DISUSUN OLEH :
NAMA : NURYULIANI
NPM : 230108203
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2023
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27
1,2
kifuat46@gmail.com*; 3sumiati.sumi06@gmail.com
Abstrak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang
berada diatas angka normal. Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan, meningkatkan konsumsi potasium/kalium,
berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam,
meningkatkan aktivitas fisik berolahraga, memanajemen stres, dan terapi herbal
menggunakan tanaman.Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor
yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan
kalium sehingga kadar sodium dalam darah dapat dikendalikan yang implikasinya pada
penurunan tekanan darah tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui penurunan
tekanan darah pada menopause sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor di
Puskesmas Rasau Jaya. Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan pretest
and posttest group design. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling
dengan 36 responden. Analisis data menggunakan uji pairet t tast. Hasil analisis
didapatkan bahwa nilai (p=0,00), yang berarti Ha diterima . Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (Moringa
Olifiera ). Teh daun kelor berpengaruh menurunkan tekanan darah bagi menopause di
Puskesmas Rasau Jaya
before and after being given Moringa leaf tea. Moringa leaf tea has an effect on the blood
pressure of the menopause at the Rasau Jaya Health Center.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang dapat
ditemukan baik laki-laki maupun perempuan, wanita menopause lebih beresiko
terhadap kejadian hipertensi. Peningkatan ekanan darah pada wanita usia
menopause menunjukan bahwa defisiensi estrogen mungkin menjadi
contributor untuk tekanan darah tinggi pada wanita usia lanjut sebesar 65%
sedangkan 35% dapat di pengaruhi faktor gaya hidup dan faktor lainnya.
Kata menopause (Suryo prayogo, 2019) berasal dari kata Yunani. Dengan
kata lain berasal dari kata “men” yang erarti bulan dan “peuseis” yang berarti
istirahat sementara. Kata yang lebih tepat secara linguistik adalah amenore,
yang berarti masa tanpa menstruasi. Menopause adalah waktu berhentinya
menstruasi dalam kehidupan seorang wanita, seiring dengan jumlah tahun
melahirkan. Menurut WHO, wanita dikatakan mengalami menopause tanpa
adanya menstruasi selama 12 bulan setelah periode menstruasi terakhir karena
fungsi ovarium yang buruk.Menopause merupakan proses menuju lansia yang
dibagi dalam 3 tahap yaitu: Pre menopause, menopause dan pasca menopause
(Suryo prayogo, 2019).
Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia No. 13 Tahun 1998,
lanjut usia merupakan tahap akhir dari perkembangan siklus idup manusia, dan
lanjut usia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia dalam
organisasi (WHO) adalah 60-74 tahun (lansia), 75-89 tahun (lansia), dan 90
tahun ke atas (sangat lanjut usia).
Klasifikasi lansia (Sophia, 2014) adalah sebagai berikut: Pralansia (lansia)
berusia 45-59 tahun, lansia berusia 60 tahun ke atas, lansia berisiko tinggi
berusia 70 tahun ke atas / 60 tahun ke atas dan memiliki masalah Kesehatan.
lansia potensial, yaitu lansia yang masih dapat melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lamsia tidak potensial yaitu
mereka yang tidak memiliki tenaga untuk mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Lansia juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maryam, 2008 Sophia, 2014):
60 tahun ke atas (sesuai Pasal 1 Ayat 2 UU Kesehatan No. 13), kebutuhan dan
masalah rentan terhadap penyakit Dari hal-hal lain hingga kebutuhan spiritual
dan lingkungan di mana mereka tinggal. Berdasarkan Riskesdas tahun Pada
tahun 2013, 10 penyakit degeneratif kronis pada lansia terbanyak adalah
hipertensi, arthritis, stroke, PPOK, diabetes mellitus, kanker, penyakit arteri
koroner, batu ginjal, gagal ginjal, dan gagal jantung.Orang yang lebih tua lebih
cenderung memiliki banyak penyakit (multipatologi).
Menurut Litbangkes (2014), lansia sehat 13% bebas penyakit, 34,6% satu
penyakit, 28% dua penyakit, 14,6% tiga penyakit, 6,2% empat penyakit, dan lima
penyakit. % memiliki 6 penyakit. 0,8% dan 0,3% menderita 6 atau lebih penyakit.
Lansia termasuk dalam kategori geriatri jika memiliki lebih dari satu penyakit
(Kemenkes, 2020).
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia saat ini 34,1% menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menurut Badan Penelitian dan
METODE
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data tekanan
darah menopause sebelum dan sesudah diberikan intervensi teh daun kelor
(Moringa Oliefera). Populasi dalam penelitian ini adalah menopause berusia 60
tahun keatas yang berkunjung ke Puskesmas Rasau Jaya. Pada tahun 2021
jumlah menopause yang mengalami hipertensi sebanyak 356 orang. Akan
dilakukan sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Consecutive
sampling dan didapatkan sebanyak 36 orang responden.Jenis penelitian yang
dilakukan adalah quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian
pretest and posttest without control. Rancangan studi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu
konsumsi teh daun kelor (Moringa Olifiera ) terhadap tekanan darah pada
menopause.
Penelitian ini menggunakan metode teh daun kelor diseduh dengan
menggunakan air panas sebanyak 200 cc selama 5 – 10 menit atau sampai
berubah warnanya, teh ini di konsumsi sebanyak 2 kali sehari dan di minum
pada pagi mulai jam 07.00 – 08.00 wib dan sore mulai jam 16.00 – 17.00 wib
selama 14 hari.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi. Penelitian diawali dengan mengukur tekanan darah menopause
sebelum dilakukan intervensi (mengkonsumsi daun kelor) selama 14 hari
(pretest), selanjutnya melakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakuan
intervensi (posttest). Analisis data yang akan digunakan dibagi menjadi dua yaitu
dengan analisis Univariat dan Bivariat.
