Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kehamilan adalah

sebuah proses dimana seorang perempuan mengandung embrio dan janin yang

sedang berkembang dalam rahimnya selama kurang lebih Sembilan bulan.

Selama proses kehamilan diharapkan ibu hamil dapat memenuhi asupan gizi

dikarenakan jika faktor gizi kurang maka hal itu dapat menyebabkan anemia.

Tingginya angka kematian pada ibu di Indonesia masih merupakan masalah

yang menjadi prioritas di bidang Kesehatan. Kematian ibu di Indonesia secara

umum disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya anemia pada ibu hamil

(Permana et al., 2020).

Berdasarkan data WHO tahun 2017, 40% ibu hamil di seluruh dunia

mengalami anemia 4 dari 10 negara ASEAN berada dalam kategori berat/severe

dengan prevalensi ≥40% antara lain kamboja (51,5%), Laos (47%), Myanmar

(47,8%) dan di Indonesia (44,2%). Peresentase kejadian anemia pada ibu hamil

di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun 2015 hingga 2019, dari

42,1% menjadi 44,3% (WHO, 2021).

Berdasarkan kementerian Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi anemia pada

ibu hamil dikategorikan menurut usia, jumlah ibu hamil anemia usia 15-24 tahun

adalah sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun 33,7%, usia 35-44 tahun 33,6% dan usia

45-54 tahun sebesar 24% (Badan Pusat Statistik, 2020). Bedasarkan profil

Kesehatan provinsi Banten, pada tahun 2019 terdata 101,5% ibu hamil
mendapatkan 90 tablet Fe (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2020). Program

penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan memberikan 90 tablet Fe pada

ibu hamil selama masih kehamilan sudah dilakukan pemerintah, tetapi angka

kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi yaitu 44,2% (WHO, 2021).

Dampak jika anemia pada ibu hamil tidak diatasi maka dampak yang akan

terjadi pada ibu hamil ialah, anemia zat besi (Fe) pada masa kehamilan risiko

terjadi pre eklamsia dan risiko melahirkan dengan metode section caesarea (SC)

(hidayanti & Rahfildun, 2020). Pada ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko

pendarahan berat saat proses persalinan yang kemudian akan meningkatkan

risiko kematian pada ibu (Pritasari et al, 2017). Menurut Al-Mamouri dan Al-

Hakeem (2018), terdapat beberapa perubahan pada plasenta ibu hamil anemia

saat melahirkan diantarannya rata-rata berat plasenta pada saat melahirkan lebih

ringan, ketebalan plasenta lebih tipis, dan memiliki diameter yang lebih kecil di

bandingkan ibu hamil yang tidak anemia. Dampak anemia yang akan terjadi

pada bayi yang akan dilahirkan antara lain peningkatakan risiko kejadian BBLR

(Berat Badan Lahir Rendah) dan SGA (Small For Gestational Age), peningkatan

kejadian kelahiran premature, kematian bayi baru lahir, dan penurunan skor

APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) serta penurunan

perkembangan mental dan motoric anak (Hidayanti & Rahfiludin, 2020).

Menurut Aditianti dan Djaiman (2020) menyebutkan dalam jurnalnya bahwa

terdapat hubungan terbalik antara perubahan kadar Hb dalam darah ibu pada

masa kehamilan dengan berat badan bayi yang dilahirkan, semakin rendah

kadar Hb dalam darah ibu maka akan semakin besar risiko ibu melahirkan bayi
3

dengan berat badan lahir rendah.

Anemia pada ibu hamil paling sering ditemukan karena defisiensi zat besi,

penanganan yang biasanya dilakukan adalah mengkonsumsi tablet tambah darah

dan asam folat. Akan tetapi akan lebih efektif bila terapi zat besi ini bisa

dikombinasikan dengan terapi komplementer yang berasal dari herbal, dua

diantaranya yaitu kombinasi jus bayam dan tomat.

Sayur bayam merupakan tumbuhan hijau yang kaya akan berbagai nutrisi

khususnya zat besi (Fe) yang cukup tinggi yaitu sebanyak 6,43 mg per 180 gram,

serta tidak ada satu pun zat yang dapat membahayakan tubuh terkandung pada

bayam (The George Mateljan Foundation, 2010). Kandungan di dalam jus

bayam hijau menurut WHO, (2020) mengandung energi 36 kkal, protein 3,5g,

lemak 0,5g, karbohidrat 6,5g, kalsium 267mg, fosfor 67mg, zat besi 3,9mg,

Vitamin A 6,090 mg. Vitamin B1 0,080 mg, Vitamin C 80 mg, Air 86,9mg.

Dalam 100gr bayam mengandung Vitamin C 52gr, Daun bayam hijau

(Amaranthus Hybridus L) memiliki kandungan zat besi (Fe) yang sangat tinggi.

Fungsi zat besi adalah membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi

sel darah merah dalam tubuh cukup, maka kadar hemoglobin akan normal

(Merida et al., 2021). Salah satu buah yang memiliki vitamin C dan senyawa

bermanfaat untuk kesehatan adalah tomat. Kandungan tomat dalam 180gram

adalah 24,66 mg vitamin C, 0,49 mg zat besi, dan 27 mcg asam folat. Asam folat

sangat dibutuhkan oleh ibu hamil karena kebutuhan asam folat pada saat hamil

akan meningkat dari biasanya (Merida et al., 2014).

Daun bayam jika dikonsumsi secara rutin, baik itu dijadikan sayur atau pun
dijadikan jus berkhasiat mampu mengatasi beberapa jenis penyakit salah satunya

mencegah anemia karena bayam memiliki zat besi yang tinggi. Setiap 100gram

bayam mengandung 2,3gram protein, 3,2gram karbohidrat, 3gram zat besi, dan

81gram kalsium. Bayam juga akan berbagai macam vitamin dan mineral, yakni

vitamin A, vitamin C, niasin, thiamine, fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan

magnesium (Darmayanti & Ulfah, 2021).

Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan praktek di wilayah

Masyarakat ditemukan 7 dari 10 ibu yang mengalami anemia pada trimester III,

selain itu hasil wawancara dengan ibu hamil bahwa ibu hanya minum tablet

penambah darah serta belum pernah mengkonsumsi jus bayam dan tomat untuk

meningkatkan hemoglobin. Dari beberapa jurnal penelitian menunjukan bahwa

jus tomat dan bayam itu sangat efektif untuk meningkatkan kadar hemoglobin

pada ibu hamil yang mengalami anemia. Berdasarkan hal tersebut peneliti

tertarik melakukan penelitian.

“EFEKTIFITAS TERAPI JUS BAYAM-TOMAT TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI PUSTU

MINGKIK ”

1.2 Rumusan Masalah

a. ...

b. ...

c. ...

d. ...

