php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27
1,2
kifuat46@gmail.com*; 3sumiati.sumi06@gmail.com
Abstrak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang
berada diatas angka normal. Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan, meningkatkan konsumsi potasium/kalium,
berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam,
meningkatkan aktivitas fisik berolahraga, memanajemen stres, dan terapi herbal
menggunakan tanaman.Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor
yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan
kalium sehingga kadar sodium dalam darah dapat dikendalikan yang implikasinya pada
penurunan tekanan darah tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui penurunan
tekanan darah pada menopause sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor di
Puskesmas Rasau Jaya. Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan pretest
and posttest group design. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling
dengan 36 responden. Analisis data menggunakan uji pairet t tast. Hasil analisis
didapatkan bahwa nilai (p=0,00), yang berarti Ha diterima . Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (Moringa
Olifiera ). Teh daun kelor berpengaruh menurunkan tekanan darah bagi menopause di
Puskesmas Rasau Jaya
before and after being given Moringa leaf tea. Moringa leaf tea has an effect on the blood
pressure of the menopause at the Rasau Jaya Health Center.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang dapat
ditemukan baik laki-laki maupun perempuan, wanita menopause lebih beresiko
terhadap kejadian hipertensi. Peningkatan ekanan darah pada wanita usia
menopause menunjukan bahwa defisiensi estrogen mungkin menjadi
contributor untuk tekanan darah tinggi pada wanita usia lanjut sebesar 65%
sedangkan 35% dapat di pengaruhi faktor gaya hidup dan faktor lainnya.
Kata menopause (Suryo prayogo, 2019) berasal dari kata Yunani. Dengan
kata lain berasal dari kata “men” yang erarti bulan dan “peuseis” yang berarti
istirahat sementara. Kata yang lebih tepat secara linguistik adalah amenore,
yang berarti masa tanpa menstruasi. Menopause adalah waktu berhentinya
menstruasi dalam kehidupan seorang wanita, seiring dengan jumlah tahun
melahirkan. Menurut WHO, wanita dikatakan mengalami menopause tanpa
adanya menstruasi selama 12 bulan setelah periode menstruasi terakhir karena
fungsi ovarium yang buruk.Menopause merupakan proses menuju lansia yang
dibagi dalam 3 tahap yaitu: Pre menopause, menopause dan pasca menopause
(Suryo prayogo, 2019).
Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia No. 13 Tahun 1998,
lanjut usia merupakan tahap akhir dari perkembangan siklus idup manusia, dan
lanjut usia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia dalam
organisasi (WHO) adalah 60-74 tahun (lansia), 75-89 tahun (lansia), dan 90
tahun ke atas (sangat lanjut usia).
Klasifikasi lansia (Sophia, 2014) adalah sebagai berikut: Pralansia (lansia)
berusia 45-59 tahun, lansia berusia 60 tahun ke atas, lansia berisiko tinggi
berusia 70 tahun ke atas / 60 tahun ke atas dan memiliki masalah Kesehatan.
lansia potensial, yaitu lansia yang masih dapat melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lamsia tidak potensial yaitu
mereka yang tidak memiliki tenaga untuk mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Lansia juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maryam, 2008 Sophia, 2014):
60 tahun ke atas (sesuai Pasal 1 Ayat 2 UU Kesehatan No. 13), kebutuhan dan
masalah rentan terhadap penyakit Dari hal-hal lain hingga kebutuhan spiritual
dan lingkungan di mana mereka tinggal. Berdasarkan Riskesdas tahun Pada
tahun 2013, 10 penyakit degeneratif kronis pada lansia terbanyak adalah
hipertensi, arthritis, stroke, PPOK, diabetes mellitus, kanker, penyakit arteri
koroner, batu ginjal, gagal ginjal, dan gagal jantung.Orang yang lebih tua lebih
cenderung memiliki banyak penyakit (multipatologi).
Menurut Litbangkes (2014), lansia sehat 13% bebas penyakit, 34,6% satu
penyakit, 28% dua penyakit, 14,6% tiga penyakit, 6,2% empat penyakit, dan lima
penyakit. % memiliki 6 penyakit. 0,8% dan 0,3% menderita 6 atau lebih penyakit.
Lansia termasuk dalam kategori geriatri jika memiliki lebih dari satu penyakit
(Kemenkes, 2020).
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia saat ini 34,1% menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menurut Badan Penelitian dan
METODE
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data tekanan
darah menopause sebelum dan sesudah diberikan intervensi teh daun kelor
(Moringa Oliefera). Populasi dalam penelitian ini adalah menopause berusia 60
tahun keatas yang berkunjung ke Puskesmas Rasau Jaya. Pada tahun 2021
jumlah menopause yang mengalami hipertensi sebanyak 356 orang. Akan
dilakukan sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Consecutive
sampling dan didapatkan sebanyak 36 orang responden.Jenis penelitian yang
dilakukan adalah quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian
pretest and posttest without control. Rancangan studi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu
konsumsi teh daun kelor (Moringa Olifiera ) terhadap tekanan darah pada
menopause.
Penelitian ini menggunakan metode teh daun kelor diseduh dengan
menggunakan air panas sebanyak 200 cc selama 5 – 10 menit atau sampai
berubah warnanya, teh ini di konsumsi sebanyak 2 kali sehari dan di minum
pada pagi mulai jam 07.00 – 08.00 wib dan sore mulai jam 16.00 – 17.00 wib
selama 14 hari.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi. Penelitian diawali dengan mengukur tekanan darah menopause
sebelum dilakukan intervensi (mengkonsumsi daun kelor) selama 14 hari
(pretest), selanjutnya melakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakuan
intervensi (posttest). Analisis data yang akan digunakan dibagi menjadi dua yaitu
dengan analisis Univariat dan Bivariat.
HASIL
Hasil harus dinyatakan secara ringkas tanpa diskusi. Judul pada tabel
disesuaikan dengan banyaknya tabel. Misal tabel 1 berisi analisis bivariate, tabel
2 berisi analisis multivariate dan seterusnya. Bentuk table adalah table terbuka.
Tabel 1. Judul Tabel (10pt)
Karakteristik Jumlah Persentase
Umur
Lansia Elderly (55 Th – 65 Th) 15 41,7
Lansia Muda (66 Th – 75 Th) 13 36,1
Lansia Tua ( > 75 Tahun) 8 22,2
Total 36 100,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 23 63,9
Sekolah Dasar 13 36,1
Total 36 100,0
Sumber: Data Primer
Tabel 3. Uji Paired T-Test Perbedaan Skor Tekanan Darah Systole Sebelum
dan sesudah Konsumsi Teh Daun Kelor.
Tekanan Mean Median SD Min-Max p
Darah
Systole
0,000
Sesudah 85,42 86,00 3,75 77-92
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata rata tekanan darah sistolik sebelum (164,03) dan tekanan darah sistolik
sesudah (123,53), sedangkan nilai diastolik sebelum (121,72) dan sesudah
pemberian teh daun kelor tekanan darah diastoliknya (85,42). analitik
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian teh daun kelor (p = 0,000).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Riniasih
dan Wahyu Dewi Hapsari (2021) yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun Kelor
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia Selama
Masa Pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol pada lansia penderita hipertensi di Kabupaten Grobogan (p = 0,000).
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penting untuk serangan
jantung. Arteri membawa oksigen dalam darah ke otot jantung. Tanaman kelor
secara alami mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh orang yang
menderita tekanan darah tinggi. Arginine adalah asam amino yang ditemukan di
tanaman kelor dan dikenal untuk membantu menyeimbangkan tekanan darah.
Kelor juga mengandung kalsium, magnesium, potasium, seng dan vitamin E.
Moringa mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
tekanan darah. Kalsium diperlukan untuk relaksasi dan kontraksi otot polos, dan
peningkatan asupan kalsium mungkin memiliki efek langsung pada pembuluh
darah Studi menunjukkan bahwa kalsium memiliki efek tekanan darah dua kali
lipat dari suplemen.
Kalsium dari sumber sintetis dapat menyebabkan batu ginjal. Moringa
mengandung kalsium 17 kali lebih banyak daripada susu. Kelor mengandung
potasium 15 kali lebih banyak daripada pisang. Kadar kalium yang lebih tinggi
cenderung menurunkan kadar natrium. Kalium bekerja dengan meningkatkan
ekskresi natrium dalam urin. Ini membantu melebarkan pembuluh darah dan
mengubah interaksi hormon yang mempengaruhi tekanan darah. Daun kelor
mengandung senyawa peningkat kesehatan yang salah satunya bermanfaat
sebagai antihipertensi. Daun kelor dapat dibuat menjadi teh dengan cara
dikeringkan dalam oven bersuhu rendah (pada suhu 50 °C selama 16 jam). (Leone
et al, 2015).
Pengeringan daun kelor dapat meningkatkan kandungan daun kelor antara
lain kalsium, asam amino, vitamin E, dan fitokimia seperti flavonoid dan saponin.
Pengeringan daun kelor dapat memperpanjang umur simpan daun kelor tanpa
mengubah nilai gizinya secara signifikan. (Melo et al, 2013; Shiriki et al, 2015).
Daun kelor juga mengandung potasium dan potasium yang keduanya sangat baik
untuk kesehatan tekanan darah manusia, potasium menjaga tekanan darah
dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi untuk menurunkan tekanan darah.
Daun kelor kaya akan potasium, yang memungkinkan mereka untuk mengontrol
kadar natrium darah dan membantu mengurangi tekanan darah tinggi.
Kandungan spherol tanaman daun kelor juga dapat menggantikan peran
kolesterol jahat dalam darah.
Menelan daun kelor memperlancar aliran darah dan menghindari risiko
pengendapan zat penyebab tekanan darah tinggi. (Yanti dan Vino, 2018). Hasil
penelitian yang dilakukan Yanti dan Vino (2018) menemukan bahwa daun kelor
dapat menurunkan tekanan darah. Daun kelor juga mengandung potasium dan
potasium yang keduanya sangat baik untuk kesehatan tekanan darah manusia,
potasium menjaga tekanan darah dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi
untuk menurunkan tekanan darah. Daun kelor kaya akan potasium, yang dapat
mengontrol kadar natrium darah dan mempengaruhi penurunan tekanan darah
tinggi. (Aminah, 2015).
Hambatan selama penelitian yaitu responden tidak mengatur pola makan
sehingga berpengaruh dengan penurunan tekanan darah, begitu juga dengan
pola istirahat dan penanganan stress karena apabila menopause kelelahan atau
stres akan mempengaruhi kenaikan tekanan darahnya.