Anda di halaman 1dari 133

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M / 1429 H

54

55

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M / 1429 H

56

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Oktober 2008

Ahmad Dharief Dahlawy

57

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 16 Oktober 2008

M. Farid Hamzens, M.Si

58

Pembimbing Skripsi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 16 Oktober 2008

Ketua

M. Farid Hamzens, M.Si

Anggota I
Iting Shofwati, ST, M.KKK

Anggota II

Farida Tusafariah, M.Kes

59

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, 16 Oktober 2008
Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008
xxii + 95 halaman + 14 tabel + 7 gambar + 4 lampiran.

60

ABSTRAK
Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan
untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku adalah empat faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah
dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di bawah standar atau unsafe act
dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung
suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
Melihat data kecelakaan kerja akibat human error yang terjadi di PT.
ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor dari tahun
2000-2007 menunjukkan selalu adanya kejadian kecelakaan setiap tahunnya dari
kategori ringan, berat, dan fatality (kematian). Kerugian yang ditanggung perusahaan
dan karyawan akan meningkat jika hal ini terus dibiarkan. Oleh karenanya peneliti
melakukan penelitian mengenai aspek pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis
pekerjaan, dan tempat kerja karyawan area pengolahan guna mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku K3-nya.
Untuk penelitian univariat didapat 86% responden berperilaku K3 yang
positif, 92% responden berpengetahuan K3 tinggi, 90% responden berpersepsi K3
positif, 99% responden memiliki sikap K3 positif, 63% responden berpendidikan
formal lulus SLTA sementara sisanya hanya lulus SLTP (18%) dan lulus PT (19%),
jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery (29%), sementara 52% responden bertempat
kerja di luar ruangan. Sekilas angka yang didapat menunjukkan nilai yang baik
namun pada kenyataannya kejadian kecelakaan akibat human error tetap terjadi
sepanjang tahunnya.
Sementara penelitian bivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 (p value 0,158) , ada hubungan antara persepsi
dengan perilaku K3 (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3
(p value (0,000), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 (p
value 0,215), tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 (p value
0,429), dan tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 (p value
0,228). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari enam variabel yang diteliti tentang
hubungannya dengan perilaku K3, hanya persepsi dan sikap yang mempunyai

61

hubungan atau terdapat perbedaan bermakna dengan perilaku K3 di area pengolahan


PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor.
Meningkatnya angka kecelakaan kerja juga disebabkan oleh perilaku yang
tidak aman dalam bekerja. Untuk itu, perusahaan harus meningkatkan perhatian
terkait segi keselamatan kerja agar angka kecelakaan kerja dapat terus ditekan pada
tahun-tahun yang akan datang. Perhatian ini dapat berupa perbaikan manajemen
terkait kebijakan K3, serta membangun komitmen bersama seluruh karyawan dalam
melaksanakan program K3.
Daftar bacaan : 30 (1980-2008)

62

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH
HEALTH AND SAFETY OCCUPATIONAL
Skripsi, October 16th 2008
Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167
Factors which Influence Health and Work Safety (K3) Behaviour in
Manufacturing Area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit
of Bogor Year 2008.
xxii + 95 pages + 14 tables + 7 pictures + 4 appendixes.

63

ABSTRAC
Doing the K3 program in a work environment have some purposes. Some of
them are to keep the safety and health of the worker during their work time.
Environment, genetic, health services, and behavior are the four factors that influence
health degree. Unsafe and unhealthy behavior during their work time can be
prevented by fixing the management of the K3 program. Under standard behavior or
unsafe act and the condition below the standard or unsafe condition are direct causes
of an accident and the major cause of management mistake.
This research is a descriptive research using quantitative approach with cross
sectional method in order to get description by learning the dynamic of correlation
between risk factors and their effects, using an approach, observation or collecting
data all at once at one time (point time approach) about the factors that influence the
K3 behavior in manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Gold Mining Business Unit
of Bogor year 2008.
According to the data of the accident caused by human error at PT. ANTAM
Tbk, Gold Mining Business Unit of Bogor from 2000-2007, accidents always happen
every year from minor category, major category, and fatality (death). If this situation
still continues without any act to stop it, the detriment that the factory and the
workers have to handle will increase more and more. Thats why the researcher has
done a research about aspects of knowledge, perception, behavior, manner, education,
job type, and work environment of the worker of the manufacturing area in order to
know the factors that influence their K3 behavior.
For univariat research there are 86% responders have the positive K3
behavior, 93% responders have a good knowledge about K3, 90% responders have
positive K3 perception, 99% responders have the positive K3 manner, 63%
responders have graduated from high school, while the rest is only graduated from
junior high school (18%) and graduated from universities (19%), the most job type of
all is the recovery (29%), while 52% responders are work outdoor. From the data that
we get, looks like that it shows a good situation, but however, in fact, accident that
caused by human error still happening every year.
Meanwhile, the bivariat research show the result that there is no correlation
between knowledge and K3 behavior (p value 0,158), there is correlation between
perception and K3 behavior (p value 0,000), there is correlation between manner and
K3 behavior (p value 0,000), there is no correlation between educational degree and
K3 behavior (0, 215), there is no correlation between job type and K3 behavior (p
value 0,429), and there is no correlation between work environment and K3 behavior
(p value 0,228). From that explanation, we can conclude that from six variables that
are researched about their correlation with the K3 behavior, only perception and
manner that have correlation or there are meaning differences with the K3 behavior in
manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit of
Bogor.
The increasing of the accident rate is also causes by the unsafe behavior
during the working time. In order to decrease it, the factory should give more

64

attention for the safety of the workers. The attention could be management
maintenance interrelated to the K3 program, and also build a commitment with the
whole workers to succeed the K3 program.
Reference book: 30 (1980-2008)

65

KATA PENGANTAR
Diawali dengan menyebut nama Allah SWT. dan memuji kebesarannya,
peneliti merangkai laporan skripsi ini. Semoga karya ini merupakan bagian dari
upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada
Yang Maha Memiliki Segalanya.
Rasulillah Muhammad SAW. tak lupa peneliti sampaikan shalawat padanya
sebagai hadiah terbaik atas pergerakan yang telah Ia lakukan untuk meninggalkan
keadaan jahiliyah Abu Jahal.
Skripsi ini merupakan hasil dari proses penelitian panjang yang dilakukan di
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor selama 2 bulan. Begitu banyak lika-liku dalam
pelaksanaan penelitian ini yang tidak dihiraukan oleh peneliti. Semoga dengan apa
yang telah dilakukan menjadi tetesan berkah dari Allah kepada peneliti.
Semua gading pasti retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran
menyadari bahwa skripsi ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan.
Terakhir, peneliti secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan
ucapan terimakasih atas terselesaikannya laporan skripsi ini kepada:
1. Satu-satunya keluargaku tersayang, Bapak H. Abdul Ghafur, Ibu Hj. Laila
Anisah, Aa Kasyfi, dan Faqih yang selalu memberikan semangat untuk berubah
ke arah lebih baik dalam menjalani kehidupan. Terimakasih juga atas doa dan
materiil-nya. Unforgetable all of you.
2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Ibu Iting Shofwati ST, M.KKK
sebagai pimpinan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membuka
tempurung dan memberikan pengetahuan Kesehatan Masyarakat yang luas.
3. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Fajar Ariyanti M.Kes yang telah sabar
membimbing peneliti dari awal hingga akhir laporan ini.
4. Ibu Erni Herawati S.Sos selaku AM Hiperkes PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
yang secara terbuka menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian di

66

bawah pimpinannya. Bapak Lastianto HP, Bapak Ade Apriana, Bapak Rohidin,
Bapak Yusep Sapei Nur, dan Mas Agus hatur nuhun sudah membantu dan
memberi tumpangan gudangnya.
5. Sahabat-sahabat UIN, FKIK, Kesehatan Masyarakat, dan K3, terimakasih semua.
Dek Haying, untung ono sampeyan.
6. Kumbang orange-ku yang tanpa lelah ikut kemanapun penulis pergi untuk
melakukan penelitian.
Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan
kemampuan mahasiswa se-dunia dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan
hati dalam berkarya.
Jakarta, 16 Oktober 2008

Penulis

67

Aku merangkak di jalanku menuju kehormatan


Dan mereka yang berjuang telah mencapainya
Dengan kerja keras dan melakukan usaha-usaha yang tidak sedikit
Banyak yang mencoba meraihnya, dan kebanyakan
Merasa bosan dan letih selama dalam perjalanan
Tetapi mereka yang berada di jalan yang benar dan sabar
Talah berhasil memeluk kehormatan
Jangan bayangkan bahwa kehormatan itu
Adalah apel yang bisa kamu makan
Kamu tidak akan menggapai kehormatan
Sehingga kamu bisa mengalahkan kesulitan dengan kesabaranmu
Setiap orang mampu mengerjakan tugas-tugasnya sehari-hari
Tak peduli seberapa pun sulitnya pekerjaan itu
Setiap orang mampu hidup bahagia di hari itu sampai matahari
terbenam
Dan inilah arti dari kehidupan sesungguhnya

Robert Louis Stevenson

68

Skripsi Ini Dipersembahkan Untuk Orang


Tuaku Tersayang
Bpk H. Abdul Ghafur dan Ibu Hj. Laila
Anisah
Serta Saudaraku Tercinta
Aa Kasyfi dan Faqih

69

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK

.......................................................................................................

ABSTRACTION

...........................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

...................................................................

viii

...............................................................................

ix

...........................................................................................

xi

DAFTAR ISI .......................................................................................................

xii

KATA PENGANTAR
PERSEMBAHAN

DAFTAR TABEL

........................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR SINGKATAN

xx

............................................................................... xxi

LAMPIRAN ....................................................................................................... xxii

BAB I
PENDAHULUAN

...........................................................................................

1.1. Latar Belakang

...............................................................................

1
1

1.2. Rumusan Masalah

...................................................................

1.3. Pertanyaan Penelitian

...................................................................

1.4. Tujuan Penelitian ...............................................................................

10

1.4.1. Tujuan Umum ...................................................................

10

70

1.4.2. Tujuan Khusus ...................................................................


1.5. Manfaat Penelitian

...................................................................

1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan

...............................

10
12
12

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
1.5.3. Bagi Peneliti

...................

12

...................................................................

13

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

.......................................................

13

14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

14

2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

14

2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

.......

17

2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

.......

18

2.2. Perilaku ...........................................................................................

20

2.2.1. Pengertian Perilaku

.......................................................

21

2.2.2. Konsep Perilaku

.......................................................

22

2.2.3. Pengukuran Perilaku

.......................................................

22

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku K3 ...............................

22

2.3.1. Pengetahuan

...................................................................

23

a. Pengertian Pengetahuan

...........................................

23

b. Tingkatan Pengetahuan

...........................................

24

c. Pengukuran Pengetahuan ...........................................

26

71

2.3.2. Persepsi ...............................................................................

27

a. Pengertian Persepsi .......................................................

29

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

.......

31

c. Cara Pengukuran Persepsi ...........................................

33

2.3.3. Sikap

...............................................................................

a. Pengertian Sikap

34

.......................................................

34

b. Pembentuk Sikap .......................................................

35

c. Pengukuran Sikap .......................................................

38

2.3.4. Pendidikan

...................................................................

39

2.3.5. Jenis Pekerjaan ...................................................................

40

2.3.6. Tempat Kerja ...................................................................

40

2.4. Kerangka Teori ...............................................................................

40

BAB III
KERANGKA KONSEP .....................................................................................

42

3.1. Kerangka Konsep ...............................................................................

42

3.2. Definisi Operasional

...................................................................

43

3.3. Hipotesis ...........................................................................................

44

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

...................................................................

46

4.1. Desain Penelitian ...............................................................................

46

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

46

.......................................................

72

4.3. Populasi dan Sampel

...................................................................

47

4.4. Pengumpulan Data

...................................................................

47

4.5. Pengolahan Data ...............................................................................

48

4.5.1. Editing Data

48

4.5.2. Coding Data

49

4.5.3. Entry Data

49

4.5.4. Cleaning Data

49

4.6. Hasil Ukur

49

4.7. Analisis Data

51

4.7.1. Analisis Univariat

.......................................................

51

4.7.2. Analisis Bivariat

.......................................................

52

...............................................................................

54

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1. Pelaksanaan Penelitian

...................................................................

54

5.2. Profil Perusahaan ...............................................................................

55

5.2.1. Visi dan Misi

...................................................................

55

a. Visi ...............................................................................

55

b. Misi ...............................................................................

56

5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis


Pertambangan Emas Pongkor ...........................................

56

5.2.3. Struktur Organisasi

.......................................................

56

5.2.4. Area Pengolahan

.......................................................

59

73

5.3. Analisis Univariat

...................................................................

60

5.4. Analisis Bivariat ...............................................................................

63

BAB VI
PEMBAHASAN

...........................................................................................

70

6.1. Keterbatasan Penelitian ...................................................................

70

6.2. Karakteristik Responden Analisis Univariat

...............................

72

6.2.1. Perilaku K3..........................................................................

72

6.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap K3 ...............................

73

6.2.3. Persepsi Responden Terhadap K3

...............................

75

6.2.4. Sikap Responden Terhadap K3 ...........................................

77

6.2.5. Pendidikan Responden .......................................................

78

6.2.6. Jenis Pekerjaan Responden

...........................................

79

6.2.7. Tempat Kerja Responden

...........................................

80

6.3. Karakteristik Responden Analisis Bivariat

...............................

81

6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku K3 .......

81

6.3.2. Hubungan Persepsi Dengan Perilaku K3

...................

83

6.3.3. Hubungan Sikap Dengan Perilaku K3 ...............................

84

6.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku K3 .......

86

6.3.5. Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan Perilaku K3

.......

86

6.3.6. Hubungan Tempat Kerja Dengan Perilaku K3 ...................

87

74

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

...................................................................

89

...............................................................................

89

...........................................................................................

90

7.1. Kesimpulan
7.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

...............................................................................

93

75

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1.

Definisi Operasional ......................................................................... 43

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 60

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden


Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 61

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 61

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 61

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 62

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 ......................................................... 62

76

Tabel 5.7.

Dstribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 63

Tabel 5.8.

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan


dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ................................ 63

Tebel 5.9.

Distribusi Responden Menurut Persepsi dan Perilaku K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 64

Tabel 5.10.

Distribusi Responden Menurut Sikap dan Perilaku K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 65

Tabel 5.11.

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan


dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ................................ 66

Tabel 5.12.

Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 67

Tabel 5.13.

Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan Perilaku K3


Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 68

77

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1.

Grafik Kecelakaan Kerja Akibat Human Error


Tahun 2000-2006 .............................................................................. 6

Gambar 2.1.

Teori Determinan Perilaku Menurut Green (1980) .......................... 20

Gambar 2.2.

Proses Terjadinya Persepsi ............................................................... 28

Gambar 2.3.

Komponen Sikap .............................................................................. 34

Gambar 2.4.

Kerangka Teori Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3 .............. 41

Gambar 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 42

Gambar 5.1.

Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis


Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ......... 58

78

DAFTAR SINGKATAN

BUMN

: Badan Usaha Milik Negara

Depnaker

: Depertemen Tenaga Kerja

Depnakertrans : Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi


DO

: Definisi Operasional

HAM

: Hak Asasi Manusia

Hiperkes

: Hygiene Perusahaan dan Kesehatan

ILO

: International Labour Organization

Jamsostek

: Jaminan Sosial Tenaga Kerja

K3

: Kesehatan dan Keselamatan Kerja

KK

: Kecelakaan Kerja

OSHA

: Occupational Safety Health Administration

PBB

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

PT

: Perguruan Tinggi

PT. ANTAM : Perseroan Terbatas Aneka Tambang


SDM

: Sumber Daya Manusia

SLTA

: Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir

SLTP

: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Tbk

: Terbuka

UBPE

: Unit Bisnis Pertambanngan Emas

WHO

: World Health Organization

79

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

Lampiran 2

Data egawai Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis


Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Lampiran 3

Hasil Output Penelitian

Lampiran 4

Izin Penelitian

80

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa sehat dan selamat
segalanya tidak ada artinya, demikian semboyan yang dikumandangkan oleh
International Labour Organization (ILO) bersama World Health Organization
(WHO) dalam rangka promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap
tempat kerja di seluruh dunia termasuk Indonesia (Suardi, 2005). Tenaga kerja dan
penduduk Indonesia secara umum akan bertambah manusiawi apabila standar-standar
yang berlaku di dunia dapat pula berlaku pada setiap tempat kerja di Indonesia.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengisyaratkan bahwa Setiap warga
Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Hal ini akan terpenuhi apabila persyaratan K3 dilaksanakan secara
sungguh-sungguh disetiap tempat kerja, di industri, perkantoran, tempat hiburan, dan
rumah tangga. Dengan lingkungan yang sehat dan selamat maka produktivitas akan
meningkat pula sesuai dengan martabat kemanusiaan Indonesia.
Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak
korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia
ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara
dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang pertahun akibat sakit atau
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal
dua kali lebih banyak dibanding wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan

81

pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah


menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam
pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi, 2005).
Pendapat Sumamur (2000) dalam melihat angka kecelakaan kerja
mengungkapkan bahwa setiap tahun di seluruh dunia, terjadi jutaan kecelakaan dari
yang teringan sampai kepada yang terberat. Kerugian-kerugian ini bukan main
hebatnya. Data statistik kecelakaan di seluruh dunia termasuk Indonesia
menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja terus meningkat sesuai dengan
kemajuan dan intensitas penerapan teknologi.
Negara Amerika Serikat saja, kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan
milyar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi, dan menggaji staf
pengganti. Angka K3 perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah.
Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia
menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara (Suardi, 2005).
Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja (KK) menunjukkan grafik turun naik.
Berdasarkan data Jamsostek tahun 2003-2006, diketahui bahwa selama tahun 2003
terjadi 105.846 KK, kemudian pada tahun 2004 turun menjadi 95.418 KK. Pada
tahun 2005, angka kecelakaan kerja meningkat menjadi 99.023 KK. Angka ini tahun
2006 turun menjadi 95,624 KK (www.jamsostek.co.id, 2008). Data tersebut belum
termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan
yang tidak mengikuti program Jamsostek.
Kecacatan merupakan risiko terberat bagi pekerja saat melaksanakan
pekerjaannya. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) tahun

82

2006 menyebutkan bahwa, dari total kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006
diketahui bahwa 1,82% atau 12.016 orang mengalami kematian, menderita cacat total
sebanyak 4.996 orang atau 0,76% serta yang mengalami cacat fungsi dan cacat
sebagian masing-masing 6,03% atau 39.899, dan 4,93% atau 32.990 orang
(www.sinarharapan.co.id, 2008).
Untuk menjamin tempat kerja tetap menjaga keselamatan karyawan yang
bekerja, pemerintah telah memberlakukan undang-undang keselamatan kerja yaitu
undang-undang nomor 1 tahun 1970, dan untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan
karyawan di tempat kerja telah termuat dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992.
Jelas dikatakan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 bahwa keselamatan kerja
merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain
dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya yang berasal dari mesin-mesin,
pesawat, alat kerja, dan bahan, serta energi. Tidak ditinggalkan perlindungan dari
bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi. Kemudian
undang-undang nomor 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan
kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan
syarat kesehatan kerja.
Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan
untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Derajat kesehatan
menurut Henrik L Bloom dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat
dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di

83

bawah standar atau unsafe act dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions
merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan
manajemen. Dalam Suardi (2005) peneliti Birds (1967) mengemukakan bahwa setiap
1 kecelakaan berat disertai 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan
yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan
biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah 1:5-50.
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pertambangan adalah suatu tempat kerja
yang tergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi yang padat modal dan padat
karya. Dalam kegiatan penggaliannya berisiko tinggi terjadi kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran, ledakan, longsoran, dan pencemaran lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh pekerja tidak berperilaku K3, pekerjaan yang tidak aman,
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola dengan baik atau
disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman. Hal yang lebih buruk lagi adalah
sistem pengelolaan atau manajemen yang buruk. Kerugian sebagai dampak dari
kecelakaan kerja dapat berupa cidera pada karyawan, sarana dan prasarana
penunjang, bahkan lingkungan secara keseluruhan.
Karyawan

pertambangan

merupakan

aset

utama

dalam

perusahaan

pertambangan, oleh karena itu setiap karyawan harus memperhatikan aspek K3.
Pelaksanaan K3 merupakan kewajiban setiap karyawan pertambangan, mulai dari
level pimpinan tertinggi sampai pada pelaksana atau operator di lapangan.

84

Termasuk area pengolahan yang mempunyai bahaya cukup tinggi dalam


penanganan pekerjaan, pelaksanaan K3 perlu diperhatikan guna meminimalisir angka
kecelakaan akibat perilaku K3 yang kurang baik. Terdapatnya banyak mesin besar
yang selalu berputar, lokasi pengamatan yang begitu tinggi, lingkungan kerja yang
kurang nyaman, dan banyaknya tenaga kerja yang bertugas mempermudah
kecelakaan untuk terjadi disana.
Komitmen bersama dapat dibangun apabila terjadi pemahaman yang relatif
sama tentang K3 pertambangan pada seluruh karyawan. Pengetahuan K3 sesuai teori
dan konsep akan membawa karyawan pada pemahaman dan persepsi yang benar juga
utuh sehingga dalam diri karyawan akan terbentuk sikap dan perilaku yang positif
terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor.
Human error dalam pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi merupakan
kejadian yang dilandasi oleh perilaku K3 individu yang buruk. meskipun perilaku K3
adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti
meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang
berbeda. faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,
yakni determinan internal seperti tingkat kecerdasan dari pendidikan yang didapat,
jenis kelamin, pengetahuan, aktivitas fisik, persepsi, dan sikap. Determinan
berikutnya adalah determinan eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi,
tempat kerja, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007).

85

Data yang didapat mengenai kecelakaan tambang yang disebabkan oleh


human error tentang penerapan perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor sebagai berikut:
Gambar 1.1.
Grafik Kecelakaan Kerja Akibat Human Error Tahun 2000-2006

Jumlah kecelakaan

Grafik Kecelakaan Tambang tahun 2000 - 2006


20
15
10

16
13
6

6
1

2 2

4
1

3
0

0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

Tahun
Ringan

Berat

Mati

Sumber: Safety Dept PT. ANTAM Tbk,UBPE Pongkor (2008)

Selalu adanya kecelakaan pada setiap tahun akan mengakibatkan banyak


kerugian baik bagi perusahaan maupun pekerja. Angka ini tidak bisa dibiarkan begitu
saja. Ditambah lagi di perusahaan tersebut terdapat area pengolahan yang berfungsi
sebagai pengolah bebatuan mentah mengandung emas menjadi emas batangan
menggunakan berbagai bahan kimia dan mesin yang bekerja sangat cepat. Di tempat
inilah pada tahun 2007 pernah terjadi suatu kejadian fatality yang menyebabkan satu
orang tewas karena terkena sengatan arus listrik (Data Departemen Hiperkes PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor, 2008). Untuk itulah peneliti memandang untuk
melakukan penelitian di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor yang sangat mungkin menyumbang angka kecelakaan di

86

perusahaan tersebut. Sebab bekerja dengan perpaduan tenaga manusia dan tenaga
mesin sering menimbulkan kejadian kecelakaan akibat dari ketidaksesuaian antara
kinerja manusia dengan kinerja mesin. Ketelitian dan perilaku K3 sorang pekerja
dibutuhkan sangat ekstra demi menciptakan budaya K3 yang bermutu karena
pendekatan terhadap pekerjalah yang dapat dilakukan apabila mesin sulit
dikendalikan.
Melakukan pekerjaan yang aman agar selamat merupakan harapan semua
karyawan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Terjadinya
kecelakaan akibat faktor perilaku K3 meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap,
pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat menimbulkan
kecelakaan seperti data yang diperoleh dari Safety Departement PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Angka kecelakaan ringan dan berat selalu ada tiap
tahunnya mulai dari tahun 2000-2007.
Peneliti terdahulu tentang perilaku K3 diantaranya adalah Siagian (1998)
menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang terhadap
perilaku K3. Karena didapat p value sebesar 0,500 yang artinya ada perbedaan
signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 yang dilakukan.
Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada perbedaan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang
dilakukannya.

87

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa


ada perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490. Artinya
ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.
Makhrudin (2007) dalam buku yang Ia kutip tentang perilaku pekerja terhadap
pelaksanaan program K3 menyebutkan bahwa masih banyak pekerja yang belum
memahami betul mengenai istilah K3. Tetapi dalam penelitiannya tentang perilaku
K3, Makhrudin (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 78,18% pekerja di Panarub
Industry yang notabene memiliki kesamaan dengan keadaan di PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki perilaku K3 yang baik. Hanya 21,82%
saja pekerja yang mempunyai perilaku tidak baik mengenai K3.
Lain lagi penelitian yang dilakukan oleh Zaim (2002) yang menunjukkan
bahwa perilaku K3 di sebuah perusahaan yang terkait dengan pelayanan kesehatan
menunjukkan bahwa 65,10% pekerja mempunyai perilaku K3 yang baik. Selebihnya
sebanyak 34,90% pekerja mempunyai perilaku K3 yang belum baik.
Keanekaragaman angka perilaku K3 inilah yang membuat peneliti ingin
mengetahui nilai perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Kebupaten Bogor yang meliputi pengetahuan,
persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dicantumkan di atas, diketahui
bahwa perilaku K3 di perusahaan menempati angka yang baik. Namun demikian
belum tentu PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menempati angka

88

perilaku K3 yang baik pula karena didapatnya angka kecelakaan kerja akibat human
error dari tahun 2000-2007. Oleh karena itu perlu adanya pembuktian mengenai
perilaku K3 di perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan rumusan masalah yang
terkandung adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3
di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Kabupaten Bogor tahun 2008 yang berupa pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

1.3. Pertanyaan Penelitian


(a). Bagaimana gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(b). Bagaimana gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(c). Bagaimana gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(d). Bagaimana gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(e). Bagaimana gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?
(f). Bagaimana gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?
(g). Bagaimana gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?

89

(h). Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(i). Apakah ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(j). Apakah ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(k). Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(l). Apakah ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(m)Apakah ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

1.4.2. Tujuan Khusus


(a).

Diketahuinya gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.

90

(b).

Diketahuinya gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.

(c).

Diketahuinya gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.

(d).

Diketahuinya gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM


Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.

(e).

Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan


PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

(f).

Diketahuinya gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

(g).

Diketahuinya gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

(h).

Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area


pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
dengan perilaku K3 tahun 2008.

(i).

Diketahuinya hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3
tahun 2008.

(j).

Diketahuinya hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT.


ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3
tahun 2008.

91

(k).

Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area


pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
dengan perilaku K3 tahun 2008.

(l).

Diketahuinya

hubungan

antara

jenis

pekerjaan

karyawan

area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor


dengan perilaku K3 tahun 2008.
(m).

Diketahuinya hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan


PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku
K3 tahun 2008.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan
Menjadi dokumen dan sumber informasi untuk mengembangkan
perilaku K3 di unit-unit kerjanya. Dapat dijadikan pula bahan pertimbangan
dalam menerapkan program K3 sekaligus memberi solusi terbaik bagi
pekerja setelah mengetahui masalah yang ada di lapangan.
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan
Menjadi

sumber

informasi

penerapan

perilaku

K3

di

area

pertambangan. Sebagai pengembangan materi mahasiswa serta sebagai


referensi keilmuan mengenai K3.

92

1.5.3. Bagi Peneliti


Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengalaman khusus
dalam

mengungkap,

mengkaji,

dan

menganalisis

serta

menjawab

permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program K3. Dapat dijadikan


pula sebagai aplikasi ilmu K3 yang diperoleh selama menerima pendidikan.
Diharapkan dapat menambah informasi bagi peneliti lain sebagai referens
dalam rangka mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Waktu penelitian berlangsung
selama 2 bulan, yaitu bulan Juli-Agustus tahun 2008. Sasaran dari penelitian ini
adalah seluruh pekerja area pengolahan yang masih bekerja di perusahaan tersebut.
Penelitian dilakukan karena melihat data kecelakaan yang terjadi di PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor akibat perilaku K3 yang kurang baik, dengan
tujuan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yaitu faktor
pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.
Dilakukan dengan desain cross sectional dan memperoleh data dengan cara
penyebaran kuesioner, penelitian ini berlangsung dengan harapan yang diinginkan.

93

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut ILO/WHO (1980) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan sosial pada
semua pekerja yang terdapat di semua tempat kerja, mencegah gangguan
kesehatan yang disebabkan kondisi kerja, melindungi pekerja dan semua
orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang adaptif
terhadap fisiologis dan psikologis dan dapat menyesuaikan antara pekerjaan
dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya (Kondarus,
2006).
Untuk itu ILO (1980) dalam resolusinya menyatakan ada tiga prinsip dasar
tentang keselamatan dan kesehatan kerja:
a. Pekerjaan harus terdapat pada lingkungan kerja yang aman, sehat dan selamat.
b. Kondisi pekerjaan harus sesuai dengan pekerja.
c. Pekerjaan haruslah sesuatu yang nyata sebagai prestasi individu, pemenuhan
kebutuhan secara pribadi dan untuk pelayanan masyarakat umum.
Definisi lain diungkapkan oleh OSHA, K3 merupakan aplikasi dan
prinsip-prinsip keilmuan dalam pengertian dasarnya adalah risiko terhadap

94

keselamatan pada masyarakat umum dan properti baik yang ada dalam
lingkungan industri maupun di luar lingkungan industri (Suardi, 2005).
Jadi K3 merupakan suatu profesi dari multi disiplin keilmuan yang
diambil dari ilmu-ilmu dasarnya adalah fisika, kimia, biologi, dan ilmu
perilaku dengan aplikasi pada manufacture, transportasi, gudang dan
penanganan bahan berbahaya pada aktifitas domestik maupun pada tempattempat rekreasi.
Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang jelas dikatakan bahwa keselamatan kerja
merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan
orang lain dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya, yang berasal dari
mesin-mesin, pesawat, alat kerja dan bahan, beserta energi. Juga perlindungan
dari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi.
Dalam undang-undang K3 tersirat pengertian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara filosofi sebagai upaya dan pemikiran dalam menjamin
kebutuhan dan kesempurnaan jasmani atau rohani manusia pada umumnya
dan tenaga pada khususnya serta hasil karya dan budaya dalam rangka menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sedang pengertian secara
keilmuan adalah sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Yusuf, 2002).
Dari upaya perlindungan tersebut maka Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan atas undang-undang
tersebut membuat visi di bidang K3 yaitu Menjadi Kebutuhan Masyarakat.

