metode Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksud untuk menguji kualitas data/informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data yang validasi tinggi.

Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama) maka uji

keabsahan data dapat menggunakan triagulasi sumber/metode yaitu menggunaan

pasien, bidan, keluarga pasien sebagai sumber informasi, sumber dokumentasi

DLL. Jika informasi yang diapatkan dari sumber pasien, sama dengan yang

didapatkan dari bidan dan keluarga pasien, maka informasi tersebut valid.
G. Metode analisa data

Analisa data penelitian studi kasus kebidanan yang digunakan adalah domain

analisis, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan

relative menyeluruh tentang apa yang tercangkup dalam focus penelitian.

Hasilnya berupa pengetahuan atau pengertian ditingkat “permukaan” tentang

berbagai domain atau katagori konseptual.

H. Etika penelitian

Dalam melakukan penyusunan laporan asuhan kebidanan penulis terlebih

dahulu meminta rekomendasi dari pihak institusi pendidikan setelah mendapat

rekomendasi tersebut peneliti mengajukan permohonan izin kepada instansi

tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya penelitian

dengan menekankan masalah etika penelitian meliputi:

1. Menjamin kerahasiaan responden

Salah satu cara untuk menjamin responden yaitu dengan cara tidak

mencantumkan nama responden dalam mengisi instrumen penelitian maupun

pengkajian hasil penelitian. Nama responden di ganti dengan pemberian

nomor kode responden.

2. Menjamin keamanan responden

Bila melakukan tindakan invansif pada tubuh manusia, maka tindakan

tersebut harus dijamin tidak akan membahayakan atau aman untuk kesehatan

dan keselamatan responden. Bila tindakan invasif penelitian dilakukan pada


bayi, maka harus dijamin bahwa tindakan tersebut tindakan tersebut tidak

akan membahayakan keselamatan dan kesehatan bagi bayi tersebut.

3. Mendapatkan persetujuan dari responden

Penelitian perlu minta persetujuan dari responden dalam

keikutsertaannya menjadi responden. Sebelum meminta persetujuan dari

responden, peneliti harus memberikan informasi tentang tujuan

dilakukannya penelitian, jaminan kerahasiaan, dan keaamanan responden.

Setelah mendapat informasi tersebut responden berhak menolak

keikutsertaan menjadi responden. Apabila responden menyetujuinya, maka

responden menandatangani persetujuan menjadi responden.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Tinjauan Kasus

Tanggal pengkajian : 16 Juli 2019

Jam pengkajian : 09.00 Wib

Tempat : Puskesmas Pasar Ikan

Nama pengkaji : Denni Rahmiati

1. PENGKAJIAN DATA

Data subjektif

a. Identitas

1) Nama Bayi

Nama bayi : By”A”

Tanggal lahir/umur : 13 April 2019

Anak ke- :1

Jenis kelamin : Perempuan

2) Identitas orang tua

Nama ibu : Ny.”R” Nama ayah : Tn. “Y”


Umur : 30 Thn Umur : 29 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Kom Pendidikan : S1 Kom
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

49
50

Alamat : JL. M. Hasan RT 04 No 34 Pasar Baru

Telp : 085664945050

b. Keluhan utama : ibu mengatakan sudah 2 hari ini bayinya rewel dan

pada daerah dahi tampak gelembung- gelembung berisi cairan jernih serta

pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak kemerahan.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan anaknya tampak gelisah, ada bintik – bintik berisi air

pada daerah leher dan kemerahan pada lipatan lutut sebelah kiri.

2) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit berat, operasi dan tidak

pernah cidera.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit menahun

seperti DM, Hipertensi, asma, jantung.

d. Riwayat imunisasi

Jenis imunisasi Umur

HB0 13 April 2019

BCG - Polio 1 13 Mei 2019


51

DPT-HB-Hib1-Polio 2 13 Juni 2019

DPT-HB-Hib2-Polio 3 13 Juli 2019

e. Pola kebiasaan sehari-hari (sebelum sakit dan selama sakit)

