PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai
6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi
ini disebut involusi. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena
sekitar 60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini. Perdarahan merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas, dimana 50%-60%
karena kegagalan uterus berkontraksi secara sempurna (Metha Fahriani,2020).
Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
khususnya bidan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang
kurang maksimal dapat menyebaban ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat
berlanjut pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor
dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini (Atik, 2020).
Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada
masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Pelayanan nifas
sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya tiga kali, pada enam jam
pasca persalinan sampai dengan hari ketiga, pada minggu kedua, dan pada minggu
keenam termasuk pemberian vitamin A dua kali serta persiapan dan atau
penggunaan alat kontrasepsi setelah persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas harus
dilakukan minimal tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam
sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-
28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan
(Profil Kesehatan, 2018).
Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan
memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari
ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,
1
penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi
dan keluaga berencana. Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga
merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Perawatan masa
nifas merupakan perawatan diri yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap ibu
nifas maupun aktivitas perawatan yang dilakukan oleh ibu nifas itu sendiri untuk
memelihara kesehatan organ-organ reproduksi selama masa nifas, yakni dimulai
dari akhir persalinan dan berakhir hingga embalinya organ-organ reproduksi
seperti keadaan sebelum hamil. Perawatan masa nifas merupakan suatu bentuk
tindakan atau praktik yang dilakukan oleh ibu nifas yang menggambarkan perilaku
kesehatan ibu selama menjalani masa nifas. Dalam perilaku seseorang ada tiga bagian
penting, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari
pengetahuan, afektif dapat diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor dapat
diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan,
baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular
yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai upaya menurunkan angka
kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan. pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada
ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan. (Profil Kesehatan, 2018).
Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas diantaranya daya tahan tubuh yang
kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang gizi/mal nutrisi, hygiene yang
kurang baik, serta kelelahan. Faktor penyebab utama terjadinya infeksi pada
masa nifas ialah adanya perlukaan pada perineum (Widyastuti, 2016; Dwijayanti
& Puspitasari, 2019).
Berbagai upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) semakin gencar dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan
di Indonesia dan upaya pencapaian komitmen Global untuk 15 tahun ke depan.
Kali ini diberi nama Sustainable Development Goals (SDGs) yang akan dicapai
sampai tahun 2030 salah satu program yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan
AKB adalah adanya Program EMAS (Expanding Maternal dan Neonatal Seviva).
2
Program tersebut telah disosialisasikan dan sekaligus dilakukan pengukuran
kelompok kerja yang terdiri dari barbagai unsur kesehatan baik yang terlibat
langsung dalam hal penanganan ibu dan bayi seperti halnya dokter, bidan dan
perawat ataupun unsur-unsur pendukungnya seperti halnya dari organisasi
kemasyarakatan, yang akan mendukung Program EMAS tersebut (Sinabutar &
Setianingsih (2017).
Jamu merupakan bentuk pengobatan tradisional yang diturunkan oleh para
leluhur masyarakat. Masyarakat meng- anggap jamu merupakan pengobatan yang
lebih aman dibandingkan dengan pengobatan modern. Penggunaan jamu banyak
ditemukan pada masyarakat baik saat dalam masa kehamilan, melahirkan maupun
masa nifas, Konsumsi jamu lebih banyak ditemui pada masa nifas dibanding masa
kehamilan dan persalinan. Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi jamu dengan
tujuan untuk membantu me- lancarkan ASI, mencegah datangnya penyakit,
menjaga ketahanan tubuh serta menjaga kecantikan ibu khususnya pada organ
kewanitaan (Ratih Sakti Prastiwi.2020).
Kebiasaan mengkonsumsi jamu banyak ditemukan di masyarakat Jawa.
Sebanyak 70%-80% masyarakat sangat bergantung pada jamu sebagai
pengobatan tradisional. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan jamu lebih
mudah dan lebih ekonomis. Selain itu jamu dapat menurunkan kecemasan atau
ketegangan pada ibu nifas. Ketegangan yang sering muncul adalah ketegangan sosial.
Ketegangan sosial dapat terjadi apabila salah satu warga masyarakat tidak mengikuti
tradisi atau kebiasaan masyarakat yang umumnya timbul cibiran hingga pengkucilan.
Apabila ketegangan sosial ditemui pada ibu nifas maka akan mempengaruhi
kesehatan ibu selama masa nifas berlangsung. Beberapa dampak ketegangan sosial
pada ibu antara lain penurunan produksi ASI, stres, depresi, dan sebagainya (Ratih
Sakti Prastiwi.2020)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari obat herbal ?
2. Apa pengertian dari masa nifas ?
3. Bagaimana intervensi farnakologis pada masa nifas ?
4. Bagaimana intervensi non farmakologis pada masa nifas ?
3
5. Bagaimana penggunaan teknologi tepat guna dalam pelayanan nifas ?
6. Apa saja jenis herbal dalam penyembuhan masalah ASI ?
7. Apa saja jenis herbal dalam penyembuhan masalah payudara bengkak ?
8. Apa saja jenis herbal dalam penyembuhan luka perineum dan luka seksio sesare ?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan medeskripsikan :
1. Pengertian dari obat herbal.
2. Pengertian dari masa nifas.
3. Intervensi farnakologis pada masa nifas.
4. Intervensi non farmakologis pada masa nifas.
5. Penggunaan teknologi tepat guna dalam pelayanan nifas.
6. Jenis herbal dalam penyembuhan masalah ASI.
7. Jenis herbal dalam penyembuhan masalah payudara bengkak.
8. Jenis herbal dalam penyembuhan luka perineum dan luka seksio sesare.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan pengetahuan tentang penggunaan herbal dalam masa nifas dan
menyusui. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang penggunaan herbal dalam masa nifas dan menyusui;
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang penggunaan herbal dalam masa nifas
dan menyusui baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB II
PEMBAHASAHAN
4
A. Pengertian Obat Herbal
Obat herbal merupakan obat yang berasal dari campuran bahan alami yang berbentuk
ramuan dalam formulasi yang diinginkan. Penggunaan obat herbal sekarang sudah
berkembang pesat dengan penggunaan bahan dari alam. Herbal diklasifikasikan menjadi
3 kategori yaitu jamu, obat herbal dan fitofarmaka. Obat herbal dalam bentuk sediaan
banyak dijual dimasyarakat umum tetapi ini belum terstandar.
