Anda di halaman 1dari 267

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S


DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SEMIYATI
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2022

SELLY AGUSTRIANI
7124319062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN 2022
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S


DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SEMIYATI
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya DIII Kebidanan Muara Enim Poltekkes Kemenkes Palembang

SELLY AGUSTRIANI
7124319062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN 2022

ii
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN
ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir


Ini adalah hasil karya saya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip
Maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Selly Agustriani

NIM :PO.71.24.3.19.062

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Mei 2022

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Selly Agustriani


NIM PO.71.24.3.19.062
Program Studi : DIII Kebidanan Muara Enim
Jurusan : Kebidanan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non- Exclusive
Royalty-Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah / Laporan Tugas Akhir / Skripsi Saya
Yang Berjudul :

“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “S” Di Praktik Mandiri Bidan


Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022 ”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti non Ekslusif
ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Muara Enim


Pada tanggal : 17 Mei 2022
Yang Menyatakan

(Selly Agustriani)

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Hiduplah seperti air mengalir, apapun rintangannya air akan tetap mengalir”

Laporan Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk:

1. Bapakku tercinta (Sulpani) dan Ibuku tersayang (Siti Suhaidah) yang


selalu mendukungku dengan penuh cinta dan bangga atas segala hal
yang kulakukan dalam perkuliahan ini.
2. Kakakku, adikku serta keluarga besar yang selalu memberikan support
kepadaku dalam perkuliahan ini
3. Pembimbingku Ibu Siti Hindun,SKM.,M.Kes & Ibu Nesi
Novita,S.SiT.,M.Kes yang selalu membimbing ku dan memberi
masukan serta nasehat.
4. Pembimbing Akademikku ibu Khairunisya,S.Kep.,M.Kes yang telah
menjadi orang tuaku, memotivasiku dan memberikan masukan serta
nasehat.
5. Temanku (Rizki, Dian,Anggira,Dika) yang telah bersama berjuang,
selalu ada saat suka dan duka selama 3 tahun ini dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teman kamarku BB 13 bawah ( Elis,Vyka,Rizki)
7. Teman-teman seperjuangan “Angkatan XIX” yang telah berjuang
bersama.
8. Almamater yang selalu ku banggakan.

vii
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY”S”
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SEMIYATI
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2022

Agustriani,Selly
Program Studi D3 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang,
Jln.Dr.AK Gani no.85 Muara Enim
Email : sellyagustriani0@gmail.com

ABSTRAK

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018,


sebanyak 303.000 (830/hari) perempuan meninggal selama masa kehamilan,
persalinan, hingga nifas. Penyebab utama hampir 75% dari semua kematian ibu
adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, komplikasi dari persalinan, aborsi yang
tidak aman, dan sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan penyakit seperti
Malaria, dan AIDS selama kehamilan (WHO Media, 2018). Tujuan : penulisan
Laporan Tugas Akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny. “S” di Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten
Muara Enim Tahun 2022. Metode Penelitian : Laporan ini membahas tentang
asuhan kebidanan komprehensif pada Ny”S”menggunakan metode studi kasus
(case study) dengan cara continuity of care. Pengambilan yang dilakukan secara
SOAP. Hasil penelitian : adanya kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan pada asuhan persalinan yaitu pada penggunaan alat pelindung diri
(APD), dimana APD yang digunakan kurang lengkap. Kesimpulan : Melalui
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bagi tenaga kesehatan di Praktik Mandiri
Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim dapat mempertahankan pelayanan
kesehatan sesuai standar dalam memberikan asuhan kebidanan kehamilan,
persalinan, BBL dan nifas yang komprehensif.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif, Kehamilan, Persalinan,


Nifas dan Bayi Baru Lahir

viii
COMPREHENSIVE MIDWIFE CARE IN NY”S”
IN SEMIYATI MIDWIFE INDEPENDENT PRACTICE
MUARA ENIM DISTRICT
YEAR 2022

Agustriani,Selly
D3 Midwifery Study Program Poltekkes Kemenkes Palembang,
Jln.Dr.AK Gani no.85 Muara Enim
Email : sellyagustriani0@gmail.com

ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization (WHO) in 2018, as many as
303,000 (830/day) women died during pregnancy, childbirth, and postpartum. The
main causes of almost 75% of all maternal deaths are bleeding, hypertension,
infection, complications from childbirth, unsafe abortion, and the rest are caused by
or related to diseases such as Malaria and AIDS during pregnancy (WHO Media,
2018). Purpose: writing this final report is to provide comprehensive midwifery care
to Ny. "S" in the Independent Practice of Midwives Semiyati, Muara Enim Regency
in 2022. Research Methods: This report discusses comprehensive midwifery care
for Mrs. "S" using a case study method with continuity of care. Taking is done in
SOAP. The results of the study: there is a gap between theory and practice in the field
in childbirth care, namely in the use of personal protective equipment (PPE), where
the PPE used is incomplete. Conclusion: Through this Final Project, it is hoped that
health workers at the Semiyati Midwife Independent Practice in Muara Enim
Regency can maintain health services according to standards in providing
comprehensive obstetric care for pregnancy, childbirth, BBL and postpartum.

Keywords: Comprehensive Midwifery Care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum and


Newborn

ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Laporan Tugas
Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya Kebidanan pada Progam Studi DIII Kebidanan Muara Enim Poltekkes
Kemenkes Palembang. Laporan Tugas Akhir ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Ibu Nesi Novita,S.SiT,M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang.
3. Ibu Dahliana, SKM.M.Kes selaku ketua Program Studi DIII Kebidanan
Muara Enim Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Ibu Siti Hindun, SKM.M.Kes selaku Pembimbing Utama Laporan Tugas
Akhir Tahun 2022
5. Ibu Nesi Novita,S.SiT.,M.Kes selaku Pembimbing Pendamping Laporan
Tugas Akhir Tahun 2022
6. Bidan Semiyati,Am.Keb selaku Bidan Pembimbing Lahan Praktik
7. Ny ”S” selaku responden dalam kegiatan penyelesaian Laporan Tugas Akhir
8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral
9. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas
akhir ini
Akhir kata saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Proposal Laporan Tugas Akhir
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Muara Enim, 17 Mei 2022

Selly Agustriani

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO .......................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum ............................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 5
D. Manfaat
1. Bagi Penulis .................................................................................. 6
2. Bagi Intitusi .................................................................................... 6
3. Bagi PMB ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7


A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan .................................................................. 7
2. Etiologi .......................................................................................... 7
3. Tanda-tanda kehamilan TM III .................................................... 10
4. Perubahan Anatomi Fisiologi pada Ibu Hamil Trimester III ........ 10
5. Perubahan psikologis pada kehamilan trimester III ..................... 20
6. Ketidak Nyamanan kehamilan pada trimester III ........................ 22
7. Tanda bahaya kehamilan pada trimester III ................................. 26
B. Asuhan Antenatal
1. Pengertian .................................................................................... 30
2. Tujuan antenatal .......................................................................... 30
3. Standar pelayanan antenatal ........................................................ 31
4. Pemeriksaan atau pengawasan ibu hamil .................................... 34
5. Manajemen Asuhan Kebidanan .................................................. 43

xi
C. Konsep Persalinan
1. Pengertian persalinan ................................................................... 57
2. Tanda-tanda persalinan ................................................................ 58
3. Penyebab mulainya persalinan ..................................................... 60
4. Faktor yang mempengaruhi persalinan ........................................ 61
5. Mekanisme persalinan .................................................................. 66
6. Partograf ....................................................................................... 68
7. Tahap persalinan .......................................................................... 69
8. Perubahan fisiologis pada masa persalinan .................................. 77
9. Kebutuhan dasar ibu bersalin ....................................................... 91
D. Konsep Bayi Baru Lahir
1. Pengertian bayi baru lahir ........................................................... 110
2. Perubahan fisiologis bayi baru lahir ............................................ 110
3. Asuhan bayi baru lahir 2 jam pertama ........................................ 119
4. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.................................... 125
5. Perawatan pada bayi baru lahir ................................................... 126
E. Konsep nifas
1. Pengertian nifas ........................................................................... 132
2. Perubahan fisiologis masa nifas .................................................. 133
3. Kebutuhan pada masa nifas ......................................................... 142
4. Tahapan masa nifas ..................................................................... 145
5. Tanda bahaya nifas ...................................................................... 151
6. Kunjungan masa nifas ................................................................. 151
7. Adaptasi psikologis masa nifas ................................................... 153
8. Tujuan asuhan pada masa nifas ................................................... 155
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 157
A. Jenis laporan tugas akhir ................................................................... 157
B. Subjek studi kasus ............................................................................. 157
C. Waktu pengkajian.............................................................................. 157
D. Tempat pengkajian ............................................................................ 157
E. Teknik pengumpulan data ................................................................. 157
F. Sumber data dan jenis data ................................................................ 158
G. Instrumen pengumpulan data ............................................................ 158
H. Alat dan bahan................................................................................... 159
BAB IV TINJAUAN KASUS ..................................................................... 160
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 216
A. KEHAMILAN .................................................................................. 216
B. PERSALINAN .................................................................................. 223
C. BAYI BARU LAHIR ........................................................................ 227
D. NIFAS ............................................................................................... 230

xii
BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 234
A. KESIMPULAN ................................................................................. 234
B. SARAN ............................................................................................. 236
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan per Tiga Jari ....................................... 11


Table 2.2 TFU Berdasarkan Usia Kehamilan dalam CM .............................. 11
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT .................................................... 33
Table 2.4 Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu ........ 59
Table 2.5 Bidang hodge ................................................................................. 63
Table 2.6 Metode persalinan .......................................................................... 72
Table 2.7 Penilaian apgar score .................................................................... 120
Table 4.1 Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu ....................... 161
Table 4.2 Catatan perkembangan kehamilan ................................................ 171
Table 43. Catatan perkembangan persalinan ................................................ 177
Table 4.4 Catatan perkembangan nifas ......................................................... 190
Table 4.5 Catatan perkembangan bayi baru lahir.......................................... 211

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Melakukan Palpasi Leopold I ............................................ 37


Gambar 2.2 Cara Melakukan Palpasi Leopold II ........................................... 39
Gambar 2.3 Cara Melakukan Palpasi Leopold III ......................................... 40
Gambar 2.4 Cara Melakukan Palpasi Leopold IV ......................................... 41

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan

Lampiran 2. Lembar Dokumentasi

Lampiran 3. Biodata

Lampiran 4. Lembar Konsul Pembimbing I

Lampiran 5. Lembar Konsul Pembimbing II

Lampiran 6. Partograf

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018,

sebanyak 303.000 (830/hari) perempuan meninggal selama masa kehamilan,

persalinan, hingga nifas. Penyebab utama hampir 75% dari semua kematian ibu

adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, komplikasi dari persalinan, aborsi yang

tidak aman, dan sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan penyakit seperti

Malaria, dan AIDS selama kehamilan (WHO Media, 2018).

AKI di Indonesia pada tahun 2018 ini masih tinggi yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup dan target AKI Indonesia pada tahun 2030 diharapkan akan

menurun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemen kes RI, 2020).

Berdasakan Profil Dinas Kesehatan provinsi Sumatera tahun 2018, terdapat

120 orang Angka Kematian Ibu (AKI). Penyebab kematian ibu adalah

Perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), Infeksi, Gangguan Sistem

Peredaran Darah (Jantung, Stroke), Gangguuan Metabolik (Diabetes Mellitus)

dan lain-lain. (Dinkes Prov Sumsel,2019).

Kematian maternal di Muara Enim pada tahun 2016 disebabkan oleh

hipertensi 4 kasus (44.44%) perdarahan 3 kasus (33.33%), lain lain/asma/jantung

2 kasus (22.22%) faktor eksternal yang menjadi penyebab kematian ibu

umumnya diakibatkan keterlambatan keluarga mengenali tanda bahaya ibu hamil

1
2

dan keterlambatan mengambil keputusan untuk merujuk ke

fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Jumlah kematian ibu tahun 2016

mengalami penuruan dibanding tahun 2015. (Profil Kesehatan Muara Enim,

2017).

Berbagai upaya dilakukan pemerintah Indonesia dalam AKI yaitu adanya

Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program

ini bertujuan untuk pemberdayaan 2 masyarakat dalam monitoring terhadap ibu

hamil, bersalin, dan nifas. (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).

Dalam rangka upaya percepatan penurunan AKI maka pada tahun 2012

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and

Neonatal Survival (EMAS) yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian

ibu dan neonatal sebesar 25%. (Kemenkes, 2017).

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga

kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada

kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang

telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit

empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah

sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator

tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan

tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga


3

kesehatan. (Profil Kesehatan Indonesia ,2019).

Secara nasional target K1 dan K4 menurut Renstra Kemenkes yakni cakupan

K1 sebesar 100% dan cakupan K4 sebesar 95%. Cakupan K4 di Indonesia

selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2017 cenderung meningkat. Cakupan

K4 berdasarkan Renstra tahun 2017 sebesar 76 %, tahun 2018 sebesar 78%, dan

untuk tahun 2019 sebesar 80 %. (Kemenkes, 2017).

Cakupan K1 pada tahun 2018 di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 98,1%,

mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 dengan cakupan sebesar97,5%.

Cakupan K1 di Provinsi Sumatera selatan cukup merata di atas kisaran 90% ke

atas dan Cakupan K4 di provinsi sebesar 94.8%. (Profil Dinkes Sumsel,2019).

Cakupan K1 di Kabupaten Muara Enim yaitu 99,1% sedangkan cakupan K4

berada pada angka diatas 95%. (Dinkes Kabupaten Muara Enim, 2017).

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai

pada kala I sampai dengan kala IV. Keberhasilan program ini diukur melalui

indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (Cakupan PF).

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan

persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya

kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Terdapat 83,67% ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh

tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Secara

nasional indikator tersebut telah memenuhi target renstra yaitu sebesar 79%

(Kemenkes RI, 2018).


4

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Cakupan

kunjungan neonatal pertama atau KN1 merupakan idikator yang

menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko

kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir. Capaian KN1

Indonesia pada tahun 2017sebesar 92,62% lebih tinggi dari tahun 2016 yaitu

sebesar 91,4%. Capaian ini sudah memenuhi target renstra tahun 2017 yaitu

sebesar 81% (Kemenkes RI, 2018).

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas

sesuai standar yang dilakukan pada 6 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2

minggu postpartum dan 6 minggu postpartum. (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data kunjungan antenatal care di Praktik Mandiri Bidan

Semiyati Kabupaten Muara Enim pada tahun 2020 cakupan pelayanan K1

berjumlah 92 orang dan K4 berjumlah 85 orang. Pada tahun 2021 cakupan K1

berjumlah 100 orang dan K4 berjumlah 122 orang. Dari tahun 2020-2021

cakupan K1 berjumlah 192 orang dan K4 berjumlah 207 orang. Pada

persalinan terdapat 47 orang. Untuk neonatus yang melakukan Kunjungan

Neonatal di PMB Semiyati sebanyak 45 dan terakhir ibu bersalin yang

melakukan Kunjungan Nifas sebanyak 52 orang. (Buku Registrasi PMB

Semiyati, 2021).

Di Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim pada tahun

2020 sampai dengan 2021 tidak terdapat Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB), (Semiyati,Am.Keb).


5

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka tugas akhir

penulis yaitu melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care)

dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.“S” di Praktik

Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan

adalah Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “S” di Praktik

Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. “S”di

Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022.

2. Tujuan khusus

a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. “S”

di Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022

b) Mahasiswa mampu melakukan pegumpulan data objektif pada Ny. “S”

di Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022

c) Mahasiswa mampu melakukan analisa pada Ny. “S” di Praktik Mandiri

Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022

d) Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. “S” di


6

Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang

asuhan yang berkesinambungan pada ibu hamil,bersalin, nifas dan neonatus.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Penulis

Laporan tugas akhir ini bermanfaat sebagai sarana belajar dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan ke lahan praktik,

sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

melakukan asuhan kebidanan secara profesional.

b. Bagi Institusi

Diharapkan bahwa laporan tugas akhir ini dapat menjadi referensi daftar

pustaka yang dapat dijadikan mahasiswa sebagai bahan bacaan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan.

c. Bagi PMB

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam

pemberian pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dalam pemberian

Asuhan Komprehensif pada Ibu Hamil,bersalin, bbl dan nifas secara

profesional yang sesuai kode etik kebidanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEHAMILAN

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional Kehamilan

yaitu fertilisasi atau penyatuan dari Spermatozoa dengan Ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi

menjadi 3 trimester, dimana trimester ke satu berlangsung selama 12

minggu, trimester ke dua berlangsung selama 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), dan trimester ke tiga berlangsung selama 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40).(Sarwono, 2018).

2. Etiologi

a. Spermatozoa

Spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang

berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor,dan

bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor, dengan

getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat (Saifuddin, 2018: 139).

Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar

porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat

7
8

terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai

kebagian ampula tuba di mana spermatozoa dapat memasuki ovum yang

dapat dibuahi, hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan

(kapisitasi) untuk membuahi,pada spermatozoa ditemukan peningkatan

konsentrasi DNA di nukleusnya, kaputnya lebih mudah menembus dinding

ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase (Saifuddin,

2018: 140).

b. Ovum

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di

genital ridge, tiap bulannya wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum)

dari indung telur, ovum dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-

mikrofilamen fimbria infundibulum kearah ostium tuba abdominale, dan

disalurkan terus kearah medial,pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai

sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat

pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel, pada anak berumur 6 – 15

tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 6 – 15 tahun

ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16 – 25 tahun hanya 34.000

oogonium, pada masa menopause semua oogonium menghilang (Saifuddin,

2018: 140).

c. Pembuahan (Fertilisasi)

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba, fertilisasi meliputi


9

penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fungsi spermatozoa dan ovum,

diakhiri dengan fusi materi genetik, hanya satu spermatozoa yang telah

mengalami proses kapisitasi mampu melakukan penetrasi membran sel

ovum, untuk mencapai ovum sperma harus melewati korona radiate

(lapisan sel di luar ovum) dan zona pleusida (suatu bentuk glikoprotein

ekstraselular), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum

mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa (Saifuddin, 2018: 141).

d. Nidasi ( Implantasi )

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium (Walyani,2015:47). Selanjutnya pada hari keempat hasil

konsepsi mencari stadium blastula disebut blastokista ( blastocyst), suatu

bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya

disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin

dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Trofoblas ini sangat

kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi

(implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunutas bagi

janin,peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta,dan kelahiran

bayi (Saifuddin, 2018: 143).

e. Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

setelah nidasi embrio kedalam endometrium, plasentasi dimulai, pada

manusia plasentasi berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah fertilisasi.


10

3. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

a) Mendengar Bunyi jantung Anak (BJA) atau DJJ dapat di deteksi

dengan fetoskop atau dodtone.

b) Melihat dan meraba pergerakan janin, pergerakan janin dapat

dirasakan mulai usia kehamilan 20 – 24 minggu, sedangkan bagian – bagian

janin dapat dipalpasi mulai 24 minggu.

c) Melihat rangka janin dengan rontegen atau USG, pemeriksaan

rontgen dianjurkan pada usia kehamilan 18 minggu ( bulan ke- 4Dengan

menggunakan USG kantung kehamilan sudah dapat dilihat pada kehamilan

5 minggu (Indrayani, 2011).

4. Perubahan Anatomi Fisiologi pada Ibu Hamil Trimester III

1) Perubahan Anatomi

a) Sistem reproduksi

(1)Uterus

Uterus mencapai umbilicus dan mencapai processus xiphodeus

pada usia kehamilan 36 minggu. Setelah usia kehamilan 36 minggu,

uterus mulai turun ke dalam panggul. Bentuk uterus menjadi bulat

(globular) karena cavum uterus terisi oleh embrio yang sedang

tumbuh.
11

Tabel 2.1
TFU Menurut Penambahan per Tiga Jari
Usia
kehamilan Tinggi Fundus Uteri
(Minggu)
12 1-3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus
xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat- prosesus
xiphoideus (px)
Sumber: DikiRetnoYuliani,dkk. 2017 : 24

Tabel 2.2
TFU Berdasarkan Usia Kehamilan dalam cm
Usia
kehamilan Tinggi Fundus Uteri
(Minggu)
12 24-25 cm diatas simfisis
16 26,7 cm diatas simfisis
20 29,5-30 cm diatas simfisis
24 29,5-30 cm diatas simfisis
28 31 cm diatas simfisis
32 32 cm diatas simfisis
36 33 cm diatas simfisis
40 37,7 cm diatas simfisis
Sumber : Yuliani, dkk, 2017
12

(2)Serviks

Akibat bertambah aktivitas uterus selama kehamilan, serviks

mengalami pematangan secara bertahap, dan akan mengalami dilatasi.

Secara teoritis, pembukaan serviks biasanya terjadi pada primigravida

selama 2 minggu terakhir kehamilan, tapi biasanya tidak terjadi pada

multigravida hingga persalinan dimulai. Namun demikian, secara

klinis terdapat berbagai variasi tentang kondisi serviks pada persalinan

(Rismalinda, 2018: 71).

(3)Vagina

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan

meningkatkan ketebalan mukosa,, mengendornya jaringan ikat, dan

hopertrofi otot polos (Rismalinda, 2018: 72).

(4)Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel

baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di

ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6 –7 minggu

awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dan jumlah yang relatif minimal (Saifuddin, 2018: 178).

(5)Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara


13

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu

estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2015 :92).

(6)Serviks

Akibat adanya vaskularisasi pelvis, serviks menjadi edema,

hiperplasia dan hipertrofi kelenjar serviks sehingga mengalami

perubahan warna menjadi kebiruan.Serviks lebih banyak mengandung

jaringan ikat (kolagen) dan jaringan otot hanya 10%. Panjang serviks

sebelum hamil ± 2,5 cm, pada saat kehamilan akibat tingginya kadar

estrogen serviks menjadi semakin lebar dan lunak, dan pada persalinan

serviks akan matang. Pelebaran serviks mengakibatkan effacement

(pemendekan serviks), dimana pada primigravida terjadi pada ± 2

minggu sebelum persalinan, sedangkan pada multigravida belum

terjadi sampai menjelang persalinan.

b) Sistem kardiovaskular

(1)Volume Darah

Setelah usia kehamilan 32 – 34 minggu, ibu akan mengalami

hypervolemia. Bagaimanapun juga, derajat ekspansi volume darah ini

sangat bervariasi pada sejumlah individu hanya terjadi sedikit

peningkatan, namun ada pula yang meningkat dua kali lipat. Perlu

dipahami bahwa besarnya peningkatan volume darah bervariasi

menurut ukuran tubuh, jumlah kehamilan, jumlah bayi yang pernah


14

dilahirkan, dan pernah atau tidaknya melahirkan bayi kembar (Sri

Astuti, 2018: 83).

(2)Curah jantung

Curah jantung meningkat sebesar 30-50% terutama pada minggu ke-

32 kehamilan dan akan menurun sekitar 20% pada minggu ke-40

kehamilan. Penurunan curah jantung pada minggu ke-40 ini karena

penyebab yang tidak dapat dijelaskan. Pada posisi rekumben lateral,

curah jantung akan lebih tinggi walaupun pada kehamilan lanjut,

sedangkan pada posisi telentang akan lebih rendah karena uterus yang

besar dan berat akan menghmbat aliran balik vena ke janung. Pafa

kehamilan ganda, curah jantng ibu bertambah lagi sebesar 20% (Sri

Astuti, 2018: 80).

(3)Perubahan sistem urinaria

Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah

yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang

puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat

sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang

akibat penekanan rahim yang membesar).

Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring

dan menurun ketika berdiri.Keadaan ini semakin menguat pada saat

kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih

ketika mereka mencoba untuk berbaring/tidur.


15

Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar

terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi

tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai

sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan

meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung (Sulistyawati,

2017:62-63).

(4)Sistem Pencernaan

Peningkatan progesteron dan estrogen pada masa kehamilan

menyebabkan penurunan tonus otot saluran pencernaan, sehingga

motilitas seluruh saluran pencernaan ikut menurun dan menimbulkan

berbagai komplikasi dari ringan sampai berat. Pengosongan lambung

menjadi lebih lama, sehingga ibu sering kali merasa perut penuh

cukup lama. Sfingter esofagus terbuka lemah, yang menyebabkan rasa

panas pada ulu hati sebagai akibat regurgitasi asam lambung (Yuliani,

2017:31)

(5)Perubahan Sistem Metabolisme

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari

uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan

ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan

menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.
16

Contoh, wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tinggi

badan 1,57 cm. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57)2 = 20,7 Kg.

Pada trimester II dan III pada perempuan bergizi baik dianjurkan

menambah berat badan per minggu 0,4 kg, sedangkan pada perempuan

dengan gizi kurang dianjurkan menambah berat badan per minggu

sebesar 0,5 kg dan gizi berlebih 0,3 kg.

(6) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang-kadang mengenai daerah payudara

dan paha yang dikenal dengan nama striae gravidarum. Jika digaris

pertengahan perut (linea alba), akan berubah menjadi hitam

kecoklatan (linea nigra). Kadang-kadang muncul pada wajah dan

leher (cloasma gravidarum). Selain itu pada areola dan

daerah genital juga akan terlihat hiperpigmentasi yang berlebihan

karena perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui

(Saifuddin, 2018:179).

(7)Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±135%.

Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam

kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi

persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan


17

meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah

persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga

ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui. (Saifuddin, 2018:186).

(8)Sistem Pernapasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang

rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-

paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas

lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen

untuk dirinya.Lingkar dada wanita hamil agak membesar.Lapisan

saluran pernapasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak

tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan

tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini.

Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah (Sulistyawati,

2017:69).

(9)Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk umum pada kehamilan.

Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,

lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah dua tungkai.

Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat

mobilitasnya. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan

sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada

bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (Saifuddin,


18

2018:186).

(10) Panggul

Menurut Manuaba (2017:49) , panggul wanita terdiri atas :Bagian

keras yang dibentuk oleh 4 buah tulang : 2 tulang pangkal paha ( os

koksae), 1 tulang kelangkang ( sakrum), dan 1 tulang tungging (os

koksigis).Bagian lunak yaitu diafragma pelvis yang terdiri dari Pars

muskularis levator ani, Pars membranasea, Regio perineum. Fungsi

utama panggul wanita adalah sebagai berikut :

1. Panggul besar (pelvis mayor), berfungsi untuk menyangga isi

abdomen

2. Panggul kecil (pelvis minor), berfungsi untuk membentuk jalan

lahir dan tempat alat genitalia

3. Bentuk - bentuk Panggul menurut Saifuddin ( 2018:193) :

a. Panggul ginekoid : panggul yang paling baik untuk perempuan.

Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa

bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan.

b. Panggul android : bentuk pintu atas panggul atas panggul

hampir segitiga. Umumnya pada panggul pria. Panjang

diameter transversa dekat dengan sakrum. Jenis ini ditemukan

pada 15% perempuan.

c. Panggul anthropoid: bentuk pintu atas panggul agak lonjong,

seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih besar


19

daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35%

perempuan.

d. Panggul platipelloid : platipeloid merupakan panggul pincang.