1. Nutrisi

Sebelum sakit

Nutrisi yang diberikan: ibu mengatakan bayinya diberikan ASI saja

secara on demand per 2 jam

Selama sakit

Nutrisi yang diberikan: ibu mengatakan bayinya menyusu ASI saja

secara on demand per 2 jam

2. Istirahat/tidur

Sebelum sakit

Tidur siang : Ibu mengatakan ± 6 jam

Tidur malam : Ibu mengatakan ± 10 jam

Selama sakit

Tidur siang : Ibu mengatakan ± 4 jam

Tidur malam : Ibu mengatakan ± 8 jam

3. Personal hygiene

Sebelum sakit

Ibu mengatakan bayinya mandi 2x/hari (air hangat), keramas setiap sore

hari, ganti pakaian 2x/hari dan ganti popok saat bayinya ngompol,

setelah BAB/BAK dibersihkan menggunakan tissue basah serta


52

menggunakan pampers saat bepergian saja.

Selama sakit

Ibu mengatakan bayinya mandi 2x/hari (air hangat), ganti pakaian dan

popok saat kotor/basah, setelah BAB/BAK dibersihkan menggunakan

tissue basah serta menggunakan pempers saat bepergian saja.

4. Aktivitas

Sebelum sakit

Ibu mengatakan bayinya sudah bisa mengenali suara-suara, meniru

suara-suara.

Selama sakit

Ibu mengatakan bayinya rewel dan hanya digendong terus.

5. Eliminasi

Sebelum sakit

a. BAK : Ibu mengatakan bayinya BAK ± 5-6 kali sehari,

konsistensi warna kuning jernih, bau khas urine.

b. BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB ± 2 kali sehari,

konsistensi warna kuning, bau khas feses, dan

lembek.

Selama sakit

a. BAK : Ibu mengatakan bayinya BAK ±4-5 kali sehari,

warna kuning jernih, bau khas urine.


53

b. BAB : Ibu mengatakan bayinya BAB ± 2 kali sehari,

konsistensi lunak warna kuning bau khas feses,

dan lembek

Data objektif

1. Status generalis

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Nadi : 112 x/mnt

Respirasi : 33x/mnt

Suhu : 36,70c

d. BB/TB : 4.300 gram/ 50 cm

e. LK : 37,2 cm

2. Pemeriksaan sistematis

a. Kepala : Ubun-ubun berdenyut, kepala

bersih, rambut tidak mudah

rontok.

b. Muka : Bersih, tidak pucat.

c. Mata : Konjungtiva merah muda dan

sklera putih.

d. Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada

serumen.
54

e. Hidung : Bersih, simetris dan tidak ada

secret.

f. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada

labioskisis, dan tidak ada

labiopalatoskisis, tidak ada

stomatitis.

g. Leher : Ada gelembung-gelembung kecil

berisi cairan jernih, Tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid.

h. Dada : Tampak simetris, tidak ada

retraksi dinding dada.

i. Abdomen : Tidak ada bising usus dn nyeri

tekan

j. Ekstremitas : Atas : dapat bergerak bebas

Bawah: dapat bergerak bebas, jari

kaki lengkap dan pada lipatan

lutut sebelah kiri berwarna

kemerahan.

k. Genetalia : Bersih, tidak ada lesi, labia

mayora menutupi labia minora.


55

3. Pemeriksaan tingkat perkembangan:

a. Motorik kasar : Mengangkat kepala 900,

menumpu berat pada kaki, dan

menahan kepala tetap tegak.

b. Bahasa : Mencari sumber suara, mengenali

berbagai suara dan menirukan

kata-kata.

c. Motorik halus : Memperhatikan benda bergerak,


melihat benda-benda kecil, tangan
bersentuhan.
d. Personal sosial :
Tersenyum spontan, mengamati
tangannya, menatap muka dan
membalas senyum.
3. Pemeriksaan penunjang: tidak dilakukan

2. INTERPRETASI DATA

Tanggal 16 Juli 2019 pukul : 09.20 wib

A. Diagnosa kebidanan

Bayi “A” umur 3 bulan jenis kelamin perempuan dengan Miliariasis.

DS:

1. Ibu mengatakan bayinya bernama By A

2. Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 13 April 2019

3. Ibu mengatakan bayinya sudah 2 hari rewel

4. Ibu mengatakan pada daerah leher tampak gelembung – gelembung


56

berisi cairan jernih dan daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak

kemerahan.