HASIL
Hasil harus dinyatakan secara ringkas tanpa diskusi. Judul pada tabel
disesuaikan dengan banyaknya tabel. Misal tabel 1 berisi analisis bivariate, tabel
2 berisi analisis multivariate dan seterusnya. Bentuk table adalah table terbuka.
Tabel 1. Judul Tabel (10pt)
Karakteristik Jumlah Persentase
Umur
Lansia Elderly (55 Th – 65 Th) 15 41,7
Lansia Muda (66 Th – 75 Th) 13 36,1
Lansia Tua ( > 75 Tahun) 8 22,2
Total 36 100,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 23 63,9
Sekolah Dasar 13 36,1
Total 36 100,0
Sumber: Data Primer
Tabel 3. Uji Paired T-Test Perbedaan Skor Tekanan Darah Systole Sebelum
dan sesudah Konsumsi Teh Daun Kelor.
Tekanan Mean Median SD Min-Max p
Darah
Systole
0,000
Sesudah 85,42 86,00 3,75 77-92
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata rata tekanan darah sistolik sebelum (164,03) dan tekanan darah sistolik
sesudah (123,53), sedangkan nilai diastolik sebelum (121,72) dan sesudah
pemberian teh daun kelor tekanan darah diastoliknya (85,42). analitik
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian teh daun kelor (p = 0,000).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Riniasih
dan Wahyu Dewi Hapsari (2021) yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun Kelor
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia Selama
Masa Pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol pada lansia penderita hipertensi di Kabupaten Grobogan (p = 0,000).
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penting untuk serangan
jantung. Arteri membawa oksigen dalam darah ke otot jantung. Tanaman kelor
secara alami mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh orang yang
menderita tekanan darah tinggi. Arginine adalah asam amino yang ditemukan di
tanaman kelor dan dikenal untuk membantu menyeimbangkan tekanan darah.
Kelor juga mengandung kalsium, magnesium, potasium, seng dan vitamin E.
Moringa mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
tekanan darah. Kalsium diperlukan untuk relaksasi dan kontraksi otot polos, dan
peningkatan asupan kalsium mungkin memiliki efek langsung pada pembuluh
darah Studi menunjukkan bahwa kalsium memiliki efek tekanan darah dua kali
lipat dari suplemen.
Kalsium dari sumber sintetis dapat menyebabkan batu ginjal. Moringa
mengandung kalsium 17 kali lebih banyak daripada susu. Kelor mengandung
potasium 15 kali lebih banyak daripada pisang. Kadar kalium yang lebih tinggi
cenderung menurunkan kadar natrium. Kalium bekerja dengan meningkatkan
ekskresi natrium dalam urin. Ini membantu melebarkan pembuluh darah dan
mengubah interaksi hormon yang mempengaruhi tekanan darah. Daun kelor
mengandung senyawa peningkat kesehatan yang salah satunya bermanfaat
sebagai antihipertensi. Daun kelor dapat dibuat menjadi teh dengan cara
dikeringkan dalam oven bersuhu rendah (pada suhu 50 °C selama 16 jam). (Leone
et al, 2015).
Pengeringan daun kelor dapat meningkatkan kandungan daun kelor antara
lain kalsium, asam amino, vitamin E, dan fitokimia seperti flavonoid dan saponin.
Pengeringan daun kelor dapat memperpanjang umur simpan daun kelor tanpa
mengubah nilai gizinya secara signifikan. (Melo et al, 2013; Shiriki et al, 2015).
Daun kelor juga mengandung potasium dan potasium yang keduanya sangat baik
untuk kesehatan tekanan darah manusia, potasium menjaga tekanan darah
dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi untuk menurunkan tekanan darah.
Daun kelor kaya akan potasium, yang memungkinkan mereka untuk mengontrol
kadar natrium darah dan membantu mengurangi tekanan darah tinggi.
Kandungan spherol tanaman daun kelor juga dapat menggantikan peran
kolesterol jahat dalam darah.
Menelan daun kelor memperlancar aliran darah dan menghindari risiko
pengendapan zat penyebab tekanan darah tinggi. (Yanti dan Vino, 2018). Hasil
penelitian yang dilakukan Yanti dan Vino (2018) menemukan bahwa daun kelor
dapat menurunkan tekanan darah. Daun kelor juga mengandung potasium dan
potasium yang keduanya sangat baik untuk kesehatan tekanan darah manusia,
potasium menjaga tekanan darah dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi
untuk menurunkan tekanan darah. Daun kelor kaya akan potasium, yang dapat
mengontrol kadar natrium darah dan mempengaruhi penurunan tekanan darah
tinggi. (Aminah, 2015).
Hambatan selama penelitian yaitu responden tidak mengatur pola makan
sehingga berpengaruh dengan penurunan tekanan darah, begitu juga dengan
pola istirahat dan penanganan stress karena apabila menopause kelelahan atau
stres akan mempengaruhi kenaikan tekanan darahnya.
ABSTRACT
Background : Sleep disturbance is a problem that is often complained of by women who experience a
menopause transition. This has an impact on quality of life, moods, productivity, and physical health. Foot
massage therapy is a non-pharmacological therapy performed to improve sleep quality. Non-pharmacological
therapy is an option because it is cheaper and more effective when compared with medical administration.
Purpose :This study determined an effect of foot massage on the sleep quality of menopausal mothers.
Method : This is an experimental study with a post test only control group design. The sample consisted of
23 respondents aged 45-55 years. The intervention group included 12 respondents and the control group
included 11 respondents. The intervention group performed foot massage for 10 minutes on each leg. Sleep
quality in the intervention group was measured 24 hours after massage. The control group did not do foot
massage.
Results : the average respondent of intervention and control groups were in the best sleep quality (76-
100). In the control group, poor sleep quality was found in the wakefulness sleep category. There was no
difference in the average quality of sleep in mothers who did foot massage and did not do foot massage (p>
0.001) with a difference in average (95% CI) 4.5 (3.6-12.5).
Conclusion : There was no difference in the average quality of sleep between intervention and control
group.