Diameter transversa lebih besar dari pada diameter

anteroposterior, menyempit arah muka belakang. Jenis ini

ditemukan pada 5% wanita.

4. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul menurut Saifuddin ( 2018:193) adalah batas

atas dari panggul kecil. Bentuknya bulat – oval. Biasanya 3 ukuran

ditentukan dari pintu atas panggul yaitu :

a. Ukuran Muka Belakang (Diameter Antero Posterior &

Conjugata Vera)

b. Ukuran Melintang (Diameter Transversa)

c. Kedua Ukuran Serong (Diameter Obliqua)

5. Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi

tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk

segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah

Tubera Ossis Iskii dengan ujung Os Sakrum dan segitiga lainnya

yang alasnya juga garis antara kedua Tubera Ossis Iskii dengan

bagian bawah Simfisis (Saifuddin, 2018:196).


20

5. Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester III

Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata

mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran anaknya. Selama

menjalani kehamilan trimester ini, ibu dan suaminya sering kali

berkomunikasi dengan janin yang berada di dalam kandungannya

dengan cara mengelus perut dan berbicara di depannya, walaupun

yang dapat merasakan gerakan janin di dalam perutnya hanyalah ibu

hamil itu sendiri (Sri Astuti, 2018: 101-102).

a) Kekhawatiran atau kecemasan dan waspada

Rasa cemas dapat timbul jika ibu memikirkan dan khawatir bayinya

akan lahir sebelum waktunya, sehingga akan lebih memperhatikan

serta waspada terhadap munculnya tanda persalinan. Kecemasan dapat

timbul akibat kekhawatiran akan proses persalinannya, takut terhadap

rasa sakit, dan takut terjadi komplikasi persalinan pada dirinya maupun

bayinya. Bentuk tubuh yang semakin membesar membuat sejumlah

ibu merasa dirinya buruk dan aneh. Selain itu, dapat mengurangi

kemampuannya untuk melakukan pekerjaan sehari – harinya. Pada

trimester ketiga ini, libido cenderung menurun kembali yang

disebabkan munculnya kembali ketidaknyamanan fisiologis, serta

bentuk dan ukuran tubuh yang semakin membesar. Khawatir akan

kehilangan perhatian khusus yang ia terima dari orang disekitarnya

saat ia hamil dapat membuat ibu merasa sedih selain merasa akan
21

berpisah dari bayinya. Dukungan serta perhatian dari suami keluarga

sangat berguna pada saat ini (Sri Astuti, 2018: 102).

b) Persiapan menunggu kelahiran

Menjelang akhir trimester ketiga, umumnya ibu hami tidak sabar

menjalani persalinan dengan perasaan yang bercampur antara sukacita

dan rasa takut. Kesiapan untuk menghadapi persalinan biasanya

muncul sebagai akibat dari keinginannya yang kuat untuk melihat hasil

akir dari kehamilannya. Ibu akan aktif mempersiapkan diri, mencari

informasi, nasihat, arahan, dan dukungan, memilih nama,

mempersiapkan kebutuhan bayi, menduga – duga tentang jenis

kelamin dan bayi mirip siapa, tidak sabar menunggu kelahiran dengan

sukacita dan rasa takut (Sri Astuti, 2018: 102).

c) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang

anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.

d) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang

susah bernapas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah

diagfragma menekan paruh ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah

turun kerongga panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum

persalinan maka akan berasa legah dan bernafas lebih mudah.

e) Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan penuruanan bayi ke

PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu.


22

f) Kontraksi, brackton-hicks kontraksi berupa rasa sakit yang ringan,

tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.

g) Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak

kental dan pada persalinan lebih cair (Elisabeth, 2018: 78)

6. Ketidak Nyamanan Kehamilan pada Trimester III

1) Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis) dan konstipasi.

Frekuensi berkemih pada trimester ketiga sering dialami pada

kehamilan primi setelah terjadi lightening. Efek lightening adalah

bagian persentasi akan menurun masuk ke dalam panggul dan

menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih, sehingga

merangsang keinginan untuk berkemih. Terjadi perubahan pola

berkemih dari diurnal menjadi nokturia karena edema dependen yang

terakumulasi sepanjang hari di ekskresi. Dan cara mengatasinya

dengan menjelaskan mengapa hal tesebut bisa terjadi dan menyarankan

untuk mengurangi caran menjelang tidur sehingga tidak mengganggu

kenyamanan tidur malam. Konstipasi diduga akibat penurunan

peristaltic yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketiak

terjadi penurunan jumlah progesterone. Akibat pembesaran uterus atau

bagian presentasi menyebabkan pergeseran dan tekanan pada usus dan

penurunan mortilitas pada saluran gastrointestinal. Dan bisa juga


23

akibat efek mengkonsumsi zat besi. Konstipasi dapat memacu

hemoroid. (Jurnal Kehamilan Trimester III Halaman 20-21).

2) Edema dependen

Edema dependen dan varises, kedua hal ini disebabkan oleh gangguan

sirkulasi vena dan meningkatnya tekanan vena pada ekstremitas bagian

bawah. Perubahan ini akibat penekanan uterus yang membesar pada

vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan

pada vena kava inverior saat berbaring. (Jurnal Kehamilan Trimester

III Halaman 20-21).

3) Nyeri legimen

Legimenteres uteri melekat di sisi tepat dibawah uterus. Secara

anatomis memiliki kemampuan memanjang saat uterus meninggi

masuk ke dalam abdomen. Nyeri ligamnetumteres uteri diduga akibat

pergangan dan penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada

ligament. Ketidaknyamanan ini merupakan yang harus ditoleransi oleh

ibu hamil. Nyeri punggung bawah tepatnya pada lumbosacral yang

diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuh ibu

hamil yang semakin berat seiring semakin membesarnya uterus.

Pengaruh sikap tubuh lordosis, membungkuk berlebihan, jalan tanpa

istirahat, mengangkat bebab berat terutma dalam kondisi lelah. (Jurnal

Kehamilan Trimester III Halaman 20-21).


24

4) Konstipasi

Dasar anatomis dan fisiologis :

a) Peningkatan kadar progesteron yang menyebabkan peristaltic usus

menjadi lambat.

b) Penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot halus.

c) Peningkatan penyerapan air dari kolon.

d) Tekanan dari uterus pada usus.

e) Suplemen zat besi.

f) Kurang olahraga.

Cara mencegah dan meringankannya :

a) Tingkatkan intake cairan, serat.

b) Minum cairan dingin/panas ketika perut kosong.

c) Olahraga/ senam hamil.

d) Toilet training.

e) Segera BAB bila ada dorongan.

Pencegahan/farmakologi :

a) Gunakan emoliens.

b) Hindari minyak mineral, lubrikan.

c) Perangsang (stimuli saline)

Tanda bahaya :

a) Rasa hebat di abdomen, tidak mengeluarkan gas = obstruksi

b) Rasa nyeri di kuadran kanan bawah = appendicitis


25

5) Hemorrhoid (wasir)

Dasar anatomis dan fisiologis :

a) Konstipasi.

b) Tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena

hemorrodial.

c) Dukungan yang tidak memadai bagi vena hemorrhoid dalam daerah

anorectal.

Cara mencegah/meringankannya :

a) Hindari konstipasi.

b) Makan makanan bongkahan gunakan bungkusan es, kompres panas

atau mandi sitz.

c) Dengan perlahan masukkan kembali ke dalam rectum seperlunya.

6) Sesak nafas (hiperventilasi)

Dasar anatomis dan fisiologis :

a) Peningkatan kadar progesterone berpengaruh secara langsung pada

pusat pernafasan untuk menurunkan kadar CO2 serta meningkatkan

kadar O2, meningkatkan aktifitas metabolic.

b) Uterus membesar dan menekan diafragma.

Cara mencegah/meringankannya :

a) Ajarkan teknik pernafasan (relaksasi).

b) Secara periodik berdiri merentangkan tangan di atas kepala

serta menarik nafas panjang.


26

c) Posisi duduk dan berdiri yang sempurna.

d) Tidur dengan posisi setengah duduk.

e) Makan tidak terlalu banyak.

f) Hindari merokok.

g) Bila mempunyai asma, konsultasikan dengan dokter.

7. Tanda Bahaya Kehamilan pada Trimester III

Adapun tanda bahaya dalam kehamilan trimester III adalah sebagai beriku:

a) Perdarahan Pervaginam

1) Plasenta Previa adalah kondisi dimana plasenta berimplantasi di

segmen bawah rahim baik anterior maupun posterior sehingga menutupi

ostium uteri internal, plasenta previa digolongkan menjadi 3, yaitu

plasenta previa totalis, jika seluruh ostium uteri interna (OUI) di tutupi

oleh plasenta, plasenta previa marginalis, jika plasenta menutupi

sebagian OUI dan plasenta letak rendah yaitu plasenta berada 3-4 cm di

atas pinggir OUI. (Yuliani,2017 : 147)

2) Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasi

sebelum waktunya (sebelum janin lahir), faktor penyebab terjadinya

solusio plasenta adalah ibu hamil dengan tekanan darah tinggi ,tarikan

tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin atau pertolongan

persalinan, serta paritas dan umur ibu cukup tinggi. (Yuliani,2017 : 148)
27

3) Hipertensi kehamilan adalah kondisi dimana yang memiliki tanda

dan gejala tekananan darah diastolik ≥ 90 mmH dan sistolik ≥

140 mmHg, protein urine (-).(Yuliani,2017 : 150)

4) Preeklampsia dan Eklamsia

Preeklampsia ringan ditandai dengan kenaikan tekanan darah pada usia

kehamilan > 20 minggu, dengan diastolik 90 mmHg, sistolik ≥ 140

mmHg, protein urine (+1), edema ekstermitas dan wajah. Sedangkan

preeklamsia berat ditandai dengan diastolik ≥ 110 mmHg, sistolik ≥ 160

mmHg, protein urin (≥ +2), edema ekstermitas dan wajah, oligura (<400

ml dalam 24 jam), nyeri ulu hati, nyeri kepala hebat dan menetap,

penglihatan kabur. (Yuliani,2017 : 150)

Eklamsia adalah preeklampsia berat yang disertai dengan kejang.

(Yuliani,2017 : 151)

b) Keluar Cairan Pervaginam (ketuban pecah dini-KPD)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa

disertai tanda inpartu bahkan sampai satu jam berikutnya. KPD disebabkan

oleh berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan

intrauterin, atau bisa disebabkan oleh dua-duanya. Tanda KPD meliputi

riwayat pengeluaran cairan tanpa disadari ibu dalam jumlah banyak atau

sedikit demi sedikit dan periksa dengan kertas lakmus (berubah jadi biru).

(Yuliani,2017 : 151)
28

c) Gerakan Janin tidak terasa

1. Fetal Distress

Fetal distress adalah kondisi gawat janin. Tanda dan gejala yang

ditemukan pada fetal distress diantaranya DJJ < 120 atau >160 kali per

menit, terdapat mekoneum dalam air ketuban.(Yuliani,2017 : 151)

2. Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

Intra Uterin Fetal Death adalah kematian janin yang terjadi setelah

melewati masa bertahan hidup sebelum pertengahan kehamilan (masa

aborsi) yaitu >20 minggu. Tanda gejalanya adalah pertumbuhan janin

terhenti (TFU tetap dan berkurang), gerakan janin terhenti, DJJ tidak

ada, peningkatan BB ibu berhenti atau berkurang, pada palpasi kepala

janin teraba jatuh dan pada USG ditemukan tidak ada gerak janin,

tengkorak janin saling tumpang tindih (beberapa hari setelah kematian.

(Yuliani,2017 : 151)

d) Bengkak Pada Mata Kaki Atau Betis

Bengkak pada kaki atau betis dapat menganggu bagi sebagian ibu hamil.

Sementara itu, rahim yang besar akan menekan pembuluh darah utama dari

bagian bawah tubuh ke atas tubuh, menyebabkan darah yang mau mengalir

dari bagian bawah menjadi terhambat.

e) Nyeri Perut Bagian Bawah (Ruptura Uteri)

Ruptura uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat

berbahaya dan mengancam jiwa baik ibu maupun janin. Ruptura uteri dapat
29

terjadi pada korpus uteri, segmen bawah rahim (SBR), servik uteri dan

kalpoporeksis-kalporeksis (robekan antara serviks dan vagina).

f) Stretch mark

Stretch mark adalah garis-garis putih dan perut pada daerah perut, bisa juga

terjadi di dada, pantat, paha, dan lengan atas. Walaupun strech mark tidak

dapat dihindarkan, tetapi akan hilang dengan sendirinya setelah

melahirkan, untuk mengatasinya sarankan ibu untuk menggunakan lotion

anti stretch mark setelah mandi dan perbanyak konsumsi vitamin K.

(Andina, 2019 : 246)

g) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-

kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, penglihatan ibu menjadi

kabur atau berbayang. Sakit kepala hebat dalam kehamilan merupakan

gejala dan preeklamsia. (Andina, 2019 : 251)

h) Penglihatan kabur

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Masalah penglihatan yang menunjukan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan penglihatan mendadak, misalnya

pandangan kabur atau berbayang/berbintik-bintik. Perubahan penglihatan

mendadak mungkin merupakan suatu tanda preeklamsia. (Andina, 2019 :

251).
30

B. Asuhan Antenatal

1. Pengertian

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalu

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Menurut

Saifuddin (2018 : 278), Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan

antenatal,yaitu :

a) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi

c) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi

e) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan dan merawat bayi

f) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang di kandungnya.

2. Tujuan Asuhan Antenatal

Menurut Yuliani, dkk : 2017 tujuan asuhan antenatal meliputi :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

ibu dan bayi


31

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3. Standar Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal

minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di

Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di

Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3.

(Kemenkes RI, 2020 : 33)

Standar pelayanan antenatal (10T) menurut (Kemenkes RI, 2019) yaitu:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penambahan berat badan setiap bulan kurang dari 1 kilogram atau

kurang dari 9 kilogram selama kehamilan menunjukan adanya gangguan

pertumbuhan janin. Sehingga penimbangan berat badan dilakukan setiap

kunjungan antenatal untuk memantau perkembangan janin.


32

2. Ukur tekanan darah

Dilakukan setiap kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya

hipertensi dan preeklamsi.

3. Tentukan nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Untuk mendeteksi ibu hamil berisiko keurang energi kronis (KEK) yaitu

dengan ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm karena berisiko

melahirkan bayi berat badan lahir rendah.

4. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran menggunakan pita pengukur yang dilakukan setelah

kehamilan 24 minggu. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk mendeteksi

pertumuhan janin sesuai atau tidak dengan kehamilan.

5. Tentukan presentasi janin dan deyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester satu untuk mendeteksi

kegawatan janin bila DJJ kurang dari 160 kali/menit.

6. Skrining status imunisasi tetanus toksoid (TT) dan diberikan imunisasi

tetanus bila diperlukan. Pemberian imunisasi TT untuk mencegah

terjadinya tetanus neonatorum dan dilakukan sesuai dengan status ibu

hamil saat ini.


33

Tabel 2.3
Jadwal pemberian imunisasi TT
Pemberian Selang Masa perlindungan Dosis
Imunisasi waktu
minimal
TT 1 Langkah awal 0,5 cc
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap tetanus
TT 2 4 minggu 3 tahun 0,5 cc
setelah TT
1
TT 3 6 bulan 5 tahun 0,5 cc
setelah TT2
TT 4 1 tahun 10 tahun 0,5 cc
setelah TT
3
TT 5 1 tahun ˃25 tahun/seumur hidup 0,5 cc
setelah TT4
Sumber : Diki RetnoYuliani 2017

7. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari kehamilan

Setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet

selama kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi.

8. Tes laboraturium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan tersebut melipusi golongan darah, kadar hemoglobin

darah/hb, protein dalam urine, kadar gula darah.

9. Tata laksana kasus

Setiap ibu hamil yang mengalami kelainan harus ditangani sesuai

standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

10. Temu wicara/konseling

Konseling yang diberikan meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih


34

dan sehat termasuk pentingnya istirahat, peran suami/keluarga dalam

kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan,

hubungan seks selama kehamilan, persalinan dan nifas, asupan gizi

seimbang, pemberian asi eksklusif dan KB pasca persalinan.

4. Pemeriksaan atau pengawasan ibu hamil

Menurut walyani (2017) pemeriksaan ibu hamil terdiri dari

pemeriksaan umum,kebidanan,dan pemeriksaan penunjang.

1. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum dan kesadaran penderita

Composmentis (kesadaran baik), gangguan kesadaran (apatis,

samnolen, spoor, koma).

2) Tekanan Darah

Tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg sampai

140/90 mmhg, hati-hati adanya hipertensi/preeklamsi.

3) Nadi

Nadi normal adalah 60 sampai 100 menit. Bila abnormal

mungkin ada kelainan paru-paru atau jantung.

4) Suhu badan

Suhu badan normal adalah 36,5°C - 37,5°C.Bila suhu lebih

tinggi dari 37;5°C kemungkinan ada infeksi


35

5) Tinggi Badan

Diukur dalam cm,tanpa sepati. Tinggi badan kurang dari 145

cm ada kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic Disproposion

(CPD).

6) Berat badan

Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang,perlu

mendapat perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit

kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh dari 0,5 kg

perminggu.

2. Pemeriksaan Antenatal

1) Inspeksi

a. Muka

Periksa palpebra, konjungtiva, dan sclera. Pemeriksaan

palpera untuk memperkirakan gejala eodema umum. Periksa

konjungtiva dan sclera untuk memperkirakan adanya anemia

dan ikterus.

b. Mulut/gigi

Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis. Hal

tersebut merupakan sumber infeksi.

c. Jantung

Infeksi bila tanpak sesak, kemungkinan ada kelainan


36

jantung yang dapat meningkatkan terjadinya resiko yang

lebih tinggi baik bagi ibu maupun bayinya.

d. Payudara

Inspeksi bentuk payudara, benjolan, pigmentasi putting

susu. Palpasi adanya benjolan (tumor mamae) dan kolostrum.

e. Abdomen

Inspeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu

berlebihan kemungkinan asites, tumor, ileus dan lain-lain)

pigmentasi di linea alba, nampakkah gerakan anak atau

kontraksi rahim, adakah striegravidarum atau luka bekas

operasi.

f. Tangan dan tungkai

Inspeksi pada tibia dan jari untuk melihat adanya

oedema dan varices.Bila terjadi edema pada tempat- tempat

tersebut kemungkinan terjadi pre-eklamsia.

g. Vulva

Inspeksi untuk mengetahui adanya oedema, varices,

keputihan, perdarahan, luka, cairan yang keluar, dan

sebagainya.
37

2). Palpasi

Menurut Diki Retno Yulita (2017), cara melakukan palpasi

menurut Leopold terdiri dari 4 cara, yaitu

a. Leopold I

Dilakukan untuk menentukan TFU dan bagian janin yang terletak

di fundus uteri. Pemeriksaan ini dilakukan sejak trismester

pertama sebagai berikut :

Gambar 2.1
Cara Palpasi Leopold I
sumber : Diki R,2017

1) Ibu dipersilakan BAK terlebih dahulu (agar tidak

mempengaruhi hasil pemeriksaan TFU).

2) Tangan ibu terlentang dengan kepala dan bahu sedikit

ditinggikan

3) Tangan ibu di samping badan, kaki ditekuk sedikit

agar rileks.
38

4) Buju ibu dibuka seperlunya.

5) Kaki dan genitalia ditutupi selimut.

6) Bidan berdiri di sebelah kanan ibu.

7) Tangan bidan harus kering dan hangat

(menghangatkan tangan dengan menggosokkan kedua

telapak tangan).

8) Bidan menghadap ke arah muka ibu, uterus di


kumpulkan ke tengah.

9) Menentukan tinggi fundus uteri dengan jari-jari.


10) Menentukan bagian janin yang ada pada bagian fundus.

Jika teraba bulat, keras dan melenting diartikan sebagai

kepala, sedangkan jika teraba lunak, kurang bulat dan

tidak melenting diartikan sebagai bokong. Pada letak

lintang fundus uteri kosong


39

b. Leopold II

Menentukan letak punggung anak dan letak bagian-bagian

kecil dan menentukan daerah letak denyut Jantung Janin

Gambar 2.2
Cara Melakukan Palpasi Leopold II
Sumber Diki Retno Yulita,2017

1) Kedua tangan bidan pindah ke samping kanan kiri

perut ibu.

2) Tangan kiri menahan sisi uterus sebelah kanan, tangan

kanan meraba sisi uterus kiri ibu dari atas kebawah.

Jika teraba bagian kecil-kecil atau berbenjol-benjol

diartikan sebagai ekstremitas, sedangkan jika teraba

memanjang seperti papan, ada tahanan diartikan

sebagai punggung.Pada letak lintang sisi kanan kiri

uterus teraba kepala atau bokong.

3) Lakukan langkah yang sama pada sisi kanan uterus ibu.


40

c. Leopold III

Dilakukan untuk menentukan bagian janin yang

terletak di bagian bawah uterus (presentasi janin) dan

menentukan apakah presentasi janin sudah mulai masuk

pintu atas panggul (PAP).

Gambar 2.3
Cara Palpasi Leopold III
Sumber: Diki Retno,2017

(1) Tangan kiri memegang fundus.

(2) Tangan kanan memegang bagian yang ada di bawah uterus

dan sedikit menggoyang-goyangkan. Normalnya teraba

kepala yaitu teraba keras, bulat, melenting. Jika letak

lintang bagian bawah uterus kosong.

(3) Apabila bagian terendah janin masih bisa digoyang-

goyangkan berarti bagian presentasi janin belum masuk

panggul. Jika sudah tidak bisa digoyangkan berarti bagian


41

presentasi janin sudah masuk panggul.

d. Leopold IV

Dilakukan untuk menentukan seberapa jauh masuknya

presentasi janin kepintu atas panggul (PAP), dilakukan bilah

Gambar 2.4
Cara Palpasi Leopold IV
Sumber: Diki Retno Yulita,2017

1) Bidan menghadap kearah kaki ibu.

2) Ibu diminta meluruskan kak.

3) Kedua tangan dirapatkan pada permukaan presentasi

janin dari atas ke bawah. Jika kedua tangan konvergen

(bertemu), berarti sebagian kecil presentasi janin

masuk panggul. Jika kedua tangan sejajar, berarti

setengah bagian presentasi janin masuk panggul. Jika

kedua tangan divergen (menyebar), berarti sebagian

besar presentasi janin sudah masuk panggul.


42

3) Auskultasi

Mendengarkan DJJ menggunakan monoskop/doppler pada

kehamilan > 16 minggu, menggukan linex terdengar pada

kehamilan 18-20 minggu. Ciri-ciri DJJ adalah memiliki irama

yang lebih cepat dari denyut nadi ibu dengan frekuensi normal

120-160 kali per menit. DJJ <120 kali per menit atau >160 kali

per menit mengidikasikan adanya gawat janin.

4) TBJ

Taksiran berat janin dapat dihitung dengan rumus

Johnson- Tausak sebagai berikut:

TBJ : (TFU – 12) x 155, namun jika kepala janin telah

masuk pintu atas panggul rumusnya menjadi,TBJ: (TFU-

11) x 155.

5) Pemeriksaan dalam

Untuk menilai servik, uterus, adneksa, kelenjar

bartholini, kelenjar skene dan uretra ketita usia kehamilan <

12 minggu ( jika ada indikasi) , Pemerikasan inspekulo untuk

menilai servik, tanda- tanda insfeksi dan cairan dari ostium

uteri ( ijka ada indikasi)

6) Pemeriksaan panggul

Pemerikaasan panggul bagian luar dilakukan untuk


43

memperkirakan kemungkinan panggul sempit. Terutama

dilakukan pada primigravida karna belum pernah bersalin.

Namun prosedur ANC baru-baru ini, pengukuran panggul

luar sudah tidak digunakan lagi. Kepala yang tidak kunjung

masuk PAP menjadin salah satu indicator CPD (cepalo

pelvic disproportion ), dimana untuk menegakan diagnose

harus dikunsoltasikan kepada SpOG.

7) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin untuk semua ibu hamil yang

dilaksanakan pada kunjungan pertama.

a) Kadar hemoglobin

b) Golongan darah dan rhesus

c) Rapid test (untuk menegakan diagnose malaria)

d) HbsAg ( untuk menegakan diagnose hepatitis )

e) Tes HIV

5. Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen Kebidanan adalah sebuah metode dengan

pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang

logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan (

Kemenkes,2017).
44

Standar asuhan kebidanan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar

asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.Mulai dari

pengkajian,perumusan diagnose dan/atau masalah kebidanan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuham kebidanan.

a. Standar 1: Pengkajian

1. Pernyataan standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, releven dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2. Kriteria Pengkajian :

(a) Data tepat, akurat dan lengkap

(b) Terdiri dari data subjektif (hasil Anamesa; biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya).

(c) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

b. Standar II : Perumusan Diagnosis dan atau Masalah Kebidanan

1) Pernyataan standar
45

2) Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian.

Menginterprestasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

3) Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

(a) Diagnosa dengan nomenklatur kebidanan

(b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

(c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

c. Standar III : Perencanaan

1) Penyataan standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, effisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien/pasien, dalam bentu upaya promotif,

preventif,kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

2) Kriteria Perencanaan

a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien; tindakan segera,tindakan antisipasi, dan asuhan

secara komprehensif.

b) Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga.


46

c) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya

klien/keluarga.

d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

e) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang

berlaku,Sumberdaya serta fasilitas yang ada.

d. Standar IV : Implementasi

1) Penyataan Standar

Bidan melaksankan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efisien, efektif dan aman berdasarkan evidence based kepada

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksankan secara mandiri ,kolaborasi dan rujukan.

2) Kriteria Perencanaan

a) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio-psiko-

sosial-spiritual-kultural

b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari

klien dan atau keluarganya (inform consent)

c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance base.

d) Melibatkan klien/pasien.

e) Menjaga privasi klien/pasien.

f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.


47

g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.

h) Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

i) Melakukan tindakan sesuai standar.

j) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

e. Standar V : Evaluasi

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan,sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

2) Kriteria Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan,sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

a) Penilaian dilakukan segerah setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien.

b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada

klien dan keluarga.

c) Evaluasi dilakukandengan standar.


48

d) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien.

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap secara lengkap, akurat,

singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2) Kriteria pencatatan Asuhan Kebidanan

a) Pencatatan dilakukan segera setealah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status

pasien/buku KIA.

b) Ditulis dalambentuk catatan perkembangan SOAP

(a) S adalah subjektif, mencatat hasil anamnesa

(b)O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

(c) A adalah analisa,mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

(d)P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan.
49

2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

Dalam Kemenkes (2017) langkah-langkah tersebut membentuk kerangka

yang lengkap dan bisa diaplikasikan dalam semua situasi tetapi, setiap

langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan

semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar

Langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Data diperoleh dengan cara:

a) Anamnesis

Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat

kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-

sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tanda-tanda vital, meliputi:

(a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi).

