Anda di halaman 1dari 92

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.”H”DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN “POS OP APENDISITIS “ DI RUANG

PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT SINAR KASIH

TORAJA KABUPATEN TANA TORAJA 2020

RIANTI PATANDUNG

NIM:17012

YAYASAN SINAR KASIH TORAJA

AKADEMI KEPERAWATAN TORAYA

KABUPATEN TANA TORAJA

2020

i
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama : Rianti Patandung

2. Nim : 17.012

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Tempat/Tanggal Lahir : Sa’dan Ulusalu, 3 Mei 1998

5. Agama : Kristen Protestan

6. Suku/bangsa : Toraja/Indonesia

7. Alamat Rumah : Sa’dan Ulusalu

B. PENDIDIKAN

1. Tamat SDN 44 Karonanga 2004 s/d 2011

2. Tamat SMP Negeri 2 Sa’dan 2011 s/d 2014

3. Tamat SMK Matallo Rantepao 2014 s/d 2017

4. Melanjutkan pendidikan pada jurusan Diploma III Keperawatan Akper Toraya

Tana Toraja tahun 2017 s/d 2020

C. MOTTO

Terasa sulit ketika harus melakukan sesuatu, tetapi menjadi muda ketika kita

menginginkannya dengan segala upaya dan usaha yang disertai denga doa, karena

keberhasilan ada di alam tindakan bukan di alam angan-angan atau rencana.

ii
LEMBARAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh RIANTI PATANDUNG NIM;17012 dengan judul


“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “H” DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN “POST OP APENDISITIS” DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN NYERI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT SINAR
KASIH TORAJA KABUPATEN TANA TORAJA 2020” telah di periksa dan di setujui
untuk di ujikan.

Makale, Agustus 2020

Pembimbing 1 Pembimbing II

YOHANA RANGAN,SKM.,M.Kes. ARISPAYUNG, S.,Kep., Ns.


NUPN.9990159649 NIDN.0926107901

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah (KTI) dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA


TN”H” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “POST OP
APENDISITIS” DALAM FOKUS STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
AMAN DAN NYAMAN NYERI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH
SAKIT SINAR KASIH TORAJA, KABUPATEN TANAH TORAJA 2020

Telah dipertahankan di depan dewan penguji ujian KTI Akademi

Keperawatan Toraya pada:

Hari /Tanggal :Senin 4 Agustus 2020

Jam :14:00 WITA

Tempat :Kampus AKPER TORAYA

Dewan penguji:

1. Ns. OBET BASSANG s,Kep.,M.Kep (..…………..............)


NIDK.8817133420

2. ARIS PAYUNG, S.Kep.,Ns. (………………….)


NIDN.0926107901

3. YOHANA RANGAN, SKM.,M.Kes. (……………………)


NUPN.9990159649

Mengetahui

Direktur Akademi Keperawatan Toraya

YOHANA RANGAN,SKM.,M.Kes
NUPN.0916065402

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas segalah karunia yang telah di limpahkan-Nya s dapat hinggga penulis

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn

”H” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “POST OP APENDISITIS”

DALAM FOKUS STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN

NYAMAN NYERI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT SINAR

KASIH TORAJA, KABUPATEN TANAH TORAJA 2020”.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan diploma III di Akademi Keperawatan Toraya.

Selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah banyak hal dan hambatan yang

penulis hadapi , namun atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak, hal itu dapat teratasi.

Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua

tercinta yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, doa, motivasi,dan semangat

mendidik agar selalu berjiwa besar.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penuliskan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan terutama kepada: Yohana Ranga

SKM.,M.Kes selaku pembimbing 1 dan Aris Payung S.Kep.,Ns. selaku pembimbing II, yag

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, baik secara moral maupun materi. Untuk itu dengan segalah kerendahan hati,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

v
1. Dr .Erni Yetti Riman,SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Sinar Kasih Toraja yang

telah memberikan kebijakan dan motivasi agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan.

2. Yohana Rangan SKM.,M.Kes selaku direktur Akademi Keperawatan Toraya yang

selalu memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Direktur Rumah Sakit Sinar Kasih Toraja yang telah memberikan izin dan

kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan ujian praktik dan pengambilan

data.

4. Ns.Obet Bassang S.Kep.,M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan arahan

dan bimbingan kepada pennulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Aris Payung S.Kep.,Ns selaku penguji II telah memberikan araha dan motivasi

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen dan staf Akademi Keperawatan Toraya yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan

7. Klien (Tn.H) bersama keluarga yang bersedia dalam memberikan informasi yang

penulis butuhkan dalam kelengkapan penyusunan tugas akhir ini.

8. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ayah saya MARTHEN SEBA dan Ibu

saya DAMARIS MARA, saudara-saudara saya serta keluarga besar saya yang

telah memotivasi, memberikan dukungan baik secara moril maupun materi selama

menempuh pendidikan di Akademi Keperawatan Toraya.

vi
9. Badan Ekslusif Mahasiswa Akademi Keperawatan Toraya serta semua adik-adik

junior tercinta

10. Sahabat saya Kristina, serta rekan-rekan seperjuangan angkatan ke XVII

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak terdapat kekurangan dan bahkan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya Ilmu Keperawatan.

vii
ABSTRAK

Karya Tulis Ilmiah


AkademiKeperawatan Toraya

RIANTI PATANDUNG, dengan judul : “Asuhan keperawatan pada Tn.”H” dengan


gangguan sistem pencernaan “Post Op Apendisitis” dengan fokus studi pemenuhan rasa
aman dan nyaman nyeri di ruang perawatan bedah, Rumah Sakit Sinar Kasih Toraja
kabupaten tanah toraja 2020” ( Di bombing oleh Aris Payung S.Kep.,Ns dan diuji oleh
Yohana Rangan, SKM.,M.Kes). Judul halaman : Post Op Apendisitis, Nyeri terdiri dari 5
BAB+ 112 Halaman.
Apendisitis merupakan suatu kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan
menyingkirkan umbai cacing yang terinfeksi. Penelitian menunjukkan 7% penduduk di
Negara Barat menderita Apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000 Apendiktomi dilakukan
di Amerika Serikat setiap tahunnya.(WHO 2014) Badan WHO (Word Health Organization)
menyebutkan insiden apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6%
penduduk dari total populasi. Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
menggambaarkan “ Asuhan Keperawatan pada Tn”.H” dengan diagnosa medic Post Op
Apendisitis dengan masalah Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Nyeri Di Ruang
Perawatan Bedah Sinar Kasih Toraja”. Metode penulisan yang di gunakan dalam Karya Tulis
Ilmiah ini yaitu menggunakan metode analisis deskriptif melalui studi kasus, dengan
pendekatan ilmiah menggunakan proses keperawatan dengan teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, studi kepustakaan dan
diskusi.
Kesimpulan: setelah di lakukan Asuhan keperawatan, masalah keperawatan ketiganya
teratassi di antaranya Nyeri berhubungan luka post operasi, Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri, Resiko infeksi berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan.

Kata kunci : Post Op Apendisitis, Nyeri


Daftar pustaka : 6(2010-2018), Buku 2, dan 4 internet

viii
DAFTAR ISI

BAB 1: PENDAHULUAN …………………………………………………………………1

A. Latar Belakang……………………………………………………..................1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………...............3

1. Tujuan Umum……………………………………………………………..3

2. Tujuan Khusus…………………………………………………………….3

D. Manfaat Studi kasus…………………………………………………………..4

1. Bagi Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan……………………4

2. Masyarakat ……………………………………………………………….4

3. Penulis ………………………………………………………....................4

BAB II:TIJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..5

A. TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN………………………………………………………………5

1. Pengkajian ……………………………………………………….....................5

2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………..6

3. Intervensi Keperawatan………………………………………………………8

4. Implementasi Keperawatan…………………………………………………..11

ix
5. Evaluasi .…………………………………………………………………….11

B. TIJAUAN UMUM TENTANG APENDISITIS……………………………..13

1. Defenisi Apendisitis…………………………………………………………13

2. Etiologi Apendisitis………………………………………………………….14

3. Anatomi Fisiologi Apendisitis……………………………………………….15

4. Patofisiologi …………………………………………………………………16

5. Manifestasi Klinis……………………………………………………………17

6. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………18

7. Penatalaksanaan ……………………………………………………………..19

8. Komplikasi ………………………………………………………………….20

C. TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP DASAR RASA AMAN DAN

NYAMAN NYERI……………………………………………………………..21

1. Defenisi Nyeri………………………………………………….....................22

2. Fisiologi Nyeri………………………………………………….....................23

3. Klasifikasi Nyeri……………………………………………………………..25

4. Faktor yang mempengaruhi Nyeri…………………………………………..26

5. Pengkajian keperawatan NYeri……………………………………………...30

6. Diagnose keperawatan nyeri…………………………………………………31

7. Perencanaan keperawatan……………………………………………………32

x
8. Pelaksanaan (tindakan keperawatan)………………………………………..33

9. Evaluasi keperawatan……………………………………………………….34

BABIII: METODE STUDI KASUS ……………………………………………..35

A. Rancangan Studi Kasus…………………………………………………………35

B. Subjek Studi Kasus………………………………………………………………35

C. Fokus Studi Kasus……………………………………………………………….35

D. Defenisi Operasional…………………………………………………………….35

E. Instrument studi kasus…………………………………………………………..36

F. Tempat dan Waktu………………………………………………………………36

G. Pengumpulan Data………………………………………………….....................36

H. Penyajian data……………………………………………………………………36

I. Etika Studi Kasus………………………………………………………………..37

1. Lembar persetujuan( informed consent)………………………......................37

2. Tanpa nama ( Anonimity)……………………………………………………37

3. Kerahasian (confidentiality)…………………………………………………37

BAB IV: HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN………………………38

A. STUDI KASUS…………………………………………………….....................38

1. Identitas ……………………………………………………………………..38

a.Identitas Klien……………………………………………………………..38

xi
b.Penanggung jawab…………………………………………………………39

2. Riwayat kesehatan……………………………………………………………40

a. Riwayat kesehatan saat ini………………………………………………..40

b.Riwayat kesehatan lalu……………………………………….....................41

c. Riwayat kesehatan keluarga……………………………………………….41

3. RIWAYAT PSIKOSOSIAL………………………………………………..42

4. RIWAYAT SPRITUAL……………………………………………………..42

5. PEMERIKSAAN FISIK……………………………………………………43

a. Keadaan umum………………………………………………………43

b. TTV…………………………………………………………………..43

c. Sistem Pernafasan……………………………………………………43

d. Sistem Cardiovaskuler………………………………….....................43

e. Sistem Pencernaan……………………………………………………44

f. Sistem Indra………………………………………………………….44

g. Sistem Saraf……………………………………………......................45

h. Sistem Muskulokeletal………………………………….....................45

i. Sitem Integumen……………………………………………………..46

j. Sistem Endokrin………………………………………………………46

k. Sitem Perkemihan……………………………………………………46

xii
l. Sitem Reproduksi…………………………………………………….46

m. Sistem Imun………………………………………………………….46

6. Hasil Laboratorium…………………………………………………………..47

KLASIFIKASI DATA (CP I.A)……………………………………………49

ANALISA DATA (CP I.B)…………………………………………………50

DIAGNOSA KEPERAWATAN (CP.2)…………………………………..52

INTERVENSI KEPERAWATAN (CP.3)………………………………..53

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN (CP 4 & 5)………………………59

RESUME KEPERAWATAN ( CP.6)…………………………………….66

B. PEMBAHASAN………………………………………………………..68

1. Pengkajian ………………………………………………………….69

2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………69

3. Perencanaan…………………………………………………………69

4. Pelaksanaan …………………………………………………………71

5. Evaluasi …………………………………………………………….71

BAB V :PENUTUP………………………………………………………….72

A. KESIMPULAN………………………………………………………72

B. SARAN………………………………………………………………73

1. Bagai Institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit).....................73

xiii
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat………………………73

3. Bagi klien dan keluarga………………………………………….73

4. Bagi pengembangan Ilmu pengetahuan…………….....................74

5. Bagi penulis………………………………………………………74

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Apendisitis normal dan Apendisitis inflamasi………………………………14

