Anda di halaman 1dari 63

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT

(MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU


DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR
TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH :
SARWO ENDAH SETYAWATI
B10 169

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat

(miliaria) Pada Anak Usia 0 – 1 Tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang

Karanganyar Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta, sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan

kepada penulis.

3. Bapak Sinarwan, selaku Kepala Desa Pereng Mojogedang karanganyar.

4. Bapak Sugiyana, selaku Kepala Desa Pereng Mojogedang karanganyar.

5. Bapak Sardiman, S.Ag , selaku Kepala Desa Ngringo Jaten karanganyar.

6. Seluruh ibu yang memiliki anak usia 0 – 1 tahun di posyandu Desa pereng

dan Desa Ngringo Karanganyar yang bersedia menjadi responden

iv
7. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta yang secara

tidak langsung telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak berupa

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Surakarta, Juli 2013

Penulis

v
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Sarwo Endah Setyawati
B10 169

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT


(MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU
DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR
TAHUN 2013

xiii + 47 Halaman + 16 Lampiran + 4 Tabel + 2 Gambar

ABSTRAK
Latar Belakang : Prevelensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi oleh
bakteri, virus, dan jamur sebesar 45%. Sekitar 20% penyakit kulit adalah penyakit
kulit pada anak. Biang Keringat merupakan salah satu penyakit kulit yang dapat
dijumpai sekitar 40% pada bayi cukup umur maupun premature. Kemungkinan
disebabkan oleh sel- sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi
sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan biang keringat. Berdasarkan
hasil survey di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada bulan Oktober 2012 dari
hasil wawancara pada 15 responden ibu yang memiliki anak 0-1 tahun terdapat 4
(27%) responden berpengetahuan baik, 6 (40%) responden berpengetahuan cukup
dan 5 (33%) responden berpengetahuan kurang mengenai biang keringat.
Tujuan : Adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang
keringat (miliaria) pada anak 0-1 tahun pada tingkat baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang
keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tanggal 5-26 Maret 2013.
Jumlah sempel sebanyak 76 responden. Dengan teknik pengambilan sempel
menggunakan teknik sampling jenuh (nonprobability sampling), instrumen
penelitian adalah kuesioner, variabel tunggal, analisa data menggunakan analisa
univariat.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menujukkan tingkat pengetahuan ibu tentang
biang keringat (Miliaria) yaitu baik sebanyak 11 responden (14,5%), pengetahuan
cukup sebanyak 55 responden (72,3%), dan pengetahuan kurang 10 responden
(14,2%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada
anak usia 0-1 tahun terbanyak pada kategori cukup yaitu sebanyak 55 responden
(72,3%) dan hal ini di pengaruhi oleh informasi dan pengalaman.

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu, Biang keringat (miliaria)


Kepustakaan : 29 Literatur (tahun 2000-2010)

vi
MOTTO

v Menjadikan diri seindah mutiara yang begitu berharga untuk dimiliki,


yang untuk memilikinya butuh perjuangan keras (Penulis).
v Allah SWT tidak memberikan yang kita pinta tetapi Allah SWT
memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti dan
tidak mau menerima rencana Allah padahal justru itulah yang terbaik
untuk kita (HR. Baihaqi).

PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini setulus hati Penulis


persembahkan untuk :
v Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,
kelancaran, serta petunjuk
v Bapak dan Ibu tercinta terimakasih atas segala
dukungan semangat, nasehat, do’a dan kasih
sayang yang tak terbatas
v Kakak-kakaku tercinta Mas Eko, Mbak Jamil,
Mbak Upik, Mas Landung , Mas Danang, Mbak
Ajeng, Mbak Yar dan Adik- adikku yang selalu
memberikan support dalam setiap langkahku
v For my future imamku kelak ridho Allah SWT
v Wisnu yang selalu ada dalam tawa dan duka,
memberikan dukungan dan semangat
v Sahabat – sahabatku yang selalu memberi
semangat dan tawa dalam suka maupun duka Lily,
Riesa, Cici, Mala, Kiky, Rini, Putri
v Teman – teman seperjuanganku angaktan 2010
v Almamaterku tercinta

vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
CURICULUM VITAE ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 5
F. Sistematika Penelitian ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ................................................................................. 7
1. Pengetahuan ................................................................................. 7
2. Anak........................................................................................... 15
3. Masalah Anak ........................................................................... 16
4. Biang Keringat (miliaria) ......................................................... 17
B. Kerangka Teori .............................................................................. 26
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 27

ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 29
D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 33
F. Variabel Penelitian ......................................................................... 34
G. Definisi Operasional ...................................................................... 34
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................... 35
I. Etika Penelitian .............................................................................. 37
J. Jadwal............................................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum .......................................................................... 39
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 40
C. Pembahasan .................................................................................... 42

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 46
B. Saran............................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Kuisioner Tentang Biang Keringat ...................................... 30

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................................. 34

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ..................................................................... 40

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (miliaria) Pada Anak

Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar ................. 40

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................... 26

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 27

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4.Surat Permohonan Uji Validitas

Lampiran 5.Surat Balasan Validitas

Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian

Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Responden

Lampiran 9. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10. Kuesioner

Lampiran 11. Jawaban Kuesioner

Lampiran 12. Hasil Uji Validitas

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 14. Mean dan Standar Deviasi

Lampiran 15. Hasil Data Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat

Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena

tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai.

Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit

kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan

Kabupaten di Indonesia dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus

penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh

seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta

memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul

komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).

Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala

yang memang dihadapi ada timbulnya biang keringat di bagian kulit bayi

dimana rentannya timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi,

bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak

keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal

pada kulit dan tentunya dalam memilih bedak bayi ada beberapa point yang

harus di perhatikan. Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus

menerus bersinggungan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif

mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan.

1
2

Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan

individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya (Djuanda, 2009).

Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh

seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan

kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk

menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini.

Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah

hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada

perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI, 2005).

Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri,

virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan

kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat

masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI, 2005).

Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat).

Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada

minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-

sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar

kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar

40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa

pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai

sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang

baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian
3

bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian

cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (Natahusada, 2009).

Berdasarkan hasil survey di Posyandu Desa Pereng Karanganyar

terhadap ibu yang memiliki bayi 0 – 1 tahun pada bulan Oktober 2012,

terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi

Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar. Dari hasil wawancara dengan 15

orang ibu ada 4 (27%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 6 (40%)

orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5 (33%) orang ibu yang memiliki

pengetahuan kurang mengenai biang keringat.

Mengingat masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang

mengenai biang keringat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia

0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah tentang

“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak

Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak

berusia 0 – 1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar.


4

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat

(miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng

Karanganyar pada tingkat baik.

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat

(miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng

Karanganyar pada tingkat cukup.

c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat

(miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng

Karanganyar pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kepustakaan

mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak

berusia 0 – 1 tahun.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian –

penelitian atau kajian – kajian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang

biang keringat pada anak berusia 0 – 1 tahun.

2. Bagi Diri Sendiri

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang

biang keringat pada anak usia 0 – 1 tahun.


5

3. Bagi Institusi

a. Pendidikan

Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian

pada mata kuliah kebidanan khususnya tentang pengetahuan biang

keringat pada anak usia 0 – 1 tahun.

b. Lahan

Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang

keringat pada anak usia 0 – 1 tahun sehingga dapat memberikan

pengetahuan dan pemahaman untuk menanggulangi biang keringat.

E. Keaslian Penelitian

Belum ada penelitian yang sejenis dengan judul yang diambil oleh penulis.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara menyeluruh, penulis akan menguraikan

sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari BAB I sampai BAB V

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika

penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


6

Bab ini berisi tentang teori-teori masalah yang diteliti meliputi pengetahuan, biang

keringat, faktor – faktor yang mempengaruhi biang keringat, kerangka teori dan

kerangka konsep penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi

penelitian, dan waktu penelitian, populasi dan sempel serta teknik

pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengambilan

data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan

dan analisa data, dan etika penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil

penelitian, pembahasan dan keterbtasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang

meliputi saran bagi pengetahuan, bagi institusi pendidikan dan

peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

Inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminology pengetahuan

adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan

tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.

Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha

manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Sedangkan mendefinisikan pengetahuan adalah hasil dari tahu,

dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dalam hal ini

pengetahuan ibu tentang biang keringat (Notoatmodjo, 2010).

7
8

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2010):

1) Tahu (know)

Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu

(know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang

yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat

menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


9

4) Analisis (analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dimana

kriteria penilaian suatu materi atau obyek ditentukan oleh diri

sendiri.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuikan

dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).


10

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Biang keringat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :

1) Usia

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur

tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu bahwa

daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari

uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tetentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat

suatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001).

2) Tingkat pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah

menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di

perkenalkan (Nur Salam, 2001).

3) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber


11

pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun

dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2005).

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang

untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari

pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis

(Notoadmodjo, 2005).

4) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental

dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang

merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai

informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai

lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan

intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat

pengetahuan (Sukmadinata, 2003).