(b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi atau

USG).

c) Melihat catatan rekam medis pasien

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan


50

kasus yang dihadapi yang akan menentukan interpretasi yang

benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam

pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif,

objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

2) Langkah II: Interprestasi data dasar

Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan

diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak

dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan

penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang

dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil

pengkajian.

3) Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat

waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah

potensial ini bila terjadi.


51

4) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

untuk melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau tenaga kesehatan, konsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya

selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi

juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya

pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan menyeluruh

Asuhan yang menyeluruh direncanakan pada langkah ini dientukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera

ataupun rutin. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi penanganan masalah yang sudah teridentifikasi dari

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi

tindakan yang bentuknya antisipasi (konseling dan penyuluhan).

6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan

aman.
52

Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah 5 dilaksanakan seperti efisien,efektif, dan aman.

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-

sama dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya kalau

diperlukan.

7) Langkah VII: Evaluasi

Langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan. Rencana

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya.

3. Pengertian Dokumentasi pada Asuhan Kebidanan

Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi,

data, fakta yang bermakna dalam pelaksanaankegiatan manajemen

kebidanan. Dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan

pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang

dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna

untuk kepentingan klien , tim kesehatan serta kalangan bidan sendiri (

Dartiwen, 2019 : 196)

4. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dalam bentuk SOAP

Menurut Kemenkes (2017) metode ini merupakan dokumentasi yang

sederhana akan tetapi mengandung unsur data dan langkah yang

dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas dan logis.


53

1) Data Subjektif (S)

Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien.Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan

diagnosis.

2) Data Objektif (O)

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang

jujur,hasil pemeriksaan fisik klien,pemeriksaan labora torium,catatn

medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan

dalam data objektif ini sebagai data penunjanyg.Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosis.

3) Analisa (A)

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis yang

tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin

cepat diketahuinya perubahan pada klien dapat terus diikuti dan

diambil keputusan atau tindakan yang tepat. Analisis data adalah

melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencapai

diagnosis, masalah kebidanan,dan kebutuhan.


54

4) Penatalaksanaan (P)

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara kompherensif, penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi atau follow up dan rujukan.

Menurut Walyani (2017:169) dokumentasi dalam bentuk SOAP,yaitu:

1) S : Subjektif

a) Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data

klien melalui anamnesa

b) Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya

pada klien,suami atau keluarga (identitas

umum,keluhan,riwayat menarche, riwayat perkawinan,riwayat

kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit

keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, dan

pola hidup)

c) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat

sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan

dengan diagnose. Pada orang yang bisu,dibagian data belakang

“S” diberi tanda “O” atau “X” ini menandakan orang itu bisu.

Data subjektif menguatkan diagnose yang dibuat.


55

2) O : Objektif

a) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung assasment.

b) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

(keadaan umum,vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium

dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi).

c) Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis,hasil

observasi,informasi kajian teknologi (hasil laboratorium,sinar

X,rekaman CTG dan lain-lain) serta informasi dari keluarga atau

orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang

diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari

diagnosa yang akan ditegakkan.

3) A : Asasesment

a) Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada

informasi baru baik subjektif maupun objektif,maka proses

pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering


56

menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti

perkembangan klien.

b) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

(a) Diagnosa/Masalah

Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai

kondisi klien :hamil,bersalin,nifas dan bayi baru

lahir.Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh.Masalah

adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien terganggu.

4) P : Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment.Untuk perencanaan,implementasi dan

evaluasi dimasukkan dalam “P”.

a) Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang.

Rencana tindakan tersebut berisi tujuan dan hasil yang akan

dicapai dalam langkah-langkah kegiatan termasuk rencana

evaluasi.
57

b) Implementasi

Tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang

telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang

telah lazim dikuti atau dilakukan

c) Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari

tindakan yang dilakukan.Semakin dekat hasil tindakan yang

dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam kriteria

evaluasi,tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapkan.

C. KONSEP PERSALINAN

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses alamiah yang akan berlangsung dengan

sendirinya tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam

penyulitan yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga

memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan

fasilitas yan memadai. (Elisabet, 2016).

Menurut WHO, Persalinan Normal adalah persalinan dengan

persentasi janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan

dengan lama persalinan dalam batas normal, berisiko rendah sejak

awal persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu.

(Indrayani dan Djami 2016)


58

Menurut Mochtar (1998), persalianan adalah proses pengeluaran

hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari

rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

Persalinan Normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan

aterem (bukan premature atau postmatur), mempunyai onser yang

spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam

sejak saat awitanya, mempunyai janin tunggal dengan presentasi

puncak kepala, telaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup

komplikasi, plasenta lahir normal. (Elizabet, 2016)

2. Tanda-Tanda Persalinan

Terkadang sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dan

persalinan semu. Indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan

kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Ketika ibu mengalami

tanda- tanda persalinan semu, ia akan merasakan kontraksi yang

menyakitkan, namun kontraksi tersebut tidak menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks. (Indrayani, 2016).


59

Tabel 2.4
Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu

No Persalinan No Persalinan Semu


Sesungguhnya
1. Serviks menipis dan 1. Tidak ada pembukaan serviks
membuka
2. Rasa nyeri dan interval 2. Rasa nyeri tidak teratur
teratur
Interval antara rasa Tidak ada perubahan interval
3. 3.
nyeri yang secara antara rasa nyeri yang satu
perlahan semakin dengan yang lain
pendek
Waktu dan kekuatan Tidak ada perubahan waktu
4. kontraksi 4. dan
semakin bertambah kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa dibagian
5. 5. Kebanyakan rasa nyeri di
belakang dan menyebar
bagian depan
kedepan
Dengan berjalan Tidak ada perubahan rasa
6. 6.
bertambah nyeri dengan
Intensitas Berjalan
Ada hubungan antara Tidak ada hubungan antara
7. tingkat 7. tingkat
kekuatan kontraksi kekuatan kontraksi dengan
dengan intensitas intensitas nyeri
nyeri
8. Lendir darah sering 8. Tidak ada lender
tampak
Ada penurunan bagian Tidak ada kemajuan
9. kepala 9. penurunan bagian
Janin terendah janin
Kepala janin sudah Kepala janin belum masuk
10. terfiksasi di 10 PAP
PAP . walaupun ada kontraksi
Pemberian obat Pemberian obat
11. penenang tidak 11 penenang efisien
menghentikan proses . menghentikan rasa nyeri
persalinan pada
sesungguhnya persalinan semu
Sumber : (Indrayani, 2016).
60

3. Penyebab mulainya persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum

diketahui secara pasti, sehingga pemicu persalinan menjadi mulfikator.

Berdasarkan berapa teori yang kompleks yang dianggap berpengaruh

terhadap kejadian persalinan, yaitu faktor hormon, struktur uterus,

sirkulasi uterus, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi. (Indrayani

dan Djami, 2016) Hormon–hormon yang dominan saat hamil, antara

lain :

1) Estrogen

a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.

b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis.

2) Progesteron

a) Menurunkan sensitivitas otot rahim

b) Menghambat penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis.

c) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. (Indrayani

dan Djami, 2016)

Pada masa kehamilan, kadar hormon estrogen dan progesteron


61

berada pada kondisi yang seimbang sehingga kehamilan dapat

dipertahankan. Dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadi

perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron. Oksitosin di

sekresikan hipofisis posterior, menstimulasikan kontraksi uterus yang

disebut dengan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks

kekuatan akan menjadi dominan saat mulainya persalinan, oleh

karena itu makin tua hamil frekuensi kontraksi makin sering.

Oksitosin dan Prostaglandin makin meningkat mulai dari usia

kehamilan minggu ke-15. Di samping itu faktor gizi ibu hamil dan

keregangan otot uterus dapat memberikan pengaruh penting untuk

dimulainya kontraksi uterus. Penurunan kadar hormon progesteron

saat menjelang persalinan menyebabkan penurunan bagian terendah

janin hingga masuk pintu atas panggul (Indrayani dan Djami, 2016).

4. Faktor yang mempengaruhi persalian

Menurut Indrayani dan Djami, 2016 ada 5 faktor penting yang

mempengaruhi persalinan yaitu :

1) Passage way

Merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan dengan keadaan

segmen atas rahim dan segmen bawah rahim. Segmen atas

memegang peran yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya

bertambah tebal dengan majunya persalinan, sebaliknya segmen


62

bawah rahim berperan memegang pasif dan makin tipis dengan

majunya persalinan karena peregangan. Jalan lahir tersebut terdiri

dari pelvis, jaringan lunak serviks, dasar panggul, vagina dan

introitus(Indrayani dan Djami, 2016)

a) Pelvis

Pelvis terdiri atas 2 bagian :

(1) Bagian keras, dibentuk oleh tulang panggul

(2) Bagian lunak, dibentuk oleh otot - otot dan

ligamentum Linea terminalis dibagi menjadi 2 yaitu :

(1) Pelvis mayor terdiri dari 4 tulang yaitu dua tulang pangkal
paha

/ tulang inominata (Os. Coxae) yaitu gabungan dari Os.

Ilium (T. Usus), Os. Pubis (T. Kemaluan) dan Os. Ichium

(T. Duduk). Satu tulang kelangkang (Os. Sacrum). Satu

tulang ekor / tungging (Os. Coccygis).

(2) Pelvis minor (sejati) terdiri dari PAP, BTP, PBP. Hodge

adalah bidang - bidang panggul untuk menentukan seberapa

jauh bagian depan janin turun kedalam rongga panggul

(Indrayani, 2015)
63

Tabel 2.5
Bidang hodge
Bidang Keterangan

Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas


H-I
symfisis dan promontorium, Bidang yang sama dengan PAP
H-II Sejajar dengan H-I melalui pinggir bawah symfisis
H-III Sejajar dengan H-I setinggi spina ischiadica
Sejajar dengan H-1, II, III setinggi ujung os. coccygis (sudah
H-IV sampai didasar panggul.

Sumber : (Indrayani, 2016).

b) Passanger

Passanger meliputi janin, plasenta dan air ketuban.

1) Janin

Bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi

diantaranya ukuran kepala, persentasi, letak, sikap, posisi

janin karena plasenta dan air ketuban juga melewati jalan

lahir, maka dianggap sebagai bagian dari passanger yang

menyertai janin. (Indrayani dan Djami, 2016)

2) Tali pusat

Umumnya plasenta akan terbentuk lengkap pada

kehamilan kira-kira 16 minggu, dimana ruang amnion

telah mengisi seluruh rongga rahim. Tali pusat / cord

umbilicalis disebut juga foeniculus. Pada minggu ke-5

tali pusat terbentuk. Tali pusat terdapat antara pusat janin

dan permukaan fetal plasenta. (Indrayani dan Djami,


64

2016).

3) Plasenta

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena

merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan

sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran

diameter 15-20 cm dan tebal 2-3 cm, berat 500-600gr.

(Indrayani dan Djami, 2016)

Fungsi plasenta diantaranya :

(1) Nutrisi, alat pemberi makanan pada janin.

(2) Respirasi, alat penyalur zat asam dan pembuang CO2.

(3) Eksresi, alat pengeluaran sampah metabolisme.

(4) Produksi, alat yang menghasilkan hormon-hormon.

(5) Imunisasi, alat penyalur bermacam-macam antibody

ke janin.

(6) Pertahanan (sawar), alat yang menyaring obat-obatan

dan kuman-kuman yang bisa melewati uri (Indrayani

dan Djami, 2016).

4) Air ketuban

Volume air ketuban pada kehamilan aterm kira-kira 1000-

1500 cc. Kelainan air ketuban diantaranya KPD (belum

ada tanda inpartu), KPSW (sudah adatanda inpartu),

polihidramnion (>2000 ml), oligohidramnion (<500 ml).


65

(Indrayani dan Djami, 2016).

Fungsi air ketuban diantaranya :

(1) Sumber bagi cairan oral sebagai tempat penyimpanan

zat sisa

(2) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari

trauma akibat benturan dengan memperhalus dan

menghilangkan kekuatan benturan.

(3) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan.

(4) Sebagai cadangan cairan dan sumber nutrisi bagi

janin untuk sementara.

(5) Menjaga fetus dari lilitan dengan membran sehingga

memfasilitasi pertumbuhan yang simetris dan fetal

(Indrayani dan Djami, 2016).

c) Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar (power),

terdiri dari his (kontraksi otot uterus) dan tenaga mengejan

(Indrayani dan Djami, 2016).

a. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologis persalinan. Posisi tegak meliputi berdiri, berjalan,

duduk, jongkok, Posisi ini dapat mengurangi insiden dan

penekanan tali pusat (Indrayani dan Djami, 2016).


66

b. Psikologi

Psikologi adalah respon psikologi bu terhadap

persalinan. Faktor ini terdiri dari persiapan fisik maupun

mental melahirkan, nilai dan kepercayaan, soaial budaya,

pengalaman melahirkan sebelumnya, harapan terhadap

persalinan, kesiapan melahirkan, tingkat pendidikan,

dukungan orang yang bermakna dan status emosional

(Indrayani dan Djami, 2016).

5. Mekanisme Persalinan

Gerakan - gerakan kardinal pada persalinan normal meliputi

penurunan, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi putara paksi luar, dan

ekspulasi(Indrayani dan Djami, 2016).

a. Penurunan

Terjadinya penurunan bagian terendah janin

dipengaruhi oleh satu/lebih dari 4 kekuatan yaitu tekanan

cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong,

kontraksi otot-otot uterus, dan ekstensi dan pelurusan badan

janin (Indrayani dan Djami, 2016).

b. Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi

bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih jelas lebih rendah


67

dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi

ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir

(Indrayani dan Djami, 2016).

c. Putaran paksi dalam (rotasi internal)

Putaran paksi dalam adalah gerakan pemutaran kepala

dengan suatu cara yang secara perlahan menggerakkan oksiput

dari posisi asalnya ke anterior menuju simpisis pubis atau

ukuran sering ke posterior menuju lubang sacrum. (Indrayani

dan Djami, 2016).

d. Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar

kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi

pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. (Indrayani

dan Djami, 2016).

e. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di

dibawah simpisis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran

bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan

selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan

lahir. (Indrayani dan Djami, 2016).


68

6. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan

utama penggunaan partograf adalah untuk :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara dini,

setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan

membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan

persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama

persalinan dan kelahiran, serta menggunakan informasi yang

tercatat, sehingga secara dini mengidenfikasi adanya penyulit

persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat

waktu. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan ibu

dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan

tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah terjadinya penyulit yang

dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo 2018.)

World Health Organization (WHO), telah memodifikasi

partograf agar lebih sedehana dan lebih mudah digunakan, fase

laten dihilangkan, dan pencatatan pada partograf dimulai dari fase

aktif ketika pembukaan serviks 4cm. Partograf harus digunakan


69

untuk :

1. Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan

kelahiran bayi, sebagai elemen penting asuhan persalinan.

2. Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik

bidan swasta, rumah sakit, dll).

3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu

selama persalinan dan kelahiraan (Spesialis Obtetri dan

Ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa

kedokteran).

7. Tahap Persalinan

Dalam proses persalinan ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh

ibu, tahapan tersebut dikenal dengan empat kala, yaitu :

1) Kala I (kala pembukaan)

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada

permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga parturien masih dapat berjalan. (Marmi, 2015).

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau

dikenal dengan “his“ yang teratur dan meningkat (baik frekuensi

maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm

(pembukaan lengkap) atau kala pembukaan berlangsung dari mulai


70

adanya pembukaan sampai pembukaan lengkap. Pada permukaan

satu, his yang timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih

kooperatif dan masih dapat berjalan–jalan (Indrayani dan Djami,

2016).

Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a) Fase Laten Persalinan

(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

(2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan

serviks mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari

4 cm.

(3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau

hingga 8 jam. (Indrayani dan Djami, 2016)

b) Fase Aktif Persalinan

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai

jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih).

(2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata–

rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih


71

dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

(4) Pada umumnya, fase aktif berlangsung hampir atau

hingga 6 jam.

Fase aktif dibagi lagi menjadi 3 fase, yaitu :

(1) Fase akselerasi : pembukaan 3 ke 4, dalam waktu 2 jam.

(2) Fase kemajuan maksimal / dilatasi maksimal, pembukaan

berlangsung sangat cepat, yaitu dari pembukaan 4 ke 9,

dalam waktu 2 jam .

(3) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10, dalam waktu 2 jam.

Fase–fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada multigravida

juga demikian, namun fase laten, aktif dan fase deselarasi terjadi

lebih pendek.Dengan perhitungan tersebut maka waktu

pembukaan lengkap dapat diperkirakan dan dipantau dengan

menggunakan lembar partograf. Masalah/ komplikasi yang dapat

muncul pada kala satu adalah : ketuban pecah sebelum waktunya

(pada fase laten), gawat janin, inersia uteri. (Indrayani dan Djami,

2016).
72

Tabel 2.6
Metode perlimaan
PERLIMAAN KETERANGAN
5/5 Kepala diatas PAP mudah digerakan.
4/5 Silit digerakan, bagian terbesar kepala belum
masuk panggul
3/5 Bagian terbesar kepala belum masuk panggul
2/5 Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
1/5 Kepala di dasar panggul
0/5 Di perineum
Sumber :Indrayani, 2016
2) Kala dua (pengeluaran bayi)

Kala dua persalinan di mulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua

disebut juga dengan kala pengeluaran bayi. (Indrayani dan Djami,

2016).

Tanda dan gejala kala dua adalah :

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan pada rektum dan atau


vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva – vagina spinter ani membuka.

e) Meningkat nya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his / kontraksi yang semakin kuat dan

teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati


73

lengkap diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan

keinginan untuk meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua

berlangsung hingga 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.

Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk

ke ruang panggul sehingga menekan otot–otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran,karena adanya

penekanan pada rektum sehingga ibu merasa seperti mau buang air

besar yang ditandai dengan anus membuka. Saat adanya his bagian

terendah janin akan semakin terdorong keluar sehingga kepala mulai

terlihat, vulva membuka dan perineum menonjol.

Pada keadaan ini, ketika ada his kuat, pimpin ibu untuk

meneran hingga lahir seluruh badan bayi. Masalah/ komplikasi yang

dapat muncul pada kala II adalah pre-eklamsia / eklamsia, gawat

janin, kala II memanjang/ persalinan lama, tali pusat menumbung,

partus macet, kelelahan ibu, distosia bahu, inersia uteri, dan lilitan

tali pusat (Indrayani dan Djami, 2016).

3) Kala tiga (perlepasan uri)

Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya

bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Setelah kala dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 - 10


74

menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada

lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda -

tanda pelepasan plasenta (Indrayani dan Djami, 2016)

a) Tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu :

(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus, setelah bayi lahir dan

sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya di bawah

pusat, setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke

bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau

alpukat dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah

ke sisi kanan).

(2) Tali pusat memanjang, tali pusat terlihat menjulur keluar

melalui vulva (tanda ahfeld).

(3) Semburan darah mendadak dan singkat, darah yang

terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

kumpulan plasenta (retroplasenta pooling) dalam ruang

diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta

melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar

dari tepi plasenta yang terlepas.


75

b) Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III ini adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah

darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologis (Indrayani dan Djami, 2016).

Keuntungan Manajemen Aktif Kala III ini, yaitu :

(1) Persalinan Kala III yang singkat.

(2) Mengurangi jumlah kehilangan darah.

(3) Menurunkan kejadian retensio plasenta (Indrayani dan

Djami, 2016).

4) Kala empat (pemantauan)

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala

IV dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum,

yaitu pada 2 jam pertama postpartum. Masalah / komplikasi yang

dapat muncul pada kala IV adalah perdarahan yang mungkin

disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta.

Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan


76

kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. (Indrayani dan

Djami, 2016).

Dilakukan observasi pemantauan setelah 15 menit plasenta lahir :

(1) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

(2) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

(3) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan

yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri (Indrayani dan

Djami, 2016).

Kontaksi uterus selama kala IV tetap kuat dengan amplitudo

sekitar 60 - 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh

interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan

membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan membentuk

trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum.

Kekuatan his dapat diperkuat dengan memberi obat uteronika.

Kontraksi ikutan saat menyusui bayi sering dirasakan oleh ibu

postpartum, karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis

posterior. (Indrayani dan Djami, 2016).

Pengeluaran oksitosin sangat penting yang berfungsi :

(1) Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus

kelenjar mamae, sehingga ASI dapat dikeluarkan.

(2) Oksitosin merangsang kontraksi rahim dan mempercepat

involusi uteri.
77

(3) Kontraksi otot rahim yang disebabkan oksitosin mengurangi

perdarahan postpartum (Indrayani dan Djami, 2016).

Asuhan dan pemantauan kala IV setelah plasenta lahir, yaitu :

(1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat.

(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus

uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.

(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau

episiotomi) perineum.

(5) Evaluasi keadaan umum ibu.

(6) Dokumentasikan semua Asuhan dan temuan selama persalinan

kala IV dibagian belakang partograf segera setelah asuhan

diberikan atau setelah penilaian dilakukan (Indrayani dan

Djami, 2016).

8. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

1) Perubahan fisiologis pada kala I masa persalinan

Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama

persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-

perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat


78

secara tepat dan cepatmengintreprestasikan tanda-tanda gejala

tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah

normal apa tidak persalinan kala 1.

a) Perubahan tekanan darah

Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan

diastolic rata-rata 5-10 mmHg diantara kontraksi-kontraksi

uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk

persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Arti penting

dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang

sesungguhnya, sehingga diperlukan pengukuran diantara

kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan yang sangat takut

atau khawatir, rasa takutnyalah yang menyebabkan kenaikan

tekanan darah. Dalam hal ini perlu diklakukan pemeriksaan

lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu

diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan

ibu rileks dan ibu santai.

Posisi tidur terlentang saat bersalin akan menyebabkan

penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang

akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin

akan terganggu., ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat

asfeksia.
79

b) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabolism karbohidrat aerobic maupun

anerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian

besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka

tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat akan tercermin

dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak

output dan kehilangan cairan.

c) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah

persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi

0,5-1 derajat C. suhu badan yang naik sedikit merupakan hal

yang wajar, namun keadaan ini berlangsung lama, keadaan suhu

ini megindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus

dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum, karena

hal ini merupakan tanda infeksi.

d) Denyut Jantung

Penurunan yang menyolok selama acfme konstraksi uterus tidak

terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi

terlentang. Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih

tinggi disbanding selama periode persalinan atau belum masuk

persalinan. Hal ini mecerminkan kenaikan dalam metabolism


80

yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit

naik merupakan hal yang normal, meskipun normal perlu

dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi.

e) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan krena adanya rasa nyeri,

kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidar

benar.

f) Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh

kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta aliran

plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi

terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urine

selama persalinan. Protein dalam urine (+1) selama persalinan

merupakan hal yang wajar, tetapi protein urine (+2) merupakan

hal yang tidak wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu

primipara, anema, persalinan lama atau pada kasus pre

eklamsia.

g) Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastric serta penyerapan makanan

padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hamper berenti

selama persalinan dan akan menyebabkan konstipasi.


81

h) Perubahan Hematologis

Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan

dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah

sel-sel darah putih meningkat secara progessif selama kala 1

persalinan sebesar 5000 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir

pembukaan lengkap, hal ini tidak berindikasi adanya infeksi.

Gula darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok

pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama.

i) Kontraksi Uterus

Kontaksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot

polos uterus dan penurunan hormon progesterone yang

menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.

j) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segemen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas

dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif, terdeapat

banyak otopt sorong dan memanjang. Sar terbentuk dari fundus

sampai ishimus uteri.

Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang di uterus bagian

bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot yang

tipis dan elastic, pada bagian ini bhanyak terdapat otot yang

melingkar dan memanjang.


82

k) Perkembangan retraksi ring

Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR

dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan tidak akan

kelihatan pada persalinan obnormal, karena kontraksi uterus

yang berlebihan , retraksi ring akan tampak sebagai garis atau

batas yang menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda dan

ancaman rupture uterus.

l) Penarikan serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri

internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks

menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks

menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk

Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai unjung dan bentuknya

menjadi sempit.

m) Pembukaan ostium interna dan ostiun oteri exsterna

Pembukaan serviks disebabkan karena membesarnya OUE

karena otot yang melingkar disekitar ostium merengang untuk

dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena

penarikan SAR akan tetapi karena tekanan isi uterus yaitu

kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari

ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru oustium


83

eksterna membuka pada saat persalinan terjadi. Sedangkan pada

multi gravida ostium uteri internum dan eksternum membuka

secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.

n) Show

Snow adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit

lender yang bercampur darah, lender ini berasal dari ekstruksi

lender yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,

sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.

o) Tonjolan kantong ketuban

Tonjolan kantong ketuban inidisebabkan oleh adanya

renganganSBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion

yang menempel pada uterus, dengan adanya tekanan maka akan

terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol ke ostium

uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore

water dan hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion

agar tidar terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarakahkan ke

cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul

generasi floud presur.

p) Pemecahan kantong ketuban

Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada

tahanan lagi, ditambah dengan konstrakjsi yang kuat serta diesakan


84

janin yang menyebabkn kantong ketuban pecah, diikuti dengan

proses kelahiran bayi.

2) Perubahan Fisiologis pada Kala II Persalinan

a) Kontraksi Uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia

dari sel - sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen

Bawah Rahim (SBR), rengangan dari serviks, rengangan dan

tarikan pada poritenium, itu semua terjadi pada saat kontraksi.

Adapun kontraksi yang bhersifat berkala yang harus diperhatikan

adalah lamanya kontraksi berlangsung 60 - 90 detik, kekuatan

kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan

mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam,

interfal antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali

dalam 2 menit.

b) Perubahan-perubahan Uterus

Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim

(SBR). Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak

lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat

memegang peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya

bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain

SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong

anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang


85

sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan

majunya persalinan (disebabkan karena rengangan), dengan kata

lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.

c) Perubahan pada Serviks

Perubahan serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan

lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak terba lagi bibir portio,

Segmen Bawah Rahim (SBR), dan serviks

d) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi

perubahan, terutama pada dasara panggul yang diregangkan oleh

bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding-

dindingnya tipis karena suatu rengangan dan kepala sampai di

vulva, lubang vulva menghadap ke depaan atsa dan anus, menjadi

terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala

janin tampak pada vulva.

e) Perubahan Fisik Lain yang Mengalami Perubahan

(1) Perubahan Sistem Reproduksi

Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat

kontraksi ini merupakan kopntraksi otot fisiologis yang

menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi

keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen

didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen


86

dan progesterone menurn kira-kira 1-2 minggu sebelum

partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus.

Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan

intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih

lama dan intensitasnya semakin kuat seiring kemajuan

persalinan.

(2) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai

peningkatan sistolik rata-rata 10 - 20 mmHg. Pada waktu -

waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat

sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari

terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama

kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhwatiran

dapat semakin meningkatkan tekanan darah.

(3) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan, metabolism karbohidrat meningkat

dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan

oleh aktifitas otot. Peningkatan aktifitas metabolic terlihat

dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan,

denyut jantung dan cairan yang hilang.


87

(4) Perubahan Suhu

Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan

tertinggi selama dan segra setalah meahirkan. Perubahan

suhu dianggap normal apabila peningkatan suhu yang tidak

lebih dari 0,5 - 1oC yang mencerminkan peningkatan

metabolism selama persalinan.

(5) Perubahan Denyut Nadi

Perubahan yang mecolok selama kontraksi disertai

peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik

puncak sampai frekluensi yang lebih rendah daripada

frekuensi di antara kontraksi dan peningkatan selama fase

penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di anatara

kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus

tidak terjadi jika wanita berada pada posisi mirig bukan

terlentang. Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit

lebih meningkat disbanding selama periode menjelang

persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolism

yang terjadi selama persalinan.

(6) Perubahan Pernafasan

Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan

dan mencerminkan peningkatan metabolism yang terjadi.


88

Hipertensi yang menunjang adalah temuan abnormal dan

dapat menyebabkan alkolasi (rasa kesem, utan pada

eksteremitas dan perasaan pusing).

(7) Perubahan pada Ginjal

Poliurea sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama

persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi

glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi kurang

jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran

urine berkurang selama persalinan.

(8) Perubahan pada Saluran Cerna

Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih

berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan

lebih lanjut oleh sekresi asam lambung selama persalinan,

maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu

pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak

dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan

dilambung tetap seperti biasa. Lambung yang penuh dapat

menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum

selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita tidak

dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum

berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul


89

guna mempertahankan energy dan hidrasi.

(9) Perubahan Hematologi

Hematologi meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada

hari pertama pasca partum jika tidak ada kehilangan darah

yang abnormal.

3) Perubahan fisiologis pada kala III masa persalinan

a) Fisiologi Kala III

Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir

uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat

beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas

dalam 6 menit-15 menit setlah bayi lahir dan keluar spontan

atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta,

disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat

timbul pada kala II adalah perdarahan akibat Antonia uteri,

retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali

pusat.Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan

akibat pengosongan lavum uteri dan kontraksi lanjutan

sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan

pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan


90

mendorong plasenta keluar. Otot uterus (miometerium)

berkontraksi mengikuti penyusuran volume rongga uterus

setlah lahirnya bayi. Penyusuran ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta karna tempat

perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta

tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan

kemudian lepas, plasenta kan turun ke bagian bawah uterus

atau kedalam vagina. Pada kala III, otot uterus (miometrium)

berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus

setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena

tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta kan terlipat, menebal

dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta kan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam

agina. Setelah janin lahir, uterus mengendalikan kontraksi

yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri,

tempat implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas

dari tempat implantasinya.


91

9. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan antara lain :

1) Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan

muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada

ibu primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot

menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya

menghambat proses persalinan. Bidan adalah orang yang

diharapkan ibu sebagai pendamping persalinan yang dapat

diandalkan serta mampu memberikan dukungan, bimbingan dan

pertolongan persalinan. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia

harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan

memantau wanita yang seeding bersalin. Dukungan dapat

diberikan oleh orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga,

teman, perawat, bidan maupun dokter).

Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat

sejak dalam kelas-kelas antenatal. Mereka dapat membuat

laporan tentang kemajuan ibu dan secara terus menerus

memonitor kemajuan persalinan. Bidan harus mampu

memberikan perasaan kehadiran:

a) Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh untuk


92

mendengarkan dan melakukan observasi

b) Membantu kontak fisik mencuci muka pasien , pungung dan

memegang tangan pasien dan lain lain

c) Menempatkan ppasien dalam keadaan yakin (bidan tenang dan

bias menenangkan pasien).

d) Ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan leaser

dan keane ialah:

(1) Asuhan fisik dan psikologis

(2) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

(3) Pengurangan rasa sakit

(4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya.

Hasil penelitian (RCT) telah memperlihatkan efektifnya

dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan

kelahiran. Dalen Cochrane Database, suatu kajian ulang sistematik

dari 14 percobaan yang melibatkan 5000 wamita memperhatikan

bahawa kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

selama kehamilan dan persalinan akan menghasilkan:

(1) Kelahiran dengan tindakan (forceps, vacuum maupun seksio

sesaria menjadi berkurang.

(2) APGAR Score <7 lebih sedikit hasil kelahiran bertambah baik.

(3) Bersifat sayang ibu


93

(4) Lamanya persalinan semakin lebih pendek.

(5) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman

melahirkan mereka.

Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus menerus

dalam bentuk dukungan mempunyai keuntungan-keuntungan,

seperti :

(1) Sederhana

(2) Efektif

(3) Biayaya murah

(4) Resiko rendah

2) Kebutuhan Makanan dan Cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persallinan aktif.

Oleh karena makan padat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada

makannan cair, sehingga proses pencernaan lebih lambatselama

persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga merangsang

terjadinya mual/muntah yang dapat mengakibatkan terjadi aspirasi ke

dalam paru- paru, untuk mencegah dehindrasi, pasien dapat diberikan

banyak minum segar (jus buah,sup) selama proses persalinan , namun

bila mual muntah dapat diberikan cairan IV (RL)

3) Kebutuhan Eliminasi

Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama

proses persalinan, bila pasien tidak dapat berkemih sendiri dapat


94

dilakukan kateterisasi pleh karna kandung kencing yang penuh akan

menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu juga dapat

meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikendalikan pasien

karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus. Bila pasien

mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan

adanya tanda dan gejala masuk pada kala II, bila diperlukan sesuai

indikasi dapat dilakukan lavement.

4) Posisioning dan Akifitas

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang

normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk

membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan

tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu

dalam persalinanya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk

mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya,

menyarankan alternatif- alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak

efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya.

Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayanani sebagai

pendamping ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang

yang mendukung ibu tersebut. Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak

perlu terelntang terus menerus dalam masa persalinannya. Jika ibu

sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan bisa

mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan


95

atau merubah setting tempat yang sudah ditentukan (seperti misalanya

menyarankan agar ibu berdiri atau berjalan-jalan). Bidan harus

memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukan ekspresi

yang terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang

menyenangkan serta pujian lainnya.

Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam

persalinan, atau membantu keluarga dalam memberikan dukungan

persalinan, bidan tersebut harus melakukan semuanya itu dengan cara

yang bersifat saying ibu meliputi:

a) Aman, sesuai evidence based, dan memberi sumbangan

keselamatan pada jiwa ibu

b) Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta

merasa didukung dan didengarkan

c) Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama,

dan ibu/keluarga sebagai pengambil keputusan

d) Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai

teknologi canggih

e) Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat

dipahami ibu

Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah

Menurut Saifuddin (2016), dalam melakukan pertolongan persalinan


96

yang bersih dan aman sesuai standar APN maka dirumuskan 60

langkah APN sebagai berikut

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua.

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan/atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan spingter anal membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan.

3) Meggunakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir

dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi

yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan


97

meletakkan kembali di partus set/wadah didinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kassa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang.

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Medekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

10) Memastikan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.


98

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

MenyiapkanIbu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pemimpin

Meneran

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi nyaman

sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan teman-temuan.

b) Menjelaskan pada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

medukungdan memberikan semangat kepada ibu saat ibu

mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai


99

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya.

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan ibu asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada

puncak kontraksi dan beristirahat diantara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.


100

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih diipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan- lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi:


101

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya

di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahir Bahu

22) Setelah kepala lahir ,Melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan

ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya kearah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior

muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik kearat atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu

posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior

(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior


102

bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih renda dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia lakukan tindakan resusitasi.

26) Segera membungkus badan dan kepala bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin

secara intramuskuler.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan pengurutan pada tali pusat mulai dari klem ke

arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

(kearah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan


103

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Juka bayi mengalami kesulian bernafas. Ambil

tindakanyangsesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memelukbayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

32) Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit secara intramuskuler di gluteus atau 1/3 atas

paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasi terlebih

dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat


104

dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan menekan uterus kearah atas dan belang (dorso

kranial) dengan hati- hati untuk membantu mencegah terjadinya

inversiouteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi

berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seseorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan

putting susu.

Mengeluarkan Plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat memanjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit:

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit secara


105

intramuskuler.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika

perlu.

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introtus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tanagn. Memegang

plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu


106

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Jika uterus tidak

berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik

mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan


baik.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikat tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati pertama.

46) Melepaskan klem dan meletakkanya ke dalam larutan klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian


kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.


107

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uerus dan perdarahan

pervaginam:

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atinia uteri..

e) Jika ditemukan laserasi yang melakukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik

yang sesuai.

50) Mengajarkan ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus

dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua

jam pertama pascapersalinan.

Kebersihan dan Keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas


108

peralatan setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu

memakaikan pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantukan ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan

ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

Pemantauan Kala IV

Menurut Pusdiklatnakes (2016), yang harus dilakukan dalam

pemantauan kala IV sebagai berikut:


109

a. Kontraksi rahim

Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir

dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.

Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi

kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal

adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Namun

sebaliknya, apabila tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit

setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri.

b. Perdarahan

Evaluasi perdarahan : ada/tidak, banyak/biasa

c. Kandung kencing

Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk

kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih

yang penuh mendorong uterus ke atas dan menghalangi uterus

berkontraksi sepenuhnya.

d. Luka Jahitan
Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak.

Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina.

Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum

terbagi atas :

1) Derajat I : Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior dan

kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan


110

penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan.

2) Derajat II : Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit

perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan

penjahitan dengan teknik jelujur.

3) Derajat III : Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit

perineum, otot perineum dan otot spingter ani external

4) Derajat IV : Derajat III ditambah dinding rectum anterio

D. KONSEP BAYI BARU LAHIR

1.Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir sampai usia 12 bulan

dan perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24

bulan (Maryunani, 2016).

Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir sampai usia kehamilan

4 minggu sampai dengan usia kehamilan 38 minggu dan bayi yang

baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Bayi Baru Lahir

Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu –

42 minggu dan berat badan lahir antara 2500-4000 gram.

2. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

1. Termoregulasi

a) Pengantar

(a) Bayi belum lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,


111

sehingga akan cepat mengalami stress dikrenakan

adanya perubahan lingkungan

(b) Suhu dingin mengakibatkan air ketuban menguap lewat

kulit, sehingga mendinginkan darah bayi

(c) Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tubuh tanpa

mekanisme mengigil merupakan usaha pertama seorang

bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas

tubuhnya

b) Cara mempertahankan suhu tubuh bayi normal untuk

mencegah kehilangan panas

(a) Uraian

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnyasecara

memadai dan dapat dengan cepat kedinginn jika

kehiangan panas tidak segera dicegah. Untukmencegah

kehilangan panas, mak sebagai petugas harus mengetahui

mekanisme kehilangan panas

Dalam hal ini, bayi baru lahir memiliki kecendrungan

menjadi cepat stress karena perubahan lingkungan dan

bayi harus beradptasi dengan suhu lingkungan yang

cenderung dingin diluar.

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya


112

panas dari bayi baru lahir kelingkungannya, yang

diuraikan di bawah ini. Empat mekanisme kehilangan

panas tubuh pada bayi baru lahir adalah senagai berikut :

(b) Evaporasi

Evaporasi adalah cara kehilangan panas kareana

menguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah

bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.

Evaporasi, panas yang hilang melalui peruses penguapan

kepada kecepatan dan kelembaban udara. Contohnya:

bayi baru lahir yang tidak dikeringkan dari cairan

ammonium. Pencegahan kehilangan panas: segera

mengeringkan badan bayi dari cairan amnion

(c) Konduksi

Konduksi adalah kehilanagan panas melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan pemukaan yang

dingin. Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke

benda disekitarnnya yang kontak langsung dengan tubuh

bayi. Contoh: Bayi diletakkan di atas meja,

timbangan atau tempat tidur. Pencegahan kehilangan

panas: menempatkan bayi pada tempat yang hangat dan

jangan menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa

bayi
113

(d) Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat

bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.

Konveksi, panas hilang dari tumbuh bayi ke udara di

sekitarnya yang sedang bergerak. Contohnya:

membiarkan bayi terlentang di ruang yang relatif dingin,

adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat

bersalin. Pencegahan kehilangan panas: menyelimuti bayi.

(e) Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat

bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai

temperature tubuh lebih rendah dari temperature tubuh

bayi. Radiasi, panas dipancarkan dari tubuh bayi, keluar

tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin.Contohnya:

bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi

ditempatkan dekat jendela yang terbuka. Faktor

predisposisi pada bayi yang dapat menyebabkan bayi

kehilangaan panas :

1) Permukaan kulit bayi baru lahir yang memfaslitasi

hilangnya panas ke lingkungan

2) Lambatnya perlindungan panas tubuh karena tipisnya


114

lapisan lemak subkutan

3) Ekanisme untuk menghasilkan panas tidak seperti

pada anak remaja yang dapat mmproduksi panas

dengan cara menggigil

4) Pada bayi, memproduksi panas melalui nonshivering

thermogenesis. (memproduksi panas tanpa

menggigil)

5) Non-shivering thermogenesis dihasilkan dengan

rangsangan sel pernapasan karena meningkatnya

konsumsi oksigen (Maryani, 2014).

a) Sistem Pernafasan

Sistem respirasi / pernafasan adalah sistem paling tertantang

ketika perubahan dari lingkungan intra uteri ke lingkungan

ekstra uteri. Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah

bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus,

janin mendapatkan oksigen dari permukaan gas melalui

plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui

paru-paru (Indrayani, 2016).

Rangsangan gerakan pernafasan pertama :

1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu memalui jalan lahir

(stimulasi mekanik).
115

2. Penurunan Pa O2 dan Kenaikan PaCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi

kimiawi).

3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus (simulasi sensorik).

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan

tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik

nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara

tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan

diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam

tarikan belum teratur (Indrayani, 2016).

b) Sistem Pencernaan

Berikut ini beberapa perubahan yang terjadi pada system pencernaan

mulai dari saat janin, saat lahir dan masa bayi baru lahir, antara lain

1. Pada saat janin: pada saat janin masih dalam kandungan

melakukan kegiatan menghisap dan menekan pada usia

kehamilan aterm.

2. Pada saat prsalinan: pada saat persalinan reflex gumoh dan

batuk baru terbentuk.

3. Pada saat bayi :


116

(1) Reflek mengisap dan menelan ASI sudah dapat dilakukan

bayi saat bayi diberikan kepada ibunya untuk menyusu.

(2) Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan

metabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi

terbatas pada fungsi- fungsi tertentu.

(6) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-

paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi

melalui tubuh guna mengantarakan oksigen ke jaringan

untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir

terjadi dua perubahan besar:

a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b) Penutupan duktus arterious antara arteri paru-paru dan


aorta

(7) Perubahan siklus ini terjadi akaibat perubahan tekanan

pada seluruh sistem pembuluh tubuh

(8) Oksigenisasi menyebabkan sistem pembuluh mengubah

tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan

resistensinya sehingga mengubah aliran darah

(9) Dua peristiwa yang mengubah tekaann dalam sistem

pembuluh darah adalah :

a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh


117

sistematik meningkat dan tekanan antrium kanan

menurun

b) Karna berkurangnya aliran darah ke atrium kanan

c) Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan

atrium tersebut

d) Kedua kejadian ini membantu darah dengan

kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru

untuk menjalani proses oksigenasi ulang

e) Pernapasan pertma menurunkan resitensi pembuluh

darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium

kanan

f) Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan

relaksasi dan sedikit terbukanya sistem pembuluh

darah paru-paru

g) Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan

peningkatan volume darah dan tekanan pada atriu

kanan

h) Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan

penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale

secara fungsional akan menutup

10) Perubahan yang terjadi dalam jantung dan sirkulasi darah bayi
118

baru lahir :

a) Dalam beberapa saat, perubahan yang luar biasa terjadi

dalam jantung dan sirkulasi darah bayi baru lahir

b) Walaupun perubahan ini tidak selesai secara anatomis

dalam beberapa minggu, penutupan fungsional foramen

ovale dan duktus arterious terjadi setelah bayi baru lahir

c) Sangat penting bagi bidan, perawat maternitas dan perawat

janin ke sirkulasi bayi baru lahir secara keseluruhan saling

berhubngan dengan fungsi pernapasan dan oksigen yang

edekuat.

11) Volume darah bayi baru lahir :

a) Volume darah bayi baru lahir tergantung dari

perpindahan daerah plasenta

b) Volume darah sekitar 80-85/kg BB

c) Segera setelah lahir, total volume darah sekitar 300 ml

(Maryunani, 2015).

12) Metabolisme glukosa

a) Sistem ginjal

BBL cukup bulan memiliki beberapa deficit structural

dan fungsional pada system ginjal. Banyak dari kejadian


119

deficit tersebut akan membaik pada bulan pertama

kehidupan dan merupakan satu – satunya masalah untuk

bayi baru lahir yang sakit atau mengalami stress.

Keterbatasan fungsi ginjal menjadi konsekuensi khusus

jika bayi baru lahir memerlukan cairan intravena atau obat

– obatan yang meningkatkan kemungkinan kelebihan

cairan.

BBL mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam

pertama kehidupan, yaitu hanya 30-60 ml. Normalnya

dalam urine tidak terdapat protein atau darah, debris sel

yang banyak dapat mengindikasikan adanya cedera atau

iritasi dalam system ginjal. Bidan harus ingat bahwa

massa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik

seringkali adalah ginjal dan dapat mencerminkan adanya

tumor, pembesaran atau penyimpangan didalam ginjal

(Elisabeth, 2016)

3. Asuhan Bayi Baru Lahir 2 Jam Pertama

Menurut Ilmiah (2015), adalah asuhan ynag diberikan pada

bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian

besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan

sedikit bantuan/ ganguan. Oleh karena itu penting diperhatikan


120

dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering

dan kontak hangat, kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera

mungkin.

a. Penilaian Awal pada bayi segera setelah lahir (APGAR)

Menurut Walyani (2015), kata APGAR skor diambil dari nama

belakang penemunya yaitu dr. Virginia Apgar, seorang dokter

spesialis anak sekaligus ahli anastesi. Skor ini dipublikasikan pada

tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang dokter anak bernama dr. Josep

Butterfield membuat akronim dari kata APGAR yaitu Appearance

(warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (respons refleks),

activity (tonus otot) dan respiration (pernapasan). Evaluasi ini

digunakan mulai 5 menit sampai dengan 10 menit. Hasil pengamatan

dituliskan dalam skala skor 0-2 seperti tabel berikut ini, yaitu:

Tabel 2.7
Penialian Skor APGAR
TANDA 0 1 2
Appearance (warna Badan merah, Seluruh tubuh
Pucat
kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
Pulse
Tidak <100 >100
(frekuensi
denyut ada
jantung)
Grimace (reaksi Sedikit gerakan
Tidak Menangis
terhadap mimik
ada batuk/bersin
rangsangan)
Ekstremitas sedikit/
Activity (tonus Lump Gerakan aktif
fleksi
otot) uh
Respiratory Tidak Lemah, tidak Menangis kuat
ada teratur
Sumber: Mochtar (2013)
121

Penilaian APGAR skor pada 5 menit pertama dilakukan saat

kala III persalinan dengan menempatkan BBL di atas perut ibu dan

ditutupi dengan selimut atau handuk kering. Selanjutnya, hasil

pengamatan BBL dijumlahkan untuk menentukan penatalaksanaan

BBL dengan tepat, hasil penilaian 5 menit pertama merupakan

patokan dalam penentuan penanganan segera setelah lahir.

Penanganan BBL Berdasarkan APGAR skor:

1) Skor 0-3 (asfiksia berat) dilakukan penatalaksaan tempatkan

di tempat hangat dengan lampu sebagai sumber penghangat,

pemberian oksigen, resusitasi, stimulasi, dan rujuk.

2) Skor 4-6 (asfiksia sedang-ringan) dilakukakan

penatalaksanaan dengan menempatkan bayi dalam tempat

yang hangat, pemberian oksigen, dan stimulasi taktil.

3) Skor 7-10 (normal) dilakukan penatalaksanaan bayi normal.

b. Pemotongan Tali Pusat

Menurut Ilmiah (2015), Tali pusat dipotong sebelum atau

sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak

mempengaruhi bayi, kecuali bayi yang kurang bulan. Apabila bayi

lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk

memudahkan melakukan tindakan resusitasi bayi. Tali Pusat

dipotong 3cm dari dinding perut bayi dengan dibuat ikatan baru.
122

Luka tali pusat dibalut kassa steril. Pembalutan tersebut diganti

setiap tali basah/ kotor

1) Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat

telah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya

perdarahan.

2) Alat pengikat tali pusat ata klem harus selalu siap tersedia

diambulans, di kamar bersalin, ruang bayi, dan ruang

perawatan bayi.

3) Gunting steril juga siap.

4) Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan tali pusat

Insiasi Menyusui Dini

1) Pengertian

Menurut Marmi (2015), Inisiasi menyusu dini (IMD) bukan

program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif

menemukan sendiri puting susu ibu.

2) Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Adapun langkah-langkah inisiasi menyusu dini (IMD) adalah

sebagai berikut :

a) Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakan

bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi

ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk


123

menyusu, IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa

boleh ditunda dengan kegiatan menimbang dan mengukur

bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan

kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin

antara bayi dan ibu.

b) Caranya adalah setelah bayi diletakan, dia akan

menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, maka

kemungkinan saat pertama kali diletakan di dada ibu, bayi

belum bereaksi. Kemudian bau yang dicium dari

tangannya, ini membantu dia menemukan puting susu ibu.

Dia akan merangkak naik dengan menggunakan kakinya

pada perut ibu. Bayi akan menjilati kulit ibunya yang

mengandung bakteri baik sehingga kekebalan tubuh bayi

dapat bertambah. Ingat, bahwa dalam IMD, anda tidak

boleh memberikan bantuan apapun pada bayi tapi biarkan

bayi menyusu dengan sendiri. Biasanya, bayi dapat

menemukan puting susu ibu dalam waktu 1 jam pertama.

3) Keuntungan IMD Bagi Ibu dan Bayi

IMD merupakan program yang mempunyai keuntungan yang

besar untuk bayi dan ibu

a.Keuntungan IMD bagi Ibu

(1) Merangsang produksi oksitosin yang berfungsi untuk


124

menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko

perdarahan pasca persalinan, merangsang

pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi

ASI, adanya keuntungan dan hubungan mutualistik

ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi

kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari

berbagai prosedur pasca persalinan lainnya.

(2) Merangsang produksi prolaktin yang berfungsi untuk

meningkatkan produksi ASI, membantu ibu

mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang

nyaman, memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi

selesai menyusu dan menunda ovulasi.

(3) Keuntungan Bagi Bayi

(a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal.

Mendapat kolostrum segera, disesuaikan

dengan kebutuhan bayi.

(b) Segera memberikan kekebalan pasif pada

bayi. Kolostrum adalah imunisasi alami pertama

bagi bayi.

(c) Meningkatkan kecerdasan.


125

4. Tanda-tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin (2016), ada beberapa tanda yang harus

diwaspadai yakni:

1. Pernapasan; sulit atau lebih dari 60 kali per menit

2. Kehangatan; terlalu panas (>380C atau terlalu dingin


<360C)

3. Warna; kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru

atau pucat, memar.

4. Pemberian makan; hisapan lemah, mengantuk

berlebihan, banyak muntah.

5. Tali pusat; merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,


berdarah.

6. Infeksi; suhu meningkat, merah, bengkak, keluar


cairan (nanah)..

7. Bau busuk, pernapasan sulit.

8. Tinja/kemih; tidak berkemih dalam 24 jam, tinja

lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada

tinja.

9. Aktivitas; menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat

mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk,

lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang,

menangis terus menerus.


126

5. Perawatan pada Bayi Baru Lahir:

a. Pencegahan Infeksi pada Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR (2012), BBL sangat rentan terhadap infeksi

yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme

selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah

lahir. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah

melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:persiapan diri,

persiapan alat, persiapan tempat.

b. Memotong dan Mengikat Tali Pusat

Menurut Kemenkes (2010), klem, potong dan ikat tali pusat dua

menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan

sebelum tali pusat dipotong.Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat

dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat)

bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian

dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada

saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2

dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu. Pegang tali

pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan

tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali

pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting

DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
127

satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya Lepaskan klem

logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin

0,5%. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi

Menyusu Dini.

c. Pencegahan Pendarahan

Pencegahan Pendarahan dilakukan karena sistem pembekuan

darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan

berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi

mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat

badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat

berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

ataupun perdarahan intrakranial.

Menurut JNPKR (2012), semua BBL harus diberi vitamin K1

(Phytomenodione) injeksi 1 mg intramuskular setelah proses IMD

dan bayi selesai menyusu untuk mencegah pendarahan BBL akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

d. Pencegahan Infeksi pada Mata

Menurut Kemenkes (2010), Salep atau tetes mata untuk pencegahan

infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai

menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata


128

dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.

e. Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah

pemberian Vitamin K1 secara intramuskular (Imunisasi Hepatitis B

bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,

terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi

baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya

pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain).

Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi

harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin. Penderita Hepatitis B

ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B

didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko

penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada

waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko

menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa

risiko menjadi carrier 5-10%.

Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7

hari karena:

1) Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.

2) Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir

dari sibu pembawa virus.

3) Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi


129

Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi

sirosis hati dan kanker hati primer

4) Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar

75% bayi dari penularan Hepatitis B.

f. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Menurut Kemenkes RI (2016) hari pertama kelahiran bayi

sangat penting. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui

sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar

kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga

jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap

tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

1. Waktu Pemeriksaan BBL yaitu : setelah lahir saat bayi stabil

(sebelum 6 jam), pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1),

pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2), pada usia 8-28 hari

(kunjungan neonatal 3).

2. Langkah-langkah Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat

seluruh hasil pemeriksaan. Lakukan rujukan sesuai pedoman

MTBS.

g. Anamnesis

Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan

pada ibu :
130

(1) Keluhan tentang bayinya

(2) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC,

demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C,

siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat).

(3) Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir (langsung

menangis /tidak) dan tindakan yang diberikan pada bayi jika

ada.

(4) Warna air ketuban

(5) Riwayat bayi buang air kecil dan besar

(6) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

h. Prinsip Pemeriksaan Fisik adalah :

(1) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang

(tidak menangis).