Gambar 2.2 Anatomi Apendik……………………………………......................................15

Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri………………………………………………………..27

Gambar 4.1 Genogram Keluarga…………………………………………….....................29

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin studi kasus

Lampiran 2 :Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 3 :Lembar konsul

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gawat abdomen yang menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga

perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama, keadaan ini

memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada

perforasi, perdarahan abdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat

menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran

cerna (WHO 2010, dikutip dalam Sabiston 2012, h.192)

Penyakit apendisitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering

ditemukan dibidang bedah (Shiddiq, Dkk.2012). Apendisitis memiliki potensi untuk

terjadinya komplikasi parah jika tidak segera diobati, seperti perforasi atau sepsis, dan

bahkan dapat menyebabkan kematian (zulfikar.Dkk, 2015).

Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang memerlukan

intervensi bedah, penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme pathogenesis terus

diperdebatkan, karena apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi

pada masyarakat secara umum, yang tatalaksananya dengan cara apendiktomi, sehingga

penggunaan antibiotic profilaksis pada pasien bedah apendisitis memerlukan perhatian

khusus, karena masih tingginya kemungkinan timbul infeksi paskah bedah, yaitu 5-15%

(Departemen/ SMF ilmu bedah, 2009). Setiap pasien apendiktomi paskah bedah

diberikan antibiotic sebgai profilaksis, penanganan yang tidak tepat dan lingkungan

yang tidak bersih bagi pasien yang paskah bedah dapat memperlama penyembuhan luka

dan memperlama hari perawatan sehingga biaya perawatan juga semakin besar,

pemberian antibiotic profilaksis yang tepat dapat mengurangi jumlah bakteri,

1
pencegahan infeksi serta dapat mempersingkat lamanya perawatan sehingga dapat

mengevektifitaskan biaya. Apendisitis masih menempati prevalensi tertinggi dari akut

abdomen lain di bidang bedah yang memerlukan operasi segera baik di Negara

berkembang maupun dinegara maju untuk mengurangi angkah kematian dan angka

kesakitan salah satu upaya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan

medis yaitu dengan membuat diagnose yang tepat.

Penelitian menunjukkan 7% penduduk dinegara barat menderita apendisitis dan

terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika serikat setiap

tahunnya(WHO 2014). Badan WHO (world Health organizion) menyebutkan insiden

apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari

total populasi.

Di Indonesia insiden apendisitis cukup tinggi ,terlihat dengan adanya jumlah pasien

dari tahun ketahun.berdasarkan data diperoleh dari (Doekes, 2016) kasus apendisitis

pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien apendisitis

sebanyak 75.601 orang.

Pada tahun 2010 sampai 2011 angka kejadian apendisitis menurun secara bermakna,

yaitu 100 kasus setiap 100.000 populasi. Menurut data epidemiologi apendisitis akut

jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat

remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran penerapan “Asuhan Keperawatan padan Tn “H” dengan

gangguan sistem pencernaan “Post Op Apendisitis” Dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman nyeri

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Di dapatkan gambaran “Asuhan Keperawatan pada Tn.”H” dengan gangguan

sistem pencernaan “post Op Apendisitis” dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

nyeri di ruang perawatan bedah Rumah Sakit Sinar Kasih Toraja, Kabupaten Tana

Toraja 2020

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan diagnosa Post Op Apendisitis pada

pasien Tn.”H”

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Keperawatan dengan diagnosa Post

Op Apendisitis pada pasien Tn.”H”

c. Menyusun intervensi keperawatan keperawatan dengan diagnosa Post Op

Apendisitis pada pasien Tn.”H”

d. Menginplementasi intervensi keperawatan pada dengan diagnosa Post Op

Apendisitis pada pasien Tn.”H”

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan diagnosa Post Op Apendisitis pada

pasien Tn”H”

f. Melakukan pendokumentasian dengan diagnose post Apendisitis pada pasien

Tn.”H”

g. Mampu menganalis kesenjangan antara teori dan praktek yang di dapat dengan

diagnose Post Op Apendisitis

3
D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:

a. Masyarakat

Diharapkan studi kasus ini dapat menambah wawasan bagi semua kalangan

baik itu pihak RS, perawat maupun pasien dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman nyeri post Op Apendisitis.

b. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan.

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan di bidang keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien Apendisitis

c. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara

pengumpulan riwayat kesehatan pengkajian fisik pemeriksaan laboratorium dan

diagnostikserta review catatan sebelumnya

Langkah-langkah pengkajian yang sistematik pengumpulan data, seumber

data, klasifikasi data, analisa data, dan diagnose keperawatan.

1) Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan

proses keperawatan, kumpulan data adalah kumpulan informasi yang

bertujuan untuk mengenal masalah pasien dalam memeberikan interfensi

keperawatan .

2) Sumber data

Data dapat dipeoleh melalui pasien sendiri, keluarga, perawat lain dan

petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun obserpasi data yang

dikumpulkan meliputi

a) Data biografi / biodata

Meliputi indentitas pasien dan indentitas penanggung jawabantara

lain: nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pekerjan

dan alamat.

5
b) Riwayat utama

Riwayat keluhan meliputi : nyeri pada kuadran kanan bawah.

Sifat nyeri tekan lepas, demam, mual, munta, spasme, otot abdomen :

tungkai sulit diluruskan ,konstipasi atau diare, ada nyeri lumbal apabila

apendiks melingkar di belakang sekum .

c) Riwayat kesehatan masalah lalu

Apakah pasien perna mengalami penyakit yang sama

sebelumnya . apakah ada keluarga menderita penyakit yang sama.

d) Riwayat psikososial

Pengkajian berupa pola konsep diri, ideal diri, gambaran diri peran

indentitas pola kognitif , pola koping, dan pola interaksi

e). Riwayat spiritual

Ketaatan dalam beribadah dan dukungan dari keluarga

a. Pengkajian fisik meliputi : keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB, tanda-

tanda fital .

Pengkajian persistem:

1) Sistem pernafasan

Pengkajian meliputi hidung , leher dan dada perlu dikaji adanya pembesaran

kelenjer limfe leher, kelenjer tyroid, dan bendungan fena jugularis

pemeriksaan dada meliputi pengembangan dada dan perut, suaran nafas dan

jenis pernafasan .

2) Sistem cardiofaskuler

Perlu dikaji conjungtiva, bunyi jantung adanya perubahan irama dan

terdengarnya murmur jantung, terabahnya ictus cordis

6
3) Sistem percernaan

Pemeriksaan abdomen meliputi selera mulut, gaster, abdomen , anus.

4) Sistem indra

Yang perlu dikaji meliputi mata, hidung dan telingah.

5) Sistem saraf

Pengkajian berupa fungsi serebral, fungsi cranial, fungsi motoric, fungsi

sensorik, fungsi cerbelum, reflex, dan iritasi meningen.

6) Sistem muskulo skeletal

Yang perlu dikaji berupa pengkajian kepalah, tulang belakang, gaya berjalan,

lutut, kaki, dan tangan.

7) Sistem entigumen

Pengkajian meliputi rambut, kulit, dan kuku

8) Sistem endokrin

Pengkajian meliputi pemeriksaaan kelenjer tyroid, pemenuhan minum dan

makan, suhu tubuh dan riwayat bekas air seni tidak dikeliligi semut.

9) Sistem perkemihan

Yang perlu dikaji berupa moon face, nyeri tekan pada kandung kemi dan

penyakit hubungan seksual.

10) Sistem reproduksi

11) Sistem imun

Pengkajian meliputi pengkajian elergi dan riwayat tranfusi darah.

b. Pemekriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Pemeriksaan urid

3) Test diagnostic

7
c. Klasifikasi data

1) Data subjektif

Data yang di peroleh langsung dari pasien dan keluarga mencakup hal-hal

sebagai berikut: pasien mengatakan nyeri pada perut bawah sebelah kanan

tembus belakang,kram pada kaki sebelah kanan.

2) Data obyektif

Data yang dilihat melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi : nyeri

tekan pada perut bawah sebelah kanan, hasil pemeriksaan laborarium dan

dignostik.

3) Analisis data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan

daya pikir yang berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah

yang di dapatkan pada pasien.

2. Diagnosa dan Intervensi

Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpualan yang di

ambil dari pengkajian keperawatan, menjelaskan status kesehatan,masalah

actual,resiko maupun potensial yang dapat di preoritaskan. Adapun diagnosa

keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi apendiktomy adalah:

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insis bedah

intervensi.

1) Kaji nyeri,catatan lokasi,karasteristik beratnya (skala 0-10)

Rasional: untuk memudahkan intervensi yang akan diberikan selanjutnya

2) Observasi TTV

Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien.

3) Berikan posisi yang nyaman

8
Rasional: memberikan perasaan nyaman pada klien dan meningkatkan

relaksasi.

4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam pada saat nyeri timbul

Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi.