Sugestion : Based on the results of the study, the authors recommend the need for further research on
foot massage with an increase in duration of the intervention and it is necessary to investigate the variations of
foot massage methods with aromatherapy to improve sleep quality. Further research needs to be done with more
samples and better RCT methods.
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan tidur adalah masalah yang sering dikeluhkan ibu yang mengalami transisi
menopause. Hal ini berdampak pada kualitas hidup, suasana hati, produktivitas, dan kesehatan fisik. Terapi pijat
kaki merupakan terapi non farmakologi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur. Terapi non-farmakologi
menjadi pilihan karena biaya yang lebih murah dan lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian
medikamentosa.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pijat kaki terhadap kualitas tidur ibu menopause.
Metode : Desain Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain post test only control group
desain. Sampel terdiri dari 23 responden yang berumur 45-55 tahun dengan rincian kelompok intervensi 12
responden dan kelompok kontrol 11 responden. Kelompok intervensi dilakukan pijat kaki selama 10 menit pada
setiap kaki. Kualitas tidur pada kelompok intervensi diukur 24 jam setelah dilakukan pemijatan. Kelompok kontrol
tidak dilakukan pijat kaki.
Hasil : Rata-rata responden pada kelompok intervensi maupun kontrol berada pada kualitas tidur terbaik
(76-100). Pada kelompok kontrol, didapatkan kualitas tidur yang buruk pada kategori terbangun saat tidur
(Awakenings). Tidak terdapat perbedaan rerata kualitas tidur pada ibu yang dilakukan pijat kaki dan tidak
dilakukan pijat kaki (p>0,001) dengan perbedaan rerata (IK 95%) 4.5 (3.6-12.5).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rerata kualitas tidur pada kelompok intervensi maupun kontrol. .
Saran : Penulis merekomendasikan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pijat kaki dengan
peningkatan durasi intervensi serta perlu diteliti mengenai variasi metoda pijat kaki dengan aromaterapi untuk
meningkatkan kualitas tidur. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan sampel yang lebih banyak dengan
metode uji kilnis yang lebih baik.
Tabel 2.
Tabel Rata-Rata Kualitas Tidur Responden Pada Dua Kelompok
Intervensi Kontrol
Kualitas Tidur
Mean n Mean n
Tidur nyenyak (Sleep depth) 86.3 12 78.2 11
Persiapan tidur (Sleep latency) 83.8 12 82 11
Terbangun saat tidur (Awakenings) 84.6 12 75 11
Kembali tidur (Returning to sleep) 81.7 12 79.6 11
Kualitas tidur (Sleep quality) 83.3 12 84.1 11
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi pada rentang usia 50 sampai 58 tahun. Masa
rata-rata responden pada kelompok intervensi ini merupakan masa yang sangat kompleks bagi
maupun kontrol berada pada kualitas tidur terbaik perempuan karena akan mengalami perubahan
(76-100). Pada kelompok kontrol, didapatkan kesehatan fisik yang akan mempengaruhi
kualitas tidur yang buruk pada kategori terbangun kesehatan psikologisnya. Akibat dari perubahan ini,
saat tidur (Awakenings) keadaan fisik seorang perempuan sangat
mempengaruhi keadaan psikologisnya dalam
Analisis Bivariat mengahadapi hal normal sebagaimana yang
Pengaruh Pijat Kaki Pada Ibu Menopause dialami oleh semua perempuan.
Pra menopause adalah kondisi fisiologis
Tabel 3. pada wanita yang telah memasuki proses penuaan
Pengaruh Pijat Kaki Pada Ibu Menopause (aging). Hal ini terjadi karena menurunnya kadar
hormon estrogen di ovarium yang sangat berperan
Perbedaan dalam hal seksualitas, khususnya pada siklus
Rerata ±
Variabel n Rerata P haidnya. Pre menopause sering dialami wanita
sb.
(IK95%) yang berusia menjelang 40 tahun ke atas dan
Pijat kaki 12 83.9±7.8 menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan haid
4.5 (3.6- yang memanjang, hot flushes, night sweat, jumlah
Tidak >0,001
11 71±13.1 12.5) darah haid yang banyak dan merasakan nyeri saat
pijat kaki
Uji T Tidak Berpasangan haid (Rossmanith, W. G., & Ruebberdt, W., 2009)
Dalam penelitian ini, rata-rata responden
Berdasarkan tabel 3 dapat diambil pada kelompok intervensi maupun kontrol berada
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata pada kualitas tidur terbaik (76-100). Hal ini dapat
kualitas tidur pada ibu yang dilakukan pijat kaki dan terjadi karena rata-rata responden telah melewati
tidak dilakukan pijat kaki. masa Hot Flash dan tidak mengalami depresi.
Menurut Smith, R. L., Flaws, J. A., & Mahoney, M.
PEMBAHASAN M (2018) Tidur yang buruk dalam satu tahap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menopause tidak memprediksi tidur yang buruk di
sebagian besar responden (78,3%) berusia 45-55 masa menopause selanjutnya. Depresi dan hot
tahun. Menurut Harlow, S. D., Gass, M., Hall, J. E., flash adalah faktor risiko yang konsisten untuk
Lobo, R., Maki, P., Rebar, R. W (2012) menopause kurang tidur saat menopause. Insomnia, gangguan
tidur, dan tidur gelisah biasanya terjadi bersamaan. lebih tinggi daripada kelompok kontrol, sehingga
Pada kelompok kontrol, didapatkan kualitas disarankan foot massage dijadikan evidence based
tidur yang buruk pada kategori terbangun saat tidur di rumah sakit sebagai salah satu terapi
(Awakenings). Menurut Cray, L., Woods, N. F., & komplementer yang dapat dijadikan intervensi
Mitchell, E. S (2010) Tingkat keparahan terbangun mandiri keperawatan untuk membantu mengatasi
di malam hari secara signifikan terkait dengan usia, gangguan tidur pasien kritis. Pijat kaki dilakukan 2
tahap transisi menopause akhir, hot flash, suasana hari berturut-turut setiap 10 menit pada satu kaki
hati tertekan, kecemasan, nyeri sendi, sakit (Afianti, N., & Mardhiyah, A. 2017)
punggung, stres yang dirasakan, dan riwayat Pada penelitian yang lain, pijat kaki
pelecehan seksual. dilakukan selama 20 menit dalam 2 hari berturut-
Gejala terbangun dari tidur ada kaitannya turut. Menurut Oshvandi, K., Abdi, S.,
dengan asupan nutrisi dan aktivitas fisik ibu Karampourian, A., Moghimbaghi, A., &
menopause. Berdasarkan hasil penelitian Homayounfar, S (2014) pijat kaki yang dilakukan 20
Koeryaman, M. T., & Ermiati, E. (2018) mengenai menit dalam dua malam berturut-turut dapat
kualitas hidup ibu menopause, adaptasi gejala meningkatkan kualitas tidur pada pasien jantung.
