Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDERITA


HIPERTENSI (45-60 TAHUN) DI RSU KERTHA USADA
SINGARAJA

PROPOSAL

Oleh :

Kadek Arsana

22089144008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

WHO (World Health Organization) mengemukakan Hipertensi ialah

salah satu faktor kematian yang utama di dunia mencapai 22% dari total

penduduk dunia (Kemenkes RI, 2019). Prevalensi tertinggi dengan besar 27%

yang berada di wilayah Afrika, dan di peringkat ke 2 sebesar 26% berada di

wilayah mediterania timur, dan yang ke 3 berada di wilayah Asia Tenggara

sebesar 25% dengan total penduduk, pada peringkat ke 4 sebesar 23% yang

berada di wilayah Eropa, dan yang terakhir pada peringkat 5 disusul dengan

wilayah amerika sebesar 18% (Kemenkes RI, 2019).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RiskesDas) Dari hasil penelitian tahun

2018 di Indonesia mendeskripsikan pada usia penduduk >18 tahun sebesar

34.11%. Wilayah tertinggi yang terdampak hipertensi di duduki oleh

Kalimantan selatan sebesar 44,13%, kemudian wilayah yang terendah

terdampak hipertensi yaitu di wilayah Papua sebesar 22.22%. Dari hasil data

Kemenkes Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) 2018 menunjukkan wilayah

Bali dengan penderita hipertensi sebesar 30,97 %.(Kemenkes RI, 2019)

Profil kesehatan di kabupaten Buleleng pada tahun 2018 terdapat

81.674 orang penderita hipertensi. Dengan penderita hipertensi tertinggi

berada di wilayah Buleleng dengan total 7.704 orang (Buleleng, 2018).


Hipertensi yaitu kejadian meningkatnya darah sistolik melebihi 140

mmHg sedangkan darah diastolic melebihi 90 mmHg dalam pengukuran darah

sebanyak 2 kali dalam selan waktu 5 menit. Meningkatnya tekanan darah

secara lama (persisten) akan muncul pada organ ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung coroner) dan akan mengakibatkan stroke (Sari et al., 2019).

Aktivitas fisik yaitu suatu gerakan anggota tubuh yang akan

mengeluarkan tenaga bagi tubuh utuk memelihara kesehatan (Suryani et al.,

2020). Tekanan darah pada seseorang dapat di pengaruhi oleh aktivitas fisik.

Meningkatnya tekanan darah dapat di pengaruhi jika melaksanakan aktivitas

fisik dan akan lebih rendah jika sedang beristirahat. Melakukan aktivitas fisik

yang teratur akan membantu meningatkan efisiensi jantung dengan secara

menyeluruh. Seseorang dengan aktivitas fisiknya yang aktif akan memiliki

tekanan darah lebih rendah serta akan jarang terjangkit darah tinggi. (Suryani

et al., 2020)

Kurangnya melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan terjadinya

hipertensi (Karim, 2018). Bagi individu yang kurang melakukan aktivitas fisik

lebih rentan mempunyai jumlah denyut jantung lebih tinggi sehingga otot

jantung mesti beroperasi lebih maksimal di setiap kontraksinya, makin besar

maupun sering otot jantung memompa, jadi makin besar tekanan yang akan di

bebankan untuk arteri maka terjadi peningkatan darah. (Karim, 2018)

Aktivitas fisik terbagi menjadi beberapa intensitas yaitu aktifitas fisik

ringan dan aktivitas fisik yang berat (Lina & S Dian, 2019) . Aktivitas fisik

ringan tidak akan membuat merasa lelah, jika berolahraga keringat tidak

keluar, pada nafas tidak akan meningkat dan denyut jantung tidak meningkat
contohnya melakukan peregangan, berjalan santai. Dan aktivitas fisik berat

tubuh akan membakar banyak kalori karena energy yang dibutuhkan cukup

besar dan akan merasa lelah, dan jika melakukan olahraga akan mengeluarkan

keringat yang bercucuran dengan nafas yang sangat cepat, cepatnya denyut

jantung (>85 % berdasarkan umur) contohnya berlari, sepak bola, berenang.