DO:

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : Nadi : 112 x/mnt

Respirasi : 33x/mnt

Suhu : 36,70c

4. BB/TB : 4.300 gram/ 50 cm

5. LK : 37,2 cm

6. Kulit : Pada daerah leher tampak

gelembung - gelembung berisi

cairan jernih dan pada daerah

lipatan lutut sebelah kiri tampak

kemerahan.

7. Pemeriksaan : a. Motorik kasar: Mengangkat

tingkat kepala 900, menumpu berat

perkembangan pada kaki, dan menahan kepala

tetap tegak.

b. Bahasa: Mencari sumber suara,

mengenali berbagai suara dan


57

menirukan kata-kata.

c. Motorik halus: Memperhatikan

benda bergerak, melihat benda-

benda kecil, tangan bersentuhan.

d. Personal sosial: Tersenyum

spontan, mengamati tangannya,

menatap muka dan membalas

senyum.

B. MASALAH

Ibu mengatakan bayinya rewel.

C. KEBUTUHAN

1. Menganjurkan ibu untuk menenangkan bayinya.

2. Informasi tentang pendidikan kesehatan perawatan bayi dengan

Milliariasis.

3. DIAGNOSA POTENSIAL

Tanggal : 16 Juli 2019 pukul: 09.25 wib

Terjadi infeksi sekunder

4. TINDAKAN SEGERA

Tanggal: 16 Juli 2019 pukul: 09.28 wib

1. Caladine ( bedak cair ) 2 kali sehari.


58

5. RENCANA

Tanggal : 16 Juli 2019 Pukul : 14.30 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya.

2. Beritahu ibu untuk segera mengganti pakaian bayinya jika basah dan

kotor.

3. Beritahu ibu untuk tetap memandikan bayinya 2 x sehari pada pagi

dan sore hari lalu diberi Caladine (bedak).

4. Beritahu ibu untuk membasuh dengan handuk basah (air hangat) lalu

keringkan jika bayinya berkeringat.

5. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah.

6. TINDAKAN

Tanggal : 16 Juli 2019

1. Pukul : 14.35 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa

bayinya sedang mengalami Milliariasis atau keringat buntet, yaitu

gelembung – gelembung kecil yang berisi cairan jernih pada daerah

leher dan kemerahan pada lipatan lutut sebelah kiri disebabkan oleh

tertahannya pengeluaran keringat.

2. Pukul 14.40 WIB Menginformasikan pada ibu untuk segera

mengganti pakaian bayinya jika basah / kotor dan gunakan pakaian

yang menyerap keringat, lembut, ringan seperti katun, dan hindari

pakaian yang terlalu ketat/sempit.


59

3. Pukul 14.46 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya

secara teratur 2 kali sehari pada pagi dan sore hari menggunakan air

hangat kemudian berikan Caladine (bedak) setelah mandi pada daerah

leher yang tampak gelembung – gelembung kecil berisi air dan pada

daerah lipatan lutut sebelah kiri yang tampak kemerahan. Dianjurkan

untuk tidak diberi bedak tabur karena akan menyumbat pori – pori

kulit.

4. Pukul 15.00 WIB Memberitahu ibu apabila bayi berkeringat untuk

segera membasuh menggunakan handuk basah kemudian dikeringkan

dengan kain yang lembut dan bersih lalu baru diberi Caladine.

5. Pukul 15.05 WIB Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan

rumah pada tanggal 17 Juli 2019.

7. EVALUASI

Tanggal : 16 Juli 2019

1. Pukul 14.38 WIB Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya dan hasil

pemeriksaan bayinya sebagai berikut: N: 112x/menit, R: 33x/menit, S:

36,70C kulit : pada daereh leher tampak gelembung – gelembung kecil

berisi cairan bening dan pada daerah lipatan paha tampak kemerahan.

2. Pukul 14.45 WIB Ibu bersedia mengganti pakaian bayinya apabila

basah dan kotor.

3. Pukul 14.58 WIB Ibu bersedia memandikan bayinya teratur 2 x sehari

pada pagi dan sore hari menggunakan Caladin (bedak).