1.3 Tujuan Penelian


5

1.3.1 Tujuan Umum

1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat Penelian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.2 Manfaat Praktis

1.5 Ruang Lingkup


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Keperawatan Maternitas

a. Definisi Keperawatan Maternitas

Keperawatan maternitas adalah bidang yang berfokus pada

pemberian layanan asuhan keperawatan yang professional yang

mengidentifikasi kepada wanita sepanjang siklus kehidupan

reproduksinya (Apriza et al., 2020). Keperawatan maternitas melibatkan

adanya fisiologis normal pada kehamilan dan persalinan serta

memberikan reaksi individu terhadap ibu dalam hubungan keluarga dan

komunitasnya (Hutagoal, 2021).

Pelayanan keperawatan maternitas yang professional di tunjukan

bagi Wanita Usia Subur (WUS) yang berkaitan dengan sistem

reproduksi, yang bersangkutan dengan masa di luar kehamilan, pada

waktu kehamilan, waktu persalinan, waktu melahirkan. Antara dua

kehamilan dan bayi baru lahir sampai dengan bayi berusia empat puluh

hari (Pokia, et.al 2022).

b. Peran Keperawatan Maternitas

Peran perawat dalam maternitas sangat penting dalam memberikan

asuhan keperawatan maternitas kepada ibu dan baru. Berikut beberapa

hal menuru Irma (2020) peran keperawatan maternitas yaitu:

1) Caregiver yaitu perawat yang bertanggung jawab dalam memberikan


7

asuhan keperawatan pada ibu hamil, pasca persalinan, dan pasca

kelahiran.

2) Educator yaitu perawat yang memberikan edukasi terhadap ibu hamil

dan keluarga tentang Kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan,

serta perawatan pada bayi baru lahir.

3) Manager yaitu perawat yang bertanggung jawab dalam mengelola

pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan bayi yang baru lahir.

4) Researcher yaitu perawat yang melakukan penelitian terhadap

kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir.

5) Advocater yaitu perawat yang berhak menjadi pembela hak – hak pada

kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir.

6) Change agent yaitu perawat yang dapat menjadi agen dalam

perubahan untuk meningkatkan kualitas pelayan kesahatan bagi ibu

hamil dan bayi baru lahir.

7) Memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil, pasca persalinan,

pasca melahirkan, dan keluarga untuk kesehatan reproduksi bagi bayi

baru lahir (Novita & Regina, 2021).

8) Melakukan pengkajian dengan baik pada ibu hamil, seperti klasifikasi

rasa nyeri, pemberian nutrisi cairan dan kecemasan (Novita & Regina,

2021).

2. Konsep Kehamilan Trimester I, II, dan Trimester III

a. Definisi Kehamilan Trimester I

Trimester I adalah trimester pertama kehamilan dan berlangsung


sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga akhir minggu ke-12

sejak kehamilan. Selama trimester pertama ini Sebagian besar ibu hamil

akan mengalami rasa mual yang terus berulang atau disebut dengan

morning sickness. Ibu hamil juga harus mewaspadai adanya risiko yang

mungkin terjadi selama kehamilan di trimester ini seperti keguguran dan

mengalami pendarahan yang merupakan risiko yang dapat terjadi

sebelum janin memasuki usia janin 12 minggu. Ibu hamil juga harus

memperhatikan nutrisinya selama di trimester ini karena janin akan

bertumbuh sangat pesat selama masa kehamilan (Amalia & Fadli, 2022).

1) Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester I

Pada trimester pertama di kehamilan ini tubuh pada ibu hamil akan

mengalami beberapa perubahan pada psikologis menurut Putri (2021)

antara lain:

a. Perubahan Emosional

Adanya penurunan yang terjadi karena kemauan seksual rasa letih

dan mual, terjadi perubahan suasana pada hati seperti depresi atau

khawatir mengenai penampilan dan kesejahteraan bayi dan ibu

hamil. Cemas mulai memperhatikan apakah bayi akan lahir dengan

sehat serta kecemasan yang akan meningkat seiring bertambahnya

umur kehamilan.

b. Cenderung malas

Perubahan hormon akan mempengaruhi gerakan tubuh pada ibu

hamil, seperti gerakannya akan semakin lamban atau seiring waktu


9

merasa letih.

c. Sensitif

Ibu hamil akan menjadi lebih peka, mudah tersinggung, marah dan

emosi. Dalam keadaan seperti ini keluarga sudah seharusnya

mengerti dan melakukan nya dengan baik jika di balas dengan

kemarahan makan akan menambah perasaan tertekan dan akan

berdampak pada perkembangan fisik dan psikis bayi.

d. Meminta perhatian lebih

Ibu hamil akan menjadi lebih ingin selalu diperhatikan karena

perubahan – perubahan yang dialami oleh ibu hamil dapat memicu

rasa aman dan nyaman serta menyokong pertumbuhan janin.

2) Perubahan Fisologi Pada Ibu Hamil Trimester I

Perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester I menurut Herliafifah,

(2022) antara lain:

a. Payudara nyeri yaitu dikarenakan adanya perubahan hormon maka

akan menimbulkan rasa lebih lembut, nyeri, dan lebih sensitive

untuk persiapan untuk menghasilkan Air Susu Ibu (ASI).

b. Sakit perut yaitu akan mengalami rasa sakit pada perut bagian

bawah dengan rasa sakit yang sama saat mengalami menstruasi,

dengan ada rasa sakit yang berbeda ada yang merasakan nyeri

ringan, sedang dan nyeri berat.

c. Keluar bercak darah yaitu pada awal kehamilan akan menjadi

pertanda bahwa sel telur berhasil dibuahi dan menempel dalam


dinding Rahim. Hal ini adalah hal yang normal bagi ibu hamil

trimester pertama. Jika terjadi perdarahan lebih berat dan terasa

menyakitkan sebaiknya ibu hamil di bawa pergi ke dokter guna

mengatisipasi keguguran pada janin.

d. Perut mulai membesar yaitu kondisi fisik perubahan yang pertama

kali dilihat pada perubahan ibu hamil trimester pertama.

e. Merasa pusing, mual dan muntah yaitu perubahan hormonal saat

memasuki masa kehamilan biasanya akan membuat ibu hamil

merasa pusing, mual, dan muntah bisa juga disebut dengan

morning sickness

f. Asam lambung naik yaitu dikarenakan rasa mual dan muntah, ibu

hamil pada trimester pertama ini akan mengalami juga rasa asam

lambung naik yang dirasakan seperti rasa terbakar di perut atau

disebut juga dengan heartburn

b. Definisi Ibu Hamil Trimester II

Trimester kehamilan II adalah dimana priode yang terjadi pada

minggu ke-13 sampai 28 kehamilan. Di trimester II ini organ vital pada bayi

seperti jantung, paru – paru, ginjal dan otak sudah berkembang sehingga

membuat ukurannya menjadi lebih besar bayi juga sudah bisa mendengar suara

dan menelan., rambut – rambut kecil bayi akan mulai tumbuh dan tubuhnya

juga sudah bisa melakukan gerakan – gerakan kecil. Pada awal trimester II berat

pada bayi juga sudah bisa mencapai 1,5 ons. Ibu hamil juga akan memiliki lebih

banyak energi dibandingkan dengan hamil trimester pertama dengan gejala

yang tidak nyaman pun juga sudah mulai berkurang, sehingga ditrimester II ini
11

dianggap sebagai periode kehamilan yang paling nyaman (Herliafifah, 2022).

1) Perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester II

Perubahan yang akan dialami perubahan fisioogis pada ibu hamil trimester II

yaitu:

a) Perut ibu hamil mulai membesar dan terlihat lebih jelas (Titania,

2021).

b) Ukuran payudara pada ibu hamil akan semakin membesar karena

adanya penumpukan pada lemak yang semakin banyak (Jhons,

2022).

c) Ibu hamil Trimester II ini mungkin akan mengalami stretch mark

atau garis – garis putih pada kulit perut, pada dan payudara (Jhons,

2022)

d) Ibu hamil juga akan mengalami gatal – gatal pada perut karena kulit

yang merengang seiring dengan makin membesarnya ukuran rahim

dan janin (Setyanto, 2018)

e) Ibu hamil juga akan mengalami rasa sakit punggung, nyeri panggul,

varises, pembengkakan pada pembuluh darah di kaki, dan berat

badan pada ibu hamil juga akan terus naik sekitar 1,5 – 2kg setiap

bulannya (Setyanto, 2018).

3. Konsep Anemia

a. Pengertian Anemia

Anemia pada kehamilan adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah

atau kadar hemoglobin dalam darah ibu hamil lebih rendah dari normal.

Anemia pada kehamilan umumnya terjadi karena volume darah ibu yang
meningkat lebih banyak dari pada peningkatan produksi sel darah merah.

Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk

kekurangan zat besi zat besi merupakan penyebab paling umum dari anemia

pada kehamilan, kekurangan vitamin B12 atau asam folat selain zat besi

kekurangan vitamin B12 atau asam folat juga dapat menyebabkan anemia

pada kehamilan, penyakit kronis seperti penyakit radang usus dapat juga

menganggu penyerapan nutrisi, termasuk zat besi dan vitamin B12, dan

gangguan ginjal jika ibu hamil mengalami gangguan ginjal, kemampuan tubuh

untuk memproduksi eritropoietin adalah hormon yang merangsang

pembentukan sel darah merah dapat terpengaruh menyebabkan anemia pada

kehamilan (American Pregnancy Assosiation, 2021).

Penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

hemoglobin di dalam sirkulasi darah menurut Palmi (2018). Kadar

hemoglobin kurang dari 12 gram/dL untuk wanita tidak hamil dan kurang dari

11 gram/dL untuk wanita hamil. Suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin

darah akibat kekurangan zat besi dengan kadar hemoglobin pada trimester I

dan trismester III <11 gr/dL dan kadar hemoglobin pada trimester II <10.5

gr/dL. Nilai batas tersebut dan perbedaanya dengan kondisi wanita tidak hamil

ialah karena terjadinya hemodilusi, terutama pada ibu hamil trimester II

(Rahmi, 2019).

Kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dL pada

trimester I dan III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dL pada

trimester II. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatan risiko kelahiran

premature, perdarahan anterpartum, perdarahan postpartum yang

menyebabkan kematian pada ibu dan anak, serta penyakit infeksi. Ibu hamil
13

yang mengalami anemia 55,6% melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR) Padila et al (2018).

Difisiensi zat besi merupakan anemia yang disebabkan oleh kurangnya

atau rendahnya ketersediaan zat besi, asam folat, dan vitamin B12 dalam

tubuh ibu hamil. World Health Organization (WHO) melaporkan adanya 33-

75% prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia difesiensi besi dan akan

semakin meningkat 30-40% seiring bertambahnya usia kehamilan. Kelainan

ini ditandai oleh Serum Iron (SI) menurun, Total Iron Binding Capacity

(TIBC) meningkat, saturasi transferrin menurun, feritin serum menurun,

pengecatan besi sumsum tulang negative dan adanya respon terhadap

pengobatan dengan preparate besi. Kematian yang disebabkan oleh defisiensi

besi dan pendarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi (Amini et al.,

2018).

Kondisi ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL

atau suatu masalah kesehatan yang biasa di alami oleh masyarakat umum

secara global terkhusus bagi ibu hamil. Anemia saat kehamilan mempunyai

konsekuensi yang beragam juga dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan

perinatal (Gudeta et al., 2019). Hemoglobin ialah suatu zat warna yang

terletak di dalam sel darah merah yang berperan sebagai pengangkut O₂ dan

CO₂ dalam tubuh, pada hemoglobin ialah suatu ikatan protein, garam besi,

seta zat warna yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah pada

janin meningkat (Winarsih, 2018). Klasifikasi anemia dalam kehamilan

menurut WHO, (2022) yaitu tidak anemia apabila kadar hemoglobin 11 g/dL,

anemia ringan apabila kadar hemoglobin 9 - 10 g/dL, anemia sedang ringan

apabila kadar hemoglobin 7 - 8 g/dL, dan anemia berat apabila kadar


hemoglobin menurut (WHO, 2023) ibu hamil Anemia Ringan: Kadar

Hemoglobin ibu hamil 10g/dL – 10,9 g/dl, ibu hamil dengan Anemia Sedang:

kadar Hemoglobin 7 gram/dL – 9,9 g/dl, ibu hamil dengan Anemia Berat:

Kadar Ibu hamil < 7 g/dL.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui secara dini

bahwa ibu hamil mengalami anemia adalah dengan cara melakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb). Pemeriksaan Ante Natal Care

(ANC) pada ibu hamil dianjurkan minimal 4 kali, terutama untuk pemeriksaan

kadar Hb yang akan dilakukan sejak usia kehamilan Trimester I dan Trimester

III akibatnya di usia kehamilan tersebut rentan terjadi adanya pencegahan

darah. Anemia juga dapat di akibatkan oleh berbagai hal, seperti jika ibu

hamil jarang melakukan pemeriksaan kehamilan, tidak mengkonsumsi sumber

makanan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan selama masa kehamilan

maka akan mempermudah terjadinya anemia pada kehamilan. Jika pada ibu

hamil tidak mengalami anemia maka kondisi tubuhnya siap untuk menerima

kehadiran anak. Tidak hanya pada keadaan Rahim dan alat reproduksi saja,

melainkan keadaan psikologis ibu juga akan menunjukkan adanya kesiapan

dalam menyambut kehadiran sang buah hati. Hal ini terjadi akibat kondisi

kehamilan yang sehat yang dialami oleh seorang ibu (Anggraini & Wijayanti,

2021).

b. Etiologi anemia

Etiologi anemia dapat didasari oleh penyebab anemia, ada dua faktor

yang menjadi penyebab gejala anemia yakni kurangya pasokan oksigen ke

jaringan di seluruh tubuh dan terjadi hypovolemia pada seseorang yang

mengalami pendarahan akut (Oehadian, 2017). Selain yang disebutkan di atas


15

masalah gizi juga dapat mempengaruhi pada kesehatan, gizi kurang pada ibu

hamil salah satunya menyebabkan anemia, hal ini dapat meningkatkan

terjadinya komplikasi pada ibu dan menghambat pertumbuhan janin yang

dikandung. Penelitian ini menunjukan bahwa status gizi dapat mempengaruhi

besarnya angka anemia sehingga dapat menyebabkan BBLR (Lestari, 2021).