(Lina & S Dian, 2019)

Pola makan merupakan cara dan usaha untuk mengatur makanan baik

dalam banyaknya maupun tipe makanan yang akan mencakup untuk

melindungi kesehatan, status nutrisi, menghambat dan menunjang kesehatan

dengan informasi (Mahmudah et al., 2017).

Perilaku pola makan salah merupakan penyebab yang menjadikan

meningkatnya hipertensi (Mahmudah et al., 2017). Makanan modern menjadi

penyumbang pertama dalam munculnya penyakit hipertensi. Berlebihan

mengkonsumsi asupan lemak akan membuat kadar lemak di tubuh bertambah,

yaitu kolesterol akan menjadikan naiknya berat badan maka volume darah

meningkat lebih tinggi. Mengkonsumsi asupan natrium yang secara berlebihan

dapat menambah ekstraselular yang mengakibatkan volume darah berefek

akan munculnya hipertensi. Mengkonsumsi makanan yang berisi natrium

secara kurang dapat menimbulkan banyaknya natrium di dalam tubuh

tertumpuk serta akan meningkatkan faktor hipertensi. (Mahmudah et al., 2017)

Pola makan sangat berpengaruh terhadap hipertensi (Gusti, 2013) .

Tidak seimbangnya pola makan pada asupan dan keperluan, jumlah ataupun

tipe makannya misalkan makanan yang tinggi lemak, sedikit mengkonsumsi

sayuran maupun buah, makanan yang tinggi natrium bisa menjadikan


munculnya hipertensi. Mengontrol pola makan terhadap hipertensi bisa

dilakukan dengan menjauhi makanan lemak, berisi garam maupun siap saji.

American Heart Association menganjurkan mengkonsumsi garam sejumlah

satu sendok teh perhari, sedangkan kebutuhan lemak sangat kecil sebesar 30%

dari kalori tiap hari. Lemak ini diperlukan guna melindungi organ tubuh tetap

bekerja maupun berfungsi maksimal dan meningkatkan konsumsi potassium

dan magnesium dengan mengkonsumsi buah maupun sayuran segar ialah satu

satu sumber terbagus pada kedua nutrisi tersebut (Anisah & Soleha, 2018)

Berdasarkan penelitian yang di teliti oleh (Rihiantoro & Widodo, 2018)

yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian

Hipertensi Di Kabupaten Tulang Bawang” .dalam penelitian ini . Dari hasil uji

data dari total sebanyak 29 responden dengan pola makan yang buruk dengan

mengidap hipertensi sejumlah 25 orang (86,2%) serta untuk yang tidak

mengidap hipertensi sejumlah 4 responden (13,8%). 35 orang memiliki pola

makan yang baik sejumlah 7 orang (20%) yang menderita hipertensi dan

untuk yang tidak menderita hipertensi sebanyak 28 responden (80%) Dalam

hasil uji statistik didapatkan hasil adanya hubungan pola makan dengan

kejadian hipertensi dengan nilai OR= 4.31 (2.1878.494) adalah orang dengan

pola makan yang burukk akan beresiko menderita hipertensi dibandingan

dengan yang pola makan baik. Sedangkan total responden untuk aktivitas fisik

yang ringan sebanyak 34 respondn memiliki aktivitas fisik yang ringan

berjumlah 23 responden (67,6) menderita hipertensi, dari total 30 responden

yang memiliki aktivitas fisik sedang dan berat sebanyak 9 responden (30%)

menderita hipertensi dan 21 responden (70%) tidak hipertensi. Dari hasil uji
data didapatkan adanya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

dengan nilai pvalue=0,005 dan hasil analisis menjukkan OR=2,255(1,245-

4,084)

Sejalan dengan studi (Diaz et al., 2017) yang berjudul “ Physical

Activity and Incident Hypertension in African Americans” dalam penelitian ini

menggunakan populasi sebanyak 5301 orang dewasa Afrika Amerika yang

berusia > 21 tahun yang tinggal di Jacson, Mississippi dan wilayah tricounty .