Pada prinsipnya intelegensi mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan


12

keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan

banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil

keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya

rendah (Sukmadinata, 2003).

5) Sosial-Ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat

yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih

memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi

bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan

tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan

(Notoatmodjo, 2007).

6) Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayan dalam

hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang

mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu

pengetahuan. Sosial budaya dapat mempengaruhi proses

pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial,

keagamaan untuk memperkuat super egonya (Notoatmodjo, 2007)


13

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010), untuk mengetahui rasa ingin

tahunya, manusia menggunakan berbagai macam cara untuk

memperoleh kebenaran yang dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah (tanpa melalui penelitian ilmiah)

Cara tradisional atau non ilmiah ini di pakai orang untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya

metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan

logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi :

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Metode ini digunakan orang dalam waktu yang cukup lama

memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun

metode ini masih digunakan terutama oleh mereka yang belum

atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan

masalah yang di hadapi. Metode ini telah banyak jasanya

terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori

dalam berbagai ilmu pengetahuan.

b) Cara Kekuasaan

Prinsip ini adalah orang lain menerima padahal yang

dikemukakan oleh yang mempunyai otoriter tanpa terlebih

dahulu menguji atau memberikan kebenaran baik berdasarkan

fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran.


14

c) Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang paling baik, maksud pepatah

ini bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

lalu.

d) Melalui Jalan Pikiran (Induksi dan Deduksi)

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara

tidak langsung melalui pertanyaan–pertanyaan yang

dikemukakan dan dicari hubungannya, sehingga dapat dibuat

kesimpulan.

2) Cara Modern atau Cara Ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian. Selanjutnya diadakan penggabungan antara

proses berpikir deduktif, induktif, verifikatif, maka lahirlah suatu

cara penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah.


15

e. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan

(Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran menurut Riwidikdo (2009), yaitu :

a) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1

SD.

b) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ”[”mean + 1 SD.

c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD.

2. Anak

a. Pengertian Anak

Menurut UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak pada Pasal 1 dikatakan dalam undang-undang ini yang

dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

1) Klasifikasi anak

a) Masa bayi : Usia 0-1 Tahun

Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena

bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan,

perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai


16

berfungsi, dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan

mengalami pertumbuhan yang sangat cepat

(Perry & Potter, 2005).

b) Masa balita : Usia 1-5 Tahun

Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang

perkembangan anak. Sekitar 16 % dari anak usia di bawah

lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan

perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat

(Depkes, 2006)

b. Masalah Anak

Menurut Tina, dkk (2000), masalah yang sering terjadi pada bayi dan

anak adalah :

1) Dermatitis Atopik (Eksim Susu)

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan

anak, sering kambuh, diturunkan dalam keluarga, tidak menular

dan merupakan pertanda timbulnya asma.

2) Diaper Rash (Ruam Popok)

Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang

tertutup popok, yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong,

lipatan paha dan perut bagian bawah. Berupa bercak-bercak iritasi

kemerahan, kadang menebal dan bernanah.


17

3) Miliaria (Biang Keringat)

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,

disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat

berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di

dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat

yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.

3. Biang Keringat

a. Pengertian Miliaria (Biang Keringat)

Biang keringat merupakan kelainan kulit yang sering

ditemukan pada bayi dan balita, walaupun dapat juga dijumpai pada

orang dewasa. Kelainan kulit tersebut biasanya ditemukan di daerah

tropis dikaitkan dengan produksi keringat yang berlebihan. Bila

saluran kelenjar keringat tersumbat maka akan timbul berbagai

macam tanda dan kelainan pada kulit (Siregar, 2005).

Biang keringat sebenarnya merupakan kelainan kulit ringan,

tetapi karena seringkali terdapat kekeliruan pada perawatan kulitnya

penyakit ini dapat berlanjut menjadi bisul akibat infeksi bakteri atau

dapat disertai infeksi jamur. Oleh karena itu perlu perawatan khusus

dan pengobatan yang tepat agar kulitnya tetap bersih dan sehat

(Siregar, 2005).
18

Miliaria atau biang keringat adalah suatu keadaan

tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi

keringat di dalam kulit (Harahap, 2000).

Definisi miliaria yaitu kelainan kulit akibat retensi keringat,

ditandai dengan adanya vesikel milier (Natahusada, 2011).

Biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat

keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu

di dahi, leher, dada dan punggung serta tempat yang mengalami

tekanan atau gesekan pakaian, dan dapat juga di kepala. Keadaan ini

biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat

diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan

disertai banyak gelembung kecil berair (Budiarja dan Widaty, 2000).