60

4. Pukul 15.04 WIB Ibu bersedia membasuh dengan handuk basah jika

berkeringat.

5. Pukul 15.10 WIB Ibu bersedia jika akan dilakukan kunjungan rumah

pada tanggal 17 Juli 2019.


61

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 17 Juli 2019 Pukul : 14.50 WIB

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan terkadang bayinya masih rewel

2. Ibu mengatakan pada daerah leher bayinya masih tampak gelembung–

gelembung kecil berisi cairan jernih dan pada daerah lipatan lutut sebelah kiri

tampak kemerahan.

3. Ibu mengatakan Caladinenya masih ada.

4. Ibu mengatakan memandikan bayinya 2 kali sehari dan pakaian untuk bayi

berjenis kain katun yang longgar.

O : Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : Nadi : 114x/menit

Respirasi : 33x/menit

Suhu : 36,80C

4. BB / TB : 4.300 gram / 50 cm

5. Kulit : Pada daerah leher masih tampak gelembung – gelembung berisi

cairan jernih dan pada daerah lipatan lutut tampak kemerahan.

A : Assasment

By. A umur 3 bulan dengan Milliariasis perawatan hari ke – 1


62

P : Planning

Tanggal : 17 Juli 2019

1. Pukul : 15.05 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya bahwa dalam

keadaan normal dan pada daerah leher tampak gelembung – gelembung berisi

cairan jernih dan pada daerah lipatan lutut sebelah kiri masih tampak sedikit

kemerahan.

2. Pukul : 15.10 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap segera mengganti pakaian

bayinya jika basah / kotor dan gunakan pakaian yang menyerap keringat,

lembut, ringan seperti katun, dan hindari pakaian yang terlalu ketat/sempit.

3. Pukul : 15.16 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya

secara teratur 2 kali sehari pada pagi dan sore hari menggunakan air hangat.

4. cair tidak akan meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan

kemudian berikan Caladine (bedak) setelah mandi. Dianjurkan untuk tidak

menggunakan bedak tabur karena akan menyumbat pori – pori kulit.

5. Pukul 15.25 WIB Menganjurkan ibu jika bayinya berkeringat untuk tetap

segera membasuh menggunakan handuk basah (air hangat) kemudian di

keringkan dengan kain yang lembut dan bersih lalu baru diberi Caladine.

6. Pukul : 15.35 WIB Memberitahu ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan

rumah kembali pada tanggal 18 Juli 2019.


63

EVALUASI :

Tanggal : 17 Juli 2019

1. Pukul 13.58 WIB Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya bahwa TTV

normal yaitu N: 114x/menit, R: 33x/menit, S: 36,80C dan keadaan kulitnya pada

daerah leher tampak gelembung – gelembung kecil berisi cairan jernih dan pada

daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak kemerahan sudah mulai berkurang.

2. Pukul 14.03 WIB Ibu bersedia mengganti pakaian bayinya apabila basah dan

kotor.

3. Pukul 14.08 WIB Ibu bersedia untuk tetap memandikan bayinya teratur 2 x sehari

kemudian diberi Caladine.

4. Pukul 14.14 WIB Ibu bersedia untuk tetap membasuh dengan handuk basah jika

bayinya berkeringat.

5. Pukul 14.20 WIB Ibu bersedia jika akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal

18 Juli 2019.
64

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 18 Juli 2019 Pukul : 13.40 WIB

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak rewel lagi

2. Ibu mengatakan pada daerah leher bayinya tampak gelembung – gelembung

kecil berisi cairan jernih dan pada daerah lipatan lutut tampak kemerahan

sudah mulai berkurang.

3. Ibu mengatakan Caladinenya masih.

4. Ibu mengatakan tetap memandikan bayinya 2 kali sehari dan pakaian untuk

bayi berjenis kain katun yang longgar.

O : Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : Nadi : 114x/menit

Respirasi : 33x/menit

Suhu : 36,80C

4. BB / TB : 4.300 gram / 50 cm

5. Kulit : Pada daerah leher tampak gelembung – gelembung kecil berisi cairan

jernih dan pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak kemerahan sudah

berkurang.
65

A : Assasment

By. A umur 3 bulan dengan Milliariasis perawatan hari ke-2.