95

Dengan visi tersebut diharapkan pelaksanaan K3 di masyarakat baik industri


maupun masyarakat umum dapat berjalan baik.
Sedang menurut Simanjuntak (1994) dalam Sahab (1997) keselamatan
adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau
dengan risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu. Keselamatan
kerja sebagai sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat, dan kematian
mencakup pencegahan kecelakaan dan perlindungan terhadap tenaga kerja
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat kondisi kerja yang
tidak aman dan tidak sehat.
Upaya untuk menjaga keselamatan pekerja maupun tempat kerja perlu
dilakukan melalui program keselamatan yang disponsori oleh manajemen.
Menurut Gueech (1993) dalam buku Sumamur (1996) program dasar dalam
pengendalian keselamatan meliputi Tree Es of Safety yaitu enginering,
education, dan enforcement. Dengan program dasar tersebut diharapkan
pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di
tempat kerja.
Dari beberapa uraian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa
aspek yang menjadi dasar penerapan K3 yaitu:
a. Aspek filosofi dimana hak asasi manusia merupakan dasar pemikiran
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Manusia mempunyai hak sama
untuk hidup demikian juga dengan keselamatan dan kesehatan.

96

b. Aspek legal dimana K3 tidak dapat diterapkan secara nyata tanpa adanya
aturan-aturan yang dipakai, untuk itulah adanya peraturan pada berbagai
tingkat yang mengatur K3.
c. Aspek ekonomi bahwa dengan menerapkan K3 maka tingkat kecelakaan akan
menurun sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun. Selain itu
dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi.
2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus (2006) memiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di
dalam industri maupun di luar industri.
b. Menerapkan program keselamatan untuk meningkatkan kesejahteraan.
c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
pekerjaan.
d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.
e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan
meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan komponenkomponen berikut:
a. Karekteristik pekerja/kegiatan yang terdiri dari jenis, ruang lingkup, lamanya
kegiatan yang dilakukan , dan level kegiatan.

97

b. Pengorganisasian dan menajemen pekerjaan.


c. Bahan dan alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
d. Karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.
Sedangkan menurut American Medical Association K3 mempunyai
tujuan:
a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja.
b. Melindungi masyarakat lainnya.
c. Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental dan emosional
pekerja dalam bekerja.
d. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka
yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.
e. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan termasuk memperoleh
dokter pribadi dimanapun bila mungkin.
Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatakan bahwa sasaran utama dari
K3 adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan
peningkatan kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas

keselamatan

pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja


secara aman, sehat dan produktif.
2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Sesuai perkembangan keilmuan dan konsep K3 yang dikutip dari
Zaim (2002), saat ini program dasar diarahkan kepada:

98

a. Desain, peralatan, bahan dan lingkungan yang dapat ditinjau dari Higiene
Industry, Ergonomi, dan Safety.
b. Manajemen yang lebih dikenal dengan integrasi dari sistem manajemen.
c. Manusia.
Sedangkan menurut Thomas (1989) dalam skripsi Zaim (2002)
mengungkapkan beberapa hal tentang program K3, sebagai berikut:
a. Kebijakan K3 dan partisipasi manajemen.
b. K3 profesional antara lain adanya fungsi khusus pada profesional K3,
administrasi program-program K3, hubungan kerja yang baik dan
pertanggungjawaban.
c. Industri-industri kecil.
d. Pendekatan perilaku selamat.
e. Promosi K3 ditunjukkan oleh adanya konsultan dan pengawasan K3.
f. Laporan yang terdiri dari laporan penyakit, laporan investigasi kecelakaan,
syarat-syarat K3, survei di semua bagian, keberadaan komite K3 serta standarstandar K3.
g. Pelatihan K3 bagi karyawan baru maupun setiap jenis pekerjaan.
h. Perencanaan inspeksi.
i. Evaluasi terhadap penyakit.
j. Pengendalian lingkungan fisik.
Program K3 sering ditempatkan di tempat kerja sesuai dengan
kebijakan masing-masing perusahaan.

99

2.2. Perilaku
Kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat atau kelompok akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang
pada umumnya disebut kebudayaan. Dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan,
perilaku adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan
mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Perilaku manusia adalah
suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Selanjutnya perilaku itu dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam
diri seseorang sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang yakni kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, kekuatan-kekuatan
penahan menurun, atau kekuatan pendorong menurun dan kekuatan penahan
meningkat (Lewin, 1970).
Gambar 2.1.
Teori Determinan Perilaku Manusia Menurut Green (1980)

Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosio-Budaya

Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Kehendak
Motivasi
Niat

Perilaku

Sumber: Notoatmodjo (2007)

Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis


perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

100

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor
di luar perilaku (non behaviour causes). Disimpulkan dalam gambar di atas bahwa
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, niat, dan menghasilkan perilaku dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Perilaku K3 yang diungkapkan oleh Pasiak (1999) menyatakan bahwa
kegiatan keselamatan kerja pertambangan harus melengkapi unsur inisiatif, birokratif,
tanggap, dan patuh dalam melakukan berbagai tindakan. Diharapkan dengan
mengindahkan unsur tersebut maka perilaku K3 yang baik akan terealisasikan.
2.2.1. Pengertian Perilaku
Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999) mendefinisikan
perilaku sebagai suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam
bentuk yang dapat diamati dengan beberapa cara. Perilaku berbeda dengan
pikiran atau perasaan karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tak
seorangpun dapat melihat atau mendengar pikiran, tetapi seseorang dapat
melihat atau mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat dan mengukur apa
yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita dapat menilai perilaku
seseorang apakah perilaku itu positif atau perilaku itu negatif. Dari perilaku
seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang pikiran dan sikap terhadap
suatu objek.

101

2.2.2. Konsep Perilaku


Skinner
respons/reaksi

(1938)
seseorang

merumuskan
terhadap

bahwa

stimulus

perilaku
(rangsangan

merupakan
dari

luar)

(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Munandar (2001) dalam The Psychology of Safety Handbook,
perilaku mengacu pada tindakan seseorang yang dapat diamati oleh orang
lain.
Malott dalam buku Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa
perilaku merupakan sesuatu yang dilakukan atau dikatakan oleh seseorang,
sebagai sebuah aktivitas baik aksi maupun reaksi (Mc Sween, 2003).
2.2.3. Pengukuran Perilaku
Menurut Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999), pengukuran
perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan
checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Checklist dilakukan
dengan meminta seseorang yang akan dinilai perilakunya, misalnya perilaku
yang dilakukan pada saat sekarang atau pada satu tahun terakhir. Pengamatan
langsung dilakukan dengan mengamati perilaku yang tampak dilakukan oleh
seseorang dalam jangka waktu tertentu.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku K3


Dalam bukunya, Pasiak (1999) menulis bahwa terdapat 6 unsur pokok sebuah
perilaku K3 di tempat kerja yang dirumuskan oleh WHO. Pemikiran dan perasaan

102

(thoughts and felling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
tempat kerja, dan jenis pekerjaan.
2.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Seorang pekerja memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas
setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya terkena api. Seorang
dokter akan merawat pasiennya setelah melihat pasien lain dengan jenis
kesakitan yang sama hingga cacat, karena pasien yang lain tersebut tidak
dirawat secara intensif oleh dokter. (Notoatmodjo, 2007).
Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada
perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan
perilaku K3 yang dilakukannya.
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Bloom (1975) yang dikutip dari Widayatun (1999),
pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses
pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh
sebelumnya. Bloom mengelompokkan pengetahuan ke dalam dominan

103

kognitif dan menempatkannya sebagai urutan utama dari domain kognitif


karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkattingkat domain kognitif berikutnya yang meliputi tingkat pemahaman,
penerapan, analis, sintesis dan penilaian. Sedang menurut Abijusah (1981)
bahwa pengetahuan adalah kemampuan dari seseorang untuk memahami
sesuatu.
Menurut Skinner seperti dikutip oleh Notoatmojo (2007) bila
seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang
tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat
dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang
diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan
adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses
penginderaan mengenai suatu objek tertentu dengan cara mengingat atau
mengenal informasi yang ada pada objek tersebut, merupakan bagian tingkah
laku yang termasuk dalam domain kognitif tingkat pertama.
b. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmojo (2007) dalam bukunya yang berjudul promosi kesehatan
dan ilmu perilaku menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

Tahu, artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap

104

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.

Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang


objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.

Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah


dipelajari pada situasi nyata yaitu menggunakan hukum-hukum, rumusrumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek


ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam


bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang sudah ada.

Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian


terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
sudah ada.
Dari lingkungan seseorang mendapat pengalaman dan pengetahuan.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan


informal. Makin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin
luas pengetahuannya. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk operasional

105

dari perilaku manusia yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Adenan,


1986) dalam buku Widayatun (1999).
c. Pengukuran Pengetahuan
Dari pengertian pengetahuan yang dikemukakan Bloom dan Skinner,
menunjukkan tingkat pengetahuan yaitu dengan cara orang yang bersangkutan
mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban
baik secara lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi
dari suatu stimulus yang dapat berupa pernyataan lisan maupun tertulis.
Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan
sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila
seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek
dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek
tersebut.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum menurut Widayatun (1999) dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu:

Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaan esai.


Pertanyaan esai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai sehingga hasilnya
akan berbeda untuk masing-masing penilai dari suatu waktu ke waktu
lainnya.

106

Pertanyaan pilihan ganda.


Pertayaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan, disebut pertanyaan
obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh
penilai tanpa melibatkan faktor-faktor subyektif dari penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya

pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena
lebih mudah sesuai dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat
dinilai.
2.3.2. Persepsi
Persepsi merupakan perasaan setuju atau tidak setuju berdasarkan dari
dorongan diri sendiri atau berdasarkan dari dorongan keikutsertaan orang lain.
Persepsi ini lebih melekat kepada orang-orang yang mempunyai sifat perasa
(Notoatmodjo, 2007).
Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
adalah faktor esensial bagi keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja.
Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja dikalangan karyawan merupakan unsur penentu kemajuan
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja normatif menurut ketentuan
perundang-undangan

yang

berlaku

serta

penggerak

improvisasi

penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang


lebih besar. Konsep yang mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
menjadi kepedulian semua orang yang harus menjadi persepsi seluruh
karyawan.

107

Gambar 2.2.
Proses Terjadinya Persepsi

Proses Persepsi,
Pengorganisasian, &
Penerjemahan
Observasi
Stimulus

Stimulus

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Persepsi

Evaluasi &
Penafsiran

Perilaku
Tanggapan
Pembentukan
Sikap

Sumber: Gibson (1985)


Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
dikalangan masyarakat tidak sesederhana berdasarkan pengertian teknis
menurut ketentuan yang berlaku tetapi sangat ditentukan oleh makna
keselamatan dan kesehatan kerja untuk masyarakat bersangkutan yang
memiliki latar belakang sosial budaya dan ekonomi masing-masing.
Keselamatan dan kesehatan kerja (Kondarus, 2006) menampilkan
berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat yaitu:

Hak Azasi Manusia (HAM) khususnya hak para pekerja.

Pemenuhan

ketentuan

perundang-undangan

dalam

ketenagakerjaan.

Salah satu unsur dalam manajemen dunia usaha.

Dapat dijadikan instrumen guna meningkatkan produktivitas.

Bisa memainkan peran dalam mewujudkan kualitas produk.

Suatu jenis kekhususan teknologi.

bidang

108

Perlunya riset keselamatan dan kesehatan kerja untuk pengembangan


teknologi dan aplikasinya.
Dengan kadar yang berlainan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan

kerja seperti di atas membentuk persepsi dan pemahaman orang perorang dan
kelompok masyarakat (Sumamur, 1996). Persepsi dan pemahaman tentang
keselamatan dan kesehatan kerja akan ditampilkan dalam bentuk sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan pekerjaan.
a. Pengertian Persepsi
Menurut Sarwono (1992) dalam skripsi Zaim (2002) manusia
mengerti dan menilai lingkungannya dapat didasarkan pada dua cara
pendekatan.
Pendekatan pertama adalah pendekatan konvensional yang bermula
dari adanya rangsangan individu yang menjadikan individu sadar akan adanya
stimulus ini melalui sel-sel syaraf dan respon yang peka terhadap bentukbentuk energi tertentu.
Bila sumber energi cukup kuat untuk merangsang sel-sel maka
terjadilah penginderaan. Jika penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di
dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa menggali
dan menilai objek maka keadaan ini dinamakan persepsi.
Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologi, pada pendekatan ini
individu tidak menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya
karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri
dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.

109

Pertambahan

kemampuan

seseorang

untuk

mengorganisasikan

pengamatan, bersumber dari informasi yang berasal dari lingkungan sebagai


hasil pengalaman atau praktik dengan stimulus yang berasal dari belajar
disebut persepsi (Gibson).
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan dan memberi arti pada rangsangan baik bersifat internal
maupun eksternal (Ross 1980) dalam buku Munandar (2001).
Krech (1962) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan persepsi
dipengaruhi oleh:

Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan


diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain.

Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak
terlepas dari keadaan lingkungan.
Dari beberapa uraian diatas persepsi merupakan suatu proses yang

terjadi dalam diri manusia dimana rangsangan yang diterima oleh indera
melalui proses belajar atau pengalaman diorganisasikan dan diinterpretasikan
lebih dahulu sebelum stimulus tersebut dapat dimengerti dan direspon.
Dengan kata lain persepsi adalah pendapat, penilaian, dan keyakinan yang
timbul dalam diri seseorang mengenai objek tertentu.

110

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut Thoha (1983) dalam skripsi Zaim (2002) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah keadaan psikologi,
keluarga, dan kebudayaan.
Robin (1989) dalam Zaim (2002) mengatakan faktor yang
mempengaruhi pembentukan persepsi sehingga memungkinkan terjadi
perbedaan adalah:

Karakter dari recieper


Kepribadian, sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan dari
orang tersebut.

Karakter target yang dipersepsi


Sebagai sesuatu yang terisolasi maka hubungan target dan latar beserta
kedekatan atau kemiripan yang dipersepsikan.

Konteks situasi terjadinya persepsi


Waktu, lokasi, cahaya, panas atau faktor situasi yang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi seseorang adalah:

Intensitas
Semakin besar intensitas stimulus semakin besar pula dapat dipahami.