Penggunaan obat herbal ini dimanfaatkan tidak hanya untuk orang yang sakit, tetapi
untuk pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas. Perawatan pada masa nifas sangat
penting karena bisa mendeteksi secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca
persalinan dan untuk memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang cara
merawat diri dan bayinya. Pada masa postpartum terdapat tiga proses perubahan penting
yaitu masa pengecilan rahim (involusi), kekentalan darah dan masa laktasi atau
menyusui.
5
1. Vitamin A
Manfaat Vitamin A
a. Meningkatkan daya kesehatan ibu terhadap penyakit dan infeksi seperti campak
dan diare.
b. Membantu proses penglihatan dan adaptasi dari tempat yang terang ke tempat
yang gelap.
c. Mencegah kelainan pada sel-sel epitel termasuk pada selaput lendir mata.
d. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel sehingga kelerjer tidak
memproduksi cairan yang menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata di sebut
xerosis konjungtiva.
e. Mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot
(bitot’s sport) bahkan kebutuhan.
f. Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI).
g. Kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.
6
c. Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti: bayam, daun
singkong, kangkung, daun katuk, daun mangkokan, daun kelor, daun bluntas,
kecipir, labu kuning, daun ubi jalar, tomat, wartel.
d. Bahan makanan yang difortifikasi (diperkaya) dengan vitamin A seperti:
margarine, susu, dan beberapa mie instant.(Depkes RI 2009)
7
b. Apabila kapsul vitamin A tidak diberikan pada KN1, maka dapat diberikan pada
kunjungan KN2 (8 – 28 hari)
c. Sweeping dalam bentuk kunjungan rumah
Sweeping adalah suatu upaya untuk menjaring ibu nifas dalam meningkatkan
pemberian kapsul vitamin A. Hal ini di lakukan bila masih terdapat ibu nifas yang
belum mendapatkan kapsul vitamin A pada hari pemberian yang telah di tentukan
dalam bentuk kunjungan rumah.Untuk menghindari duplikasi pemberian kapsul
vitamin A oleh petugas kepada ibu nifas, setiap petugas yang akan memberikan
kapsul harus memberitahukan dan menanyakan kepada ibu nifas tentang
pemberian kapsul vitamin A. Ibu dapat memperoleh kapsul vitamin A di:
Posyandu, Polindes (Bidan Desa), Puskesma Pembantu, Puskesmas, Praktek
Swasta (Bidan, Rumah Bersalin, Klinik Bersalin dll), kelompok KIA.
2. Tablet Fe
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat
besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh.
Tujuan dari Pemberian Tablet FE
Untuk meningkatkan sirkulasi darah dan serta menambah sel darah merah
(HB) untuk daya angkut O2 mencukupi kebutuhan. Serta untuk mencegah terjadinya
anemia pasca persalinan.
8
Fe pada rutama ibu hamil yang diakibatkan karena kurangnya zat besi yang diabsorbsi
tubuh melalui makanan yang mengandung besi. Karena pada masa nifas kebutuhan Fe
meningkat pada saat melahirkan perlu tambahan Fe 300 – 350 Mg, akibatnya
kehilangan darah.
Dosis
Dosis minum tablet FE pada ibu post partum sehari 1 tablet ( 60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat) selama masa nifas ( 40 hari ). Tablet besi baik
dikonsumsi jika bersamaan dengan vitamin C untuk membantu penyerapan dari zat
besi ini dan di minum pada malam hari sebelum tidur. Tablet besi sebaiknya tidak
dikonsumsi dengan teh atau kopi karena dapat menghambat penyerapannya.
Efek Samping
Tablet besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah,
kadang diare dan sulit buang air besar atau sembelit. Agar tidak terjadi efek samping
dianjurkan untuk minum tablet besi atau sirup besi pada malam hari setelah makan
sebelum tidur. Setelah minum tablet besi atau sirup zat besi biasanya kotoran (feses)
berwarna kehitaman. Hal ini merupakan hal yang wajar dan tidak perlu
dikhawatirkan.
Tablet FE disimpan di tempat tertutup dan kering, jangan terkena sinar
matahari secara langsung atau dekat dengan sumber panas dan setelah bungkus di
buka ditutup kembali.
9
D. Intervensi Non Farmakologis Pada Masa Nifas
Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih banyak
digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah dalam upaya
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) serta peningkatatn kesehatan (promotatif), bahkan dari masa ke masa obat
tradisional mengalami perkembangan yang terus meningkat, terlebih dengan munculnya
isu kembali kealam (back to nature).
Sebenarnya sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menanggulangi berbagai
masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan
modern menyentuh masyarakat, selain lebih ekonomis efek samping ramuan herbal
sangat kecil. Karena itu pengguna obat herbal alami dengan formulasi yang tepat sangat
penting dan tentunya lebih efektif.
1. Daun Sirih
10
Lima faktor yang memengaruhi perawatan luka perineum adalah faktor
eksternal (lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penanganan petugas,
kondisi ibu dan gizi) dan faktor internal (usia, penanganan jaringan, hemoragi,
hipovolemia, faktor lokal edema, defisit nutrisi, personal higiene, defisit oksigen,
medikasi dan aktivitas berlebih).