Jadi, biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat

keringat berlebihan disertai sumbatan saluran keringat dapat diikuti

rasa gatal, kulit menjadi kemerahan di sertai banyak gelembung

kecil berair (Budiarja dan Widaty, 2000).

b. Jenis-jenis Biang Keringat

Ada empat macam biang keringat yaitu :

1) Miliaria kristalina

Biang keringat jenis ini mempunyai tanda khas, yakni

vesikula kecil-kecil jernih seperti kristal dengan diameter 1-2 mm,

menyerupai titik-titik air pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya

tanpa simptom dan diketahui secara kebetulan pada waktu


19

pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah intertriginosa,

seperti pada ketiak dan leher, serta badan. Vesikula mengelompok,

mudah pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan

(Siregar, 2005).

Biang keringat pada jenis ini terlihat vesikel berukuran 1-2

mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya

karena hawa panas. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada

bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi

keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran

histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan

tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang

berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis, dan

menyerap keringat (Natahusada, 2009)

2) Miliaria rubra

Miliaria rubra merupakan bentuk klinik yang sangat

penting dan ditandai dengan rasa gatal dan eritem. Lesinya berupa

papula eritematus dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula.

Lesinya ekstrafolikuler ini membedakan dengan folikulitis.

Papulanya steril atau terinfeksi sekunder pada miliaria yang luas

dan kronis (Siregar, 2005).

Miliaria rubra tidak mengenai muka dan bagian volar

kulit, tetapi mengenai permukaan kulit yang istirahat, terutama

pada punggung dan leher. Rasa gatal, dan kadang rasa panas
20

seperti terbakar. biasanya timbul bersamaaan dengan rangsang

yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang luas dan berat

dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas (heat

exhaustion) serta pingsan (Siregar, 2005).

Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina,

terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan

pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular

yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang

yang tidak biasa pada daerah tropik (IDAI, 2012).

Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat.

Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan

perubahar kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada

muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan

keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer

kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan

sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Pada gambaran

histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga

menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis

(Natahusada, 2011).

3) Miliaria profunda

Miliaria profunda merupakan bentuk yang jarang

dijumpai. Kelainan ini tidak gatal dan jarang memberi keluhan.

Terutama ditemukan di badan, lengan, dan tungkai. Kelainan kulit


21

berupa bintik putih, keras, berukuran 1-3 mm dan tidak disertai

dasar kemerahan (IDAI, 2012).

Penyakit ini umumnya mempunyai tanda berupa papula

keputih-putihan dengan diameter 1-3 mm. Biasanya pada

punggung, tetapi juga bagian ekstremitas. Ini merupakan vesikula

yang letaknya lebih dalam (di dalam dermis), sehingga bersifat

kronis dan tampak sebagai papula (IDAI, 2012).

Tidak ada eritem dan gatal. Kalau luas, miliaria ini akan

mengganggu keluarnya keringat, sehingga menimbulkaan

hiperhidrosis kompensasi di wajah. Kalau banyak kelenjar

keringat yang tidak berfungsi, sehingga keringat yang harusnya

keluar tidak terjadi, dan penderita perlu tempat yang dingin.

Penderita ini bisa menjadi lemah, dispnea, takikardia, bahkan suhu

bisa naik, dan penderita dapat pingsan di bawah keadaan heat

stress. Penderita tersebut disebut mengalami astenia anhidrotik

tropikal (IDAI, 2012).

4) Miliaria Pustulosa

Miliaria pustulosa selalu didahului oleh penyakit kulit lain

yang menimbulkan kerusakan dan sumbatan saluran kelenjar

keringat atau biang keringat. Pustulanya jelas dan nonfolikuler.

Rasa gatal sering terjadi pada daerah-daerah intertriginosa.

Penyakit dermatitis kontak, liken simpleks kronikus dan intertrigo

dapat menyebabkan timbulnya miliaria pustulosa setelah beberapa


22

minggu penyakit tersebut itu sembuh. Papula biasanya steril,

tetapi dapat juga berisi stafilokok dan/atau streptokok yangn

nonpatogen (IDAI, 2012).

c. Penyebab Biang Keringat

Menurut Pasaribu (2007), penyebab biang keringat antara lain :

1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan

panas atau lembab.

2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat

menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.

3) Bayi mengalami panas atau demam.

