UAS terdiri dari 2 kelompok soal yaitu kelompok soal A. Desain Studi dan kelompok soal B.
Skrining.
1. Data yang diberikan pada table 1s/d table 3 menjelaskan gambaran kesehatan pekerja,
dalam hal ini terkait dengan infeksi virus hepatitis B, di suatu rumah sakit. Penelitian
bertujuan ingin mendapatkan gambaran infeksi hepatitis B pada pekerja rumah sakit.
Pada sejumlah petugas rumah sakit dilakukan tes apakah terinfeksi Hepatitis B dan
dikumpulkan pula data karakteristik individu pada saat yang sama.
a. Apakah jenis desain studi epidemiologi dari kegiatan ini? Cross sectional
b. Jelaskan hasil analisis anda tentang hubungan antara berbagai kondisi pekerjaan di
rumah sakit dan risiko terinfeksi virus hepatitis B
c. Menurut anda apa saja faktor risiko yang paling potensial meningkatkan peluang
terjadinya infeksi Hepatitis-B di rumah sakit ini dan berikan bukti2 epidemiologisnya
(sesuai hasil analisis no.1.b)
Tabel 1.
Persentase positif terhadap Hepatitis B berdasarkan karakteristik pekerja rumah sakit
Karakteristik Jumlah yg dites Jumlah Positif Persen
Umur
19-29 139 10 7.2
30-39 83 11 13.2
40-49 129 2 17.0
>=50 162 31 19.1
1
5 (terendah) 119 25 21.0
TOTAL 513 74 14.4
Tabel 2.
Kategori Pekerjaan Jumlah yang dites Persen Positif
Teknisi Lab 63 25
Perawat 41 22
Dokter 52 12
Perawat Terintegrasi 77 12
Perawat pembantu 60 20
Pelayanan Makanan 28 20
Pembantu administrasi 84 8
Pembersih ruangan 56 15
Lain-lain 52 8
Tabel 3.
Pajanan Pekerjaan Jumlah yang dites Persen Positif
Kontak dengan Pasien
Tidak 201 10.1
Kadang-kadang 75 13
Sering 237 15.2
2. Bukti yang mendukung obesitas sebagai factor risiko kanker kolon masih belum meyakinkan,
terutama diantara para wanita. Salah satu studi (Am J Epidemiol 1999: 150-390-398)
melaporkan adanya hubungan antara obesitas (diukur pada baseline) dengan kejadian kanker
kolon yang ditemukan dari hasil evaluasi terhadap catatan medis dan sertifikat kematian
dalam penelitian yang dilakukan pada pria dan wanita berusia 25-74 tahun, yang
berpartisipasi pada first nasional health and nutrition examamination survey, US pada tahun
1971 dan kemudian di-follow-up sampai tahun 1992.
2
Tabel berikut adalah hasil dari penelitian ini untuk pria dan wanita yang sudah
dikombinasi
3. Hubungan kausal antara penggunaan kontrasepsi oral dengan penyakit kardivaskular pertama
kali di hipotesakan di akhir tahun 1960. Banyak studi yang dilakukan untuk membuktikan
hubungan ini. Di bawah ini adalah abstrak dari dua studi epidemiologi terkait topik ini.
Study 1 : Mann, J.I. Vessy, M.P. Thorogood, M., & Doll, S.R. (1975). Myococardial infarction
in young women with special reference to oral contraceptive practice. Br Med J., 2 (5965), 241-
245.
Penelitian dilakukan pada 63 wanita yang keluar dari rumah sakit dengan diagnosis myocardial
infarction/ MI (infark jantung) dan 189 pasien control (yang tidak menderita MI). Semuanya
berusia di bawah 45 tahun pada saat masuk rumah sakit. Penggunaan kontrasepsi oral, status
perokok berat, perawatan hipertensi dan diabetes, pre-eclamptic toxaemia, obesitas dan tipe II
hyperlipoproteinemia lebih sering ditemukan pada pasien dengan mycocardial infarction
dibandingkan pada control. Efek kombinasi dari factor-faktor risiko mengindikasikan interaksi
yang sinergis.
Study 2 : Royal College of General Practitioner’s Oral Contraceptive Study (1997) Mortality
among oral-contraceptive Users. Lancet Oct 8;2 (8041):727-31.