(2) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai

pernapasan dan tarikan dinding dada kedalam, denyut jantung

serta perut.

i. Pemulangan Bayi Baru Lahir Normal

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan

minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak

dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi

dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan


131

tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah

petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2

jam setelah lahir. Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk

memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus memberikan

konseling tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta

memberi tahu jadwal kunjungan neonatus 1,2 dan 3 (Kemenkes RI,

2010).

j. Imunisasi BCG (Bacille-Calmete-Guerin)

1. Deskripsi : Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang

mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan

(Bacillus Calmette Guerin), strain paris.

2. Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap


tuberkulosis.

3. Cara pemberian dan dosis : Dosis pemberian: 0,05 ml,

sebanyak 1 kali. Disuntikkan secara intrakutan di daerah

lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan

menggunakan ADS 0,05 ml.

4. Efek samping : 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah

bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin

membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–5 bulan,

kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan

jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.


132

5. Penanganan efek samping : Apabila ulkus mengeluarkan

cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik. Apabila

cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar

anjurkan orangtua membawa bayi ke dokter.

E. KONSEP NIFAS

1. Pengertian nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

Nifas (peurperium) berasal dari bahasa latin peurperium berasal dari

dua suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti bayi dan parous

berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bawah peurperium

merupakan masa setelah melahirkan. Peurperium atau nifas juga dapat

diartikan sebagai masa postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan

dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya

disertai pulihnya kembali organ- organ yang berkaitan dengan

kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya yang berkaitan saat melahirkan. Batasan waktu nifas yang

paling singkat (minimum) tidak ada batasan waktunya, bahkan dalam

waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan

maksimumnya adalah 40 hari. Di masyarakat Indonesia, masa nifas

merupakan periode waktu sejak selesainya proses persalinan sampai


133

40 hari setelah itu. (Yusari Asih,SST.,M.Kes 2016)

2. Perubahan fisiologi masa nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus maka dimulai lah masa nifas. Rongga uterus telah

kosong, maka uterus secara keseluruhan berkontraksi kearah

bawah dan dinding uterus kembali menyatu satu sama lain,

dan ukuran uterus secara bertahap kembali seperti sebelum

hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

(a) Iskenia myometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi

dan retraksi uterus yang terus menerus setelah

pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi

relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

(b) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone

estrogen saat pelepasan plasenta.

(c) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik

akanmemendekkan jaringan otot yang telah mengendur


134

hingga panjangnya 10 kali sebelum hamil dan lebarnya

5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama

kehamilan hal ini disebabkan karena penurunan hormon

estrogen dan progesteron.

(d) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembulih darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah keuterus.

Proses ini membantu untuk mengurangi perdarahan.

b) Lochea

Pengeluaran lochea dimaknai sebagai peluruhan jaringan

desidua yang menyebabkan keluarnya secret vagina dalam

jumlah bervariasi. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir)

meskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-

beda pada setiap wanita. Pengeluaran lochea dapat dibagi

menjadi :

(1) Lochea Rubra

Timbul pada hari ke 1-2 post partum, berisi darah segar

bercampur sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa

mekanium, sisa selaput ketuban dan sisa darah


135

(2) Lochea Sanguinolenta

Timbul pada hari ke 3-7 post partum, berupa sisa darah

bercampur lendir

(3) Lochea serosa

Merupakan cairan berwarna agak kuning berisi leukosit

dan robekan laserasi plasenta, timbul setelah 1 minggu

post partum

(4) Lochea Alba

Timbul setelah 2 minggu post partum dan hanya

merupakan cairan putih

c) Genetalia Eksternal, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami

penekanan dan peregangan. Beberapa setelah hari persalinan,

kedua organ tetap dalam keadaan kendur. Rugae dalam vagina

secara berangsur- angsur mulai tampak pada minggu ketiga.

Himen muncul kembali sebagai jaringan sikatriks (scar) atau

penonjolan kulit dan setelah mengalami sikatrisasi berubah

menjadi karunkula mirtiformis yang khas bagi wanita

multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar

dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat


136

perineum mengalami robekan jalan lahir dapat terjadi secara

spontan atau dilakukan efisiotomi atas indikasi tertentu.

Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan

bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir lebih cepat, sudut

arkuspubis lebih kecil dari biasa, kepala janin melewati pintu

panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada

sirkumferinsial suboksipito brakmatika. Apabila ada laserasi

jalan lahir atau luka bekas episiotomy lakukan penjahitan dan

perawatan dengan baik.

2) Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal diantara tingginya kadar progesteron yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol

darah dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca

melahirkan, kadar progesteron mulai menurun. Namun faal usus

memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal

yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara

lain. Sebagai berikut :

a) Nafsu makan

Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan dapat

memengaruhi nafsu makan ibu. Sebagian ibu tidak

merasakan lapar sampai rasa lelah itu hilang. Ada juga yang
137

merasakan lapar segera setelah persalinan. Secara berahap

berikan makanan yang sifatnya ringan karena alat

pencernaan juga perlu waktu untuk memulihkan keadaanya.

b) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot raktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Pada

persalinan bedah Caesar kelebihan analgesik dan anestesi

bisa memperlambat pengambilan tonus dan motilitas

keadaan normal.

c) Pengosongan usus

Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal masa nifas, diare, sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,

hemoroid, ataupun laserasi jalan lahir. System pencernaan

pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

3) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2-8 minggu. Hal

tersebut dipengaruhi oleh keadaan atau status sebelum persalinan,

lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan kepala yang

menekan pada saat persalinan. Kandung kemih pada masa nifas

sangat kurang sensitive dan kapasitas nya bertambah, sehingga

kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih


138

tertinggal urine residual (Normal ±15 cc). Sisa urine dan trauma

pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya

infeksi.

4) Perubahan sistem musculoskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah. Pembuluh-pembuluh

darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit

proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang

merenggang pada waktu persalinan, secara beransur-ansur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh

kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum

menjadi kendur. Tidak jarang pula wanita mengeluh

“kandunganya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia,

jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendur. Stabilitas

secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

5) Perubahan tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah suatu proses pengukuran

tanda- tanda fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh tenaga medis

untuk mendeteksi adanya perubahan system tubuh. Pada masa

nifas perubahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

a) Suhu tubuh
139

Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami

sedikit peningkatan suhu tubuh (38°C) sebagai respons tubuh

terhadap proses persalinan, terutama dehidrasi akibat

pengeluaran darah dan cairan saat persalinan. Peningkatan

suhu ini umumnya terjadi hanya sesat.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/m. pada saat

proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan.

Denyut nadi yang melebihi 100x/m, harus waspada

kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

c) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistolik berkisaran 110-140

mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih

renda dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya

pendarah pada proses persalinan bila tekanan darah mengalami

peningkatan lebih dari 30 mmHg pada sistolik atau lebih dari

15 mmHg pada diastolik itu perlu dicurigai timbulnya

hipertensi atau preeklamsia post partum.

d) Pernapasan

Pada ibu post partum pada umumnya pernafasan menjadi

lambat atau kembali normal seperti saat sebelum hamil pada


140

bulan keenam setelah persalinan. Hal ini karena ibu dalam

kondisi pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila nadi,

suhu tidak normal, pernapasan akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. Bila

pada masa nifas pernafasan menjadi lebih cepat, kemungkinan

ada tanda-tanda syok.

6) Perubahan sistem kardiovaskular

Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali esterogen

menyebabkan dieuresis yang terjadi secara cepat sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran

ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Setelah

persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba volume darah ibu

relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban

pada jantung akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien

dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan tumbuhnya hemokonsentrasi sehingga volume

darah kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada

3-5 hari post partum.

7) Perubahan sistem hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan


141

plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari

pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun tetapi darah lebih mengental dengan meningkatnya

viskosista sehingga meningkat factor pembekuan darah. Leukosit

adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000

selama persalinan itu. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama

beberapa hari pertama masa post partum.

8) Perubahan system endokrin

(a) Hormon plasenta

Hormon plasenta HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetapkan

sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan

sebagai konsep pemenuhan mamae pada hari ke 3 post

partum.

(b) Hormon pituitary

Menurunya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitari

bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini

berperan dalam pembesaran payudara dan merangsang

produksi asi.

(c) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa


142

hamil. Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap

meningkat sampai minggu ke enam setelah melahirkan.

Kadar prolaktin serimum dipengaruhi oleh kekerapan

menyusui, lama tiap kali menyusui, dan banyak makanan

tambahan yang diberikan. Untuk ibu yang menyusui dan

tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ibu

mendapatkan menstruasi kembali

(d) Hormon estrogen dan progesteron

Setelah persalinan kadar estrogen menurun 100%

dalam kurun waktu sekitar 3 jam. Progesterone turun pada

hari ke tiga postpartum kemudian digantikan dengan

peningkatan hormone prolaktin dan prostaglandin yang

berfungsi sebagai pembentukan ASI dan meningktkan

kontraksi uterus sehingga mencegah terjadinya perdarahan.

(Hj.Risneni,S.SiT.,M.Kes 2016).

3. Kebutuhan pada masa nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Pada 2 jam setelah melahirkan jika tidak ada kemungkinan

komplikasi yang memerlukan anestesi, ibu dapat diberikan

makan dan minum jika ia lapar dan haus. Konsumsi makanan

dengan menu seimbang, begizi dan mengandung cukup kalori


143

membantu memulihkan tubuh dan mempertahankan tubuh dan

infeksi, mempercepat pengeluaran ASI serta mencegah

konstipasi. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan

tidak berlebihan, selain itu ibu memerlukan tambahan kalori 500

kalori tiap hari. Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu, ibu

memerlukan asupan kalori 85 kalori. Pada saat minggu pertama

dari 6 bulan menyusui (ASI ekslusif) jumlah susu yang harus

dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap harinya. Dan mulai

minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600

ml, jadi tambahan jumlah kalori yang harus di konsumsi oleh ibu

adalah

510 kalori. Pil juga harus di minum untuk menambah zat gizi

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. Yaitu yang

mengadung unsur-unsur, seperti sumber tenaga pengatur dan

pelindung.

2. Sumber tenaga (energi)

Sumber tenaga diperlukan untuk membentuk jaringan baru serta

penghematan protein (jika sumber tenaga kurang protein

digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi).

3. Sumber pembangun

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel

yang rusak dan mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi
144

asam amino sebelum diserap dalam darah.

4. Sumber pengatur dan pelindungan

Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi kelancaran

metabolisme di dalam tubuh dari serangan penyakit dan mengatur

kelancaran metabolisme di dalam tubuh.

5. Kebutuhan Ambulasi

Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu

dua jam setelah persalinan normal. Pada ibu dengan partus

normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post

partum, sedangkan pada ibu dengan pastus section secarea

ambulasi dini dilakukan paling tidak 12 jam post partum setelah

ibu sebelumnya beristirahat (tidur).

6. Kebutuhan Eliminasi

• Buang air kecil (BAK)

Pengeluran urine akan meningkat pada 24-28 jam pertama

sampai hari ke-5 post partum karena volume darah ekstra

yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah

pesalinan.

• Buang air besar (BAB)

Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena

ketakutan akan rasa sakit. Takut jahitan terbuka, atau karena

haemorrhoid.
145

7. Kebutuhan istirahat

Istirahat membantu mempercepat proses involusi uterus dari

mengurangi perdarahan, memperbayak jumlah pengeluran ASI

dan mengurangi penyebab terjadinya depresi.

a) Ajurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan

b) Sarankan ibu untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi jumlah ASI yang

diproduksi, dan memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.

4. Tahapan masa nifas

Menurut Walyani (2015), nifas dibagi dalam tiga periode , yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

kembali dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna

berminggu- minggu, berbulan-bulan atau tahunan.


146

Keadaan-keadaan yang dirasakan ibu bersalin :

1) Rasa kram atau kejang dibagian bawah perut akibat kontraksi atau

penciutan rahim (involusi) Intensitas kontraksi uterus meningkat

secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai

respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar.

Kontraksi rahim ini penting untuk mengembalikan rahim keukuran

semula, seperti sebelum hamil dan juga untuk menjepit pembuluh

darah yang terbuka diarea tempat plaseta lepas. Jika kontraksi

rahim lemah (kurang), pembuluh darah tersebut akan tetap terbuka

sehingga terjadi perdarahan berlebihan. Luka bekas perlekatan

plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

Beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan

mengubah posisi tubuhnya menjadi telungkup dengan meletakan

bantal atau gulungan selimut di bawah abdomen. Kompresi uterus

yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram. Kejang atau

kram semakin ketara saat apabila ibu menyusui bayinya karna

tubuh melepaskan hormone oksitosin yang merangsang kontraksi.

Menyusui bermanfaat dalam proses kembalinya rahim dalam

ukuran semula. Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar

hipofisis fosterior untuk memperkuat dan mengatur kongraksi

uterus, mengompres pembuluh darah, dan membantu proses


147

hemostatis.

2) Payudara membesar karena pembentukan ASI

Payudara akan semakin keras dan nyeri apabila tidak diisap

bayi.fase itu adalah saat-saat bagi bidan untuk mendorong ibu

bersalin untuk belajar menyusui bayi dengan benar karena pada

umumnya ibu yang baru pertama kali mengalami masa persalinan

masih belum tau bagaimana cara menyusui dengan benar sehingga

akan menyebabkan beberapa masalah yang berhubungan dengan

payudara. Ibu terkadang juga akan mengeluh putingnya terasa

perih saat awal-awal mulai menyusui. Hal tersebut disebabkan

karena ibu belum terbiasa menyusui bayi. Padahal menyusui bayi

akan menjadi suatu putting lunak,sehingga nantinya akan menjadi

suatu bentuk kenyaman bagi ibu ketika menyusui.

3) Kesulitan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)

(1) Ibu bersalin akan sulit, nyeri dan panas saat buang ir kecil

kurang lebih selama 1-2 hari. Penyebabnya, trauma kandung

kemih dan nyeri serta pembengkakan(odema) pada perineum

yang emngakibatkan kejang pada saluran kencing.

(2) Kesulitan BAB disebabkan oleh trauma usus bawah akibat

persalinan sehinggah untuk sementara usus tidak berfungsi

dengan baik.
148

4) Ganguan otot

Gangguan otot terjadi pada area betis, dada, perut,panggul,dan

bokong. Biasanya dapat dipicu oleh persalinan yang lama. Ibu

dapat istirahat dengan cukup setelah bersalin agar segera pulih dan

dapat menjalankan kewajiban untuk menyusui bayi dengan segera.

Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

a) Persalinan normal

Melalui persalainan normal rasa nyeri, Tidak enak atau kebal

didaerah perineum dan bertamabah nyeri apabila bersin atau

batuk. Nyeri tersebut disebabakan oleh troma perineum setelah

dilewati bayi bila dilakukan episiotomy dan dijahit akan

bertamapah lagi rasa nyeri. Teknik pengurangan rasa nyeri

perineum pada nifas, dapat dilakukan sebagai berikut :

(1) Kompres kantong es bermaanfaat untuk mengurangi

pembengkaan dan membuat perineum nyaman pada periode

setelah melahirkan. Es harus selalu dikompreskan pada

leserasi data tiga atau empat, dan jika ada edema perineum.

Menggunakan kompres dingin selama 30 menit dapat

memeksimaalkan hasil yang dicapai

(2) Anestesi topical sesuai kebutuhan, contoh dari anestesi ini

adalah spraydarmoplay, salep nerpecaine dan salep


149

nulpakaine. Jika menggunakan salap, ibu harus diajarkan

cuci tanagn sebelum mengoleskanya. Salep ini dioleskan

selama beberapa hari postpartum selama perdiode

penyembuhan akut baik karena jahitan atau tidak ada

hemeloit.

(3) Rendam duduk dua sampai tiga kali sehari dengan

menggukan air dingin. Nyeri postpartum hilang dengan

menggunakan rendam dengan air dingin.selain itu, dapat

mengurangi respron pada ujung sarap dan juga vase

kontroksi local yang mengurangi pembengkakan dan spesme

otot modesifikasi dari pindahkan ini adalah dengan

mengalirkan air hangat diatas perineum.

(4) Kompres witch hazel dapat mengurangi edama dan

merupakan analgesik kompres ini dibuat dengan cambur

witch hazel diatas beberapa kasi dengan ukurn 4x4 dalam

mangkok atau baskom kecil, pras kasa hingga tidak menetes,

tetapi tetap basah, lipat sekali diatas perineum.

(5) Cincin karet, penggunannya, mendapat keritik karena

kemungkinan menganggu sirkumendasi. Namun penggunaan

yang benar dapat pemulihan yang aman jika terjadi

penekanan akibat posisi diarea perineum, cincin karet

sebaiknya digembungkan secukupnya untuk menghilangkan


150

tekanan tersebut. Ukurannye harus besar dengan diposisikan

yang benar, sehingga tidak ada titik tekanan diarea panggul.

(6) Latihan kegel bertujuan menghilangakn ketidaknyaman dan

nyeri ketika duduk atau hendak berbaring dan bangun

ditempat tidur latihan ini akan meningkatakan sirkumendasi

perineum, sehingga meningkatkan penyembuhan, Latihan ini

juga dapat mengembalikan tonos panggul. Tindakan ini

merupakan salah satu tindakan bermaanfat dan sering kali di

mannfaatkan dengan darmatis dalam merpsilitasi kemudan

dan pergerakan dan membuat wanita nyaman. Pada wanita

yang mendapat episiotomy, latihan kegel ini dapat memberi

efek berlawanan, sehingga dapat menyebabkan nyeri.

(7) Kontisipasi masalah biasanya dapat dikurangi dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan tambahan asupan

cairan. Menggunakan latasip pada wanita yang mengalami

leserasi derajat tiga atau empat dapat membantu mencegah

wanita mengejan.

(8) Haemoroid disebabkan adanya penekanan uterus terhadap

pena didalam anus dan rektom. Selama kehamilan dan pada

saat proses persalinan. Pada ibu yang sudah mengalami

haemoroid sebelum kehamilan, penekanan tersebut akan

memperparah keadaan haemoroid. Asuhan yang doberikan


151

untuk mengurangi rasa nyeri, seperti langkah2 berikut ini:

a) Memasukan kembali hemeroet yang keluar kedalam


rektom

b) Rendam duduk dengan air hangat atau dingin sedalam

10 sampai 15cm Selma 30 menit, 2 sampai 3 kali sehari.

c) Meletakkan kantong es pada daerah anus

d) Berbaring miring

e) Minum lebih banyak dan makan dengan diet tinggi serat

f) Kalau perlu memberikan obat suppositoria (Sutanto,


2018).

5. Tanda Bahaya Nifas

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda-tanda bahaya

pada ibu nifas adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan lewat jalan lahir.

b. Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir.

c. Demam lebih dari 2 hari.

d. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit.

e. Ibu terlihat sedih dan murung, serta menangis.

6. Kunjungan Masa Nifas

1. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan

Tujuan : Memeriksa tanda bahaya yang harus dideteksi secara

dini, yaitu : atonia uteri ( uterus tidak berkontraksi dengan baik


152

), robekan jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah : perineum,

dinding vagina, adanya sisa plasenta, seperti selaput kotiledon,

ibu mengalami bendungan/hambatan pada payudara, retensi

urine ( air seni tidak dapat keluar dengan lancer atau tidak

keluar sama sekali). Agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu

dilakukan beberapa upaya, antara lain :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri ; berikan asi awal ; lakukan hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir ( lakukan Bounding

Attacment )

2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan


Tujuan :

a. Mengenaki tanda bahaya seperti : Mastitis (Radang pada

Payudara), Abses Payudara (Payudara mengeluarkan

nanah), Metritis, Peritonitis

b. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau yang abnormal dari


153

lochea

c. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal

d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat

e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

memperhatikan tanda-tanda penyakit

f. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari- hari

3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan

Tujuan : Sama dengan kunjungan nifas kedua ( 6 hari setelah

persalinan )

4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan, Tujuan :

a. Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Asih :


2016)

7. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

Menurut Reva Rubin dalam Rukiyah (2014), fase aktivitas penting

sebelum seseorang menjadi ibu adalah sebagai berikut:

a Taking On

Fase ini disebut meniru, wanita tidak hanya meniru tetapi


154

sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap

sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan dengan masa lalu

dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan

untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan

meninggalkan perannya pada masa lalu.

b Taking In

Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tetuju pada

tubuhnya. Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena

selera makan ibu biasanya bertambah, kurangnya nafsu makan

menandakan tidak berlangsung normal.

c Taking Hold

Periode ini berlangsung pada hari 2-4 postpartum, ibu menjadi

orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya.

Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir

melakukan hal-hal tersebut. Ibu cenderung menerima nasihat

bidan.

d Letting Go

Periode ini biasanya terjadi setiap ibu pulang kerumah, pada ibu

yang bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu

dan perhatian yang diberikan oleh keluarganya dan depresi


155

postpartum terjadi pada periode ini.

8. Tujuan Asuhan Pada Masa Nifas

Semua kegiatan yang dilakukan,baik dalam bidang kebidanan

maupun dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut

terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas

diperlukan karena pada periode nifas merupakan masa kritis baik bagi

ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu yang

terjadi setelah persalinan dan 50% kematian nifas terjadi pada 24 jam

pertama. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah :

1. Memulihkan kesehatan klien

a. Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan

b. Mengatasi anemia

c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi

d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot

(Senam Nifas) untuk memperlancar peredaran darah

2. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis

3. Mencegah infeksi dan komplikasi

4. Memperlancar pembentukan dan pemberian air susu ibu atau Asi

5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri

sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik,

sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan


156

perkembangan yang optimal.

6. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan

pemahaman serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

serta perawatan bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui

KIE.

7. Memberikan pelayanan keluarga berencana

Tatalaksana/ prosedur asuhan ibu nifas

meliputi :

1. Periksa 6-8 jam setelah persalinan ( sebelum pulang )

2. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

3. Pemantauan keadaan umum ibu

4. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (

Bounding Attacment)

5. Asi Eksklusif

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan hipotermi (Asih : 2016)


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Laporan Tugas Akhir (LTA)

Laporan Tugas Akhir (LTA) ditulis berdasarkan laporan kasus asuhan

kebidanan berkesinambungan (continuty of care) pada ibu hamil, bersalin

dan nifas ini dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian studi

penelaahan kasus dengan cara meneliti suatu permasalahan yang

berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi,

kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun

tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan. (Notoadmodjo,

Soekidjo 2017:141).

B. Subjek Studi Kasus

Ny”S” di PMB Semiyati Kabupaten Muara Enim tahun 2022.

C. Waktu Pengkajian

Waktu dilakukan dari Februari – Mei tahun 2022

D. Tempat Pengkajian

Tempat pengkajian telah dilakukan di Praktik Mandiri Bidan Semiyati

Kabupaten Muara Enim Tahun 2022.

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan.

157
158

1. Data primer

Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei, observasi,

eksperimen, kuesioner, wawancara pribadi dan media lain yang

digunakan untuk memperoleh data lapangan, dan pada saat pendataan

melakukan tindakan, yaitu:

a. Wawancara

b. Pemeriksaan, Observasi

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

Untuk melengkapi data yang ada hubungannya dengan masalah

yang ditemukan maka mengambil data dengan studi dokumentasi yaitu

mendapatkan kata dari dokumen atau catatan medik.

F. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari catatan di PMB Semiyati

Muara Enim Tahun 2021, diantaranya buku registrasi, buku KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak)/ kunjungan ibu, dan buku- buku terkait dengan

kebidanan dan internet.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan

studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil.
159

H. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah:

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan dan

observasi

1. Alat : Tensimeter, stetoskop, moskop, timbangan berat badan,

thermometer, jam, tempat sampah, monoskop, pita lila ,medlin, reflek

hammer, senter, timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan,jangka

panggul, partus set, perlengkapan bayi dan perlengkapan ibu

2. Bahan habis pakai : Handscoon, masker, gel, cairan (Benedik, Asam

asetat, Hcl), detergen, klorin., alcohol swab, lanset, spuit, oxytocin, vit

k, salep mata, hb0 underpad, cairan infus, infus set, kateter, urine bag,

perban, kassa. Bahan dokumentasi : catatan medik atau status pasien,

buku KIA.
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 10-02-2022

Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

Oleh : Selly Agustriani

Tempat Pengkajian : PMB Semiyati Kabupaten Muara Enim

A. DATA SUBJEKTIF

BIODATA

Nama Ibu : Ny. S Nama suami : Tn. A

Usia : 34 Tahun Usia : 36 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Sumatera/Indonesia Suku:Sumatera/Indonesia

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMK

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian

Alamat : Tanah Abang, Muara Enim

a. Alasan Datang

Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengaku

hamil 7 bulan anak ke-tiga, ibu mengeluh sering BAK pada malam hari,

tidak pernah keguguran dan gerakan janin masih dirasakan.

b. Data Kebidanan

1) Riwayat Menstruasi

160
161

Menarche : 14 Tahun Warna : Merah segar

Siklus : 28 Hari Jumlah : Sedang

Lamanya : 7 Hari Dismenorhea : diawal

menstruasi

2) Riwayat Perkawinan

Status Pernikahan : Menikah

Usia kawin : 24Tahun

Lamanya : 10 tahun

3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Tabel 4.1
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Anak
N Tahu UK JP Penolo Tempat Penyulit Nifas Jk/PB/ Ket.
o n ng Bersalin BB

1 2012 Cukup Nor Bidan PMB Tidak Baik P/49/ Hidup


bulan mal Piska ada 3200
Mariati Gr

2 2018 Cukup Nor Bidan PMB Tidak Baik P/48/ Hidup


bulan mal Semiyat ada 2900
i Gr

3 INI

4) Riwayat Kehamilan Sekarang

GPA : G3P2A0
162

HPHT : 13-07-2021

TP : 20-4-2022

Usia Kehamilan : 31 minggu 3 hari

5. Kunjungan ANC

TM I : 1x di PMB Semiyati

TM II : 1x di PMBSemiyati

TM III : 1x di PMB Semiyati

6. Obat yang dikonsumsi

Tablet Fe : 50 tablet Fe (vitalex) telah habis diminum

secara teratur di pagi hari.