P : Planning

Tanggal : 18 Juli 2019

1. Pukul : 13.55 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya bahwa

dalam keadaan normal dan pada daerah leher bayinya tampak gelembung –

gelembung kecil berisi cairan jernih dan pada daerah lipatan lutut sebelah

kiri tampak kemerahan sudah mulai berkurang.

2. Pukul : 13.59 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap segera mengganti pakaian

jika basah / kotor dan gunakan pakaian yang menyerap keringat, lembut,

ringan seperti katun, dan hindari pakaian yang terlalu ketat/sempit.

3. Pukul 14.05 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya

secara teratur 2 kali sehari pada pagi dan sore hari menggunakan air hangat

kemudian berikan Caladine (bedak) setelah mandi. Dianjurkan untuk tidak

menggunakan bedak tabur karena akan menyumbat pori – pori kulit.

4. Pukul 14.10 WIB Menganjurkan ibu apabila bayi berkeringat untuk segera

membasuh menggunakan handuk basah (air hangat) kemudian di keringkan

dengan kain yang lembut dan bersih lalu baru diberi Caladine.

5. Pukul : 14.15 WIB Memberitahu ibu bahwa 2 hari lagi akan dilakukan

kunjungan rumah kembali pada tanggal 20 Juli 2019.


66

EVALUASI :

Tanggal : 18 Juli 2019

1. Pukul 13.58 WIB Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya bahwa

TTV normal yaitu N: 114x/menit, R: 33x/menit, S: 36,80C dan keadaan

kulitnya pada daerah leher tampak gelembung – gelembung kecil berisi cairan

jernih dan pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak kemerahan sudah

mulai berkurang.

2. Pukul 14.03 WIB Ibu bersedia mengganti pakaian bayinya apabila basah dan

kotor.

3. Pukul 14.08 WIB Ibu bersedia untuk tetap memandikan bayinya teratur 2 x

sehari.

4. Pukul 14.14 WIB Ibu bersedia untuk tetap membasuh dengan handuk basah

jika bayinya berkeringat.

5. Pukul 14.20 WIB Ibu bersedia jika akan dilakukan kunjungan rumah pada

tanggal 20 Juli 2019.


67

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 20 Juni 2019 Pukul : 14.25 WIB

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak rewel lagi

2. Ibu mengatakan pada daerah leher bayinya yang tampak gelembung–

gelembung kecil berisi cairan jernih sudah hilang dan pada daerah lipatan

lutut sebelah kiri yang tampak kemerahan juga sudah tidak terlihat lagi.

3. Ibu mengatakan Caladinenya tinggal sedikit.

4. Ibu mengatakan tetap memandikan bayinya 2 kali sehari dan pakaian untuk

bayi berjenis kain katun yang longgar.

O : Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : Nadi : 112x/menit

Respirasi : 32x/menit

Suhu : 36,50C

4. BB / TB : 4.300 gram / 50 cm

5. Kulit : Pada daerah leher yang tampak gelembung - gelembung

kecil berisi cairan jernih sudah hilang dan pada daerah lipatan lutut sebelah

kiri yang tampak kemerahan sudah tidak terlihat lagi.


68

A : Assasment

By. A umur 3 bulan dengan Milliariasis perawatan hari ke-4.

P : Planning

Tanggal : 20 Juli 2019

1. Pukul : 14.40 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya

sekarang dalam keadaan sehat.

2. Pukul : 14.45 WIB Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan

bayinya.

3. Pukul : 14.50 WIB Menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang

menyerap keringat, lembut, ringan seperti katun, dan hindari pakaian yang

terlalu ketat/sempit.

4. Pukul : 14.54 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya

secara teratur 2 kali sehari pada pagi dan sore hari menggunakan air hangat,

karena Milliariasis sudah teratasi jika Caladine sudah tidak perlu dipakai

lagi. Dianjurkan untuk tidak menggunakan bedak tabur karena akan

menyumbat pori – pori kulit dan menjaga kebersihan bayi.

5. Pukul : 15.00 WIB Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika

bayinya ada keluhan.