perimenopause didominasi pada kategori Pijat kaki dapat digunakan sebagai terapi yang
penanganan tidak baik. Sebagian besar ibu efektif dengan biaya yang murah, tidak
menopause menunjukkan gambaran pengaturan menyebabkan komplikasi. Selain itu, prosedur pijat
nutrisi tidak baik sebesar 58,13%. Hal tersebut kaki juga mudah. Pijat kaki dapat dianjurkan untuk
menunjukkan bahwa para ibu menopause tidak meningkatkan kualitas tidur pada pasien dengan
mengatur asupan nutrisi yang seimbang. Data penyakit jantung iskemik.
lainnya menunjukkan bahwa para ibu menopause Pada penelitian selanjutnya, perlu
masih sering mengkonsumsi kopi, makanan pedas, dipertimbangkan penggunaan aromaterapi untuk
dan merokok. meningkatkan efek kualitas tidur pada pijat kaki.
Gangguan tidur pada ibu menopause dapat Menurut penelitian Yang, H. J., Kang, H. Y., & Kim,
menyebabkan penurunan kualitas hidup. Ditemukan I. S. (2011) Aroma pijat kaki bisa digunakan sebagai
perbedaan pada domain fisik dan lingkungan pada intervensi yang efektif untuk meningkatkan kualitas
ibu menopause dengan gejala yang ringan dan tidur dan menurunkan depresi lansia dengan
parah. Ibu dengan gejala menopause parah demensia ringan. Intervensi dilakukan 2 kali
mengaku lebih sering merasa sakitnya seminggu, selama 6 minggu.
menghambat aktivitas, kurang cukup memiliki Berdasarkan penelitian Frenando, F. (2018)
vitalitas, kurang puas dengan kualitas tidur mereka, yang melakukan analisis pengaruh aromaterapi
serta kurang puas terhadap kemampuan bekerja lavender dan kayu cendana terhadap kondisi tidur
dan beraktivitas sehari-hari. Hal tersebut seseorang. Kondisi tidur direkam menggunakan
kemungkinan dapat dikaitkan juga dengan gejala EEG saat tidur dan dianalisis sinyal otaknya.
menopause seperti sering mengalami kelelahan Temuan EEG menunjukkan perubahan kondisi tidur
fisik dan sakit pada persendian. Daya ingat dari rileks (alpha) pada bagian 1, tidur ringan (theta)
menurun lebih sering dialami oleh mereka. Mereka pada bagian 2 dan tidur dalam (delta) pada bagian
juga mengakui kurang memiliki kesempatan untuk 3. Kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan
berekreasi dan kurang puas terhadap akses bahwa penggunaan aromaterapi lavender dan kayu
layanan kesehatan dan akses transportasi. (Putri, cendana memberikan pengaruh terhadap
D. I., Wati, D. M., & Ariyanto, Y, 2014) kenyamanan saat tidur.
Berdasarkan penelitian ini, tidak terdapat Penelitian aromaterapi juga diteliti oleh
perbedaan rerata kualitas tidur pada ibu yang Fauziah E (2018) minyak esensial aromaterapi
dilakukan pijat kaki dan tidak dilkukan pijat kaki. kenanga yang dihirup oleh lansia merupakan terapi
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian pengobatan alternatif praktis dalam meningkatkan
sebelumnya tentang peningkatan kualitas tidur derajat kualitas tidur.
setelah dilakukan pijat kaki. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan lama intervensi pada KESIMPULAN
responden. Pada penelitian ini, intervensi hanya Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dilakukan sehari selama 10 menit pada tiap kaki. bahwa rata-rata responden pada kelompok
Pada penelitian yang lain, intervensi dilakukan dua intervensi maupun kontrol berada pada kualitas
hari berturut turut selama 10 menit pada tiap kaki. tidur terbaik. Pada kelompok kontrol, didapatkan
Pada suatu penelitian tentang pijat kaki di kualitas tidur yang buruk pada kategori terbangun
ICU, skor kualitas tidur pada kelompok intervensi saat tidur (Awakenings). Tidak terdapat perbedaan
rerata kualitas tidur pada ibu yang dilakukan pijat Medika Udayana, 4, 1-17.
kaki dan tidak dilakukan pijat kaki. Gunadarma, R. S. P. (2016). Perbedaan Tingkat
Insomnia Pada Wanita Pramenopaus Dan
SARAN Menopause Di Perumahan Jetis Permai
Penulis merekomendasikan perlunya Gentan Baki Sukoharjo (Doctoral
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pijat kaki dissertation, Universitas Muhammadiyah
dengan peningkatan durasi intervensi serta perlu Surakarta).
diteliti mengenai variasi metoda pijat kaki dengan Harlow, S. D., Gass, M., Hall, J. E., Lobo, R., Maki,
aromaterapi untuk meningkatkan kualitas tidur. P., Rebar, R. W., ... & STRAW+ 10
Penelitian juga perlu dilakukan dengan sampel yang Collaborative Group. (2012). Executive
lebih banyak dengan metode uji kilnis yang lebih summary of the Stages of Reproductive
baik. Aging Workshop+ 10: addressing the
unfinished agenda of staging reproductive
DAFTAR PUSTAKA aging. The Journal of Clinical Endocrinology
Achadiat, C. M. (2007). Dinamika etika & hukum & Metabolism, 97(4), 1159-1168.
kedokteran dalam tantangan zaman. EGC. Yang, H. J., Kang, H. Y., & Kim, I. S. (2011). The
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot effects of aroma foot reflex massage on
Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di sleep, depression and problem behaviors on
Ruang ICU. Jurnal Keperawatan elderly with dementia. Korean Journal of
Padjadjaran, 5(1). Adult Nursing, 23(6), 574-583.