Tingginya angka anemia gizi besi di Indonesia diakibatkan diet keseharian

masyarakat dari sumber nabati dengan kemungkinan dengan kadar zat besi

rendah dan kurangya absorpsi zat besi yang terkandung. Selain itu penyakit

infeksi maupun investasi parasit, investasi cacing dalam usus meningkatkan

terjadi anemia (Adriani et al., 2016).

Menurut Wagiyo dan Prutono (2016) bahwa pada umumnya ibu hamil

yang mengalami anemia dapat diakibatkan oleh hal berikut diantaranya:

1. Pola makan (Status Gizi)

Pola makan yang baik bagi ibu hamil penting untuk memastikan ibu dan

janin mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal. Pola makan yang sehat mencangkup

kebutuhan kalori, Protein dengan nutrisi untuk perkembangan otot dan

jaringan, serat konstipasi sering terjadi pada ibu hamil, kalsium, asam

lemak omega3, dan porsi makan yang seimbang (Kementerian Kesehatan

RI, 2022).

2. Kekurangan zat besi

Anemia berat seperti anemia zat besi selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko. Mulai dari kelahiran premature, melahirkan bayi

dengan berat badan rendah dan depresi pasca melahirkan. Dalam kondisi

ini juga bisa meningkatkan risiko kematian bayi sebelum atau


sesudah lahir (American Pregnancy Assosiation,2020).

3. Gangguan pencernaan dan malasorbsi

Dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti Human Chorionic

Gonadotropin (HGC), tingkat yodium, dan serum Thyroxine

Binding Globulin (TBG), tingkat fungsi tiroid berfluktuasi selama

masa kehamilan (Stagnaro, 2014).

4. Perdarahan antepartum

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan dapat juga disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain plasenta previa ialah terjadi ketika plasenta

menutupi Sebagian atau seluruh leher Rahim, abruption plasenta ialah

terjadi ketika plasenta terlepas Sebagian atau seluruhnya dari dinding

Rahim sebelum bayi lahir, Inkompetensi serviks ialah terjadi ketika

serviks atau leher Rahim terbuka terlalu dini selama masa kehamilan

dapat juga menyebabkan pendarahan. Kehamilan ektopik ialah terjadi

ketika telur janin menempel di luar Rahim, biasanya terletak di tuba

falopi ini dapat menyebabkan pendarahan yang serius. Robekan plasenta

dapat terjadi ketika plasenta robek selama proses persalinan

(Kementerian Kesehatan RI, 2023).

5. Banyak kehilangan darah

Banyaknya kehilangan darah pada ibu hamil trimester III dengan anemia

dapat memiliki beberapa dampak dan bahaya pada ibu dan janin bahaya

termasuk, anemia yang lebih parah kehilangan darah yang berkelanjutan

pada trimester ketiga dapat memperburuk anemia yang sudah ada,

mempengaruhi kesehatan ibu dengan gejala seperti kelelahan yang parah,

sesak napas, dan penurunan kemampuan tubuh untuk menjalankan fungsi


17

normal, gangguan pertumbuhan janin dapat mengurangi suplai oksigen

dan nutrisi ke janin, menyebabkan pertumbuhan janin terhambat

(Dismaturitas) atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gangguan

kesehatan janin akan kekurangan oksigen dan nutrisi yang disebabkan

oleh kehilangan darah yang berlebihan (Wahyunigrum, 2022).

c. Klasifikasi pada anemia ibu hamil

Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Sholah dan

Senior, (2020) adalah:

1 Tidak Anemia (Hb 12 gr/dl)

2 Anemia ringan (Hb 9-11 gr/dl)

3 Anemia sedang (Hb 7-8 gr/dl)

4 Anemia berat (Hb <7gr/dl)

Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya menurut (Lestari et

al, 2018) antara lain sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia Defisiensi Besi (ADB) diakibatkan oleh penurunan jumlah

besi total dalam tubuh yang menyebabkan cadangan besi untuk

eritropoesis berkurang. Anemia yang paling banyak dijumpai adalah

anemia berbentuk normositik dan hipokromik penyebabnya seperti

anemia pada umumnya misalnya seperti perdarahan.

2. Anemia Megaloblastik

Makrositik atau pemisiosa merupakan bentuk dari anemia megaloblastik.

Penyebab anemia ini ialah akibat kurangnya asam folat, kekurangan Vitamin

B12, dan juga disebabkan oleh malnutrisi serta infeksi kronik.


3. Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik diakibatkan oleh hipofungsi sumsum tulang

dan pembentukan sel darah merah yang baru. Untuk mengetahui

diagnosanya perlu dilakukan pemeriksaan seperti: Pemeriksaan darah

lengkap, pemeriksaan fungsi internal, dan pemeriksaan retikulosit.

Penyebab utama anemia hipoplastik ini belum diketahui tetapi biasanya

diakibatnya oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, serta sering terpapar

sinar rontgen/sinar radiasi.

4. Anemia Hemolitik

Penyebab anemia hemolitik ini ialah akibat adanya pemecahan atau

penghancuran sel darah merah yang begitu cepat dibandingkan dengan

pembuatannya.

d. Tanda dan Gejala Anemia

Menurut Pratiwi, (2018) terdapat beberapa tanda dan gejala

terjadinya anemia, yaitu: pusing, rasa lelah, kulit pucat dan mudah

pingsan.

1) Tanda – tanda anemia:

a) Kecepatan frekuensi nafas atau sering sesak nafas

b) Kepala sering terasa pusing

c) Sering merasa cepat kelelalahan

d) Kulit nampak pucat akibat dari oksigenisasi yang berkurang

e) Adanya mual karena berkurangnya aliran darah pada

gastrointestinal
19

f) Kualitas rambut dan kulit menurun.