Daun sirih (Piper betle L.) secara umum telah dikenal masyarakat sebagai
bahan obat tradisional. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai
daya antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung
didalamnya. Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung
4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan
isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen
(siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen.
Sepertiga dari minyak atsiri terdiri dari fenol dan sebagian besar adalah
kavikol yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri
lima kali lipat dari fenol biasa (Moeljanto, 2003 dalam Celly, 2010). Daun sirih
mengandung saponin yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang
berperan dalam proses penyembuhan luka
Chavicol adalah salah satu komponen yang terkandung dalam daun sirih yang
dapat berfungsi sebagai antiseptik. Kandungan daun sirih hijau adalah minyak atsiri
yang mengandung antara lain chavicol dan chavibetol, yaitu senyawa yang
mempunyai khasiat antiseptik. Khasiat antiseptik itu diduga erat berkaitan dengan
pemakaiannya sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pada luka (Arifin, 2008
dalam Celly, 2010
Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara
mendenaturasi protein sel. Dengan terdenaturasinya protein sel, maka semua aktivitas
metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein.
Studi yang dilakukan oleh Susilo Damarini dkk (2013) pada kelompok
intervensi rata-rata lama penyembuhan rata-rata 3,37 hari. Pada kelompok kontrol
rata-rata lama penyembuhan 5,43 hari. Kondisi kesehatan responden seluruhnya
adalah baik. Pada variabel pemberian antibiotik, kelompok intervensi dan kontrol
adalah setara hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,198 (a > 0,05). Rata-rata hari
perawatan luka perineum menggunakan sirih merah lebih rendah dibandingkan rata-
rata hari perawatan luka perineum menggunakan obat antiseptik.1
11
Hasil penelitian oleh Ari Kurniarum (2015) antara responden yang
menggunakan daun sirih dan tidak menggunakan daun sirih terlihat perbedaan yang
nyata, dimana dari 30 responden yang menggunakan daun sirih setelah 7 hari post
partum, terdapat 22 responden (73,3%) yang luka perineumnya kering dan 8
responden (26,7%) yang masih basah sedangkan pada 30 responden yang tidak
menggunakan daun sirih, setelah 7 hari post partum sebanyak 18 responden (60%)
luka perineum masih basah dan 12 responden (40%) luka perineum kering.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesembuhan luka perineum pada
responden yang menggunakan daun sirih cenderung lebih cepat dibandingkan
responden yang tidak menggunakan daun sirih, hal ini dikarenakan kandungan kimia
dari daun sirih yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Hasil penelitian
ini didukung oleh Nurita (2012), bahwa daun sirih terbukti efektif secara bermakna
signifikan untuk mempercepat pemulihan luka perineum (episiotomi) setelah
melahirkan.
Hasil ini didukung juga dengan penelitian Celly (2010), bahwa ada pengaruh
Penggunaan Daun Sirih Terhadap Percepatan Luka Perineum Ibu Nifas di Desa
Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Tahun 2010. Penelitian
yang sama juga dilakukan oleh Valentine (2013), bahwa ada Hubungan Perawatan
Genetalia pada Luka Perineum dengan Kejadian Infeksi di Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesembuhan luka perineum
pada responden yang menggunakan daun sirih cenderung lebih cepat dibandingkan
responden yang tidak menggunakan daun sirih, hal ini dikarenakan kandungan kimia
dari daun sirih yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
2. Daun Katuk
12
Katuk (Sauropus androginus (L) Merr.) memiliki nama daerah beragam,
antara lain memata, mata-mata, cekop manis, simani ( Sumatera), katu, babing,
katukan (Jawa), dan karekur (Madura). Jenis sayur ini enak bila ditumis atau disayur
bening. Daun dan akarnya mengandung saponin, falvonoida, dan tanin yang baik
untuk kesehatan.
Tanaman ini merupakan sejenis tanaman perdu yang tumbuh menahun.
Sosoknya ramping sehingga sering ditanam sebagai tanaman pagar. Dan bercabang
jarang. Batangnya berwarna hijau saat masih muda dan menjadi kelabu keputihan saat
sudah tua. Daun katuk merupakan daun majemuk genap. Bunganya berbentuk unik
dengan kelopak yang keras berwarna putih semu kemerahan. Buahnya berbentuk
bulat, berukuran kecil – kecil seperti kancing, dan berwarna putih. Katuk banyak
tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 m dpl dan menyukai tempat
terbuka atau sedikit terlindung. Penanamannya dapat dilakukan di ladang atau
pekarangan sebagai pagar hidup pada tanah yang berstruktur ringan.
Daun Katuk mengandung polifenol dan steroid yang berperan dalam reflex
prolaktin atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI, serta merangsang hormon
oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI. Daun katuk juga
mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk sebagai peningkat
produksi ASI, berasal dari efek hormonal senyawa sterol yang bersifat estrogenik.
Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk sebagai
peningkat produksi ASI, diduga berasal dari efek hormonal senyawa kimia sterol yang
bersifat estrogenik.
Kini daun katuk dapat dikonsumsi dengan mudah. Daun katuk dibuat dalam
bentuk kapsul siap minum yang mengandung 100% ekstrak daun hijau yang diproses
secara alami dan higienis tanpa tambahan bahan apapun tetap menjaga khasiat daun
katuk. Tanpa efek samping apapun sehingga kapsul daun katuk aman dikonsumsi
untuk ibu dalam masa menyusui dan penyembuhan beberapa penyakit.
3. Temulawak
13
Tanaman temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun
dengan batang semu dan tingginya dapat mencapai 2-2,5 meter (Mahendra 2005).
