Epidemiologi Intermediet
KELOMPOK V
Di susun oleh :
Astrina Aulia
1806253242
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
Praktikum Desain Studi Epidemiologi
1. Data yang diberikan pada tabel 1-4 menjelaskan status kesehatan pekerja, dalam hal
ini terinfeksi vitus Hepatitis B, di suatu rumah sakit. Penelitian bertujuan ingin
mendapatkan gambaran infeksi hepatitis B pada pekerja rumah sakit. Pada sejumlah
petugas rumah sakit dilakukan uji apakah terinfeksi virus Hepatitis B dan
dikumpulkan pula karakterisitik individu pada saat yang sama
a. Apakah jenis penelitian epidemiologi yang cocok untuk kegiatan ini?
b. Berikan komentar tentang hubungan antara pekerja dirumah sakit dan risiko
terinfeksi virus hepatitis B
Tabel 1.
Persentase positif terhadap virus hepatitis B diantara pekerja rumah sakit berdasarkan
bebeapa kareketeristik.
Tingkat SES
1-2 (tertinggi) 167 20 12.0
3-4 227 29 12.8
5 (terendah) 119 25 21.0
TOTAL 513 74 14.4
Tabel 2.
Kategori Pekerjaan Jumlah yang di Uji Persen Positif
Teknisi 63 22
Perawat 41 22
Dokter 52 12
Perawat Terintegrasi 77 12
Perawat pembantu 60 20
Pelayanan Makanan 28 21
Pembantu administrasi 84 8
Pembersih ruangan 56 13
Lain-lain 52 8
Tabel 3.
Tabel 4.
Jawaban:
a. Cross sectional
b. Secara univariat:
Tabel 1
Menunjukan persentase umur tertinggi pada pekerja rumah sakit yang positif
terinfeksi virus hepatitis B yaitu pada umur >= 50 tahun sebesar 19,1%
Menunjukan persentase lama bekerja tertinggi pada pekerja rumah sakit yang
positif terinfeksi virus hepatitis B yaitu pada pekerja dengan lama bekerja > 5
tahun sebesar 24,3%
Menunjukan persentase SES tertinggi pada pekerja rumah sakit yang positif
terinfeksi virus hepatitis B yaitu pada pekerja pada kategori 5 (terendah)
sebesar 21,0%
Tabel 2
Menunjukan persentase pekerja rumah sakit tertinggi yang positif terinfeksi
virus hepatitis B yaitu pada teknisi dan perawat sebesar 22%
Tabel 3
Menunjukan persentase pajanan pekerjaan tertinggi yang positif terinfeksi
virus hepatitis B yaitu pada pekerjaan pajanan sering sebesar 15,2%
Menunjukan persentase pekerjaan yang kontak dengan darah atau bahan
dari darah tertinggi yang positif terinfeksi virus hepatitis B yaitu pekerjaan
dengan frekuensi kontak sering sebesar 18,9%
Tabel 4
Menunjukan persentase lokasi kerja tertinggi yang positif terinfeksi virus
hepatitis B yaitu ruang operasi sebesar 29%
2. Bukti yang mendukung obesitas sebagai factor risiko untuk kanker kolon masih
belum konklusif. Terutama diantara wanita. Studi terbaru (Am J Epidemiol 1999:
150-390-398) melaporkan adanya hubungan antara obesitas (diukur pada baseline)
dengan morbiditas kanker kolon seperi yang ditemukan dari hasil evaluasi terhadap
catatan medis dan sertifikat kematian dalam penelitian kohort yang dilakukan secara
nasional pada pria dan wanita berusia 25-74 tahun yang berpartisipasi pada first
nasional health and nutrition examamination survey dari tahun 1971 sampai 1975 dan
di follow up sampai tahun 1992. Tabel berikut adalah hasil dari penelitian ini untuk
pria dan wanita yang sudah dikombinasi
a. Jelaskan disain penelitian yang digunakan dalam studi ini? (pilih satu jawaban
terbaik)
b. Lengkapi table dengan menghitung crude body mass index-spesific incidence rates
c. Hitung relative risk (RR) kanker kolon dihubungkan dengan BMI kategori 28 - <30.
Gunakan kategori BMI yang terendah sebagai referensi. Interprestasi jawaban dalam
suatu kalimat.
d. Hitung attributable risk proportion dari mereka yang berada dalam kategori BMI 28-
<30. Interpretasikan jawaban dalam suatu kalimat.
