Anda di halaman 1dari 9

Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.

php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

KONSUMSI TEH DAUN KELOR (MORINGA OLIFIERA) TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA MENOPAUSE DI PUSKESMAS RASAU
JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Jehani Fajar Pangestu1, Taufik Hidayat2*, Sumiati3


1,2,3
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Indonesia

1,2
kifuat46@gmail.com*; 3sumiati.sumi06@gmail.com

Tanggal Submisi: . 17 Februari 2023, Tanggal Penerimaan: 26 April 2023

Abstrak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang
berada diatas angka normal. Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan, meningkatkan konsumsi potasium/kalium,
berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam,
meningkatkan aktivitas fisik berolahraga, memanajemen stres, dan terapi herbal
menggunakan tanaman.Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor
yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan
kalium sehingga kadar sodium dalam darah dapat dikendalikan yang implikasinya pada
penurunan tekanan darah tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui penurunan
tekanan darah pada menopause sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor di
Puskesmas Rasau Jaya. Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan pretest
and posttest group design. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling
dengan 36 responden. Analisis data menggunakan uji pairet t tast. Hasil analisis
didapatkan bahwa nilai (p=0,00), yang berarti Ha diterima . Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (Moringa
Olifiera ). Teh daun kelor berpengaruh menurunkan tekanan darah bagi menopause di
Puskesmas Rasau Jaya

Kata kunci: Teh daun kelor, Tekanan Darah, Menopause

CONSUMPTION OF MORINGA OLEIFERA TEA ON BLOOD


PRESSURE IN MENOPAUSE AT PUSKESMAS RASAU JAYA,
KUBU RAYA DISTRICT
Abstract

Hypertension or high blood pressure is a condition where a person's blood pressure is


above normal. Non-pharmacological management to lower blood pressure can be done
with a healthy lifestyle such as increasing consumption of vegetables and fruits,
increasing consumption of potassium/potassium, quitting smoking, losing weight,
reducing salt consumption, increasing physical activity, exercising, stress management,
and herbal therapy. use plants. Moringa leaf is one part of the Moringa plant that has
been widely studied for its nutritional content and uses. Moringa leaves are very rich in
potassium so that sodium levels in the blood can be controlled which has implications
for reducing high blood presure. To determine the decrease in blood pressure in
menopause before and after being given Moringa leaf tea at the Rasau Jaya Health
Center. This study used a quasiexperimental with a pretest and posttest group design.
The sampling technique used was consecutive sampling with 36 respondents. Data
analysis using pairet t testThe significance value is obtained (p = 0.00), which means Ha
is accepted and Ho is rejected. This shows that there is a difference in blood pressure

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
19
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

before and after being given Moringa leaf tea. Moringa leaf tea has an effect on the blood
pressure of the menopause at the Rasau Jaya Health Center.

Keywords: Moringa leaf tea, blood pressure, menopause.