7. Imunisasi TT : Status Imunisasi TT lengkap

TT 1 : Saat imunisasi caten dilakukan pada tahun 2012 di

Puskesmas

TT 2 : dilakukan pada tahun 2012 1 bulan setelah imunisasi caten

TT 3 : dilakukan 6 bulan setelah TT 2 pada tahun 2013 di

Puskesmas

TT 4 : dilakukan 1 tahun setelah TT 3 pada tahun 2014 di

Puskesmas

TT 5 : dilakukan 1 tahun setelah TT 4 pada tahun 2015 di

Puskesmas

8. Keluhan

TM I : mual, pusing
163

TM II : tidak ada

TM III : sering BAK di malam hari

5) Riwayat KB

a. Pernah mendengar tentang KB : pernah

b. Pernah menjadi akseptor KB : pernah

c. Jenis kontrasepsi yang digunakan : KB Pil

d. Lamanya menjadi akseptor : 3 tahun

e. Alasan berhenti menjadi akseptor : ingin mempunyai anak

lagi

f. Masalah/keluhan : Tidak ada

c. Data Kesehatan

a) Penyakit yang Pernah diderita

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular

seperti TBC, hepatitis dan tidak ada penyakit menurun seperti DM,

asma, hipertensi.

b) Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan tidak ada penyakit

menurun seperti DM, asma dan hipertensi.

c) Riwayat Operasi yang pernah dijalani: tidak ada

d. Riwayat kehamilan dan persalinan kembar

Ibu mengatakan tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan kembar


164

e. Data Kebiasaan Sehari-hari

1. Pola Nutrisi

a. Pola makan

1) Pagi : Sepiring nasi putih/nasi goreng/nasi uduk +

sepotong telur/ tahu/ tempe

2) Siang : Sepiring nasi putih + sepotong lauk (ayam/ ikan/

telur/ tahu/ tempe) +semangkuk sayu (sop/ sawi/

kangkung/ katu/ bayam/ capcai)

3) Malam : Sepiring nasi putih + sepotong lauk (ayam/

ikan/telur/ tahu/ tempe)+ semangkuk sayur (sop/ sawi/

kangkung/ katu/ bayam/ capcai)

b. Pola minum

1) Air Putih : ± 8 gelas/hari (250 cc/gelas)

2) Susu : ± 1 gelas/hari (250 cc/gelas)

2. Pola eliminasi

BAK BAB

Frekuensi :± 8-10x/hari Frekuensi : 1x/hari

-siang : 4 kali

-malam : 6 kali

Warna : Kuning jernih Warna : Kecokelatan

Konsistensi : cair Konsistensi : Lembek

Penyulit : Tidak ada Penyulit : Tidak ada


165

3. Pola istirahat dan tidur

a) Malam : ± 7 jam

b) Siang : ± 2 jam

4. Personal hygiene

a) Mandi : 2x/hari, pagi dan sore

b) Gosok gigi : 2x/hari, pagi dan sore

c) Ganti pakaian dalam : 2x/hari, sehabis mandi & saat

CD lembab

f. Data psikososial

Harapan terhadap kehamilan : Normal

Rencana untuk melahirkan : di bidan

Pengambil keputusan dalam keluarga: Musyawarah

Persiapan yang dilakukan : Ibu mengatakan telah menabung

untuk biaya persalinan sejak usia kehamilan 1 bulan, serta telah

menyiapkan pakaian ibu dan bayi, pendonor darah berjumlah dua orang

(kakak dan sepupu), transportasi, suami sebagai pendamping saat

persalinan, siap menjadi ibu, keluarga yang menjaga anak dirumah,

Jaminan kesehatan berupa BPJS.

Rencana menyusui : ASI Eksklusif

Rencana merawat bayi : Merawat sendiri


166

B.DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Respirasi : 20 x/m

Nadi : 78 x/m

Suhu : 36,5oC

Tinggi badan : 157 cm

BB sebelum hamil : 56 kg

BB sekarang : 65 kg

Pertambahan BB : 9 kg

IMT : 65/ (1,57)2 = 65 / 3,14 = 20,70 kg (Normal)

LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan Kebidanan

1) Inspeksi

Muka : tidak pucat, tidak oedema

Mata : simetris,konjungtiva merah muda, sklera putih

Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, tidak ada


167

caries gigi

Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan

tiroid

Payudara : simetris, puting susu menonjol, tidak ada

massa,kolostrum belum keluar

Abdomen : terdapat linea nigra, terdapat striaegravidarum,

tidak ada bekas luka operasi

Genetalia eksterna : tidak ada keputihan, tidak ada varises dan

oedema

Anus : Tidak ada haemmoroid.

Ekstremitas

Atas : simetris, ujung jari tidak pucat, tidak oedema,

tidak ada varises.

Bawah : simetris, ujung jari tidak pucat, tidak

oedema,tidak ada varises.

2) Palpasi

TFU 3 jari atas pusat (Mc Donald = 27 cm), pada fundus teraba

bokong, punggung kiri, presentasi kepala, kepala belum masuk

PAP.

Taksiran Berat Janin (TBJ) = (27-11) x155 = 2.325 gram.

3) Auskultasi DJJ

Frekuensi : 146 x/menit


168

Sifat : kuat dan teratur

Punctum maksimum : sebelah kiri

4) Perkusi

Refleks patella

Kanan : (+) positif

Kiri : (+) positif

3. Pemeriksaan penunjang

Hemoglobin : 11 gr%

C. ANALISIS

Diagnosis : G3P2A0 hamil 31 minggu 3 hari , janin tunggal

hidup, presentasi kepala.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan normal, usia

kehamilan ibu sekarang 7 bulan 3 minggu 3 hari dan janin dalam keadaan

baik, denyut jantung janin normal, posisi janin dalam kandungan baik,

bagian terbawah janin kepala.

(Ibu mengetahui bahwa keadaan ibu dan bayinya baik).

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan sering BAK dimalam hari yang

diarasakan adalah perubahan fisiologi ibu hamil karena usia kehamilan

yang semakin bertambah tua dan pertumbuhan janin yang semakin besar
169

dan bagian kepala bayi menekan kandung kemih sehingga produksi urine

yang di tampung tidak bisa sebanyak saat tidak hamil oleh karena itu ibu

sering BAK. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengurangi minum di

malam hari tetapi perbanyak minum di siang hari sehingga saat malam ibu

bisa tidur dengan nyenyak tanpa khawatir harus bolak-balik kamar mandi.

(Ibu mengetahui penyebab dari sering BAK dan mengetahui cara

mengatasinya).

3. Ibu diberi tablet fe sebanyak 15 tablet dengan dosis 1x1 tablet/hari

diminum pada pagi hari sesudah makan, tidak boleh dibarengi dengan teh

ataupun kopi.

( Ibu mengerti dan mau melakukannya)

4. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III yakni sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak

pada muka dan tangan, gerakan janin tidak terasa atau kurang dari 10 kali

dalam 24 jam dan pengeluaran darah dari alat kelamin. Jika terdapat salah

satu tanda tersebut segeralah untuk memeriksakan diri ke tempat pelayanan

kesehatan.

(Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III)

5. Memberitahu ibu untuk mempersiapkan perlengkapan, baik untuk

keperluan ibu dan bayi, pendonor darah berjumlah dua orang (kakak dan

sepupu), transportasi mobil, suami sebagai pendamping saat persalinan,

keluarga yang menjaga anak dirumah, Jaminan kesehatan berupa BPJS.


170

(Ibu mengerti dan mau mempersiapkan persiapan persalinan)

6. Menganjurkan ibu untuk tidak memakai pakaian yang ketat karena akan

adanya tekanan yang menghambat sirkulasi darah ibu dan pertumbuhan

janin juga dapat terhambat.

(Ibu mengerti dan mau melakukannya)

7. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu

lagi (24-02-2022) atau apabila ibu ada keluhan segeralah untuk datang ke

tempat pelayanan kesehatan.

(Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang sesusai dengan jadwal yang

telah ditentukan).
171

A. CATATAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN

TABEL 4.2

N Hari/ Diagnosa Catatan Perkembangan (SOAP)


o
Tangga Paraf
l
1. Kamis G3P2A0 hamil 33 S :
minggu 3 hari,
24/02
presentasi kepala, A. Alasan datang/keluhan utama
/2022 janin tunggal ibu datang ingin melakukan
hidup kunjungan ulang, ibu mengaku
hamil 8 bulan anak ke-3 dengan
keluhan sering BAK pada malam
hari dan gerakan janin masih
dirasakan.
B. Data Kebiasaan Sehari – hari
1. Pola Nutrisi
a. Makan
Pagi : sepiring nasi putih/nasi
goreng/nasi uduk + sepotong
tahu/tempe/telur
Siang : sepiring nasi + sepotong
lauk (ayam/ikan/telur/tempe)+
semangkuk sayur
(sawi/kangkung/katu/bayam/capc
ai)
Malam : sepiring nasi + sepotong
lauk (ayam/ikan/telur/tempe) +
semangkuk sayur
(sup/sawi/kangkung/katu/bayam/c
apcai)
b. Minum
Air putih : ± 8 gelas/hari,
(250 cc/gelas)
Susu : 1 gelas/hari
(250 cc)
172

2. Pola istirahat
Malam : ± 7 jam
Siang : ± 2 jam

3. Pola Personal Hygiene


Mandi :2 x/hari, pagi dan sore
Gosok gigi:2 x/hari,pagi dan sore
Ganti pakaian dalam :2 x/hari,
sehabis
mandi
4. Pola eliminasi
a. BAK
Frekuensi : ± 10-12x /hari
Warna : kuning Jernih
Keluhan : Tidak ada
b. BAB
Frekuensi : 1 x/hari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning
Kecokelatan
Keluhan : tidak ada
O:
1. Pemeriksaan Umum
KU :Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/m,
N : 80x/m
T : 36,70C
BB : 66 kg
2. Inspeksi
➢ Kepala : bersih, rambut tidak
rontok, penyebaran merata
➢ Tidak pucat, tidak ada odema,
tidak ada closmagravidarum
➢ Mata : konjungtiva merah muda,
sclera putih
➢ Hidung : bersih, tidak ada polip
➢ Mulut : bibir tidak pucat, tidak
173

ada sariawan, tidak ada karies


pada gigi
➢ Leher : tidak ada pembesaran
vena juguralis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid
➢ Payudara : putting susu
menonjol, colostrum (+), tidak
ada massa
➢ Abdomen : tidak ada bekas luka
operasi
➢ Genitalia : tidak dilakukan
pemeriksaan ( tidak ada
keluhan)
➢ Ekstrimita
Atas : simetris, ujung jari tidak
pucat, tidak ada odema
Bawah : simetris, ujung jari
tidak pucat, tidak ada odema

3. Palpasi
TFU pertengahan pusat dan fx (Mc
Donald :30 cm), pada fundus teraba
bokong, punggung kiri, presentasi
kepala, kepala belum masuk PAP.
TBJ = (30-11) x155 = 2.945 gram.
4. Auskultasi
DJJ
Frekuensi : 147 x/m
Sifat : kuat dan teratur
Lokasi : sebelah kiri
5. Perkusi
Reflex patella : ka+/ki +

6. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11 gr%
174

A:
G3P2A0 ,33 Minggu 3 Hari
,janin tunggal hidup, presentasi
kepala
P:
1. Memberitahu ibu bahwa
pemeriksaan dalm keadaan
normal, usia kehamilan ibu
sekarang 8 bulan 1 minggu 3
hari, janin dalam keadaan baik ,
denyut jantung janin normal,
posisi janin dalam kandungan
baik, gerakan janin aktif, bagian
terbawah janin kepala.
(ibu mengetahui hasil
pemeriksaan)
2. Menjelaskan kepada ibu
bahwa keluhan sering BAK
dimalam hari yang diarasakan
adalah perubahan fisiologi ibu
hamil karena usia kehamilan
yang semakin bertambah tua dan
pertumbuhan janin yang semakin
besar dan bagian kepala bayi
menekan kandung kemih
sehingga produksi urine yang di
tampung tidak bisa sebanyak
saat tidak hamil oleh karena itu
175

ibu sering BAK. Hal tersebut


dapat diatasi dengan mengurangi
minum di malam hari tetapi
perbayak minum di siang hari
sehingga saat malam ibu bisa
tidur dengan nyenyak tanpa
khawatir harus bolak-balik
kamar mandi.
(Ibu mengetahui penyebab dari
sering BAK dan mengetahui cara
mengatasinya).
3. Ibu diberi tablet fe sebanyak
15 tablet dengan dosis 1x1
tablet/hari diminum pada pagi
hari sesudah makan, tidak boleh
dibarengi dengan teh ataupun
kopi.
(Ibu mengerti dan mau
melakukannya)
4.Menjelaskan kepada ibu
mengenai tanda-tanda bahaya
kehamilan trimester III seperti
perdarahan pervaginam, sakit
kepala yang hebat,
penglihatan kabur, bengkak di
wajah dan jari- jari tangan,
keluar cairan pervaginam (air
ketuban), gerakan janin tidak
176

terasa, dan nyeri perut yang


hebat.
(ibu dapat menjelaskan
kembali tanda bahaya
kehamilan).
5.Memberitahu ibu untuk
mempersiapkanperlengkapan
baik untuk keperluan ibu dan
bayi, pendonor darah
berjumlah dua orang (kakak
dan sepupu), transportasi
mobil, suami sebagai
pendamping saat persalinan,
keluarga yang menjaga anak
dirumah, Jaminan kesehatan
berupa BPJS.
6. Menjelaskan kepada ibu
untuk kunjungan ulang 2
minggu lagi pada tanggal 10-
03-2022 atau apabila ada
keluhan untuk datang kefasilitas
kesehatan.
(Ibu bersedia melakukan
kunjungan ulang sesauai
dengan jadwal yang telah di
tetapkan).
177

B. CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN


Tabel 4.3
Tanggal/ Diagnosa Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
Jam

22 - 04- G3P2A0 38 S:
2022 minggu 3 Ibu mengatakan sakit perut
hari,kala I fase menjalar ke pinggang semakin
10.30 sering dan lama sejak pukul
aktif, Janin
WIB 01.00 WIB.
Tunggal Hidup,
Presentasi kepala.
1) Pola Nutrisi

Makan Terakhir Pukul : 07.30


WIB

Jenis : Sepiring nasi, semangkuk


sayur bayam, sepotong ayam

Terakhir Minum Pukul : 10.00


WIB

Air Putih : 1 gelas (250 cc)

2) Pola Eliminasi

BAK Terakhir Pukul : 09.45


WIB

Warna : Kuning Jernih

Keluhan : Tidak Ada

BAB Terakhir Pukul : 20.30


WIB

Warna : Kuning Kecoklatan


Frekuensi : 1x/hari

Konsistensi : Lembek
178

Keluhan : Tidak Ada

O:

1. Pemeriksaan umum:
KU: baik
Kesadaran: Composmentis
His: 4 x 10 menit 37 detik
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 87 x/m
RR : 23x/m
T : 36,6 °C
DJJ

Frekuensi : 144 x/menit

Sifat : Kuat dan teratur

Pemeriksaan dalam:
Portio lunak, pembukaan 8,
pendataran 80% cm, ketuban
utuh, presentasi kepala,
penurunan Hodge III,
penunjuk UUK kiri depan.

A:
G3P2A0 38 minggu 3 hari kala I
fase aktif, janin tunggal hidup,
presentasi kepala

P:

1. Menjelaskan pada ibu hasil


pemeriksaan yang telah
179

dilakukan yaitu keadaan


umum ibu baik, pembukaan 8
cm dan janin dalam keadaan
baik.

2. Mengajarkan ibu teknik


relaksasi untuk mengurangi
rasa sakit pada saat kontraksi
yaitu dengan cara menarik
nafas dari hidung dan
keluarkan dari mulut
( ibu mengerti dan akan
mengikuti teknik relaksasi)

3. Menjelaskan pada ibu untuk


minum air putih atau air yang
manis seperti teh atau susu
dan makan-makanan seperti
roti untuk menambah tenaga
saat proses persalinan (Ibu
minum air putih 1 gelas susu
dan makan sepotong roti).

4. Memantau kondisi ibu,


kemajuan persalinan dan
kesejahteraan janin
berdasarkan prtograf
(Partograf terlampir).

5. Menyiapkan APD, partus set,


heacting set, serta
mendekatkan pada tempat
persalinan (APD, partus set
dan heacting set sudah
disiapkan serta didekatkan)

22-04- G3P2A0 38
S :Ibu mengatakan rasa mules yang
2022 Minggu 38 semakin sering dan lama disertai
minggu 3 hari rasa ingin BAB dan meneran serta
/12.30 Kala II
WIB ada tekanan pada anus
180

O:

1. Inspeksi
a) Muka: tidak oedema, tidak
pucat,terlihat ingin meneran

b) Mulut : bibir tidak pucat

c) Genetalia: keluar lendir


bercampur darah,
d) Inspeksi : terdapat tekanan
pada anus, perineum
menonjol, vulva dan sfingter
ani membuka.

2. Palpasi
HIS : 5 x 10’ 46”

3. Auskultasi
DJJ : 146 x / menit, sifat kuat
dan teratur

Periksa Dalam :
4. Portio : lunak
5. Pembukaan: 10 cm
6. Pendataran: 100%
7. Ketuban: berwarna Jernih
(pecah spontan)
8. Presentasi: Kepala
9. Penurunan : Hodge III+
10. Penunjuk: UUK kiri depan

A : Kala II

P:
1. Melihat adanya tanda-tanda
persalinan kala II (dorongan
meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva dan
181

sfingter ani membuka).


2. Memastikan perlengkapan bahan
dan obat-obatan untuk menolong
persalinan. Mematahkan ampul
oksitosin10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.

3. cuci tangan dengan sabun dan air


bersih mengalir, Memakai alat
pelindung diri (tutup kepala,
masker, celemek, sepatu boots).

4. Memasukkan oksitosin 10 unit


ke dalam spuit dan meletakkannya
kembali didalam partus set tanpa
mengontaminasi spuit.

5. Melakukan vulva hygiene.

6. Melakukan pemeriksaan dalam


untuk memastikan bahwa
pembukaan lengkap.

7. Melepaskan sarung tangan, lalu


cuci tangan kembali.

8. Memeriksa DJJ setelah kontraksi


berakhir untuk memastikan bahwa
DJJ normal.

(DJJ: 146x/m, sifat kuat dan


teratur)

9. Memberitahu ibu bahwa


pembukaan lengkap dan ibu boleh
mengedan apabila terasa mules,
dankeadaan janin baik.
(Ibu mengerti dan mau
melaksanakannya).
182

10. Mengatur posisi sesuai dengan


keinginan ibu dan menganjurkan
suami/keluarga ibu untuk
membantu mengatur posisi
senyaman mungkin.

(Ibu memilih posisi setengah


duduk)

11. Memimpin ibu untuk meneran:


ibu boleh mengedan pada waktu
timbul his, seperti orang BAB keras
meneran dibawah, kepala melihat
ke fundus, tangan merangkul kedua
pahanya, jangan bersuara saat
meneran sampai his hilang.

12. Menganjurkan ibu untuk


bernafas yang baik selama
persalinan. Saat his hilang anjurkan
ibu untuk menarik nafas dalam dari
hidung dan keluarkan melalui
mulut (ibu mengerti dan akan
melaksanakannya)

13. Menjelaskan pada ibu untuk


istirahat diantara kontraksi.

14. Memberi ibu support dan


menganjurkan keluarga untuk terus
mendukung ibu supaya ibu dapat
melalui masa persalinan dengan
tenang.

15. Melindungi perineum dengan


kain bersih saat kepala bayi tampak
5-6 cm di depan vulva dan tangan
yang lain menahan kepala bayi
183

tetap defleksi sampai kepala lahir.


Periksa kemungkinan adanya lilitan
tali pusat.

16. Memegang kepala bayi secara


biparietaldan lahirkan bahu depan
dan belakang, kemudian melakukan
sanggah susur untuk melahirkan
seluruh badan bayi dan melakukan
penilaian awal bayi baru lahir.

(Bayi lahir normal pukul. 12.45


WIB, menangis kuat, tonus otot
baik, kulit kemerahan, jenis
kelamin laki-laki).

17. Mengeringkan bayi serta


melakukan rangsangan taktil.

18. Melakukan penjepitan tali pusat


dengan menggunakan 2 klem,
potong tali pusat diantara 2 klem
dan ikat tali pusat (tali pusat telah
dipotong).

19. Melakukan Inisiasi Menyusui


Dini (IMD) dengan cara
meletakkan bayi di atas dada ibu
skin to skin (kontak kulit ke kulit),
pastikan bayi dalam kondisi hangat
(selimuti bayi dengan kain kering),
dan biarkan bayi mencari puting
susu ibu dan melakukan IMD
selama 1 jam.
Memeriksa apakah ada bayi kedua
(Bayi kedua tidak ada)
184

22 - 04- P3A0 KALA III S :ibu senang karena bayinya telah


2022 lahir, ibu merasa lelah dan perutnya
terasa mules.
/12.45 O:
WIB
a) KU : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tekanan darah : 120/70
mmHg
d) Suhu : 36.80C
e) Nadi : 84 x/m
f) Pernapasan : 23 x/m
g) Genetalia : Terliha tanda-
tanda pelepasan tali pusat
h) Inspeksi : Semburan darah
secara tiba- tiba, tali pusat
memanjang,uterus
membundar
i) Palpasi: TFU sepusat,
kontraksi baik, kandung
kemih tidak penuh.

A:
P3A0 Kala III

P:

1. Memberitahu ibu bahwa


akan dilakukan penyuntikan
oksitosin 10 IU 1/3 paha
atas bagian luar secara IM
(Oksitosin telah
disuntikkan), melakukan
penegangan tali pusat
terkendali, Melahirkan
plasenta, melakukan
massase uterus.(Plasenta
lahir lengkap pukul 12.55
WIB),
2. Memeriksa kelengkapan
185

plasenta dan memasukkan


plasenta ke wadah plasenta
(plasenta lengkap)

S:
22 - 04- P3A0 KALA IV Ibu mengatakan bahagia dengan
2022 kelahiran bayinya dan perut ibu
masih terasa mules.
12.55
O:

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Vital sign

TD : 120 / 80 mmHg

P : 87 x / menit

Temp : 36,4oC

RR : 20 x / menit

- Palpasi
TFU 2 jari bawah pusat,
kontraksi uterus baik,
konsistensi keras kandung
kemih tidak penuh

A:
P3A0 Kala IV

P:
1. Memeriksa apakah ada
robekan (ada rupture
perineum derajat II (kulit
perineum dan otot
186

perineum)
2. Melakukan inform consent
untuk segera dilakukan
penjahitan luka perineum
(ibu menyetujui dilakukan
penjahitan)
3. Memberitahu ibu bahwa ibu
akan disuntik obat untuk
menghilangkan rasa sakit
pada proses penjahitan
4. Menyuntikkan lidocain
(lidocain telah disuntikkan)
5. Melakukan penjahitanpada
luka perineum (penjahitan
jelujur)
6. Membersihkan ibu
menggunakan air bersih dan
mendokumentasikan tempat
bersalin ibu
7. Mengganti pakaian ibu
dengan pakaian bersih
8. Memastikan uterus
berkontraksi dengan baik
dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
(uterus berontraksi dengan
baik).
9. Membiarkan bayi tetap
187

melakukan kontak kulit di


dada ibu paling sedikit satu
jam
10. Mengajarkan kepada ibu
dan keluarga teknik massase
uterus yaitu dengan
mengusap perut dengan
gerakan memutar searah
jarum jam sampai perut
teraba keras.
11. Memeriksa keadaan umum,
TTV, kandung kemih,
perdarahan, kontraksi
selama 2 jam postpartum
yaitu satu jam pertama
setiap 15 menit dan satu jam
kedua setiap 30 menit.
12. Memastikan ibu merasa
nyaman, membantu ibu
memberikan ASI dan
memberitahu keluarga
untuk memberi ibu minum
dan makanan yang
diinginkannya (Ibu merasa
nyaman).
13. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air
mengalir (Tindakan tersebut
188

terlaksana dengan baik).


14. Memakai sarung tangan
(sarung tangan sudah
dipakai)
15. Memeriksa kembali bayi
untuk memastikan bayi
bernafas dengan baik serta
suhu tubuh normal (Hasil
pemeriksaan normal)
16. Melakukan penimbangan,
pengukuran memberi salep
mata antibiotik profilaksis
dan vitamin K1 0,5 cc IM di
paha kiri antero-lateral
setelah satu jam kemudian
(bayi telah mendapatkan
perawatan BBL)
17. Melepaskan sarung tangan
lalu mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air
mengalir (tindakan
dilakukan dengan baik)
18. Memberikan terapi obat
kepada ibu yaitu amoxilin
3x1, asam mefanamat 3x1,
Vitamin B Com C 3x1 ( ibu
diberikan obat )
19. Memberikan vitamin A
189

pada ibu untuk kebutuhan


pemulihan ibu dan nutrisi
pada ASI (Ibu diberi
vitamin A)
20. Melengkapi partograf.
190

C. C A T A T A N P E R K E M B A N G A N N I F A S P A D A N Y . “ S ”
Tabel 4.4

No Hari/Tan Diagnosa Catatan Perkembangan (SOAP)


ggal &
Waktu
1. 22 April postpartu S : Ibu mengatakan bahwa masih merasakan
2022 m 6 jam mulas pada daerah perut, masih merasa nyeri
pada luka jahitan, ibu mengatakan ingin
18.45 BAK ke kamar mandi, bayinya sehat dan
WIB menyusui dengan kuat.
Nutrisi
1. PolaMakan :
Pukul : 14.45 wib
Jenis : sepiring nasi, ½ mangkuk sayur
katu, 1 potong ayam.
2. Pola Minum :
Pukul : 17.50 wib.
Jenis : Air Putih : ± 5 gelas (220 ml).
3. Pola Eliminasi :
BAK
Pukul : 16.30 wib.
Frekuensi : 1x (150 cc).
Warna : kuning jernih.
Keluhan : tidak ada.
BAB : belum
Aktivitas dan Istirahat
Tidur Malam: belum tidur
Tidur Siang: belum tidur
Aktivitasterakhir :
Ibu melakukan mobilisasi turun dari tempat
191

tidur, berjalan untuk pergi ketoilet.


O:
1. PemeriksaanUmum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg,
RR : 21x/m,
P : 81x/m,
T : 370C.
2. PemeriksaanFisik
a. Muka : Tidak oedema, tidak pucat.
b. Mata : Konjungtiva merah muda dan sclera
putih.
c. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada caries
gigi.
d. Payudara : Simetris, tidakadamassa, puting
susu menonjol, kolostrum (+).
e. Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat,
kontraksi baik (keras).
f. Genetalia : Pengeluaran lochea rubra,
berbau anyir
g. Perineum : luka episiotomi derajat 2
h. Ekstremitas
1) Atas : Simetris, kuku bersih, ujung jari
tidak pucat, tidak ada oedem.
2) Bawah : Simetris, kuku bersih, ujung jari
tidak pucat, tidak odema, tidak varises.
3) Homan Sign : (-)
A : Postpartum 6 jam
P:
1. Memberitahu ibu bahwa dari hasil
pemeriksaan keadaan ibu baik dan TTV
ibu normal dengan TD 110/80 mmHg , RR
21 x/m, Temp 37,0°C, Pulse 81 x/m.
(Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan).
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada
perut adalah hal yang normal yang
disebabkan uterus yang berkontraksi untuk
192

kembali kebentuk semula.


