Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sri Suci Rahayu Barus Dosen : Dr. dr. Felix Kasim, M.

Kes
NPM : 21.15.017
PRODI : S2 Kesehatan Masyarakat
Mata kuliah : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Pembiayaan Sistem INA-CBGs yang Tidak Sesuai dengan Pendapatan di Rumah Sakit Tentara
TK IV Pematang Siantar

INA-CBG’s merupakan sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang


sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan.“Pengelompokan ini ditujukan untuk
pembiayaan kesehatan pada penyelenggaraan jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang
bersifat prospektif. Melalui INA-CBG’s diharapkan dapat meningkatkan mutu dan efisiensi
rumah sakit. Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 yang merupakan revisi dari
Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, bahwa pola pembayaran pelayanan
kesehatan di tingkat lanjutan oleh BPJS Kesehatan menggunakan sistem pola pembayaran
Indonesia Case Based Groups (INA-CBG’s).

Manfaat implementasi INA CBG’s dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah
Tarif yang dimaksudkan berbentuk paket yang mencakup seluruh komponen biaya RS. Berbasis
pada data costing dan coding penyakit mengacu International Classification of Diseases (ICD)
yang disusun WHO. Menggunakan ICD 10 untuk mendiagnosis 14.500 kode dan ICD 9 Clinical
Modifications yang mencakup 7.500 kode. Sedangkan tarif INA-CBG’s terdiri dari 1.077 kode
CBG yang terdiri dari 789 rawat inap dan 288 rawat jalan dengan tiga tingkat keparahan.Untuk
pelaksanaan program JKN BPJS Kesehatan, tarif INA-CBG’s dikelompokan dalam 6 jenis RS,
yaitu RS kelas D, C, B, dan A. Serta RSU dan RSK rujukan nasional. Tarif INA-CBG’s juga
disusun berdasarkan perawatan kelas 1, 2, dan 3. Sebelumnya, dalam Jamkesmas yang ada hanya
tarif INA-CBG’s untuk kelas 3.“Dengan sistem tersebut, pembiayaan kesehatan lebih efektif dan
mutunya meningkat.

komponen-komponen medis yang sudah terhitung ke dalam tarif ini CBG's adalah sebagai
berikut:

 Konsultasi dokter, 
 Pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, radiologo (rontgen), dll, 
 Obat Formularium Nasional (Fornas) maupun obat bukan Fornas, 
 Bahan dan alat medis habis pakai, 
 Akomodasi atau kamar perawatan
 Biaya lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien. 
Metode perhitungan biaya menggunakan SISTEM INA-CBG’S yang digunakan oleh Rumah
Sakit maupun pihak pembayar (pemerintah selaku pihak BPJS) tidak lagi merinci tagihan
berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, tapi ditentukan oleh beberapa data penting yaitu : 

1. Kode DRG (Disease Related Group) 


2. Diagnosis keluar pasien  tanpa melibatkan jumlah hari perawatan (length of stay).
3. Regional Rumah sakit (regional 1-5)
4. Kualifikasi rumah sakit (rujukan nasional, kelas A-D)

Cukup menggunakan data di atas, sistem INA-CBG's akan mampu menentukan besaran tarif
yang harus dibayar untuk biaya pasien sesuai dengan diagnosa penyakit.

Salah satu persoalan yang paling sering dikeluhkan oleh manajemen rumah sakit Tentara
TK IV Pematang Siantar adalah besarnya deviasi atau perbedaan tarif paket INA-CBGs dengan
total Tagihan (billing) berdasarkan tarif rumah sakit. Disparitas tarif dalam konteks defisit ini
selalu menimbulkan pertanyaan, apakah tarif INA-CBGs yang terlalu kecil atau tarif rumah sakit
yang terlalu besar. Tidak jarang anggapan tarif INA-CBGs yang terlalu kecil ini menjadi salah
satu penyebab komplain dari jajaran manajemen rumah sakit dan timbulnya resistensi khususnya
di kalangan dokter di rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien peserta program
JKN oleh BPJS Kesehatan. Di sisi lain, ada kegelisahan dan kegundahan di jajaran manajemen
rumah sakit dengan terjadinya defisit yang nilainya semakin tinggi setiap tahunnya. Defisit
dalam konteks pendapatan rumah sakit dari pembayaran dengan tarif INA CBGs lebih kecil
dibandingkan dengan potensi pendapatan jika dihitung dengan tarif rumah sakit. Ada yang
sempat terfikir untuk merevisi tarif rumah sakit dengan menurunkan tarif rumah sakit. Faktor
penyebab dari terjadinya defisit atau Selisih Jaminan Kurang (SJK) itu bisa dikarenakan oleh 2 hal :

1. Total Tagihan Dengan Perhitungan Tarif Rumah Sakit Tinggi

Nilai tagihan berdasarkan tarif rumah sakit yang terlalu tinggi bisa disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu :

a) Kendali biaya internal rumah sakit yang lemah dikarenakan oleh hal-hal berikut ini :

 Tindakan atau pelayanan yang diberikan tidak efektif efisien (cost containment)


 Pemeriksaan penunjang yang dilakukan tidak efektif efisien
 Penggunaan obat dan BHP yang kurang efisien

b) Tarif rumah sakit terlalu tinggi

c) Harga Jual Apotak (HJA) obat, BHP dan AMHP yang terlalu tinggi
2. Tarif INA CBGs Rendah

Nilai pembayaran dari BPJS Kesehatan berdasarkan hasil grouping dan tarif INA CBGs yang
terlalu rendah bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a) Kualitas coding dan grouping yang rendah dikarenakan oleh hal-hal berikut ini :

 Penulisan diagnosa pada resume medis yang kurang lengkap, detail dan spesifik
 Penulisan tindakan atau prosedur pada resume medis atau pada laporan operasi yang
kurang lengkap, detail dan spesifik
b) Hasil verifikasi atas coding dan grouping oleh verifikator BPJS Kesehatan yang
menimbulkan dispute claim karena permasalahan coding, permasalahan klinis, permasalahan
administrasi, permasalahan klinis dan mekanisme lain berdasarkan Kepmenkes Nomor 518
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelesaian Klaim INA CBGs Dalam Penyelenggraan Jaminan
Kesehatan Nasional.

c) Tarif INA CBGs nya yang memang kecil jika kualitas coding dan grouping dari RS sudah baik
serta tidak terjadi dispute claim namun ternyata nilai pembayaran INA CBGs tetap kecil maka
suka atau tidak kita harus mengambil kesimpulan bahwa memang tarif INA CBGs nya lah yang
terlalu kecil.

Untuk itu perlu dilakukan koordinasi untuk pemecahan masalah tersebut diatas.

Anda mungkin juga menyukai