Anda di halaman 1dari 10

Lampiran 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN


HIPERTENSI

A. LATAR BELAKANG
Tn. I (60 tahun) memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah terakhir saat
pemeriksaan 200/110 mmHg. Klien tidak mengeluhkan apapun, tetapi klien
mengatakan jika tekanan darahnya tinggi leher klien terasa kaku.

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Peserta mengerti dan memahami cara pencegahan dan menghindari
penyakit hipertensi
2. Tujuan Khusus
 Peserta mengetahui sekilas tentang penyakit hipertensi
 Peserta mengetahui makanan yang di anjurkan dan dilarang untuk
penderita hipertensi
 Peserta mampu menjelaskan kembali upaya tindakan pencegahan
pada hipertensi
 Peserta mampu melakukan senam ergonomik secara mandiri

C. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah dan diskusi
2. Media dan alat bantu : leaflet
3. Waktu dan Tempat : Kamis, 23 Juni 2016
Pukul 09.30 – 10.15 WIB (45 Menit)
Rumah Tn. I
4. Materi : Hipertensi
5. Peserta : Tn. I

D. Metode
1. Ceramah dan diskusi
2. Tanya jawab lisan

E. Media
Leaflet dan poster

F. Kegiatan penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan mengajar Kegiatan peserta Metode Media


didik
Pendahulua 5 menit  Memberi salam  Menjawab salam Penjelasa
n  Menjelaskan tujuan  Mendengarkan n
pembelajaran dan
 Menyebutkan Memperhatikan
materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan.

89
25 Leaflet
Penjelasan menit  Menjelaskan materi  Menjawab salam
secara berurutan dan  Mendengarkan,
teratur dan
 Materi : Memperhatikan,
- Sekilas tentang
penyakit hipertensi
- makanan yang
dianjurkan dan
dilarang untuk
penderita hipertensi
- pencegahan
hipertensi

Tanya
 Sesi tanya jawab  Bertanya jawab
 Evaluasi  Menjawab Tanya
- Meminta peserta pertanyaan jawab
didik untuk
menyebutkan
kembali :
a. Sekilas
tentang
penyakit
Hipertensi
b. Makanan
yang
dianjurkan
dan dilarang
untuk
penderita
hipertensi
c. Upaya
tindakan
pencegahan
Penutup 5 menit  Mengucapkan  Menjawab
terima kasih salam
 Mengucapkan
salam

G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
 Penyuluhan dan pelatihan menggunakan media yang telah
direncanakan.
 Penyelengaraan penyuluhan dilakukan di rumah lansia
 Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada
hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Perserta mengikuti kegiatan penyuluhan dengan baik
 Perserta terlibat aktif dalam pembelajaran
 Perserta aktif bertanya dan menjawab

90
3. Evaluasi hasil
 Setelah diberikan penyuluhan klien mengerti tentang penyakit hipertensi
 Klien mampu menjawab 70% dari pertanyaan yang diberikan