Tiap rumpun tanaman ini terdiri atas beberapa anakan dan tiap anakan memiliki 2-9
helai daun. Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar, berwarna
hijau tua dengan garis-garis coklat (Mangan 2008). Panjang daun sekitar 50–55 cm
dan lebar ±18 cm (Rukmana 1995). Bunga temulawak biasanya muncul dari batang
semunya setelah tanaman cukup dewasa. Bunga berukuran pendek dan lebar,
berwarna putih kekuningan bercampur merah. Temulawak menghasilkan rimpang
temulawak (umbi akar) yang bentuknya bulat seperti telur (silinder dengan pusatnya
berwarna kuning tua dan kulitnya berwarna kuning muda). Jika rimpang dibelah akan
beraroma khas dan jika dimakan akan terasa pahit (Mangan 2008). Bagian tanaman
yang digunakan sebagai obat adalah umbi akar atau rimpangnya.
Komposisi kandungan kimia pada rimpang temulawak dan khasiat untuk
kesehatan salah satunya untuk memperlancar ASI. Kandungan kamfer pada temulawak
berkhasiat untuk meningkatkan produksi ASI dan nafsu makan.
4. Kunir
Jamu merupakan ramuan tradisional dengan cara ditumbuk dan direbus airnya. Jamu
ini dipercaya dapat memperlancar produksi ASI. Khasiat jamu untuk memperlancar
ASI ini, bila dilihat dari bahan-bahan yang digunakan antara lain: kunyit mengandung
senyawa kimia yang disebut kurkuminoid (kurkumin, desmetoksi-kumin, dan
bisdesmetoksikurkumin). Kunyit juga mengandung minyak atsiri yang dapat
meningkatkan produksi ASI.
5. Asem Jawa
Asem jawa mengandung Kalori, Protein, Lemak, Hidrat arang, Kalsium, Vitamin A,
Vitamin B1, Vitamin C. Asem Jawa karena banyaknya kandungan kimiawi yang ada
14
di dalamnya, maka asam jawa dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit seperti asma, batuk, demam, sakit panas, rematik, sakit perut, morbili, alergi
(biduren), sariawan, luka baru, luka borok, eksim, bisul, bengkak karena disengat
lipan atau lebah, gigitan ular berbisa, dan rambut rontok. Dilihat dari manfaatnya
asam jawa dapat menjaga kesehatan fisik ibu nifas, kesehatan fisik ibu merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
6. Galian Singset
Galian singset merupakan salah satu jamu yang dikonsumsi oleh ibu nifas. Jamu jenis
ini bermanfaat untuk membantu wanita dalam mencocokkan datang bulannya yang
tidak teratur selain itu jamu ini dapat membantu kondisi wanita agar ramping, wajah
lebih berseri-seri serta memperhalus kulit. Jamu ini banyak disarankan dan digunakan
oleh kaum remaja. Salah satu jenis tumbuhan yang digunakan pada ramuan galian
singset adalah ‘adas’. Adas merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan ibu
menyusui dan ibu nifas. Adas mengandung senyawa flavonoid dan coumarins yang
merupakan kelompok fitoestrogen yang membantu dalam menstimulasi produksi ASI.
Selain itu, adas juga memiliki manfaat sebagai anti-inflamasi dan ant-nyeri. Perlukaan
pada rahin akibat lepasnya plasenta maupun luka di perineum jika perawatannua tidak
baik maka akan menimbulkan inflamasi dan infeksi.
15
2. Breast Pump
Breastpump atau Pompa ASI adalah alat bantu yang digunakan ketika bayi tidak
bisa menyusu langsung ke Ibu karena berbagai alasan.
Berikut beberapa fungsi breast pump:
a. Untuk memerah ASI.
b. Untuk menstimulasi peningkatan jumlah produksi ASI bagi ibu yang memiliki
jumlah produksi ASI sedikit.
c. Untuk menghilangkan rasa sakit pada payudara yang terasa “penuh” dengan
mengosongkannya. Hal ini terjadi bila si bayi belum mau menyusui. Ataupun bayi
mempunyai masalah saat menyusui, misalnya bayi susah menempel (latch) pada
payudara. Ibu dapat memerah, menyimpan ASI dalam botol lalu memberikannya
ASI bayi.
d. Untuk menjaga produksi ASI. Contohnya Ibu harus meminum obat-obatan dari
dokter. Karena khawatir akan mempengaruhi ASI Ibu tidak memberikannya tetapi
ibu dapat memerah dan membuangnya ( pump and dump) hal ini bertujuan untuk
menjaga kestabilan produksi ASI (dengan tetap memompanya) sehingga bila
16
pengobatan selesai, ibu dapat melanjutkan pemberian ASI tanpa menemui masalah
produksi ASI yang berkurang.
e. Untuk membantu menormalkan bentuk putting.
17
e. ASI pada setiap bayi. Waktu yang dibutuhkan untuk memompa ASI menggunakan
teknik manual sebanyak 45 menit, namun dengan menggunakan breast pump
biasanya hanya membutuhkan waktu 15 menit.
Ameda
Little Giant Natur Chicco
UniMOM
OneHand
Manual
Mezzo
ManualBP
18
Breastpump Elektrik
LG Mini
Little Giant
Avent Natural Avent Natural Spectra DEW Rechargabl
Mini Electric
Double Single 350 e
Tommee
Tippeee
Unimom Forte Ardo Calypso Unimom Ameda
CTN
Alegro Lactaline
Spectra S9 Spectra S1
Rechargeable
Spectra M1 Spectra S2 Spectra 9S
.
3. Cold Pack U Perineum
19
Cold pack U perineum Cold pack adalah gel beku yang digunakan fisioterapi
untuk merawat daerah yang nyeri dan peradangan. Cold pack diletakkan langsung pada
daerah yang membutuhkan perawatan. Efek dingin dari cold pack disalurkan ke kulit,
otot dan jaringan tubuh pasien sehingga mempunyai beberapa manfaat. Suhu yang
dingin menyebabkan vasokonstriksi/penyempitan pembuluh darah vena pada area
tersebut.