4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan

keringat

Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal

dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau

radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap

dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan

bintik-bintik kecil yang terasa gatal.

d. Efek Samping

Menurut IDAI (2012), efek samping dari biang keringat antara lain :

1) Impetigo tropicalis, adalah suatu infeksi bakteri akibat dari

miliaria / biang keringat. Penyakit ini mengakibatkan kulit

seperti melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan

yang akan berkembang menjadi benjolan. Jika sudah


23

matang, benjolan ini akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius,

sehingga akan menular jika mengenai bagian tubuh yang lain.

Impetigo tropicalis ini terutama terjadi di daerah-daerah lipatan

kulit.

2) Multiple sweat gland abses, yakni infeksi di bagian kepala anak

karena biang keringat yang dibiarkan.

3) Abses pada kelenjar keringat.

e. Pencegahan

1) Menurut Tina (2000), untuk mencegah terjadinya biang keringat

pada bayi yaitu :

a) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling

sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.

b) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan

menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan

dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat

diberikan bedak tabur.

c) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh

keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah

penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik

oleh jamur maupun bakteri.

d) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang

tidak menyerap keringat.


24

2) Menurut Pasaribu (2007), biang keringat dapat tidak dialami bayi

asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan

keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara :

a) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.

b) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti

ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering

kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.

c) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.

d) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan

bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan

diolesi dengan bedak tipis.

e) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap

keringat bayi.

f) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena

sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan

udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga

kamar selalu sejuk.

g) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,

sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair

tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat

bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat

penyembuhan.
25

f. Pengobatan

Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup

pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat

berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa

keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit

membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk

gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi

tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal, luka dan lecet

dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Tina, 2000).

Kunci pengobatan miliaria adalah menempatkan penderita di

dalam lingkungan yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang.

Sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat akan berangsur lepas

beberapa hari sampai 2 minggu. AC /pendingin/ ruang yang teduh bisa

memberi pencegahan pada permulaan miliaria. Obat-obatan topikal

tidak begitu efektif dan kadang-kadang bisa menambah banyaknya

miliaria. Selain itu pemberian vitamin C dosis tinggi mampu

mencegah atau mengurangi timbulnya miliaria (Harahap, 2000).


26

B. Kerangka Teori

Kerangka teoris dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Tingkat
Pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Biang Keringat
1. Pengertian
2. Penyebab
Pengetahuan
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan
5. Pengobatan

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan :
1. Usia
2. Tingkat pendidikan
3. Pengalaman
4. Intelegensi
5. Sosial ekonomi
6. Sosial budaya

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo 2010), (FKUI 2009), (Harahap 2000),


(Natahusada 2009)
27

C. Kerangka Konsep

Baik

Tingkat pengetahuan tentang Cukup


biang keringat pada bayi 0- 1
tahun

Kurang

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan :
1. Tingkat pendidikan
2. Pengalaman
3. Informasi
4. Budaya
5. Pekerjaan

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif

kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan satu tujuan membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dalam bentuk

angka-angka mulai dari pegumpulan data serta penampilan dari hasilnya

(Arikunto, 2006).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi adalah tempat digunakan untuk pengambilan data selama kasus

berlangsung (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan di Posyandu

Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Waktu penelitian

dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2013 - 26 Maret 2013.

28
29

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 0-1 tahun sebanyak 76 orang di

Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2010).

Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya

jika subjeknya lebih dari 100 maka diambil 10 – 15%, atau 20 – 25% atau

lebih (Arikunto, 2006). Karena jumlah populasi dalam penelitian kurang

dari 100 maka diambil semua sebagai sampel yaitu dengan jumlah 76

responden.

3. Tehnik Pengambilan sempel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability

sampling yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang

dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan

kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2 0 0 9 ) . Sehingga dalam

penelitian ini diambil sebanyak 76 ibu yang memiliki anak usia 0 - 1

tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.


30

D. Instrument Penelitian

Yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah alat-alat yang

digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan kuisioner, skala yang digunakan ordinal. Kuisioner atau angket

adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu

masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum

(Notoatmodjo, 2005).

Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner tertutup ini

adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas seperti jawaban dari

pertanyaan atau pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak

setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007). Jenis pernyataan kuesioner berupa

favourable yaitu pernyataan yang positif dimana jika benar nilai 1 (satu) jika

salah nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable yaitu pernyataan

negatif jika benar nilai 0 (nol) jika salah nilai 1 (satu). Pengisian kuesioner

tersebut dengan memberi tanda centang (ξ) pada jawaban yang dianggap

benar. Adapun kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang pengetahuan biang

keringat sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesinoner

Jumlah
Variabel Indikator No. Soal
Soal
Positif Negatif
Pengetahuan Ibu
1. Pengertian 1,3 2 3
Tentang Biang
2. Efek samping 4,5,6,10 7 5
Keringat Pada
3. Gejala 11,13,14 12,15,29 6
Anak Usia 0-1
4. Penyebab 9,16,17,18 19,20 6
Tahun
5. Pencegahan 22,23,26,27,30 25,28 7
Jumlah 18 9 27
31

Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reabilitas dengan karakteristik sampel yang sama diluar lokasi penelitian. Uji

validitas dilakukan di Posyandu Desa Ngringo Jaten Karanganyar sebanyak

30 responden.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukan tingkat kevalidan

atau keaslian sesuatu instrument (Arikunto, 2006)

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas

dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. rumus uji validitas

menggunakan korelasi product moment, yaitu:

ேǤȈ௑ ௒ିȈଡ଼ǤȈȊ
‫ݎ‬௫௬ =
ටሼேȈ௫ మ ିሺȈ௑ሻమ ሽ൛ேȈȊమ ሺȈȊమ ሻൟ

Keterangan :

N : Jumlah responden

‫ݎ‬௫௬ : Koefisien korelasi product moment

X : Skor pertanyaan

Y : Skor total

‫ݕ ݔ‬ : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel

5% (0,361) dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut

dinyatakan valid (Ghozali, 2005).


32

Setelah dilakukan uji validitas di Poyandu Nusama Perum RC Ngringo

Palur pada tanggal 3 Maret 2013 terhadap 30 responden dengan 30

pernyataan didapatkan 3 nomor pernyataan tidak valid yaitu nomor 18,21

dan 24 karena rhitung lebih kecil dari rtabel, untuk selanjutnya nomor 18,21

dan 24 tidak digunakan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu.

Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa

kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk

menguji reliabilitas instrument, peneliti menggunakan Alpha Chronbach

dengan bantuan program komputer SPSS for windows. Rumus SPSS for

windows adalah sebagai berikut:

݇ Ȉߪ ܾଶ
‫ݎ‬ଵଵ ൌ൤ ൨ ቈͳ െ ௥ ቉
݇െͳ ߪ ‫ݐ‬

Keterangan:

‫ݎ‬ଵଵ : Reliabilitas Instrument

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

ȭߪ ܾଶ : Jumlah Varian butir

ߪ௥‫ݐ‬ : Varian total


33

Soal dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > ‫ݎ‬௞௥௜௧௘௥௜௔ (0,60)

(Ghozali, 2005). Hasil Uji reliabilitas menunjukkan 0,87 berarti nilai alpha

cronbach’s 0,6, sehingga instrumen dikatakan reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar

pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu yang memiliki

anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar, kemudian

menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden di anjurkan mengisi

kuesioner dengan selesai dan koesioner diambil pada saait itu juga oleh

peneliti. Data yang diperoleh dari:

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009).

Dalam penelitian ini data primer di dapatkan dari pengisian kuesioner

tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

dari studi pustaka dan data ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun di

Posyandu Desa Pereng Karanganyar yaitu 76 orang.


34

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2010) dalam

penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan

ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.3 Definisi Operasional

Nama
Pengertian Indikator Alat ukur Skala
Variabel

Pengetahuan Segala sesuatu Baik : Kuesioner Ordinal


ibu tentang informasi yang Bila nilai responden
biang diketahui dan yang diperoleh (x) >
keringat dimengerti oleh mean +1 SD
pada anak ibu tentang Cukup :
usia 0-1 pengertian, efek Bila nilai responden
tahun samping, gejala, mean -1 SD ”[”PHDQ
penyebab dan + 1 SD
pencegahan Kurang :
biang keringat Bila nilai responden
yang diperoleh (x) <
mean – 1 SD
35

H. Metode Pengolahan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dilakukan

pengolahan Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010) adalah :

a. Seleksi Data (Editing)

cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan

kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah

terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila

terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan

analisis data.

c. Memasukkan Data (Data Entry)

Jawaban dari masing – masing responden dalam bentuk kode (angka

atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer.

d. Pengelompokkan Data (Tabulating)

Pada tahap ini, jawaban jawaban responden yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian

dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.


36

e. Pembersihan Data (Cleaning)

Setelah semua data dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap

penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini hanya mendeskripsikan

tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun.

Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai berikut :

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD

Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ”[”PHDQ6'

Kurang: Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

Keterangan :

X : Nilai total skor dari responden

SD : Standar deviasi

Mean : Nilai rata-rata

Menurut Riwidikdo (2009), rumus Mean adalah :


Keterangan :

‫ݔ‬௜ : nilai dari data

σ೙
ೣ ୀଵ ௫೔

݊ : jumlah data
X=

Sedangkan untuk mencari SD (Simpangan Deviasi) menggunakan :

Keterangan :

SD : Simpangan baku
ሾσ ೣ೔ ሿ మ
σ ௫೗మ ି
SD =ඨ ೙
: Banyaknya data
௡ିଵ

: Nilai dari data

Setelah didapatkan hasil nilai mean dan Standard Deviation tiap responden

kemudian hasil tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan yang sudah

tercantum diatas. Adapun rumus prosentase untuk jumlah ibu yang mempunyai

anak usia 0-1 tahun menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2010)

Keterangan :
fi
P= x 100% P : Persen
n
fi : Frekuensi
n : Jumlah responden

Skor Prosentase :

I. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan

memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2008), meliputi :

1. Informent Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat yang akan dilakukan penelitian. Setelah diberikan penjelasan,


38

lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (kerahasiaan nama / identitas)

Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini tidak mencantumkan

nama subyek pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2008).

3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)

Sub bab ini menjelaskan masalah–masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008).

J. Jadwal Penelitian

Terlampir
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Pereng Kecematan Mojogedang

Kabupaten Karanganyar secara gegrafis letak desa Pereng berbatsasan sebelah

Timur Desa Pendem, sebelah Barat Desa Munggur, Sebelah Selatan berbatasan

langsung dengan Desa Gentungan dan batas sebelah Utara berbatasan dengan

desa Karangpelem dan Kedawung Kabupaten Sragen. Sumber pendapatan

penduduk desa Pereng yaitu dari sektor pertanian sebagai salah satu sektor

primer, memang masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Sektor pertanian dirinci

menjadi beberapa subsektor, yaitu Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan,

Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan. Kabupaten Karanganyar sebagian

tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi

pengembangan tanaman agro industri.

Dalam usaha menunjang kesehatan bagi masyarakat Desa Pereng

terdapat beberapa pusat layanan kesehatan diantaranya 1 Puskesmas Pembantu,

8 Posyandu dan terdapat 1 BPS.

39
40

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Biang Keringat pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng

Karanganyar” untuk mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari

nilai mean dan standar deviasi, hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

1. Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi


Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Biang Keringat 21,1 4,4
pada Anak Usia 0-1 Tahun

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 21,1 dan

standari deviasi sebesar 4,4.

2. Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat diketahu tingkat

pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di

Posyandu Desa Pereng Karanganyar dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Anak
Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar

Persentase
No Pengetahuan Jumlah
(%)
1 Baik 11 14.5
2 Cukup 55 72,3
3 Kurang 10 13,2

Total 76 100
Sumber: Data Primer, April 2013
41

Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas tingkat pengetahuan ibu tentang

biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng

Karanganyar responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak

11responden (14.5%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 55 responden

(72,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (13,2%).

Jadi tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1

tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar kebanyakan dengan tingkat

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 55 responden (72,3%).

Tingkat pengetahuan respoden dapat digambarkan pada diagram di

bawah ini, yaitu :

Gambar 4.1 Diagram tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada
anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar
42

C. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang

keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar

responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 11 responden (14,5%),

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (72,3%) dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (13,2%). Berdasarkan analisa

kuesioner mayoritas responden berpengetahuan cukup.

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Sedangkan secara terminology pengetahuan adalah apa yang

diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari

kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dengan demikian pengetahuan

merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui

panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dalam hal ini pengetahuan

ibu tentang biang keringat (Notoatmodjo, 2010).

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan pendidikan. Pendidikan adalah

suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan

di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut

untuk menerima informasi, dalam penyampaian informasi sebagai tugas


43

media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga

status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan, lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu. Pengalaman, Pengalaman sebagai sumber

pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Usia, usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik

(Cahyonoputra, 2009).

Biang keringat dapat tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin

menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi

dengan cara bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari,
44

setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher,

paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan

tubuh dengan tipis, jaga tubuh bayi agar tetap kering, jika bayi berkeringat

jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap

basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis, gunakan pakaian bayi

dari bahan katun yang menyerap keringat bayi (Pasaribu, 2007).

Untuk mencegah terjadinya biang keringat pada bayi yaitu bayi atau anak

tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan

air dingin dan sabun, bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan

menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau

kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur, jangan sekali-kali

memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan

memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik

oleh jamur maupun bakteri, Hindari penggunaan pakaian tebal, berbahan

nilon, atau berbahan wol yang tidak menyerap keringat (Tina, 2000).