Baker, F. C., De Zambotti, M., Colrain, I. M., & Bei, Park, J. W., Yoo, H. R., & Lee, H. S. (2006). The
B. (2018). Sleep problems during the effects of foot reflex zone massage on
menopausal transition: prevalence, impact, patients pain and sleep satisfaction following
and management challenges. Nature and mastectomy. Journal of Korean Academic
science of sleep, 10, 73.. Society of Home Health Care Nursing, 13(1),
Cray, L., Woods, N. F., & Mitchell, E. S. (2010). 54-60.
Symptom clusters during the late Oshvandi, K., ABDI, S., Karampourian, A.,
menopausal transition stage: observations Moghimbaghi, A., & HOMAYOUNFAR, S.
from the Seattle Midlife Women's Health (2014). The effect of foot massage on quality
Study. Menopause, 17(5), 972-977. of sleep in ischemic heart disease patients
Koeryaman, M. T., & Ermiati, E. (2018). Adaptasi hospitalized in CCU.
gejala perimenopause dan pemenuhan Putri, D. I., Wati, D. M., & Ariyanto, Y. (2014).
kebutuhan seksual wanita usia 50-60 Kualitas hidup wanita menopause (quality of
tahun. Medisains, 16(1), 21-30. life among menopausal women). Pustaka
Fauziah, E. (2018). Pengaruh Pemberian Minyak Kesehatan, 2(1), 167-174.
Esensial Aromaterapi Kenanga Terhadap Smith, R. L., Flaws, J. A., & Mahoney, M. M. (2018).
Kualitas Tidur Lansia Di Dusun Karang Factors associated with poor sleep during
Tengah Nogotirto Gamping Sleman menopause: results from the Midlife
Yogyakarta. Women's Health Study. Sleep medicine, 45,
Frenando, F. (2018). Ekstraksi Sinyal EEG 98-105.
Menggunakan Wavelet dan Fast Fourier Rossmanith, W. G., & Ruebberdt, W. (2009). What
Transform Untuk Mendeteksi Kondisi Tidur causes hot flushes? The neuroendocrine
Dengan Stimulus Aromaterapi (Doctoral origin of vasomotor symptoms in the
dissertation, Universitas Kristen Maranatha). menopause. Gynecological
Ghaddafi, M. (2010). Tatalaksana Insomnia dengan Endocrinology, 25(5), 303-314.
Farmakologi atau Non-Farmakologi. E-Jurnal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas susu kedelai terhadap kadar kolesterol
perempuan menopause dengan atrofi vagina. Metode penelitian ini menggunakan design
quasi experiment dengan rancangan penelitian pretest-posttest Control Group Design. Hasil
penelitian uji statistic menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata kolesterol pada
kelompok control dan kelompok intervensi (p value 0,000). Simpulan susu kedelai efektif
dalam menurunkan kadar kolesterol perempuan menopause dengan atrofi vagina di
Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of soy milk on cholesterol levels in
postmenopausal women with vaginal atrophy. This research method uses a quasi-
experimental design with a pretest-posttest control group design. The results of the statistical
test showed that there was a significant difference in average cholesterol in the control group
and the intervention group (p value 0.000). In conclusion, soy milk is effective in reducing
cholesterol levels in menopausal women with vaginal atrophy at the Sirah Pulau Padang
Health Center in 2023
PENDAHULUAN
Diperkirakan ada sekitar 50 juta wanita menopause di Amerika Serikat, mengalami
peradangan, kering, dan penipisan dinding vagina. Keadaan ini dapat menimbulkan
masalah pada vagina atau saluran kemih. Istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan ini adalah atrofi vulvovaginal, atrofi urogenital, vaginitis atrofi.
Setelah memasuki masa menopause, seorang wanita menjadi lebih rentan terkena kolesterol
tinggi. (Manson & Kaunitz, 2016).
Pada penelitian di Florida digambarkan sekitar 25 juta wanita menderita atrofi vagina
pada waktu tertentu, dengan hanya sebagian kecil yang menerima pengobatan. Konsekuensi
dari kurangnya perawatan ini bisa sangat signifikan. Penurunan hormon estrogen pada
masa menopause dan peri-menopause dapat menyebabkan kadar kolesterol jahat (LDL)
dalam tubuh melonjak (Bachmann et al., 2020). Sebanyak 2.453 wanita menopause di
berikan intervensi pemakaian pelumas serta mengatur pola makan kaya kandungan
isoflavone saat berhubungan seksual bersama pasangan. Kelompok pelumas berbasis air atau
berbasis silikon dan diminta untuk mencatat dampaknya pada gejala genitourinary dan
kenikmatan seksual, yang menunjukkan hasil signifikan ada perubahan setelah mengatur
49
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56
pola makan dan pemakaian pelumas secara rutin (Herbenick et al., 2018).
Terlepas dari keparahan gejala menopause ini dan ketersediaan yang efektif terapi
untuk atrofi vagina bagi perempuan menopause bagaimanapun, kebanyakan wanita tidak
diobati dan di anggap suatu hal yang wajar. Diperkirakan hanya 20-25% dari wanita yang
menderita kondisi ini mencari pengobatan. Tak luput dengan keluhan menopause pada
kasus Meningkatnya kadar kolesterol jahat serta menurunnya kadar kolesterol baik (HDL)
(Qi et al., 2020).