20
Hipnopunktur breastfeeding
Pada penelitian Putriningrum, R.(2014) bahwa hypnobreastfeeding yang dilakukan
pada ibu hamil trimester III berpengaruh pada proses menyusui . Pada penelitian tersebut
hanya dilakukan pada saat ibu hamil dan sampai pada 1 minggu setelah persalinan
dievaluasi ibu antusias untuk menyusui anaknya. Akupuntur untuk memperlancar ASI ini
berfungsi merangsang diproduksinya hormon prolaktin dari otak. Hormon ini yang
mempengaruhi banyak sedikitnya ASI.
Dengan akupuntur di titik-titik tertentu akan bisa merangsang produksi hormon
prolaktin. Penelitian yang dilakukan Baharuddin (2009) di Surabaya. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat dikembangkan lagi pada ibu nifas dengan mengkombinasi terapi
akupuntur. Karena dengan suggesti di area alam bawah sadar mampu membuat ibu
mempunyai rasa kepercayaan diri dan keteguhan hati untuk menyusui dan di tunjang
dengan stimulasi dari jarum akupuntur dapat mengaktifasi titik meridian. Terapi
Hypnopunturbreastfeeding ini mampu menyadarkan dan mengubah pola pikir ibu untuk
bisa bertahan menyusui sampai minimal 6 bulan C.
21
Daun Kelor
Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk
telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau
kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm
sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar
berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus,
tetapi terang dan melintang. Tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit
agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau
krem berserabut, sebagian besar terpisah.
Hasil penelitian Sulistiawati (2017) efek moringa oleifera pada ibu Prolaktin dan
durasi tidur bayi. Namun, tidak ada efek signifikan berat bayi Daun kelor merupakan
salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan
kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, besi, protein,
vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Daun kelor mengandung zat besi lebih tinggi
daripada sayuran lainnya yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Yameogo et al. 2011)
Daun kelor terlebih dahulu diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96%,
kemudian dilakukan uji fitokimia untuk mendeteksi adanya senyawa aktif alkaloid,
flavonoid, saponin, fenolat, triterpenoida/steroida, dan tannin (Putra,2016).
Hasil penelitian Kristina (2014) daun kelor mengandung fitosterol yang dapat
meningkatkan produksi ASI bagi wanita yang sedang menyusui.Daun kelor mengandung
Fe 5,49 mg/100 g dan fitosterol yakni sitosterol 1,15%/100 g dan stigmasterol 1,52%/
100 g yang merangsang produksi ASI
Bahan Dan Cara membuat air seduhan daun kelor Bahan :
1. Tiga tangkai daun kelor
2. Air matang 250 ml
3. Daun salam 1 buah
4. Bawang merah ½ siung
5. Bawang putih ½ siung
6. Garam ¼ sendok teh
7. Gula merah ½ bagian
Cara mengolah :
1. Ambillah satu sampai tiga tangkai daun kelor.
22
2. Cuci bersih daun kelor lalu bersihkan bersih.
3. Masukkan air kurang lebih dua gelas air tunggulah mendidih lantas masukkan daun
kelor.
4. Tambahkan 1 lembar daun salam, irisan bawang merah ½ siung serta bawang
putih½ siung, garam¼ sendok teh serta dapat pula di tambah sedikit gula merah½
bagian .
5. Cukup rebus kurang lebih 30 menit. (Purwanto,2015)
23
tersebut akibat kongesti pembuluh darah.(Lim, Song, Hur, Lee, & Lee, 2015; Novita,
2011; Ratnawati, 2017).
Kondisi yang mempengaruhi breast engorgement seperti usia, kecemasan, dukungan
keluarga dan pengalaman masa lalu pada ibu post partum. Kecemasan merupakan
perasaan yang dirasakan responden dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri dan bisa meningkatkan ketidaknyamanan. Ibu post partum yang
mengalami breast engorgement memerlukan dukungan dari keluarga dalam menjalani
masa menyusui bayinya. Dukungan keluarga mampu memberikan suasana relaksasi bagi
ibu post partum. Pada kondisi ibu yang mengalami relaksasi atau berada dalam suasana
bahagia, maka hormone endorpine dilepaskan dan mampu memberikan rasa nyaman
pada ibu post partum.(Cadwell, 2011)
Dampak jika breast engorgement tidak ditangani akan terjadi mastitis dan abses pada
payudara yang akan mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi.(Ratnawati, 2017;
WHO, 2019) Penelitian yang dilakukan oleh Berens mengeksplorasi tentang komplikasi
menyusui termasuk lecet atau nyeri pada puting susu, breast engorgement, mastitis dan
abses payudara.(Berens, 2015; Cunningham, F.G., J.L., Steven, L.B., Catherine, Y.S.,
Jodi, S.D., Barbara, L.H., Brian., M.C., dan Jeanne, 2014).
Kondisi breast engorgement yang dialami pasien membutuhkan penanganan
intervensi oleh perawat. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan secara promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan pasien. Intervensi keperawatan
mandiri non farmakologis secara promosi atau preventif bisa dipertimbangkan menjadi
pilihan untuk membantu memandirikan pasien dalam mengatasi masalah breast
engorgement pada ibu post partum. Berdasarkan uraian tersebut diperlukan gambaran
beberapa intervensi non farmakologis untuk menurunkan skala breast engorgement,
sehingga perlu dilakukan literature review terkait efektivitas masing-masing. Literature
review ini mempunyai tujuan mendeskripsikan dan menyampaikan informasi tentang
intervensi non farmakologi terhadap breast engorgement pada ibu post partum.