2) Gejala – gejala anemia:

a) Sering mengeluh kelelahan

b) Pusing terus – menerus

c) Mata terasa berkunang – kunang

d) Terdapat lesi pada lidah

e) Nafsu makan berkurang

f) Hilang nya konsentrasi atau penurunan konsetrasi

g) Nafas pendek

h) Mengeluh mual yang lebih hebat pada usia kehamilan muda

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi:

1) Usia

Wanita yang hamil pada usia berisiko (<20 tahun) akan

mengakibatkan terjadinya kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang

masih dalam proses pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang

terjadi selama kehamilan. Sedangkan (ANC) pada ibu hamil dianjurkan

minimal 4 kali, terutama untuk pemeriksaan kadar Hb yang akan dilakukan

sejak usia kehamilan Trimester I dan Trimester III akibatnya di usia

kehamilan tersebut rentan terjadi adanya pencegahan darah. Anemia juga

dapat di akibatkan oleh berbagai hal, seperti jika ibu hamil jarang

melakukan pemeriksaan kehamilan, tidak mengkonsumsi sumber makanan

yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan selama masa kehamilan maka

akan mempermudah terjadinya anemia pada kehamilan. Jika pada ibu

hamil tidak mengalami anemia maka kondisi tubuhnya siap untuk


menerima kehadiran anak. Tidak hanya pada keadaan Rahim dan alat

reproduksi saja, melainkan keadaan psikologis ibu juga akan menunjukkan

adanya kesiapan dalam menyambut kehadiran sang buah hati. Hal ini

terjadi akibat kondisi kehamilan yang sehat yang dialami oleh seorang ibu

(Anggraini & Wijayanti, 2021).

f. Etiologi anemia

Etiologi anemia dapat didasari oleh penyebab anemia, ada dua faktor

yang menjadi penyebab gejala anemia yakni kurangya pasokan oksigen ke

jaringan di seluruh tubuh dan terjadi hypovolemia pada seseorang yang

mengalami pendarahan akut (Oehadian, 2017). Selain yang disebutkan di atas

masalahgizi juga dapat mempengaruhi pada kesehatan, gizi kurang pada ibu

hamil salah satunya menyebabkan anemia, hal ini dapat meningkatkan

terjadinya komplikasi pada ibu dan menghambat pertumbuhan janin yang

dikandung. Penelitian ini menunjukan bahwa status gizi dapat mempengaruhi

besarnya angka anemia sehingga dapat menyebabkan BBLR (Lestari, 2021).

Tingginya angka anemia gizi besi di Indonesia diakibatkan diet keseharian

masyarakat dari sumber nabati dengan kemungkinan dengan kadar zat besi

rendah dan kurangya absorpsi zat besi yang terkandung. Selain itu penyakit

infeksi maupun investasi parasit, investasi cacing dalam usus meningkatkan

terjadi anemia (Adriani et al., 2016).

Menurut Wagiyo dan Prutono (2016) bahwa pada umumnya ibu hamil

yang mengalami anemia dapat diakibatkan oleh hal berikut diantaranya:

1) Pola makan (Status Gizi)

Pola makan yang baik bagi ibu hamil penting untuk memastikan

ibu dan janin mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan
21

perkembangan yang optimal. Pola makan yang sehat mencangkup

kebutuhan kalori, Protein dengan nutrisi untuk perkembangan otot dan

jaringan, serat konstipasi sering terjadi pada ibu hamil, kalsium, asam

lemak omega3, dan porsi makan yang seimbang (Kementerian

Kesehatan RI, 2022).

2) Kekurangan zat besi

Anemia berat seperti anemia zat besi selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko. Mulai dari kelahiran premature, melahirkan bayi

dengan berat badan rendah dan depresi pasca melahirkan. Dalam

kondisi ini juga bisa meningkatkan risiko kematian bayi sebelum

atau sesudah lahir (American Pregnancy Assosiation,2020).

3) Gangguan pencernaan dan malasorbsi

Dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti Human Chorionic

Gonadotropin (HGC), tingkat yodium, dan serum Thyroxine Binding

Globulin (TBG), tingkat fungsi tiroid berfluktuasi selama masa

kehamilan (Stagnaro, 2014).

4) Perdarahan antepartum

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan dapat juga

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain plasenta previa ialah

terjadi ketika plasenta menutupi Sebagian atau seluruh leher Rahim,

abruption plasenta ialah terjadi ketika plasenta terlepas Sebagian atau

seluruhnya dari dinding Rahim sebelum bayi lahir, Inkompetensi

serviks ialah terjadi ketika serviks atau leher Rahim terbuka terlalu
dini selama masa kehamilan dapat juga menyebabkan pendarahan.

Kehamilan ektopik ialah terjadi ketika telur janin menempel di luar

Rahim, biasanya terletak di tuba falopi ini dapat menyebabkan

pendarahan yang serius. Robekan plasenta dapat terjadi ketika

plasenta robek selama proses persalinan (Kementerian Kesehatan RI,

2023).

5) Banyak kehilangan darah

Banyaknya kehilangan darah pada ibu hamil trimester III dengan

anemia dapat memiliki beberapa dampak dan bahaya pada ibu dan

janin bahaya termasuk, anemia yang lebih parah kehilangan darah

yang berkelanjutan pada trimester ketiga dapat memperburuk anemia

yang sudah ada, mempengaruhi kesehatan ibu dengan gejala seperti

kelelahan yang parah, sesak napas, dan penurunan kemampuan tubuh

untuk menjalankan fungsi normal, gangguan pertumbuhan janin dapat

mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke janin, menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat (Dismaturitas) atau Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), gangguan kesehatan janin akan kekurangan oksigen

dan nutrisi yang disebabkan oleh kehilangan darah yang berlebihan

(Wahyunigrum, 2022).

g. Klasifikasi pada anemia ibu hamil

Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Sholah dan

Senior, (2020) adalah:

1) Tidak Anemia (Hb 12 gr/dl)


23

2) Anemia ringan (Hb 9-11 gr/dl)

3) Anemia sedang (Hb 7-8 gr/dl)

4) Anemia berat (Hb <7gr/dl)

Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya menurut (Lestari et al, 2018)

antara lain sebagai berikut:

5) Anemia Defisiensi Besi

Anemia Defisiensi Besi (ADB) diakibatkan oleh penurunan jumlah besi

total dalam tubuh yang menyebabkan cadangan besi untuk eritropoesis

berkurang. Anemia yang paling banyak dijumpai adalah anemia berbentuk

normositik dan hipokromik penyebabnya seperti anemia pada umumnya

misalnya seperti perdarahan.

6) Anemia Megaloblastik

Makrositik atau pemisiosa merupakan bentuk dari anemia megaloblastik.

Penyebab anemia ini ialah akibat kurangnya asam folat, kekurangan

Vitamin B12, dan juga disebabkan oleh malnutrisi serta infeksi kronik.

7) Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik diakibatkan oleh hipofungsi sumsum tulang dan

pembentukan sel darah merah yang baru. Untuk mengetahui diagnosanya

perlu dilakukan pemeriksaan seperti: Pemeriksaan darah lengkap,

pemeriksaan fungsi internal, dan pemeriksaan retikulosit. Penyebab utama

anemia hipoplastik ini belum diketahui tetapi biasanya diakibatnya oleh

infeksi berat (sepsis), keracunan, serta sering terpapar sinar rontgen/sinar

radiasi.

8) Anemia Hemolitik

Penyebab anemia hemolitik ini ialah akibat adanya pemecahan atau


penghancuran sel darah merah yang begitu cepat dibandingkan dengan

pembuatannya.

h. Tanda dan Gejala Anemia

Menurut Pratiwi, (2018) terdapat beberapa tanda dan gejala terjadinya

anemia, yaitu: pusing, rasa lelah, kulit pucat dan mudah pingsan.