3
Pada studi prospektif berskala besar yang dilakukan di UK, death rate penyakit system sirkulasi
pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral adalah 5 kali lebih besar dari pada
wanita yang tidak pernah memakainya; dan death-rate pada mereka yang meminum pil secara
terus menerus selama 5 tahun atau lebih adalah 10 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak
pernah meminum pil.
Pertambahn tingkat kematian pada pengguna kontrasepsi oral disebabkan oleh variasi yang luas
dari kondisi vaskularnya. Total mortality rate pada wanita yang pernah menggunakan pil
meningkat 40% yang disebabkan oleh peningkatan kematian karena penyakit sirkulasi yaitu 1
per 5000 perempuan yang pernah menggunakannya per tahun. Peningkatan kematian tersebut
lebih besar dari pada death rate dari komplikasi kehamilan (pada kelompok non-pengguna), dan
dua kali death-rate akibat kecelakaan. Besarnya jumlah mortality-rate meningkat seiring
bertambahnya umur, kebiasaan merokok dan durasi penggunaan kontrasepsi oral.
a. Apa ciri utama yang membuat studi yang pertama disebut studi kasus-kontrol?
b. Apa ciri utama yang membuat studi yang kedua disebut studi kohort?
c. Menurut anda mengapa rumah sakit terpilih sebagai lokasi untuk studi yang pertama?
d. Pada abstrak studi kedua dinyatakan: “total mortality rate pada wanita yang pernah
menggunakan pil meningkat 40%. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, apakah ukuran
ini mewakili incidence density rate, rate rasio, atau rate difference? Jelaskan jawaban
anda
e. Studi manakah yang cocok untuk total sampel size yang lebih kecil
f. Dengan menganggap studi kohortnya tidak retrospectif, studi manakah yang memerlukan
lebih sedikit waktu untuk meyelesaikannya.?
g. Dapatkah studi kasus-kontrol memperkirakan insiden penyakit? Jelaskan
h. Manakah yang lebih rentan terhadap recall bias?
i. Manakah yang lebih rentan untuk loss to follow-up ?
j. Untuk meneliti topik penyakit degeneratif kronis di negara berkembang, umumnya mana
lebih dahulu dilakukan, studi kasus-kontrol atau studi kohort? Jelaskan
4
B. SKRINING HIV/AIDS
1. Sebuah program skrining HIV direncanakan akan dilakukan pada 1 juta populasi umum
di kota Jakarta dg prevalensi HIV sebesar 0,05 %. Skrining menggunakan ELISA dengan
tingkat sensitifitas sebesar 99% dan spesifisitas 90%. Apakah menurut anda program
skrining ini tepat untuk dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat akurasi, tingkat
kesalahan, nilai prediksi dan juga pertimbangan psiko-sosialnya? Apa rekomendasi anda?
2. Sebuah program skrining HIV direncanakan akan dilakukan pada 10 ribu populasi
penasun (pengguna jarum suntik) di wilayah JABODETABEK dg prevalensi HIV
sebesar 65 %. Skrining menggunakan ELISA dengan tingkat sensitifitas sebesar 99% dan
spesifisitas 90%. Apakah menurut anda program skrining ini tepat untuk dilaksanakan
dengan mempertimbangkan tingkat akurasi, tingkat kesalahan, nilai prediksi dan juga
pertimbangan psiko-sosialnya? Apa rekomendasi anda?
3. Apabila program skrining pada populasi penasun dengan jumlah populasi dan prevalensi
yang sama (10 ribu populasi penasun dg prevalensi HIV sebesar 65 %) dilakukan dengan
menggunakan reagen Western Blot (bukan ELISA) dengan sensitifitas 90% dan
spesifisitas 99%, apa komentar anda atas hasil skrining ini, dibandingkan program
skrining pada soal no.3.? Apa rekomendasi anda?
4. Apabila seluruh hasil yang positif pada program skrining pada penasun pada soal nomor
3 diatas (yang menggunakan ELISA), diperiksa ulang dengan menggunakan reagen
ELISA juga dengan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang sama, apa komentar anda
atas hasil skrining ini? Apakah menurut anda program skrining bertingkat ini tepat untuk
dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat akurasi, tingkat kesalahan, nilai prediksi
dan juga pertimbangan psiko-sosialnya? Apa rekomendasi anda?