24
Breast care atau perawatan payudara bisa membantu ibu post partum mengurangi
bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara. Ketika dilakukan
breast care terdapat tindakan pijatan lembut pada payudara yang dapat menginduksi
refleks ejeksi susu dimana terjadi mobilisasi susu dan karenanya dapat mengurangi
gejala breast engorgement. (Cho, Ahn, Ahn, Lee, & Hur, 2012; Lim et al., 2015;
Reeder Sharon.J, Martin Leonide.L, 2012)
2. Penggunaan syringe terbalik
Menurut penelitian yang dilakukan Mona, penggunaan syringe terbalik untuk
membantu puting adalah teknik yang sederhana, non farmakologi yang mudah dan
aman yang terbukti mampu membantu menigkatkan praktik menyusui ibu yang
memiliki puting payudara tidak menonjol dan gangguan dalam proses laktasi dengan
adanya pembengkakan payudara.(Nabulsi, Ghanem, Abou-Jaoude, & Khalil, 2019).
Penggunaan syringe terbalik bisa diberikan ketika perawatan payudara atau breast
care. Pendekatan neurobehavioral direkomendasikan dalam meningkatkan
kemampuan exclusive breastfeeding. Biological nurturing adalah pemberian air susu
yang mendorong perempuan untuk menyusui dalam posisi santai dan relax.
Pendekatan ini berpotensi mengurangi masalah payudara seperti nyeri,
pembengkakan, dan membuat perlekatan lebih baik dan mudah dilakukan ibu post
partum yang mengalami masalah breast engorgement.(Milinco et al., 2020).
3. Traditional Chinese Medicine (TCM)
Akupunktur merupakan stimulasi titik akupunktur tertentu disepanjang kulit
tubuh dengan jarum akupunktur diyakini, menurut Traditional Chinese Medicine
(TCM) untuk meringankan hambatan atau obstruksi dalam aliran energy sehingga
memungkinkan tubuh mengalami keseimbangan dan sembuh, memperbaiki mikro-
sirkulasi dan aliran susu. (Mangesi & Dowswell, 2014)
Terapi gesekan (Gua-Sha) merupakan cara stimulasi titik akupunktur
menggunakan gerakan gesekan pada kulit, diyakini menurut Traditional Chinese
Medicine (TCM) dapat meningkatkan sirkulasi dan metabolisme dengan
menghilangkan hambatan atau obstruksi dan revitalizasi meridian. Dalam TCM
terdapat 14 saluran energi yang dikenal sebagai meridian dan mengalir diseluruh
tubuh. Meridian yang melintas tepat dibawah permukaan kulit dapat menunjukkan
titik akupunktur.
Terapi ultrasonik termal (continous). Perawatan ini dapat memfasilitasi
pengeluaran ASI dari kondisi breast engorgement dengan pengeluaran ASI dari
25
payudara yang membesar dengan mengoptimalkan refleks let-down sehingga terjadi
pengurangan rasa nyeri dan keras pada payudara yang bengkak. (Mangesi &
Dowswell, 2014).
4. Kompres daun kubis
Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) dapat digunakan untuk terapi
pembengkakan. Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) mengandung asam amino
metionin yang berfungsi sebagai antibiotic dan kandungan lain seperti sinigrin
(Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, Oxylate Heterosides belerang,
hal ini dapat membantu memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga
meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah tersebut, sehingga
memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan yang terbendung dalam
payudara tersebut. Selain itu daun kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) juga
mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas yang ditandai dari klien
merasa lebih nyaman dan daun kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) menjadi
layu/matang setelah 30 menit penempelan (Desa, 2008).
Kompres daun kubis (brassica oleracea var. capitata) pada payudara yang
bengkak dapat dilakukan bila kulit payudara tidak ada luka dan ibu tidak alergi
sulpha, kompres menjadi efektif dan terlihat hasilnya dalam waktu 1-2 jam (Davis,
2009) sehingga ibu nifas dapat menyusui secara eksklusif dan dapat meningkatkan
kepercayaan diri ibu selama proses menyusui (Walker et al dalam Dennis, 2006).
Daun kubis diketahui mengandung sulfur yang diabsorbsi kulit payudara ibu
sehingga akan mampu mengurangi bengkak payudara dan meningkatkan aliran ASI.
(Mangesi & Dowswell, 2010; Wong et al., 2017a; Zagloul, Naser, & Hassan, 2020)
Penelitian Wong (2017) menjelaskan ada pengaruh kompres daun kubis dingin
sebagai upaya non-farmakologis yang berhasil menurunkan skala breast
engorgement ibu post partum.(Wong et al., 2017a)
Penelitian Nina menyampaikan hasil ada perbedaan efektifitas daun kubis dingin
dengan perawatan payudara.(Zuhana, 2017) Daun kubis yang dipakai bisa
dipertimbangkan perlu diberi perlakuan ozonisasi. Penelitian menyampaikan bahwa
ozon mempunyai manfaat dalam sistem penyimpanan dingin baru yang dapat
memperlambat mekanisme hidrolisis dan oksidasi, sehingga dapat memperpanjang
daya simpan sayuran atau daging.(Rahmahidayati et al., 2014)
26
Lyu (2016) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ozon mampu meningkatkan
kualitas daging sapi kemasan vakum serta mampu menghambat pertumbuhan
mikroba.(Lyu, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Ikfi menjelaskan bahwa sifat molekul ozon dapat
menonaktifkan bakteri, jamur, parasit dan virus. Penggunaan ozon selama
penyimpanan dingin dengan berbagai metode pada produk perikanan meningkatkan
mutu kesegaran.(Rahmahidayati et al., 2014).