1) Tanda – tanda anemia:

a) Kecepatan frekuensi nafas atau sering sesak nafas

b) Kepala sering terasa pusing

c) Sering merasa cepat kelelalahan

d) Kulit nampak pucat akibat dari oksigenisasi yang berkurang

e) Adanya mual karena berkurangnya aliran darah pada

gastrointestinal

f) Kualitas rambut dan kulit menurun.

2) Gejala – gejala anemia:

a) Sering mengeluh kelelahan

b) Pusing terus – menerus

c) Mata terasa berkunang – kunang

d) Terdapat lesi pada lidah

e) Nafsu makan berkurang

f) Hilang nya konsentrasi atau penurunan konsetrasi

g) Nafas pendek

h) Mengeluh mual yang lebih hebat pada usia kehamilan muda

i. Faktor – faktor yang mempengaruhi:

1) Usia
25

Wanita yang hamil pada usia berisiko (<20 tahun) akan mengakibatkan

terjadinya kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam

proses pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama

kehamilan. Sedangkan pada wanita hamil di atas usia 35 tahun cenderung

mengalami anemia disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi

dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Prawirohardjo, 2016).

2) Paritas

Manuaba (2011) menyebutkan bahwa risiko tinggi anemia akan terjadi

jika wanita sering mengalami kehamilan dan melahirkan karena saat itu ia

akan kehilangan zat besi, hal ini dikarenakan selama kehamilan wanita

menggunakan cadangan zat besi yang ada di dalam tubuhnya. Peningkatam

kebutuhan zat besi pada janin menjadi penyebab yang paling sering terjadi

pada anemia difisiensi besi. Zat besi yang dibutuhkan ibu dan janin yaitu dari

2mg/hari diawal kehamilan lalu menjadi 7 mg/hari. Dalam kehamilan,

kebutuhan zat besi sama dengan 800 – 1200 mg secara keseluruhan

(Adawiyah & Wijayanti, 2021).

3) Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan

itu terjadi proses pertumbuhan, perkembahan atau perubahan ke arah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat (Edison, 2019).

4) Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe

Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan satu intervensi untuk

mencegah terjadinya anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya

ibu hamil mulai konsumsi Tablet Tambah Darah sejak konsepsi


sampai akhir trimester III (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

5) Status Ekonomi

Status ekonomi adalah jumlah penghasilan real dari seluruh anggota

rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan Bersama maupun

perorangan dalam rumah tangga. Dengan demikian, pendapatan merupakan

gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan

keluarga berasala dari:

a) Usaha sendiri misalnya berdagang, bertani, membuka usaha

sebagai wirawastawan.

b) Bekerja pada orang lain

c) Hasil dari pemilihan missal tanah yang disewakan dan lain – lain

(Ulfa, 2017).

6) Frekuensi ANC

Pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) dari WHO minimal dilakukan

8x, setelah melalui kesepakatan dan adaptasi dengan program terkait. Di

Indonesia disepakati Ante Natal Care (ANC) dilakukan minimal 6x dengan

kontak dengan dokter 2 kali, 1x untuk skrining faktor risiko/komplikasi

kehamilan di trimester 1 dan 1x untuk skrining faktor risiko persalinan di

trimester 3 (Rohmawati et al., 2020). Distribusi waktu melakukan ante

natal care sebagai berikut:

a) 2 kali pada trimester pertama (0-12 minggu)

b) 1 kali pada trimester kedua (>12 minggu – 24 minggu)

c) 3 kali pada trimester ketiga (> 24 minggu- kelahiran)

Pelayanan antenatal bisa dilakukan lebih dari 6x sesuai


27

kebutuhan dan jika terdapat keluhan, penyakit maupun gangguan

kehamilan (Rohmawati et al., 2020).

7) Gizi

Sebagian zat gizi yang di butuhkan ibu hamil tidak dapat hanya

dicukupi dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil sehari – hari,

contohnya zat besi, asam folat dan kalsium. Oleh karena itu, zat-zat

gizi tersebut harus dikonsumsi dalam bentuk suplemen (Pritasari et

al., 2017).

j. Patofisiologi

Anemia pada kehamilan merupakan defisiensi zat besi pada tubuh

manusia sebanyak 95%. Ibu hamil berisiko mengalami anemia karena

pada saat hamil ibu membutuhkan oksigen lebih tinggi sehingga

mengalami peningkatan eritropoitein. Hal ini menyebabkan volume

plasma dan sel darah merah meningkat, namun peningkatan volume

plasma darah lebih tinggi dari pada eritrosit hal ini menyebabkan

hemodilusi yaitu penurunan hemoglobin. Ibu hamil membutuhkan zat

besi 2-3 kali lebih banyak saat hamil. Zat besi ini digunakan untuk

memproduksi lebih banyak sel darah merah dan menghasilkan enzim

spesifik untuk jaringan, janin, dan plasenta (Putri & Hastina, 2020).

Kehamilan pada empat minggu pertama merupakan meningkatnya

kebutuhan zat besi paling tinggi. Kebutuhan zat besi tercukupi karena

ibu tidak mengalami menstruasi dan terjadinya peningkatan penyerapan

zat besi dari duet oleh mukosa usus pada makanan hanya diserap
kurang dari 10% dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat

besi ibu hamil. Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi pada masa

kehamilan dapat menimbulkan resiko anemia defisiensi besi yang

berdampak pada Kesehatan ibu dan janinnya yang dapat menyebabkan

terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan (Putri & Hastina,

2020).

4. Konsep Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)

a. Definisi Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)

Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L) merupakan dikonsumsi daunnya

yang biasa disebut sayuran hijau. Bayam berasal dari amerika tropic namun

diseluruh dunia sudah tersebar, bayam merupakan tumbuhan yang mempunyai

proses fotosintesis C4. Tumbuhan baya mini dikenal sayuran yang sumber zat

besi yang diperlukan untuk mencegah anemia atau kekurangan sel darah

merah. Zat besi bermanfaat untuk memperbanyak sel darah merah yang

membawa oksigen keseluruh tubuh sehingga dapat mencegah anemia

(Kundaryanti et al., 2018).

a) 2 kali pada trimester pertama (0-12 minggu)

b) 1 kali pada trimester kedua (>12 minggu – 24 minggu)

c) 3 kali pada trimester ketiga (> 24 minggu- kelahiran)

Pelayanan antenatal bisa dilakukan lebih dari 6x sesuai kebutuhan

dan jika terdapat keluhan, penyakit maupun gangguan kehamilan

(Rohmawati et al., 2020).