Ukuran
Semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk bisa
diketahui atau dipahami.

111

Keberlawanan atau kontras


Semakin kontras stimulus yang ada dengan lingkungan semakin mudah
dipahami.
Dalam penafsiran suatu objek seseorang dapat mempunyai persepsi

yang sama dengan orang lain tetapi bisa pula berbeda. Menurut Azwar (2007),
perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh:

Perhatian
Biasanya seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitarnya sekaligus tetapi dapat memfokuskan perhatian pada satu atau
dua objek saja.

Set
Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.

Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang
akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap
persepsi.

Ciri kepribadian
Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap respon dari
rangsangan yang diterima.

112

Gangguan jiwa
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut
halusinasi.

c. Cara Pengukuran Persepsi


Kesan yang muncul apakah positif atau negatif tergantung pada pengalaman
yang diperoleh melalui proses berpikir dan belajar (Fogus dan Malamed,
1976) dalam Munandar (2001).
Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan membuat pernyataan
yang memberikan alternatif pilihan jawaban terhadap responden. Pernyataan
yang dibuat menggambarkan pendapat, penilaian, dan penafsiran responden
tentang suatu objek. Untuk pengukuran persepsi yang ingin diketahui adalah
objektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan responden terhadap suatu
objek. Hasil kumulatif dari penilaian bisa menimbulkan kesan positif atau
kesan negatif pada responden terhadap objek yang dinilai (Widayatun, 1999).

113

2.3.3. Sikap
Gambar 2.3.
Komponen Sikap

Desain
Pekerjaan
Gaya Manajer
Kebijakan
Teknologi
Upah
Tunjangan

Afeksi

Kognisi
Perilaku

Tanggapan Emosional; Pernyataan


Tentang Suka / Tidak Suka
Tanggapan Persepsi; Pernyataan
Tentang Keyakinan
Tanggapan Tindakan; Pernyataan
Tentang Perilaku

Sumber: Gibson (1985)


Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang menjauhi atau mendekati orang lain
atau objek lain.
a. Pengertian Sikap
Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) merumuskan sikap
adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif
terhadap orang, objek, atau situasi.
Menurut Krech (1962) sikap adalah kesesuaian reaksi terhadap
kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan dengan rangsangan
sosial dan reaksi yang bersifat emosional (dalam Widayatun 1999).

114

Second dan Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan


dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi tindakan seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya (dalam Widayatun 1999).
Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap adalah reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulan atau objek.
Marat (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap
adalah merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi
sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah
laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan
dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan
sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Marat (1982) melanjutkan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kecenderungan seseorang untuk bertindak secara tertentu, bersifat relatif
menetap dan tidak berubah yang menggambarkan rasa suka atau tidak suka
terhadap suatu objek, diperoleh dari hasil belajar atau pengalaman sendiri
maupun orang lain (Notoatmodjo, 2007).
b. Pembentuk Sikap
Azwar (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok yaitu:

Kepercayaan (keyakinan) meliputi ide dan konsep-konsep terhadap suatu


objek.

115

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

Kecenderungan untuk bertindak.


Sedang

Marat

(1982)

dalam

buku

Notoatmodjo

(2007)

mengemukakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu:

Komponen kognitif

Komponen komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa


yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang


terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki subjek terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan
pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

Komponen konatif

Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan


bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang yang berkaitan dengan objek yang dihadapi.
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses
tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individuindividu lain di sekitarnya. Dalam hal ini Marat (1982) dalam buku
Notoatmodjo (2007) memberikan penjelasan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap adalah:

116

Faktor internal

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti
selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada
proses-proses memilih rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan
rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai
kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau terbentuk
sikap negatif bila kecenderungan itu menolak.

Faktor eksternal

Yaitu faktor-faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap, terdiri dari:


a. Sifat objek yang dijadikan sasaran.
b. Kewajiban orang yang mengemukakan suatu sikap.
c. Sifat-sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan situasi pada
saat sikap itu terbentuk.
Ciri-ciri sikap menurut Marat (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007)
adalah:

Bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang


perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objek tersebut.

Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari.

Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi terhadap


suatu objek.

117

Objek sikap dapat berupa satu hal tertentu tetapi dapat juga berupa
kumpulan dari hal-hal tersebut.

Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.


Pembentukan sikap menurut Azwar (2007) memiliki tahapan-tahapan

yaitu:

Menerima

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diterima.

Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya dan menyelesaikan tugas yang


diberikan.

Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

Bertanggungjawab

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko.
c. Pengukuran Sikap
Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) menjelaskan sikap
adalah kecenderungan manusia untuk berespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek atau situasi.
Teknik pengukuran sikap yang dikenal saat ini adalah skala Thurstone
Equal-Appeal Interval Scala dengan menempatkan suatu benda kedalam dua
dimensi evaluasi kesukaan dan ketidaksukaan dengan rentang dari satu
sampai sebelas (Zaim, 2002).

118

Skala Likert yaitu Likert Method of Summateds Ratings lebih


sederhana lagi dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap dengan
rentang satu sampai lima yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju atau disederhanakan menjadi rentang satu sampai
empat yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
(Azwar 2007).
Skala sikap berisikan pernyataan-pernyataan sikap tentang objek yang
diukur. Pernyataan sikap berisikan hal-hal positif (favorable) atau hal-hal
yang negatif (non-favorable) mengenai objek sikap. Dalam pernyataan skala
sikap memuat komponen-komponen perilaku terdiri dari aspek kognitif,
afektif, dan kecenderungan bertindak.
2.3.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan menggambarkan seseorang telah menjalani
kegiatan belajar secara formal di suatu instansi pendidikan dengan
memperoleh tanda tamat pada setiap jenjangnya. Semakin tinggi jenjang
pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan semakin banyak pengetahuan
berarti mengenai berbagai macam faham ilmu (Widayatun,1999).
Ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang
terhadap perilaku K3. Hal ini diungkapkan oleh Siagian (1998) tentang
penelitian yang pernah dilakukannya. Karena didapat p value sebesar 0,500
yang artinya ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku K3 yang dilakukan.

119

2.3.5. Jenis Pekerjaan


Kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan barang atau
jasa dimanapun merupakan sebuah pekerjaan. Pekerjaan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tenaga fisik maupun kemampuan memutar otak demi
memenuhi target menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat (Azwar, 2007).
2.3.6. Tempat Kerja
Perusahaan apapun bentuknya merupakan sumber mata pencaharian
seseorang. Perusahaan atau instansi biasanya memiliki orang-orang yang
berfungsi sebagai penggerak proses suatu produksi. Dapat dikatakan juga
bahwa tempat kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah institusi barang
atau jasa yang menjadi lokasi seorang pekerja melakukan pekerjaan (Azwar,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa ada
perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490.
Artinya ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.

2.4. Kerangka Teori


Kerangka teori tentang faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di bawah ini
merupakan gabungan dari berbagai macam pendapat atau teori yang diungkapkan
oleh para ilmuan. Diantara ilmuan tersebut adalah Gibson (1985), Nototmodjo
(2007), dan Azwar (2007). Kesemua teori tersebut mengungkapkan tentang faktor
yang mempengaruhi perilaku K3.

120

Gambar 2.4.
Kerangka Teori
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3
Variabel Individu
Kemampuan dan
Keterampilan mental
serta fisik.

Variabel Psikologis
Persepsi
Sikap
Keperibadian
Pendidikan Belajar
Motivasi

Latar Belakang
Keluarga, Tingkat
Sosial, dan Pengalaman.
Demografis
Umur, Asal usul, dan
Jenis Kelamin

Variabel Organisasi
Sumber daya,
Kepemimpinan,
Imbalan, Struktur, dan
Desain Pekerjaan

Perilaku K3
Individu
Apa saja yang
diharapkan

Keluarga
Lingkungan
Iklim Kerja
Masyarakat Kerja
Lokasi Kerja
Atribut Kerja

Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Kehendak
Motivasi
Niat

Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosio-Budaya

121

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep


Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah karakteristik responden
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat
kerja responden yang berkaitan dengan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja di
area pengolahan. Selanjutnya akan diteliti hubungan pengetahuan dengan perilaku
K3, persepsi dengan perilaku K3, sikap dengan perilaku K3, tingkat pendidikan
dengan perilaku K3, jenis pekerjaan dengan perilaku K3, serta tempat kerja dengan
perilaku K3.
Dalam skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1.
Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan

Persepsi

Sikap
Perilaku K3
Pendidikan

Jenis Pekerjaan

Tempat Kerja

122

3.2. Definisi Operasional


Tabel 3.1.
Definisi Operasional
No.

Variabel

Perilaku K3

Pengetahuan

Persepsi

Definisi

Alat Ukur

Tindakan karyawan
yang berhubungan
dengan keselamatan
dan kesehatan kerja di
area pengolahan yang
meliputi:
- Inisiatif
- Birokratif
(struktural)
- Tanggap
- Patuh.
(Pasiak, 1999)

Kuesioner

Banyaknya informasi
yang dimiliki oleh
karyawan tentang
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Pemahaman
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Penilaian
(Bloom, 1975)

Kuesioner

Pendapat, penilaian,
dan penafsiran yang
timbul dalam diri
karyawan mengenai
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Referensi
- Pengalaman
(Krech, 1962)

Kuesioner

Hasil Ukur

Skala

0. Negatif ( 2)
1. Positif (> 2)

Ordinal

Range = 0-4

0. Rendah ( 6)
1. Tinggi (> 6)

Ordinal

Range = 0-12

0. Negatif ( 6)
1. Positif (> 6)
Range = 0-12

Ordinal

123

No.
4

Variabel
Sikap

Pendidikan

Definisi

Alat Ukur

Hasil Ukur

Slaka

0. Negatif ( 6)
1. Positif (> 6)

Ordinal

Kecenderungan atau
kesiapan karyawan
untuk melakukan
tindakan sesuai
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Kognitif
- Afektif
- Konatif
(Azwar, 2007)

Kuesioner

Pendidikan formal
terakhir yang tamat
ditempuh karyawan
(Widayatun 1999)

Kuesioner

1. Lulus SLTP
2. Lulus SLTA
3. Lulus PT

Ordinal

Pekerjaan / profesi
yang dijalani seharihari oleh karyawan
(Azwar, 2007)

Kuesioner

1. Process
Plant
2. Perencana
pengolahan
3. Sianidator
4. Recovery
5. Pengolahan
limbah

Nominal

1. In door
2. Out door

Nominal

Jenis
Pekerjaan

Tempat kerja Unit atau bagian tempat


karyawan bekerja
(Azwar, 2007)

Range = 0-12

Kuesioner

3.3. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis yang dibuat adalah:
(a). Ada hubungan antara pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

124

(b). Ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(c). Ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(d). Ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(e). Ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(f). Ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

125

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran terhadap status karakter atau variabel subjek
pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek penelitian diamati
pada waktu yang sama.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor ini bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan
emas dan perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di desa Bantarkaret,
Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak 54
km dari pusat kota Bogor. PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor mempunyai luas Kuasa Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan
dan bahkan berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian

126

Kawasan Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha
dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2008 dengan melakukan
pengamatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja,
senin-jumat dengan waktu pengamatan yang disesuaikan dengan keadaan
pembimbing lapangan.

4.3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian di area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008 yang berjumlah 87 orang
(karyawan tetap dan kontrak). Melihat bahwa jumlah populasi <100, maka jumlah
sampel adalah jumlah populasi (Danim, 2007).

4.4. Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder didapat dari departemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyangkut
identitas diri pekerja pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008
secara umum (NPP, nama, satuan kerja, jabatan, dan pendidikan terakhir) serta
struktur organisasi kepengurusan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008.
Kemudian data primer didapat dengan cara penyebaran kuesioner yang terstruktur, isi
kuesioner berupa pertanyaan dan pernyataan dengan jawaban tertutup yang berkaitan
denagn variabel yang diteliti. Sebelum melakukan penyebaran kuesioner, peneliti

127

melakukan uji validitas kuesioner demi mendapatkan hasil pertanyaan yang reliabel
dan valid.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin
untuk mengurangi bias dengan membuat alat ukur yang sesuai dengan kondisi riil di
lapangan. Pernyataan dan pertanyaan dibuat sesederhana mungkin, kata dan
kalimatnya sangat mudah dipahami sementara isinya memuat hal-hal normatif yang
memang ada dalam lingkungan kerja sehari-hari dari responden. Selain itu juga telah
dilakukan konsultasi mengenai validitas dan reabilitas kuesioner baik dengan
pembimbing akademik maupun lapangan. Uji coba kuesioner juga telah dilakukan
terhadap lima belas responden yang memiliki kemiripan karakteristik dengan
populasi yang akan diteliti. Reabilitas yang didapat sebesar 0,0322, 0.0362, dan
0,0148. Ini menunjukkan bahwa hasil p value yang didapat < 0,05 atau dapat
dikatakan bahwa pertanyaan tersebut sangat reabel.

4.5. Pengolahan Data


Data yang telah diperoleh akan diolah dengan program komputer. Beberapa
proses yang akan dilakukan sebagai berikut:
4.5.1. Editing Data
Dilakukan editing untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah bersih
yaitu data tersebut terisi semua secara konsisten ada relevansi dan dapat
dibaca dengan baik. Hal ini dikerjakan dengan menilai setiap lembar
kuesioner pada waktu penerimaan dari responden.

128

4.5.2. Coding Data


Tiap nomor pada tiap formulir dilakukan coding untuk keperluan analisis
statistik dengan komputer pada kotak yang tersedia dalam lembar kuesioner,
coding dilakuakan oleh peneliti sendiri.
4.5.3. Entry Data
Data tersebut kemudian dimasukkan dalam komputer dengan menggunakan
program komputer.
4.5.4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan pengecekan kembali data yang sudah
dirumuskan, apakah terdapat kekeliruan atau tidak.