5. Kompres dingin
Cold pack merupakan aplikasi dingin non farmakologi yang mampu
menenangkan dan dapat mengurangi aliran darah ke kulit oleh vasokonstriksi dan
akan mengurangi breast engorgement.(Manna, 2016a; Witt, Bolman, Kredit, &
Vanic, 2016; Wong et al., 2017a) Kompres dingin menginduksi vasokonstriksi
sehingga mengurangi nyeri dan bengkak. Kompres dingin dapat dilakukan lebih
efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara dalam mengurangi skor
intensitas nyeri payudara pasca persalinan.(Manna, 2016a; Wong et al., 2017a)
6. Kompres hangat
Penggunaan kompres hangat pada payudara yang membengkak dapat
meningkatkan vasodilatasi, dan meningkatkan sirkulasi, dan volume ASI di
payudara.(El-Saidy & Aboushady, 2016; Manna, 2016b; Patil et al., 2014)
Penelitian dilakukan untuk menghubungkan kegunaan topikal kompres dingin
dan panas secara bergantian dengan daun kubis beku untuk pengobatan
pembengkakan payudara. Mereka menyebutkan bahwa setiap perlakuan
diaplikasikan selama 30 menit 3 kali sehari selama 2 hari. Kedua pengobatan
tersebut efektif dalam mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Hasil penelitian Tawheda (2015) menyimpulkan bahwa kompres panas dan
dingin lebih efektif daripada daun kubis.(El-Saidy & Aboushady, 2016).
7. Minyak oil zaitun
Penelitian Priyanka memberikan hasil bahwa aplikasi pijat minyak zaitun terbukti
efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara dan masalah nyeri payudara
pada ibu post partum.(Chaudhary, 2020)
8. Herbal daun hollyhock
Pengobatan herbal menggunakan daun hollyhock terbukti direkomendasikan sebagai
pengobatan alternative untuk mengatasi masalah kesehatan payudara pada ibu
menyusui. Ekstrak daun hollyhock dari daun ini merangsang fagositosis dan
27
pelepasan radikal oksigen dan leukotrine untuk menginduksi melepaskan sitokin
serta memiliki efek anti inflamasi.(Khosravan, Mohammadzadeh-Moghadam,
Mohammadzadeh, Fadafen, & Gholami, 2017)
9. Herbal daun Krokot
Penelitian Ernawati menjelaskan bahwa daun krokot merupakan tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit kulit, nyeri, dan
bengkak yang mengandung beberapa beta kompleks vitamin yang mampu
menurunkan pembengkakan payudara. Daun krokot dengan kombinasi terapi breast
care mampu memberikan efek peningkatan yang baik pada proses laktasi.(Nurjanah,
2019)
28
14. Bola kompres herbal
Penelitian Ketsuwan menjelaskan bahwa bola kompres herbal hangat bisa
membantu mengatasi breast engorgement. Bola kompres herbal memiliki berat
250gram dan mengandung herbal kering yang terdiri dari : Z. cassumunar Roxb.
rhizomes (90.5 g), C. longa L. rhizomes (18.2 g), Cymbopogon citratus (DC) Stapf
leaves and leaf sheaths (18.2 g), Acacia concinna (Willd.) DC leaves (18.2 g),
Tamarindus indica L. leaves (54.3 g), Citrus hystrix DC peels (36.2 g), Blumea
balsamifera (L.) DC leaves (5.4 g), salt (3.6 g), and camphor (5.4 g).(Ketsuwan,
Baiya, Paritakul, Laosooksathit, & Puapornpong, 2018).
H. Jenis Herbal Dalam Penyembuhan Luka Perineum Dan Luka Seksio Sesarea
Pada masa nifas seorang ibu mengalami proses adaptasi baik adaptasi fisiologi
maupun psikologi. Salah satu proses adaptasi fisiologi pada nifas adalah penyembuhan
luka perineum atau luka seksio sesarea. Tidak semua penyembuhan luka perineum
ataupun luka seksio sesarea pada ibu nifas berjalan dengan cepat. Sebuah luka dapat
didefinisikan sebagai gangguan dalam kontinuitas lapisan epitel kulit atau mukosa.
Cedera, karena opersi atau kecelakaan, hasil dalam kerusakan jaringan, gangguan
pembuluh darah dan extravasations konsituen darah dan hipoksia.
Penyembuhan luka merupakan proses komplek yang memiliki tiga fase yaitu fase
inflamsi, fase proliferasi dan fase maturasi/pematangan. Penyembuhan luka adalah hasil
dari interaksi antara sitokin, faktor pertumbuhan, darah dan elemen seluler, dan matriks
ekstraseluler. Sitokin mempromosikan penyembuhan melalui berbagai jalan, seperti
merangsang produksi komponen membran basal, mencegah dehidrasi, meningkatkan
peradangan dan pembentukan jaringan granulasi. Luka dapat secara luas diklasifikasikan
ke dalam luka akut dan kronis tergantung pada etiologinya. Luka akut paling sering
terjadi akibat kecelakaan seperti trauma atau luka bakar. Luka akut biasanya akan
sembuh dalam waktu pendek setelah diberikan pengobatan yang tepat.
Penatalaksanaan penyembuhan luka perineum ataupun luka seksio sesarea dapat
diberi terapi secara konvensional ataupun dengan terapi komplementer. Terapi
komplementer dikenal juga sebagai obat tradisional atau obat rakyat, yang terdiri dari
pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi dalam berbagai masyarakat
sebelum era kedokteran modern. Praktek yang dikenal sebagai obat tradisional termasuk
29
herbal, Ayurveda, Siddha, Unani, Muti, Ifa, pengetahuan psedo-medical Afrika dan
lainnya dan praktek di seluruh dunia. (WHO, 2013)
Organisasi Kesehatan dunia(WHO) mendifiniasikan obat tradisional sebagai praktik
kesehatan, pendekatan, pengetahuan dan keyakinan meggabungkan tanaman, hewan dan
obat – obatan berbasis mineral, terapi spiritual, teknik manual dan latihan, diterapkan
tunggal atau dalam kombinasi untuk mengobati, mendiagnosa dan mencegah peyakit
atau mempertahankan kesehatan/ kesejahteraan. (WHO, 2013)
Di beberapa negara Asia dan Afrika, hingga 80% dari populasi bergantung pada obat
tradisional untuk kebutuhan utama mereka dalam merawat kesehatan. Ketika diterapkan
di luar budaya tradisional, obat tradisional sering disebut pengobatan komplementer dan
alternative. Hampir empat miliar jenis tanaman digunakan di seluruh dunia sebagai obat,
Pasien yang menggunakan obat alternatif umumnya antar usia 30 dan 49 tahun, dan
umumnya perempuan lebih sering menggunakan nya dibandingkan dengan laki – laki
(Dorai, 2012).