Beberapa penelitian protein kedelai dengan isoflavone menunjukkan hasil yang
signifikan menurunkan kadar kolesterol pada perempuan menopause. (Qin, P., Wang, T., &
Luo, Y. 2022). Penelitian serupa dilakukan dengan memberikan susu kedelai sesuai kadar
yang ditentukan yang pada umumnya sudah biasa di konsumsi di Indonesia. Selain itu susu
kedelai mengandung protein yang tinggi. Tidak mengandung laktosa sehingga tidak
menimbulkan intoleransi laktosa (Qi et al., 2020).
Pengaruh susu kedelai terhadap kolesterol dan atrofi vagina pada perempuan menopause
juga dapat dilihat dari penelitian pemberian susu kedelai dalam bentuk bubuk, sebanyak 2 x
30 g/hari, dengan lama penelitian adalah delapan minggu, berdasarkan pada penelitian-
penelitian sebelumnya yang memberikan protein kedelai dengan isoflavone selama sembilan
minggu, diberikan diet perlakuannya enam minggu tiga kali 93 hari, selain itu dengan waktu
paruh LDL tiga sampai empat hari diharapkan dengan delapan minggu tanpa pengaturan
diet, sudah dapat terjadi perubahan pada kadar kolesterol Penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui apakah bubuk susu kedelai dapat membantu menurunkan kadar
kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada wanita perimenopause
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya arteriosklerosis (Leonard, L. M., Choi, M. S.,
& Cross, T. W. L. 2022).
Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Sirah pulau Padang pada pos
bindu dan program lansia data dalam tiga tahun terakhir terdapat 301 orang Perempuan
Menopause dengan gangguan kadar kolesterol wanita menopause disertai kasus atrofi
vagina pada tahun 2019. terdapat 355 orang Perempuan Menopause dengan gangguan kadar
kolesterol wanita menopause disertai kasus atrofi vagina pada tahun 2020, kemudian untuk
tahun 2021 ada 376 orang Perempuan Menopause dengan gangguan keseimbangan LDL dan
HDL yang menurun disertai keluhan: Vagina menjadi kering, Sensasi terbakar dan gatal
pada vagina, Nyeri saat berhubungan seks, Keluarnya cairan berwarna kuning dari vagina,
Pendarahan atau flek, Vulva terasa gatal.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan
menilai bagaimana Efektifitas susu kedelai terhadap kadar kolesterol Perempuan
menopause dengan atrofi vagina di Puskesmas Sirah Pulau Padang. Hal ini sejalan dengan
penelitian Erna dkk (2022) didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu
kedelai efektif menurunkan tekanan darah systole pada Wanita menopause, namun tidak
untuk tekanan diastole maupun kolesterol.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi eksperimen yang menggunakan rancangan
pretest-posttest Control Group Design. Artinya membandingkan dua kelompok antara
kelompok yang diberikan intervensi dan kelompok control. Desain penelitian merupakan
rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk
dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Variabel independen dalam penelitian ini susu kedelai, variable dependent kadar kolesterol.
Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik Total sampling (Dahlan,
2014). Sampel dalam penelitian ini adalah 40 perempuan menopause yang memenuhi
kriteria Inklusi, yaitu Perempuan menopause (tidak haid minimal 1 tahun terakhir), Usia 48
50
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56
tahun-58 tahun, IMT 18,5-29,9 kg/m², Tidak sedang mendapat terapi hormonal, Tidak
merokok, Setuju mengikuti penelitian. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara
univariat dan bivariat.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1.
Kadar Kolesterol responden sebelum penelitian pada kedua kelompok di Puskesmas Sirah Pulau Padang
Tahun 2023
Tabel 2.
Kadar Kolesterol responden setelah penelitian pada kedua kelompok di Puskesmas Sirah Pulau Padang
Tahun 2023
51
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, selisih rata-rata kolesterol pada kelompok control
sebelum dan setelah penelitian 0,15±15,2, dengan penurunan -0,33 mg/dl dan adan kenaikan
maksimum 33 mg/dl. Selisih rata-rata kolesterol pada kelompok intervensi sebelum dan
setelah penelitian adalah -22,15±15,13 mg/dl, Penurunan kolesterol minimum -50 mg/dl dan
kolesterol meningkat maksimum 5 mg/dl. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada
pengaruh susu kedelai terhadap kadar kolesterol perempuan menopause dengan atrofi vagina
di Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023 (p value 0,000).
Penurunan kadar kolesterol total yang diteliti bervariasi, tergantung dari bentuk dan
perlakuan penelitian. Faktor dan perlakuan tersebut diantaranya, adalah bentuk dan jenis
isoflavon, kadar asupan isoflavon, waktu penelitian, jenis kelamin dari subjek, kadar lipid
serta status dari menopause (Dalimunthe & Damayanty, 2021).
Penelitian oleh Andika,(2019), yang lakukan selama 15 hari dengan memberikan susu
kedelai sekali dalam sehari diluar jam makan pada pagi hari jam 11 setiap responden.
Terlihat terjadi penurunan kolesterol total secara tidak signifikan dengan penurunan sesudah
diberikan diberikan susu kedelai adalah dengan nilai 6.3 mg/dl. Susu kedelai mengandung
isoflavon berupa genistein, daidzein, dan glicitein, protein kedelai yang seharusnya biasa
menurunkan resiko penyakit kardivaskuler dengan mengikat profil lemak darah, Khususnya
protein kedelai menyebabkan penurunan yang bermakna terhadap kolesterol total.
Penelitian tententang pemberian sebelum dan sesudah mengkonsumsi susu kedelai
sebanyak 200 ml setiap pagi dan malam hari selama 14 hari. Hasil statistik didapatkan nilai
signifikansi untuk kolesterol total adalah 0.248, kolesterol HDL 0.000, dan kolesterol LDL
0.022 sedangkan untuk trigliserida diperoleh nilai signifikasinya 0.496, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL
yang bermakna tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk kadar kolesterol total
dan trigliserida antara sebelum dan sesudah pemberian susu kedelai pada wanita menopause.
Faktor yang dapat menyebabkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna salah satunya bisa
disebabkan karena porsi makan responden dalam penelitian ini berbeda, menurut keterangan
dari pengurus panti jompo meskipun jenisnya sama namun tidak dapat diseragamkan dalam
jumlah atau porsi makan karena kemampuan masing-masing responden berbeda. Selain itu
tingkat kemandirian yang berbeda-beda dari responden berdampak pada minimnya
52
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56
mobilitas, lingkungan (ruang gerak) panti yang sangat terbatas secara tidak langsung turut
membatasi mobilitas responden, sekalipun responden rutin dalam melakukan aktivitas fisik
berupa senam setiap hari peneliti berasumsi aktivitas tersebut belum sebanding untuk
membakar kalori dibandingkan dengan asupan makanannya. (Nurpalah & Kusmiati, 2022).
Pada penelitian ini kelompok intervensi lebih banyak mengalami penurunan
dibandingkan kelompok control namun terdapat beberapa responden yang tidak turun kadar
kolesterolnya, bahkan tetap mengalami peningkatan kadar kolesterol. Menurut penelitian
(Widyastuti et al., 2022) menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai tidak memberikan
pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol. Pola makan sangat mempengaruhi kadar
kolesterol. Makanan berminyak, seafood, bersantan dapat meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Meskipun responden mengkonsumsi susu kedelai namun tidak diimbangi
dengan pola makan yang sehat, maka kolesterol tidak dapat dikendalikan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah adalah faktor keturunan. Maka
dari itu untuk meningkatkan derajat Kesehatan setiap orang harus mulai untuk menerapkan
pola hidup dan mengkonsumsi makanan sehat.
Penelitian ini tidak meneliti efektivitas susu kedelai pada kondisi atrofi vagina, namun
demikian dapat memberikan efek positif pada atrofi vagina. Kajian penelitian Ghazanfarpour
et al., (2016), menjelaskan bahwa menunjukkan bahwa kekeringan vagina berkurang secara
efisien pada kelompok kedelai dibandingkan dengan kelompok control. Gejala vagina yang
signifikan secara statistik pada kelompok olahraga susu kedelai dan susu kedelai
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Ada penurunan drastis sebesar 70% dengan susu
kedelai dibandingkan dengan penurunan 50% dengan susu kedelai dan olahraga.
Pemberian susu kedelai selama 14 hari dimulai dari 1-15 februari memiliki pengaruh
bermakna pada wanita menopause yang atrhopi vagina. Hasil penurunan pada kelompok
intervensi sebanyak -22,15±15,13 mg/dL ini dikarenakan kadari isoflavon berupa genistein,
daidzein, dan glicitein, protein kedelai yang seharusnya biasa menurunkan resiko penyakit
kardivaskuler dengan mengikat profil lemak darah.
SIMPULAN
Susu kedelai efektif dalam menurunkan kadar kolesterol perempuan menopause
dengan atrofi vagina di Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023
SARAN
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat terutama tentang Terapi susu kedelai untuk menurunkan kadar kolestrol pada
wanita menopause denga athropi vagina dan hasil penelitian ini dapat dijadikan terapi
komplementer yang dapat diagendakan sebagai kegiatan yang diterapkan dalam program
puskesmas terutama pada program posyandu dengan penyakit tidak menular / posbindu
PTM.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, F., Rahnemaei, F. A., Roozbeh, N., & Pakzad, R. (2021). Impact of phytoestrogens
on treatment of urogenital menopause symptoms: A systematic review of randomized
clinical trials. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive
Biology, 261, 222-235.
Adnan, M. R., Lee, C. N., & Mishra, B. (2022). Adverse effects of phytoestrogens on
mammalian reproductive health.
Al-Rahmad, A. H., Annaria, A., & Fadjri, T. K. (2016). Faktor Resiko Peningkatan
Kolesterol pada Usia Diatas 30 Tahun di Kota Banda Aceh. Jurnal Nutrisia, 18(2),
109–114. https://doi.org/10.29238/JNUTRI.V18I2.62
53
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56
Rauf, Maruwaty (2022). Efektivitas Konsumsi Bahan Olahan Kedelai terhadap Usia
Menopause. DOI 10.52365/jm.v6i2.323. Journal Midwifery Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Gorontalo. https://www.researchgate.net/publication/355989108
Saad Moustafa, S., Ibrahim ELmalky, M., Saeed Elsayed, F., & Mahmoud Zaki, M. (2022).
Effectiveness of Psycho educational Program on Depressive Symptoms and Marital
Satisfaction among Menopausal Women. Journal of Nursing Science Benha
University, 3(2), 1212-1231.
Anggrahini, K., & Handayani, S. (2014). PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI
TERHADAP KELUHAN MENOPAUSE. Jurnal Kebidanan, VI(02), 1–7.
Dalimunthe, A. W., & Damayanty, A. E. (2021). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai (Glycine
Max L. Merr) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Wanita Menopause (Studi Pada
Ibu-Ibu Pengajian Aisyiyah Ranting Melati Medan). Ju, 5(4), 32–41.
Ekasari, W. U., Yastirin, P. A., Universitas, K., Nuur, A., Universitas, K., & Nuur, A. (2020).
Pemenuhan kebutuhan zat fitoestrogen pada wanita usia menopause. Jurnal
Kebidanan, 6(3), 349–356.
Fattah, A. (2017). Effect of Phytoestrogen on Depression and Anxiety in Menopausal
Women: A Systematic Review. Journal of Menopausal Medi, 23, 160–165.
Gallego, M. P. O., López, P. B., Armero, M. A. T., Alemán, J. A., Albero, J. S., & López, P.
J. T. (2016). Metabolic syndrome and its components in Spanish postmenopausal
women. Nutricion Hospitalaria, 32(2), 656–666.
https://doi.org/10.3305/nh.2015.32.2.9211
Ghazanfarpour, M., Sadeghi, R., & Roudsari, R. L. (2016). The application of soy
isoflavones for subjective symptoms and objective signs of vaginal atrophy in
menopause: A systematic review of randomised controlled trials. Journal of Obstetrics
and Gynaecology, 36(2), 160–171. https://doi.org/10.3109/01443615.2015.1036409
Nurpalah, R., & Kusmiati, M. (2022). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Profil
Lipid Wanita Menopause. Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science,
3(1), 27–37.
Wong, B. W., Chan, Y. H., Kramer, M. S., Sundström-Poromaa, I., Logan, S., Cauley, J. A.,
& Yong, E. L. (2022). Factors associated with poor sleep quality in midlife
Singaporean women: The Integrated Women’s Health program (IWHP). Sleep
Medicine: X, 100060.
Yavuz, A., Sarı, İ., Habipoğlu, S., & Ayan, D. (2022). The effects of moderate-intensity step-
aerobics, spinning, and educational game exercise programs on plasma dopamine and
oxytocin levels in women in the menopausal transition period.
Yulifianti, R., Muzaiyanah, S., & Utomo, J. S (2018). Kedelai sebagai Bahan Pangan Kaya
Isoflavon. Buletin Palawija, 16(2), 84. https://doi.org/10.21082/bulpa.v16n2.2018.p84-
93
Yu, Q., Chae, H. D., Hsiao, S. M., Xie, J., Blogg, M., Sumarsono, B., & Kim, S. (2022).
Prevalence, severity, and associated factors in women in East Asia with moderate-to-
severe vasomotor symptoms associated with menopause. Menopause (New York,
NY), 29(5), 553.
Yuliati, Y. (2021). Perbandingan Kadar Profil Lipid Perimenopause Dan Pascameno-Pause
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh= Comparison Of Perimenopause And
Postmenopause Lipid Profile Based On Body Mass Index (Doctoral Dissertation,
Universitas Hasanuddin).
Zhao, D., Lv, G., Qi, M., Xie, Z., Zhang, Y., Zhou, M., ... & Li, P. (2022). The structure of
menopausal syndrome: Using network analysis to understand unique symptomatic
relationships. International Journal of Gynecology & Obstetrics.
Widayastuti, Erna dkk (2022). Efektifitas Susu Kedelai terhadap Tekanan Darah dan
55
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56
Kolesterol pada Wanita Menopouse. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 13 (01). 100-
106.
56
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
ABSTRAK
Hasil: Hasil penelitian dengan uji-t didapatkan p < 0.001 yang berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara yoga dan skor kualitas hidup terkait kesehatan, serta terdapat
perbedaan yang signifikan pula antara skor kualitas hidup wanita menopause yang
melakukan yoga dan tidak melakukan yoga (p < 0,001). Hasil uji regresi linier berganda
didapatkan koefisien regresi = 435,6; p < 0.001 (Konstanta: 3296.41; CI 95% (-692)-
1230.82; R2adjusted: 32.2% dan p < 0.001).
Kesimpulan: Yoga dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada
wanita menopause.
1
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
ABSTRACT
Methods: This research used observational analytic with case control approach. The
subject were postmenopausal women who did yoga in Ganep's Surakarta. Samples were
taken with fixed exposure sampling technique. There were 45 subjects of research which
consists of 15 people did yoga and 30 people did not yoga. Independent variable of this
research was yoga and dependent variable was health-related quality of life scores were
measured using a questionnaire Medical Outcomes Study SF-36. Gained Data was
presented in table form and analyzed bivariate analysis using t-test and multivariate
analysis using multiple linear regression analysis.
Results: This research showed t-test value p < 0.001 which meant that there was
significant effect yoga on health related quality of life. And there were significant
difference scores between yoga group and no yoga group (p < 0.001). Multiple linear
regression value showed regression coefficients= 435,6; p < 0.001 (Constants: 3296.41;
CI 95% (-692)-1230.82; R2adjusted: 32.2% and p < 0.001).
2
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
3
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
4
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
5
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
Tabel 2 Analisis bivariat tentang umur, status pekerjaan, dan total skor kualitas
hidup terkait kesehatan
Median
N Mean SD T P
(min-maks)
Umur
Yoga 15 60(47-67) 59 ±5,28 -
0,101
Tidak Yoga 30 54(50-67) 55,6 ±5,43
Status Pekerjaan
Yoga 15 0,47 ±0,52
- - 0,697
Tidak Yoga 30 0,80 ±0,41
Total Skor
Yoga 15 3089,3 ±249,9
- -4,032 0,001
Tidak Yoga 30 2627,5 ±405,4
Sumber: Data primer, 2015
Tabel 3 Hasil analisis multivariat regresi linier berganda tentang pengaruh yoga, umur,
dan status pekerjaan terhadap skor kualitas hidup terkait kesehatan
Koefisien regresi
Variabel Confidence Interval
b t P
(Batas bawah- batas atas)
Konstanta 3296,41 5,687 < 0,001
Yoga 435,6 (-692,77)-(1230,82) 3,480 0,001
Umur (tahun) -9,504 -0,935 0,355
Bekerja -175,54 -1,429 0,160
N observasi = 45
R2adjusted = 32,2 %
P = 0,001
Sumber: Data primer, 2015
6
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
7
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
8
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
9
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017
7. Fayers PM, Machin D (2007). Quality 14. Baune BT, Aljeesh YI, Adrian I
of life: the assessment, analysis, and (2005). Predictores of Quality of Life
interpretation of patiet-reported Among Hypertensive Patients With
outcomes. Edisi ke-2. England: Jhon And Without Stroke. Journal of The
Wiley & Sons Ltd, hal: 4-5. Islamic University of Natural Sciences
Series, 13(2) 91-107.
8. Harmaini F (2006). Uji keandalan dan
kesahihan formulir European quality 15. Vera MPG (2004). Blood Pressure
of life – 5 dimensions (EQ-5D) untuk Vari-ability and stress Management
mengukur kualitas hidup terkait Train-ing for Essnetial Hypertension.
Kesehatan pada usia lanjut di Behav-ioral Medicine, 30(2), 53-62.
RSUPNCM. Depok. Universitas
Indonesia. Tesis.
10