4.6. Hasil Ukur


Data yang diambil bersifat kuantitatif dengan memberikan nilai pada setiap
jawaban dari masing-masing variabel yaitu pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
jenis pekerjaan, tempat kerja, dan perilaku K3. Setelah dilakukan pemberian skor
untuk masing-masing pertanyaan atau pernyataan, skor tersebut kemudian diolah
dengan membuat pengelompokan berdasarkan variabel yang hendak diukur.
Variabel karakteristik karyawan meliputi pendidikan, pekerjaan, dan tempat
kerja dijumlahkan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
Untuk variabel pengetahuan terdiri dari 12 pertanyaan, skor masing-masing
pertanyaan adalah satu, jumlah seluruh skor 12. Jawaban yang benar mendapat skor 1
(satu) sedang jawaban yang salah mendapat skor 0 (nol). Bila responden menjawab
benar dengan jumlah skor kurang atau sama dengan median dikategorikan

129

berpengetahuan rendah sedang bila responden menjawab benar dengan jumlah diatas
median dikategorikan berpengetahuan tinggi.
Untuk variabel persepsi terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif
yang berjumlah 12 pernyataan, masing-masing pernyataan memiliki nilai satu
sehingga jumlah seluruh skor 12. Setiap pernyataan yang dipersepsikan benar
mendapat skor 1 (satu), bila dipersepsikan salah mendapat skor 0 (nol). Untuk
analisis skor dikelompokkan menjadi dua, bila mendapat skor dibawah atau sama
dengan median dikategorikn memiliki persepsi negatif dan bila skor diatas median
dikategorikan persepsi positif.
Untuk variabel sikap terdiri dari pernyataan positif dan penyataan negatif
yang berjumlah 12 pernyataan masing-masing memiliki skor 1 sehingga total skor
adalah 12. Untuk kepentingan analisis jawaban dijadikan dua kategori, jawaban yang
mendapat skor 1 (satu) adalah menjawab dengan hasil yang diharapkan dan mendapat
skor 0 (nol) adalah menjawab dengan hasil yang tidak diharapkan. Jumlah kumulatif
responden yang mendapat nilai dibawah atau sama dengan median dikategorikan
memiliki sikap yang negatif sedang responden yang mendapat nilai diatas median
dikategorikan memiliki sikap yang positif.
Variabel perilaku terdiri dari empat pernyataan yang memilki jawaban
tertutup yang berkategori perilaku positif dan perilaku negatif. Masing-masing
memilki skor 1 (satu) sehingga total skor adalah 4 (empat). Untuk analisis dibuat
menjadi dua kategori yaitu perilaku positif dan perilaku negatif. Responden yang
mendapat skor dibawah atau sama dengan 2 (dua) dikategorikan berperilaku negatif
sedang yang mendapat skor diatas dua dikategorikan berperilku positif.

130

Untuk variabel peristiwa keacelakan dan keluhan (sakit) terdiri dari 4 (empat)
pernyataan dengan jawaban berupa pilihan tentang peristiwa kecelakaan dan keluhan
(sakit) yang pernah dialami responden dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Masing-masing jawaban dikategorikan sebagai peristiwa kecelakaan dan keluhan
(sakit) tidak mendapat skor. Untuk kepentingan analisa masing-masing kategori
peristiwa kecelakan dan keluhan (sakit) dijumlahkan. Pernyataan ini dibuat untuk
memperkuat jawaban dari perilaku K3 yang kurang baik.

4.7. Analisis Data


Analisis data digunakan dengan menggunakan komputer dengan program
komputer berbasis analisis data. Pada analissis tahap awal dilakukan analisa dengan
menggunakan tabel-tabel frekuensi untuk mengetahui karakteristik masing-masing
variabel.
Kemudian dilakukan analisis sebagai berikut:
4.7.1. Analisis Univariat
Univariat berfungsi untuk memperoleh gambaran secara deskriptif yang
meliputi distribusi frekuensi dari variabel dependen yang diteliti. Variabel yang
diteliti tersebut adalah:

Distribusi frekuensi perilaku responden

Distribusi frekuensi pengetahuan responden.

Distribusi frekuensi persepsi responden.

Distribusi frekuensi sikap responden.

131

Distribusi frekuensi pendidikan responden.

Distribusi frekuensi jenis pekerjaan responden.

Distribusi frekuensi tempat kerja responden.

4.7.2. Analisis Bivariat


Bivariat berfungsi untuk menguji hipotesis dengan perbedaan proporsi perilaku
K3 yang dihubungkan dengan variabel dependen. Cross Tabulasi bertujuan
melihat perbedaan yang bermakna secara statistik pada beberpa variabel dengan
uji kai-kuadrat, yaitu:

Hubungan pengetahuan responden terhadap perilaku K3 responden.

Hubungan persepsi responden terhadap perilaku K3 responden.

Hubungan sikap responden terhadap perilaku K3 responden.

Hubungan tingkat pendidikan responden terhadap perilaku K3 responden.

Hubungan jenis pekerjaan terhadap perilaku K3 responden.

Hubungan tempat kerja terhadap perilaku K3 responden.


Untuk itu, digunakan uji Chi Square (kai kuadrat) dengan cara membandingkan
frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan dengan rumus :
df = (b-1)(k-1)
(O E ) 2
X =
E

O = Nilai Observasi
E = Nilai Ekpetasi (Harapan)
k = Jumlah Kolom
b = Jumlah Baris

132

Variabel-variabel dari perhitungan tersebut, apabila p-value yang diperoleh


lebih kecil dibandingkan dengan = 5%, maka Ho ditolak. Apabila p-value
yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan = 5%, maka Ho gagal
ditolak.

133

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1. Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada seluruh karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak
87 karyawan sebagai responden yang tersebar pada seluruh unit kerja pengolahan.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh
responden yang bekerja di area pengolahan.
Di dalam proses pengumpulan data, karena kesibukan pekerjaan responden
maka pengisian kuesioner menunggu waktu senggang sehingga tidak dapat diawasi
secara langsung oleh peneliti. Hal itu menyebabkan peneliti tidak dapat memantau
kesulitan responden dalam menjawab pernyataan dan pertanyaan yang diajukan.
Selain itu juga, peneliti tidak bisa memastikan jawaban kuesioner yang ada murni
merupakan hasil kerja dari responden bersangkutan secara individu.
Pada dasarnya, jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah
populasi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor tahun 2008 yaitu sebanyak 87 orang. Namun kerena berbagai keterbatasan
peneliti serta sulitnya menemui seluruh karyawan tersebut yang berbeda jenis shift
kerja, maka pada penelitian ini peneliti hanya mampu pengumpulkan sebanyak 73
orang karyawan atau sebesar 88% dari jumlah seluruh karyawan area pengolahan.

134

5.2. Profil Perusahaan


PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan salah satu
perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia dan merupakan BUMN yang berada
di bawah naungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Perusahaan ini
mengoperasikan enam unit penambangan yang salah satunya adalah PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yang bergerak di bidang pertambangan dan
pengolahan emas serta perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di desa
Bantarkaret, Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan
dengan jarak 54 km dari pusat kota Bogor.
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor mempunyai luas Kuasa
Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan dan bahkan berada di bawah
Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian Kawasan Taman Nasional 105 Ha,
Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha dan selebihnya merupakan tanah
milik di luar kawasan. Dengan latar belakang tersebut serta dilandasi pemikiran
proses penambangan yang berwawasan lingkungan, maka sejak awal PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor telah menerapkan sistem penambangan bawah
tanah (underground mining).
5.2.1. Visi dan Misi
a. Visi
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki
2010

visi

yang berbunyi Menjadi Perusahaan Pertambangan Berstandar

Internasional Yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Di Pasar Global.

135

b. Misi
Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor sama dengan PT. ANTAM Tbk pusat sekaligus
unit-unit lain yaitu menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu
nikel, emas, perak, dan mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian
lingkungan. Mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan
pada kompetensi diri dengan tujuan untuk:
1). Memaksimalkan nilai pemegang saham
2). Meningkatkan kesejahteraan pegawai
3).Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.
5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor
Dalam menjalankan usahanya, PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor memliki 3 kebijakan yaitu Kebijakan Mutu,
Kebijakan Lingkungan, dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5.2.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem organisasi yang terbagi atas
beberapa tingkatan direksi. Penerapan sistem ini mengacu pada Keputusan
Direksi PT. Antam Tbk. No. 223K/ 0251/ DAT/ 1995. Sistem ini menjadikan
hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan bersifat langsung

136

melalui wewenang yang telah ditentukan sesuai dengan tanggung jawab,


tugas, kewajiban dan kekuasaan di dalam melaksanakan tugas guna
memudahkan pencapaian tujuan akhir yang telah ditentukan.

46

Gambar 5.1.
Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
Senior Vice
President

Manager
Quality
Management
Assurance

DSVP

DSVP
Finance & Human
Resources

Operation

Manager

Manager

Manager

Manager

Mining

Proses
Plant

Maintenance

Enginering

Manager
Quality
Control

Sumber: Dept. RenBang PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Manager
Finance

Manager
Human
Resource

Manager
PR &
Comdev

Manager
Health
Center &
OH

Manager
Safety &
Environment

47

5.2.4. Area Pengolahan


Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem cut and fill. Metode ini adalah
suatu metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas dari perut
bumi kemudian rongga yang telah kosong dan diambil isinya diisi lagi dengan
material limbah (waste material), pasir dan kerikil yang merupakan sisa hasil
pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya. Untuk memasukkan
material tersebut ke dalam bekas tambang digunakan pompa dan pipa.
Siklus penambangannya adalah sebagai berikut:
1). Pengeboran (Drilling)
2). Peledakan (Blasting)
3). Pembersihan asap (Smoke Clearing)
4). Pembersihan/ penjatuhan batu gantung (Barring Down)
5). Penyanggaan (Supporting)
6). Pemuatan (Loading)
7). Pengangkutan (Transportation)
8). Pengisian ulang (Back filling).
Proses penambangan bijih emas ini dimulai dengan membuat lubang
bor dengan cara drilling (pemboran) untuk menempatkan bahan peledak
powergell magnum. Alat bor yang digunakan adalah jenis jack leg dan jumbo
drill dengan tenaga dari udara bertekanan tinggi (90-120 psi). Setelah
dilakukan peledakan (blasting) lalu dilanjutkan dengan clearing smoke
dengan menggunakan blower, batuan hasil peledakan yang belum jatuh atau

48

yang

berpotensi

jatuh

dibersihkan

atau

dijatuhkan

dahulu

dengan

menggunakan rock bolt. Untuk memperkuat roof batuan digunakan sistem


penyanggaan dengan menggunakan wire mesh, weld mesh, dan rock bolt.
Kemudian bebatuan yang sudah melalui proses pemilihan dimasukkan ke
dalam train wagon sebagai proses pemuatan. Setelah semua train wagon
penuh, barulah proses transportation dilakukan menggunakan locomotif.
Bongkahan batu yang kosong akibat pengambilan tadi kemudian dilakukan
pengisian ulang (back filling) menggunakan sisa bebatuan yang tidak habis
diproses dengan tambahan semen dan air. Hal ini dilakukan demi melestarikan
dan tidak merusak alam dengan mengacu kepada ISO 14001.

5.3. Anaisis Univariat


Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Perilaku
Frekuensi
Prosentase
1.
Negatif
10
14%
2.
Positif
63
86%
Jumlah
73
100%
Tabel 5.1. menggambarkan komposisi responden yang berperilaku K3 negatif
berjumlah 10 orang (14%) sedangkan responden yang berperilaku K3 positif
berjumlah 63 orang (86%).

49

Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Prosentase
1.
Rendah
6
8%
2.
Tinggi
67
92%
Jumlah
73
100%
Tabel 5.2. menggambarkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan K3
rendah berjumlah 6 orang (8%) sedang yang memiliki tingkat pengetahuan K3 tinggi
yaitu sisanya, berjumlah 67 orang (92%).
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Persepsi
Frekuensi
Prosentase
1.
Negatif
7
10%
2.
Positif
66
90%
Jumlah
73
100%
Dari tabel 5.3. menunjukkan persepsi K3 responden yang dikategorikan
negatif berjumlah 7 orang (10%) sedangkan responden yang dikategorikan memiliki
persepsi K3 positif berjumlah 66 orang (90%).

Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Sikap
Frekuensi
Prosentase
1.
Negarif
1
1%
2.
Positif
72
99%
Jumlah
73
100%

50

Dari tabel 5.4. diketahui bahwa 73 responden dikategorikan yang memiliki


sikap K3 negatif berjumlah 1 orang (1%) sedangkan responden yang dikategorikan
memiliki sikap K3 positif berjumlah 72 orang (99%).

Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1.
Lulus SLTP
13
18%
2.
Lulus SLTA
46
63%
3.
Lulus PT
14
19%
Jumlah
73
100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari sebanyak 73 responden, terdapat
13 orang (18%) memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu hanya sampai lulus
sekolah lanjutan tingkat pertama. Responden yang lulus sekolah lanjut tingkat atas
mempunyai frekuensi terbanyak yaitu berjumlah 46 orang (63%). Sedangkan
responden dengan tingkat pendidikan lulus perguruan tinggi berjumlah 14 orang
(19%).
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Jenis Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase
1.
0
0%
Process Plant
2.
Perencana Pengolahan
14
19%
3.
20
27%
Sianidator
4.
21
29%
Recovery
5.
Pengolahan Limbah
18
25%
Jumlah
73
100%

51

Melihat tabel 5.6. di atas, didapat informasi komposisi pekerjaan responden


meliputi process plant 0 orang (0%) perencana pengolahan 14 orang (19%) yang
merupakan jumlah terkecil. Jenis pekerjaan sianidator pada area pengolahan
berjumlah 20 orang (27%), dan jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery memiliki
jumlah pekerja 21 orang (29%). Kemudian jenis pekerjaan yang terakhir adalah
pengolahan limbah berjumlah 18 orang (25%).

Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Tempat Kerja
Frekuensi
Prosentase
1.
35
48%
In door
2.
38
52%
Out door
Jumlah
73
100%
Berdasarkan tabel 5.7. diketahui bahwa responden berjumlah 35 orang (48%)
bertempat kerja di dalam ruangan (in door) dan selebihnya serjumlah 38 orang (52%)
responden bertempat kerja di luar ruangan (out door).

5.4. Analisis Bivariat


Tabel 5.8.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

Rendah
Tinggi
Jumlah

Pengetahuan

Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
2
20
4
6
8
80
59
94
10
100
63
100

Total

P.
Value

6
67
73

0,158

52

Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku K3


diperoleh bahwa sebanyak 2 (20%) orang dari 10 (100%) orang responden
mempunyai pengetahuan rendah dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 4 (6%)
orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan rendah namun
berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang
dari 10 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan tinggi namun berperilaku
K3 yang negatif. Sebanyak 59 (94%) orang dari 63 (100%) orang responden
mempunyai pengetahuan tinggi dan berperilaku K3 yang positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,158. Maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden berpengetahuan rendah
maupun responden berpengetahuan tinggi. (Tidak ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku K3).
Tabel 5.9.
Distribusi Responden Menurut Persepsi dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

Persepsi
Jumlah

Negatif
Positif

Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
4
40
3
5
6
60
60
95
10
100
63
100

Total

P.
Value

7
66
73

0.000

Hasil analisis hubungan antara tingkat persepsi dengan perilaku K3 diperoleh


bahwa sebanyak 4 (40%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai persepsi
negatif dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 3 (5%) orang dari 63 (100%)
orang responden mempunyai persepsi negatif namun berperilaku K3 yang positif.

53

Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 6 (60%) orang dari 10 (100%) orang


responden mempunyai persepsi positif namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak
60 (95%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai persepsi positif dan
berperilaku K3 yang positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden berpersepsi negatif dan berpersepsi
positif. (ada hubungan antara persepsi dengan perilaku K3).
Tabel 5.10.
Distribusi Responden Menurut Sikap dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

Sikap
Jumlah

Negatif
Positif

Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
1
10
0
0
9
90
63
100
10
100
63
100

Total

P.
Value

1
72
73

0.000

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku K3 diperoleh bahwa


sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai sikap negatif
dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 0 (0%) orang dari 63 (100%) orang
responden mempunyai sikap negatif namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya,
diperoleh bahwa sebanyak 9 (90%) orang dari 10 (100%) orang responden
mempunyai sikap positif namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 63 (100%)
orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai sikap positif dan berperilaku K3
yang positif.