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang dapat
ditemukan baik laki-laki maupun perempuan, wanita menopause lebih beresiko
terhadap kejadian hipertensi. Peningkatan ekanan darah pada wanita usia
menopause menunjukan bahwa defisiensi estrogen mungkin menjadi
contributor untuk tekanan darah tinggi pada wanita usia lanjut sebesar 65%
sedangkan 35% dapat di pengaruhi faktor gaya hidup dan faktor lainnya.
Kata menopause (Suryo prayogo, 2019) berasal dari kata Yunani. Dengan
kata lain berasal dari kata “men” yang erarti bulan dan “peuseis” yang berarti
istirahat sementara. Kata yang lebih tepat secara linguistik adalah amenore,
yang berarti masa tanpa menstruasi. Menopause adalah waktu berhentinya
menstruasi dalam kehidupan seorang wanita, seiring dengan jumlah tahun
melahirkan. Menurut WHO, wanita dikatakan mengalami menopause tanpa
adanya menstruasi selama 12 bulan setelah periode menstruasi terakhir karena
fungsi ovarium yang buruk.Menopause merupakan proses menuju lansia yang
dibagi dalam 3 tahap yaitu: Pre menopause, menopause dan pasca menopause
(Suryo prayogo, 2019).
Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia No. 13 Tahun 1998,
lanjut usia merupakan tahap akhir dari perkembangan siklus idup manusia, dan
lanjut usia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia dalam
organisasi (WHO) adalah 60-74 tahun (lansia), 75-89 tahun (lansia), dan 90
tahun ke atas (sangat lanjut usia).
Klasifikasi lansia (Sophia, 2014) adalah sebagai berikut: Pralansia (lansia)
berusia 45-59 tahun, lansia berusia 60 tahun ke atas, lansia berisiko tinggi
berusia 70 tahun ke atas / 60 tahun ke atas dan memiliki masalah Kesehatan.
lansia potensial, yaitu lansia yang masih dapat melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lamsia tidak potensial yaitu
mereka yang tidak memiliki tenaga untuk mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Lansia juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maryam, 2008 Sophia, 2014):
60 tahun ke atas (sesuai Pasal 1 Ayat 2 UU Kesehatan No. 13), kebutuhan dan
masalah rentan terhadap penyakit Dari hal-hal lain hingga kebutuhan spiritual
dan lingkungan di mana mereka tinggal. Berdasarkan Riskesdas tahun Pada
tahun 2013, 10 penyakit degeneratif kronis pada lansia terbanyak adalah
hipertensi, arthritis, stroke, PPOK, diabetes mellitus, kanker, penyakit arteri
koroner, batu ginjal, gagal ginjal, dan gagal jantung.Orang yang lebih tua lebih
cenderung memiliki banyak penyakit (multipatologi).
Menurut Litbangkes (2014), lansia sehat 13% bebas penyakit, 34,6% satu
penyakit, 28% dua penyakit, 14,6% tiga penyakit, 6,2% empat penyakit, dan lima
penyakit. % memiliki 6 penyakit. 0,8% dan 0,3% menderita 6 atau lebih penyakit.
Lansia termasuk dalam kategori geriatri jika memiliki lebih dari satu penyakit
(Kemenkes, 2020).
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia saat ini 34,1% menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menurut Badan Penelitian dan

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
20
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

Pengembangan Kesehatan (BalitBanKes), sebelum terjadi peningkatan sebesar


25,8% pada tahun 2013. Meningkat dari tahun sebelumnya. Faktor penyebab
tekanan darah tinggi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(perubahan/faktor risiko yang tidak terkendali), kebiasaan merokok, obesitas,
kurang olahraga, stres, penggunaan estrogen, dan salah satu yang dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Pola konsumsi garam pada overdosis Penyebab tekanan darah tinggi
antara lain konsumsi makanan asin, kafein, dan monosodium glutamat (betocin,
kecap, terasi) (Indrawati, 2009).Tekanan darah tinggi adalah salah satu
penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Pada tahun 2020, diperkirakan
1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan tekanan darah tinggi. Hipertensi
membunuh hampir 8 miliar orang di seluruh dunia setiap tahun dan hampir 1,5
juta orang di Asia Tenggara setiap tahun.
Sekitar sepertiga orang dewasa di Asia Tenggara menderita tekanan darah
tinggi (WHO, 2015). Faktor penyebab tekanan darah tinggi antara lain toksin,
faktor genetik, usia, jenis kelamin, etnis, stres, obesitas, pola makan, merokok,
obat-obatan, alkohol, kafein, kurang olahraga, dan kolesterol tinggi (Endar et al,
2015). Menurut WHO (2015), prevalensi hipertensi di seluruh dunia di atas usia 60
tahun adalah 24,0% untuk pria dan 20,5% untuk wanita. Prevalensi hipertensi
pada penduduk Indonesia di atas usia 60 tahun adalah 34,1% (Riskesdas, 2018).
Tekanan darah tinggi atau darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
tekanan darah seseorang melebihi batas normal 140/90 mmHg. Artinya tekanan
darah sistolik mencapai nilai di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
mencapai nilai 90. Hipertensi biasa terjadi baik pada pria maupun wanita pada
segala usia, dan risiko terjadinya hipertensi yang meningkat di atas usia 50
tahun sangat tinggi (Yekti, et al., 2016).
Tekanan darah tinggi juga merupakan penyakit dengan berbagai penyebab,
dan tekanan darah tinggi tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hipertensi berkaitan erat dengan perilaku
aktivitas fisik responden (Syukraini, 2010).
Hipertensi, atau yang biasa disebut dengan hipertensi, tetap menjadi
penyebab utama dan merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,
penyakit serebrovaskular, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Di negara maju
seperti Amerika Serikat, penelitian terbaru menemukan bahwa 29% orang
dewasa menderita hipertensi (tekanan darah sistolik > 140 mmHg, tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, dan penggunaan obat antihipertensi). Kami juga
menemukan bahwa 31%memiliki prehipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120-
139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, tetapi tidak menggunakan
obat anti hipertensi (Fryar, 2011).
Menurut penelitian Sigarlaki (2006), pasien hipertensi wanita lebih banyak
daripada pasien hipertensi pria, dan sebagian besar pasien hipertensi terjadi
pada kelompok usia 56-77 tahun. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penderita hipertensi adalah wanita yang berusia di atas 56 tahun, dan wanita
pada usia tersebut sedang mengalami menopause.
Wanita memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada pria. Namun,
ini tidak berlangsung lama, dan tekanan darah sistolik pada wanita menopause
menunjukkan peningkatan sekitar 5 mmHg. Hal ini disebabkan efek dari hormon
estrogen, yang dapat melindungi wanita daripenyakit kardiovaskular. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
21
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