Dari kriteria hasil eksklusi dan inklusi di dapatkan sampel dengan jumlah

1.311 peserta. Hasil analisis data didaptkan 514 (39,2%) memiliki MVPA

yang buruk, 487 (37,1%) sedang dan 310 (23,7%) ideal, peserta yang

memiliki MVPA lebih tinggi kebanyakan pada orang yang lebih muda dan

berjenis kelamin laki-laki. Kesimpulannya adalah di dalam penelitian ini

memberikan hasil bahwa aktivitas fisik sedang, kuat yang teratur atau aktivitas

fisik yang ada hubunganya dengan olah raga bisa mengurangi risiko

pengembangan hipertensi di Afrika-Amerika.

Dalam penelitian yang di teliti oleh (Zheng et al., 2016) yang berjudul “

Association Between Dietary Patterns ans the Risk of Hypertensioan among

Chinese” . Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2.560 pada orang dewasa

cina 45-60 tahun. Dalam penilitian ini didapatkan bahwa empat pola makan

diidentifikasi dari makanan cina, makanan hewani, makanan cepat saji barat,

dan pola garam tinggi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pola

makan hewani dan tinggi garam ada hubunganya dengan peningkatan

hipertensi dengan hasil p<0,05.


Berdasarkan penelitian yang di teliti oleh (Sunarti & Patimah, 2018)

yang berjudul “Relationship between Knowledge Level and Efforts to Control

Blood Pressure in Hypertension Patients”. Penelitian ini menggunakan

sampel sebanyak 57 responden. Hasil studi di dapatkan pada penderita

hipertensi yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengendalian

hipertensi sebanyak 15 (26,3%) responden lebih sedikit dibandingkan

penderita yang mempunyai pengetahuan yang baik 31 ( 54,4%) yang berupaya

untuk mengontrol tekanan darah. Hasil uji data statistic didapatkan nilai p 0,00

(>0,05) dengan R=0,609 yang artinya ada hubungan yang signidikan pada

level pengetahuan mengenai hipertensi sebagai upaya pengontrolan tekanan

darah.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti terkait

“Hubungan Pengetahuan, Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian

Hipertensi”

B. RUMUSAN MASALAH

Dari deskripsi latar belakang diatas, pengetahuan, pola makan maupun

aktivitas fisik baik sangat signifikan dalam mencegah hipertensi. Maka dapat

di rumuskan masalah “Adakah Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik

Dengan Kejadian Hipertensi?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi ini ialah guna mengetahui Hubungan Pola

Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden pada penderita hipertensi

di RSU Kertha Usada Singaraja

b. Mengidentifikasi pola makan pada kejadian hipertensi di RSU

Kertha Usada Singaraja

c. Mengidentifikasi aktivitas fisik pada kejadian hipertensi di RSU

Kertha Usada Singaraja

d. Menganalisa hubungan pola makan dan aktivitas fisik pada

kejadian hipertensi di RSU Kertha Usada Singaraja

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi ini diharpka mampu menambahkan wawasan di bidang

keperawatan khusunya dalam Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik

Dengan Kejadian Hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil studi ini di harapkan menjadi acuan keperawatan pada pelayanan

kesehatan dalam meningkatkan pola makan dan aktivitas fisik yang

baik pada penderita hipertensi.


b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari studi ini diharapkan bisa dipergunakan guna

mengembangkan ilmu keperawatan serta masukan pada proses belajar

guna menambah pengetahuan dalam kompetensi mahasiswa.

c. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini bisa dijadikan bahan saran untuk lembaga tempat studi

untuk memaksimalkan layanan kesehatan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari studi ini juga diharapkan dipergunakan dalam penelitian selanjutnya

untuk panduan melaksanakan studi lebih mendalam mengenai tema yang sama.

Anda mungkin juga menyukai