69

EVALUASI :

Tanggal : 20 Juli 2019 Pukul : 15.03 WIB

1. Pukul 14.44 WIB Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya bahwa

TTV normal yaitu N: 112x/menit, R: 32x/menit, S: 36,50C dan Milliariasis

sudah teratasi.

2. Pukul 14.49 WIB Ibu bersedia menjaga kebersihan bayinya.

3. Pukul 14.53 WIB Ibu bersedia untuk tetap memakaikan pakaian yang nyaman

untuk bayinya.

4. Pukul 14.58 WIB Ibu bersedia tetap memandikan bayinya teratur 2 kali sehari

dan menjaga kebersihan bayi.

5. Pukul 15.08 Ibu bersedia kunjungan ulang jika bayinya ada keluhan.
70

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penerapan asuhan kebidanan yang telah dilakukan

mulai tanggal 16 Juli s/d 20 Juli 2019 terhadap By. A dengan Miliariasis di

Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu, peneliti akan melakukan pembahasan

kasus tersebut sesuai dengan tahap yang ada dalam proses Asuhan Kebidanan

menurut Varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu : Pengkajian, Interpretasi

data, Diangnosa Potensial, Antisipasi, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

1. Pengkajian

Pada langkah ini melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data

dasar, subjektif dan objektif. Data subjektif pada teori adalah pada bayi

dengan Milliariasis ditandai dengan adanya rasa gatal, kulit kemerahan, dan

disertai gelembung – gelembung kecil berisi cairan bening pada daerah dahi,

leher, kepala, dada, punggung, atau tempat-tempat tertutup yang mengalami

gesekan dengan pakaian (Marmi dan Rahardjo, 2015). Dan data objektif

Kesadaran : composmentis (Matondang, 2013). Tanda – Tanda Vital, adalah

Denyut nadi : 100 – 160 kali per menit (muslihatun, 2010), Pernafasan : 30 –

60 kali per menit, Suhu : 36,50C – 37,50C (Yuni dan Oktami, 2014).

Pada kasus didapatkan data subjektif bayi sudah 2 hari rewel dan pada

daerah leher tampak gelembung – gelembung berisi cairan jernih dan pada

daerah lipatan paha tampak kemerahan.

Sedangkan data objektif didapatkan KU : Baik, kesadaran :


71

composmentis, TTV : N : 112 x/menit, R : 33 x/menit, S : 36,70C, BB/TB :

4.300 gram / 50 cm, LK: 37 cm. Kulit : pada daerah leher tampak gelembung

– gelembung berisi cairan jernih dan pada daerah lipatan paha tampak

kemerahan. Jadi, pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan praktek.

2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data - data yang dikumpulkan (Rismalinda, 2014). Masalah pada kasus bayi

dengan Milliariasis ibu mengatakan bayinya rewel dan pada daerah leher

tampak gelembung – gelembung kecil berisi cairan jernih serta pada daerah

lipatan paha tampak kemerahan (Marmi dan Rahardjo, 2015). Berdasarkan

masalah yang didapat kebutuhan pada bayi dengan Milliariasis adalah

menenangkan bayi, memantau keadaan bayi dan berikan bedak tabur atau

bedak kocok (Marmi dan Rahardjo, 2015).

Dalam kasus ini diperoleh diagnosa kebidanan yaitu By. A umur 3

bulan dengan Millariasis. Masalah yang muncul dalam kasus ini adalah yang

muncul pada bayi dengan Milliariasis adalah ibu mengatakan bayinya rewel

dan timbul gelembung – gelembung kecil berisi cairan jernih pada kulit

daerah leher dan lipatan paha. Kebutuhan yang diberikan yaitu menenangkan

bayi dan memberi informasi tentang perawatan bayi dengan Milliariasis.


72

Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

praktek.

3. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah

dan diagnosa yang sudah diidentifikasi (Rismalinda, 2014). Pada kasus

bayi dengan Milliariasis diagnosa atau masalah potensial yaitu potensial

terjadinya infeksi sekunder (Matondang dkk, 2013).

Pada kasus By. A dengan Milliariasis tidak terjadi infeksi sekunder

pada bayi. Jadi, pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus yang ada dilapangan.