berperan dalam meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL). Kadar


hormon ini menurun setelah menopause (Megan et al, 2018).
Wanita memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada pria. Namun,
ini tidak berlangsung lama, dan tekanan darah sistolik pada wanita menopause
menunjukkan peningkatan sekitar 5 mmHg. Hal ini disebabkan efek dari hormon
estrogen, yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskular. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL). Kadar
hormon ini menurun setelah menopause (Megan et al, 2018).
Daun kelor merupakan bagian dari tanaman kelor yang telah banyak
diteliti kandungan nutrisi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi
seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Misra, S.,
dan Misra, M., 2014). Menurut penelitian lain, daun kelor memiliki vitamin C
setara dengan 7 vitamin C jeruk, vitamin A setara dengan 4 vitamin A wortel,
kalsium setara dengan 4 cangkir kalsium susu, dan 3 buah pisang. Mengandung
potasium dan protein setara vitamin C. 2 Setara dengan protein yogurt
(Mahmood, 2011).
Daun kelor (Moringa Olifiera) kaya akan potasium, yang memungkinkan
mereka untuk mengontrol kadar natrium darah dan membantu mengurangi
tekanan darah tinggi. Meminum daun kelor akan melancarkan aliran darah dan
menghindari risiko pengendapan zat yang dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi (Etri, 2018).
Selain potasium, ada juga nutrisi yang bisa menurunkan tekanan darah:
kalsium dan magnesium. Kalsium membantu menurunkan tekanan darah
dengan cara mengatur hormon paratiroid dan dapat juga berperan sebagai
senyawa natriuretik, sedangkan magnesium membantu mengatur aktivitas
pompa natriumkalium/ATPase dan berada pada kadar yang normal.Membantu
mengontrol tekanan darah dalam keadaan (Effendi, 2010) .
Data WHO tahun 2014 bahwa pada tahun 2014 prevalensi hipertensi
kelompok umur lebih 60 thn di Asia Tenggara yaitu Thailand 23,6℅, Miyanmar21,
5℅, Indonesia 21,3% dimana Indonesia masuk ke dalam urutan ke 3 di Asia.
Berdasarkan data Riskesdes tahun 2013 menyatakan prevalensi hipertensi pada
lansia urutan pertama Lampung 30.9℅, Kalimantan Selatan 30,8, Sumatera
Utara 29,7, Sumatera Barat 29,7, Kalimantan Tengah 29,6, Jawa Barat 29,4,
Sulawesi Tengah 28,7, Kalimantan Barat 28,3, dan terakhir Kalimantan Barat
16,8℅ dari 28,3.
Secara umum penyakit yang diderita lanjut usia baik bersifat degeneratif
maupun penyakit tidak menular yang disebabkan oleh faktor penuaan seperti
penyakit jantung, diabetes, stroke, rematik, dan cedera (Kemenkes, 2021).
Penyakit-penyakit ini bersifat kronis, mahal, dan jika tidak disembuhkan, dapat
menyebabkan kecacatan dan kecacatan dan mengganggu kehidupan sehari-hari
para lansia. Kerentanan pada lansia disebabkan karena fungsi imun yang
kurang baik dan adanya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi
dan diabetes (LIPI, 2020).
Berdasarkan data Puskesmas Rasau Jaya,terdapat 1.154 kunjungan lanisa
yang terdiri dari 503 laki-laki dan 651 perempuan. Jumlah kasus hipertensi
sebanyak 569 (49,3%), laki-laki 217 dan perempuan 356. Dengan pemikiran
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Konsumsi Teh
Daun Kelor (Moringa Olifiera) untuk Tekanan Darah Menopause di Puskesmas
Rasau jaya Kabupaten Kubu Raya”.