Hasil dari penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat

(miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Desa Pereng Mojogedang Karanganyar

mayoritas pada tingkat pengetahuan cukup. Hal ini dikarenakan masih banyak

ibu yang kurang memahami tentang pengertian biang keringat (miliaria) dan

cara pencegahan biang keringat (miliaria) yang dilihat dari hasil jawaban

kuesioner. Kemungkinan dipengaruhi oleh faktor informasi. Masih kurangnya

informasi yang didapatkan responden kemungkinan berasal dari kurangnya

pemahaman ibu tentang pengetahuan yang didapat baik dari tenaga kesehatan

atau sumber informasi lainya seperti media masa, dimana informasi diperoleh
45

baik secara langsung maupun tidak langsung, dari tempat-tempat pelayanan

kesehatan (Posyandu), atau media masa (Koran). Serta pengalaman, semakin

banyak pengalaman seseorang terhadap objek atau peristiwa makin luas pula

pengetahuan yang di dapat sehingga responden mampu mengambil keputusan

dengan tepat. Pengalaman kejadian biang keringat (miliaria) kemungkinan di

pengaruhi oleh kebiasaan pada kelahiran anak sebelumnya sehingga

berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk merawat biang keringat (miliaria)

dengan baik atau tidak.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu :

1. Kendala

Pada saat pengambilan data sering kuesioner tidak terisi dengan lengkap

sehingga penulis harus mengulang dengan cara memberikan kuesioner

kembali kepada responden.

2. Kelemahan

a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil

penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda

hasil jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian.

b. Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden

hanya bisa menjawab “ya” atau “tidak” dan jawaban responden

belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng

Karanganyar”. Tingkat pengetahuan responden dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) di Posyandu

Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tingkat baik sebanyak 11

responden (14,5%).

2. Pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) di Posyandu

Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tingkat cukup sebanyak 55

responden (72,3%).

3. Pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) di Posyandu

Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tingkat kurang sebanyak 10

responden (13,2%).

46
47

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:

1. Posyandu

Diharapkan posyandu dapat meningkatkan pelayanan dengan aktif

sehingga peserta posyandu dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan

posyandu.

2. Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

dan memberikan penyuluhan – penyuluhan, sehingga dapat memberikan

informasi serta pengetahuan khususnya mengenai biang keringat

(miliaria).

3. Desa Pereng Karanganyar

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat Desa Pereng Mojogedang Karanganyar khususnya

pengetahuan tentang biang keringat (miliaria).

4. Institusi Pendidikan

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai sumber referensi atau bahan

informasi khususnya tentang biang keringat (miliaria).

5. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang mungkin berminat untuk melakukan dan

mengembangkan penelitian ini diharapkan melakukan penelitian dengan

mengembangkan variable penelitian, lebih luas pembahasan materinya,

menggunakan metode dan tehnik yang berbeda serta memperluas ruang

lingkup peneliti.
48

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, T. 2001. Filasafat Ilmu. Surabaya : Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Ringka Cipta.

Arikunto, S. 2006. Pedoman Penelitian Kesehatan Praktis. Edisi Revisi. Jakarta :


RinekaCipta.

Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Budiarja, Siti Aisah dan Widaty Sandra. 2000. Perawatan Kulit Pada Bayi dan
Balita. Jakarta : FKUI Press.

Cahyonoputro. 2009. Pengetahuan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi,


http://www.forbetterhealth.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Oktober
2012.

Depkes, RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Depkes.


RI.

Djuanda. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI Press.

FKUI. 2005. Obsterti dan Ginokologi. Bandung : Eleman.

FKUI. 2009. Obsterti dan Ginokologi. Bandung : Eleman.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I. Jakarta : Hipokrates.

Hidayat, A .2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :


Salemba Medika.

Hidayat, A .2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :


Salemba Medika.
49

IDAI, 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Sari Pediatri.

Natahusada. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI Press.

Natahusada. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI Press.

Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Salemba


Medika.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian). Jakarta :
Media Salemba.

Pasaribu, dkk. 2007. Perawatan Kulit Bayi. Jakarta : FKUI.


http://www.conectique.com

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan

Praktik. Jakarta : EGC.

Republik Indonesia. 2002. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun


2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta.

Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.

Siregar, Robert. 2005. Psoriasis. Atlas Berwarna Sari Pati Penyakit Kulit. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Sugiyo. 2010. Statitik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.


50

Sukmadinata, N. S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tina Wardhani Wisesa. 2000. Perawatan Biang Keringat pada Bayi dan Balita.
Jakarta : FKUI Press.

Anda mungkin juga menyukai