54

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bersikap negatif dan bersikap
positif. (Ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3).
Tabel 5.11.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

Pendidikan

Lulus SLTP
Lulus SLTA
Lulus PT
Jumlah

Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
3
30
10
16
6
60
40
63
1
10
13
21
10
100
63
100

Total

P.
Value

13
46
14
73

0,215

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3


diperoleh bahwa sebanyak 3 (30%) orang dari 10 (100%) orang responden
mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 10 (16%) orang dari 63 (100%)
orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai SLTP namun
berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 6 (60%) orang dari
10 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai
sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 40
(63%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya
lulus sampai SLTA namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya diperoleh
sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tingkat
pendidikan yang lulus perguruan tinggi (PT) namun berperilaku K3 yang negatif.

55

Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang mempunyai tingkat
pendidikan yang lulus PT dan berperilaku K3 yang positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,215. Maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara tingkat pendidikan hanya lulus
SLTP, hanya lulus SLTA, maupun telah lulus PT. (Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perilaku K3).
Tabel 5.12.
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

Pekerjaan

Process Plant
Perencana Pengolahan
Sianidator
Recovery
Pengolah Limbah
Jumlah

Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
0
0%
0
0%
1
10
13
21
3
30
17
27
1
10
20
31
5
50
13
21
10
100
63
100

Total

P.
Value

0
14
20
21
18
73

0,429

Hasil analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 diperoleh


bahwa tidak ada responden yang diteliti mempunyai pekerjaan sebagai process plant.
Sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan
sebagai perencana pengolahan yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 13 (21%)
orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai perencana
pengolahan dan berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 3
(30%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai
sianidator yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 17 (27%) orang dari 63 (100%)

56

orang responden mempunyai pekerjaan sebagai sianidator dan berperilaku K3 yang


positif. Diperoleh bahwa sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden
mempunyai pekerjaan sebagai recovery yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 20
(31%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai recovery
dan berperilaku K3 yang positif. Selebihnya diperoleh sebanyak 5 (50%) orang dari
10 (100%) orang responden mempunyai jenis pekerjaan sebagai pengolah limbah
yang berperilaku K3 negatif. Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63
(100%) orang mempunyai pekerjaan sebagai pengolah limbah yang berperilaku K3
positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,429. Maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara jenis pekerjaan sebagai perencana
pengolahan, sianidator, recovery, maupun pengolah limbah. (Tidak ada hubungan
antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3).
Tabel 5.13.
Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

Tempat
Kerja

In door
Out door
Jumlah

Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
2
20
33
52
8
80
30
48
10
100
63
100

Total

P.
Value

35
38
73

0,228

Hasil analisis hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 diperoleh


bahwa sebanyak 2 (20%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat
kerja di dalam ruangan (in door) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 33

57

(52%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di in door dan
berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang
dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di luar ruangan (out door)
yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 30 (48%) orang dari 63 (100%) orang
responden mempunyai tempat kerja di out door dan berperilaku K3 yang positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,228. Maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bertempat kerja di in door
maupun di out door. (Tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3).

58

BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan analitik dengan pendekatan


cross sectional. Deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang
pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, tempat kerja, dan perilaku
K3 responden di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor tahun 2008 secara objektif. Adapun analitik dimaksudkan untuk melihat kaitan
saling mempengaruhi beberapa variabel yang diteliti, dimana variabel tersebut dapat
mempengaruhi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan pertambangan.
Untuk pembahasan ini akan disusun dengan sistematika pembahasan sebagai
berikut:

6.1. Keterbatasan Penelitian


1.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, penelitian hanya


dilakukan satu kali pada satu waktu yang bersamaan. Berarti bahwa
pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat yang bersamaan.
Teknik penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner yang berisikan
pernyataan dan pertanyaan tentang variabel yang diteliti dan diisi sendiri oleh
responden tanpa ada intervensi dari peneliti.

2.

Jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi karyawan
area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun
2008 yaitu sebanyak 87 orang. Kerena berbagai keterbatasan peneliti serta

59

sulitnya menemui seluruh karyawan tersebut yang berbeda jenis shift kerja,
maka pada penelitian ini peneliti hanya mampu pengumpulkan sebanyak 73
orang karyawan atau sebesar 88% dari jumlah seluruh karyawan area
pengolahan.
3.

Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpretasi


responden dalam menangkap maksud dari pernyataan dan pertanyaan yang
sebenarnya. Sehingga dampak yang didapat adalah ketidaksesuaian antara
jawaban yang diharapkan dari beberapa pernyataan dan pertanyaan yang
diajukan.

4.

Kemungkinan responden lupa dalam menjawab maksud yang sebenarnya


atau bahkan sengaja memberikan jawaban yang tidak sebenarnya.

5.

Adanya kesulitan dalam menentukan deskripsi isi dari kuesioner yang benarbenar mencakup seluruh permasalahan penelitian karena tidak adanya standar
yang baku.
Tidak kalah pentingnya yaitu program kesehatan dan keselamatan kerja di PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor sampai saat penelitian dilakukan
sudah dilaksanakan secara parsial dan sektoral dalam unit kerjanya masing-masing.
Sehingga upaya ini sudah menjadi prioritas dan isu utama yang harus dilaksanakan
secara komperhensif oleh seluruh karyawan area pengolahan dan dikelola oleh pihak
manajemen. Faktor diatas menyebabkan pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku
responden sudah berada di taraf atas yang sebagian bersumber dari pendidikan dan
pengalaman yang selalu diberikan oleh pihak manajemen K3. Oleh karenanya

60

mayoritas responden dapat menjawab dengan benar pernyataan dan pertanyaan yang
diajukan sehingga keragaman jawaban sangat kecil.

6.2. Karakteristik Responden Analisis Univariat


6.2.1. Perilaku K3
Dari hasil penelitian tentang perilaku K3 responden didapatkan
proporsi sebesar 86% responden berperilaku positif dan merupakan proporsi
terbesar dibanding responden yang berperilaku negatif yaitu sebesar 14%.
Proporsi diatas menggambarkan bahwa sebagian besar dari responden
sudah berperilaku positif dalam hal K3 pada pelaksanaan tugas sehari-hari.
Tetapi masih ada proporsi responden yang masih berperilaku negatif tentang
K3 pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Komposisi hasil penelitian
menggambarkan belum terbentuknya budaya berperilaku selamat pada seluruh
responden dalam bekerja. Hal ini merupakan salah satu dampak dari
kurangnya sosialisasi kegiatan untuk memotivasi para responden agar
memperhatikan norma-norma K3.
Perilaku responden merupakan manifestasi yang dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal dari individu. Keragaman pendidikan, jenis
pekerjaan, lingkungan, sarana dan prasarana yang ada diantara faktor yang
mempengaruhi perilaku para responden. Selain itu motivasi dalam bekerja
merupakan faktor penentu bagi para responden agar berperilaku selamat.
Pengamatan peneliti di lapangan, kurangnya perhatian dari pihak manajemen
agar berperilaku selamat seperti kurangnya pengawasan terhadap perilaku

61

merokok membuat responden kadang bertindak ceroboh dan sembrono dalam


bekerja dengan merokok di sembarang tempat. Selain itu, komunikasi akan
bahaya dari pihak manajemen terhadap K3 yang kurang

seperti tidak

dicatatnya informasi keadaan iklim lingkungan (bising, getaran, suhu,


kelembaban, kadar Cn, dan pencahayaan) yang telah diukur menimbulkan
kepedulian para responden untuk berperilaku selamat yang kurang. Sahab
(1997) mengatakan bahwa kegagalan dalam menjalankan misi K3 karena
kurangnya motivasi untuk bekerja dengan selamat. Ia juga mengatakan bahwa
komunikasi K3 diperlukan untuk mendorong perubahan perilaku sehingga
termotivasi untuk bekerja dengan selamat.
Tidak selalu tersedianya sarana dan prasarana yang berhubungan
dengan K3 turut mempengaruhi perilaku responden. Kadang kala karyawan
melakukan sesuatu kegiatan berbahaya seperti menyalakan mesin dengan
tangan kosong akibat tidak tersedianya alat bantu yang layak dipakai. Hal
semacam ini sering terjadi di area pengolahan seperti di gold room, ruang
monitor 77, dan sekitar ball mill. yang diteliti oleh peneliti.
6.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap K3
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa proporsi terbesar dari
responden mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang K3 di area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008
yaitu sebesar 92%. Tetapi masih didapat juga informasi responden yang
memiliki pengetahuan yang rendah tentang K3 di area pengolahan yaitu
sebesar 8%.

62

Komposisi yang hampir homogen tentang tingkat pengetahuan


responden mengenai K3 seperti hasil di atas berkaitan dengan baiknya
kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang K3 di pertambangan.
Fakta ini bertentangan dengan penelitian yang mempunyai hasil masih relatif
sedikitnya pengetahuan para pekerja mengenai K3 (Sumamur, 2001).
Menurut Skinner (1938) dalam buku Notoatmodjo (2005) mengatakan
bahwa seseorang dikategorikan berpengetahuan tinggi apabila mampu
mengungkapkan sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar.
Akan dikategorikan berpengetahuan rendah apabila seseorang hanya mampu
mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar.
Sebagai institusi yang sejak lama telah membangun komitmen untuk
melaksanakan program K3, komposisi diatas merupakan modal yang cukup
baik. Dari hasil penelitian, fakta yang muncul tentang pengetahuan responden
pada kategori tinggi maupun pada kategori rendah sudah cukup banyak
pengetahuan responden yang bersifat parsial dan yang berada pada lingkup
pekerjaan sehari-hari.
Kenyataan diatas dimungkinkan karena sebagian besar responden
memiliki latar belakang pelatihan dan pemberian informasi mengenai K3 yang
baik. Selama mengikuti pelatihan prinsip-prinsip K3 yang menyangkut
bidangnya sudah pernah diajarkan dalam pemberian informasi mengenai K3.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Adenan (1986) dalam buku Widayatun
(1999) yang mengatakan dari lingkungan seseorang mendapat pengalaman

63

dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan dapat diperoleh dari


pendidikan formal dan informal.
Untuk kedepannya, sosialisasi dan komunikasi yang sudah ada perlu
dipertahankan bahkan jika mungkin ditingkatkan lebih intensif terhadap
seluruh karyawan tentang K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor. Agar kemampuan dan keterampilan para
responden meningkat, perlu dilakukan pelatihan secara teratur. Kegiatan ini
sesuai pendapat dari Guesich (1993) dalam buku Sumamur (1996) yang
mengatakan bahwa education merupakan program dasar dalam K3. Sedang
menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu terutama melalui mata dan telinga.
Pendapat lain diungkapkan oleh Sumamur (1996) bahwa pemahaman
terhadap K3 merupakan faktor esensial bagi keberhasilan program. Disamping
itu pemahaman yang tepat terhadap K3 di lingkungan karyawan merupakan
unsur penentu kemajuan pelaksanaan program secara normatif menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta penggerak improvisasi
penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang
lebih besar.
6.2.3. Persepsi Responden Terhadap K3
Hasil penelitian menginformasikan bahwa persepsi responden
terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor tahun 2008 yang dikategorikan memiliki persepsi positif lebih besar

64

jumlahnya yaitu 90% dibanding yang dikategorikan memiliki persepsi negatif


yaitu sebesar 10%. Fakta diatas menggambarkan sudah cukup tingginya
jumlah responden yang berpersepsi positif dalam program K3.
Melihat hasil penelitian diatas masih adanya jumlah responden yang
memiliki pendapat dan penilaian yang tidak baik terhadap keberadaan K3.
Menurut Ross (1980) dalam buku Azwar (2007) mengatakan bahwa persepsi
adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan
memberi arti pada rangsangan baik bersifat internal maupun eksternal.
Pembentukan persepsi terhadap K3 sangat ditentukan oleh makna
yang dipahami oleh para responden yang memiliki latar belakang sosial,
budaya, dan ekonomi masing-masing. Informasi yang lengkap dan utuh
tentang K3 di area pengolahan yang dirasakan cukup baik membentuk
persepsi yang hampir homogen di kalangan responden.
Walaupun pelaksanaan K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor tahun 2008 bersifat parsial, proporsi pembentukan persepsi
ini kemungkinan besar merupakan pengaruh dari lingkungan kerja.
Perusahaan pertambangan sebagai pengelola isi dari perut bumi ini dalam
melakukan fungsinya selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan bagi
semua yang ada di lingkungannya.
Kenyataan ini sesuai dengan pendapat dari Kondarus (2006) yang
mengatakan manusia dapat mengerti dan menilai lingkungannya dengan
menggali dan menilai objek yang ada, juga dengan menangkap makna yang
telah terkandung dalam objek yang menimbulkan stimulus pada individu.

65

Pernyataan lain yang memperkuat pernyataan dari Kondarus


diungkapkan oleh Gibson dengan pendapatnya bahwa pertambahan
kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan pengamatan bersumber dari
informasi yang berasal dari lingkungan sebagai hasil pengalaman. Selain itu
menurut Sumamur (1996) bahwa konsep yang mengatakan bahwa K3
menjadi kepedulian semua orang harus menjadi persepsi seluruh karyawan.
6.2.4. Sikap Responden Terhadap K3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bersikap positif
terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor tahun 2008 proporsinya sangat besar yaitu sampai 99%. Sedangkan
responden yang bersikap negatif terhadap K3 sangat kecil yaitu hanya 1%.
Hampir tidak adanya perbedaan sikap responden disebabkan karena
tidak adanya perbedaan pekerjaan yang berarti dan lingkungan kerja yang
relatif sama sehingga sumber bahaya dan tingkat risiko akan terjadinya suatu
bahaya sangat sama dalam terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja. Selain
itu, sistem nilai dari suatu individu maupun kelompok yang berkembang
mempengaruhi pembentukan pemahaman tentang K3. Sudah berfungsinya
sistem manajemen K3 di perusahaan tersebut turut mempengaruhi
pembentukan sikap responden yang beragam. Fakta ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa sikap adalah reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek.

66

Menurut Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) bahwa sikap


adalah kecenderungan untuk berespon baik secara positif atau secara negatif
terhadap orang, objek, atau situasi. Sementara menurut Sumamur (1996)
mengatakan bahwa persepsi dan pemahaman tentang K3 pada akhirnya
ditampilkan dalam bentuk sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok
masyarakat mengenai K3.
Pendapat diatas sesuai dengan fakta yang didapat dalam penelitian,
dengan maksimalnya kegiatan K3 yang dilakukan secara terkoordinasi dan
teratur mengakibatkan adanya sikap positif dari responden. Baiknya
sosialisasi tentang sumber bahaya dan manfaat K3 di lingkungan kerja
responden menumbuhkan sikap yang sangat peduli di kalangan responden.
Fungsi dan tugas perusahaan pertambangan disertai situasi dan kondisi
lingkungan kerja yang bergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi
membentuk pemahaman responden tentang kesehatan dan keselamatan dalam
bekerja. Latar belakang pendidikan serta

pengalaman sehari-hari dalam

bekerja membuka wawasan dan cakrawala berpikir responden tentang K3.