5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional: Analgetik akan mengurangi rasa nyeri

b. Resiko infeksi berubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

1) Kaji keadaan luka

Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Rasional: mencegah terjadinya infeksi silang

3) Jelaskan pada pasien tentang tanda – tanda infeksi

Rasional : Untuk menambah pengetahuan pasien adanya tanda – tanda

infeksi

4) Anjurkan pasien untuk tidak membasahi daerah luka operasi

Rasional: mencegaj terjadinya infeksi

5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional: mencegah tumbuhnya infeksi

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap

nyeri

1) Kaji kemempuan pasien dalam melakukan aktivitas

Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana pasien melakukan aktivitas

2) Observasi TTV

Rasional : Untuk mengatur keadaan umum pasien

9
3) Bantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien

Rasional : untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien

4) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebuutuhan pasien

Rasional : kebutuhan pasien dapat terpenuhi

d. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi,

pembatasan pasca operasi

1) Awasi tekanan darah dan nadi

Rasional : tanda yang membantu mengidentivikasi fluktuasi volume intra

vaskuler

2) Lihat membrane mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler

Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

3) Awasi masukan dan haluaran, catat warna urin atau konsentrasi berat jenis

Rasional : penurunan haluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis di

duga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan

10
3. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah di

rencanakan dalam intervensi keperawatan

Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantranya bahaya-bahaya

fisik dan perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi, kemempuan dalam

prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam

memahami tingkat perkembangan pasien

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu :

tindakan keperawatan mandiri atau yang dikenal dengan independent dan tindakan

kolaborasi atau dikenal dengan tindakan interdependent ( A. Aziz Alimul Hidayat,

2000 )

4. Evaluasi

Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi

berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap

evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tantang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tebaga kesehatan lainnya.Evaluasi dalam

keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah

ditentukan, untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan.Langkah dari

evaluasi proses keperawatan adalah mengukur respon klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi

11
apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau

kemajuan dalam diagnose keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat.

12
B. TINJAUAN UMUM TENTANG APENDISITIS

1. Definisi

Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadinya tanpa

penyebab yang jelas setelah   obstruksi apendiks oleh feses atau akibat

terpuntirnya apendiks atau pembuluh  darahnya (  corwin, 2009)

Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis karena struktur

yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul 

dan multiplikasi  (chang 2010)

 Apendisitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai

cacing dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus

memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi

sebagai penyakit yang paling sering memerlukan tindakan bedah  kedaruratan,

apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruktif pada apendiks femoris.

Memori yang disebut umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama usus buntu,

merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sekum, ( kowalak  2011)

2.  Etiologi

Apendisitis belum diketahui penyebabnya yang pasti atau spesifik tetapi ada

faktor predisposisi yakni :

a. Faktor yang sering muncul adalah obstruksi lumen. Pada umumnya

obstruksi ini dapat terjadi lantaran:

1) Hiperplasia yang berasal dari folikel limfoid, ini merupakan faktor

penyebab terbanyak

2) Adanya suatu  faekolit  dalam lumen apendiks

3)  Adanya suatu benda asing seperti biji-bijian

4) Lumen lantaran fibrosa akibat adanya peradangan sebelumnya

13
5)  Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah pada ecoli dan 

streptococcus

6)  Tergantung dari bentuk appendix :

a) Apendiks yang terlalu panjang

b) Massa apendiks yang pendek

c)  Adanya kelainan katup di Pangkal appendix( Nuzulul, 2009)

Gambar 2.1 Apendiks normal dan apendiks inflamsi

Gambar 2.1 Apendiks Normal dan Apendiks inflamasi

Sumber: Prasetiyo, 2010

14
3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Apendiks adalah suatu organ yang berbantuk tabung dengan panjang

sekitar 10 cm dan berpangkal pada sebuah sekum . Pada bayi apedik berbantuk

kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah ujung . Kondisi ini menjadi

penyebab rendahnya insiden apendisitis pada usia tersebut. Apendik memiliki

lumen sempitdibagian proksimal dan melebar pada bagian distal.

Gambar 2.2 Anatomi Apendik

Sumber Prasetiyo, 2010

15
b. Fisiologi

Apendiks menghasilkan menghasilkan lender 1-2 mL/hari . Lendir

tersebut secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan kemudian mengalir

ke dalam sekum . Gangguan aliran lender di muara apendiks tampaknya

berperan pada proses pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin skreatoar yang di hasilkan oleh GutAsseciated Lymphoid

Tissue ( GALT ) yang terdapat pada sepanjang saluran cerna termasuk

apendiks adalah Imunoglobulin A (19-A ).

Fungsinya sebagai pelindung terhadap infeksi yakni mengontrol proliferasi

bakteri, netralisasi virus serta mencehag terjadinya panetrasi enterotoksin dan

antigen,intestinallainnya.

Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi pada sistem imun tubuh

disebabkan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh

4. Patofisiologi

Apendisitis pada umumnya di sebabkan oleh adanya penyumbatan lumen

apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, benda asing, fekalit, striktur lantaran

fibrosis akibat adanya peradangan sebelumnya, atau adanya neoplasma. Obstruksi

tersebut mengakibatkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami sebuah

bendungan semakin lama mucus tersebut semakin banyaknamun elastisitas dinding

apendiks mempunyai sebuah keterbatasan sehingga menyebabkan adanya

penekanan intraluman

Tekanan tersebut dapat menghambat aliran linfe yang mengakibatkan

adanya edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Sehingga terjadi apendisitis

akut fokal yang di tandai dengan adanya nyeri epigastrium. Apabila sekresi terus

16
berlanjut, maka tekanan dapat terus meningkat. Hal tersebut dapat menyebabkan

adanya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri dapat menembus dinding .

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum semtempat sehingga

menimbulkan adanya rasa nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut

dengan apendisitis supuratif akut Apabila selanjutnya aliran arteri terganggu dapat

terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan adanya ganggren. Stadium ini

disebut sengan apendisitis gangrenosa. Apabila dinding yang rapuh itu pecah ,

maka dapat terjadi apendisitis perforasi. Apabila seluruh proses diatas berjalan

dengan lambat, omentumdan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks

sehingga timbul suatu massa lokal yang biasa disebut infiltrate apendikularis.

Peradangan apendiks tersebut menjadi abses atau menghilang. Pada orang tua

perforasi sangat mudah terjadi lantaran telah ada gangguan pembuluh darah

( Mansjoer, 2012 ).

5. Manifestasi Klinis

a. Nyeri pada kuadran kanan bawah, nyeri tekan lepas

b. Demam

c. Mual Muntah

d. Spasme otot abdomen : Tungkai sulit di luruskan

c. Adanya nyeri lumbal, apabila apendiks melingkar dibelakang sekum

17
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan fisik lengkap

1. Inspeksi

Pada apendisitis akut sering di temukan adanya abdominal swelling

sehingga pada pemeriksaan jenis ini bisa ditemukan distensi perut.

2. Palpasi

Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan

apabila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan

bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penenkanan

perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut

tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah

dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut

tanda Blumberg ( Blumberg Sign )

b. Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan ini dilakukan pada pendisitis,untuk menentukan letak

apendiks,apabilah letaknya sulit diketahui.jika saat dilakukan pemeriksaan

ini dan terasa nyeri,maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak

didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis

pelvika.

1) Pemeriksaan uji PSOAS

Dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang.uji PSOAS

dilakukan dengan rangsangan otot PSOAS lewat hiperektensi sendi

panggul kanan atau felksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha

kanan ditahan.bila apendiks yang meradang menempel di M.PSOAS

mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.

18
c. Hitung darah lengkap

Pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000 –

20.000/ ml ( leukositosis ) dan neutrofil diatas 75% jika peningkatan yang

lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi

(pecah)

d. Pemeriksaan USG bilah terjadi infiltrate apendikularis

Pemeriksaan ultra sonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

terjadi inflamasi pada apendiks, cukup membantu dalam menegakkan

diagnosis apendisitis ( 71 – 97 % ) .

e. Pemeriksaan radiologi dan ultrasonografi menunjukan densitas pada kuadran

bawah atau tingkatan aliran udara setempat

Pemeriksaan urin untuk membedakan dengan kelaian pada ginjal dan

sakuran kemih.

7. Penatalaksanaan Medis

a. Pemeriksaan fisik

b. Pembedahan : apendiktomi ( menurunkan resiko perforasi )

c. Pemberian antibiotic yang sesuai dengan hasil culture

d. Transfusi untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septik secara

intensif

19
8. Komplikasi

Menurut Deden dan Tuti ( 2010 )

a. Perforasi apendiks

b. eritonitis abses : bilah berbentuk abses apendiks maka akan teraba massa

pada kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung

c. Dehidrasi

d. Elektrolit darah tidak seimbang

20
C. TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP DASAR RASA AMAN NYAMAN

NYERI

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman multidimensi yang tidak menyenangkan

akibat kerusakan jaringan ( Pinzon, 2014 ). Nyeri merupakan kondisi berupa

perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada

setiap orang berbeda dalam hal ini skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang

tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya (Tetty,2015)

Mouncastle nyeri merupakan pengalaman sensori dan stimulus sebagai

akibat daari adanya kerusakan atau ancaman jaringan, atau nyeri terjadi hanya

ketika seseorang terluka (secara fisik).

Arthur C. Curton (193) mengartikan bahwa salah satu mekanisme produksi

bagi tubuh yaitu nyeri, dimana akan timbul nyeri ketika jaringan mengalami

kerusakan sehingga memberikan reaksi bagi individu yang merasakannya

Definisi diatas diterima sebagai definisi medis yang hanya membatasi nyeri

dalam bentuk keruskan jaringan, namun juga terdadpat nyeri yang tidak

mengindikasikan adanya kerusakan jaringan tubuh, seperti nyeri yang dirasakan

seseorang ketika sakit kepala

Stenbarch memberikan pengertian nyeri secara abstrak, dimana didalam

nyeri terdapat beberapa poin yaitu :

a) Personality, dimana sensasi ini bersifat subjektif yang hanya dirasakan

individu, dalam hal inisensasi nyeri yang dirasakan pasien berbeda-beda.

b) Terdapat stimulus yang memberi peringatan akan kerusakan jaringan yang

merugikan

21
c) Pola respon dari individu terhadap nyeri digunakan sebagai alat proteksi yang

melindungi pasien dari kerugian yang bisa ditimbulkan oleh nyeri .

2. Fistologi Nyeri

Nyeri biasanya disebabkan karena adanya stimulus dan reseptor. Reseptor

nyeri yang dimaksud yaitu : nosiseptor , dimana ujung-ujung saraf yang berbeda

dikulit akan memberikan respon terhadap stimulus yang diterima. Biologis, zat

kimia, panas, listrik serta mekanik merupakan bagian dari beberapa stimulus

tersebut. Stimulus yang telah diterima reseptor kemudian ditransmisikan berupa

implus-implus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut bermiyelin

yaitu serabut A (delta) dan serabut lamban ( serabut C ) . Serabut A membawa

implus yang bersifat inhibitor/ penghambat yang ditransmisikan ke serabut C.

Serabut aferen masuk ke dalam spinal ndengan melalui akar dorsal dan sinaps pada

dorsal hurn. Dorsal Hurn ini terdiri dari beberapa lapisan yang saling terkait,

diantaranya berbentuk lapisan dua atau tiga yang berbentuk substansta gelatinosa

dan merupakan jalan / saluran utama implus. Kemudian, implus tersebut melewati

sumsum tulang belakang yang ada pada interneuron dan bersambung dangan jalur

spinal asenden yang paling utama , jalur spinotalamic dan spinoreticular membawa

informasi mengenai sifat daln lokasi nyeri. Terdapat dua jalur meknisme nyeri

sebagai akibat dari proses transmisi nyeri yaitu jalur opiate dan nonopiate .