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
22
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

METODE
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data tekanan
darah menopause sebelum dan sesudah diberikan intervensi teh daun kelor
(Moringa Oliefera). Populasi dalam penelitian ini adalah menopause berusia 60
tahun keatas yang berkunjung ke Puskesmas Rasau Jaya. Pada tahun 2021
jumlah menopause yang mengalami hipertensi sebanyak 356 orang. Akan
dilakukan sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Consecutive
sampling dan didapatkan sebanyak 36 orang responden.Jenis penelitian yang
dilakukan adalah quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian
pretest and posttest without control. Rancangan studi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu
konsumsi teh daun kelor (Moringa Olifiera ) terhadap tekanan darah pada
menopause.
Penelitian ini menggunakan metode teh daun kelor diseduh dengan
menggunakan air panas sebanyak 200 cc selama 5 – 10 menit atau sampai
berubah warnanya, teh ini di konsumsi sebanyak 2 kali sehari dan di minum
pada pagi mulai jam 07.00 – 08.00 wib dan sore mulai jam 16.00 – 17.00 wib
selama 14 hari.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi. Penelitian diawali dengan mengukur tekanan darah menopause
sebelum dilakukan intervensi (mengkonsumsi daun kelor) selama 14 hari
(pretest), selanjutnya melakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakuan
intervensi (posttest). Analisis data yang akan digunakan dibagi menjadi dua yaitu
dengan analisis Univariat dan Bivariat.

HASIL
Hasil harus dinyatakan secara ringkas tanpa diskusi. Judul pada tabel
disesuaikan dengan banyaknya tabel. Misal tabel 1 berisi analisis bivariate, tabel
2 berisi analisis multivariate dan seterusnya. Bentuk table adalah table terbuka.
Tabel 1. Judul Tabel (10pt)
Karakteristik Jumlah Persentase

Umur
Lansia Elderly (55 Th – 65 Th) 15 41,7
Lansia Muda (66 Th – 75 Th) 13 36,1
Lansia Tua ( > 75 Tahun) 8 22,2
Total 36 100,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 23 63,9
Sekolah Dasar 13 36,1
Total 36 100,0
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 1 menggambarkan bahwa karakteristik responden


berdasarkan Pendidikan mayoritas adalah Tidak Sekolah sebanyak 23 orang
(63,9%), dan karakteristik responden berdasarkan umur mayoritas lansia elderly
sebanyak 15 orang ( 41,7 %).

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
23
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

Tabel 2. Uji Normalitas


KolmogorovSmirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sistol Pretest .159 36 .022 .953 36 .127
Diastol Pretest .194 36 .002 .954 36 .139
Sistol Posttest .174 36 .007 .956 36 .157
*
Diastol Posttest .108 36 .200 .959 36 .194
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan Tabel 2 uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk data


sistolik iperoleh nilai skor pretest (p = 0,127) dan nilai posttest (p = 0,157)
Artinya, data berdistribusi normal dengan nilai P > 0,005, dan data diastol di
peroleh nilai skor pretest (p = 0,139) dan nilai posttest (p = 0,194). Ini berarti data
terdistribusi normal karena nilai P > 0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa
uji yang tepat digunakan adalah dengan uji Paired T-Test.