Kedua faktor tersebut akan membentuk sikap para responden terhadap
kesehatan dan keselamatan dalam bekerja.
6.2.5. Pendidikan Responden
Dari seluruh responden tampak tingkat pendidikan yang cukup
bervariasi, dengan rentang tiga tingkatan dari yang paling rendah yaitu hanya
lulus SLTP, lulus SLTA, dan lulus PT. Untuk proporsi yang paling besar
populasinya berada pada tingkat SLTA yaitu 63%. Sementara itu proporsi

67

paling rendah ditempati oleh responden berpendidikan lulus SLTP 18% dan
ditengahi oleh responden berpendidikan lulus PT 19%.
Keragaman
pertambangan

tingkat

dalam

menguntungkan.
kemampuannya,

pendidikan

kaitannya

Masing-masing
sehingga

karyawan

dengan
akan

pelaksanaan

bagi

pelaksanaan
berperan

kegiatan

perusahaan
K3

sesuai
pengolahan

cukup
dengan
lebih

komperhensif.
Dari informasi yang diperoleh dalam penelitian, salah satu yang
dihadapi dalam penerapan dan sosialisasi K3 adalah sangat minimnya
karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan bidang K3. Menurut
Depkes (2000), untuk profesionalisme bidang K3 perlu dukungan tenaga kerja
yang mempunyai latar belakang pendidikan atau sudah pernah mengikuti
pelatihan K3.
Gueech (1993) dalam buku Sumamur (1996) menyebutkan bahwa
pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga keselamatan
pekerja maupun tempat kerja yang dilakukan melalui program keselamatan
dan disponsori oleh manajemen. Dengan program dasar tersebut diharapkan
pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di
tempat kerja.
6.2.6. Jenis Pekerjaan Responden
Perusahaan

pertambangan

sesuai

dengan

fungsinya

adalah

memproduksi produk barang dan jasa dari isi perut bumi yang dilakukan oleh
pekerja yang ahli dalam bidangnya. PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

68

Kabupaten Bogor sendiri membagi jenis pekerjaan dalam area pengolahan


menjadi lima yaitu process plant, perencana pengolahan, sianidator, recovery,
dan pengolahan limbah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ternyata tidak terdapat
kesenjangan jumlah karyawan yang begitu berarti antara lima jenis pekerjaan
tersebut. Karena jenis pekerjaan merupakan kesatuan alur dalam proses
pengolahan, jadi diharapkan seluruh karyawan melakukan pekerjaan sesuai
dengan ahlinya dengan jumlah yang relatif sama. Prosentasenya adalah 19%
untuk perencana pengolahan, 27% sianidator, 29% recovery, 25% pengolahan
limbah, dan 0% process plant (karena tidak ada di tempat dan tidak diteliti).
Pekerjaan karyawan area pengolahan yang bervariasi dari segi jumlah
maupun jenisnya, dalam melaksanakan tugas selalu berhubungan dengan
berbagai bahaya yang potensial. Jika tidak diantisipasi dengan baik dan benar
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan
dirinya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja
(Sumamur, 1996). Melihat kondisi ini sudah sewajarnya karyawan area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menjadi
sasaran prioritas kesehatan dan keselamatan kerja.
6.2.7. Tempat Kerja Responden
Unit tempat kerja di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 digolongkan menjadi dua kategori
golongan besar yaitu in door dan out door. Jumlah pekerja dalam tempat kerja
ini relatif seimbang dengan prosentase 48% untuk in door yang sebagian besar

69

melakukan pemantauan dan pengukuran secara ilmiah dan 52% untuk out
door yang sebagian besar melakukan pekerjaan di lapangan dengan tugas
teknisasi mesin.
Tidak ada unit penunjang maupun unit pendukung dalam tempat kerja
ini. Artinya semua jenis pekerjaan yang ada sangat berperan. Ini
memungkinkan pekerjaan yang berada di in door maupun out door
mempunyai tugas dan wewenang yang sama pentingnya. Risiko yang
dihadapi antara kedua tempat kerja itu pun relatif sama. Karena kejadian yang
tidak diinginkan bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun tanpa
sepengetahuan kita. Oleh karenanya kewaspadaan dalam melaksanakan
pekerjaan sangat diperlukan sesuai perilaku K3 yang benar.

6.3. Karakteristik Responden Analisis Bivariat


6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku K3
Dari hasil penelitian tampak proporsi prosentase responden pada
masing-masing kategori dan tingkat perilaku menggambarkan proporsi yang
relatif sama. Pada kategori berpengetahuan tinggi prosentase berkisar dari
yang terendah adalah 80% dan tertinggi 94%. Sedang untuk kategori yang
berpengetahuan rendah prosentase berkisar dari yang terendah adalah 6% dan
tertinggi 20%.
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =
0,158 > 0,050. Dengan hasil uji diatas diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden yang rendah atau tinggi

70

dengan perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor


Kabupaten Bogor tahun 2008.
Pada kategori pengetahuan tinggi, semakin tinggi tingkat perilaku K3
proporsi responden semakin besar. Sedangkan pada kategori berpengetahuan
rendah semakin rendah tingkat perilaku K3 proporsi responden semakin kecil.
Dengan kata lain luasnya pengetahuan responden tentang K3 di area
pengolahan berbanding terbalik dengan perilaku kesehatan dan keselamatan
kerjanya.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perilaku responden
tentang K3 tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Fakta ini menandakan
bahwa luas atau sempitnya pengetahuan responden di area pengolahan tidak
mempengaruhi perilaku K3. Kenyataan diatas tidak sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Adenan (1986) dalam buku Widayatun (1999) bahwa
semakin luas pengetahuan seseorang maka semakin positif perilaku yang
dilakukannya.
Perilaku positif mempengaruhi jumlah informasi yang dimiliki
seseorang sebagai hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain
itu tingkat perilaku mempengaruhi domain kognitif seseorang dalam hal
mengingat, memahami, dan mengaplikasikan informasi yang dimiliki. Juga
berpengaruh dalam proses analisis, sintesis, dan evaluasi suatu objek. Menurut
Adenan (1986) dalam buku Widayatun (1999) juga bahwa pengetahuan
diperoleh dari pendidikan formal atau pendidikan informal.

71

6.3.2. Hubungan Persepsi Dengan Perilaku K3


Dari tabel hasil penelitian didapatkan gambaran persepsi responden
terhadap perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor tahun 2008 dikategorikan positif dan negatif. Untuk
kategori persepsi positif prosentase masing-masing yaitu 60% dan 95%
sedangkan untuk kategori persepsi negatif prosentasenya yaitu 40% dan 5%.
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =
0,000 < 0,050. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna antara persepsi positif dan negatif responden dengan perilaku
K3 pada semua kategori di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa seluruh responden dengan
tingkat pendidikan yang berbeda, jenis pekerjaan yang berbeda, dan tempat
kerja yang berbeda pula tidak didapatkan perbedaan yang jelas mengenai
perilaku K3 yang positif maupun negatif. Hal ini dapat terjadi karena bekerja
di area pengolahan merupakan hasil dari proses belajar serta pengalaman
selama bekerja. Hal ini pula dipengaruhi oleh pemahaman dari responden
tentang bahaya yang bersumber dari pekerjaan dan lingkungan kerjanya.
Perbedaan yang sangat kecil diatas dapat juga terjadi karena masingmasing jenis perilaku K3 yang diungkapkan bersumber dari responden yang
berbeda latar belakang pendidikannya, lingkungan pekerjaan mempunyai
sumber bahaya dan tingkat risiko yang berbeda-beda, juga dampak yang
ditimbulkan jika terjadi kecelakaan akan berbeda. Selain itu fokus kegiatan

72

dan sistem nilai yang berkembang dalam pekerjaan dan lingkungan tidak
sama sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan terhadap perhatian para
responden dalam bekerja.
Robin (1989) dalam buku Danim (2007) menyebutkan bahwa faktor
yang

mempengaruhi

pembentukan

persepsi

sehingga

memungkinkan

terjadinya perbedaan adalah karakter dari receiper meliputi motif, minat, dan
pengalaman masa lalu. Juga pengaruh dari karakter target yang dipersepsikan
tentang bagaimana hubungan target dan latar belakang serta kemiripan yang
dipersepsikan. Selain itu bagaimana konteks situasi terjadinya persepsi
melipuuti waktu, lokasi, dan situasi lainnya.
6.3.3. Hubungan Sikap Dengan Perilaku K3
Sesuai hasil penelitian pada area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 tentang perilaku K3 positif
dikategorikan responden bersikap positif berjumlah 63 (100%) orang,
sedangkan yang bersikap negatif berjumlah 0 (0%) orang. Sementara
responden yang berperilaku K3 negatif dikategorikan bersikap positif sebesar
9 (90%) orang, sedangkan yang bersikap negatif sebesar 1 (10%) orang.
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =
0,000 < 0,050. Dari hasil diatas terdapat perbedaan yang bermakna antara
kategori sikap responden yang negatif maupun positif dengan kategori
perilaku K3 responden di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor tahun 2008.

73

Fakta hasil penelitian diatas yang menunjukkan hasil yang hampir


berbanding lurus antara responden berperilaku K3 positif bersikap negatif dan
responden berperilaku K3 negatif bersikap positif karena tidak adanya
perbedaan jenis pekerjaan yang sangat berarti dalam keseharian dan kondisi
lingkungan kerja pada area pengolahan. Seluruh responden yang bekerja pada
umumnya selalu diberikan informasi dan komunikasi tentang K3 yang baik
namun berlatar belakang pendidikan yang bervariasi. Sehingga dalam
penanggapan sikap pada diri masing-masing responden bervariasi pula.
Pada area pengolahan, sifat pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja
yang homogen dengan sumber bahaya serta tingkat risiko yang relatif sama.
Kondisi ini menumbuhkan sikap para responden yang cenderung lebih
bersikap positif dibanding bersikap negatif terhadap perilaku K3 yang baik
dan benar.
Penjelasan diatas sesuai dengan pendapat Marat (1982) dalam buku
Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa sikap merupakan produk dari
proses sosialisasi dimana seseorang beraksi sesuai dengan rangsangan yang
diterimanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Krech yang dikutip Zaim
(2002) berbunyi secara operasional, sikap menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan
praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang
bersifat emosional.

74

6.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku K3


Hasil penelitian menunjukkan proporsi prosentase responden pada
masing-masing kategori perilaku K3 dari tingkat pendidikan menggambarkan
proporsi yang variatif. Pada kategori perilaku K3 positif, responden yang
hanya lulus sampai SLTP terdapat 10 orang dari 13 orang. Responden yang
hanya lulus sampai SLTA terdapat 40 dari 46 orang. Sedangkan responden
yang telah lulus PT terdapat 13 dari 14 orang.
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =
0,215 > 0,050. Dengan hasil uji diatas diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna antara responden berpendidikan hanya lulus SLTP, lulus
SLTA, atau sampai lulus PT terhadap perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perilaku K3 responden
tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang telah dilaksanakan.
Fakta ini tdak menjamin semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang,
semakin baik perilakunya. Kenyataan diatas bertentangan dengan Adenan
(1986) dalam buku Widayatun (1999) bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan formalnya maka semakin luas pengetahuannya. Sehingga perilaku
yang baik dapat diterapkan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
6.3.5. Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan Perilaku K3
Dari hasil penelitian didapatkan gambaran jenis pekerjaan responden
dengan perilaku K3 bahwa dari lima jenis pekerjaan yang ada, masing-masing
yaitu process plant, perencana pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolah

75

limbah. Perilaku K3 positif tertinggi sampai terendah diketahui yaitu pekerja


pada jenis pekerjaan process plant (0%), recovery (95%), perencana
pengolahan (92%), sianidator (85%), dan pengolah limbah (72%).
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat spesifik homogenitas didapatkan
hasil dengan p value = 0,429 > 0,050. Dari hasil uji tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara semua jenis
pekerjaan yang ada dengan perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupeten Bogor tahun 2008.
Perbedaan diatas terjadi akibat perbedaan karakter individu setiap
responden sehingga didapat hasil yang bervariatif. Menurut Robin (1989)
dalam buku Danim (2007) bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan
individu seseorang adalah karakter dari receiper meliputi motif, minat, dan
pengalaman masa lalu. Selain itu bagaimana konteks situasi terjadinya
perbedaan karakter meliputi waktu, lokasi, dan situasi lainnya.
6.3.6. Hubungan Tempat Kerja Dengan Perilaku K3
Sesuai hasil penelitian responden yang bekerja di area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor tahun 2008 bahwa terdapat
dua jenis tempat kerja yaitu in door dan out door. Perilaku K3 positif ternyata
terdapat pada responden yang bekerja di in door. Nilai yang didapat adalah
94% berperilaku K3 yang baik. Sementara pada lokasi out door didapat 79%
berperilaku K3 yang baik.
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =
0,228 > 0,050. Dari hasil diatas diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan

76

yang bermakna antara tempat kerja in door dan tempat kerja out door
terhadap perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor
tahun 2008.
Fakta hasil penelitian diatas terjadi karena tidak adanya perbedaan
berarti antara jenis pekerjaan yang ada serta kondisi lingkungan kerja yang
relatif sama pula. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat dari Marat
(1986) dalam buku Notoatmodjo (2007) bahwa lingkungan tinggal merupakan
produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan
rangsangan yang diterimanya. Lingkungan tinggal juga merupakan kesesuaian
reaksi terhadap kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan
dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

77

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian baik secara deskriptif univariat maupun analitik
bivariat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor tahun 2008 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dari 73 responden yang telah diteliti, sebagian besar responden memiliki perilaku
K3 yang sangat baik yaitu 86% dari jumlah keseluruhannya.
2. Gambaran pengetahuan yang didapat berdasarkan penelitian adalah sangat baik
yaitu 92% responden berpengetahuan tinggi.
3. Persepsi responden mengenai K3 di perusahaan menunjukkan angka yang sangat
baik yaitu 90% dari jumlah keseluruhannya.
4. Gambaran dari sikap responden yang ada di area pengolahan menunjukkan hasil
yang sangat istimewa mengenai K3 yaitu 99%.
5. Didapat gambaran mengenai tingkat pendidikan responden yaitu mulai dari yang
berprosentase sedikit lulus SLTP 18%, lulus PT 19%, dan lulus SLTA 63%.
6. Gambaran jenis pekerjaan di area pengolahan adalah process plant, perencana
pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolahan limbah. Masing-masing nilai
jumlah yang didapat yaitu (0%) untuk process plant, 19% untuk perencana
pengolahan, 27% sianidator, 29% recovery, dan 25% untuk pengolahan limbah.