Jawaban:
166
c. RR = = 3,19
52
Risiko untuk mengidap penyakit kanker kolon pada kelompok BMI 28-< 30 3,19
lebih tinggi daripada kelompok BMI <22
Sekitar 69% kanker kolon dialami oleh orang dengan BMI berkisar antara 28-<30 dan
sisanya mempunyai risiko sebesar 31% untuk mengidap kanker kolon
3. PCA-FLUVX
Sebuah studi kasus kontrol meneliti hubungan antara vaksinasi influenza dan primary
cardiac arrest (PCA) (Am J Epidemiol 2000: 152:674-677). Kasus PCA tanpa
didahului penyakit jantung (n=315) teridentifikasi dari laporan paramedic. Kelompok
control didapat dengan menggunakan teknik angka acak. Sepasang subjeck penelitian
diwawancarai untuk menemukan siapa yang menerima vksinasi influenza (Vx)
selama tahun sebelumnya. Datanya adalah sebagai berikut:
Kasus Control
Divaksinasi 79 176
Tidak Divaksinasi 236 373
Jawaban:
a. Karena pengamatan didahului dengan melihat disease (penyakit) di mana akan dilihat
exposure (paparan) dimasa lampau dibuktikan dengan pernyataan adanya wawancara
untuk menemukan siapa yang menerima vksinasi influenza (Vx) selama tahun
sebelumnya.
a.d 79.373 29467
b. OR = = = = 0,71
b . c 176.236 41536
Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang divaksinasi memiliki risiko 0,71 lebih kecil
untuk terkena PCA dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi
c. Agar hasil wawancara setara, sehingga bisa menghindari bias informsi misklasifiksi
differensial
Study 1 : Mann, J.I. Vessy, M.P. Thorogood, M., & Doll, S.R. (1975). Myococardial
infarction in young women with special reference to oral contraceptive practice. Br Med J., 2
(5965), 241-245.
Penelitian dilakukan pada 63 wanita yang keluar dari rumah sakit dengan diagnosis
myocardial infraction (serangan jantung) dan 189 pasien control. Semuanya berusia di bawah
45 tahun pada saat masuk rumah sakit. Penggunaan kontrasepsi oral. Perokok berat,
perawatan hipertensi dan diabetes, pre-eclamptic toxaemia, obesitas dan tipe II
hyperlipoproteinemia lebih sering ditemukan pada pasien dengan mycocardial infraction
dibandingkan pada control. Hubungan antara mycocardial dan kontrasepsi oral tidak dapat
dijelaskan dalam hal hubungan antara persiapan penelitian ini dengan factor lainnya. Efek
kombinasi dari factor-faktor risiko secara jelas berjalan sinergis.
Study 2 : Royal College of General Practitioner’s Oral Contraceptive Study (1997) Mortality
among oral-contraceptive Users. Lancet Oct 8;2 (8041):727-31.
Pada studi prospectif berskala besar yang dilakukan di inggris, death rate penyakit system
sirkulasi pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral adalah 5 kali lebih besar
dari pada wanita yang tidak pernah memakainya; dan death-rate pada mereka yang meminum
pil secara terus menerus selama 5 tahun atau lebih adalah 10 kali lebih besar dari pada
mereka yang tidak pernah meminum pil. Besarnya jumlah kematian pada pengguna
kontrasepsi oral disebabkan oleh variasi yang besar pada kondisi vaskularnya. Total mortality
rate pad wanita yang pernah menggunakan pil meningkat 40% yang disebabkan oleh
peningkatan kematian karena penyakit sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya.
Banyaknya julah kematian tersebut lebih besar dari pada death rate dari komplikasi
kehamilan (pada non-pengguna), dan dua kali death-rate dari kecelakaan. Besarnya jumlah
mortality-rate meningkat seiring bertambanhnya umur, kebiasaan merokok dan durasi
penggunaan kontrasepsi oral.
Bagian 1:
c. Menurut anda mengapa rumah sakit terpilih sebagai lokasi untuk studi yang pertama?
d. Secara teori, kelompok kasus control sebaiknya diambil secara random dari kasus dan
control dari populasi sumber. Menurut anda apakah pada penelitian ini yang
dilakukan sudah benar?
Bagian 3: pertanyaan di bawah ini untuk studi kohort (royal college, 1997)
e. Pada abstrak gagal melaporkan morality rates dalam berbagai kelompok tetapi hanya
catatan “total mortality rate pada wanita yang pernah menggunakan pil meningkat
40%. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapatkah anda mendapatkan rate ratio
dihubungkan dengan penggunaan kontrasepsi oral?
f. Pada studi juga dinyatakan bahwa “disebabkan oleh peningkatan kematian karena
penyakit sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya”. Apakah hal tersebut
mewakili rate rasio, rate difference, atau attributable fraction? Jelaskan jawaban anda?