H. Materi
HIPERTENSI

1. Definisi
Menurut Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation,
and Treatment of High pressure VII, 2003; hipertensi adalah suatu keadaan
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
paling tidak pada 3 kesempatan yang berbeda.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya
tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam
batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang
dialami. Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai
peningkatan tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi
peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan sistole lebih
sering pada dewasa muda.
2. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi tentang hipertensi dari berbagai sudut pandang
ahli dikelompokkan menjadi bermacam-macam.
1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya:
a. Hipertensi primer (esensial)
Sekitar 20% dari populasi dewasa mengalami hipertensi; lebih
dari 90% dari mereka mengalami hipertensi esensial (primer), yang
tidak mempunyai penyebab medis yang dapat dikenali. Pada suatu
ketika hipertensi timbul mendadak dan parah serta terjadi proses
“malignan” yang menyebabkan penyimpangan kondisi dengan cepat.
Gangguan emosional, obesitas, konsumsi alkohol berlebih, dan
stimulasi berlebihan dengan kopi, tembakau, dan obat-obat stimulator
memegang peranan dalam munculnya hipertensi. Hipertensi tipe ini
sangat bersifat familial dan menyerang lebih banyak wanita daripada
pria, tetapi pria Afrika-Amerika kurang mampu mentoleransi penyakit
ini (Baughman, 2000).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi dapat terjadi akibat penyakit yang tidak diketahui.
Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali
normal. Pada bentuk sekunder dari hipertensi, penyakit parenkim dan
penyakit renovaskular adalah faktor penyebab paling umum.
Kontrasepsi oral telah dihubungkan dengan hipertensi ringan yang
berhubungan dengan peningkatan substrat renin dan peningkatan
kadar angiotensin II dan aldosteron. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi jenis ini adalah hipertensi yang diakibatkan karena
gangguan fisiologis atau penyakit dalam tubuh sebelumnya.
c. ISH (Isolated Systolic Hypertension), IDH (Isolated Diastolic
Hypertension), SDH (Systolic Diastolic Hypertension)
Dewasa dan dewasa muda (<30 tahun) dengan peningkatan
tekanan darah dapat mengalami gangguan hemodinamik yaitu
peningkatan stroke volume, dimana PVR relatif normal. Dengan
menjaga kondisi fisiologis, ISH umumnya terbentuk dari hipertensi
yang diamati pada kaum muda. Sebaliknya, pada pertengahan usia
91
(30-50 tahun), cardiac output normal atau mengalami penurunan,
tetapi gangguan hemodinamik terlihat menonjol yang ditandai dengan
peningkatan PVR (Peripheral Vascular Resistance). Isolated diastolic
hypertension (IDH) or mixed (systolic/ diastolic) hypertension (SDH)
adalah bentuk utama dari hipertensi yang diamati pada individu. SDH
umumnya dilihat sebagai hipertensi esensial yang menetap. Pada
dewasa tua (>50 tahun), ISH adalah bentuk utama dari hipertensi.
Bagaimanapun juga, berbeda dengan kondisi pada individu yang lebih
muda, pengerasan pembuluh darah adalah penyebab gangguan
hemodinamik.
d. Isolated office (“white-coat”) hypertension
Isolated office (“white-coat”) hypertension adalah kondisi
dimana pasien dengan tekanan darah yang secara konsisten
meningkat tetapi normal pada lain waktu. Isolated office hypertension
kira-kira diderita oleh 10-15% pasien hipertensi. Tenaga kesehatan
harus menentukan tujuan untuk mengidentifikasi peningkatan tekanan
darah yang terjadi dengan menggunakan pengukuran di rumah. Ada
juga dampak potensial dari fenomena ini pada biaya pengobatan anti-
hipertensi. Hal ini masih diperdebatkan apakah Isolated office (“white-
coat”) hypertension adalah fenomena yang murni atau apakah itu
membawa peningkatan risiko kardiovaskular. Keputusan untuk
memulai pengobatan harus berdasarkan faktor risiko keseluruhan
pasien individu dan adanya kerusakan organ target (Rahman., et. al,
2008).

2. Klasifikasi Hipertensi Menurut Tingginya Tekanan Darah:


Tabel 2.1Perbedaan Klasifikasi Hipertensi versi JNC VII dan JNC VI

JNC 6 Nilai Tekanan Darah JNC 7

Sistolik/Diastolik (mmHg)
Optimal <120/80 Normal
Normal 120-129/80-84
Prehipertensi
Borderline 130-139/85-89
Hipertensi ≥ 140/90 Hipertensi
Stage 1: 140-159/90-99 Stage 1:
hipertensi hipertensi
Stage 2: 160-179/100-109
hipertensi Stage 2:
Stage 3: ≥180/110 hipertensi
hipertensi

3. Etiologi
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ini berkaitan dengan genetik. Tentu saja orang-
orang dengan riwayat keluarga dengan hipertensi memiliki risiko dua kali
menderita hipertensi daripada orang-orang dengan riwayat keluarga
tanpa hipertensi. Penelitian lain menyebutkan jika seorang dari orang tua
kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi ( Astawan,2002 )
b. Jenis kelamin