4. Tindakan Segera

Tindakan segera oleh bidan/dokter untuk dikonsultasikan/ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien

(Rismalinda, 2014). Pada kasus bayi dengan Milliariasis yaitu dilakukan

secara mandiri oleh bidan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan

tentang perawatan bayi dengan Milliariasis, jika keluhan parah dapat

berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik, misalnya

aspirin atau paracetamol untuk mengatasi nyeri dan antibiotik & antiseptik

(Manggiasih dan Jaya, 2016).

Pada kasus Milliariasis ini dilakukan mandiri oleh bidan sehingga

terapi yang diberikan berupa pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi


73

dengan Milliariasis, Caladine (bedak cair) 2 kali sehari. Jadi, pada kasus ini

penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada

pemberian terapi di lahan menggunakan Caladine sedangkan pada teori

menggunakan bedak salisil 2% dengan tambahan mentol 0,5-2% dan

pemberian terapi oral analgetik, antibiotik dan antiseptik.

5. Perencanaan Kebidanan

Menurut Dewi (2013) dan Mumpuni (2016), perencanaan pada bayi

dengan Milliariasis meliputi beritahu hasil pemeriksaan bayinya, anjurkan ibu

untuk tetap memandikan bayinya 2 kali sehari menggunakan air dingin dan

sabun cair, anjurkan ibu untuk segera membasuh bayi dengan handuk basah

lalu keringkan dengan kain yang lembut dan bersih, beritahu ibu jangan

berikan bedak ketika berkeringat, beritahu ibu untuk menghindari

menggunakan pakaian tebal pada bayinya, beritahu ibu untuk memberikan

bedak Salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5 – 2% pada Milliaria

Rubra.

Pada By. A dengan Milliariasis perencanaan berupa beritahu hasil

pemeriksaan bayinya, anjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya 2 kali

sehari menggunakan air dingin dan sabun cair, anjurkan ibu untuk segera

membasuh bayi dengan handuk basah (air hangat) lalu keringkan dengan kain

yang lembut dan bersih, beritahu ibu jangan berikan bedak ketika berkeringat,

beritahu ibu untuk menghindari menggunakan pakaian tebal pada bayinya,


74

beritahu ibu untuk memberikan Caladine.

Pada kasus ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus yaitu jenis penggunaan bedaknya berbeda, pada teori menggunakan

bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5 – 2% dan kasus

menggunakan Caladine.

6. Implementasi Kebidanan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan Milliariasis sudah

dilaksanakan. Dan pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan menurut

Dewi (2013) dan Mumpuni (2016).

Pada kasus pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. A umur 3 bulan

dengan Milliariasis di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu sudah

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Jadi, pada langkah ini penulis

menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

7. Evaluasi

Tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan

melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan

bidan (Rismalinda, 2014). Evaluasi dan Asuhan Kebidanan pada Bayi A

dengan Milliariasis selama 5 hari yaitu sudah dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan dan pelaksanaan dan masalah pada bayi dengan Milliariasis

dapat teratasi serta diperoleh hasil yaitu keadaan umum baik, kesadaran:

composmentis, nadi 112x/menit, respirasi 33x/menit, suhu 36,50C, kulit :


75

Tidak ada kemerahan dan tidak ada gelembung-gelembung kecil berisi cairan

bening, bayi bisa tenang dan tidak rewel, Milliariasis dapat teratasi serta tidak

ada keluhan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada By. A umur 3 bulan dengan

Milliariasis pada tanggal 16 – 20 Juli 2019, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari By. A umur 3 bulan

didapatkan hasil yaitu Data Subjektif : ibu mengatakan sudah 2 hari ini

bayinya rewel dan pada daerah leher tampak gelembung – gelembung berisi

cairan jernih serta pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak kemerahan

sedangkan Data Obyektif : keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis,

TTV : nadi : 112x/menit, respirasi : 32x/menit, suhu : 36,50C, BB / TB : 4300

gram / 50 cm, LK: 37 cm. Pada daerah leher tampak gelembung – gelembung

berisi cairan jernih serta pada daerah lipatan lutut sebelah kiri tampak

kemerahan.