Bagian 4:
g. Studi manakah yang cocok untuk total sampel size yang lebih kecil
h. Dengan menganggap studi kohort tidak retrospectif, studi manakah yang memerlukan
lebih sedikit wajtu untuk meyelesaikannya.?
i. Dapatkah studi kasus-kontrol memperkirakan insiden penyekit? Jelaskan
j. Manakah yang lebih rentan terhadap recall bias?
k. Manakah yang lebih rentan terhadap bias-seleksi?
l. Manakah yang lebih rentan untuk loss to follow up ?
m. Mengapa studi kasus-kontrol dilakukan sebelum studi kohort?
Jawaban :
a. Karena terdapat kelompok kasus dan kontrol, dimana jumlah kelompok kasus adalah
63 wanita dan kelompok kontrol sebanyak 189 pasien dan juga outcome telah lebih
dulu diketahui
b. Karena adanya follow up dalam penelitian hal tersebut dibuktikan dari pernyataan
“meminum pil secara terus menerus selama 5 tahun”
c. Karena dapat memilih kelompok kasus dan kontrol dari populasi yang sama dan untuk
kelompok kasus harus jelas batasan diagnostiknya dibuktikan dengan adanya
diagnosis myocardial infraction (serangan jantung) pada 63 wanita yang keluar dari
rumah sakit
d. Pada penelitian disebutkan bahwa “Penelitian dilakukan pada 63 wanita yang keluar
dari rumah sakit dengan diagnosis myocardial infraction (serangan jantung) dan 189
pasien control.”. Berdasarkan pada penelitian tersebut peneliti telah sesuai untuk
mengambil sampel kasus dan control dari populasi sumber di rumah sakit untuk kasus
yang diteliti
e. Nilai rate ratio didapat dari hasil pembagian antara nilai incidence rate exposed yang
dibagi incidence rate unexposed. Pada abstrak gagal melaporkan morality rates dalam
berbagai kelompok tetapi hanya catatan “total mortality rate pada wanita yang pernah
menggunakan pil meningkat 40%.”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka nilai rate
ratio tidak dapat ditentukan atau didapatkan.
f. Rate rasio. Pernyataan tersebut tidak mewakili nilai rate ratio, karena pada nilai rate
ratio menghasilkan nilai yang merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu
eksposur dengan kejadian penyakit.
Rate difference. Pernyataan tersebut dapat mewakili nilai rate difference, karena pada
nilai tersebut menghasilkan nilai kasus yang dapat terjadi pada pengguna. Sehingga
nilai dihasilkan berupa satuan kasus-orang waktu.
Attributable fraction. Pernyataan tersebut tidak mewakili nilai Attributable fraction,
karena pada nilai Attributable fraction menghasilkan nilai proporsi penyakit yang
dieliminasi jika tidak ada pemajan pada populasi tersebut.
g. Studi case-control, karena hanya memerlukan sample size yang lebih kecil
dibandingkan dengan cohort. Besar sampel pada cohort tergantung atau dipengaruhi
oleh rate dari outcome.
h. Studi case-control, karena memerlukan sedikit waktu untuk diselesaikan dibandingkan
cohort prospektif. Pada penelitian cohort prospektif, peneliti harus mengamatai
outcome dari kelompok exposed dan unexposed sampai pada outcomenya
i. Tidak karena pada dasarnya studi case control merupakan studi ekspos faktor yang
fokusnya untuk meneliti sesuatu yang menjadi penyebab terjadinya fakta yang
ditemukan sekarang
j. Studi 1, karena menggunakan studi case control yang ebih rentan terhadap recall bias
daripada cohort karena ada kemungkinan ketidak akuratan sampel dalam mengingat
kembali dan melaporkan faktor risiko atau paparan yang telah dialami.
k. Studi 1, karena menggunakan studi case control yang dimana ebih rentan terhadap
bias seleksi daripada cohort. Hal tersebut dapat terjadi ketika data kasus kejadian dari
Rumah Sakit
l. Studi 2, karena menggunakan studi kohort yang mana lebih rentan terhadap loss to
follow up daripada case-control. Hal ini berkaitan dengan lamanya waktu untuk
mengikuti outcome dan metode yang digunakan dalam memonitor penelitian.
m. Studi cases-control dilakukan sebelum studi cohort karena studi tersebut diawali dari
membandingkan suatu kelompok kasus yang ingin diteliti dengan kelompok control.,
sehingga diketahui faktor risiko atau eksposur nya. Case-control studi merupakan
strategi observasi praktis yang paling awal untuk penentuan hubungan. Pada
penelitian cohort berangkat faktor risiko dan eksposur sampai ke outcome yang dapat
berdasarkan dari penelitian case-control.