Anda di halaman 1dari 33

REVIEW JURNAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURYULIANI

NPM : 230108203

DOSEN : ELSY JUNI ANDRI KARINY.S.ST.,M.Keb

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

TAHUN 2023
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

KONSUMSI TEH DAUN KELOR (MORINGA OLIFIERA) TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA MENOPAUSE DI PUSKESMAS RASAU
JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Jehani Fajar Pangestu1, Taufik Hidayat2*, Sumiati3


1,2,3
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Indonesia

1,2
kifuat46@gmail.com*; 3sumiati.sumi06@gmail.com

Tanggal Submisi: . 17 Februari 2023, Tanggal Penerimaan: 26 April 2023

Abstrak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang
berada diatas angka normal. Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan, meningkatkan konsumsi potasium/kalium,
berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam,
meningkatkan aktivitas fisik berolahraga, memanajemen stres, dan terapi herbal
menggunakan tanaman.Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor
yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan
kalium sehingga kadar sodium dalam darah dapat dikendalikan yang implikasinya pada
penurunan tekanan darah tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui penurunan
tekanan darah pada menopause sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor di
Puskesmas Rasau Jaya. Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan pretest
and posttest group design. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling
dengan 36 responden. Analisis data menggunakan uji pairet t tast. Hasil analisis
didapatkan bahwa nilai (p=0,00), yang berarti Ha diterima . Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (Moringa
Olifiera ). Teh daun kelor berpengaruh menurunkan tekanan darah bagi menopause di
Puskesmas Rasau Jaya

Kata kunci: Teh daun kelor, Tekanan Darah, Menopause

CONSUMPTION OF MORINGA OLEIFERA TEA ON BLOOD


PRESSURE IN MENOPAUSE AT PUSKESMAS RASAU JAYA,
KUBU RAYA DISTRICT
Abstract

Hypertension or high blood pressure is a condition where a person's blood pressure is


above normal. Non-pharmacological management to lower blood pressure can be done
with a healthy lifestyle such as increasing consumption of vegetables and fruits,
increasing consumption of potassium/potassium, quitting smoking, losing weight,
reducing salt consumption, increasing physical activity, exercising, stress management,
and herbal therapy. use plants. Moringa leaf is one part of the Moringa plant that has
been widely studied for its nutritional content and uses. Moringa leaves are very rich in
potassium so that sodium levels in the blood can be controlled which has implications
for reducing high blood presure. To determine the decrease in blood pressure in
menopause before and after being given Moringa leaf tea at the Rasau Jaya Health
Center. This study used a quasiexperimental with a pretest and posttest group design.
The sampling technique used was consecutive sampling with 36 respondents. Data
analysis using pairet t testThe significance value is obtained (p = 0.00), which means Ha
is accepted and Ho is rejected. This shows that there is a difference in blood pressure

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
19
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

before and after being given Moringa leaf tea. Moringa leaf tea has an effect on the blood
pressure of the menopause at the Rasau Jaya Health Center.

Keywords: Moringa leaf tea, blood pressure, menopause.

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang dapat
ditemukan baik laki-laki maupun perempuan, wanita menopause lebih beresiko
terhadap kejadian hipertensi. Peningkatan ekanan darah pada wanita usia
menopause menunjukan bahwa defisiensi estrogen mungkin menjadi
contributor untuk tekanan darah tinggi pada wanita usia lanjut sebesar 65%
sedangkan 35% dapat di pengaruhi faktor gaya hidup dan faktor lainnya.
Kata menopause (Suryo prayogo, 2019) berasal dari kata Yunani. Dengan
kata lain berasal dari kata “men” yang erarti bulan dan “peuseis” yang berarti
istirahat sementara. Kata yang lebih tepat secara linguistik adalah amenore,
yang berarti masa tanpa menstruasi. Menopause adalah waktu berhentinya
menstruasi dalam kehidupan seorang wanita, seiring dengan jumlah tahun
melahirkan. Menurut WHO, wanita dikatakan mengalami menopause tanpa
adanya menstruasi selama 12 bulan setelah periode menstruasi terakhir karena
fungsi ovarium yang buruk.Menopause merupakan proses menuju lansia yang
dibagi dalam 3 tahap yaitu: Pre menopause, menopause dan pasca menopause
(Suryo prayogo, 2019).
Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia No. 13 Tahun 1998,
lanjut usia merupakan tahap akhir dari perkembangan siklus idup manusia, dan
lanjut usia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia dalam
organisasi (WHO) adalah 60-74 tahun (lansia), 75-89 tahun (lansia), dan 90
tahun ke atas (sangat lanjut usia).
Klasifikasi lansia (Sophia, 2014) adalah sebagai berikut: Pralansia (lansia)
berusia 45-59 tahun, lansia berusia 60 tahun ke atas, lansia berisiko tinggi
berusia 70 tahun ke atas / 60 tahun ke atas dan memiliki masalah Kesehatan.
lansia potensial, yaitu lansia yang masih dapat melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lamsia tidak potensial yaitu
mereka yang tidak memiliki tenaga untuk mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Lansia juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maryam, 2008 Sophia, 2014):
60 tahun ke atas (sesuai Pasal 1 Ayat 2 UU Kesehatan No. 13), kebutuhan dan
masalah rentan terhadap penyakit Dari hal-hal lain hingga kebutuhan spiritual
dan lingkungan di mana mereka tinggal. Berdasarkan Riskesdas tahun Pada
tahun 2013, 10 penyakit degeneratif kronis pada lansia terbanyak adalah
hipertensi, arthritis, stroke, PPOK, diabetes mellitus, kanker, penyakit arteri
koroner, batu ginjal, gagal ginjal, dan gagal jantung.Orang yang lebih tua lebih
cenderung memiliki banyak penyakit (multipatologi).
Menurut Litbangkes (2014), lansia sehat 13% bebas penyakit, 34,6% satu
penyakit, 28% dua penyakit, 14,6% tiga penyakit, 6,2% empat penyakit, dan lima
penyakit. % memiliki 6 penyakit. 0,8% dan 0,3% menderita 6 atau lebih penyakit.
Lansia termasuk dalam kategori geriatri jika memiliki lebih dari satu penyakit
(Kemenkes, 2020).
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia saat ini 34,1% menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menurut Badan Penelitian dan

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
20
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

Pengembangan Kesehatan (BalitBanKes), sebelum terjadi peningkatan sebesar


25,8% pada tahun 2013. Meningkat dari tahun sebelumnya. Faktor penyebab
tekanan darah tinggi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(perubahan/faktor risiko yang tidak terkendali), kebiasaan merokok, obesitas,
kurang olahraga, stres, penggunaan estrogen, dan salah satu yang dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Pola konsumsi garam pada overdosis Penyebab tekanan darah tinggi
antara lain konsumsi makanan asin, kafein, dan monosodium glutamat (betocin,
kecap, terasi) (Indrawati, 2009).Tekanan darah tinggi adalah salah satu
penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Pada tahun 2020, diperkirakan
1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan tekanan darah tinggi. Hipertensi
membunuh hampir 8 miliar orang di seluruh dunia setiap tahun dan hampir 1,5
juta orang di Asia Tenggara setiap tahun.
Sekitar sepertiga orang dewasa di Asia Tenggara menderita tekanan darah
tinggi (WHO, 2015). Faktor penyebab tekanan darah tinggi antara lain toksin,
faktor genetik, usia, jenis kelamin, etnis, stres, obesitas, pola makan, merokok,
obat-obatan, alkohol, kafein, kurang olahraga, dan kolesterol tinggi (Endar et al,
2015). Menurut WHO (2015), prevalensi hipertensi di seluruh dunia di atas usia 60
tahun adalah 24,0% untuk pria dan 20,5% untuk wanita. Prevalensi hipertensi
pada penduduk Indonesia di atas usia 60 tahun adalah 34,1% (Riskesdas, 2018).
Tekanan darah tinggi atau darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
tekanan darah seseorang melebihi batas normal 140/90 mmHg. Artinya tekanan
darah sistolik mencapai nilai di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
mencapai nilai 90. Hipertensi biasa terjadi baik pada pria maupun wanita pada
segala usia, dan risiko terjadinya hipertensi yang meningkat di atas usia 50
tahun sangat tinggi (Yekti, et al., 2016).
Tekanan darah tinggi juga merupakan penyakit dengan berbagai penyebab,
dan tekanan darah tinggi tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hipertensi berkaitan erat dengan perilaku
aktivitas fisik responden (Syukraini, 2010).
Hipertensi, atau yang biasa disebut dengan hipertensi, tetap menjadi
penyebab utama dan merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,
penyakit serebrovaskular, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Di negara maju
seperti Amerika Serikat, penelitian terbaru menemukan bahwa 29% orang
dewasa menderita hipertensi (tekanan darah sistolik > 140 mmHg, tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, dan penggunaan obat antihipertensi). Kami juga
menemukan bahwa 31%memiliki prehipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120-
139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, tetapi tidak menggunakan
obat anti hipertensi (Fryar, 2011).
Menurut penelitian Sigarlaki (2006), pasien hipertensi wanita lebih banyak
daripada pasien hipertensi pria, dan sebagian besar pasien hipertensi terjadi
pada kelompok usia 56-77 tahun. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penderita hipertensi adalah wanita yang berusia di atas 56 tahun, dan wanita
pada usia tersebut sedang mengalami menopause.
Wanita memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada pria. Namun,
ini tidak berlangsung lama, dan tekanan darah sistolik pada wanita menopause
menunjukkan peningkatan sekitar 5 mmHg. Hal ini disebabkan efek dari hormon
estrogen, yang dapat melindungi wanita daripenyakit kardiovaskular. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
21
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

berperan dalam meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL). Kadar


hormon ini menurun setelah menopause (Megan et al, 2018).
Wanita memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada pria. Namun,
ini tidak berlangsung lama, dan tekanan darah sistolik pada wanita menopause
menunjukkan peningkatan sekitar 5 mmHg. Hal ini disebabkan efek dari hormon
estrogen, yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskular. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL). Kadar
hormon ini menurun setelah menopause (Megan et al, 2018).
Daun kelor merupakan bagian dari tanaman kelor yang telah banyak
diteliti kandungan nutrisi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi
seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Misra, S.,
dan Misra, M., 2014). Menurut penelitian lain, daun kelor memiliki vitamin C
setara dengan 7 vitamin C jeruk, vitamin A setara dengan 4 vitamin A wortel,
kalsium setara dengan 4 cangkir kalsium susu, dan 3 buah pisang. Mengandung
potasium dan protein setara vitamin C. 2 Setara dengan protein yogurt
(Mahmood, 2011).
Daun kelor (Moringa Olifiera) kaya akan potasium, yang memungkinkan
mereka untuk mengontrol kadar natrium darah dan membantu mengurangi
tekanan darah tinggi. Meminum daun kelor akan melancarkan aliran darah dan
menghindari risiko pengendapan zat yang dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi (Etri, 2018).
Selain potasium, ada juga nutrisi yang bisa menurunkan tekanan darah:
kalsium dan magnesium. Kalsium membantu menurunkan tekanan darah
dengan cara mengatur hormon paratiroid dan dapat juga berperan sebagai
senyawa natriuretik, sedangkan magnesium membantu mengatur aktivitas
pompa natriumkalium/ATPase dan berada pada kadar yang normal.Membantu
mengontrol tekanan darah dalam keadaan (Effendi, 2010) .
Data WHO tahun 2014 bahwa pada tahun 2014 prevalensi hipertensi
kelompok umur lebih 60 thn di Asia Tenggara yaitu Thailand 23,6℅, Miyanmar21,
5℅, Indonesia 21,3% dimana Indonesia masuk ke dalam urutan ke 3 di Asia.
Berdasarkan data Riskesdes tahun 2013 menyatakan prevalensi hipertensi pada
lansia urutan pertama Lampung 30.9℅, Kalimantan Selatan 30,8, Sumatera
Utara 29,7, Sumatera Barat 29,7, Kalimantan Tengah 29,6, Jawa Barat 29,4,
Sulawesi Tengah 28,7, Kalimantan Barat 28,3, dan terakhir Kalimantan Barat
16,8℅ dari 28,3.
Secara umum penyakit yang diderita lanjut usia baik bersifat degeneratif
maupun penyakit tidak menular yang disebabkan oleh faktor penuaan seperti
penyakit jantung, diabetes, stroke, rematik, dan cedera (Kemenkes, 2021).
Penyakit-penyakit ini bersifat kronis, mahal, dan jika tidak disembuhkan, dapat
menyebabkan kecacatan dan kecacatan dan mengganggu kehidupan sehari-hari
para lansia. Kerentanan pada lansia disebabkan karena fungsi imun yang
kurang baik dan adanya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi
dan diabetes (LIPI, 2020).
Berdasarkan data Puskesmas Rasau Jaya,terdapat 1.154 kunjungan lanisa
yang terdiri dari 503 laki-laki dan 651 perempuan. Jumlah kasus hipertensi
sebanyak 569 (49,3%), laki-laki 217 dan perempuan 356. Dengan pemikiran
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Konsumsi Teh
Daun Kelor (Moringa Olifiera) untuk Tekanan Darah Menopause di Puskesmas
Rasau jaya Kabupaten Kubu Raya”.

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
22
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

METODE
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data tekanan
darah menopause sebelum dan sesudah diberikan intervensi teh daun kelor
(Moringa Oliefera). Populasi dalam penelitian ini adalah menopause berusia 60
tahun keatas yang berkunjung ke Puskesmas Rasau Jaya. Pada tahun 2021
jumlah menopause yang mengalami hipertensi sebanyak 356 orang. Akan
dilakukan sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Consecutive
sampling dan didapatkan sebanyak 36 orang responden.Jenis penelitian yang
dilakukan adalah quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian
pretest and posttest without control. Rancangan studi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu
konsumsi teh daun kelor (Moringa Olifiera ) terhadap tekanan darah pada
menopause.
Penelitian ini menggunakan metode teh daun kelor diseduh dengan
menggunakan air panas sebanyak 200 cc selama 5 – 10 menit atau sampai
berubah warnanya, teh ini di konsumsi sebanyak 2 kali sehari dan di minum
pada pagi mulai jam 07.00 – 08.00 wib dan sore mulai jam 16.00 – 17.00 wib
selama 14 hari.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi. Penelitian diawali dengan mengukur tekanan darah menopause
sebelum dilakukan intervensi (mengkonsumsi daun kelor) selama 14 hari
(pretest), selanjutnya melakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakuan
intervensi (posttest). Analisis data yang akan digunakan dibagi menjadi dua yaitu
dengan analisis Univariat dan Bivariat.

HASIL
Hasil harus dinyatakan secara ringkas tanpa diskusi. Judul pada tabel
disesuaikan dengan banyaknya tabel. Misal tabel 1 berisi analisis bivariate, tabel
2 berisi analisis multivariate dan seterusnya. Bentuk table adalah table terbuka.
Tabel 1. Judul Tabel (10pt)
Karakteristik Jumlah Persentase

Umur
Lansia Elderly (55 Th – 65 Th) 15 41,7
Lansia Muda (66 Th – 75 Th) 13 36,1
Lansia Tua ( > 75 Tahun) 8 22,2
Total 36 100,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 23 63,9
Sekolah Dasar 13 36,1
Total 36 100,0
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 1 menggambarkan bahwa karakteristik responden


berdasarkan Pendidikan mayoritas adalah Tidak Sekolah sebanyak 23 orang
(63,9%), dan karakteristik responden berdasarkan umur mayoritas lansia elderly
sebanyak 15 orang ( 41,7 %).

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
23
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

Tabel 2. Uji Normalitas


KolmogorovSmirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sistol Pretest .159 36 .022 .953 36 .127
Diastol Pretest .194 36 .002 .954 36 .139
Sistol Posttest .174 36 .007 .956 36 .157
*
Diastol Posttest .108 36 .200 .959 36 .194
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan Tabel 2 uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk data


sistolik iperoleh nilai skor pretest (p = 0,127) dan nilai posttest (p = 0,157)
Artinya, data berdistribusi normal dengan nilai P > 0,005, dan data diastol di
peroleh nilai skor pretest (p = 0,139) dan nilai posttest (p = 0,194). Ini berarti data
terdistribusi normal karena nilai P > 0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa
uji yang tepat digunakan adalah dengan uji Paired T-Test.

Tabel 3. Uji Paired T-Test Perbedaan Skor Tekanan Darah Systole Sebelum
dan sesudah Konsumsi Teh Daun Kelor.
Tekanan Mean Median SD Min-Max p
Darah
Systole

Sebelum 164,03 160 12,02 144-190


0,000
Sesudah 123,53 122,00 5,77 111-138
Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitan didapatkan bahwa rata-rata tekanan


darah sistolik sebelum dilakukan intervensi yaitu 164,03 dan sesudah dilakukan
intervensi berupa konsumsi teh daun kelor yaitu 123,53 dengan p-value = 0,000 (p
< 0,05) maka dapat disimpulkan ada penurunan tekanan darah systole
menopouse antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi teh daun kelor.
Tabel 4. Uji Paired T-Test Perbedaan Skor Tekanan Darah Distole Sebelum dan
Sesudah Konsumsi Teh Daun Kelotr

Tekanan Darah Mean Median SD Min-Max P


Diastole
Sebelum
121,72 120,00 6,06 109-136

0,000
Sesudah 85,42 86,00 3,75 77-92

Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan Tabel 4 Hasil penelitian bahwa rata-rata tekanan darah


diastolik sebelum dilakukan intervensi yaitu 121,72 dan sesudah dilakukan
intervensi berupa konsumsi teh daun kelor yaitu 85,42 dengan p-value = 0,000
(p < 0,05). maka dapat disimpulkan ada penurunan tekanan darah diastolik
menopause antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi teh daun kelor.

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
24
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata rata tekanan darah sistolik sebelum (164,03) dan tekanan darah sistolik
sesudah (123,53), sedangkan nilai diastolik sebelum (121,72) dan sesudah
pemberian teh daun kelor tekanan darah diastoliknya (85,42). analitik
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian teh daun kelor (p = 0,000).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Riniasih
dan Wahyu Dewi Hapsari (2021) yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun Kelor
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia Selama
Masa Pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol pada lansia penderita hipertensi di Kabupaten Grobogan (p = 0,000).
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penting untuk serangan
jantung. Arteri membawa oksigen dalam darah ke otot jantung. Tanaman kelor
secara alami mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh orang yang
menderita tekanan darah tinggi. Arginine adalah asam amino yang ditemukan di
tanaman kelor dan dikenal untuk membantu menyeimbangkan tekanan darah.
Kelor juga mengandung kalsium, magnesium, potasium, seng dan vitamin E.
Moringa mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
tekanan darah. Kalsium diperlukan untuk relaksasi dan kontraksi otot polos, dan
peningkatan asupan kalsium mungkin memiliki efek langsung pada pembuluh
darah Studi menunjukkan bahwa kalsium memiliki efek tekanan darah dua kali
lipat dari suplemen.
Kalsium dari sumber sintetis dapat menyebabkan batu ginjal. Moringa
mengandung kalsium 17 kali lebih banyak daripada susu. Kelor mengandung
potasium 15 kali lebih banyak daripada pisang. Kadar kalium yang lebih tinggi
cenderung menurunkan kadar natrium. Kalium bekerja dengan meningkatkan
ekskresi natrium dalam urin. Ini membantu melebarkan pembuluh darah dan
mengubah interaksi hormon yang mempengaruhi tekanan darah. Daun kelor
mengandung senyawa peningkat kesehatan yang salah satunya bermanfaat
sebagai antihipertensi. Daun kelor dapat dibuat menjadi teh dengan cara
dikeringkan dalam oven bersuhu rendah (pada suhu 50 °C selama 16 jam). (Leone
et al, 2015).
Pengeringan daun kelor dapat meningkatkan kandungan daun kelor antara
lain kalsium, asam amino, vitamin E, dan fitokimia seperti flavonoid dan saponin.
Pengeringan daun kelor dapat memperpanjang umur simpan daun kelor tanpa
mengubah nilai gizinya secara signifikan. (Melo et al, 2013; Shiriki et al, 2015).
Daun kelor juga mengandung potasium dan potasium yang keduanya sangat baik
untuk kesehatan tekanan darah manusia, potasium menjaga tekanan darah
dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi untuk menurunkan tekanan darah.
Daun kelor kaya akan potasium, yang memungkinkan mereka untuk mengontrol
kadar natrium darah dan membantu mengurangi tekanan darah tinggi.
Kandungan spherol tanaman daun kelor juga dapat menggantikan peran
kolesterol jahat dalam darah.
Menelan daun kelor memperlancar aliran darah dan menghindari risiko
pengendapan zat penyebab tekanan darah tinggi. (Yanti dan Vino, 2018). Hasil
penelitian yang dilakukan Yanti dan Vino (2018) menemukan bahwa daun kelor
dapat menurunkan tekanan darah. Daun kelor juga mengandung potasium dan
potasium yang keduanya sangat baik untuk kesehatan tekanan darah manusia,

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
25
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

potasium menjaga tekanan darah dalam kondisi normal, dan potasium berfungsi
untuk menurunkan tekanan darah. Daun kelor kaya akan potasium, yang dapat
mengontrol kadar natrium darah dan mempengaruhi penurunan tekanan darah
tinggi. (Aminah, 2015).
Hambatan selama penelitian yaitu responden tidak mengatur pola makan
sehingga berpengaruh dengan penurunan tekanan darah, begitu juga dengan
pola istirahat dan penanganan stress karena apabila menopause kelelahan atau
stres akan mempengaruhi kenaikan tekanan darahnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Setelah dilakukan analisis maka dibuatlah kesimpulan hasil penelitian yaitu
sebagai berikut pertama terdapat perbedaan tekanan dara systole pada
menopause sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (Moringa Olifiera) (
P = 0,000 ) dan kedua terdapat Perbedaan Tekanan Darah Diastole pada
Menopause sebelum dan sesudah pemberian Teh Daun Kelor (Moringa Olifiera) (
P= 0,000 ).
REFERENSI
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish
Effendi, Dedi Soleh. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Teh. Bogor: badan
penelitian dan pengembangan pertanian
Egan, B. M., Zhao, Y., Axon, R., Neal, 2010, US Trends in Prevalence, Awareness,
Treatment, and Control of Hypertension, 1988-2008, JAMA, 303(20):2043
Febry,A (2013). Ilmu gizi untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta : Graha ilmu Fryar
Cd, Ostchega Y, Hales Cm, Zhang G, Moran Dk. Hypertension Prevalence And
Control Among Adults. Natl Cent Heal Stat. 2017;(289):2011,
Carroll, M. D. & Ogden, C. L., 2016. Prevalence of Overweight and Obesity Among
Children and Adolescents Aged 2– 19 Years: United States, 1963–1965
Through 2013–2014.
Fatsecret Indonesia (2016) Kalori Dalam Tahu (100 Gram) Dan Fakta Gizi
Database Makanan dan Penghitung Kalori
Indrawati, L., Werdhasari, A., & Kristanto, A. Y. (2009). Hubungan pola kebiasaan
konsumsi makanan masyarakat miskin dengan kejadian hipertensi di
Indonesia. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 19(4).
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI 2020. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan Informasi.
Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika
Mahmood KT, Tahira Mugal, Ikram Ul Haq. 2011. Moringa oleifera: a natural gift-A
review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research 2 (11): 775-781.
Megan NS. (2014). Measuring Menu Performance by Plate Waste Analysis. I
Am Diet Assoc. Hal. 112.

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
26
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.2 (1), 2023, 19 - 27

Mujahidullah Khalid. (2012). Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.


Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika
Palmer, A. dan Williams, B. 2017. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. EGC.
Jakarta
Roloff, H. Weisgerber, U. Lang, B. Stimm. 2009. “Moringa Oleifera LAM., 1785.”
Enzyklopädie der Holzgewächse, Handbuch und Atlas der Dendrologie: 1–8
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Riyadina, W. (2019). Hipertensi Pada Wanita Menopause. Jakarta: Lipi Press.
Sigarlaki, H. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di
Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 2, DESEMBER 2006: 78- 88.
Jakarta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta Sulistyaningsih T, Sugiyo W, Sedyawati Smr. Kristalisasi Air Tua
Dengan Bahan Pengikat. Sainteknol. 2010;8(1):26–33. 11.
Suryoprajogo, N. (2019). Tips Menyenangkan Menghadapi Menopause. Jawa
Tengah: Desa Pustaka Indonesia
Susilo Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Syukraini, I. 2010. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari
Bango Tanjung Sumatera Barat. pp: 33 – 53, http//:respository.usu.ac.id/.
Diakses 29 September 2015 Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiova

Copyright © 2022, Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal


ISSN 2961-8290 (print) | ISSN 2964-7002 (online)
27
JURNAL KEBIDANAN
Vol 6, No 3, Juli 2020 : 293-297

EFEK PIJAT KAKI TERHADAP KUALITAS TIDUR IBU MENOPAUSE


Rahmi Nurrasyidah*

*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surakarta Jawa Tengah


email: rahmi.nurrasyidah@gmail.com

ABSTRACT

Background : Sleep disturbance is a problem that is often complained of by women who experience a
menopause transition. This has an impact on quality of life, moods, productivity, and physical health. Foot
massage therapy is a non-pharmacological therapy performed to improve sleep quality. Non-pharmacological
therapy is an option because it is cheaper and more effective when compared with medical administration.
Purpose :This study determined an effect of foot massage on the sleep quality of menopausal mothers.
Method : This is an experimental study with a post test only control group design. The sample consisted of
23 respondents aged 45-55 years. The intervention group included 12 respondents and the control group
included 11 respondents. The intervention group performed foot massage for 10 minutes on each leg. Sleep
quality in the intervention group was measured 24 hours after massage. The control group did not do foot
massage.
Results : the average respondent of intervention and control groups were in the best sleep quality (76-
100). In the control group, poor sleep quality was found in the wakefulness sleep category. There was no
difference in the average quality of sleep in mothers who did foot massage and did not do foot massage (p>
0.001) with a difference in average (95% CI) 4.5 (3.6-12.5).
Conclusion : There was no difference in the average quality of sleep between intervention and control
group.
Sugestion : Based on the results of the study, the authors recommend the need for further research on
foot massage with an increase in duration of the intervention and it is necessary to investigate the variations of
foot massage methods with aromatherapy to improve sleep quality. Further research needs to be done with more
samples and better RCT methods.

Keywords: Foot massage, sleep quality, Menopause

ABSTRAK

Latar Belakang : Gangguan tidur adalah masalah yang sering dikeluhkan ibu yang mengalami transisi
menopause. Hal ini berdampak pada kualitas hidup, suasana hati, produktivitas, dan kesehatan fisik. Terapi pijat
kaki merupakan terapi non farmakologi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur. Terapi non-farmakologi
menjadi pilihan karena biaya yang lebih murah dan lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian
medikamentosa.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pijat kaki terhadap kualitas tidur ibu menopause.
Metode : Desain Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain post test only control group
desain. Sampel terdiri dari 23 responden yang berumur 45-55 tahun dengan rincian kelompok intervensi 12
responden dan kelompok kontrol 11 responden. Kelompok intervensi dilakukan pijat kaki selama 10 menit pada
setiap kaki. Kualitas tidur pada kelompok intervensi diukur 24 jam setelah dilakukan pemijatan. Kelompok kontrol
tidak dilakukan pijat kaki.
Hasil : Rata-rata responden pada kelompok intervensi maupun kontrol berada pada kualitas tidur terbaik
(76-100). Pada kelompok kontrol, didapatkan kualitas tidur yang buruk pada kategori terbangun saat tidur
(Awakenings). Tidak terdapat perbedaan rerata kualitas tidur pada ibu yang dilakukan pijat kaki dan tidak
dilakukan pijat kaki (p>0,001) dengan perbedaan rerata (IK 95%) 4.5 (3.6-12.5).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rerata kualitas tidur pada kelompok intervensi maupun kontrol. .
Saran : Penulis merekomendasikan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pijat kaki dengan
peningkatan durasi intervensi serta perlu diteliti mengenai variasi metoda pijat kaki dengan aromaterapi untuk
meningkatkan kualitas tidur. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan sampel yang lebih banyak dengan
metode uji kilnis yang lebih baik.

Kata Kunci : Pijat kaki, kualitas tidur, Ibu Menopause


294 Rahmi Nurrasyidah

PENDAHULUAN Pendekatan terapi pada penderita insomnia


Menopause adalah masa berhenti ini dapat dilakukan secara farmakologis atau non-
menstruasi pada wanita. Terdapat masa transisi farmakologis, berdasarkan berat dan perjalanan
sebelum menstruasi berhenti. Masa transisi ini gejala insomnia itu sendiri. Pada dasarnya,
dimulai 4-6 tahun sebelum menstruasi berhenti. penanganan dengan obat-obatan bisa dilakukan
Biasanya terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. Masa dengan benzodiazepine, non-benzodiazepine dan
pramenopause berhubungan dengan miscellaneous sleep promoting agent. Penanganan
berfluktuasinya kadar hormon dan munculnya non farmakologi insomnia dapat berupa stimulus
gejala fisiologis dan psikologis seperti hot flash, control, sleep restriction, sleep higiene dan
gangguan tidur, perubahan suasana hati, dan cognitive therapy. Berdasarkan penelitian, terapi
kekeringan pada vagina. Gejala pramenopause non-farmakologi menjadi pilihan karena biaya yang
pada wanita dapat bervariasi dalam hal frekuensi, lebih murah dan lebih efektif bila dibandingkan
keparahan, dan durasi. Pada beberapa wanita, dengan pemberian medikamentosa. (Ghaddafi, M,
gejala ini bertahan selama beberapa tahun setelah 2010)
menopause. Gangguan tidur adalah keluhan utama Terapi pijat kaki merupakan terapi non
wanita yang mengalami transisi menopause. Hal ini farmakologi yang telah banyak dilakukan untuk
berdampak pada kualitas hidup, suasana hati, meningkatkan kualitas tidur. Berdasarkan
produktivitas, dan kesehatan fisik, terutama pada metaanalisis yang dilakukan oleh Yang, H. J., Kang,
wanita yang mengalami gangguan tidur yang parah H. Y., & Kim, I. S. (2011) terdapat 18 penelitian
dan terkait dengan gangguan fungsi tubuh. (Baker, yang meneliti mengenai terapi pijat refleksi kaki
F. C., De Zambotti, M., Colrain, I. M., & Bei, B, terhadap kualitas tidur. Berdasarkan metaanalisis
2018) tersebut, pijat refleksi pada kaki dapat
Penyebab sulit tidur adalah rendahnya kadar meningkatkan kualitas tidur.
serotin pada ibu pre menopause. Kadar serotin Terapi pijat kaki pada ibu menopause masih
dipengaruhi oleh kadar endorfin. Gangguan tidur belum banyak diteliti. Berdasarkan latar belakang di
yang paling sering ditemukan adalah insomnia. atas, penulis tertarik untuk meneliti “Efek Pijat Kaki
Dilaporkan bahwa sekitar 20%-50% orang dewasa terhadap Kualitas Tidur Ibu Menopause”
mengalami gangguan tidur setiap tahunnya dan
sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. METODE PENELITIAN
Sekitar 67 % lansia mengalami gangguan tidur. Penelitian ini merupakan penelitian
Mayoritas lansia tidak memeriksakan masalah eksperimental dengan desain post test only control
gangguan tidur pada dokter. Hanya satu dari group. Kelompok intervensi diberikan pijat kaki
delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan selama 10 menit pada kaki kiri dan kanan. Kualitas
tidurnya telah didiagnosis oleh dokter. (Achadiat, C. tidur diukur sesudah 24 jam dilakukan intervensi.
M. , 2007) Kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi apapun.
Kejadian insomnia meningkat lebih cepat Penelitian dilakukan di Dukuh Daleman, Sidomulyo
pada ibu dengan umur di atas 40 tahun. Sekitar Ampel, Boyolali pada bulan Desember 2019.
40% wanita usia 40-54 tahun mengeluh insomnia, Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 23
hanya 20% pria pada kelompok usia yang sama responden yang berumur 45-58 tahun. Teknik
yang mengeluh insomnia. Kesulitan tidur mencapai pengambilan sampel dilakukan dengan simple
puncaknya pada kelompok usia 65-69 tahun, random sampling. Kriteria ekslusi dari penelitian ini
dialami sekitar 40% wanita dan 25% pria. Wanita adalah ibu menopause dengan gangguan
1,5 kali lebih sering mengidap insomnia kesadaran, gangguan mental, terdapat cedera kaki
dibandingkan pria, dan 20-40% lansia mengeluhkan dan gangguan pembekuan darah. Kelompok
gejala-gejala insomnia tiap beberapa hari dalam 1 intervensi 12 responden dan kelompok kontrol 11
bulan. Wanita menunjukkan prevalensi insomnia responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
lebih sering dibanding pria disebabkan terjadinya menggunakan data primer yang didapatkan melalui
menopause yang berhubungan dengan intervensi pijat kaki dan kuesioner kualitas tidur
menurunnya kadar estrogen pada wanita pada ibu menopause. Intrumen kualitas tidur
menopause. Insomnia kronis ditemukan pada menggunakan alat pengukur RSCQ (Richard
wanita yang mengalami menopause dan hal ini Campbell Sleep Questionnaire). Sebelum dilakukan
berkorelasi dengan timbulnya hot flush yang pemijatan, kaki terlebih dahulu dibersihkan dengan
merupakan sensasi panas disertai keringat. Hal ini sabun dan air mengalir. Pijat kaki dilakukan dengan
mengakibatkan ibu tidak dapat beraktifitas. menggunakan minyak zaitun, pijat kaki dilakukan
(Gunadarma, R. S. P. , 2016) selama 10 menit. Seluruh permukaan kaki dipijat

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 3, Juli 2020


Efek Pijat Kaki Terhadap Kualitas Tidur Ibu Menopause 295

dari tumit sampai jari-jari dengan kedua tangan Tabel 1.


menggunakan teknik efflurage. Pijat sela jari kaki Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
dengan teknik spiral, pijat tumit kaki dengan
genggaman tangan ke arah bawah. Lakukan pijatan Umur frekuensi Presentase (%)
akupressure pada titik K1. Analisis data 45-55 18 78,3
menggunakan Uji T Tidak Berpasangan 56-58 5 21,7
Jumlah 23 100
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden responen (78,3%) berusia 45-55 tahun.

Rata-rata kualitas tidur responden pada 2 kelompok

Tabel 2.
Tabel Rata-Rata Kualitas Tidur Responden Pada Dua Kelompok

Intervensi Kontrol
Kualitas Tidur
Mean n Mean n
Tidur nyenyak (Sleep depth) 86.3 12 78.2 11
Persiapan tidur (Sleep latency) 83.8 12 82 11
Terbangun saat tidur (Awakenings) 84.6 12 75 11
Kembali tidur (Returning to sleep) 81.7 12 79.6 11
Kualitas tidur (Sleep quality) 83.3 12 84.1 11

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi pada rentang usia 50 sampai 58 tahun. Masa
rata-rata responden pada kelompok intervensi ini merupakan masa yang sangat kompleks bagi
maupun kontrol berada pada kualitas tidur terbaik perempuan karena akan mengalami perubahan
(76-100). Pada kelompok kontrol, didapatkan kesehatan fisik yang akan mempengaruhi
kualitas tidur yang buruk pada kategori terbangun kesehatan psikologisnya. Akibat dari perubahan ini,
saat tidur (Awakenings) keadaan fisik seorang perempuan sangat
mempengaruhi keadaan psikologisnya dalam
Analisis Bivariat mengahadapi hal normal sebagaimana yang
Pengaruh Pijat Kaki Pada Ibu Menopause dialami oleh semua perempuan.
Pra menopause adalah kondisi fisiologis
Tabel 3. pada wanita yang telah memasuki proses penuaan
Pengaruh Pijat Kaki Pada Ibu Menopause (aging). Hal ini terjadi karena menurunnya kadar
hormon estrogen di ovarium yang sangat berperan
Perbedaan dalam hal seksualitas, khususnya pada siklus
Rerata ±
Variabel n Rerata P haidnya. Pre menopause sering dialami wanita
sb.
(IK95%) yang berusia menjelang 40 tahun ke atas dan
Pijat kaki 12 83.9±7.8 menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan haid
4.5 (3.6- yang memanjang, hot flushes, night sweat, jumlah
Tidak >0,001
11 71±13.1 12.5) darah haid yang banyak dan merasakan nyeri saat
pijat kaki
Uji T Tidak Berpasangan haid (Rossmanith, W. G., & Ruebberdt, W., 2009)
Dalam penelitian ini, rata-rata responden
Berdasarkan tabel 3 dapat diambil pada kelompok intervensi maupun kontrol berada
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata pada kualitas tidur terbaik (76-100). Hal ini dapat
kualitas tidur pada ibu yang dilakukan pijat kaki dan terjadi karena rata-rata responden telah melewati
tidak dilakukan pijat kaki. masa Hot Flash dan tidak mengalami depresi.
Menurut Smith, R. L., Flaws, J. A., & Mahoney, M.
PEMBAHASAN M (2018) Tidur yang buruk dalam satu tahap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menopause tidak memprediksi tidur yang buruk di
sebagian besar responden (78,3%) berusia 45-55 masa menopause selanjutnya. Depresi dan hot
tahun. Menurut Harlow, S. D., Gass, M., Hall, J. E., flash adalah faktor risiko yang konsisten untuk
Lobo, R., Maki, P., Rebar, R. W (2012) menopause kurang tidur saat menopause. Insomnia, gangguan

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 3, Juli 2020


296 Rahmi Nurrasyidah

tidur, dan tidur gelisah biasanya terjadi bersamaan. lebih tinggi daripada kelompok kontrol, sehingga
Pada kelompok kontrol, didapatkan kualitas disarankan foot massage dijadikan evidence based
tidur yang buruk pada kategori terbangun saat tidur di rumah sakit sebagai salah satu terapi
(Awakenings). Menurut Cray, L., Woods, N. F., & komplementer yang dapat dijadikan intervensi
Mitchell, E. S (2010) Tingkat keparahan terbangun mandiri keperawatan untuk membantu mengatasi
di malam hari secara signifikan terkait dengan usia, gangguan tidur pasien kritis. Pijat kaki dilakukan 2
tahap transisi menopause akhir, hot flash, suasana hari berturut-turut setiap 10 menit pada satu kaki
hati tertekan, kecemasan, nyeri sendi, sakit (Afianti, N., & Mardhiyah, A. 2017)
punggung, stres yang dirasakan, dan riwayat Pada penelitian yang lain, pijat kaki
pelecehan seksual. dilakukan selama 20 menit dalam 2 hari berturut-
Gejala terbangun dari tidur ada kaitannya turut. Menurut Oshvandi, K., Abdi, S.,
dengan asupan nutrisi dan aktivitas fisik ibu Karampourian, A., Moghimbaghi, A., &
menopause. Berdasarkan hasil penelitian Homayounfar, S (2014) pijat kaki yang dilakukan 20
Koeryaman, M. T., & Ermiati, E. (2018) mengenai menit dalam dua malam berturut-turut dapat
kualitas hidup ibu menopause, adaptasi gejala meningkatkan kualitas tidur pada pasien jantung.
perimenopause didominasi pada kategori Pijat kaki dapat digunakan sebagai terapi yang
penanganan tidak baik. Sebagian besar ibu efektif dengan biaya yang murah, tidak
menopause menunjukkan gambaran pengaturan menyebabkan komplikasi. Selain itu, prosedur pijat
nutrisi tidak baik sebesar 58,13%. Hal tersebut kaki juga mudah. Pijat kaki dapat dianjurkan untuk
menunjukkan bahwa para ibu menopause tidak meningkatkan kualitas tidur pada pasien dengan
mengatur asupan nutrisi yang seimbang. Data penyakit jantung iskemik.
lainnya menunjukkan bahwa para ibu menopause Pada penelitian selanjutnya, perlu
masih sering mengkonsumsi kopi, makanan pedas, dipertimbangkan penggunaan aromaterapi untuk
dan merokok. meningkatkan efek kualitas tidur pada pijat kaki.
Gangguan tidur pada ibu menopause dapat Menurut penelitian Yang, H. J., Kang, H. Y., & Kim,
menyebabkan penurunan kualitas hidup. Ditemukan I. S. (2011) Aroma pijat kaki bisa digunakan sebagai
perbedaan pada domain fisik dan lingkungan pada intervensi yang efektif untuk meningkatkan kualitas
ibu menopause dengan gejala yang ringan dan tidur dan menurunkan depresi lansia dengan
parah. Ibu dengan gejala menopause parah demensia ringan. Intervensi dilakukan 2 kali
mengaku lebih sering merasa sakitnya seminggu, selama 6 minggu.
menghambat aktivitas, kurang cukup memiliki Berdasarkan penelitian Frenando, F. (2018)
vitalitas, kurang puas dengan kualitas tidur mereka, yang melakukan analisis pengaruh aromaterapi
serta kurang puas terhadap kemampuan bekerja lavender dan kayu cendana terhadap kondisi tidur
dan beraktivitas sehari-hari. Hal tersebut seseorang. Kondisi tidur direkam menggunakan
kemungkinan dapat dikaitkan juga dengan gejala EEG saat tidur dan dianalisis sinyal otaknya.
menopause seperti sering mengalami kelelahan Temuan EEG menunjukkan perubahan kondisi tidur
fisik dan sakit pada persendian. Daya ingat dari rileks (alpha) pada bagian 1, tidur ringan (theta)
menurun lebih sering dialami oleh mereka. Mereka pada bagian 2 dan tidur dalam (delta) pada bagian
juga mengakui kurang memiliki kesempatan untuk 3. Kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan
berekreasi dan kurang puas terhadap akses bahwa penggunaan aromaterapi lavender dan kayu
layanan kesehatan dan akses transportasi. (Putri, cendana memberikan pengaruh terhadap
D. I., Wati, D. M., & Ariyanto, Y, 2014) kenyamanan saat tidur.
Berdasarkan penelitian ini, tidak terdapat Penelitian aromaterapi juga diteliti oleh
perbedaan rerata kualitas tidur pada ibu yang Fauziah E (2018) minyak esensial aromaterapi
dilakukan pijat kaki dan tidak dilkukan pijat kaki. kenanga yang dihirup oleh lansia merupakan terapi
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian pengobatan alternatif praktis dalam meningkatkan
sebelumnya tentang peningkatan kualitas tidur derajat kualitas tidur.
setelah dilakukan pijat kaki. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan lama intervensi pada KESIMPULAN
responden. Pada penelitian ini, intervensi hanya Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dilakukan sehari selama 10 menit pada tiap kaki. bahwa rata-rata responden pada kelompok
Pada penelitian yang lain, intervensi dilakukan dua intervensi maupun kontrol berada pada kualitas
hari berturut turut selama 10 menit pada tiap kaki. tidur terbaik. Pada kelompok kontrol, didapatkan
Pada suatu penelitian tentang pijat kaki di kualitas tidur yang buruk pada kategori terbangun
ICU, skor kualitas tidur pada kelompok intervensi saat tidur (Awakenings). Tidak terdapat perbedaan

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 3, Juli 2020


Efek Pijat Kaki Terhadap Kualitas Tidur Ibu Menopause 297

rerata kualitas tidur pada ibu yang dilakukan pijat Medika Udayana, 4, 1-17.
kaki dan tidak dilakukan pijat kaki. Gunadarma, R. S. P. (2016). Perbedaan Tingkat
Insomnia Pada Wanita Pramenopaus Dan
SARAN Menopause Di Perumahan Jetis Permai
Penulis merekomendasikan perlunya Gentan Baki Sukoharjo (Doctoral
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pijat kaki dissertation, Universitas Muhammadiyah
dengan peningkatan durasi intervensi serta perlu Surakarta).
diteliti mengenai variasi metoda pijat kaki dengan Harlow, S. D., Gass, M., Hall, J. E., Lobo, R., Maki,
aromaterapi untuk meningkatkan kualitas tidur. P., Rebar, R. W., ... & STRAW+ 10
Penelitian juga perlu dilakukan dengan sampel yang Collaborative Group. (2012). Executive
lebih banyak dengan metode uji kilnis yang lebih summary of the Stages of Reproductive
baik. Aging Workshop+ 10: addressing the
unfinished agenda of staging reproductive
DAFTAR PUSTAKA aging. The Journal of Clinical Endocrinology
Achadiat, C. M. (2007). Dinamika etika & hukum & Metabolism, 97(4), 1159-1168.
kedokteran dalam tantangan zaman. EGC. Yang, H. J., Kang, H. Y., & Kim, I. S. (2011). The
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot effects of aroma foot reflex massage on
Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di sleep, depression and problem behaviors on
Ruang ICU. Jurnal Keperawatan elderly with dementia. Korean Journal of
Padjadjaran, 5(1). Adult Nursing, 23(6), 574-583.
Baker, F. C., De Zambotti, M., Colrain, I. M., & Bei, Park, J. W., Yoo, H. R., & Lee, H. S. (2006). The
B. (2018). Sleep problems during the effects of foot reflex zone massage on
menopausal transition: prevalence, impact, patients pain and sleep satisfaction following
and management challenges. Nature and mastectomy. Journal of Korean Academic
science of sleep, 10, 73.. Society of Home Health Care Nursing, 13(1),
Cray, L., Woods, N. F., & Mitchell, E. S. (2010). 54-60.
Symptom clusters during the late Oshvandi, K., ABDI, S., Karampourian, A.,
menopausal transition stage: observations Moghimbaghi, A., & HOMAYOUNFAR, S.
from the Seattle Midlife Women's Health (2014). The effect of foot massage on quality
Study. Menopause, 17(5), 972-977. of sleep in ischemic heart disease patients
Koeryaman, M. T., & Ermiati, E. (2018). Adaptasi hospitalized in CCU.
gejala perimenopause dan pemenuhan Putri, D. I., Wati, D. M., & Ariyanto, Y. (2014).
kebutuhan seksual wanita usia 50-60 Kualitas hidup wanita menopause (quality of
tahun. Medisains, 16(1), 21-30. life among menopausal women). Pustaka
Fauziah, E. (2018). Pengaruh Pemberian Minyak Kesehatan, 2(1), 167-174.
Esensial Aromaterapi Kenanga Terhadap Smith, R. L., Flaws, J. A., & Mahoney, M. M. (2018).
Kualitas Tidur Lansia Di Dusun Karang Factors associated with poor sleep during
Tengah Nogotirto Gamping Sleman menopause: results from the Midlife
Yogyakarta. Women's Health Study. Sleep medicine, 45,
Frenando, F. (2018). Ekstraksi Sinyal EEG 98-105.
Menggunakan Wavelet dan Fast Fourier Rossmanith, W. G., & Ruebberdt, W. (2009). What
Transform Untuk Mendeteksi Kondisi Tidur causes hot flushes? The neuroendocrine
Dengan Stimulus Aromaterapi (Doctoral origin of vasomotor symptoms in the
dissertation, Universitas Kristen Maranatha). menopause. Gynecological
Ghaddafi, M. (2010). Tatalaksana Insomnia dengan Endocrinology, 25(5), 303-314.
Farmakologi atau Non-Farmakologi. E-Jurnal

Jurnal Kebidanan Volume 6, Nomor 3, Juli 2020


Jurnal Kesmas Asclepius
Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2023
e-ISSN: 2684-8287
p-ISSN: 2656-8926
DOI: https://doi.org/10.31539/jka.v5i2

EFEKTIFITAS SUSU KEDELAI TERHADAP KADAR KOLESTEROL


PEREMPUAN MENOPAUSE DENGAN ATROFI VAGINA

Eni Wiliyanti1, Lisda Maria2


Stikes Mitra Adiguna Palembang1,2
Puskesmas Sirah Pulau Padang2
eniwiliyanti@gmail.com1

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas susu kedelai terhadap kadar kolesterol
perempuan menopause dengan atrofi vagina. Metode penelitian ini menggunakan design
quasi experiment dengan rancangan penelitian pretest-posttest Control Group Design. Hasil
penelitian uji statistic menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata kolesterol pada
kelompok control dan kelompok intervensi (p value 0,000). Simpulan susu kedelai efektif
dalam menurunkan kadar kolesterol perempuan menopause dengan atrofi vagina di
Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023

Kata Kunci: Susu Kedelai, Menopause, Kadar Kolesterol

ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of soy milk on cholesterol levels in
postmenopausal women with vaginal atrophy. This research method uses a quasi-
experimental design with a pretest-posttest control group design. The results of the statistical
test showed that there was a significant difference in average cholesterol in the control group
and the intervention group (p value 0.000). In conclusion, soy milk is effective in reducing
cholesterol levels in menopausal women with vaginal atrophy at the Sirah Pulau Padang
Health Center in 2023

Keywords: Soy Milk, Menopause, Cholesterol Levels

PENDAHULUAN
Diperkirakan ada sekitar 50 juta wanita menopause di Amerika Serikat, mengalami
peradangan, kering, dan penipisan dinding vagina. Keadaan ini dapat menimbulkan
masalah pada vagina atau saluran kemih. Istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan ini adalah atrofi vulvovaginal, atrofi urogenital, vaginitis atrofi.
Setelah memasuki masa menopause, seorang wanita menjadi lebih rentan terkena kolesterol
tinggi. (Manson & Kaunitz, 2016).
Pada penelitian di Florida digambarkan sekitar 25 juta wanita menderita atrofi vagina
pada waktu tertentu, dengan hanya sebagian kecil yang menerima pengobatan. Konsekuensi
dari kurangnya perawatan ini bisa sangat signifikan. Penurunan hormon estrogen pada
masa menopause dan peri-menopause dapat menyebabkan kadar kolesterol jahat (LDL)
dalam tubuh melonjak (Bachmann et al., 2020). Sebanyak 2.453 wanita menopause di
berikan intervensi pemakaian pelumas serta mengatur pola makan kaya kandungan
isoflavone saat berhubungan seksual bersama pasangan. Kelompok pelumas berbasis air atau
berbasis silikon dan diminta untuk mencatat dampaknya pada gejala genitourinary dan
kenikmatan seksual, yang menunjukkan hasil signifikan ada perubahan setelah mengatur
49
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

pola makan dan pemakaian pelumas secara rutin (Herbenick et al., 2018).
Terlepas dari keparahan gejala menopause ini dan ketersediaan yang efektif terapi
untuk atrofi vagina bagi perempuan menopause bagaimanapun, kebanyakan wanita tidak
diobati dan di anggap suatu hal yang wajar. Diperkirakan hanya 20-25% dari wanita yang
menderita kondisi ini mencari pengobatan. Tak luput dengan keluhan menopause pada
kasus Meningkatnya kadar kolesterol jahat serta menurunnya kadar kolesterol baik (HDL)
(Qi et al., 2020).
Beberapa penelitian protein kedelai dengan isoflavone menunjukkan hasil yang
signifikan menurunkan kadar kolesterol pada perempuan menopause. (Qin, P., Wang, T., &
Luo, Y. 2022). Penelitian serupa dilakukan dengan memberikan susu kedelai sesuai kadar
yang ditentukan yang pada umumnya sudah biasa di konsumsi di Indonesia. Selain itu susu
kedelai mengandung protein yang tinggi. Tidak mengandung laktosa sehingga tidak
menimbulkan intoleransi laktosa (Qi et al., 2020).
Pengaruh susu kedelai terhadap kolesterol dan atrofi vagina pada perempuan menopause
juga dapat dilihat dari penelitian pemberian susu kedelai dalam bentuk bubuk, sebanyak 2 x
30 g/hari, dengan lama penelitian adalah delapan minggu, berdasarkan pada penelitian-
penelitian sebelumnya yang memberikan protein kedelai dengan isoflavone selama sembilan
minggu, diberikan diet perlakuannya enam minggu tiga kali 93 hari, selain itu dengan waktu
paruh LDL tiga sampai empat hari diharapkan dengan delapan minggu tanpa pengaturan
diet, sudah dapat terjadi perubahan pada kadar kolesterol Penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui apakah bubuk susu kedelai dapat membantu menurunkan kadar
kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada wanita perimenopause
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya arteriosklerosis (Leonard, L. M., Choi, M. S.,
& Cross, T. W. L. 2022).
Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Sirah pulau Padang pada pos
bindu dan program lansia data dalam tiga tahun terakhir terdapat 301 orang Perempuan
Menopause dengan gangguan kadar kolesterol wanita menopause disertai kasus atrofi
vagina pada tahun 2019. terdapat 355 orang Perempuan Menopause dengan gangguan kadar
kolesterol wanita menopause disertai kasus atrofi vagina pada tahun 2020, kemudian untuk
tahun 2021 ada 376 orang Perempuan Menopause dengan gangguan keseimbangan LDL dan
HDL yang menurun disertai keluhan: Vagina menjadi kering, Sensasi terbakar dan gatal
pada vagina, Nyeri saat berhubungan seks, Keluarnya cairan berwarna kuning dari vagina,
Pendarahan atau flek, Vulva terasa gatal.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan
menilai bagaimana Efektifitas susu kedelai terhadap kadar kolesterol Perempuan
menopause dengan atrofi vagina di Puskesmas Sirah Pulau Padang. Hal ini sejalan dengan
penelitian Erna dkk (2022) didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu
kedelai efektif menurunkan tekanan darah systole pada Wanita menopause, namun tidak
untuk tekanan diastole maupun kolesterol.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi eksperimen yang menggunakan rancangan
pretest-posttest Control Group Design. Artinya membandingkan dua kelompok antara
kelompok yang diberikan intervensi dan kelompok control. Desain penelitian merupakan
rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk
dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Variabel independen dalam penelitian ini susu kedelai, variable dependent kadar kolesterol.
Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik Total sampling (Dahlan,
2014). Sampel dalam penelitian ini adalah 40 perempuan menopause yang memenuhi
kriteria Inklusi, yaitu Perempuan menopause (tidak haid minimal 1 tahun terakhir), Usia 48
50
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

tahun-58 tahun, IMT 18,5-29,9 kg/m², Tidak sedang mendapat terapi hormonal, Tidak
merokok, Setuju mengikuti penelitian. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara
univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1.
Kadar Kolesterol responden sebelum penelitian pada kedua kelompok di Puskesmas Sirah Pulau Padang
Tahun 2023

Tabel 1 didapatkan rata-rata kolesterol pada kelompok control sebelum penelitian


223,60 ± 11,99 mg/dl, kolesterol minimum 201 mg/dl dan kolesterol maksimum 239 mg/dl.
Rata-rata kolesterol pada kelompok intervensi sebelum penelitian 221,0 ± 10,61 mg/dl,
kolesterol minimum 201 mg/dl dan kolesterol maksimum 239 mg/dl. Hasil uji statistic
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata kolesterol pada kelompok
control dan kelompok intervensi (p value 0,472).

Tabel 2.
Kadar Kolesterol responden setelah penelitian pada kedua kelompok di Puskesmas Sirah Pulau Padang
Tahun 2023

Tabel 2 menunjukkan bahwa. Didapatkan rata-rata kolesterol pada kelompok control


setelah penelitian 223,75 ± 11,26 mg/dl, kolesterol minimum 204 mg/dl dan kolesterol
maksimum 237 mg/dl. Rata-rata kolesterol pada kelompok intervensi setelah penelitian
198,85 ± 11,06 mg/dl, kolesterol minimum 179 mg/dl dan kolesterol maksimum 214 mg/dl.
Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata kolesterol pada
kelompok control dan kelompok intervensi ( p value 0,000)

51
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

Hasil Analisis Bivariat


Tabel 3.
Pengaruh Susu Kedelai terhadap Kadar Kolesterol Perempuan Menopause Dengan Atrofi Vagina di Puskesmas
Sirah Pulau Padang Tahun 2023

Tabel 3 menunjukkan bahwa selisih rata-rata kolesterol pada kelompok control


sebelum dan setelah penelitian 0,15±15,2, dengan penurunan -0,33 mg/dl dan adan kenaikan
maksimum 33 mg/dl. Selisih rata-rata kolesterol pada kelompok intervensi sebelum dan
setelah penelitian adalah -22,15±15,13 mg/dl, Penurunan kolesterol minimum -50 mg/dl dan
kolesterol meningkat maksimum 5 mg/dl. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada
pengaruh susu kedelai terhadap kadar kolesterol perempuan menopause dengan atrofi vagina
di Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023 ( p value 0,000)

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, selisih rata-rata kolesterol pada kelompok control
sebelum dan setelah penelitian 0,15±15,2, dengan penurunan -0,33 mg/dl dan adan kenaikan
maksimum 33 mg/dl. Selisih rata-rata kolesterol pada kelompok intervensi sebelum dan
setelah penelitian adalah -22,15±15,13 mg/dl, Penurunan kolesterol minimum -50 mg/dl dan
kolesterol meningkat maksimum 5 mg/dl. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada
pengaruh susu kedelai terhadap kadar kolesterol perempuan menopause dengan atrofi vagina
di Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023 (p value 0,000).
Penurunan kadar kolesterol total yang diteliti bervariasi, tergantung dari bentuk dan
perlakuan penelitian. Faktor dan perlakuan tersebut diantaranya, adalah bentuk dan jenis
isoflavon, kadar asupan isoflavon, waktu penelitian, jenis kelamin dari subjek, kadar lipid
serta status dari menopause (Dalimunthe & Damayanty, 2021).
Penelitian oleh Andika,(2019), yang lakukan selama 15 hari dengan memberikan susu
kedelai sekali dalam sehari diluar jam makan pada pagi hari jam 11 setiap responden.
Terlihat terjadi penurunan kolesterol total secara tidak signifikan dengan penurunan sesudah
diberikan diberikan susu kedelai adalah dengan nilai 6.3 mg/dl. Susu kedelai mengandung
isoflavon berupa genistein, daidzein, dan glicitein, protein kedelai yang seharusnya biasa
menurunkan resiko penyakit kardivaskuler dengan mengikat profil lemak darah, Khususnya
protein kedelai menyebabkan penurunan yang bermakna terhadap kolesterol total.
Penelitian tententang pemberian sebelum dan sesudah mengkonsumsi susu kedelai
sebanyak 200 ml setiap pagi dan malam hari selama 14 hari. Hasil statistik didapatkan nilai
signifikansi untuk kolesterol total adalah 0.248, kolesterol HDL 0.000, dan kolesterol LDL
0.022 sedangkan untuk trigliserida diperoleh nilai signifikasinya 0.496, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL
yang bermakna tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk kadar kolesterol total
dan trigliserida antara sebelum dan sesudah pemberian susu kedelai pada wanita menopause.
Faktor yang dapat menyebabkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna salah satunya bisa
disebabkan karena porsi makan responden dalam penelitian ini berbeda, menurut keterangan
dari pengurus panti jompo meskipun jenisnya sama namun tidak dapat diseragamkan dalam
jumlah atau porsi makan karena kemampuan masing-masing responden berbeda. Selain itu
tingkat kemandirian yang berbeda-beda dari responden berdampak pada minimnya
52
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

mobilitas, lingkungan (ruang gerak) panti yang sangat terbatas secara tidak langsung turut
membatasi mobilitas responden, sekalipun responden rutin dalam melakukan aktivitas fisik
berupa senam setiap hari peneliti berasumsi aktivitas tersebut belum sebanding untuk
membakar kalori dibandingkan dengan asupan makanannya. (Nurpalah & Kusmiati, 2022).
Pada penelitian ini kelompok intervensi lebih banyak mengalami penurunan
dibandingkan kelompok control namun terdapat beberapa responden yang tidak turun kadar
kolesterolnya, bahkan tetap mengalami peningkatan kadar kolesterol. Menurut penelitian
(Widyastuti et al., 2022) menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai tidak memberikan
pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol. Pola makan sangat mempengaruhi kadar
kolesterol. Makanan berminyak, seafood, bersantan dapat meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Meskipun responden mengkonsumsi susu kedelai namun tidak diimbangi
dengan pola makan yang sehat, maka kolesterol tidak dapat dikendalikan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah adalah faktor keturunan. Maka
dari itu untuk meningkatkan derajat Kesehatan setiap orang harus mulai untuk menerapkan
pola hidup dan mengkonsumsi makanan sehat.
Penelitian ini tidak meneliti efektivitas susu kedelai pada kondisi atrofi vagina, namun
demikian dapat memberikan efek positif pada atrofi vagina. Kajian penelitian Ghazanfarpour
et al., (2016), menjelaskan bahwa menunjukkan bahwa kekeringan vagina berkurang secara
efisien pada kelompok kedelai dibandingkan dengan kelompok control. Gejala vagina yang
signifikan secara statistik pada kelompok olahraga susu kedelai dan susu kedelai
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Ada penurunan drastis sebesar 70% dengan susu
kedelai dibandingkan dengan penurunan 50% dengan susu kedelai dan olahraga.
Pemberian susu kedelai selama 14 hari dimulai dari 1-15 februari memiliki pengaruh
bermakna pada wanita menopause yang atrhopi vagina. Hasil penurunan pada kelompok
intervensi sebanyak -22,15±15,13 mg/dL ini dikarenakan kadari isoflavon berupa genistein,
daidzein, dan glicitein, protein kedelai yang seharusnya biasa menurunkan resiko penyakit
kardivaskuler dengan mengikat profil lemak darah.

SIMPULAN
Susu kedelai efektif dalam menurunkan kadar kolesterol perempuan menopause
dengan atrofi vagina di Puskesmas Sirah Pulau Padang Tahun 2023

SARAN
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat terutama tentang Terapi susu kedelai untuk menurunkan kadar kolestrol pada
wanita menopause denga athropi vagina dan hasil penelitian ini dapat dijadikan terapi
komplementer yang dapat diagendakan sebagai kegiatan yang diterapkan dalam program
puskesmas terutama pada program posyandu dengan penyakit tidak menular / posbindu
PTM.

DAFTAR PUSTAKA
Abdi, F., Rahnemaei, F. A., Roozbeh, N., & Pakzad, R. (2021). Impact of phytoestrogens
on treatment of urogenital menopause symptoms: A systematic review of randomized
clinical trials. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive
Biology, 261, 222-235.
Adnan, M. R., Lee, C. N., & Mishra, B. (2022). Adverse effects of phytoestrogens on
mammalian reproductive health.
Al-Rahmad, A. H., Annaria, A., & Fadjri, T. K. (2016). Faktor Resiko Peningkatan
Kolesterol pada Usia Diatas 30 Tahun di Kota Banda Aceh. Jurnal Nutrisia, 18(2),
109–114. https://doi.org/10.29238/JNUTRI.V18I2.62
53
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

Badan Pusat Statistik (2019).Data Sensus Penduduk Kota Palembang Tahun


2019.Palembang:BPS
Bavda, B., Patel, S. B., & Tiwari, A. P. (2022). Effect of Postmenopausal Symptoms on
Health-related Quality of Life among Women Residing in Rural Areas of Central
Gujarat and Saurashtra: A Cross-sectional Study. Journal of Clinical & Diagnostic
Research, 16(11)
Biniwale, P., Biniwale, V., Phadke, A., & Qamra, A. (2022). Soy isoflavones in
postmenopausal women: a review of current evidence. Am J Clin Exp Obstet
Gynecol, 8(1), 1-13.
Dalimunthe, A. W., & Damayanty, A. E. (2021). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai (Glycine
Max L. Merr) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Wanita Menopause (Studi Pada
Ibu-Ibu Pengajian Aisyiyah Ranting Melati Medan). Ju, 5(4), 32–41.
Diaz, P. (2022). Effectiveness of an Informational Video-Assisted Presentation on Primary
Care Provider Awareness, Knowledge, and Screening of Genitourinary Syndrome of
Menopause: A Quality Improvement Project.
Di Donato, V., D'Oria, O., Giannini, A., Scudo, M., Sher, C., Fischetti, M., ... & Panici, P. B.
(2022). The Efficacy of Fractional CO2 Laser in the Treatment of Genitourinary
Syndrome of Menopause: A Large Prospective Observational Study. Clinical and
Experimental Obstetrics & Gynecology, 49(9), 212.
Emilia, L, Maria, (2022). Pengaruh Pendidikan Nutrisi Berbasis Fitoestrogen Terhadap
Penurunan Gejala Hot Flashes Pada Wanita Menopause.
Manson, J. E., & Kaunitz, A. M. (2016). Menopause management — getting clinical care
back on track. New England Journal of Medicine, 374(9), 803–806.
https://doi.org/10.1056/nejmp1514242
Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. 133–46
Nachtigall, L., Krause, C., Harris, D., Greene, M., & Enzenbacher, J. (2022). Efficacy of
Topical Sinecatechins Ointment for Provoked Vestibulodynia in Post-Menopausal
Women: A Randomized Double-blind Placebo-Controlled Clinical Trial. The Journal
of Sexual Medicine, 19(8), S28-S29.
Nurpalah, R., & Kusmiati, M. (2022). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Profil
Lipid Wanita Menopause. Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science,
3(1), 27–37.
Polat, F., & Aylaz, R. (2022). The effect of exercise training based on the health promotion
model on menopausal symptoms. Perspectives in Psychiatric Care, 58(3), 1160-1169.
Parker, K. (2021). Efficacy of Vaginal Laser Treatment for Symptomatic Relief of
Vulvovaginal Atrophy in Postmenopausal Women.
Pompei, L. M., Wender, M. C. O., Kulak Jr, J., Pires, I., Suvarna, Y., & Nappi, R. E. (2021).
Impact of postmenopausal vaginal discomfort on sex and relationships in Brazil: the
CLOSER survey. Climacteric, 24(6), 593-599.
Qi, W., Li, H., Wang, C., Li, H., Fan, A., Han, C., & Xue, F. (2020). The effect of
pathophysiological changes in the vaginal milieu on the signs and symptoms of
genitourinary syndrome of menopause (gsm). Menopause, 28(1), 102–108.
https://doi.org/10.1097/gme.0000000000001644
Rattanatantikul, T., Maiprasert, M., Sugkraroek, P., & Bumrungpert, A. (2022). Efficacy and
Safety of Nutraceutical on Menopausal Symptoms in Post-Menopausal Women: A
Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Clinical Trial. Journal of dietary
supplements, 19(2), 168-183
Reed, Susan, dan Lampe.Premenopausal Vasomotor Symptoms In An Ethnically Diverse
Population:The jurnal of The North American Menopause Society.volume 21-issue 2-
p153-158
54
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

Rauf, Maruwaty (2022). Efektivitas Konsumsi Bahan Olahan Kedelai terhadap Usia
Menopause. DOI 10.52365/jm.v6i2.323. Journal Midwifery Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Gorontalo. https://www.researchgate.net/publication/355989108
Saad Moustafa, S., Ibrahim ELmalky, M., Saeed Elsayed, F., & Mahmoud Zaki, M. (2022).
Effectiveness of Psycho educational Program on Depressive Symptoms and Marital
Satisfaction among Menopausal Women. Journal of Nursing Science Benha
University, 3(2), 1212-1231.
Anggrahini, K., & Handayani, S. (2014). PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI
TERHADAP KELUHAN MENOPAUSE. Jurnal Kebidanan, VI(02), 1–7.
Dalimunthe, A. W., & Damayanty, A. E. (2021). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai (Glycine
Max L. Merr) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Wanita Menopause (Studi Pada
Ibu-Ibu Pengajian Aisyiyah Ranting Melati Medan). Ju, 5(4), 32–41.
Ekasari, W. U., Yastirin, P. A., Universitas, K., Nuur, A., Universitas, K., & Nuur, A. (2020).
Pemenuhan kebutuhan zat fitoestrogen pada wanita usia menopause. Jurnal
Kebidanan, 6(3), 349–356.
Fattah, A. (2017). Effect of Phytoestrogen on Depression and Anxiety in Menopausal
Women: A Systematic Review. Journal of Menopausal Medi, 23, 160–165.
Gallego, M. P. O., López, P. B., Armero, M. A. T., Alemán, J. A., Albero, J. S., & López, P.
J. T. (2016). Metabolic syndrome and its components in Spanish postmenopausal
women. Nutricion Hospitalaria, 32(2), 656–666.
https://doi.org/10.3305/nh.2015.32.2.9211
Ghazanfarpour, M., Sadeghi, R., & Roudsari, R. L. (2016). The application of soy
isoflavones for subjective symptoms and objective signs of vaginal atrophy in
menopause: A systematic review of randomised controlled trials. Journal of Obstetrics
and Gynaecology, 36(2), 160–171. https://doi.org/10.3109/01443615.2015.1036409
Nurpalah, R., & Kusmiati, M. (2022). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Profil
Lipid Wanita Menopause. Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science,
3(1), 27–37.
Wong, B. W., Chan, Y. H., Kramer, M. S., Sundström-Poromaa, I., Logan, S., Cauley, J. A.,
& Yong, E. L. (2022). Factors associated with poor sleep quality in midlife
Singaporean women: The Integrated Women’s Health program (IWHP). Sleep
Medicine: X, 100060.
Yavuz, A., Sarı, İ., Habipoğlu, S., & Ayan, D. (2022). The effects of moderate-intensity step-
aerobics, spinning, and educational game exercise programs on plasma dopamine and
oxytocin levels in women in the menopausal transition period.
Yulifianti, R., Muzaiyanah, S., & Utomo, J. S (2018). Kedelai sebagai Bahan Pangan Kaya
Isoflavon. Buletin Palawija, 16(2), 84. https://doi.org/10.21082/bulpa.v16n2.2018.p84-
93
Yu, Q., Chae, H. D., Hsiao, S. M., Xie, J., Blogg, M., Sumarsono, B., & Kim, S. (2022).
Prevalence, severity, and associated factors in women in East Asia with moderate-to-
severe vasomotor symptoms associated with menopause. Menopause (New York,
NY), 29(5), 553.
Yuliati, Y. (2021). Perbandingan Kadar Profil Lipid Perimenopause Dan Pascameno-Pause
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh= Comparison Of Perimenopause And
Postmenopause Lipid Profile Based On Body Mass Index (Doctoral Dissertation,
Universitas Hasanuddin).
Zhao, D., Lv, G., Qi, M., Xie, Z., Zhang, Y., Zhou, M., ... & Li, P. (2022). The structure of
menopausal syndrome: Using network analysis to understand unique symptomatic
relationships. International Journal of Gynecology & Obstetrics.
Widayastuti, Erna dkk (2022). Efektifitas Susu Kedelai terhadap Tekanan Darah dan
55
2023. Jurnal Kesmas Asclepius 5 (2) 49-56

Kolesterol pada Wanita Menopouse. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 13 (01). 100-
106.

56
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Pengaruh Yoga terhadap Kualitas Hidup Terkait Kesehatan pada


Wanita Menopause

Effect Yoga on Health-Related Quality of Life in Menopause Women

Lulut Khoridatur Rosida, Sinu Andhi Jusup, Bhisma Murti


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRAK

Pendahuluan: Menopause menyebabkan perubahan fungsi ovarium yang otomatis akan


mempengaruhi produksi hormon sehingga dapat menyebabkan berbagai keluhan fisik dan
mental. Keluhan-keluhan ini akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup terkait
kesehatan pada wanita menopause. Yoga merupakan salah satu latihan fisik yang menurut
berbagai penelitian dapat mengurangi keluhan akibat menopause. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh yoga terhadap kualitas hidup terkait kesehatan
pada wanita menopause

Metode: Penelitian ini menggunakan metode observational analitik dengan pendekatan


case control. Subjek adalah wanita menopause yang melakukan yoga di Ganep’s
Surakarta. Sampel berjumlah 45 orang, yaitu 15 orang melakukan yoga dan 30 orang yang
tidak yoga melalui metode “fixed exposure sampling”. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah yoga sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas hidup terkait kesehatan
yang diukur menggunakan kuesioner Medical Outcome Study SF-36. Data yang
terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis bivariat menggunakan uji-t
kemudian dianalisis multivariat menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil: Hasil penelitian dengan uji-t didapatkan p < 0.001 yang berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara yoga dan skor kualitas hidup terkait kesehatan, serta terdapat
perbedaan yang signifikan pula antara skor kualitas hidup wanita menopause yang
melakukan yoga dan tidak melakukan yoga (p < 0,001). Hasil uji regresi linier berganda
didapatkan koefisien regresi = 435,6; p < 0.001 (Konstanta: 3296.41; CI 95% (-692)-
1230.82; R2adjusted: 32.2% dan p < 0.001).

Kesimpulan: Yoga dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada
wanita menopause.

Kata Kunci: Yoga, Kualitas hidup, Menopause.

1
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

ABSTRACT

Introduction: Menopause causes changes in ovarian function that will automatically


affect production of hormones that can cause a variety of physical and mental symptoms.
These symptoms will lead to lower health-related quality of life in postmenopausal
women. Yoga is a physical and meditation exercise. According to various studies, yoga
can reduce symptoms of postmenopausal syndrome. This study aimed to investigate effect
yoga on health-related quality of life in menopause.

Methods: This research used observational analytic with case control approach. The
subject were postmenopausal women who did yoga in Ganep's Surakarta. Samples were
taken with fixed exposure sampling technique. There were 45 subjects of research which
consists of 15 people did yoga and 30 people did not yoga. Independent variable of this
research was yoga and dependent variable was health-related quality of life scores were
measured using a questionnaire Medical Outcomes Study SF-36. Gained Data was
presented in table form and analyzed bivariate analysis using t-test and multivariate
analysis using multiple linear regression analysis.

Results: This research showed t-test value p < 0.001 which meant that there was
significant effect yoga on health related quality of life. And there were significant
difference scores between yoga group and no yoga group (p < 0.001). Multiple linear
regression value showed regression coefficients= 435,6; p < 0.001 (Constants: 3296.41;
CI 95% (-692)-1230.82; R2adjusted: 32.2% and p < 0.001).

Conclusions: Yoga can effect on health-related quality of life in menopause women.

Keywords: Yoga, Quality of life, Menopause.

PENDAHULUAN dengan organ reproduksinya maupun


Menopause dikenal sebagai masa organ tubuh pada umumnya. Perubahan ini
berakhirnya menstruasi atau haid, dan
seringkali memengaruhi keadaan psikis
sering dianggap menjadi momok dalam seorang wanita. Beberapa faktor yang
kehidupan wanita. Berdasarkan survei memengaruhi gejala menopause antara lain
Perkumpulan Menopause Indonesia tahun gaya hidup, etnis, status menstruasi, status
2005, usia menopause rata-rata wanita
sosial ekonomi, kejadian negatif di masa
Indonesia adalah 49±0,2 tahun. Perubahan lalu, sumber personal dan kepribadian.
fungsi ovarium akan memengaruhi
(1,2,3)
hormon yang kemudian memberikan Keluhan-keluhan yang paling sering
pengaruh pada organ tubuh wanita pada timbul yaitu hot flushes dan berkeringat,
umumnya. Sehingga muncul berbagai nyeri otot dan sendi, gangguan tidur,
keluhan fisik, baik yang berhubungan kecemasan, dan gangguan mood yang

2
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

secara signifikan dapat menurunkan banyak ditemui, namun untuk pengukuran


kualitas hidup wanita menopause.(4) secara khusus terhadap kualitas hidup
Pengukuran kualitas hidup terkait terkait kesehatan masih jarang dilakukan
kesehatan diwujudkan dalam 8 dimensi, dan ditemui.
yaitu dimensi fungsi fisik, peranan fisik, Dengan latar belakang tersebut di
rasa nyeri, kesehatan umum, fungsi sosial, atas, penulis tertarik untuk melakukan
energi, peranan emosi, dan kesehatan jiwa. penelitian mengenai pengaruh yoga
Delapan dimensi tersebut dapat terhadap kualitas hidup terkait kesehatan
dikumpulkan menjadi 2 komponen besar pada wanita menopause.
yaitu komponen fisik dan komponen
SUBJEK DAN METODE
mental.(5) Penelitian ini merupakan penelitian
Untuk menjaga agar tubuh tetap observasional analitik dengan pendekatan
sehat di usia yang tidak muda lagi ini, studi case control. Penelitian dilakukan di
orang-orang banyak datang ke pusat tempat yoga Ganep’s Surakarta pada
kebugaran yang salah satunya ke tempat bulan Juli-September 2015. Teknik
pelatihan yoga. Yoga merupakan salah satu pengambilan sampel menggunakan
latihan pernafasan.Salah satu aspek metode “fixed exposure sampling”,
pentingnya adalah meditasi yang didapatkan jumlah subjek wanita
menimbulkan beberapa perubahan menopause yang melakukan yoga sesuai
fisiologis berupa respon relaksasi. Hasil kriteria sebanyak 15 orang dan subjek
penelitian dari beberapa peneliti dalam wanita menopause yang tidak melakukan
jurnal Medical Hypoteses menemukan yoga sebanyak 30 orang sehingga total
adanya keterkaitan atau pengaruh yoga subjek sebanyak 45 orang.
terhadap penurunan stres. Menurut Streeter Kriteria inklusi, yaitu melakukan
Professor Psikiatri dari Boston University yoga ≥ 8 minggu di Ganep’s Surakarta,
School of Medicine mengatakan bahwa berusia 45-70 tahun, dan mengalami
gerakan yoga dapat memperbaiki menopause selama 1-10 tahun. Kriteria
ketidakseimbangan hormon dan eksklusi, yaitu subjek tidak pernah
ketidakseimbangan sistem - sistem menikah, subjek tidak pernah hamil,
persarafan.(6) subjek sedang menerima terapi hormon,
Penelitian mengenai pengaruh yoga memiliki penyakit berat yang tidak
terhadap gejala-gejala menopause telah terkontrol, merokok dan mengkonsumsi

3
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

alkohol, memiliki riwayat radioterapi, HASIL


pernah melakukan oophorektomi atau
Berdasarkan data pada Tabel 1
pengangkatan ovarium, subjek menjadi
karakteristik subjek penelitian
olahragawan dan mengukiti olahraga lain.
dikelompokkan berdasarkan umur,
Variabel bebas pada penelitian ini
pendidikan, status pekerjaan, dan lama
adalah yoga. Yoga salah satunya nidra
menopause. Rata-rata umur subjek yang
termasuk ke dalam bagian dari yoga
melakukan yoga adalah 59 tahun,
savasana yang bermanfaat untuk
sedangkan yang tidak melakukan yoga
mengendurkan seluruh bagian tubuh baik
adalah 55,6 tahun. Untuk mengetahui
secara fisik dan psikologis.
homogenitas subjek penelitian, dilakukan
Variabel terikat pada penelitian ini
analisis statistik dengan mencari perbedaan
adalah kualitas hidup terkait kesehatan.
rata-rata dalam tiap karakteristik.
Kualitas hidup terkait kesehatan berbentuk
Pada kelompok umur, pendidikan,
skor yang menggambarkan komponen
status pekerjaan, dan lama menopause
kebahagiaan dan kepuasan terhadap
distribusinya tidak normal sehingga diuji
kehidupan mencakup dimensi fisik,
dengan Mann-whitney test. Hasil analisis
fungsional, psikologis, dan sosial.(7)
statistik pada kelompok lama menopause
Variabel ini diukur menggunakan
dan pendidikan menunjukkan tidak ada
kuesioner Medical Outcome Study SF-36
perbedaan yang bermakna. Sedangkan
yang telah valid.(8)
pada kelompok umur dan status pekerjaan
Variabel luar terkendali, yaitu
menunjukkan ada perbedaan yang
status pernikahan, status pekerjaan,
bermakna.
kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol,
Tabel 2 uji normalitas pada variabel
penyakit kronis, dan status kehamilan.
umur dan status pekerjaan, didapatkan
Variabel luar tidak terkendali, yaitu pola
kedua data tidak terdistribusi secara normal
hidup, dan tingkat stres.
sehingga selanjutnya dilakukan uji Mann-
Data yang diperoleh pada
whitney. Dari hasil uji statistik tersebut
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel.
didapatkan nilai p untuk umur adalah
Kemudian dilakukan analisis bivariat
0,101, untuk status pekerjaan adalah 0,697,
menggunakan uji-t lalu dilanjutkan dengan
karena p > 0,05 maka didapatkan bahwa
analisis multivariate menggunakan analisis
tidak ada perbedaan yang bermakna antara
regresi linier berganda.

4
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Tabel 1 Distribusi sampel berdasarkan karakteristik sampel


Yoga Tidak Yoga
Karakteristik Sampel Frekuensi Persen Frekuensi Persen Total
(n) (%) (n) (%)
Umur
47 -57 tahun 5 11,11 22 48,89 27
58 -67 tahun 10 22,22 8 17,78 18
Pendidikan
Lulus SD 0 0 9 20 9
Lulus SMP/SMA 9 20 7 15,56 16
LulusDiploma 6 13,33 14 31,11 20
/Sarjana
Status Pekerjaan
Ya 7 15,56 24 53,33 31
Tidak 8 17,78 6 13,33 14
Lama Menopause
1-5 tahun 7 15,56 20 44,44 27
6-10 tahun 8 17,78 10 22,22 18
Sumber: Data primer,2015

umur dan status pekerjaan wanita Tabel 3 menunjukkan rata-rata skor


menopause yang melakukan yoga dan kualitas hidup terkait kesehatan pada
tidak melakukan yoga terhadap skor kelompok yoga : 435,6 lebih tinggi
kualitas hidup terkait kesehatan. daripada kelompok tidak yoga. Perbedaan
Selanjutnya uji normalitas pada ini secara statistik signifikan (b=435,6 ; p =
total skor kualitas hidup terkait kesehatan 0,001). Hal ini berarti terdapat perbedaan
didapatkan data terdistribusi secara normal yang bermakna antara skor kualitas hidup
sehingga selanjutnya dilakukan uji terkait kesehatan pada wanita menopause
parametrik t test. Dari hasil uji statistik yang melakukan yoga dan tidak melakukan
tersebut didapatkan nilai p adalah 0,000, yoga. Namun pada kelompok umur dan
karena p < 0,05 maka didapatkan status bekerja tidak didapatkan hasil yang
perbedaan yang bermakna antara total skor bermakna
kualitas hidup terkait kesehatan pada
menopause yang melakukan yoga dan
tidak melakukan yoga.

5
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Tabel 2 Analisis bivariat tentang umur, status pekerjaan, dan total skor kualitas
hidup terkait kesehatan
Median
N Mean SD T P
(min-maks)
Umur
Yoga 15 60(47-67) 59 ±5,28 -
0,101
Tidak Yoga 30 54(50-67) 55,6 ±5,43
Status Pekerjaan
Yoga 15 0,47 ±0,52
- - 0,697
Tidak Yoga 30 0,80 ±0,41
Total Skor
Yoga 15 3089,3 ±249,9
- -4,032 0,001
Tidak Yoga 30 2627,5 ±405,4
Sumber: Data primer, 2015
Tabel 3 Hasil analisis multivariat regresi linier berganda tentang pengaruh yoga, umur,
dan status pekerjaan terhadap skor kualitas hidup terkait kesehatan
Koefisien regresi
Variabel Confidence Interval
b t P
(Batas bawah- batas atas)
Konstanta 3296,41 5,687 < 0,001
Yoga 435,6 (-692,77)-(1230,82) 3,480 0,001
Umur (tahun) -9,504 -0,935 0,355
Bekerja -175,54 -1,429 0,160
N observasi = 45
R2adjusted = 32,2 %
P = 0,001
Sumber: Data primer, 2015

dengan hasil yang didapat nilai p = 0,000,


PEMBAHASAN
yaitu signifikan/ bermakna.
Berdasarkan hasil analisis regresi
Uji analisis data dalam penelitian ini
linier sederhana didapatkan koefisien
menggunakan uji parametrik t test dan uji
regresi (β1) yaitu 435,6 , hal ini
regresi linier berganda. Sebelumnnya telah
menunjukkan dengan melakukan yoga
dilakukan uji normalitas menggunakan uji
dapat menambah skor kualitas hidup
Saphiro-Wilk pada total skor kualitas hidup
terkait kesehatan sebanyak 435,6 sehingga
terkait kesehatan menggunakan kuesioner
dapat disimpulkan bahwa yoga dapat
SF-36 dimana hasilnya data terdistribusi
meningkatkan kualitas hidup terkait
secara normal, sehingga dilakukan uji t test
kesehatan. Hasil ini mendukung hipotesis

6
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

penelitian bahwa ada pengaruh yoga seruleus. Penurunan stimulasi lokus


terhadap kualitas hidup terkait kesehatan seruleus dapat menurunkan produksi
pada menopause. norepinefrin, yang menyebabkan
Total skor kualitas hidup terkait terjadinya relaksasi, ketenangan dan
kesehatan pada kelompok yang melakukan mengurangi tingkat pernapasan dan
yoga lebih tinggi secara bermakna jantung.
dibandingkan kelompok yang tidak Penurunan norepinefrin pada inti
melakukan yoga, ditunjukkan pada paraventricular hipotalamus akan
dimensi fungsi fisik, energi, kesehatan menurunkan produksi CRH dan kortisol.
jiwa, rasa nyeri, kesehatan umum, total Peningkatan aktivitas parasimpatis dan
skor dan perbedaan skor antara kedua penurunan resultan tekanan darah yang
kelompok. Sedangkan pada dimensi dapat menyebabkan pelepasan Arginine
peranan fisik, peranan emosi dan fungsi Vasopressin (AVP). Hal ini
sosial tidak bermakna. mengakibatkan yoga dapat mengaktivasi
Menurut penelitian Gibbs (2001) korteks prefrontal dan peningkatan
(8), yoga dapat memengaruhi mekanisme transmisi glutamat dalam nucleus arkuata
regulasi respon stress, fungsi seksual, di hipotalamus medial sehingga akan
tekanan darah, imun, metabolik, emosi dan mengakibatkan pelepasan β-
suhu tubuh. Melalui beberapa mekanisme endorphine.(10)
inilah yang dapat menyebabkan adanya Endorphin akan memengaruhi
perbedaan kualitas hidup terkait kesehatan berbagai fungsi hipotalamus, termasuk
pada wanita menopause yang melakukan pengaturan reproduksi, pengaturan suhu,
yoga dan tidak melakukan yoga. kardiovaskuler dan fungsi pernafasan, juga
Arora dan Bhattacharjee (2008) (9) sebagai pengatur fungsi ekstra hipotalamik
menyatakan bahwa Yoga akan seperti persepsi nyeri dan mood. Endorphin
menurunkan produksi ACTH. Penurunan selanjutya akan memengaruhi pelepasan
tingkat kortikosteroid dan katekolamin GnRH yang efek utamanya melalui jalur
dikenal untuk mengurangi respon stres. katekolamin terutama norepinephrin.
Yoga akan meningkatkan aktivitas Endorphin juga dapat memengaruhi
parasimpatis yang menyebabkan pelepasan GnRH secara langsung, tanpa
penurunan reaksi dari inti intermediasi neuroamin.(11,12)
paragigantocelluler dari medula ke lokus

7
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Secara fisik, relaksasi dari latihan mudah mengalami kelelahan fisik..


yoga akan menimbulkan rasa nyaman atau Relaksasi dapat meningkatkan aktivitas
relaks. Dalam keadaan relaks, tubuh saraf parasimpatetik, meningkatkan
melalui otak akan memproduksi konsentrasi dan pengetahuan seseorang
endorphrin yang berfungsi sebagai tentang sesuatu yang terjadi dibalik
analgesik alami tubuh dan dapat ketegangan otot. Lebih jauh lagi relaksasi
meredakan rasa nyeri (keluhan-keluhan dapat meningkatkan kemampuan individu
fisik). Begitupun dengan kondisi dalam mengendalikan perasaannya dan
psikologis, dengan melakukan guide meningkatkan kemampuan dalam
imagery dan hipnosis akan terjadi melakukan aktivitas fisik dan membantu
pelepasan emosi-emosi negatif seperti rasa penderita dalam berinteraksi di dalam
marah, cemas, dan lain yang merupakan lingkungannya. Semua perubahan yang
implikasi dari meningkatnya kualitas hidup terjadi baik dari aspek fisik, psikologis dan
dari sisi psikologis. (13) sosial tersebut merupakan dimensi dari
Hasil penelitian yang dilakukan kualitas hidup.(14)
oleh Vera (2004) (14) mendukung Penelitian lain yang mendukung
penelitian ini dimana efek relaksasi dari penelitian ini yaitu penelitian oleh
yoga dapat menurunkan tekanan darah Mastrengelo dkk. (2005) dalam Verzosa
sistolik dan diastolik. Selanjutnya (2010) (4) melaporkan bahwa 5 dari 6
penurunan tekanan darah menyebabkan wanita peri dan pasca menopause yang
terjadinya peningkatan kualitas hidup. menyelesaikan program yoga 8 minggu
Menurunnya tekanan darah pada pembuluh menunjukkan peningkatan kualitas hidup
darah di kepala dan otak menyebabkan yang diukur menggunakan MENQOL
turunnya rangsangan terhadap rangsangan (Menopause Spesific Quality of Life). Dan
rasa nyeri dan sakit kepala yang diderita dalam penelitian Verzosa (2010)
selama ini. menyebutkan bahwa program yoga yang
Setelah dilakukan relaksasi, dilakukan selama 8-10 minggu
beberapa subjek merasakan kondisi fisik menunjukkan penurunan frekuensi hot
yang berbeda, misalnya berkurangnya sakit flushes, peningkatan kualitas tidur,
kepala dan kelelahan fisik serta tidak penurunan gejala vasomotor dan gejala
mengalami kesulitan dan gangguan pada psikologis.
saat tidur. Istirahat yang cukup, tidak

8
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Berdasarkan hasil penelitian di Penulis ucapkan terima kasih


Ganep’s Surakarta dapat disimpulkan kepada Arif Suryawan, dr., dan Endang
bahwa yoga dapat berpengaruh terhadap Ediningsih, dr., M.Kes selaku penguji
kualitas hidup terkait kesehatan pada skripsi penulis yang atas kritik dan
wanita menopause. Hasil dari Analisis sarannya yang membangun, penulis
regresi linier menunjukkan yoga dapat mampu menyelesaikan skripsi dan naskah
meningkatkan kualitas hidup terkait publikasi dengan baik.
kesehatan pada wanita menopause.
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
1. Rostiana T (2009). Kecemasan pada
1. Masyarakat utamanya wanita wanita yang menghadapi menopause.
Fakultas Psikologi, Universitas
menopause diharapkan dapat Gunadarma. Depok.
melakukan yoga sendiri di rumah atau
2. Soewondo P (2007). Menopause,
di sanggar yoga sebagai upaya efektif Andropause dan Somatopause
dalam mencegah gejala-gejala pre dan Perubahan Hormonal pada Proses
Menua. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
pasca menopause sehingga dapat Alwi I, Marcellus, Simadibrata K,
memengaruhi kualitas hidup wanita Setiati S, ed. Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 4 Jilid 3. Fakultas Kedokteran
menopause. Universitas Indonesia, Depok.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa
3. Binfa L, Castelo-Branco C, Blümel JE
dengan menggunakan alat ukur yang (2004). Influence of psycho-social
lebih spesifik serta mengeksklusikan factors on climacteric symptoms.
Maturitas 48(4): 425–31.
variabel-variabel lain yang juga
memengaruhi timbulnya gejala-gejala 4. Verzosa S (2010). Influence of Yoga
on Hormonal Changes, Quality of
menopause. Life, and Musculoskeletal Fitness in
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Menopausal Women. University of
British Columbia.
dengan tempat penelitian yang lebih
luas dan sampel kasus yang lebih 5. RAND Corporation (2009). Scoring
Instructions for The 36-item Short
beragam agar dapat dibuat simpulan Form Survey (SF-36).
penelitian yang komprehensif.
6. Kontesa M, Refelinda Y (2013).
Efektifitas senam yoga terhadap
produksi asi ibu menyusui di

9
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Kenagarian jawi jawi wilayah kerja and Complementary Medicine, 18(7):


puskesmas talang tahun 2013. 662-667.

7. Fayers PM, Machin D (2007). Quality 14. Baune BT, Aljeesh YI, Adrian I
of life: the assessment, analysis, and (2005). Predictores of Quality of Life
interpretation of patiet-reported Among Hypertensive Patients With
outcomes. Edisi ke-2. England: Jhon And Without Stroke. Journal of The
Wiley & Sons Ltd, hal: 4-5. Islamic University of Natural Sciences
Series, 13(2) 91-107.
8. Harmaini F (2006). Uji keandalan dan
kesahihan formulir European quality 15. Vera MPG (2004). Blood Pressure
of life – 5 dimensions (EQ-5D) untuk Vari-ability and stress Management
mengukur kualitas hidup terkait Train-ing for Essnetial Hypertension.
Kesehatan pada usia lanjut di Behav-ioral Medicine, 30(2), 53-62.
RSUPNCM. Depok. Universitas
Indonesia. Tesis.

9. Gibbs EA (2001). Menopause, Stress


and Your Heart: A Yoga Program for
Health and Healing.University of
Cambridge, Massachusetts.

10. Arora S, Bhattacharjee J (2008).


Modulation of immune responses in
stress by Yoga. Int J Yoga, 1(2): 45–
55.

11. Thirthalli J, Naveen GH, Rao


MG, Varambally S, Christopher
R, Gangadhar BN.
Cortisol and antidepressant effects of
yoga. Indian J Psychiatry, 55 (Suppl
3):S405-8.

12. Anwar R (2005). Sekresi


gonadotropin hypofise. Fakultas
Kedokteran Unpad. Pertemuan
Fertilitas Endokrinologi Reproduksi
bagian Obstetri dan Ginekologi
RSHS/FKUP Bandung.

13. Yadav RK, Magan D, Mehta N,


Sharma R, Mahapatra SC (2012).
Efficacy of a Short-Term Yoga-Based
Lifestyle Intervention in Reducing
Stress and Inflammation: Preliminary
Results. The Journal of Alternative

10

Anda mungkin juga menyukai