2) Gizi

Sebagian zat gizi yang di butuhkan ibu hamil tidak dapat hanya
29

dicukupi dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil sehari – hari,

contohnya zat besi, asam folat dan kalsium. Oleh karena itu, zat-zat gizi

tersebut harus dikonsumsi dalam bentuk suplemen (Pritasari et al.,

2017).

b. Patofisiologi

Anemia pada kehamilan merupakan defisiensi zat besi pada tubuh

manusia sebanyak 95%. Ibu hamil berisiko mengalami anemia karena pada

saat hamil ibu membutuhkan oksigen lebih tinggi sehingga mengalami

peningkatan eritropoitein. Hal ini menyebabkan volume plasma dan sel darah

merah meningkat, namun peningkatan volume plasma darah lebih tinggi dari

pada eritrosit hal ini menyebabkan hemodilusi yaitu penurunan hemoglobin.

Ibu hamil membutuhkan zat besi 2-3 kali lebih banyak saat hamil. Zat besi ini

digunakan untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah dan

menghasilkan enzim spesifik untuk jaringan, janin, dan plasenta (Putri &

Hastina, 2020).

Kehamilan pada empat minggu pertama merupakan meningkatnya

kebutuhan zat besi paling tinggi. Kebutuhan zat besi tercukupi karena ibu

tidak mengalami menstruasi dan terjadinya peningkatan penyerapan zat besi

dari duet oleh mukosa usus pada makanan hanya diserap kurang dari 10% dan

diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil. Kebutuhan zat

besi yang tidak terpenuhi pada masa kehamilan dapat menimbulkan resiko

anemia defisiensi besi yang berdampak pada Kesehatan ibu dan janinnya yang

dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan (Putri &

Hastina, 2020).

5. Konsep Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)


a. Definisi Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)

Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L) merupakan dikonsumsi daunnya

yang biasa disebut sayuran hijau. Bayam berasal dari amerika tropic namun

diseluruh dunia sudah tersebar, bayam merupakan tumbuhan yang mempunyai

proses fotosintesis C4. Tumbuhan baya mini dikenal sayuran yang sumber zat

besi yang diperlukan untuk mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah.

Zat besi bermanfaat untuk memperbanyak sel darah merah yang membawa

oksigen keseluruh tubuh sehingga dapat mencegah anemia (Kundaryanti et al.,

2018).

Gambar 2.1: Bayam Hijau (Google, 2023)

Salah satu bentuk penyajian bayam yang efektif adalah dengan

olahan jus bayam yang merupakan minuman kaya zat besi dapat

meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil. Kapasitas zat besi adalah

untuk pembentukan trombosit merah dalam tubuh cukup, sehingga kadar

hemoglobin akan normal (Zuiatna, 2018). Hemoglobin yang menyatakan

bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang

mengkonsumsi jus bayam hijau selama 7 hari didapatkan perubahan

kadar Hb rata-rata sebesar 1,23 gr/dL (Anggraini, 2020).


31

b. Kandungan Jus Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)

Kandungan zat besi dalam bayam relative lebih tinggi pada sayuran daun

lain Bayam hijau mempunyai klorofil yang tinggi, sehingga laju fotosintesisnya

juga tinggi. Selain mengandung serat, bayam juga kaya betakaroten. Bayam

mengandung asam folat, zat besi dan sehingga berguna bagi penderita anemia

(Anggraini, 2020). Kandungan didalam jus bayam hijau mengandung energi 36

kkal, protein 3,5g, lemak 0,5g, karbohidrat 6,5g, kalsium 267mg, fosfor 67mg,

zat besi 3,9mg, Vitamin A 6,090 mg. Vitamin B1 0,080 mg, Vitamin C 80

mg, Air 86,9mg.

Dalam 100gr bayam mengandung Vitamin C 52gr, untuk mengkonsumsi

asupan vitamin C adalah 45 miligram per hari (WHO, 2020).

Tabel 1.2: Zat Gizi Bayam

Hijau

Zat Gizi Bayam Hijau


Kalori (Kal) 36 kal
Karbohidrat 6,5gram
Lemak (g) 0,5 gram
Protein 3,5gram
Kalsium 267 mg
Fosfor 6,7 mg
Besi 3,9 mg
Vitamin A 6,090 SI
Vitamin B1 0,08 mg
Vitamin C 80 mg
Air 86,9 grm
Sumber: WHO, 2020

c. Manfaat
Menurut World Healthiests Food Rating, sayur bayam merupakan

tumbuhan hijau yang banyak mengandung zat besi (Fe) yaitu

6,43mg/180gram dan tidak membahayakan tubuh yang terkandung pada

bayam (The George Mateljan Foundation The World Healhiests Food

Spinach, 2021). Daun bayam hijau (Amaranthus Hybridus L) memiliki

kandungan zat besi (Fe) yang sangat tinggi. Fungsi zat besi adalah

membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi sel darah merah

dalam tubuh cukup, maka kadar hemoglobin akan normal (Merida et

al., 2021).

Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena merupakan

sumber kalsium, kandungan vitamin A, B2, B6, B12, C, K, mangan,

magnesium, zat besi, kalsium, kalium, fosfor, serat dan betakaroten.

Selain itu bayam juga memiliki kandungan zat besi yang tinggi untuk

mencegah anemia. Kandungan mineral dalam bayam cukup tinggi

terutama Fe yang dapat digunakan untuk mencegah kelelahan pada

anemia. Bayam hijau mudah diolah menjadi berbagai macam makanan

dibanding dengan bahan makanan lain dan mudah juga didapat. Kadar

besi tersebut dapat membantu pembentukan hem dan globin dalam

tubuh (Meylawati et al., 2021).

Menurut pernyataan Noormindhawati (2016) bahwa dalam 1 gelas

jus bayam terdapat 1,7 mg zat besi. Hal ini juga sesuai teori Sutomo

bayam mengandung zat besi yang tinggi dan berkhasiat menambah

darah. Selain itu bayam juga mengandung Vitamin A, B, C dan K,


33

kalium, serta fosfor. Disetiap 100 g bayam mengandung zat besi 3.9

mg, sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin

karena adanya kompeten yang mempengaruhi absorpsi zat besi yakni

asam askorbat atau vitamin C yang terkadung dalam bayam sebanyak

60 mg/100 gr (Chintia, 2019).

d. Cara Penyajian Jus Bayam

Setelah melihat hasil penelitian terdahulu bayam yang digunakan

dalam membuat jus adalah sebanyak 50 – 100 gr daun bayam hijau.

Tetapi jus bayam yang paling efektif adalah sebanyak 200 ml yaitu 50 gr

daun bayam hijau dan 150 ml air matang. Pemberian jus bayam sebanyak

200 ml mengandung zat besi yang cukup tinggi sehingga dapat

meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Banyak nya daun

bayam yang digunakan dalam pembuatan jus bayam adalah sebanyak

100 gr dan menggunakan air matang sebanyak 150 ml karena dalam

setiap 100 gr bayam mengandung zat besi 3.9 mg dan vitamin C

sebanyakn 60 mg, namun apabila daun bayam yang dikonsumsi lebih

banyak maka akan lebih banyak zat besi yang didapatkan sehingga akan

mendapat hasil yang lebih efektif (WHO, 2020).