92
Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya
hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit
hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55
tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause. Perbandingan
antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi.
Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari
pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan
18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang
didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah
perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita
(Gunawan, 2001).
c. Ras
Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika
(Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi
dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Penelitian genetika
menunjukkan bahwa ras Afrika-Amerika cenderung sensitif terhadap
natrium. Pada orang yang peka terhadap kadar dalam tubuhnya,
setengah sendok teh garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga 5
mmHg. Umumnya, hipertensi menyerang mereka di usia muda. Oleh
karena itu, mereka berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal, stroke, dan
jantung. Namun, tentunya faktor resiko lain juga dapat berperan seperti
diet dan berat badan.
d. Kelebihan berat badan (overweight)
Diperkirakan faktor utama hubungan antara obesitas dan
hipertensi adalah diet, aktivitas sistem saraf simpatik, resistensi insulin,
atau hiperinsulinemia. Selain itu, dapat diterangkan pula bahwa pada
individu yang mengidap obesitas jumlah darah yang beredar akan
meningkat sehingga curah jantung akan naik, dan pada akhirnya
mengakibatkan naiknya tekanan darah. Menurunkan berat badan
merupakan salah satu yang terpenting dari modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah. Praktisi kesehatan dan dietisian harus
berkonsultasi membantu pasien mengembangkan perencanaan
penurunan berat badan (William, Hopper, 2007). Kehilangan berat badan
5 kg dapat membuat perbedaan penurunan tekanan darah.
e. Usia
Bagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Bagi kaum pria, risiko ini cepat terjadi, yaitu saat usia
45-50 tahun. Karena adanya hormon penyebab menstruasi, risiko
hipertensi pada wanita dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun setelah
menopause. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).
f. Merokok
Kebiasaan merokok dapat menambah berat kerja jantung
sehingga mendorong naiknya tekanan darah. Merokok merupaka salah
satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan
hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi
terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk
93
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan
darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen
yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).
g. Alkohol
Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat meningkatkan
tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan
kegemukan dan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).
Akibatnya, mempercepat timbulnya penyakit jantung yang lebih parah.
Menurut AHA (American Heart Association) mengklaim batasan jumlah
alkohol yang dikonsumsi untuk satu hari tidak lebih dari dua gelas sehari
untuk pria dan satu gelas per hari bagi wanita.
h. Diabetes dan kolesterol
Kedua penyakit ini dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis
dan meningkatkan tekanan darah akibat dari gangguan regulasi hormon
dan metabolik.
i. Sensitivitas terhadap natrium
Natrium (Na) atau yang biasa disebut juga sodium tidak hanya
terdapat pada garam dapur. Terdapat juga pada minuman bersoda,
penyedap rasa (vetsin), dan bahan pengawet pada produk makanan
kaleng. Sensitivitas terhadap sodium tidak sama untuk semua orang.
Kurang lebih 30% orang Amerika yang menderita hipertensi disebabkan
oleh tingginya konsumsi sodium. Oleh karena itu, dianjurkan bagi orang
dewasa untuk membatasi konsumsi sodium, yaitu tidak lebih 2.400 mg
sehari atau setara dengan 5 gram (1 sendok teh) garam dapur.
Terjadinya hipertensi karena konsumsi Na juga mungkin dipengaruhi oleh
genetik individu dan kerusakan fisiologis. Individu yang peka terhadap
hipertensi mempunyai risiko tinggi jika mengkonsumsi Na berlebihan.
Orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi normal lebih peka terhadap
hipertensi karena tidak dapat mengatur kadar Na dalam tubuh. Dengan
kata lain, Na tidak dapat diekskresikan dalam jumlah normal oleh ginjal.
Akibatnya, Na di dalam tubuh dan volume intravaskuler meningkat
sehingga terjadi hipertensi. Hal ini biasanya umumnya terjadi pada
manula (Julianti, 2007).
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan
hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari,
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan
garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang
peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi
cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000). Garam
berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan
pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang
asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari
prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15
gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo,
2004).
j. Aktivitas kurang gerak
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada
orang yang kurang aktvitas atau kurang gerak akan cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot
94
jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras
dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).
k. Stress
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu
terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi
diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan
tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Dunitz, 2001).