Tabel 3. Uji Paired T-Test Perbedaan Skor Tekanan Darah Systole Sebelum
dan sesudah Konsumsi Teh Daun Kelor.
Tekanan Mean Median SD Min-Max p
Darah
Systole

Sebelum 164,03 160 12,02 144-190


0,000
Sesudah 123,53 122,00 5,77 111-138
Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitan didapatkan bahwa rata-rata tekanan


darah sistolik sebelum dilakukan intervensi yaitu 164,03 dan sesudah dilakukan
intervensi berupa konsumsi teh daun kelor yaitu 123,53 dengan p-value = 0,000 (p
< 0,05) maka dapat disimpulkan ada penurunan tekanan darah systole
menopouse antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi teh daun kelor.
Tabel 4. Uji Paired T-Test Perbedaan Skor Tekanan Darah Distole Sebelum dan
Sesudah Konsumsi Teh Daun Kelotr

Tekanan Darah Mean Median SD Min-Max P


Diastole
Sebelum
121,72 120,00 6,06 109-136

0,000
Sesudah 85,42 86,00 3,75 77-92

Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan Tabel 4 Hasil penelitian bahwa rata-rata tekanan darah


diastolik sebelum dilakukan intervensi yaitu 121,72 dan sesudah dilakukan
intervensi berupa konsumsi teh daun kelor yaitu 85,42 dengan p-value = 0,000
(p < 0,05). maka dapat disimpulkan ada penurunan tekanan darah diastolik
menopause antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi teh daun kelor.

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
24
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata rata tekanan darah sistolik sebelum (164,03) dan tekanan darah sistolik
sesudah (123,53), sedangkan nilai diastolik sebelum (121,72) dan sesudah
pemberian teh daun kelor tekanan darah diastoliknya (85,42). analitik
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian teh daun kelor (p = 0,000).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Riniasih
dan Wahyu Dewi Hapsari (2021) yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun Kelor
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia Selama
Masa Pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol pada lansia penderita hipertensi di Kabupaten Grobogan (p = 0,000).
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penting untuk serangan
jantung. Arteri membawa oksigen dalam darah ke otot jantung. Tanaman kelor
secara alami mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh orang yang
menderita tekanan darah tinggi. Arginine adalah asam amino yang ditemukan di
tanaman kelor dan dikenal untuk membantu menyeimbangkan tekanan darah.
Kelor juga mengandung kalsium, magnesium, potasium, seng dan vitamin E.
Moringa mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
tekanan darah. Kalsium diperlukan untuk relaksasi dan kontraksi otot polos, dan
peningkatan asupan kalsium mungkin memiliki efek langsung pada pembuluh
darah Studi menunjukkan bahwa kalsium memiliki efek tekanan darah dua kali
lipat dari suplemen.
Kalsium dari sumber sintetis dapat menyebabkan batu ginjal. Moringa
mengandung kalsium 17 kali lebih banyak daripada susu. Kelor mengandung
potasium 15 kali lebih banyak daripada pisang. Kadar kalium yang lebih tinggi
cenderung menurunkan kadar natrium. Kalium bekerja dengan meningkatkan
ekskresi natrium dalam urin. Ini membantu melebarkan pembuluh darah dan
mengubah interaksi hormon yang mempengaruhi tekanan darah. Daun kelor
mengandung senyawa peningkat kesehatan yang salah satunya bermanfaat
sebagai antihipertensi. Daun kelor dapat dibuat menjadi teh dengan cara
dikeringkan dalam oven bersuhu rendah (pada suhu 50 °C selama 16 jam). (Leone
et al, 2015).
Pengeringan daun kelor dapat meningkatkan kandungan daun kelor antara
lain kalsium, asam amino, vitamin E, dan fitokimia seperti flavonoid dan saponin.
Pengeringan daun kelor dapat memperpanjang umur simpan daun kelor tanpa
mengubah nilai gizinya secara signifikan. (Melo et al, 2013; Shiriki et al, 2015).
Daun kelor juga mengandung potasium dan potasium yang keduanya sangat baik
untuk kesehatan tekanan darah manusia, potasium menjaga tekanan darah
dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi untuk menurunkan tekanan darah.
Daun kelor kaya akan potasium, yang memungkinkan mereka untuk mengontrol
kadar natrium darah dan membantu mengurangi tekanan darah tinggi.
Kandungan spherol tanaman daun kelor juga dapat menggantikan peran
kolesterol jahat dalam darah.
Menelan daun kelor memperlancar aliran darah dan menghindari risiko
pengendapan zat penyebab tekanan darah tinggi. (Yanti dan Vino, 2018). Hasil
penelitian yang dilakukan Yanti dan Vino (2018) menemukan bahwa daun kelor
dapat menurunkan tekanan darah. Daun kelor juga mengandung potasium dan
potasium yang keduanya sangat baik untuk kesehatan tekanan darah manusia,