2. Interpretasi data

Dalam interpretasi data diperoleh diagnose kebidanan yaitu By. A

umur 3 bulan dengan Milliariasis terdapat masalah yaitu ibu mengatakan

bayinya rewel dan kebutuhan yang diberikan menganjurkan ibu untuk

76
77

menenangkan bayinya serta memberi informasi pada ibu tentang

perawatan bayi dengan Milliariasis.

3. Diagnosa potensial

Diagnosa potensial pada By. A dengan Milliariasis yaitu tidak terjadi

infeksi sekunder.

4. Tindakan segera

Tindakan segera pada kasus By. A dengan Milliariasis yaitu

pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi dengan Milliariasis, Caladine

(bedak cair) 2 x sehari.

5. Perencanaan

Perencanaan tindakan pada By. A dengan Milliariasis yaitu : beritahu

ibu hasil pemeriksaan bayinya, beritahu ibu untuk mengganti pakaian bayinya

jika basah dan kotor, beritahu ibu untuk tetap memandikan bayinya kemudian

berikan Caladine setelah mandi, beritahu ibu untuk membasuh dengan

handuk basah (air hangat) jika berkeringat.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada By. A umur 3 bulan dengan

Milliariasis sesuai dengan perencanaan.

7. Evaluasi

Evaluasi pada kasus ini adalah setelah dilakukan asuhan kebidanan

pada By. A umur 3 bulan dengan Milliariasis selama 5 hari, didapatkan hasil

bahwa bayi sudah tidak rewel dan gelembung – gelembung berisi cairan
78

jernih pada daerah leher dan kemerahan pada daerah lipatan lutut sebelah kiri

sudah hilang.

B. Saran

1. Bagi keluarga atau pasien

Kepada orang tua bayi disarankan untuk selalu menjaga kebersihan

bayinya dan bisa melakukan penatalaksaan yang tepat dan benar apabila

terjadi Milliariasis.

2. Saran bagi bidan

Kepada bidan disarankan dalam memberikan asuhan kebidanan

kepada bayi dengan Miliariasis secara menyeluruh dengan meningkatkan

peran bidan dalam melakukan kunjungan rumah.

3. Saran bagi lembaga

a. Bagi tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas)

Kepada pihak tempat pelayanan kesehatan hendaknya dapat

menjaga kualitas pelayanan kebidanan dengan menunjang sarana dan

prasarana untuk tindakan kebidanan sehingga upaya perawatan kepada

pasien dapat terlaksana dengan maksimal dan sesuai dengan yang

diharapkan pasien.

b. Bagi Institusi Pendidikan (Fakultas Ilmu Kesehatan Dehasen)

Kepada pihak Akademik diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan mahasiswa dan memberikan asuhan kebidanan yang

komprensif kepada pasien khususnya pada ilmu kebidanan dengan


79

memberikan pelatihan-pelatihan khusus terkait ilmu kebidanan

sehingga dalam pelaksanaan praktik dilapangan maupun bekerja

nantinya akan lebih mahir lagi dalam penerapannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, Respati Fitri dan Nita, Nasution. 2015. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi & Balita. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Asrinah. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dewi, V. N. L. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Ermalena, 2017. Indikator kesehatan SDGs Di Indonesia. Balai Kartini.
FKUI, 2013. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Juanda, A. 2013. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Khasanah, Nidaul, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Miliariasis Di
Polindes Desa Mlaras Sumobito. Jombang: Universitas Pesantren Tinggi
Darul Ulum.
Manggiasih, V. A. Jaya, P. 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pra Sekolah.: Jakarta: Trans Info Media.
Maritalita, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Marmi, Rahardjo. K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. 2016. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-sekolah. Bogor: In
Media.
Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mumpuni, Y. Romiyanti. 2016. Penyakit Yang Sering Hinggap Pada Anak.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Ningrum, Novita Widya, 2012. Kenali Kelainan Kulit Bayi Dan Anak. Bojonegoro:
Surya.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
Rukiyah, A. Y, Yulianti, L. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Trans Info Media.
Sembiring, Br Julina. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Anak, Pra Sekolah.
Yogyakarta: Deepublish.
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi & Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Varney, H. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC: Jakarta.
Varney. 2008. Buku Ajar Asuhan Keboidanan. Jakarta: EGC.
Vivian, Nanny lia Dewi, 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati, 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13

Anda mungkin juga menyukai