Neurotrasmitter dalam implus supresif yaitu serotonin. Stimulus nociceptor lebih

diaktifkan oleh sistem supresif yang ditransmisikan oleh serabut A. Sedangkan jalur

desenden yaitu jalur nonopiate yang tidak memberikan respon terhadapbaloxone

yang mekanismenya kurang banyak diketahui (Barbara C. Long, 1989) dalam

(Alimul, 2008)

22
3. Klasifikasi Nyeri

Nyeri secara umum dibagi menjadi dua , Yaitu : nyeri akut dan nyeri kronis .

a. Nyeri Acute yaitu nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang

dengan waktu tidak melebihi enam bulan dan ditandai dengan adanya

penegangan otot

b. Nyeri Kronis yaitu nyeri yang timbul secara perlahan – lahan dan berlangsung

lama dan dalam waktu lebih dari enam bulan. Kategori nyeri kronis yaitu nyeri

terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psokomatis

23
Tabel 2.3
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis
No Karateristik Nyeri Nyeri Akut Nyeri Kronis

satu situasi ,
1 Pengalaman Satu kejadian
status eksistensi

Tidak diketahui
Sebeb eksternal
atau pengobatan
2 Sumber atau penyakit dari
yang terlalu
dalam
lama

Bisa mendadak,
3 Serangan Mendadak berkembang
dan terselubung

Lebih dari enam


4 Waktu Sampai enam bulan bulan atau
bertahun- tahun

Daerah nyeri
Daerah nyeri tidak
5 Pernyataan nyeri sulit dibedakan
diketahui pasti
intensitasnya

Pola respon yang


Gejala – gejala Pola respin
6 khas dengan gejala
klinis yang bervariasi
yang lebih jelas

Berlangsung
7 Pola Terbatas
terus

Bertambah
Berkurang setelah
8 Perjalanan parah setelah
beberapa saat
beberapa saat

Sumber : Barbara C, Long, 1989 dalam ( Alimul, 2008 )

24
4. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pasien dalam mempersepsikan nyeri,

yaitu:

a. Usia

Anak yang masih kecil memiliki perbedaan dengan orang dewasa dalam

mempersepsikan nyerinya. Anak kecil yang merasakan merasakan nyeri

belum dapat mengucapkan kata-kata mengenai nyerinya.

b. Jenis kelamin

Secara umum, tidak terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan wanita

dalam persepsi nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengajarkan bahwa anak

laki-laki harus lebih kuat ketika merasakan nyeri.

c. Kebudayaan

Perawat sering berpendapat bahwa cara respon tiap pasien dalam

mempesepsikan nyeri itu sama. Sebagai contoh, apabilah orang yang sedang

merintih atau menangis maka perawat akan mempersepsikan bahwa klien

merasakan nyeri dan membutuhkan intervensi, akibatnya pemberian intervensi

tidak sesuai ini terjadi pada warga meksiko,dimana warga meksiko menangis

keras tidak selalu mempersepsika sebagai nyeri yang hebat.

d. Makna nyeri

Nyeri yang dirasakan setiap orang akan memperngaruhi cara beradaptasi

terhadap nyeri.

e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri

25
Nyeri yang dirasakan pasien bervariasi,sesuai dengan tingkat

keparahannya.begitu juga dengan kualitas nyeri, dimana pasien bisa

melaporkan nyeri seperti tertusuk – tusuk, nyeri tumpul dan berdenyut

f. Perhatian

Nyeri juga akan dipengaruhi oleh tingkat perhatian. Perhatian yang meningkat

akan menyebabkan respon nyeri bertambah. sedangkan dengan upaya distraksi

dapat mengurangi nyeri. teknik inilah yang digunakan untuk terapi

mengurangi nyeri, seperti relaksasi, masase, teknik imajinasi terbimbing

g. Ansietas

Ansietas yang dirasakan pasien berhubungan dengan peningkatan persepsi

nyeri pasien

h. Keletihan

Keletihan yang dirasakan akan meningkatkan sensasi nyeri

i. Dukungan keluarga dan social

Dukungan dari keluarga, bantuan dan perlindungan sangat dibutuhkan oleh

pasien yang merasakan nyeri.

5. Pengkajian keperawatan nyeri

Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan adanya riwayat nyeri,

keluhan nyeri seperti lokasi, intensitas, kualitas dan waktu serangan terjadinya

nyeri. pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PQRST :

a) P ( Pemacu ) : merupakan faktor yang menyebabkan berat ringannya nyeri.

b) Q ( quality ) : menanyakan rasa nyeri, apakah nyerinya seperti rasa tajam

tumpul atau terasa tersayat

c) R ( Region ) : daerah atau lokasi terjadinya nyeri

d) S ( severity ) : tingkat keparahan nyeri

26
e) T ( Time ) : lama serangan atau frekuensi nyeri ( Alimul , 2009 )

Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa skala,salah satu alat unuk

mengukur tingkat keparahan nyeri yaitu :

1) Skala deskriptif verbal yang lebih bersifat objektif, skala ini berupakan sebuah

garis yang didalamnya terdapat beberapa kalimat pendeskripsian yang tersusun

dalam jarak yang sama sepanjang garis.Pada alat ukur ini, di ururtkan dari

tidak adanya nyeri samapai nyeri paling hebat perawat meminta pada klien

menunjukan intensitas nyeri yang ia rasakan dengan menunjukan skala tersebut

Gambar 2.2

Sumber Prasetiyo, 2010

Pengelompokan :

a) Pada skala nyeri 1 – 3 dikategorikan sebagai nyeri ringan ( masih bisa di tahan

aktivitas tak terganggu )

b) Pada skala nyer 4 – 6 dikategorikan sebagai nyeri sedang ( mengganggu

aktivitas fisik )

c) Pada skala nyeri 7 – 10 dikategorikan sebagai nyeri berat ( tidak dapat

melakukan aktivitas secara mandiri

2) Skala numerik, yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata .dalam

pengkuran ini, diberikan skala 0 – 10 untuk menggambarkan keparahan nyeri .

angka 0 berarti kllien tidak merasakan nyeri, sedangkan angka 10 mengindikasikan

27
nyeri paling hebat. skala ini efektif digunakan sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi terapiotik .

Skala intensitas nyeri Numerik

Gambar 2.3

Sumber Prasetiyo, 2010

3) Pengukuran yang ke tiga adalah skala analog visual, ini merupakan alat

pengukuran yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus yang berbentuk

garis lurus serta memiliki alat pendeskripsi verbal di setiap ujungnya. Pada skala

ini, memberikan kebebbasan pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan

nyeri yang dirasakan pasien .

Gambar 2.4

Sumber: Prasetyo, 2010

4) Wong – Baker Pain Rating Scale

Wong – Baker Pain Rating Scale adalah metode pengitungan skala nyeri yang

diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker.cara

28
mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah

yang di kelompokan kedalam beberapa tingkatan rasa nyeri

Sumber : Wongbakerfaces.org

Seperti terlihat pada gambar , skala nyeri dibagi menjadi :

a. Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang di rasakan

b. Raut wajah 2, sedikit nyeri

c. Raut wajah 3, nyeri

d. Raut wajah 4, nyeri lumayan parah

e. Raut wajah 5, nyeri parah

f. Raut wajah 6, nyeri sangat parah

Dalam pengukuran skala nyeri yang harus di perhatikan perawat yaitu tidk boleh

menggunakan skala tersebut sebagai perbandingan untuk membandingkan skala

nyeri klien. Hal ini karena di akibatkan perbedaaan ambang nyeri pada tiap tiap

individu ( prasetyo 2010 )

29
6. Diagnosis keperawatan nyeri

North American Nursing Diagnosis Association ( NANDA, 2001 ),

menjelaskan ada dua jenis diagnosis keperawatan utama yang menggambarkan nyeri

pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Adapun batasan karakteristik pada

diagnose nyeri yaitu :

a. Perubahan selera makan

b. Perubahan tekanan darah

c. Perubahan frekuensi jantung

d. Perubahan frekuensi pernafasan

e. Laporan nyeri

f. Diaphoresis

g. Perilaku distraksi

h. Mengekspresikan perilaku ( misalnya ; gelisah, merengek , menangis )

i. Sikap melindungi nyeri

j. Melaporkan nyeri secara verbal

k. Gangguan pola tidur

l. Sikap melindungu area nyeri

m. Perubahan posisi unuk menghindari nyeri

Sedangkan diagnose lain yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan nyeri

adalah :

30
1) Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis

2) Nyeri berhubungan dengan :

a) Penurunan suplei darah ke jaringan

b) Nyeri kronik berhubungan dengan

c) Control nyeri yang tidak adekuat

3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan :

a) Nyeri musculoskeletal

b) Nyeri insisi

4) Gangguan pola tidur berubungan dengan nyeri yang dirasakan (prasetyo 2010 )

7. Perencanaan keperawatan

Perencanaa yang dibuat oleh klien yang nyeri bertujuan agar klien memenuhi hal – hal

berikut :

a. NOC

1) Pain level

2) Pain control

Dengan kriteria hasil :

a) Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik

nonfarmakologi, yaitu teknik relaksasi nafas dalam

b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan teknik relaksasi

nafas dalam

Intervensi yang dapat dilakukan pada masalah nyeri diantaranya , yaitu :

b. NIC

1) Pain management

31
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi ,

karakteristik , durasi , frekuensi dan kualitas.

b) Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( ajarkan teknik nonfarmakologi

yaitu relaksasi nafas dalam )

c) Monitor Vital sign sebelum dan sesudah tindakan dilakukan

d) Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

8. Pelaksanaan (tindakan keperawatan)

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.

Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologisdan non farmakologis . Biasanya

untuk nyeri skala yang ringan tindakan non farmakologis merupakan tindakan

intergensi yang paling utama sedangkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri

dapat digunakan tindakan farmakologis. Nyeri yang sedang sampai berat dapa

mengunakan tekni non farmakologis yang merupakan suatu pelengkap yang efektif

di samping utamanya yaitu farmakologis. ( Prasetyo , 2010). Faktor lain yang dapat

menambah nyeri seperti ketidak percahyaan , ketakutan, kelelhan, dan bosan. Pada

nyeri, tingkat tekni-teknik yang dapat digunakan di antara:

a. Teknik latihan pegalihan

1) Menonton TV

2) Berbincang dengan orang lain

3) Mendengarkan music

4) Memberikan posisi nyaman

5) Teknik relaksasi napas dalam

Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan menghembuskan secara

perlahan dan melemaskan otot-otot tangan dan dilakukan dengan berulang kali

hingga memeperoleh rasa nyaman. Mekanisme relaksasi napas dalam pada sistem

32
pernapasan berupa keadaan inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan sebanyak 6-10

kalinpernapasan dan dapat dilakukan setiap hari. Pernapasan ini dapat menyebabkan

peningkatan perengangan kardiopulmonari, yang mengakibatkan penuranan denyut

dan kecepatan jatung.

b. Pemberian obat analgetik

Obat analgetik digunakan untuk menganggu atau memblok transmisi

stimulus sehingga mampu mnegurangi rasa nyeri. Jenis analgesic yang biasa

digunakan yaitu narkotika dan bukan narkotika. Untuk menurukan tekanan darah

dan depresi fungsi fital seperti respirasi biasanya efek dan jenis narkotika. Obat

yang dikenal di masyarakat seperi aspirin, asitamenofen dan bahan antic

inflamasi nosteroid merupakan jenis dari bukan narkotika. Aspiren memblok

rangsangan dan menghambat sintesisi prostaglandin dengan kasiat 15-20 menit

denga efek puncak obat sekitar 1-2 jam.

Menurut, World Health organization ( WHO ) membkombinasikan

pengunan obat-obatan alangesik dn obat adjuvan untuk mengotrol nyeri dimana

obat adjuvan yaitu obat yang bertujuan untuk meningkatkan obat opiate serta

menghilangkan gejala yang timbul dan dapat bertindak sebagai analgesic pada

nyeri. Untuk nyeri dengan skala ringan ( 1-3 pada skala 0-10 ) direkombinasikan

penguna obat non opiet disertai atau tanpa obat adjuvan, WHO

merekombinasikan pengunanaan obat opiet lemah disertai atau tanpa non obat

serta disertai obat adjuvan untuk nyeri pasien yang menetap atau skala meningkat

( 4-6 nyeri skala sedang pada skala 0-10 ). Obat kuat akan diberikan apabila

skala nyeri masih menetap atau bahkan meningkat, non opiet dapat diteruskan

33
sedangkan obat adjuvan perlu dipertimbangkan pengunananya ( AHCPR, 1994 )

dalam ( Prasetyo 2010

9. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dinilai melalui kempampuan respon nyeri pasien, di antara hilangannya

perasaan nyeri, intensitas nyeri menurun, respon fisiologis yang baik, serta kemapuan

pasien sehari- hari.

34
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain yang digunakan penulis dalam studi kasus ini dengan

menggunakan metode deskriptif. Dengan tujuan utama untuk memberikan

gambaran tentang studi dan menganalis lebih mendalam tentang asuhan

keperawatan pada pasien apendisitis dengan gangguan rasa aman

nyaman(nyeri) di RS Sinar Kasih Toraja.

B. Subjek Studi Kasus

Yang menjadi studi kasus dalam penelitian penulisa Karya Tulis Ilmiah adalah

pasien apendisitis dengan gangguan rasa nyaman (nyeri) RS Sinar Kasih

Toraja.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa aman

dan nyaman nyeri post op apendisitis diruang perawatan Bedah, RS Sinar Kasih

Toraja.

D. Definisi operasional

1.Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, ada rasa

sakit yang bersifat subjektif bagi semua orang

2. Post op apendisitis adalah suatu kondisi dimana pasien telah di lakukan

operasi pembedahan untuk mengangkat umbai cacing yang terinfeksi

35
E. Instrumen studi kasus

1. Lembar format pengkajian

2. Alat tulis

3.Alat-alat pemeriksaan fisik (tensimeter, thermometer, stetoskop, reflex hammer,

arlogi, penlight)

F. Tempat dan waktu

-Tempat:Diruang Bedah RS Sinar Kasih Toraja

-Waktu:17 Juli 2020

G. Metode pengumpulan data

Penulis menggunakan metode studi kasus, dengan pendekatan ilmiah

merupakan proses keperawatan guna mengumpulkan data. sedangakan

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data

secara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang

berhubungan dengan apendisitis dalam rangka mendapatkan dasar teoritis,

dari literature atau referensi baik dari buku maupun internet.

2. wawancara

Yaitu dengan mengadakan wawancara pada penderita maupun keluarganya

dalam rangka pengumpulan data mengenai riwayat kesehatan pasien.

3. studi dokumentasi

36
Yaitu mendapatkan data dari catatan medis untuk melaksanakan

kegiatan teori teknik studi kasus dokumentasi akan lebih mendukung

data yang telah diambil dengan cara lain sehingga data yang diperoleh

lebih bisa dipercaya.

4. Observasi

Mengamati langsung perubahan yang terjadi pada pasien yang

mengalami apendisitis.

5. pemeriksaan fisik

Menunjang data-data yang di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi pada gangguan sistem pencernaan “post op

apendisitis”

6. Diskusi

Bila ada masalah atau kendala yang didapat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien , penulis dapat mengkonsultasikan pada

pembimbing atau tenaga kesehatan yang terkait.

H. Analisis Studi kasus Dan penyajian data

1. Analisa data

Analisa yang digunakan adalah untuk membandingkan dan mengetahui

kesenjangan yang terjadi antara praktik dan teori yang ada.

b. penyajian data

Data yang dikaji dalam bentuk narasi dipresentasikan dalam bentuk power

point dilengkapi dengan gambar.

37
I. Etika studi kasus

Dalam melakukan studi kasus ini, peneliti mendapatkan izin dari

institusi Akademi Keperawatan Toraja, kabupaten tanah toraja untuk

melakukan suatu penelitian. Selanjutnya peneliti mendapatkan izin dari

kepala RS Sinar Kasih Toraja, setelah mendapatkan izin maka peneliti

dapat melakukan studi kasus dengan melaksanakan etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

lembar persetujuan diberikan kepada pasien yang ada di RS Sinar Kasih

Toraja untuk ditanda tangani, setelah ada persetujuan dari pasien, baru

dapat melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan dengan diagnose

apendisitis di ruang perawatan Bedah RS Sinar Kasih Toraja

2. kerahasian(confidentiality)

kerahasian informasi akan dijamin peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang akan diperlukan sebagai hasil penelitian.

3. Tanpa nama(Anonymity)

untuk menjaga kerahasian pasien yang menjadi fokus studi kasus,

peneliti tidak akan mencantumkan nama pasien pada lembar

pengumpulan data yang di isi subjek,tetapi lembar tersebut hanya

mencantumkan inisial.

38
BAB IV

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS

1. IDENTITAS

b. Identitas

Nama klien : Tn.H

Umur /Tanggal Lahir :22 tahun

Jenis kelamin :Laki-Laki

Agama/keyakinan :Kristen protestan

Suku /bangsa :Toraja/Indonesia

Perkawinan :Belum kawin

Pekerjaan :Mahasiswa

No.RM :42-58-02

Tanggal MRS :Kamis,16 Juli 2020

Tanggal pengkajian :Kamis,16 Juli 2020

Rencana teraphy :IVFD RL 20 tpm,

Santagesik 1 amp/12 jam

/Iv, cefadroxil 2x1 oral

c. Penanggung jawab

Nama :Tn.A

Umur :18 tahun

Pekerjaan :Pelajar

Alamat :Sumalu

Hubungan dengan klien :Sepupu

39
2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat kesehatan saat ini

Alasan kunjungan/keluhan utama: Nyeri perut bawah sebelah kanan

1) Faktor pencetus :Nyeri luka bekas operasi

2) Kualitas keluhan :Nyeri seperti ditusuk-tusuk

3) Lama keluhan : Durasi ± 10 menit

4) Timbulnya keluhan :Pada saat klien melakukan

5) Aktivitas

6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Menarik nafas dalam

Pada tanggal 16 Juli 2020,Jam 07:00 klien MRS datang dengan

keluhan nyeri perut bawah sebelah kanan tembus belakang,kram pada

kaki sebelah kanan,nyeri ulu hati. Pada tanggal 16 juli 2020, jam 15:00

klien di lakukan tindakan operasi.

Pada 17 Juli 2020 jam 08:20 pada saat di kaji klien masih

mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dengan skala nyeri 5 sedang

(0-10) seperti di tusuk-tusuk. Nyeri hilang timbul durasi ± 10 menit, nyeri

dirasakan pada perut bawah sebelah kanan, nyeri timbul jika klien

beraktivitas. Pada saat dikaji Nampak klien tidak dapat melakukan

aktivitas seperti duduk,ketoilet karena nyeri yang dirasakan, klien

Nampak meringis ketika nyeri timbul. Nampak ada luka bekas operasi,

ditutup perban, tidak ada pus, tidak bengkak, luka Nampak bersih dan

mulai mengering.

40
b. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit

Di RS sebelumnya, klien mengatakan tidak pernah mengalami

kecelakaan, dan tidak pernah melakukan transfusi darah sebelumnya.

c. Riwayat kesehtan keluarga

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti

Hipertensi,DM, Asam Urat, jantung, dan penyakit lainnya.

GENOGRAM 3 GENERASI

G.1:

G.2

G.3

Keterangan : Laki-Laki Meninggal

Perempuan ….. Tinggal Serumah

Klien Garis Keturunan

41
Kesimpulan:

G.1 : Kedua orang tua dari ayah klien masih hidup dan kedua

Orang tua dari ibu klien sudah meninggal karena faktor

usia

G.II : Kedua orang tua kien masih hidup

G.III : Klien tinggal sendiri

3. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

a. Pola Konsep Diri

1) Harga diri :Klien mengatakan bersyukur atas apa yang

dimilikinya

2) Ideal diri :Klien mengatakan ada nyeri bagian di perut

3) Gambaran diri :Klien merasa jika dirinya sakit dan memerlukan

Pertolongan.

4) Peran :Klien mengatakan berperan Sebagai anak

5) Identitas :Klien mampu mengenali dirinya

b. Pola kognitif

Klien mengatakan saat ini klien bisa membaca tanpa menggunakan alat

bantu, klien dapat berhitung.

c. Pola Koping

Klien mengatakan setiap ada masalah, selalu dibicarakan dan

diselesaikan dengan cara musyawara keluarga

d. Pola Interaksi

Klien mengatakan sering berinteraksi dengan anggota keluarga, orang

lain dan masyarakat di sekitarnya.

42
4. RIWAYAT SPRITUAL

a. Klien mengatakan rajin beribadah

b. Klien mengatakan selalu berdoa sebelum makan dan sebelum tidur.

c. Klien mengatakan selalu ada dukungan dari keluarga baik ketika klien

sedang sakit maupun saat klien ada masalah.

5. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum klien

1) Tanda-tanda distress :klien mengeluh nyeri luka bekas operasi

2) Penampilan yang dihubungkan dengan usia: Klien tampak

Sesuai usianya

3) Ekspresi wajah: Nampak meringis ketika nyeri timbul, bicara

Baik, nampak mood klien baik

4) TB:150 cm,BB 58 Kg, Gaya berjalan:normal tidak ada kelainan.

b. Tanda-tanda vital

TD:130/80 mmHg

N :74x/menit

S :36,5

P :20x/menit

c. Sistem Pernafasan

1. Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada secret,tidak ad polip,tidak ada

epistaksis

2. Leher

43
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada pembesaran vena

jugularis, tidak ada tumor

3. Dada

Bentuk dada simetri, kiri dan kanan,gerakan dada normal, suara nafas

vesikuler,clubbing finger tidak ada

d. Sistem cardivasculer

1) bising aorta tidak ada, mur-mur tidak ada Konjungtiva tidak

anemis, bibir tidak pucat, arteri carotis teraba kuat, tidak ada

peningkatan vena jugularis

2) Ukuran jantung normal, ictus cordis teraba 1cm

3) Suara jantung : jantung 1 (lup), suara jantung 11(dup),

e. Sistem pencernaan

1) Sclera tidak icterus,bibir lembab, labio skizis tidak ada

2) Mulut: Tidak ada stomatitis,plato skizis tidak ada, jumlah gigi

30,kemampuan menelan baik

3) Gaster : Tidak kembung,tidak nyeri, gerakan peristaltic normal

4) Abdomen :Hati teraba, tidak ada pembesaran hati, tidak ada

pembesaran pada ginjal, nyeri tekan abdomen, ada luka bekas

operasi usus buntu

5) Anus :Tidak ada lecet, tidak ada hemoroid, tidak ada nyeri

f. Sistem indra

1) Mata :kelopak mata normal dapat tertubuka dan tertutup Bulu

mata(+), alis(+) klien dapat melihat

2) Hidung :penciuman baik,tidak perih, tidak ada polip

44
3) Tellinga:Keadaan daun telinga bersih,tidak ada serumen

pendengaran baik

g. Sistem saraf

1. Fungsi serebral

a) Status mental : Dapat berorientasi dengan baik, daya

dengan baik

b) Kesadaran :composmentis, GCS E=4, M=6, V=5

c) Bicara :klien berbicara dikuti dengan gerakan

wajah

2. Fungsi cranial

Nervus 1 :Dapat membedakan bau contoh kopi dan minyak

kayu putih

Nervus II :Fungsi penglihatan(+) klien tidak mengalami

gangguan penglihatan, reflex pupil baik

NervusIII,IV,V1 : Pupil isokor terhadap cahaya bola mata

dapat di Gerakan

Nervus V :Peka akan rabaan pada mata dan wajah

Kli dapat tersenyum,dan dapat mengerutkan

dahi

Nervus VII : Motorik dan sensorik, pengecapan baik

Dapat membedakan rasa cth manis/asin

Nervus VIII :Pendengaran baik, klien dapat mendengar

Suara Bisikan

Nervus IX : Motorik dan sensorik: pengecapan

Dapat membedakan rasa

45
Nervus X : Tidak ada nyeri menelan

Nervus XI :Klien dapat menahan tahanandi bahu dan

wajah

Nervus XII : Klien dapat menggerakkan lidah

3. Fungsi motoric

Massa otot : Kenyal 5 5

Kekuatan otot : Baik 5 5

Tonus otot : Baik

Tidak terdapat kelainan otot

4. Fungsi sensorik : Tidak ada masalah

5. Fungsi serebellum : Tidak ada masalah

6. Refleks : Bisep normal, Trisep normal, patella

Normal, Babinski normal

7. Iritasi meningen : Tidak ada kaku kuduk

h. Sistem Muskulo Skeletal

1) Kepala: Bentuk kepala mesocephal, gerakan normal dapat

digerakan kesegalah arah

2) Tulang belakang normal, tidak ada kelainan, fungsi gerak baik

3) Gaya berjalan normal, gerakan baik

4) Lutut tidak bengkak, tidak ada kaku, gerakan baik

5) Kaki tidak bengkak, gerakan baik, kemampuan berjalan

baik, tidak ada hambatan

6) Tangan tidak bengkak,gerakan baik, tidaka ada hambatan

bahu dapat digerakan.

46
i. Sistem Integumen

1) Rambut : Warna hitam, tidak rontok

2) Kulit : Warna sawo matang temperatur hangat

Kulit lembab, bulu kulit(+), tidak ada ruam

3) Kuku : Warna pink pucat, tidak mudah patah,

kuku pendek dan bersih

j. Sistem endokrin

1) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

2) Klien sedikit minum, makan banyak

3) Suhu tubuh normal,tidak berkeringat berlebihan

4) Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut

k. Sistem Perkemihan

1) Tidak ada muka bulan/moon face, tidak ada bengkak di seluruh

tubuh

2) Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

3) Nocturia tidak ada, tidak ada nyeri pada saat BAK

4) Tidak ada penyakit hubungan seksual

l. Sistem Reproduksi

Klien tidak bersedia di kaji

m. Sitem imun

1) Alergi : Tidak ada alergi pada makanan, tidak ada alergi

terhadap obat, minum, cuaca dan bulu binatang

2) Tidak pernah melakukan transfuse darah

47
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

HASIL NORMAL SATUA


N

WBC(LEUKOSIT) 7,2 4,0-10 10³/ul


LYMPH# 1,8 1,5 10³/ul
MID# 0,5 0,1-10 10³/ul
GRAN# 4,9 2-8 10³/ul
LYMPH% 24,6 25-50 %
MID% 6,8 1-10 %
GRAN% 68,6 50-80 %

RBC(ERITROSIT) 4,99 P:4,0-5,0 10³/ul


L :14-18 10³/ul

HGB(HEMOGLOBIN) 16 P :12-16 g/dl


L :14-18 g/dl

HCT(HEMATOKRIT) 48,3 P :37-47 %


L :40-54 %

NILAI MC
MCU 96,9 80-100 Fl
MCH 32 26-34 Pg
MCHC 33,1 32-36 Pg

PLT(TROMBOSIT) 182 150-440 10³/ul


MPV 10,5 98 Fl
PCT 0,190 0,155 %

48
C. TERAPI SAAT INI

Tanggal 16-17 Juli 2020

1) IVFDL RL, 20 tpm

2) Santagesik 1 amp/12 jam/IV

3) Ranitidine 1 amp/12 Jam/IV

4) Cefadroxil 1gram 2x1 /oral

Tanggal 18 Juli 2020

1) IVFDL RL,20 tpm

2) Santagesik 1 amp/12 jam/IV

3) Cefadroxil 1 gram/ 2x1/ oral

49
KLASIFIKASI DATA

(CP.1A)

Nama klien :Tn.H

NO.RM :42-58-02

Ruang rawat :Ruang bedah

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien mengatakan nyeri pada 1. Skala nyeri sedang 5(0-10)


luka bekas operasi 2. Klien tampak meringis saat nyeri
2. Klien mengatakan adanya timbul
bekas operasi pada perut bawah 3. TTV: TD: 130/80 mmHg
sebelah kanan N :74x/menit
3. Klien mengatakan tidak dapat S :36,5ºc
melakukan banyak aktivitas P :20x/menit
karena nyeri yang di 4. Nampak ada luka bekas operasi
rasakannya 5. Nampak luka ditutup perban
6. Tidak ada pus
7. Tidak bengkak
8. Luka Nampak bersih dan mulai
mengering
9. Nampak klien tidak banyak
melakukan aktivitas seperti duduk
dan ketoilet secara mandiri
10. Nampak sebagian aktivitas klien di
bantu oleh keluarga

50
ANALISA DATA

( CP.1B)

Nama klien :Tn.H

NO.RM :42-58-02

Ruang rawat :Ruang bedah

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: APENDICITIS NYERI


Klien mengatakan nyeri pada luka 
bekas operasi Tindakan
DO: pembedahan
- Skala nyeri sedang 5(0-10) (Apendiktomy)
- Klien Nampak meringis 
saat nyeri timbul Terputusnya
- TTV:TD:130/80mmHg kontinuitas
N :74x/menit Jaringan
S :35,5ºc 
P :20x/menit Nyeri

2. DS: APENDICITI Intoleransi


Klien mengatakan tidak dapat S
aktivitas
melakukan banyak aktivitas karena 
nyeri yang dirasakan Tindakan
DO: pembedahan
- Nampak klien tidak dapat (Apendiktomy)
melakukan banyak aktivitas 
seperti duduk dan ketoilet Terputusnya
- Nampak sebagian aktivitas kontinuitas
klien dibantu oleh keluarga Jaringan

51

Nyeri

Pembatasan
gerak
Sekunder terhadap
nyeri

Intoleransi
aktivitas

3 DS: APENDICITI Resiko


Klien mengatakan adanya bekas S
infeksi
operasi pada perut bawah sebelah 
kanan Tindakan
DO: pembedahan
- Nampak adanya luka (Apendiktomi)
operasi 
- Nampak luka ditutup Terputusnya
perban kontinuitas
- Tidak ada pus jaringan
- Tidak bengkak 
- Luka Nampak bersih dan Jalan masuk kuman
mulai mongering 
Resiko infeksi

52
DIAGNOSA KEPERAWATAN

(CP.2)

Nama klien :Tn.H

NO.RM :42-58-02

Ruang rawat :Ruang bedah

NO DIAGNOSA TGL TGL


KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI

1. Nyeri berhubungan dengan


16 juli 2020 18 juli 2020
luka post operasi

2. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
16 juli 2020 18 juli 2020
pembatasan gerak sekunder
terhadap nyeri

3. Resiko infeksi berhubungan


dengan terputusnya 16 juli 2020 18 juli 2020
kontinuitas jaringan

53
INTERVENSI KEPERAWATAN

(CP.3)

Nama klien : Tn.H

NO.RM :42-58-02

Ruang rawat :Ruang bedah

N NDX/ DATA INTERVENSI


O PENUNJANG TUJUAN KEPERAWATAN RASIONAL

1. Nyeri Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk


berhubungan dilakukan nyeri, lokasi memudah
dengan luka post asuhan dan kan
operasi keperawatan karakteristik intervensi
DS: selama 2x24 yang
Klien mengatakan jam diharapkan akan
nyeri pada luka nyeri diberikan
bekas operasi berkurang atau selanjutn
DO: teratasi dengan 2. Observasi 2. Untuk
- Skala kriteria hasil: ttv mengetah
nyeri 1. Klien ui
sedang nampak keadaan
5(0-10) tenang umum
- Klien dan klien
Nampak rileks 3. Memberi
3. Berikan
meringis 2. Skala kan
posisi
saat nyeri nyeri perasaan
nyaman
timbul berkura nyaman
- TTV: ng 3(0- pada
TD: 10) klien dan
130/80 3. Klien meningka
tidak tkan

54
mmHg mengel reraksasi
N :74x/ uh
menit nyeri 4. Untuk
S :36,5ºc 4. Anjurkan menguran
P :20x/ teknik gi rasa
menit relaksasi nyeri dan
nafas dalam meningka
pada saat tkan
nyeri timbul relaksasi
5. Dapat
5. Ciptakan memberi
lingkungan kan
yang tenang kenyama
nan untuk
klien
beristirah
at
6. Analgetik
akan
6. Kolaborasi
menguran
pemberian
gi rasa
analgetik
nyeri