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
25
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

potasium menjaga tekanan darah dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi
untuk menurunkan tekanan darah. Daun kelor kaya akan potasium, yang dapat
mengontrol kadar natrium darah dan mempengaruhi penurunan tekanan darah
tinggi. (Aminah, 2015).
Hambatan selama penelitian yaitu responden tidak mengatur pola makan
sehingga berpengaruh dengan penurunan tekanan darah, begitu juga dengan
pola istirahat dan penanganan stress karena apabila menopause kelelahan atau
stres akan mempengaruhi kenaikan tekanan darahnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Setelah dilakukan analisis maka dibuatlah kesimpulan hasil penelitian yaitu
sebagai berikut pertama terdapat perbedaan tekanan dara systole pada
menopause sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (Moringa Olifiera) (
P = 0,000 ) dan kedua terdapat Perbedaan Tekanan Darah Diastole pada
Menopause sebelum dan sesudah pemberian Teh Daun Kelor (Moringa Olifiera) (
P= 0,000 ).
REFERENSI
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish
Effendi, Dedi Soleh. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Teh. Bogor: badan
penelitian dan pengembangan pertanian
Egan, B. M., Zhao, Y., Axon, R., Neal, 2010, US Trends in Prevalence, Awareness,
Treatment, and Control of Hypertension, 1988-2008, JAMA, 303(20):2043
Febry,A (2013). Ilmu gizi untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta : Graha ilmu Fryar
Cd, Ostchega Y, Hales Cm, Zhang G, Moran Dk. Hypertension Prevalence And
Control Among Adults. Natl Cent Heal Stat. 2017;(289):2011,
Carroll, M. D. & Ogden, C. L., 2016. Prevalence of Overweight and Obesity Among
Children and Adolescents Aged 2– 19 Years: United States, 1963–1965
Through 2013–2014.
Fatsecret Indonesia (2016) Kalori Dalam Tahu (100 Gram) Dan Fakta Gizi
Database Makanan dan Penghitung Kalori
Indrawati, L., Werdhasari, A., & Kristanto, A. Y. (2009). Hubungan pola kebiasaan
konsumsi makanan masyarakat miskin dengan kejadian hipertensi di
Indonesia. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 19(4).
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI 2020. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan Informasi.
Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika
Mahmood KT, Tahira Mugal, Ikram Ul Haq. 2011. Moringa oleifera: a natural gift-A
review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research 2 (11): 775-781.
Megan NS. (2014). Measuring Menu Performance by Plate Waste Analysis. I
Am Diet Assoc. Hal. 112.

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
26
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

Mujahidullah Khalid. (2012). Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.


Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika
Palmer, A. dan Williams, B. 2017. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. EGC.
Jakarta
Roloff, H. Weisgerber, U. Lang, B. Stimm. 2009. “Moringa Oleifera LAM., 1785.”
Enzyklopädie der Holzgewächse, Handbuch und Atlas der Dendrologie: 1–8
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Riyadina, W. (2019). Hipertensi Pada Wanita Menopause. Jakarta: Lipi Press.
Sigarlaki, H. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di
Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 2, DESEMBER 2006: 78- 88.
Jakarta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta Sulistyaningsih T, Sugiyo W, Sedyawati Smr. Kristalisasi Air Tua
Dengan Bahan Pengikat. Sainteknol. 2010;8(1):26–33. 11.
Suryoprajogo, N. (2019). Tips Menyenangkan Menghadapi Menopause. Jawa
Tengah: Desa Pustaka Indonesia
Susilo Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Syukraini, I. 2010. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari
Bango Tanjung Sumatera Barat. pp: 33 – 53, http//:respository.usu.ac.id/.
Diakses 29 September 2015 Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiova

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
27

Anda mungkin juga menyukai