4. Manifestasi Klinis
Hipertensi primer sedang atau berat sebagian besar tanpa gejala
selama bertahun-tahun sehingga sering disebut dengan silent killer. Gejala
yang paling sering, sakit kepala, juga sangat spesifik. Sakit kepala
suboccipital, terjadi di awal pagi dan mereda pada siang hari, dikatakan
karakteristik, tetapi setiap jenis sakit kepala dapat terjadi. Hipertensi
dipercepat dikaitkan dengan mengantuk, kebingungan, gangguan
penglihatan, mual dan muntah (hipertensi ensefalopati). Selain gejala
tersebut gejala lainnya seperti pusing, kelelalahan atau jika hipertensi sudah
berlangsung hipertensi menahun akan muncul gejala mual, muntah, sesak
nafas, gelisah, pandangan kabur, kaku kuduk/kaku leher. Tidak jarang pula,
pasien sering mengalami penurunan kesadaran/pingsan bahkan koma.
Hipertensi pada pasien dengan pheochromocytomas yang
mengeluarkan dominasi norepinephrine biasanya dipertahankan tetapi
mungkin episodik. Serangan khas berlangsung dari menit sampai jam dan
berhubungan dengan sakit kepala, kecemasan, palpitasi, keringat banyak,
pucat, tremor, dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat, dan angina
atau edema paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer, pasien
mungkin memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia karena hipokalemia,
hipertensi maligna jarang terjadi. Hipertensi kronis sering menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri, yang mungkin berhubungan dengan diastolik atau,
dalam tahap akhir, disfungsi sistolik.
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC 7:
1. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
2. Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
3. Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
b. Penyuluhan Pasien dan Pemeliharaan Kesehatan: Perawatan di
Rumah dan Komunitas
Turunkan Tekanan Darah ke Tingkat Normal

1. Tingkatkan kepatuhan terhadap terapi dengan cara biaya efektif yaitu


obat antihipertensi, pembatasan diet natrium dan lemak, kontrol berat
badan, perubahan gaya hidup, program latihan, dan perawatan
kesehatan tindak lanjut pada interval teratur
2. Berikan dorongan konseling, penyuluhan dan kelompok swa bantu
untuk keluarga dan pasien
Tingkatkan Kepatuhan dengan Program Perawatan Diri

95
1. Berikan dorongan partisipasi aktif pasien dalam program, termasuk
pemantauan mandiri tekanan darah dan diet untuk meningkatkan
kepatuhan.
2. Berikan dorongan pada pasien untuk tidak menggunakan alkohol
karena alkohol dapat memberikan efek sinergis dengan obat.
3. Jangan anjurkan penggunaan tembakau dan produk nikotin.
4. Berikan pasien informasi tertulis mengenai efek yang diperkirakan
serta efek samping obat.
5. Ajarkan pasien cara untuk mengukur tekanan darah mandiri.
(Baughman, 2000)