2. Intoleransi Setelah 1. Kaji 1. Untuk


aktivitas dilakukan kemampuan mengetah
berhubungan tindakan klien dalam ui sejauh
dengan keperawatan beraktivitas mana
pembatasan selama 2x24 klien
sekunder terhadap jam di dapat
nyeri harapkan melakuka
DS: terpenuhinya n
Klien kebutuhan aktivitas
menngatakan klien secara 2. Observasi 2. Untuk
tidak dapat mandiri TTV mengetah

55
melakukan dengan kriteria ui
banyak aktivitas hasil: keadaan
karena nyeri yang 1. Klien umum
di rasakan dapat klien
DO: melaku 3. Bantu dalam 3. Untuk
- Nampak kan pemenuhan membant
klien tidak aktivita kebutuhan u
banyak s secara klien memenuh
melakuka mandiri i
n aktivitas 2. Terpen kebutuha
secara uhinya n klien
mandiri kebutu 4. Libatkan 4. Kebutuha
- Nampak han keluarga n klien
sebagian klien dalam dapat
aktivitas pemenuhan terpenuhi
di bantu kebutuhan
oleh klien
keluarga

3 Resiko infeksi Setelah 1. Kaji keadaan 1. Untuk


berhubungan dilakukan luka mengetah
dengan asuhan ui adanya
terputusnya keperawatan tanda-
kontinuitas selama 2x24 tanda
jaringan jam diharapkan infeksi
DS: tidak terjadi 2. Cuci tangan 2. Mencega
Klien mengatakan infeksi dengan sebelum dan h
adanya luka bekas kriteria hasil: sesudah terjadinya
operasi pada perut tidak terjadi melakukan infeksi
bawah sebelah tanda-tanda tindakan silang
kanan infeksi(adanya 3. Jelaskan 3. Untuk
DO: peradangan/ras pada klien menamba
- Nampak a panas pada tentang h
adanya kulit, adanya tanda-tanda pengetah

56
luka kemerahan,ada infeksi uan klien
operasi nya tentang
- Nampak pembengkakan adanya
luka , perubahan tanda-
ditutup fungsi dan tanda
perban menyebabkan infeksi
- Tidak ada organ lain 4. Anjurkan 4. Mencega
pus terganggu klien untuk h
- Tidak tidak timbulny
bengkak membasahi a infeksi
- Luka daerah luka

tampak operasi

bersih,mul 5. Kolaborasi 5. Antibioti

ai pemberian c untuk

mongering analgetik mencega


h infeksi
pada luka

57
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

(CP.4&5)

Nama klien :Tn.H

NO.RM :42-58-02

Ruang rawat :Ruang bedah

TGL ND JAM IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP


X KEPERAWATAN

17- 1 09:00 1. Mengkaji tingkat S:


07- nyeri,lokasi dan - Klien
2020 karakteristik mengatakan
Hasil: nyeri bekas
- Skala nyeri sedang 5(0-10), luka operasi
ekspresi wajah nampak pada perut
meringis bawah
- Klien mengatakan nyeri sebelah
bekas luka operasi pada kanan
perut bawah sebelah kanan - Klien
- Klien mengatakan nyeri mengatakan
seperti tertusuk-tusuk nyeri seperti
09:10 2. Mengobservasi TTV tertusuk-
Hasil: TD:110/70 tusuk
N :74x/menit O:
S :36,5ºc 1. Skala nyeri
P :20x/menit sedang 4(0-
09:25 3. Memberikan posisi nyaman 10)
Hasil:
dengan posisi miring kekiri 2. Klien
09:30 4. Mengajarkan teknik nampak
relaksasi nafas dalam pada

58
saat nyeri timbul mulai rileks
Hasil : 3. TTV:TD:11
Klien dapat melakukan 0/70
teknik relaksasi nafas N:74x/m
dalam dengan cara menarik enit
nafas dalam melalui hidung S :
tahan 2-3 detik, kemudian 36,5ºc
hembuskan perlahan P :
melalui mulut 20x/menit
10:30 5. Menciptakan lingkungan A: Nyeri
yang tenang P: Lanjutkan
Hasil :Nampak klien intervensi
nyaman dengan lingkungan 1. Kaji tingkat
yang tenang nyeri,lokasi
12:00 6. Kolaborasi dalam dan
pemberian analgetik karakteristik
Hasil :-Santagesik 1 2. Observasi
amp/12jam/Iv TTV
3. Berikan
posisi
nyaman
4. Ajarkan
teknik
relaksasi
nafas dalam
pada saat
nyeri timbul
5. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
6. Kolaborasi
dalam
pemberian

59
analgetik

2 13:20 1. Mengkaji kemampuan klien S:


dalam melakukan aktivitas - Klien
Hasi:klien mengatakan mengatakan
sudah dapat mulai sudah dapat
melakukan sebagian mulai
aktivitas seperti makan melakukan
sendiri, duduk secara sebagian
perlahan aktivitas
14:00 2. Mengobservasi TTV seperti
Hasil: makan
TD:110/70 mmHg sendiri,
N:74x/menit duduk
S :36,5ºc secara
P:20x/menit perlahan.
14:15 3. Membantu dalam O:
pemenuhan kebutuhan - TTV
klien TD:110/70
Hasil: Membantu klien mmHg
untuk duduk,miring N :
kekanan dan kekiri 74x/menit
14:20 4. Melibatkan keluarga dalam S :36,5ºc
memenuhi kebutuhan klien P :
Hasil: Nampak keluarga 20x/menit
membantu klien untuk - Nampak
memenuhi kebutuhannya keluarga
membantu
klien untuk
memenuhi
kebutuhann
ya
A: Intoleransi

60
aktivitas
P: Lanjutkan
intervensi
1. Kaji
kemampuan
klien dalam
melakukan
aktivitas
2. Observasi
TTV
3. Bantu dalam
pemenuhan
kebutuhan
klien
4. Libatkan
keluarga
dalam
memenuhi
kebutuhan
klien

3 09:00 1. Mengkaji keadaan luka S:


Hasil: Klien mengatakan
- Nampak adanya luka opersi adanya bekas luka
- Nampak luka ditutup operasi pada perut
perban bawah sebelah
- Tidak ada pus kanan

- Tidak bengkak
- Luka nampak bersih, mulai O:
mongering - Nampak
09:00 2. Mencuci tangan sebelum adanya luka

dan sesudah melakukan bekas

tindakan operasi

Hasil:Telah melakukan - Nampak

61
tindakan cuci tangan 6 luka di tutup
langkah sebelum dan perban
sesudah melakukan - Tidak pus
tindakan - Tidak
bengkak
09:15 3. Menjelaskan kepada klien - Luka
tentang tanda-tanda infeksi nampak
Hasil: klien bersih,
mengerti/memahami mulai
tentang tanda-tanda infeksi mengering
yang dijelaskan
Tanda-tanda infeksi pada A: Resiko infeksi
luka: Adanya
peradangan/panas pada P:lanjutkan
kulit, adanya rasa sakit, intervensi
adanya kemerahan, adanya 1. Kaji
pembengkakan, perubahan keadaan
fungsi dan menyebabkan luka
organ lain terganggu 2. Cuci tangan
10:15 4. Menganjurkan klien untuk sebelum dan
tidak membasahi daerah sesudah
luka operasi melakukan
Hasil:Nampak klien dapat tindakan
memahami dan tidak 3. Jelaskan
membasahi daerah luka pada klien
operasi tentang
12:00 5. Kolaborasi dalam tanda-tanda
pemberian antibiotic infeksi
Hasil:-cefadroxil 1gram 4. Anjurkan
2x1 oral klien untuk
tidak
membasahi
daerah luka

62
operasi
5. Kolaborasi
dalam
pemberian
antibiotic

18- 1 09:00 1. Mengkaji tingkat nyeri,lokasi S:


07- dan karakteristik - Klien
2020 Hasil: mengatakan
- Skala nyeri ringan 3(0-10), nyeri bekas
ekspresi wajah nampak rileks luka operasi
- Klien mengatakan nyeri sudah tidak
bekasluka opersi sudah tidak nyeri
nyeri - Klien
09:10 2. Mengobservasi TTV menngatakan
Hasil: nyeri seperti
TD:100/80 mmHg ditusuk-tusuk
N :80x/menit O:
S :36,5ºc - Skala nyeri
P :20x/menit ringan 3 (0-
09:25 3. Memberikan posisi yang 10)
nyaman - Ekspresi
Hasil: klien mengatakn wajah
nyaman dengan posisi nampak rileks
terlentang dan miring kekiri - TTV:
10:00 4. Mengajarkan teknik relaksasi TD:100/80
nafas dalam pada saat nyeri mmHg
timbul N :80x/menit
Hasil: klien dapat melakukan S :36,5ºc
teknik relaksasi nafas dalam P :20x/menit
dengan cara menarik nafas
dalam melalui hidung tahan A:Masalah teratasi

63
2-3 detik kemudian P:Hentikan
hembuskan secara perlahan intervensi
melalui mulut
10:55 5. Menciptakan lingkungan
yang tenang
Hasil: Nampak klien nyaman
dengan lingkungan yang
tenang
12;00 6. Kaborasi dalam pemberian
analgetik
Hasil:Santagesik 1
amp/12 jam/Iv

2 09:00 1. Mengkaji kemampuan klien S:


dalam melakukan aktivitas - Klien
Hasil: klien mengatakan mengatakan
dapat melakukan sebagian dapat
aktivitas secara mandiri melakukan
seperti makan sendiri, duduk sebagian
dan berjalan ketoilet tanpa aktivitas
bantuan secara
10:00 2. Mengobservasi TTV mandiri
Hasil:TD:100/80 mmHg seperti makan
N :80x/menit sendiri,
S :36,5ºc duduk, dan
P :20x/menit berjalan
10:45 3. Membantu dalam ketoilet tanpa
pemenuhan kebutuhan klien bantuan
Hasil:Nampak klien dapat
melakukan kebutuhan secara O:
mandiri - TTV
11:00 4. Melibatkan keluarga dalam TD:100/80m
memenuhi kebutuhan klien mHg
Hasil: Nampak keluarga N :80x/menit

64
dapat memenuhi kebutuhan S :36,5ºc
klien P :20x/menit
- Nampak klien
telah dapat
melakukan
kebutuhan
secara
mandiri

A:Masalah teratasi

P:Hentikan
intervensi

3 09:00 1. Mengkaji keadaan luka S:


Hasil: - Klien
- Nampak adanya luka operasi mengatakan
- Nampak luka ditutup perban adanya luka
- Tidak ada pus bekas operasi

- Tidak bengkak pada perut

- Luka nampak bersih, mulai bawah

mongering sebelah kanan


09:00 2. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan O:

Hasil: Telah melakukan - Nampak luka

tindakan cuci tangan 6 bekas operasi

langkah sebelum dan - Nampak luka

sesudah melakukan tindakan ditutup


10:15 3. Menjelaskan pada klien perban

tentang tanda-tanda iinfeksi - Tidak ada pus


Hasil: Klien dapat - Tidak
mengerti/memahami bengkak
tentanng tanda-tanda infeksi - Luka nampak
yang di jelaskan. bersih, mulai

65
Tanda-tanda infeksi pada mongering
luka:Adanya
peradangan/panas pada kulit, A:Masalah teratasi
adanya rasa sakit,adanya
kemerahan, adanya P;Hentikan
pembengkakan, perubahan intervensi
fungsi dan menyebabkan
organ lain terganggu
11:30 4. Menganjurkan klien untuk
tidak membasahi daerah luka
bekas operasi
Hasil: Nampak klien dapat
memahami dan tidak
membasahi daerah luka
bekas operasi
12:00 5. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic
Hasil:cefadroxil 1gram/2x1
oral

66
RESUME KEPERAWATAN

(CP.6)

Nama klien :Tn.H Nama mahasiswa :Rianti patandung

NO.RM :42-58-02 Nim :17012

Ruang rawat :Ruang bedah

A. Masalah keperawatan pada saat kllien dirawat

1. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi

2. Intoleransi aktivitas berhungan dengan pembatasan gerak terhadap nyeri

3. Resiko infeksi berhungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

B. Tindakan keperawatan selama dirawat

1. Mengkaji tingkat nyeri,lokasi dan karakteristik

2. Mengobservasi TTV

3. Memberikan posisi nyaman

4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam pada saat nyeri timbul

5. Menciptakan lingkungan yang tenang

6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

7. Mengkaji keadaan luka

8. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

9. Menjelaskan pada klien tentang tanda-tanda infeksi

10. Menganjurkan klien untuk tidak membasahi daerah luka

11. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

12. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitias

13. Mengobservasi TTV

67
14. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien

15. Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien

C. Evaluasi

1. Masalah yang teratasi

a) Nyeri berhubungan denga luka post operasi

b) Resiko infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder

terhadap nyeri

D. Nasehat pada waktu klien pulang

a) Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih dan makan-makanan

berserat

b) Minum obat secara teratur dan tepat waktu sesuai dengan anjuran dokter

c) Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan luka operasinya

d) Mengingatkan klien untuk datang konsu

68
B.PEMBAHASAN

Untuk memahami kesenjangan yang terjadi maka penulis membahas berdasarkan

langkah-langkah proses keperawatan yang meliputi:pengkajia,diagnosa

keperawatan,intervensi,implementasi,evaluasi

1. Pengkajian

Data yang lazim ditemukan pada pada penderita apendisitis meliputi nyeri

pada kuadran kanan bawah, sifat: nyeri tekan lepas, demam,mual munath,

spasme otot abdomen: tungkai sulit sulit diluruskan, konstipasi atau diare,

adanya nyeri lumbal apabila apendiks melingkar dibelakang sekum.

Pada kasus Tn.H, data yang ditemukan adalah nyeri pada luka bekas operasi

pada perut bawah sebelah kanan, adanya luka bekas operasi, ditutup perban,

tidak ada pus, tidak bengkak, luka nampak bersih dan mulai mongering.

Kesenjangan yang ditemukan adalah data-data preoperatif sudah tidak

di temukan lagi pada klien karena telah mengalami operasi, sedangkan data

post operatif semuanya ditemukan pada kasus nyata.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Haryono (2012) diagnose keperawatan yang sering

Pada klien dengan apendiks meliputi:

Pasca operatif

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik(insisi pembedahan pada

apendiktomy)

b. Kekurangan volume cairan,berhubungan dengan muntah pra operasi,

pembatasan pasca operasi.

69
c. Resiko infeksi berhungan dengan tindakan invasive, insisi post

pembedahan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder

terhadap nyeri

pada saat pengkajian tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kekurangan

volume cairan.Hal ini dimungkinkan oleh Kesenjangan yang ditemukan

adalah dari 4 diagnosa keperawatan ada dalam teori, hanya 3 diagnosa

keperawatan yang dirumuskan pada kasus Tn.H yaitu

- Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi,

pembatasan pasca operasi.

Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh penulis karena keadaan karena klien atau

partisipasi keluarga klien dalam membantu memenuhi kebutuhan cairan klien.

3. Perencanaan

Dalam perencanaan dari 3 diagnosa yang di rumuskan oleh penulis pada klien

Tn.H, kesenjangan yang ditemukan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pada diagnose nyeri berhubungan dengan luka post operasi, intervensi

tingkatkan latihan pasif kemudian aktif tidak direncanakan oleh penulis

karena nyeri yang dirasakan klien bertambah bila digerakkan

b. Resiko infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,tidak

ada kesenjangan karena dalam teori sesuai yang terjadi pada Tn.H

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder

terhadap nyeri, tidak ada kesenjangan karena dalam teori sesuai yang

terjadi pada Tn.H

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa

nyeri.Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologis. Biasanya, untuk

70
nyerinya skala yang ringan tindakan non farmakologis merupakan

tindakan intervensi yang paling utama.pada nyeri tingkat teknik yang

dapat digunakan diantaranya:

a. Teknik latihan pengalihan

a) Menonton tv

b) Berbincang dengan orang lain

c) Mendengarkan music

d) Memberikan posisi nyaman

e) Teknik relaksasi nafas dalam

b. Pemberian obat analgetik

Obat analgetik digunakan untuk mengganggu atau memblok

transmisi stimulus sehingga mampu mengurangi rasa nyeri.Jenis

analgesic yang biasa digunakan yaitu narkotika dan bukan narkotika.

Untuk menurunkan tekanan darah dan depresi fungsi vital seperti

respirasi biasanya efek dari jenis narkotika.

71
4. Pelaksanaan

Pada tahap ini seluruh rencana keperawatan yang telah disusun oleh

penulis dapat di aplikasikan langsung pada klien Tn.H diruang perawatan

bedah.Hal ini dapat terlaksana oleh karena adanya kerja sama penulis dengan

tim perawat diruangan serta anggota tim kesehatan lain yang ada dirumah

sakit.

Selain itu keterlibatan klien dan keluarga secara aktif mulai dari

penyusunan rencana hingga dalam implementasi.keperawatan ini

memudahkan penulis dalam penerapan proses keperawatan.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, ada 3 diagnosa keperawatan yang di tegakkan oleh

penulis, semua diagnosa dapat teratasi.

Keberhasilan yang di capai oleh penulis dalam mengatasi masalah yang

muncul dimungkinkan oleh adanya kerjasama yang baik dengan petugas

kesehatan di rumah sakit serta partisipasi aktif klien dan keluarga dalam

memenuhi perawatan dirinya.

72
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian pada bab terdahulu dengan penerapan proses

keperawatan pada klien Tn.H dengan diadnosa medis post operasi Apendisitis di

Ruang Bedah RS Sinar Kasih Toraja yang telah dilaksanakan pada tanggal 16

sampai 18 Mei 2020 penulis mendapatkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai

berikut:

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian pada Tn.H dengan gangguan sistem pencernaan post

operasi apendisitis, didapatkan data klien mengeluh nyeri pada bekas luka

operasi

2. Saat pengkajian penulis merumuskan 3 (tiga) diagnosa keperawatan yang

muncul pada klien Tn.H diruang perawatan Bedah RS Sinar Kasih Toraja

adalah nyeri berhubungan dengan luka post operasi, resiko infeksi

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, dan intoleransi

aktivitas berhungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri.

3. Intervensi yang di susun untuk mengatasi masalah pada klien dengan

nyeri sesuai dengan prioritas masalah dengan tujuan agar nyeri berkurang

atau bahkan hilang.

4. Implementasi yang di lakukan pada Tn.H dengan nyeri yang sesuai

dengan intervensi yang telah di susun.

5. Evaluasi keperawatan selama pengelolaan 3 hari pada tanggal 16-18 Juli

2020 adalah hasil evaluasi SOAP yang hasil akhirnya adalah subjectif

klien tampak rileks, skala nyeri ringan 3 (0-10).

73
6. Analisis Kesenjangan antara teori dan kasus yang didapatkan di diagnosa

pada pasien Apendisitis Tn.”H” di temukan 4 diagnosa keperawatan yang

ada dalam teori hanya 3 diagnosa yang dirumuskan penulis dan 1

diagnosa lainnya tidak di rummuskan dalam studi kasus yang dilakukan

karena keadaan pasien pada saat pengkajian tidak menunjukkan tanda-

tanda keluhan.

B. Saran

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.H

dengan gangguan sistem pencernaan post operasi Apendisitis di ruang

perawatan Bedah RS Sinar Kasih Toraja dari tanggal 16-18 juli 2020 dan

beberapa kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran yang nantinya

kemungkinan berguna dan di jadikan sebagai masukkan kearah yang lebih

baik yaitu sebagai berikut:

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan ( Rumah Sakit)

Hal ini di harapkan Rumah sakit dapat memberikan pelayanan

kesehatan dan bekerja sama antara tim kesehatan maupun klien

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan

yang optimal pada klien khususnya klien Post Operasi Apendisitis.

Dan di harapkan Rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta

sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pada klien

Post Operasi Apendisitis.

2. Bagi klien dan keluarga

Bagi klien di harapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin dan

tuntas sehingga proses penyembuhan dapat lebih cepat.

3. Bagi masyarakat

74
Agar masyarakat menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan pola

makan untuk menghindari berbagai penyakit.

4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Diharap agar dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dengan temuan

terbaru dan terpercaya dalam memberantas meluasnya dan

meningkatnya penderita Apendisitis di kalangan masyarakat.

5. Bagi penulis

Penulis selanjutnya di harapkan dapat melanjutkan penulisan dengan

topic yang terkait dalam lingkup yang lebih luas dengan metode asuhan

keperawatan yang baik

75
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2010). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah q Volume 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nurarif, Amin Huda. 2016. Asuhan Keperawatan praktis berdasarkan Nanda


NIC,NOC.Edisi Revisi Jilid I. Jogjakarta : Mediation

Isnawati, Mufifah. 2011. Anatomi, Fisiologi Apendiks


https://muflihahisnawati.wordpress.com/2011/12/21/anatomi-fisiologi apendix

Cipta, Widya. 2014. Kasus Apendisitis


https://widyacipta.wordpress.com/2014/09/22/kasus-apendisitis

Ecca, Dhila.2016. Gawat Abdomen Di Rongga Perut


Muchlisin,Riadi.2013.Pengertian,Klasifikasi,Faktor, dan Pengukuran Nyeri
https//www.kajianpustaka.com/2013/07/pengertian-klasifikasi-faktor dan.html

76

Anda mungkin juga menyukai