Dalam 1 gelas jus bayam terdapat 1.7 mg zat besi. Hal ini juga sesuai

teori Sutomo bayam mengandung zat besi yang tinggi dan berkhasiat

menambah darah. Selain itu bayam juga mengandung Vitamin A, B, C

dan K, kalium, serta fosfor. Disetiap 100 g bayam mengandung zat besi

3.9 mg, sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin


karena adanya kompeten yang mempengaruhi absorpsi zat besi yakni

asam askorbat atau vitamin C yang terkadung dalam bayam sebanyak 60

mg/100 gr (Chintia, 2019).

6. Konsep Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

a. Definisi Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

Buah yang berasal dari benua Amerika, terdiri dari berbagai bentuk dan

dimensi, tingginya dapat mencapai 2.5 meter, ditanam sebagai tanaman buah di

ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tomat

tergolong buah karena merupakan bagian tanaman yang bisa dimakan, yang

mengandung biji atau benih. Buah tomat (Solanum Lycopersicum L.) memiliki

kandungan vitamin dan senyawa yang baik untuk kesehatan terutama Likopen.

Likopen merupakan zat warna merah yang paling banyak terdapat pada buah

tomat. Likopen bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat mencegah radikal

bebas yang menyebabkan penyakit. (WHO, 2021)

Gambar 2.2: Tomat (Google, 2023)

Tanaman tomat merupakan salah satu jenis sayuran yang bernilai


35

ekonomis tinggi. Rasanya yang masam dapat memberikan sensasi segar

dan dapat menambah cita rasa pada masakan. Selain itu, tomat memiliki

beberapa kandungan seperti flavonoid, vitamin C, vitamin E (Pujiastuti

& Kristiani, 2019). Tomat juga mengandung likopen yang berfungsi

sebagai antioksidan untuk mencegah radikal bebas serta dapat

menurunkan kadar gula darah (Susanti et al., 2021). Likopen berfungsi

untuk mengurangi gula darah melalui penghambatan terjadinya resistensi

hormon insulin yang akhirnya toleransi sel pada gula darah menjadi naik

dan dapat menanggulangi peningkatan kadar glukosa darah (Sudiarto &

Rusmono, 2018).

b. Kandungan Pada Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

Menurut (The George Mateljan Foundation, 2010). Kandungan pada tomat

dalam 180gram adalah 24,66 mg, Vitamin C 0,49 mg zat besi, dan 27 mcg asam

folat yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil karena kebutuhan asam folat pada

saat hamil akan meningkat dari biasanya. Konsumsi buah – buahan yang

mengandung vitamin C sangat berperang dalam absorsi zat besi dengan jalan

meningkatkan absorbs zat besi non hem hingga empat kali lipat. Penyerapan zat

besi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan vitamin C. peranan vitamin C 41

dalam proses penyerapan zat besi yaitu membantu mereduksi besi ferri (Fe3+)

dan menjadi Ferro (Fe2+) dalam usus halus sehingga mudah diabsorbsi proses

reduksi tersebut akan semakin besar bila pH di dalam lambung semakin asam.

Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga dapat meningkatkan

penyerapan zat besi hingga 30% (Sulung & Beauty, 2018). Tomat sangat

bermanfaat menjaga sistem imun tubuh, Tiap 100gram tomat mengandung


kalori 20 kal, protein 1 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat 4,2 gram, kalsium 5

miligram, karoten (vitamin A) 1500 SI, thiamin (vitamin B) 60 mikrogram,

asam askorbat (vitamin C) 40 miligram, fosfor 27 miligram, zat besi 0,5

miligram, potassium 360 miligram (Hakiki, 2015).

Selain itu kandungan pada jus tomat terdapat berbagai macam:

1) Likopen: Senyawa pigmen alami yang memberikan warna merah

pada tomat dan memiliki sifat antioksidan.

2) Beta-karoten: Senyawa yang diubah menjadi vitamin A dalam

tubuh dan berperan dalam menjaga kesehatan mata, kulit, dan

sistem kekebalan tubuh.

3) Vitamin C: Antioksidan yang penting untuk kekebalan tubuh,

pembentukan kolagen, dan penyerapan zat besi.

4) Vitamin A: Berperan dalam menjaga kesehatan mata, pertumbuhan

sel, dan sistem kekebalan tubuh.

5) Potassium (kalium): Mineral penting yang berperan dalam menjaga

keseimbangan cairan tubuh, fungsi saraf, dan kontraksi otot. Selain

itu, jus tomat juga mengandung vitamin K, vitamin B6,

magnesium, zat besi, fosfor, dan serat makanan dalam jumlah yang

lebih rendah.

c. Manfaat Jus Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

Jus tomat adalah minuman yang populer dan kaya akan nutrisi.

Berikut adalah beberapa manfaat penting dalam jus tomat:

1) Kaya akan antioksidan: Jus tomat mengandung likopen, sebuah

antioksidan yang memberikan warna merah pada tomat. Likopen


37

membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas

dan dapat membantu mengurangi risiko beberapa jenis kanker.

2) Menjaga kesehatan jantung: Kandungan likopen, beta-karoten, dan

vitamin C dalam jus tomat dapat membantu menjaga kesehatan

jantung dan mencegah penyakit kardiovaskular.

3) Menurunkan tekanan darah: Jus tomat mengandung kalium yang

dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi.

4) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Jus tomat mengandung

vitamin C dan vitamin A, yang berperan dalam meningkatkan fungsi

sistem kekebalan tubuh.

5) Menjaga kesehatan mata: Jus tomat mengandung vitamin A, likopen,

dan lutein, yang penting untuk kesehatan mata dan mencegah

penyakit mata terkait usia, seperti katarak dan degenerasi makula.


B. Kerangka Konsep

Bagan 2.1: Bagan kerangka Konsep

Ibu Hamil Trimester III


Alat Ukur Yang
Digunakan:
Anemia Ringan Faktor – faktor
1. Lembar yang
karakteristik mempengaruhi
responden anemia:
2. Lembar Pemberian Intervensi Jus Bayam
dan Tomat 1. Usia
Observasi
2. Paritas
Hemoglobin Pre
3. Tingkat
dan Post
Pendidikan
Intervensi
Anemia Teratasi kadar 4. Kepatuhan
Pemberian
Hemoglobin Meningkat dalam
Kombinasi Jus
mengkonsumsi
Bayam dan
tablet Fe
Tomat
5. Status
3. Lembar
Ekonomi
observasi jus
6. Frekuensi
bayam dan tomat
Ante Natal
4. Alat Hb digital
Care (ANC)
(GCHb Metered)
5. Pengukuran
Detak jantung
Janin

(sumber: (Adawiyah & Wijayanti, 2021), (Damayanti & Lestari, 2017), (Sri

Maywati, 2020)
39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis

3.3 Definisi Operasional

3.4 Desain Penelitian

3.5 Populasi dan Sampel

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.8 Alur Penelitian

3.9 Etika Penelitian

3.10 Teknik Pengolahan Data

3.11 Analisis Data

3.12 Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai