Anda di halaman 1dari 20

PRE PLANNING

PENYULUHAN HIPERTENSI

Topik/Judul kegiatan : Penyuluhan Hipertensi


Hari/Tanggal : Sabtu, 1/6/2019
Jam : 11.00 WIB s/d selesai
Waktu : 30 Menit
Tempat : Rumah Tn. M.Z Rt.03 Kelurahan Solok Sipin
Sasaran : Lansia Tn.M.Z

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang. Batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120
mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg (WHO, 2011).
Pre hipertensi dan hipertensi merupakan kesatuan penyakit yang
disebabkan oleh berbagai faktor risiko yaitu genetik, umur, suku/etnik,
perkotaan/pedesaan, geografis, jenis kelamin, diet, obesitas, stress, gaya
hidup, dan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Istilah kesatuan penyakit
diartikan bahwa kedua peristiwa pada dasarnya adalah sama karena hipertensi
merupakan peningkatan dari pre hipertensi yang lebih berat dan berbahaya
(WHO, 2013).
Peningkatan tekanan darah arteri dapat meningkatkan risiko terjadinya
gagal ginjal, penyakit jantung, pengerasan dinding arteri yang biasa
disebut arterosklerosis juga terjadinya stroke. Komplikasi ini sering berakhir
menjadi kerusakan atau kematian. Oleh sebab itu diagnosis dari hipertensi
harus di diteksi sedini mungkin untuk menghindari berbagai komplikasi
tersebut (cunha, 2010).

1
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012
sedikitnya sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15
milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana
penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar
80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara berkembang
(Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran
pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,09%),
diikuti Kalimantan Selatan (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Untuk
prevalensi provinsi Sulawesi Utara berada di posisi ke 7 dari 33 provinsi yang
ada di Indonesia yaitu sebesar 27,1% (Riskesdas, 2013).
Menurut National Basic Health Survey 2013, hipertensi di Indonesia
pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 %, pada kelompok usia 25- 34
tahun adalah 14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54 tahun 35,6 %, 55-64 tahun
45,9 %, 65-74 tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 %. Dengan
prevalensi yang tinggi tersebut, hipertensi yang tidak disadari mungkin
jumlahnya bisa lebih tinggi lagi. Hal ini karena hipertensi dan komplikasi
jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada hipertensi tidak bergejala (InaSH,
2014).
Hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 06 April
2019 sampai 08 April 2019 di RT 03 Kelurahan Solok Sipin di dapatkan data
bahwa lansia yang hipertensi yaitu 17% atau 19 remaja dari 111 remaja di RT
03 Kelurahan Solok Sipin. Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa
tertarik untuk mengadakan penyuluhan tentang hipertensi.

2
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1x30 menit, diharapkan
bagi Tn.M.Z dapat mengerti tentang hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, diharapkan
peserta mampu:
a. Menyebutkan kembali pengertian hipertensi
b. Memahami penyebab hipertensi
c. Memahami tanda dan gejala hipertensi
d. Memahami obat tradisional hipertensi

B. Metode
Persentasi dan Tanya jawab

C. Media dan Alat


- Leaflet
- Lembar balik

D. RENCANA KEGIATAN
No Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta waktu
1 Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam 5 menit
 Memperkenalkan diri,  Memperhatikan
dan.
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
 Menjelaskan kontrak
waktu
2 Pelaksanaan - Menanyakan persepsi  Menjawab 20
pengetahuan audiens pertanyaan menit

3
tentang pengertian
hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi
- Menjelaskan pada  Mendengarkan
audien mengenai : dan
 Pengertian memperhatikan
hipertensi
 Penyebab
hipertensi
 Tanda dan gejala
hipertensi
 Pencegahan
hipertensi
- Memberikan  Memberi

kesempatan kepada pertanyaan

peserta untuk
memberikan
pertanyaan atas
penjelasan yang tidak
dipahami
- Memberikan
reinforcement positif
- Menjawab pertanyaan  Memperhatikan
dan
mendengarkan
serta
mengungkapkan
sanggahan

3 Penutup  Mengevaluasi  Menjawab 5 menit


kembali pengetahuan pertanyaan

4
peserta
 Memberikan
reinforcement positif
 Menyimpulkan materi  Memperhatikan
yang telah dan
disampaikan mendengarkan
 Mengakhiri  Peserta
pertemuan dengan menjawab salam
mengucapkan
terimakasih dan salam

E. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% klien mampu mengerti
dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus

5
- MATERI HIPERTENSI
A. Pengertian
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan hipertensi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Hipertensi didefinisikan
sebagai suatu peninggian yang menetap daripada tekanan darah sistolik di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Peninggian
tekanan darah yang terus menerus yang merupakan gejala klinis karena hal
tersebut dapat menunjukkan keadaan seperti hypertensi heart disease
arteriole nefrosclerosis.
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner.
Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh
penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut
dibedakan atas menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan distolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi ini biasanya dijumpai pada usia pertengahan.
2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Hipertensi ini biasanya dijumpai pada usia di atas 65 tahun
(Nugroho, 2008).
Jadi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah
yang lebih dari 140/90 mmHg.

B. Penyebab Hipertensi
1. Asupan garam yang tinggi
2. Strees psikologis
3. Faktor genetik (keturunan)
4. Kurang olahraga

6
5. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
7. Peningkatan usia
8. Kegemukan

C. Manifestasi Klinis Hipertensi


Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa di antaranya
sudah mempunyai faktor risiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik.
Menurut Elizabeth J. Corwin (2005), manifestasi klinis yang timbul setelah
mengetahui hipertensi bertahun-tahun antara lain:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

D. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah didasarkan pada The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 7) untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun) berdasarkan
rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
kunjungan klinis (Chobaniam AV et al, 2003). Klasifikasi tekanan darah
mencakup empat kategori, dengan nilai 16
Normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan
darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan
darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi di masa yang akan
datang.

7
Menurut WHO, tekanan sistolik dan diastolik bervariasi pada berbagai
individu. Tetapi umumnya disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah
yang sama atau lebih besar dari 140/90 mmHg adalah khas untuk hipertensi.

E. Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat mempengaruhi hipertensi dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi (Yundini, 2006). Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar
40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun (Nurkhalida,
2003). Tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur
merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami
pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan
tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi (Staessen A Jan et al, 2003).
b. Jenis kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata
terdapat angka yang cukup bervariasi. Prevalensi di Sumatera Barat
18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di
Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita
(Yundini, 2006). Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg
untuk peningkatan darah sistolik (Nurkhalida, 2003). Sedangkan
menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai
pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.

8
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga
yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat
keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi
primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu et al,
2003).
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala (Chunfang Qiu et al, 2003).
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a. Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Selain dari
lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap per hari. Merokok lebih dari satu pak rokok sehari berisiko 2
kali lebih rentan mengalami hipertensi dari pada mereka yang tidak
merokok (Price & Wilson, 2006). Nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, masuk ke dalam aliran darah dan merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri serta mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida, 2003).
b. Konsumsi garam
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga

9
akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Seseorang yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau
2400 mg/hari (Nurkhalida, 2003).
c. Konsumsi lemak jenuh
Konsumsi lemak jenuh meningkatkan risiko aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari
hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang
berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang
bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah (Sheps,
2005).
d. Konsumsi alkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Konsumsi
alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10%
kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol (Khomsan,
2003). Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah
berperan dalam menaikkan tekanan darah (Nurkhalida, 2003).
e. Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,
karena olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan
risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan
berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan

10
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Sheps, 2005).
f. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Stres dapat merangsang
kelenjar adrenalmelepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag (Gunawan, 2005).
g. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau
normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas
renin plasma yang rendah. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan
ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih
besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan
insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Sheps, 2005;
Yundini, 2006).
Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi
hipertensi pada lanjut usia adalah :
1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat
proses menua.

11
2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan
bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau
penurunan kadar natrium.
3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer sehingga resistensi
pembuluh darah perifer meningkat yang mengakibatkan hipertensi
sistolik.
4. Perubahan ateromatous yang menyebabkan disfungsi endotel yang
berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi
lain yang kemudian menyebabkan reabsopsi natrium di tubulus
ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer, dan
keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

F. Patofisiologi
Beberapa faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relakasi
pembuluh darah yang berhubungan dengan tekanan darah. Bila seseorang
emosi, maka sebagai respon korteks adrenal mengekskresikan epinefrin
yang menyebabkan vasokonstriksi. Selain itu, korteks adrenal
mengekskresi kortisol dan steroid lainnya yang bersifat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah oleh enzim
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Rohaendi, 2008).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan
kemampuan meregang pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi
sistolik ditandai dengan penurunan kelenturan pembuluh darah arteri

12
besar, resistensi perifer yang tinggi, pengisian diastolik yang abnormal,
dan bertambahnya masa ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan
output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan
tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik
memiliki output jantung, volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal dan
aktivitas plasma renin yang lebih rendah, serta terjadi resistensi perifer.
Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya
norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor
beta adrenergik sehingga terjadi penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh
darah (Temu Ilmiah Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan
struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari
jantung yang menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah
dan tingginya tekanan darah.

G. Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
ateroskelosis dapat melemah dan kehilangan elastisitas sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokardium
Penyakit ini dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah melalui arteri koroner. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

13
Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan pembentukan pembekuan darah.
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus.
Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit-unit fungsional
ginjal terganggu, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia serta kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik.
4. Enselopati (kerusakan otak)
Enselopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang interstitium di seluruh susunan
saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian mendadak.

H. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu:
1. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh melalui urin. Dengan demikian, volume cairan dalam
tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan
(Dalimartha et al, 2008). Menurut Hayens (2003), diuretik
menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi jumlah air
dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah.

14
Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami
penurunan. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah
menurun sehingga menyebabkan vasodilatasi. Kondisi ini
membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
b. Penghambat adrenergik (β-bloker)
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis beta bloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008).
Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan
pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β-bloker
dapat menghambat reseptor β 2 di jantung lebih banyak
dibandingkan reseptor β 2 di tempat lain. Penghambatan β 2 ini
dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara (bronki) yang
menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan β 2 dari aksi
pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita
asma (Hayens, 2003).
c. Vasodilator
Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan merelaksasi otot pembuluh darah. Contoh yang termasuk
obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin.
Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah
sakit kepala dan pusing (Dalimartha et al, 2008).
d. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACE inhibitor)
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem
renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan
efek ACE. Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh
darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).
e. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja
mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan

15
otot-otot di dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan
perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah. Antagonis
kalsium bertindak sebagai vasodilator (Hayens, 2003). Golongan
obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah nifedipin, diltiasem dan verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah (Lenny, 2008).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis hipertensi antara lain:
a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis seperti
berhenti merokok, pengurangan asupan makanan berlemak, dan
mengurangi asupan alkohol (Nurkhalida, 2003).
b. Meningkatkan olahraga dan aktifitas fisik seperti jogging dan
berenang. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali
seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah
walaupun berat badan belum tentu turun (Nurkhalida, 2003).
Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat
badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Gunawan, 2005).
c. Perubahan pola makan
1. Mengurangi asupan garam dengan memperbanyak makanan
segar, mengurangi makan yang diproses, dan memilih produk
dengan kandungan natrium rendah (Sheps, 2005).
2. Diet rendah lemak jenuh yang dapat dilakukan dengan
meningkatkan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang
berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang
bersumber dari tanaman.
3. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah
lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa
mineral bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat
kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan

16
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi
kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan
darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang
mengandung banyak mineral dapat mengatasi hipertensi.
Beberapa obat alami yang kandungannya dapat mengurangi
bahkan menyembuhkan Penyakit Hipertensi, jika dikomsumsi
dengan benar dan teratur, diantaranya :
1. Daun Salam (Syzigium polyanthum)
Khasiat : menurunkan koesterol dan tekanan darah tinggi,
menurunkan kadar gula darah tinggi.
Cara Penggunaan
1. Ambil Daun salam segar sebanyak kurang lebih 10 lembar.
2 .Daun salam dicuci, lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa
1 gelas. Setelah dingin, air disaring lalu diminum sekaligus pada
malam hari. Lakukan rutin setiap hari untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan.
2. Rumput Laut (Laminaria japonica)
Khasiat : menormalkan tekanan darah, menurunkan kolesterol
tinggi, mencegah aterosklerosis.
Rumput laut yang paling populer adalah wakame, yang sering
digunakan dalam sup miso. Ada juga kombu dan nori, yang mudah
ditemukan di supermarket. Anda dapat mengolahnya menjadi makanan
lezat dalam menu harian untuk menjaga jantung tetap sehat dan
menurunkan serta menormalkan tekanan darah.
3. Ketimun
Khasiat: Kadar mineral potassium yang tinggi berguna untuk
mengurangi tekanan darah yang tinggi, serta berguna juga untuk
mengurangi batu ginjal. cara penggunaan bisa di komsumsi langsung
(sebagai lalapan ), atau di buat jus, boleh juga di tambah dengan buah-
buahan lain, asal saja komposisi ketimun lebih banyak dari buah

17
lainnya.
4. Blewah
Khasiat: Sama dengan ketimun yang kaya akan kandungan
potassium, baik untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan juga baik
untuk masalah ginjal/kandung kemih
Beberapa buah/tumbuhan yang mempunya kandungan sama dengan
ketimun/blewah: peach atau persik, strawberi, raspberi, daun turnip dan
wheat grass.
5. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.)
Efek : melancarkan sirkulasi dan mencairkan gumpalan
darah,menetralkan racundalam tubuh
Bahan :
- 30 gr daun dewa
- 25 gr temu hitam
- 2 kuntum bunga soka/siantan
- 2 kuntum bunga mawar
Cara Meracik Ramuan :
Rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya
diminum. lakukan 2 kali sehari sampai di dapatkan hasil yang
memuaskan.
6. Bawang Putih
Khasiat: menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi,
menghancurkan penggumplan darah
Cara Penggunaan :
Ambillah 3 siung bawang putih yang masih segar, kemudian kupas
dan cuci hingga bersih, tumbuk sampai halus lantas diperas dengan
ditambah air secukupnya, lantas airnya diminum. cukup dikerjakan 3
kali 1 hari
7. Bawang Bombay
Khasiat: Mempunyai khasiat yang sama dengan bawang putih.
caranya gampang, ambil satu siung bawang bombay, bersihkan dan

18
dikupas kulitnya, kemudian iris-iris dan dimakan bersama dengan nasi.
lakukan kebiasaan ini secara rutin 2 kali sehari.

I. Pencegahan Hipertensi
a. Mengonsumsi makanan sehat.
b. Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
c. Berhenti merokok.
d. Berolahraga secara teratur.
e. Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
f. Mengurangi konsumsi minuman keras.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Sudart. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 vol 2. Jakarta. EGC
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Cunha, Maria G. 2010. Usia Lanjut di Indonesia: Potensi, Masalah,
Kebutuhan (Suatu KajianLiteratur).Jakarta.EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Dharmeizar, 2012. Hipertensi. Medicinus
Gibson, John, 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk
Perawat. Jakarta,EGC
Indonesian Society of Hypertension, INASH Scientific Meeting Ke-8 dan
Tips Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Ke
matian Pertama di Indonesia, 2014..
Julius, S. 2008. Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the
Midlife Hypertensive Patients. American Heart Journal, 122: 886-
891.
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari MediatamaSofyan, Andy.
2012. Hipertensi. Kudus
Triyanto, T. 2014. Pelayanan Keperawatan
Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta:
Graha Ilmu
World Health Organization. 2011. Noncommunicable Diseases. Geneva,
Switzerland
World Health Organization. 2013. A global brief on Hypertension. Geneva,
Switzerland

20

Anda mungkin juga menyukai