30
antijamur, anti-kanker, anti oksidan dan berfungsi pada penyembuhan. Flavonoid dan
saponin dalam calendula mencegah terlepasnya enzim berbahaya dan histamin yang
menyebabkan sensitivitas dan peradangan serta menyembuhkan kemerahan dan rasa
sakit, menghambat perluasan plasma pada jaringan dengan mengurangi permeabilitas
kapiler. Sementara itu, mengurangi imigrasi sel darah putih ke daerah yang meradang.
Efek antiinflamasi yang disebabkan triterpenoid. Dalam sebuah studi pada hewan,
calendula merangsang granulasi dan meningkatkan glikoprotein dan collagen. Belum ada
penelitian yang selesai tentang mempelajari pengaruh calendula pada penyembuhan luka
di bagian tubuh lain dan begitu juga pengaruh Aloe vera dan calendula pada
penyembuhan luka episiotomi tetapi ada penelitian serupa yang dilakukan berkaitan
dengan efek dari tanaman obat lainnya.
Penyembuhan luka perineum dengan menggunakan lidah buaya dan calendula salep
dapat mempercepat penyembuhan episiotomi setelah melahirkan 5 hari.
2. Aromatherapi Lavender
Penyembuhan luka operasi juga dipengaruhi oleh rasa nyeri yang dialami, dan untuk
membantu pengurangan rasa nyeri yaitu dengan Lavender esensi inhalasi dapat
digunakan sebagai bagian dari pengobatan analgesik multimodal setelah operasi caesar,
tetapi tidak dianjurkan menggunakan pengobatan analgesik tunggal.
3. Obat herbal Cina
Obat herbal cina sering digunakan oleh ibu selama hamil dan masa nifas di Taiwan dan
mereka yang dengan pendidikan tinggi dan primipara menggunakan banyak herbal.
Berkaitan dengan kurangnya informasi keamanan penggunaan herbal ini, peneliti
memberikan nasihat peringatan tentang penggunaan obat herbal selama kehamilan atau
ketika menyusui pada masa nifas. Lebih lanjut, sangat penting untuk perawat atau bidan
menanyakan kebiasaan, dan menyediakan pendidikan kesehatan yang memadai bagi
wanita selama perawatan kehamilan dan nifas untuk mencegah efek samping yang
potensial terjadi.
BAB III
PENUTUP
31
A. Kesimpulan
Pengertian Nifas Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Obat yang digunakan pada masa nifas contohnya: tablet Fe dan Vitamin A.
Sedangkan, penggunaan teknologi tepat guna dalam pelayanan nifas yaitu: scort
menyusui, breast pump, cold pack u perineum.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
- sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Pedoman pemberian tablet besi-folat dan sirup besi bagi petugas. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Almatsier, Sunnita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kurniarum A, Kurniawati. 2015. Keefektifan Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas
Menggunakan Daun Sirih Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Vol.4 NO.2: 162-167: Interest.
Suri V, Disha, Rana A, Singh A, 2015. Effect of Cilled Cabbage Leaves vs. Hot Compression
on Breast Engorgement among Post Natal Mothers Admitted in a Tertiary Care Hospital.
Nursing and Midwifery Research Journal, Vol.11, No.1, Januari: 2015.
Zuhana N, 2017. Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea Var.
Capitata) dengan Perawatan Payudara dalam Mengurangi Pembengkakan Payudara (Breast
Engorgement) di Kabupaten Pekalongan. Prodi DIII Kebidanan STIKes Muhammadiyah
Pekalongan: Jurnal Ilmiah Bidan Vol. II No.2 2017, Hal: 51-56.
Zagloul, M. C., Naser, E. G., & Hassan, H. E. (2020). Influence of Hot Compresses Versus
Cabbage Leaves on Engorged Breast in Early Puerperium. International Journal of Studies in
Nursing, 5(2), 7. https://doi.org/10.20849/ijsn.v5i2.740
Taqiyah, Y., Sunarti, S., & Rais, N. F. (2019). Pengaruh perawatan payudara terhadap
bendungan ASI pada ibu post partum di RSIA Khadijah I Makassar. Journal of Islamic
Nursing, 4(1), 12. Retrieved from
http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/join/article/view/7757
33
Syamson, M. M. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Bendungan ASI pada Ibu
Menyusui. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 6(1), 24–32. https://doi.org/ISSN: 2089-9394
Ketsuwan, S., Baiya, N., Paritakul, P., Laosooksathit, W., & Puapornpong, P. (2018). Effect
of Herbal Compresses for Maternal Breast Engorgement at Postpartum: A Randomized
Controlled Trial. Breastfeeding Medicine, 13(5), 361–365.
https://doi.org/10.1089/bfm.2018.0032
Ananda A.Dorai. 2012. Wound care with traditional, complementary and alternative
medicine. Indian Journal of Plastic Surgery.Indian J Plast Surg.2012 May-Aug; 45(2):418-
424
Rahayu R dan Sugita. (2015). Pengaruh Jus Nanas Terhadap Kecepatan Penurunan TFU
dan Penyembuhan Luka Perinium pada Wanita Post Partum. Jurnal Tumbuhan Obat
Indonesia. 8(1): 27-37.
34