(Ibu sudah mengerti apa yang dijelaskan).
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
4. Memberikan konseling mengenai :
a. Gizi untuk ibu nifas yaitu makan
dengan gizi seimbang yang terdiri nasi,
laukpauk, sayuran dan buah–buahan
serta banyak minum air putih paling
sedikit 8 gelas sehari (1 gelas = 220
cc).
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
b. Memberitahu ibu untuk menjaga
kebersihan dirinya terutama kebersihan
alat genetalia dan mengganti pembalut
setiap sudah terasa penuh atau terasa
lembab.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
c. Memberitahu ibu mengenai ASI
EKSKLUSIF yang harus diberikan
selama 6 bulan tanpa makanan
tambahan lainnya.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
d. Mengingatkan ibu cara menjaga
kebersihan bayinya, jika bayinya BAB
dan BAK segara diganti popok bayi
dan mandikan bayi 2x sehari.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
e. Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya
pada masa nifas diantaranya
pendarahan pervaginam,sakit kepala,
penglihatan kabur, dan menganjurkan
ibu untuk segera memberitahukan
petugas kesehatan jika ada keluhan
memberikan ibu multivitamin arkavit
untuk memenuhi kebutuhan vitamin B
kompleks, ibu dikonsumsi 1x1 sehari
dan citoviplek untuk mencukupi kadar
darah ibu setelah melahirkan.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
dan mau melakukannya).
193

5. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang


saat 6 hari pasca bersalin yaitu pada tanggal
28 April 2022

2. 28 April Postpartu S : Ibu mengatakan keadaan ibu sudah membaik,


2022 m hari sudah mampu berjalan seperti biasa,ibu
ke-6 sudah buang air kecil dan buang air besar ke
10.00 toilet dan perut sudah tidak mulas lagi.
WIB
1. Pola Makan : 3x sehari.
Pagi : Sepiring nasi /semangkuk sayur bayam/
katu/kacang/kangkung/sepotong tahu/ sebutir
telur/ nasi gemuk /pisang goreng/ pempek.
Siang :sepiring nasi/sepotong ayam/ tahu
/semangkuk sayur bayam/ sebuah (pir/pisang).
Malam :sepiring nasi/ semangkuk katu/
sepotong ikan/ telur / tempe / tahu.
2. Pola Minum
Air Putih: ±12 gelas/hari (250 ml).
3. Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi : ± 7-8x/hari.
Warna : Jernih.
Keluhan : Tidakada.
BAB
Frekuensi : 1x/hari.
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek.
Keluhan : Tidak ada.
4. Pola Aktivitas dan Istirahat
TidurMalam:
±7 jam (mulai tidur pada pukul 22.00 wib dan
194

bangun pada pukul 05.00wib) (terbangun


malam hari karena bayi menangis ingin
menyusu).
Tidur Siang:1 jam (pukul 13.00-14.00 wib).
Aktivitas:
Ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti
menyapu, mencuci piring, memasak, mengurus
kedua anaknya.
5. Pola Kebersihan Diri
Mandi : 2x/hari (pagi, sore).
Sikat gigi : 3x/ hari setiap habis makan.
Ganti pakaian dalam :
3x/ hari (pada saa mandi/ saat lembab).
Vulva hygine :
(setiap mandi atau selesai BAK/BAB).
O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
RR : 22 x/m
Pulse : 80 x/m
Temp : 36,5°C
2. PemeriksaanFisik
a. Muka : Tidak oedem, tidak pucat.
b. Mata : Konjungtiva merah muda dan
sklera putih
c. Mulut: Bibir tidak pucat, tidak ada caries
gigi
d. Payudara : Simetris, tidak bengkak,dan
tidak lecet, ASI lancar.
e. Abdomen : TFU pertengahan pusat-
simfisis, kontraksi baik (keras)
f. Genetalia: Pengeluaran lochea
195

sanguinolenta.
g. Ekstremitas
1) Atas: Simetris, kuku bersih, ujung jari
tidak pucat, tidak ada oedem.
2) Bawah : Simetris, kuku bersih, tidak
ada odema, tidak varises, ujung jari
tidak pucat, tidak ada tanda homan.
3) Homan Sign : (-)
A : Postpartum hari ke- 6
P:
1. Memberitahu ibu bahwa dari hasil
Pemeriksaan keadaan ibu baik dan TTV ibu
normal dengan TD 120/70 mmHg, RR 22
x/m, Temp 36,5°C, Pulse 80 x/m.
(Ibu mengerti dan mengetahui)
2. Menganjurkan kepada ibu untuk
memberikan ASI EKSKLUSIF selama 6
bulan, dan MPASI pada usia bayi di atas 6
bulan.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup yaitu 2 jam pada siang hari dan 8
jam pada malam hari.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang sehat dan bergizi/, seperti sayur katu
agar ASI ibu banyak, dan minum air putih
8 gelas sehari (1 gelas = 250 cc).
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
5. Memberitahu ibu untuk menjaga
kebersihan dirinya terutama kebersihan alat
genetalia dan mengganti pembalut apabila
sudah terasa penuh atau terasa lembab
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
6. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada
masa nifas diantaranya pendarahan
pervaginam, sakit kepala dan penglihatan
kabur. Menganjurkan ibu untuk segera ke
tenaga kesehatan jika ada keluhan tersebut
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
7. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang
196

pada tanggal 6 Mei 2022 di PMB Semiyati


Kabupaten Muara Enim
( ibu mengerti dan mau melakukannya)

3. 6 Mei Postpartu S : Ibu mengatakan bahwa keadaannya sudah


2022 m hari sangat baik, tidak ada keluhan, bayinya
Pukul ke-14 sehat, dan masih tetap menyusui bayinya.
10.00 1. Pola Makan : 3x sehari.
Wib
Pagi : Sepiring nasi /semangkuk sayur bayam/
katu/kacang/kangkung/sepotong tahu/ sebutir
telur/ nasi gemuk /pisang goreng/ pempek.
Siang :sepiring nasi/sepotong ayam/ tahu
/semangkuk sayur bayam/ sebuah (pir/pisang).
Malam :sepiring nasi/ semangkuk katu/
sepotong ikan/ telur / tempe / tahu.
2. Pola Minum
Air Putih: ±12 gelas/hari (250 ml).
3. Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi : ± 7-8x/hari.
Warna : Jernih.
Keluhan : Tidakada.
BAB
Frekuensi : 1x/hari.
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek.
Keluhan : Tidak ada.
4. Pola Aktivitas dan Istirahat
TidurMalam:
±7 jam (mulai tidur pada pukul 22.00 wib dan
bangun pada pukul 05.00wib) (terbangun
197

malam hari karena bayi menangis ingin


menyusu).
Tidur Siang:1 jam (pukul 13.00-14.00 wib).
Aktivitas:
Ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti
menyapu, mencuci piring, memasak, mengurus
kedua anaknya.
5. Pola Kebersihan Diri
Mandi : 2x/hari (pagi, sore).
Sikat gigi : 3x/ hari setiap habis makan.
Ganti pakaian dalam :
3x/ hari (pada saa mandi/ saat lembab).
Vulva hygine :
(setiap mandi atau selesai BAK/BAB).
O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/m
Pulse : 80 x/m
Temp : 36,7°C
6. PemeriksaanFisik
a. Muka : Tidak oedem, tidak pucat.
b. Mata : Konjungtiva merah muda
dan sklera putih
c. Mulut: Bibir tidak pucat, tidak ada
caries gigi
d. Payudara : Simetris, tidak
bengkak,dan tidak lecet, ASI
lancar.
e. Abdomen : TFU tidak teraba
f. Genetalia: Pengeluaran lochea
serosa
198

g. Ekstremitas
1. Atas: Simetris, kuku
bersih, ujung jari
tidak pucat, tidak
ada oedem.
2. Bawah : Simetris,
kuku bersih, tidak
ada odema, tidak
varises, ujung jari
tidak pucat, tidak
ada tanda homan.
3. Homan Sign : (-)
A : Postpartum hari ke- 14
P:
1. Memberitahu ibu bahwa dari hasil
Pemeriksaan keadaan ibu baik dan TTV
ibu normal dengan TD 120/80 mmHg, RR
22 x/m, Temp 36,7°C, Pulse 80 x/m.
(Ibu mengerti dan mengetahui)
2. Menganjurkan kepada ibu untuk
memberikan ASI EKSKLUSIF selama 6
bulan, dan MPASI pada usia bayi di atas 6
bulan.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya).
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup yaitu 2 jam pada siang hari dan 8
jam pada malam hari.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang sehat dan bergizi/, seperti sayur katu
agar ASI ibu banyak, dan minum air putih
8 gelas sehari (1 gelas = 250 cc).
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
5. Memberitahu ibu untuk menjaga
kebersihan dirinya terutama kebersihan
alat genetalia dan mengganti pembalut
apabila sudah terasa penuh atau terasa
lembab
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
6. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada
masa nifas diantaranya pendarahan
199

pervaginam, sakit kepala dan penglihatan


kabur. Menganjurkan ibu untuk segera ke
tenaga kesehatan jika ada keluhan tersebut
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan KB
jangka panjang seperti IUD, implant dan
kontrasepsi mantap. Ibu memilih KB
implant.
8. Menjelaskan kepada ibu kelebihan dan
kekurangan KB implant yaitu
Kelebihan
a) Perlindungan jangka panjang
hingga 3 tahun
b) Dapat dilepas kapan saja
c) Dapat kembali ke masa subur
dengan cepat setelah implant
dilepas
Kekurangan
a) Tidak dapat mencegah penyakit
menular seksual
b) Biaya lebih mahal
c) Implant harus dikeluarkan setelah
3 tahun
d) Implant mudah berpindah dari
posisi semula
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau
mengikuti anjuran bidan)
200

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY.


“S” DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SEMIYATI
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2022

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 22 April

2022

Waktu Pengkajian : 14.45 WIB

Pengkaji : Selly Agustriani

A. DATA SUBJEKTIF

1. IDENTITAS BAYI

Nama bayi : By. Ny. “S”

Tanggal/Jam lahir : 22 April 2022/ 12:45

Jenis kelamin : laki-laki

Umur : 2 jam

2. Riwayat Kelahiran

a. Lahir dari kehamilan cukup bulan

b. Jenis persalinan : Spontan

c. Warna air ketuban : Jernih

d. Komplikasi : Tidak ada

3. PolaNutrisi

Diberikan colustrum saat IMD


201

4. Pola Eliminasi

a. BAK

Frekuensi : 1 kali

Warna : Kuning Jernih

Penyulit : Tidak Ada

b. BAB

Frekuensi : 1 kali

Konsistensi : Lembek

Warna : hitam kehijauan

Penyulit : Tidak Ada

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran: composmentis

Nadi : 144 x/menit

Pernapasan : 50x/menit

Berat badan : 3400 gram

Panjang badan : 49 cm

Lingkar Kepala : 33 cm

Lingkar Dada : 35 cm

2. Pemeriksaan Khusus

a) Pemeriksaan Fisik
202

1) Kepala

Kebersihan : Cukup

Ubun-ubun : Datar

Molase : 1 (satu)

Pembengkakan : Tidak ada

Ukuran lingkar kepala: 33 cm

Caput sucsedaneum : Tidak ada

Cepal haematom : Tidak ada

2) Mata

Bentuk : Simetris

Konjungtiva : Merah Muda

Tanda-tanda infeksi : Tidak ada

Perdarahan : Tidak ada

Sklera : Putih

Refleks mengedip : Positif (+), bila saat ditiup

matanya Mengedip

3) Telinga

Bentuk : Simetris

Kebersihan : Cukup
203

Kelainan : Tidak Ada

4) Hidung

Bentuk : Simetris

Keadaan : Baik

Kebersihan : Cukup

Kelainan : Tidak Ada

5) Mulut

a. Bibir dan langit-langit

Labioskizis : Tidak ada

Palatoskizis : Tidak ada

Labiopalatoskizis: Tidak ada

6) Leher

Pembengkakan : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

Refleks tonicneck : Positif

7) Dada

Bentuk : Simetris

Pernafasan : Tidak Ada Tarikan Dinding Dada

Lingkar dada : 35 cm
204

8) Bahu, Lengan dan

Tangan

Gerakan : Aktif

Jumlah jari : Lengkap, 5 jari kanan dan 5 jari kiri

9) Abdomen

Bentuk : Bulat

Benjolan tali pusat : Tidak ada

Perdarahan tali pusat : Tidak ada

10) Genetalia

Penis : Sudah turun ke skrotum

Uretra : Ada pada ujung penis

11) Tungkai dan Kaki

Bentuk : Simetris

Jumlah Jari : Lengkap

Pergerakan : Aktif

Kekuatan otot : Baik

12) Anus

Anus : Ada

Pengeluaran mekonium : Ada

13) Kulit

Kebersihan : Bersih
205

Verniks : Ada

Lanugo : Ada

Warna : Kemerahan

Pembengkakan : Tidak ada

b) Pemeriksaan Refleks

1) Refleks Rooting : Positif (+), bayi dapat mencari puting

susu

2) Refleks Sucking : Positif (+), bayi dapat

menghisap ASI dengan Baik

3) Refleks Swallowing : Positif (+), bayi dapat menelan asi

dengan baik

4) Refleks morro : Positif (+), saat bayi diangkat dari

berbaring bayi terkejut

5) Refleks babinski : Positif (+), telapak kaki diusap jari kaki

bayi dapat mencengkram

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium klinik : tidak dilakukan

b. Diagnosa pemeriksaan lainnya: tidak dilakukan.


206

APGAR Skor

No. Krit 1 5 10
eria meni meni menit
t t
1 Appearance 1 2 2
2 Pulse 2 2 2
3 Grimace 2 2 2
4 Activity 2 2 2
5 Respiration 2 2 2
Total 9 10 10

C. ANALISA DATA

Diagnosa : Bayi Baru Lahir usia 2 jam dengan kondisi normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan

umum bayi baik, BB 3400 gr, PB 49 cm, dan bayi dalam keadaan sehat

serta tidak cacat.

(ibu mengetahui bahwa bayinya dalam keadaan baik).

2. Melakukan perawatan tali pusat setelah tali pusat dipotong dengan kasa

steril yaitu dengan cara membungkus menggunakan kasa steril yang

kering serta mengajarkan ibu untuk tidak memberi apapun pada tali

pusat dan hanya membungkusnya menggunakan kasa steril sampai tali

pusat lepas. (perawatan tali pusat telah dilakukan dan ibu mengerti

penjelasan bidan)
207

3. Mencegah terjadinya Hipotermi.

Mencegah terjadi nya Hipotermi dengan cara :

- Memakaikan topi dikepala bayi, pakaikan pakaian yang bersih

dan hangat serta kering.

- Menjauhkan bayi dari ruang AC, kipas angin, dan jendela terbuka.

- Menganjurkan ibu untuk tetap memeluk bayinya agar tetap hangat

dan dapat mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan

bayinya ( tekhnik kangguru, yaitu skin to skin, bersentuhan kulit ibu

dan bayi).

(Bayi telah dijaga kehangatannya dan ibu telah mengetahui cara

mencegah bayi agar tidak terjadi hipotermi)

4. Memberitahu ibu untuk dilakukan penyuntikan Vit K1 0,5 cc IM pada

sepertigaanterolateral paha kiri atas, dan diberikan salep Mata

(Chlorampenicole) di kedua mata bayi.

(penyuntikan Vit K dan Salep mata telah diberikan).

5. Beritahu ibu bahwa bayinya akan dimandikan

Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dimandikan setelah 6 jam

persalinan serta agar membuat bayi merasa nyaman. Memandikan bayi

menggunakan air hangat dan sabun yang lembut dan setelah

dimandikan keringkan bayi menggunakan handuk


208

(Ibu mengizinkan bayinya untuk dimandikan)

6. Beritahu ibu tentang imunisasi HB0

Memberitahu ibu mengenai imuniasasi HB0. Hepatitis B0 merupakan

imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis pada bayi

usia 6 jam – 7 hari. hepatitis B dapat mencegah penyakit liver/hati yang

berbahaya apabila tidak ditangani segera, dapat berakibat fatal seperti

sianosis, kanker hati, hingga dapat menyebabkan kematian.

(ibu dan keluarga mengerti mengenai penjelasan yang diberikan)

7. Menjelaskan kepada ibu untuk memberi ASI kapanpun bayi mau

menyusu atau setiap 1-2 jam sekali serta tidak memberikan makanan

tambahan apapun sampai umur 6 bulan apabila bayi tidur lebih dari 3

jam maka bangunkan bayi lalu susui bayi karena ASI baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi.

(Ibu mengerti dan mau melakukann anjuran bidan).

8. Cara menyusui yang benar

- Keluarkan asi 2-3 tetes, lalu oleskan ke puting susu dan areola agar

bayi dapat mencari puting susu ibunya

- Usahakan mulut bayi benar-benar sampai ke areola agar merangsang

keluarnya asi

- Menyusui pada kedua belah payudara secara bergantian agar bayi

merasa kenyang dan payudara tidak mengalami bengkak sebelah

- Upayakan menyusui 2 jam sekali


209

( ibu telah mengetahui cara menyusui yang benar)

9. Memberitahu ibu untuk menyendawakan bayinya setelah selesai

menyusui dengan cara membawa bayi di pundak dan menepuk pelan

punggung bayi hingga bayi bersendawa sesudah diberi ASI.

(Ibu mengerti cara menyendawakan bayi).

10. Memberitahu kepada ibu untuk tetap banyak konsumsi sayuran hijau

untuk memperlancar ASI dan upayakan bayi tetap diberikan ASI bukan

susu formula.

(Ibu mengerti dan akan banyak mengonsumsi sayur).

11. Beritahu ibu tentang personal hygiene bayinya

Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan tempat tidur ibu dan

bayi.Segera ganti pakaian bayi apabila bayi BAK/BAB.Anjurkan ibu

untuk menjaga kebersihan tali pusat, jangan biarkan kotor dan lembab

karena dapat menyebabkan infeksi.Memandikan bayinya 2 kali sehari,

pagi dan sore hari.

(Ibu mengerti dan mau menjaga personal hygiene bayinya).

12. Menganjurkan kepada ibu dan suami agar menjemurkan bayinya setiap

pagi (pukul 07.00-08.00) minimal 5-15 menit untuk melakukan

pencegahan ikhterik pada bayi.

(ibu dan suami mengerti dan akan melakukan anjuran).

13. Beritahu ibu tentang Asi Eksklusif


210

Memberitahu ibu tentang Asi Eksklusif yaitu ibu di anjurkan

memberikan asi eksklusif, asi eksklusif adalah pemeberian asi dari

bayi 0-6 bulan tanpa diberi makanan tambahan dan pendamping

apapun.

(ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan)

14. Beritahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir.

Memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahayapada bayi

seperti bayi sulit bernafas, isapan lemah, tidak mau menyusui, rewel,

menangis terus-menerus, kulit kuning, tali pusat basah, berbau dan

bernanah, adanya demam, kejang, bergerak jika dirangsang, sianosis

(kebiruan), kecepatan napas > 60x/menit, tarikan dinding dada bawah

yang dalam, merintih, BAK terus menerus, atau tidak BAK terus-

menerus selama 3 hari.

(Ibu telah mengetahui tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir)


211

Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir


Tanggal/ Paraf
Diagnosa Catatan Perkembangan
Waktu
26-04- Bayi Subjektif:
2022/ baru lahir Ibu mengatakan bayinya tidak rewel
11.00 umur 4 dan menghisap ASI dengan baik 2-3
WIB hari jam sekali dan tali pusat belum terlepas

Objektif:
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,5ºC
Pernafasan : 43 x/menit
Denyut Jantung : 135 x/menit

Pemeriksaan Antropometri :
1. BB: 3400 gram
2. PB: 49 cm

Pemeriksaan fisik
a. Mata : Simetris, tidak terdapat tanda-
tanda infeksi.
b. Hidung: Simetris, keadaan bersih,
pengeluaran lender tidak ada.
c. Mulut: Reflek hisap baik
d. Dada: Tidak ada retraksi dinding dada
e. Abdomen: Tali pusat basah dan tidak
ada perdarahan

Pemeriksaan Refleks
a. Refleks Moro : positif (bayi terkejut
dan memanjangkan tangan)
b. Refleks Rooting : positif (bayi
membuka mulut mecari puting susu)
c. Refleks Sucking : positif (bayi
menghisap ASI)
d. Refleks Tonickneck : positif (kepala
bayi kesamping ke satu sisi,
memanjangkan lengan dan sisi lain
menekuk)
212

e. Refleks Grashping : positif (bayi


menggenggam )

d. Kebutuhan Eliminasi
BAB : Frekuensi : 3x/hari
Warna : Hitam Kehijauan
Konsistensi : Lembek
Masalah : Tidak ada
BAK : Frekuensi : 6x/hari
Warna : Jernih
Masalah : Tidak ada

Analisis:
Bayi baru lahir umur 4 hari

Penatalaksanaan:
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa keadaan bayi sehat.
(Ibu mengetahui keadaan bayinya)

2. Menganjurkan ibu agar menyusui


bayinya setiap 2-3 jam sekali atau jika
bayi merasa lapar.
(Ibu mengerti dan akan mengikuti apa
yang dianjurkan)

3. Memberitahu ibu untuk tetap


melakukan perawatan tali pusat dengan
kassa kering, serta menjaga agar kassa
tali pusat tetap kering.
(Ibu mengerti dan akan mengikuti apa
yang dianjurkan)

4. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga


kehangatan bayinya dengan
menggunakan pakaian yang bersih dan
mebalut tubuh bayi dengan kain. (Ibu
mengerti dan akan mengikuti apa yang
dianjurkan)

5. Menganjurkan ibu untuk menjemur


bayinya pada pagi hari dari jam 7- 9
213

sekitar 15-20 menit


(Ibu mengerti dan mau melakukannya)

6. Memberitahu ibu untuk mengganti


popok jika bayi BAB dan BAK agar tidak
terjadi ruam.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)

7. Memberitahu pada ibu tentang tanda


bahaya pada bayi seperti demam tinggi,
kejang, muntah berlebihan, kesulitan
bernafas, bayi terus-menerus tidur tanpa
bangun untuk makan, warna kulit atau
bibir kebiruan atau kuning, mata
bengkak atau mengeluarkan cairan. Jika
bayi mengalami tanda bahaya terasebut,
segera datang ke fasilitas layanan
kesehatan. (Ibu mengerti dan akan
mengikuti apa yang dianjurkan)

9 Mei 2022 Bayi umur Subjektif : Ibu mengatakan bayinya


Pukul 11.00 17 hari menyusu dengan kuat, tidak ada keluhan.
WIB
Objektif :
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
1. Suhu : 36,5 C
2. Pernafasan : 48 x/menit
3. Denyut jantung : 131x/m
4. Berat badan : 3.800 gram

Pemeriksaan fisik
1. Mata
Simetris, tidak terdapat pus/ tanda-
tanda infeksi.
2. Hidung
Simetris, keadaan bersih,
214

pengeluaran lender tidak ada.


3. Mulut
Reflek hisap baik
4. Dada
Tidak ada retraksi dinding dada
5. Abdomen
Tali pusat sudah lepas dan
kering

- Kebutuhan Eliminasi
BAB : Frekuensi : 3-4x/hari
Konsistensi : Lembek
Masalah : Tidak ada
BAK : Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : Kuning jernih
Masalah : Tidak ada
Analisis:
Bayi umur 17 hari

Penatalaksanaan:
1.Menjelaskan kepada ibu tentang
hasil pemeriksaan bahwa keadaan
bayi sehat. (Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan)

2.Memberitahu kepada ibu agar


menyusui bayinya setiap 2-3 jam,
dan setelahnya menepuk pelan
punggung bayi hingga bayi
bersendawa sesudah diberi ASI.
(Ibu mengerti dan akan mengikuti
apa yang dianjurkan)

3.Memberitahu ibu untuk selalu


menjaga kehangatan bayinya.
(Ibu mengerti dan akan mengikuti
apa yang dianjurkan)

4.Menganjurkan ibu untuk menjemur


bayinya pada pagi hari dari jam 7-
jam 9 sekitar 15-20 menit
(Ibu mengerti dan mau
215

melakukannya)

5.Menjelaskan pada ibu agar rutin


membawa bayi ke puskesmas
/posyandu untuk diberikan
imunisasi dasar yaitu imunisasi
BCG mencegah TBC, Polio untuk
mencegah bayi terkena penyakit
difteri,pertusis,tetanus,hepatitis,me
ningitis dan campak untuk
mencegah penyakit campak
(Ibu mengerti dan mau
melakukannya)

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga


kebersihan bayinya, jika BAB dan
BAK segera ganti popok agar tidak
terjadi ruam
(ibu mengerti dan mau
melakukannya)

7.Memberitahu pada ibu tentang tanda


bahaya pada bayi seperti demam
tinggi, kejang, muntah berlebihan,
kesulitan bernafas, bayi terus-
menerus tidur tanpa bangun untuk
makan, warna kulit atau bibir
kebiruan atau kuning, mata
bengkak atau mengeluarkan cairan.
Jika bayi mengalami tanda bahaya
terasebut, segera bawa ke fasilitas
layanan kesehatan. (Ibu mengerti
dan akan mengikuti apa yang
dianjurkan).
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan yang

diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang

dilaksanakan di Praktik Mandiri Bidan Semiyati yang bertempat di

Kabupaten Muara Enim.

Setelah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.

“S” di Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim Tahun 2022,

penulis akan membahas tentang ada atau tidak adanya kesenjangan yang

terjadi antara teori dan praktik saat melakukan pengkajian mulai dari

kehamilan, persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir yang diuraikan sebagai

berikut:

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

1. Berdasarkan pengumpulan data subjektif pada Ny.“S”, ibu

mengatakan ini adalah kehamilan yang ketiga dan tidak pernah

mengalami keguguran sebelumnya, ibu mengatakan bahwa Hari

Pertama Haid Terakhirnya (HPHT) pada tanggal 13 Juli 2021 yang

kemudian dari HPHT dapat ditentukan taksiran persalinan ibu yaitu

pada tanggal 20 April 2022. Pengkajian pada Ny. “S” ini dilakukan

sejak bulan Februari sampai bulan Mei 2022. Hasil pemeriksaan

216
217

yang diperoleh Ny. “S” dalam keadaan normal dan tidak ditemui

adanya komplikasi.

Ny.”S” telah melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar

yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester

kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Sesuai dengan indikator

yang digunakan terhadap akses terhadap pelayanan antenatal yaitu

minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia

kehamilan 28 minggu, sekali kujungan anantenal selama kehamilan

28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia

kehamilan di atas 36 minggu (Prawirohardjo, 2018).

Menurut Kemenkes RI (2016), pelayanan kesehatan ibu hamil

yang diberikan harus sesuai dengan standar pelayanan ibu hamil

yang terdiri atas 10 T yang diuraikan sebagai berikut:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah

12,5 kg (Prawirohardjo, 2018). Penambahan berat badan pada

Ny.”S” selama masa kehamilan adalah 13 kg. Pengukuran tinggi

badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis

adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil

kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya

Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)(Permenkes, 2016). Tinggi

badan Ny. “S” adalah 157 cm.