c. Manajemen Non Farmakologi


Managemen non farmakologi (modifikasi gaya hidup terapeutik)
memainkan peranan penting dalam managemen hipertensi. Ini mungkin
satu-satunya pengobatan yang diperlukan dalam tahap satu hipertensi.
Sayangnya data dari studi cross-sectional menunjukkan bahwa
pengobatan non-farmakologis untuk pasien dengan hipertensi masih
belum memadai. Beberapa manajemen non farmakologi dalam
mengontrol tekanan darah antara lain :
1) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan adalah yang paling menguntungkan
bagi pasien yang mempunyai lebih dari 10% kelebihan berat badan.
BMI yang ideal untuk orang Asia sekitar 18,5-23,5 kg/m2. Target
praktis untuk pasien kelebihan berat badan adalah pengurangan
minimum 5% berat badan. Namun penurunan berat badan sebesar
4,5 kg secara signifikan mengurangi TD.
2) Mengurangi Konsumsi Sodium
Pengaruh pembatasan natrium dalam hipertensi dapat bervariasi.
Subyek lansia lebih sensitif terhadap asupan natrium. Rata-rata,
pengurangan 4 mmHg sistolik dan diastolik 2 mmHg dicapai dengan
pembatasan natrium. Konsumsi <100 mmol natrium atau 6g natrium
klorida sehari dianjurkan (setara dengan <1/4 sendok teh garam atau
3 sendok teh monosodium glutamat).
3) Menghindari konsumsi alkohol berlebihan
Alkohol memiliki efek akut dalam meningkatkan TD. Saran standar
untuk membatasi asupan tidak lebih dari 21 unit untuk pria dan 14 unit
untuk wanita per minggu (1 unit setara dengan 1/2 gelas bir atau 100
ml anggur atau 20ml wiski). Pasien hipertensi yang menjadi peminum
berat lebih cenderung memiliki hipertensi resisten terhadap obat.
Satu-satunya cara untuk mengurangi TD pasien efektifnya adalah
dengan mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol.
Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan
diastolik 7 mmhg.
4) Olahraga secara teratur
Jenis latihan aerobik lebih efektif daripada latihan yang melibatkan
pelatihan resistensi, (misalnya angkat besi). Saran umum kesehatan
jantung olahraga ringan, seperti jalan cepat selama 30-60 menit
setidaknya 3 kali seminggu.
5) Pengaturan diet
Diet yang kaya buah-buahan, sayuran dan produk susu
dengan penurunan lemak jenuh dan jumlah lemak dapat menurunkan
TD (11/6 mmHg pada penderita hipertensi dan 4/2 mmHg pada
pasien dengan TD normal). Jenis diet ini juga memiliki efek
menguntungkan pada keseluruhan kesehatan jantung. Modifikasi diet
96
atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan
utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang
makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat
macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekana darah, yakni : diet rendah garam, diet rendah
kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila
kelebihan berat baadan (Astawan, 2002).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema
atau asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi
makanan rendah sodium atau natrium (Na).Oleh karena itu yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah
garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat
– zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah
sodium dan natrium (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda
kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet
makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos,
kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat
yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita
hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter
terlebih dahulu. ( Hayens, 2003 ).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh
terdapat tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan fospolipid.
Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil
sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar
25 – 50 % dari setiap makanan (Amir, 2002 ).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi,
serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat
kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah–buahan, sedangkan
serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang,
beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi
mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu
mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang
bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang
dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005 ).
6) Berhenti merokok
Hal ini penting dalam manajemen keseluruhan dari pasien
dengan hipertensi dalam mengurangi risiko kardiovaskular. Dengan
berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan ,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak
akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas
obat akan meningkat ( Santoso, 2001 ).
7) Lainnya
Ini termasuk managemen stres, perubahan mikronutrien dan
suplemen makanan dengan minyak ikan, kalium, kalsium, magnesium
dan serat (Rahman et al., 2008).

97
8) Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan managemen
hipertensi (JNC VII, 2003)
Penurunan TD
Modifikasi Rekomendasi
Sistolik
Mempertahankan berat badan 5-20 mmHg/
Penurunan berat badan
normal (BMI 18.5-24.9 kg/m2 10 kg
Mengkonsumsi banyak buah,
sayur, dan produk rendah 8-14 mmHg
Diet DASH
lemak dengan penurunan
lemak jenuh dan lemak total
Penurunan konsumsi sodium
Penurunan konsumsi tidak lebih dari 100 mmol per
2-8 mmHg
sodium/natrium hari (2.4 g sodium atau 6 g
sodium chloride)
Aktivitas aerobik biasa seperti
Olahraga jalan cepat (kurang lebih 30 4-9 mmHg
menit per hari)
Batasi konsumsi tidak lebih
dari 2 minuman (24 oz beer,
10 oz wine, atau 3 oz 80
whiskey) per hari pada laki-
Alkohol laki, dan tidak lebih dari 1
minuman per hari pada wanita
dan seseorang yang
mempunyai berat badan lebih
ringan

I. Daftar Pustaka

Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn,2000, Keperawatan Medikal bedah


Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa :
Yasmin Asih, Editor Monica Ester, Jakarta : EGC

Abdul Rahman, S., 2008. Hiperbilirubinemia, in Kosim M. Sholeh et al. Buku


Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penebit IDAI. pp 147

Jan Tambayong, 2000, Patofisiologi Untuk Perawatan, EGC, Jakarta.

Astawan, (2002). “Cegah Hipertensi dengan pola makan”. http://schola.


google. Com/scholar

Julianti, E.D, Nurjana, dan soetrisno. (2005). Bebas Hipertensi dengan terapi
jus. Jakarta ; Puspa Suara.

Basha,A,(2004). Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi.


http://www.mediscastro

JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure. Hypertension, 42: 1206-52.
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206, 8 Desember
200

98

Anda mungkin juga menyukai