218

b. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan

darah ≥140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia

(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan

atau proteinuria) (Permenkes, 2016). Tekanan darah Ny.”S” saat

dilakukan pemeriksaan masih dalam batas normal yaitu 120/80

mmHg

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko

Kurang Energi Kronis (KEK). KEK disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan

KEK akan dapat melahirkan BBLR (Permenkes, 2016). Pemeriksaan

LiLA pada Ny.”S” ialah 27 cm.

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kunjungan antenatal

bertujuan untuk mendeteksi apakah pertumbuhan janin sesuai atau

tidak dengan usia kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita

ukur setelah kehamilan > 20 minggu. Bila ditemukan keadaan TFU


219

tidak sesuai dengan usia kehamilan, bidan dapat melakukan rujukan

atau penanganan gangguan pertumbuhan janin (Kemenkes RI, 2016).

Pada pengkajian awal tanggal 10 Februari 2022, pada usia kehamilan

31 Minggu 3 Hari TFU 3 jari atas pusat (Mc Donald = 27 cm),.

e. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menghitung DJJ digunakan untuk mengukur tingkat

kesejahtaraan janin di dalam kandungan. DJJ pada usia kehamilan 10

minggu menggunakan Doppler dan pada usia kehamilan 20 minggu

menggunakan fetoskop Pinard (Saifuddin, 2016). DJJ normal antara

120-160 kali per menit (Permnkes, 2016). Pemeriksaan auskultasi

didapatkan DJJ (+) dengan frekuensi 146x/menit bersifat kuat dan

teratur pada punggung janin yang teraba disebelah kiri perut ibu.

f. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

Menurut Kemenkes RI (2016), vaksin TT adalah vaksin yang

aman dan tidak mempunyai kontra indikasi dalam pemberiannya.

Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan

riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya

(contoh: kejang, koma, demam >40 0C, nyeri/bengkak ekstensif di

lokasi bekas suntikan). Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat dapat

diimunisasi segera setelah sembuh. Pemberian imunisasi pada wanita

usia subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk

mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang telah


220

diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak

mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval

minimal antar dosis TT.

Menurut Kemenkes RI (2016), TT1 diberikan pada saat seminggu

sebelim menikah, TT2 diberikan pada saat hamil anak pertama masa

perlindungan

3 tahun, TT3 diberikan pada saat hamil anak kedua dengan masa

perlindungan 5 tahun. Berdasarkan skrining imunisasi pada Ny.”S”,

sebulan sebelum menikah dan kehamilan anak pertama ibu

mendapatkan imunisasi dan kehamilan anak saat ini juga

mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Menurut Kemenkes RI (2016), tablet besi selama kehamilan

sangat penting karena dapat membantu proses pembentukan sel

darah merah sehingga dapat mencegah terjadinya

anemia/penyakit kekurangan darah merah. Tablet besi deberikan

pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan.

Tablet besi mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 mg

besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet tersebut wajib

dikonsumsi oleh ibu hamil sebanyak 10 tablet setiap bulannya

untuk mengurangi gejala-gejala sakit saat masa kehamilan.


221

Selama pengkajian pada Ny.”S” diketahui bahwa Ny.”S” telah

mendapatkan tablet Fe sebanyak 90 tablet yang diberikan 10 tablet

setiap kali ibu melakukan ANC di Praktik Mandiri Bidan Semiyati

Kabupaten Muara Enim dan telah dikonsumsi 90 tablet. Tablet Fe

yang diberikan yaitu Vitalex yang mengandung Fe 91 mg Ferrous

Fumaret dan 400 Folic Acid. Kandungan Fe dan asam folat pada

Vitonal F telah mencukupi kebutuhan minimal Fe dan asam folat pada

ibu hamil yaitu 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

h. Pelayanan tes laboratorium

Menurut Kemenkes RI (2016), pemeriksaan laboratorium rutin

meliputi golongan darah, hemoglobin, protein urin, dan gula darah

puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan

atau kelompok berisiko seperti pemeriksaan Hepatitis B, HIV, Sifilis,

Malaria, Tuberkulosis, dan Thalasemia. Tes laboratorium rutin yang

dilakukan hanya pemeriksaan protein urine, glukosa urine dan

hemoglobin, dimana pemeriksaan hemoglobin dilakukan minimal

sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Menurut teori Saifuddin (2016), kadar Hb ibu normal TM 1 :11,0

gr/dl , TM 2 : 10,5 gr/dl, TM 3 : 11,0 gr/dl. Berdasarkan hasil

pemeriksaan laboratorium Ny. “S” yang dilakukan di Praktik Mandiri

Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim didapat kadar hemoglobin


222

ibu 11 gr/dl.

i. Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus- kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan (Permenkes, 2016).

Pada kasus ini, Ny. “S” tidak ditemukan masalah lain yang perlu

dirujuk karena ibu sudah selalu mendapatkan KIE tentang kesehatan

ibu dengan beristirahat yang cukup sekitar 7-8 jam perhari dan tidak

bekerja yang berat, asupan makanan yang cukup dengan pola gizi

seimbang untuk proses tumbuh kembang janin, perilaku hidup bersih

dan sehat dan tanda- tanda bahaya selama kehamilan

j. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan

sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, IMD dan

ASI Eksklusif, KB pascasalin, dan lain sebagainya (Permenkes,


223

2016).

Pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “S”, telah

ditegakkan diagnosa yaitu G3P2A0 31 Minggu 3 Hari, janin tunggal

hidup, preskep. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memberitahu

hasil pemeriksaan, KIE sering BAK di usia kehamilan TM III,

memberikan tablet fe, mengingatkan tetap menjaga asupan gizi

seimbang , mengingatkan tetap menjaga pola istirahat yang cukup,

mengingatkan ibu untuk olahraga ringan agar proses persalinan

lancar, memberitahu untuk menyiapkan perlengkapan persalinan,

kendaraan, dan donor darah, menjelaskan tentang tanda bahaya dalam

kehamilan, menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan,

menganjurkan melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau apabila

ada keluhan, melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny.

“S” selama kehamilan di Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten

Muara Enim, berdasarkan pelayanan 10 T penulis tidak menemukan

adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Persalinan.

Pada anamnesa yang dilakukan Ny.”S” tanggal 22 April 2022 pukul

10.30 WIB didapatkan ibu mengatakan ingin melahirkan, dengan keluhan

mules-mules sejak pukul 01.00 WIB dan sakit perut menjalar kepinggang
224

bagian bawah dan ada lendir bercampur darah, ibu mengatakan pergerakan

janinnya masih aktif. Dilakukan pemeriksaan umum batas normal dan fisik

(his : 4 x 10’37”, DJJ (+) 144 x/menit, kuat dan teratur, pemeriksaan dalam

portio: lunak, pembukaan: 8 cm, pendataran: 80%, ketuban utuh, presentasi:

kepala, penurunan: hodge III.

Menurut Manuaba (2014), kala I adalah pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Kala I persalinan terdiri

atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten dimulai pada

pembukaan servik 1 cm hingga 3 cm dan fase aktif dari pembukaan servik

4 cm hingga pembukaan 10 cm/lengkap. Dari teori di atas bisa diambil

kesimpulan bahwa Ny.”S” G3P2A0 38 minggu 3 hari inpartu kala I fase

aktif, janin tunggal hidup, presentasi kepala. Hal ini sesuai dengan teori

dan tidak ada kesenjangan.

Setelah melakukan anamnesa ibu mengatakan semakin mules dan ingin

mengedan. Terlihat tanda persalinan, dorongan untuk meneran, tekanan

pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan dalam pada pukul 12..30 WIB portio tidak teraba, pendataran

100%, pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah (jernih), presentasi

kepala, penunjuk ubun-ubun kecil kiri depan, hodge III-IV. Menurut

Sulistyawati (2017), kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Berdasarkan
225

hasil pemeriksaan kebidanan dan teori disimpulkan bahwa Ny.”S” G3P2A0

38 minggu 3 hari kala II, janin tunggal hidup, presentasi kepala.

Kala II pada Ny. “S” berlangsung selama 15 menit dari pembukaan

lengkap, pukul 12.45 WIB bayi lahir spontan jenis kelamin laki-laki, BB

3400 gram, PB 49 cm, menangis kuat, pergerakan aktif, warna kulit

kemerahan, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 35 cm. Menurut

Sulistyawati (2016), kala II berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam

pada multigravida. Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kenyataannya.

Dari anamnesa didapat ibu masih merasa mules dan sedikit lelah,

keadaan umum ibu baik, pernapasan 23x/menit, nadi 84x/menit. Kontraksi

uterus baik, TFU setinggi pusat, kandung kemih tidak penuh, terdapat

tanda-tanda pelepasan plasenta seperti semburan darah tiba-tiba, tali pusat

memanjang, dan uterus membundar. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan dalam (Manuaba, 2014) tanda lepasnya plasenta adalah

uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kebidanan dan teori disimpulkan bahwa

Ny.”S” P3A0 Inpartu Kala III.

Setelah bayi lahir, dilakukan manajemen aktif kala III pemberiann

oksitosin 10 IU secara IM, peregangan tali pusat terkendali masase fundus


226

segera setelah plasenta lahir. Pukul 12.55 WIB plasenta lahir spontan

lengkap. Lama proses kala III pada Ny.”S” ialah 10 menit dari kelahiran

bayi, sesuai dengan teori oleh Rohani (2011), kala III dimulai segera

setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Persalinan kala IV berlangsung saat lahirnya plasenta selama 2 jam.

Ny.”S” mengatakan bahagia atas kelahiran bayinya, perutnya masih

mules dan juga lelah melewati persalinan, TD: 120/80 mmHg, RR:

20x/m, N: 87x/m, T: 36,4oC, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah

pusat, pengeluaran lochea rubra, perdarahan ±100 cc, kandung kemih

tidak penuh/tidak teraba. Sesuai dengan teori Mochtar (2013), setelah

plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Tindakan pencegahan

infeksi (PI) terdapat kesenjangan antara teori dan praktik bahwa dibidan

praktik mandiri tidak memakai APD lengkap, hanya memakai sarung

tangan dan celemek. Menurut Prawirohardjo (2016), penggunaan alat

pelindung diri termasuk dalam 60 langkah APN karena memakai sarung

tangan, mengenakan alat perlengkapan pelindung pribadi (kacamata,

masker, celemek, dll) dapat melindungi petugas terhadap percikan yang

dapat mengontaminasi dan menyebarkan penyakit/infeksi.

Terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu pada penjahitan

robekan jalan lahir dan penggunaan alat pelindung diri. Penjahitan


227

robekan jalan lahir di Praktik dilakukan pada kala IV sedangkan di teori

dilakukan pada kala II. Pada penggunaan alat pelindung diri di praktik

penolong menggunakan sarung tangan DTT dan celemek saja sedangkan

di teori alat pelindung diri itu terdapat sepatu bot, kacamata dan penutup

kepala. Dari hasil pembahasan terhadap asuhan kebidanan persalinan

pada Ny.”S” terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

C. Neonatus

Pada tanggal 22 April 2022, pukul 12.45 WIB bayi lahir spontan

menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, berjenis kelamin laki-

laki.Keadaan Umum bayi baik, TTV dalam batas normal APGAR score

9/10. Pada pemeriksaan antropometri, didapat bahwa bayi lahir pukul

12.45 WIB, berat lahir 3400 gram, panjang lahir 49 cm, lingkar kepala

33 cm, lingkar dada 35 cm, lingkar perut 35 dan lingkar lengan atas 11

cm.

Menurut Mochtar (2013) penilaian keadaan umum bayi dinilai satu

menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu

untuk menilai apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Adapun

penilaian meliputi frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory

efoort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi

terhadap rangsangan (respon to stimuli). Setiap penilaian diberi angka 0,

1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal
228

(vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai Apgar

4-6), atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3).

Menurut Marmi (2015), ciri-ciri bayi lahir normal yaitu berat

badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,

lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-160 x/menit, pernafasan

± 40-60 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan

subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya

telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genitalia: perempuan

labia mayora sudah menutupi labia minora, laki-laki testis sudah turun,

skrotum sudah ada, refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan

baik, reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik,

refleks graps atau menggenggam sudah baik, eliminasi baik, mekonium

akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam

kecoklatan. Dalam hal ini, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik di lapangan.

Asuhan yang diberikan setelah lahir bayi yaitu segera dikeringkan

dengan menggunakan handuk bersih dan membersihkan jalan napas. Tali

pusat dipotong dan diikat serta dibungkus menggunakan kassa steril

tanpa diberikan apapun. Selanjutnya bayi diletakkan di atas dada ibu

untuk dilakukan IMD dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan

kulit ibu. Vitamin K (Neo K 0,5 cc) disuntikkan secara intramuscular

(IM) pada anterolateral paha kiri, diberikan salep mata sebagai


229

profilaktif yaitu salep chlorampenicol dan imunisasi Heaptitis B 0,5 ml

di anterolateral paha kanan.

Bayi diberikan salep mata dan vitamin K setelah IMD. Salep mata

diberikan pada mata kanan dan kiri bayi untuk pencegahan infeksi mata.

Sedangkan vitamin K diinjeksikan secara IM di ⅓ paha kiri bayi dengan

dosis 1 mg untuk mencegah perdarahan (JNPK-R 2012). Dalam hal ini,

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

Kunjungan bayi pertama dilakukan 2 jam setelah lahir pada tanggal

22 April 2022 pukul 14.45 WIB, didapatkan tanda-tanda vital dalam

batas normal yaitu HR: 144 x/m, RR: 50x/m, T: 36,70C, BB: 3400 gram,

PB: 49 cm, LK : 33 cm, LD : 35 cm, LP : 35 cm dan LilA: 11 cm. Tali

pusat tidak ada perdarahan, dan tidak ada tanda infeksi, kulit tidak

ikterus, menyusui lancar. Penyusunan rencana asuhan yaitu penjelasan

hasil pemeriksaan, memandikan bayi, pemberian colostrum, perawatan

tali pusat, dan tanda- tanda bahaya pada bayi.

Kunjungan bayi kedua dilakukan saat umur bayi 4 hari pada

tanggal 26 April 2022 pukul 11.00 WIB, didapatkan tanda-tanda vital

dalam batas normal yaitu HR: 135 x/m, RR: 43x/m, T: 36,50C, BB: 3400

gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, LD: 35 cm, LP: 35 cm dan LilA: 11 cm.

Tali pusat belum lepas, tidak ada tanda infeksi, kulit tidak ikterus,

menyusui lancar. Penyusunan rencana asuhan yaitu penjelasan hasil

pemeriksaan, ASI eksklusif, personal hygiene, menjemur bayi agar tidak


230

ikterus, rutin membawa bayi ke posyandu, KIE Imunisasi, dan tanda-

tanda bahaya pada bayi.

Kunjungan bayi ketiga dilakukan saat umur bayi 17 hari pada

tanggal 9 Mei 2022 pukul 10.00 WIB, didapatkan tanda-tanda vital

dalam batas normal yaitu HR: 131 x/m, RR: 48x/m, T: 36,50C, BB: 3800

gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, LD: 35 cm, LP: 37 cm dan LilA: 11 cm.

Tali pusat sudah lepas, tidak ada tanda infeksi, kulit tidak ikterus,

menyusui lancar. Penyusunan rencana asuhan yaitu penjelasan hasil

pemeriksaan, ASI eksklusif, personal hygiene, menjemur bayi agar tidak

ikterus, rutin membawa bayi ke posyandu, KIE Imunisasi, dan tanda-

tanda bahaya pada bayi.

Menurut Kemenkes RI (2016), jadwal kunjungan neonatal yang

dilaksanakan saat ini yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, umur 8-28

hari. Asuhan kebidanan pada neonatus Ny. “S” dilakukan dengan

kunjungan sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 22 April 2022 (6 jam)

,tanggal 26 April 2022 (4 hari) dan tanggal 9 Mei 2022 (17 hari). Dalam

melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada masa

neonatus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

D. Masa Nifas

Dalam melaksanakan asuhan secara komprehensif pada Ny. “S”

pada masa nifasnya dilakukan dengan baik, dan telah dilakukan kunjungan
231

sebanyak 3 kali. Menurut Kemenkes RI (2016), frekuensi kunjungan masa

nifas yaitu 6 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu

setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan. Adapun jenis

pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi:

1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu).

2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri).

3) Pemeriksaan lochea dan cairan pervaginam lain.

4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif.

5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan

ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana.

6) Pelayanan keluarga berencana pascapersalinan (Kemenkes, 2010).

Pada kunjungan ke-1 (6 jam postpartum) dari data subjektif

dilakukan pengkajian pada Ny. “S” mengeluh masih nyeri jahitan pasca

operasi. Dari data objektif yang dikaji melalui pemeriksaan fisik secara

umum didapatkan hasil pemeriksaan dengan keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, TD 110/80 mmHg, RR 21x/menit, Pulse

81x/menit, Temp 37°C dan pemeriksaan khusus didapatkan hasil TFU 2

jari bawah pusat, konsistensi keras, sub involusio baik, lochea rubra.

Penatalaksanaan ibu pada kunjungan ke-1 dilakukan pemeriksaan

keadaan umum, vital sign, estimasi perdarahan, kontraksi uterus, TFU,

serta menganjurkan ibu untuk makan dan minum, mobilisasi dini (seperti

berjalan- jalan) dan menganjurkan pemberian ASI pada bayi, menjaga


232

bayi agar tetap hangat. Dalam teori pengawasan 6 jam post partum yakni

mencegah perdarahan masa nifas, pemberian ASI, melakukan hubungan

antara ibu dan bayi, menjaga bayi agar tetap sehat.

Menurut Kemenkes RI (2016), kunjungan nifas pertama dilakukan

pada 6 jam setelah postpartum. Menurut Mochtar (2013), TFU setelah

plasenta lahir adalah 2 jari di bawah pusat. Menurut Dewi (2014), lokia

rubra muncul pada hari pertama sampai hari ketiga postpartum. Dalam hal

ini tidak menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dengan praktik

lapangan.

Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-6 postpartum, yaitu pada

tanggal 28 April 2022. Dari hasil anamnesa ibu mengatakan bayinya

menyusu kuat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan, TD: 120/70 mmHg, P:

80 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 36,5oC, keadaan muka tidak pucat, ASI (+),

tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan simfisis, pengeluaran lochea

sanguenulenta, pada ekstremitas tidak pucat dan tidak ada tromboflebitis

pada tungkai. Pemeriksaan ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

pada 6 hari postpartum tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan simfisis

dan locheanya berwarna sanguinolenta. Pada pemeriksaan ini ibu tidak

memiliki keluhan dan hasil pemeriksaan ibu tidak memiliki masalah.

Dalam hasil pemeriksaan pada asuhan nifas tidak didapatkan

kesenjangan antara teori dan praktik, seperti tinggi fundus uteri pada masa
233

nifas 6 jam pasca persalinan adalah 2 jari dibawah pusat, pada 6 hari

postpartum tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan simfisis.(Mochtar,

2013).

Kunjungan ketiga dilakukan pada hari ke-14 postpartum, yaitu pada

tanggal 6 Mei 2022. Dari hasil anamnesa ibu mengatakan bayinya menyusu

kuat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan, TD: 120/80 mmHg, P: 80 x/menit,

RR: 22 x/menit, T: 36,7oC, keadaan muka tidak pucat, ASI (+), tinggi

fundus uteri tidak teraba, pengeluaran lochea serosa, pada ekstremitas tidak

pucat dan tidak ada tromboflebitis pada tungkai. Pemeriksaan ini sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa pada 14 hari postpartum tinggi

fundus uteri tidak teraba dan locheanya berwarna serosa. Pada pemeriksaan

ini ibu tidak memiliki keluhan dan hasil pemeriksaan ibu tidak memiliki

masalah.

Dalam hasil pemeriksaan pada asuhan nifas tidak didapatkan

kesenjangan antara teori dan praktik, seperti tinggi fundus uteri pada masa

nifas 6 jam pasca persalinan adalah 2 jari dibawah pusat, pada 6 hari

postpartum tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan simfisis, pada masa

nifas 14 hari tinggi fundus uteri tidak teraba lagi. (Mochtar, 2013).
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan komperhensif dan

pendokumentasian SOAP pada Ny “S” dari masa kehamilan, bersalin,

nifas, dan bayi baru lahir (BBL), maka penulis mengambil suatu

kesimpulan yaitu:

1. Penulis telah mampu melaksanakan pengkajian data subjektif

secara menyeluruh pada Ny. “S” melalui wawancara (anamnesis)

dimulai pada masa kehamilan trimester tiga, persalinan, nifas, dan

bayi baru lahir.

2. Penulis telah mampu melaksanakan pengkajian data objektif pada

Ny. “S” dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru

lahir melalui observasi, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi), pemeriksaan penunjang, dan studi

dokumentasi dengan instrumen pengumpulan data.

3. Penulis telah mampu menegakkan diagnosa pada Ny “S” dalam

masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir setelah

dilakukan analisis data subjektif dan objektif.

4. Penulis telah mampu melaksanakan asuhan kebidanan

234
235

komprehensif pada Ny “S” mulai dari masa kehamilan, persalinan,

nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan perencanaan dan dilakukan

evaluasi sehingga diketahui asuhan yang diberikan telah terlaksana

dengan baik.

a. Asuhan yang diberikan selama masa hamil, yaitu: memberitahu ibu

hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang prinsip pemenuhan gizi

sesuai kebutuhan saat hamil, menganjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup, dan tidak banyak aktivitas yang berat, memberitahu persiapan

persalinan, tanda-tanda bahaya kehamilan, dan tanda-tanda

persalinan, serta kunjungan ulang.

b. Pada masa persalinan, asuhan yang diberikan yaitu: melakukan

pemantauan keadaan ibu, dan janin selama kala I, membantu proses

kelahiran bayi pada kala II, menolong lahirnya plasenta pada kala III,

dan melakukan pemantauan keadaan dan tanda-tanda vital,

perdarahan, kandung kemih, kontraksi dan involusi uterus ibu pada

kala IV.

c. Pada bayi baru lahir diberikan asuhan seperti: menjaga kehangatan

bayi, membersihkan jalan nafas bayi, melakukan pemotongan dan

perawatan tali pusat, melakukan inisiasi dini, dan kontak kulit ibu dan

bayi, melakukan pemeriksaan fisik bayi, injeksi vitamin K, dan

imunisasi hepatitis b, dan memberikan salep mata, serta memastikan


236

bayi mendapatkan ASI Esklusif.

d. Pada masa nifas asuhan yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan

fisik, memberikan KIE tentang ASI Esklusif, menganjurkan ibu untuk

menjaga kehangatan bayi dan memberikan ASI setiap bayi ingin

menyusu atau setiap 2-3 jam, mengajarkan ibu posisi menyusui yang

benar, menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dan

menjaga kebersihan diri (terutamakebersihan payudara dan perineum)

dan bayinya, serta mengajarkan ibu cara melakukan perawatan tali

pusat bayi.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama masa pendidikan serta dapat menambah wawasan,

pengetahuan dan penatalaksaan yang tepat berkaitan dengan asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas.

2. Bagi Praktik Mandiri Bidan Semiyati Kabupaten Muara Enim

Diharapkan Bidan Praktik Mandiri Semiyati dapat

meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam

memberikan asuhan kebidanan khususnya lebih patuh dalam

penggunaan APD secara lengkap untuk mencegah penularan infeksi

nosokomial .
237

3. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang

Diharapkan bagi pihak institusi pendidikan dapat melengkapi

buku- buku referensi dengan cetakan terbaru agar mahasiswa dapat

memperoleh rangkuman materi dari sumber kepustakaan secara

lengkap dan dengan ilmu yang baru, serta diharapkan bagi pihak

institusi pendidikan dapat mengembangkan program pengabdian

masyarakat dengan memberikan asuhan kebidanan komprehensif

dan penyuluhan mengenai penyulit masa kehamilan, persalinan, dan

nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri., dkk. 2017. Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Cilacas, Jakarta:
Erlangga.

PMB Semiyati, Buku Data Kunjungan ANC Tahun 2021. Muara Enim: PMB
Semiyati.
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan.2019. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Sumatera Selatan: Dinkes Sumsel.

Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Muara
Enim Muara Enim: Dinas Kesehatan Muara Enim.
Diki retno yuliani. 2017.Asuhan ibu dalam masa kehamilan. Bandung :Pt Gelora
Aksara Pratama.
Kemenkes RI, tahun 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan, tahun 2017. Profil kesehatan tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan.
Kumalasari, intan. 2014. Perawatan antenatal,intranatal,pos natal, bayi batu lahir,
dan kontrasepsi. Jakarta : salemba medika.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lockhart, Anita & Dr. Lyndon Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan
Fisiologis & Patologis. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

Marmi. 2015. Asuhan Neonatus pada Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marliandiani,yefi dkk. 2015. Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui. Jakarta:
salemba medika

Maryunani, anik. 2014. .Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak


prasekolah.tajurhalang: EN media
Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis obstetric : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono dkk. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Purwoastuti,endang,dkk.2015. Ilmu obsetetri dan ginekologi sosial untuk
kebidanan. Yoyakarta: pustaka baru press
Profil Kesehatan Indonesia, tahun 2019.

R, Octa Dwienda, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Balita
dan Anak Pra Sekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.
RI,Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rivanica, rhipiduri dkk. 2016.Buku ajar deteksi dini tumbuh kembang dan
pemeriksaan bayi baru lahir. Jakarta: salemba medika
Rismalinda. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media.

Rukiah, Ai Yeyeh., dkk 2013. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media.

Rukiah, Ai Yeyeh, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Nifas III. Jakarta: TIM.
Rivanica, rhipiduri dkk. 2016.Buku ajar deteksi dini tumbuh kembang dan
pemeriksaan bayi baru lahir. Jakarta: salemba medika
Rohani, dkk. 2011.Asuhan kebidanan pada masa persalinan.jakarta: salemba
medika
Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sati. 2018. Buku Pintar Kehamilan. Sleman Yogyakarta: Brilliant Books.

World Health Organization (WHO), 2018.


Walyani,siwi,dkk 2017. Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui.
Yogyakarta: pustaka baru press.

Yulifa,rita, dkk.(2014). Konsep kebidanan. Jakarta: salemba medika


LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI KEHAMILAN
B. PERSALINAN
C. NIFAS
D. BAYI BARU LAHIR
RIWAYAT HIDUP

Nama : Selly Agustriani


Tempat tanggal lahir : Lahat, 04 Agustus 2001
Agama : Islam
Nama orang tua
Ayah : Sulpani
Ibu : Siti Suhaidah
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
No hp : 082180594596
Email : sellyagustriani@gmail.com
Alamat : Desa Tanjung Agung Kecamatan Pagar Gunung
Kabupaten Lahat

Riwayat pendidikan :
1) MIN LAHAT
2) SD N 07 PAGAR GUNUNG
3) SMP N 1 PAGAR GUNUNG
4) SMA N 4 LAHAT

Anda mungkin juga menyukai