78

7. Tempat kerja di area pengolahan dibagi menjadi dua jenis yaitu in door dan out
door. Prosentase yang didapat mengenai jumlah responden yang bekerja adalah
48% bertempat kerja di in door dan 52% bertempat kerja di out door.
8. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden yang
rendah atau yang tinggi dengan perilaku K3.
9. Ada perbedaan yang bermakna antara persepsi positif dan negatif responden
dengan perilaku K3.
10. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kategori sikap responden yang negatif
maupun positif dengan kategori perilaku K3.
11. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan responden yang
hanya lulus SLTP, lulus SLTA, maupun lulus PT dengan perilaku K3.
12. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis pekerjaan responden yang
berupa process plant,perencana pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolah
limbah dengan perilaku K3.
13. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kategori tempat kerja responden
yang in door maupun out door dengan kategori perilaku K3.

7.2. Saran
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi serta didukung oleh hasil
penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan sebagai berikut:
1. Pentingnya direksi dalam menetapkan kebijakan K3 secara komperhensif sebagai
kegiatan yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan unit-unit kerja area
pengolahan PT. ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan

79

megembangkan komitmen bersama seluruh karyawan dan menjadikan kebijakan


direksi sebagai acuan pelaksanaan sehingga terbentuk gerak langkah yang sama
pada seluruh karyawan area pengolahan PT. ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor.
2. Agar pengetahuan, persepsi, dan sikap seluruh karyawan tentang K3 di area
pengolahan PT. ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menjadi lebih
baik maka perlu diadakan sosialisasi secara teratur dan berkesinambungan
meliputi seluruh aspek K3 disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
karyawan.
3. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan agar berperilaku
K3 yang baik dalam melaksanakan pekerjaan perlu diadakan pelatihan dan
pembinaan secara khusus yang dikelola dengan baik. Pelatihan yang dilakukan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing karyawan dan dilakukan secara
terus menerus. Pembinaan dilaksanakan oleh unit kerja K3 yang bersama-sama
pengelola unit kerja masing-masing.
4. Perlu ditingkatkan kualitas pelayanan K3 kepada seluruh karyawan, sehingga
diperoleh manfaat nyata yang lebih luas dan langsung dapat dirasakan para
karyawan. Upaya ini akan meningkatkan motivasi para karyawan untuk lebih
memahami dan melaksanakan prinsip serta norma K3. Hasil akhir yang didapat
terjadi peningkatan efisiensi dan produktifitas karyawan dan performen PT.
ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor akan lebih baik lagi.

80

5. Pemberian reward sebagai ungkapan penghargaan dari pihak manajemen


terhadap karyawan yang prestasi sangat diperlukan sebagai usaha untuk terus
menstimulus seluruh karyawan agar berperilaku K3 yang baik.
6. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi perilaku K3 merupakan bentuk dari
luasnya ilmu pengetahuan. Untuk memperkaya dan membuktikan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku K3, sebaiknya faktor yang belum diteliti dalam
penelitian ini dilakukan oleh peneliti selanjutnya.

81

DAFTAR PUSTAKA
Ariawan Iwan. Kumpulan Modul Kuliah III. Depok: Program Studi Ilmu Kesehhatan
Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998.
Azwar Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Budiono, A.M. Sugeng. Bunga Rampai Hiperkes dan KK (Higiene Perusahaan,
Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja). Semarang: Badan Penebit
Universitas Diponegoro, 2003.
Danim Sudarwan. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007
Dasar-Dasar K3. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Direktorat Dasardasar Pengolahan Emas. Bogor. Jakarta. PT. Antam Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas, 2002.
Gibson Ivancevich Donnelly. Organisasi Perilaku struktur. Jakarta. 1985.
Hastono Priyo S. Modul Analisa Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 2001.
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Bogor. Tim Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Pertambangan Emas, 1999.
Indriani. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku. Deepok: Skripsi UI,
1997.
ILO. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gramedia, 1980
Kondarus Danggur. Keselamatan Kesehatan Kerja Membangun SDM Pekerja Yang
Sehat, Produktif, dan Kompetitif. Jakarta: Litbang Danggur & Partners, 2006.
Kontur Ronny. Manajemen RisikoPemahaman Risiko, Pentingnya Pengelolaan
Risiko, Identifikasi, Pengukuran, Penanganan Risiko, dan Penerapan
Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur, 2006.
Lingkunngan Kerja Pertmbangan. Bandung. Direktorat Jendral Pertambangan Umum
Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan. 2000.
Makhrudin Ade. Gambaran Perilaku Pekerja Terhadap Program Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Depok: Skripsi UI, 2007.

82

Munandar Sunyoto Ashar. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press,


2001.
Nasuhi Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Jakarta: CeQDA, 2007.
Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2005.
Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2007.
Pasiak Royke, Ir. Keselamatan Kerja Pertambangan. Bogor: Tim Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Pertambangan Emas. 1999.
Realisasi Pembayaran JKK, JHT, JKM PT. JAMSOSTEK (PERSERO)
Periode : 2003 2007. Available: http://www.jamsostek.co.id/ (diakses tanggal
10 Aguatus 2008, 4.30 PM)
Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Bina Sumber Daya Manusia, 1997.
Saputra Nata. Tinjauan Pengetahuan, dan Perilaku. Depok: Skripsi UI, 1997.
Siagian Purma. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Depok: Skripsi UI, 1998.
Suardi Rudi. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja Panduan
Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996. Jakarta:
Penerbit PPM, 2005.
Sumamur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung,
1996.
Sumamur. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1996.
Sumaryadi Martone. Hubungan Pengetahuan, sikap, dan perilaku. Depok. Skripsi UI,
1999.
Widayatun Rusmi Tri. Ilmu Perilaku M.A. 104 Buku Pegangan Mahasiswa
AKPER. Jakarta: CV. Sagung Seto, 1999.
Yusuf Muchamad. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Citratama Bangun Mandiri, 2002.

83

Zaim. Gambaran Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Karyawan tentang K3


di Rumah Sakit. Jakarta: Skripsi UI, 2002.

84

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Nama

: Ahmad Dharief Dahlawy

Tempat/Tgl Lahir

: Bekasi, 27 Januari 1986

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status Marital

: Belum Menikah

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Jln. Serma Achim No. 57 Rt. 04/II Lambangsari


Tambun Selatan Bekasi 17514

Telp

: (021) 82605610

Riwayat Pendidikan:

TK Islam An-Nadwah Bekasi

(1991-1992)

SD Negeri Setia Darma 3 Bekasi

(1992-1998)

SLTP Negeri 2 Paciran Lamongan

(1998-2001)

SMU Negeri 9 Kota Bekasi

(2001-2004)

S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

(2004-2008)

85

LAMPIRAN 1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Alamat: Jln. Kertamukti Pisangan Ciputat Jakarta Selatan. Telp/Fax: (021)74716718/7404985
No. Kuesioner: (diisi oleh peneliti)

Tanggal & Waktu: ../../2008 ......WIB

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk UBPE PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008
OLEH:

Nama
NIM
Angkatan

:Ahmad Dharief Dahlawy


:104101003167
:2004/2005

Assalamualaikum Wr.Wb. Salam sejahtera.


Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
sedang melakukan penelitian untuk kepentingan menyelesaikan Skripsi.
Dalam lampiran terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya memohon dengan segala kerendahan hati agar kiranya
Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi pertanyaan berikut.
Kejujuran Bapak/Ibu dalam menjawab pertanyaan sangat saya hargai. Jawaban
yang Bapak/Ibu berikan akan saya jamin kerahasiaannya.
Ucapan terimakasih yang sebesarnya saya ucapkan atas bantuan dan
partisipasi Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini.

86

DAFTAR PERNYATAAN
I. Identitas Responden
1. Nama

2. Usia

: tahun

2. Jenis Kelamin

:L/P

3. Pendidikan Terakhir

: 1. SD
5. S1

2. SMP

3. SMA

4. D III

6. S2

4. Pekerjaan/Profesi (lingkari) : 1. Process Plant


3. Sianidator

2. Perencana Pengolahan
4. Recovery

5. Pengolahan Limbah
5. Unit Tempat Kerja

: 1. In door

2. Out door

II. Pilihlah Satu Jawaban yang Bapak/Ibu Anggap Benar dan Beri Tanda (O)
1. Program keselamatan dan kesehatan kerja di pegolahan adalah:
a. Kebersihan, ketertiban, dan keindahan pengolahan
b. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c. Ketertiban administrasi pengolahan
d. Kegiatan pemantauan kegiatan kerja
2. Program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan bertujuan untuk:
a. Agar keindahan, ketertiban, dan kebersihan areal pengolahan terjaga
b. Agar pencatatan administrasi menjadi tertib
c. Agar kadaan lingkungan tetap terjaga
d. Melindungi pekerja agar tetap selamat dan sehat dalam bekerja

87

3. Kegiatan yang dilakukan dalam program keselamatan dan kesehatan kerja di


pengolahan adalah:
a. Menghilangkan penyebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Menjaga ketertiban, kebersihan, dan keindahan pengolahan
c. Menjaga ketertiban pencatatan administrasi
d. Menjaga keadaan lingkungan tatap asri.
4. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan merupakan:
a. Kewajiban para karyawan
b. Hak pemerintah
c. Bagian dari hak normatif karyawan
d. Kewajiban direktur
5. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan merupakan
pemenuhan ketentuan:
a. Undang-undang tenaga kerja
b. Keputusan menteri
c. Peraturan daerah
d. Keputusan direktur pengolahan
6. Yang dimaksud dengan bahaya di tempat kerja adalah:
a. Semua yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Bahan yang dapat menimbulkan kecelakaan
c. Pekerjaan yang berbahaya
d. Penyakit akibat kerja
7. Bahaya-bahaya yang ada di pengolahan adalah:
a. Keracunan gas
b. Tertimpa reruntuhan benda padat
c. Ketulian akibat bising

88

d. Semua pilihan benar


8. Cara mencegah bahaya agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada
karyawan dengan cara:
a. Memakai pelindung diri sewaktu bekerja
b. Tidak perlu bekerja
c. Pindah bekerja
d. Cuti bekerja
9. Partisipasi dari pimpinan pengolahan dalam program keselamatan dan kesehatan
kerja yang terpenting adalah:
a. Menyerahkan tugas kepada para karyawan
b. Membuat kebijakan / surat keputusan
c. Menyerahkan tugas kepada staff
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan
10. Untuk mengetahui dampak tempat kerja yang berbahaya pada kesehatan para
karyawan perlu dilakukan:
a. Pemeriksaan kesehatan setelah akhir bekerja
b. Pemeriksaan kesehatan setelah sakit
c. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
d. Pemeriksaan kesehatan berkala selama bekerja
11. Semua kegiatan dalam program keselamatan dan kesehatan kerja harus:
a. Cukup diingat karyawan yang melakukan
b. Dilaporkan secara lisan
c. Dibuat catatan dan laporan tertulis kepada pimpinan
d. Diperbaharui tiap bulan

89

12. Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) di pengolahan adalah:
a. Panitia pelaksana program keselamatan dan kesehatan kerja
b. Penerapan prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
c. Panitia yang melaksanakan program di pertambangan
d. Orang-orang yang berperan merumuskan program K3

III. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda (O)
1. Menurut pendapat saya, program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan:
a. Tidak diperlukan

b. Diperlukan

2. Menurut saya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di


pengolahan:
a. Memberi manfaat pada karyawan

b. Tidak ada manfaatnya

3. Menurut penilaian saya, program keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan


akan menjamin keamanan karyawan dalam bekerja.
a. Benar

b. Salah

4. Menurut saya, dalam bekerja program keselamatan dan kesehatan kerja


merupakan faktor utama yang harus diperhatikan.
a. Benar

b. Salah

5. Informasi yang lengkap tentang bahaya yang ada di tempat kerja:


a. Perlu diadakan

b. Tidak diperlukan

6. Menurut saya, bahaya yang dapat mengganggu kesehatan para karyawan di


pengolahan:
a. Harus dikendalikan

b. Dibiarkan saja

90

7. Dukungan pimpinan untuk keberhasilan program keselamatan dan kesehatan


kerja:
a. Sangat penting

b. Tidak diperlukan

8. Pelatihan para karyawan sesuai pekerjaan yang dilakukan, agar dapat bekerja
sesuai prosedur yang berlaku:
a. Diperlukan

b. Tidak penting

9. Menurut saya, karyawan yang bekerja ditempat yang berisiko terkena penyakit,
a. Perlu dilakukan cek kesehatan sewaktu-waktu
b. Cek kesehatan setelah sakit
10. Menurut saya, semua data kesehatan para karyawan:
a. Disimpan dan menjadi dokumen pertambangan
b. Disimpan sendiri oleh karyawan
11. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan:
a. Perlu

b. Tidak perlu

12. Menurut saya, bekerja sesuai prosedur yang berlaku mempersulit pekerjaan.
a. Benar

b. Salah

91

IV. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda ()
SS : Sangat setuju

TS

: Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

RR

: Ragu-ragu

No.

Pertanyaan

SS

Saya mendukung program keselamatan


dan kesehatan kerja di pengolahan

Saya akan mengikuti semua program


keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat saya bekerja

Saya akan mengikuti pelatihan yang


diadakan

untuk

meningkatkan

kemampuan kerja saya


4

Saya akan memeriksakan kesehatan


saya secara rutin selama bekerja

Saya akan menegur rekan kerja saya


yang

tidak

melaksanakan

program

keselamatan dan kesehatan kerja di


tempat kerjanya
6

Saya ikut bertanggung jawab atas


keamanan tempat kerja saya

Tindakan yang tidak mengikuti prosedur


kerja akan menimbulkan kecelakaan

Program keselamatan dan kesehatan


kerja sepenuhnya menjadi urusan para
pimpinan pengolahan

Saya tidak perduli terhadap program


kesehatan dan keselamatan kerja si
tempat saya bekerja

: Setuju

RR

TS

STS

92

10

Saya akan melaporkan kecelakaan yang


terjadi di tempat saya bekerja

12

Saya ikut bertanggung jawab secara


moral terhadap kecelakaan yang terjadi
di tempat saya bekerja

12

Keselamatan dan kesehatan karyawan


hanya tanggung jawab masing-masing
karyawan

V. Beri Tanda () Pada Kotak yang Bapak/Ibu Lakukan, Jawaban Boleh Lebih
Dari Satu!
1. Bila Bapak/Ibu bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan, yang
dilakuan adalah:
Selalu mengikuti prosedur kerja
Selalu memakai alat pelindung diri
Kadang-kadang memakai alat pelindung diri
2. Setelah bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan Bapak/Ibu, yang
selalu dilakukan:
Langsung ganti pakaian kerja
Membereskan tempat kerja
Tidak perlu melakukan apa-apa
3. Untuk mendapatkan informasi baru tentang program keselamatan dan kesehatan,
yang selalu Bapak/Ibu lakukan adalah:
Mencari informasi sendiri
Menunggu diberitahu pihak lain
Diberi tahu tanpa diminta

93

4. Bila terjadi kecelakaan/sakit akibat kerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, yang selalu
dilakukan adalah:
Mencatat untuk dokumentasi
Membuat laporan tertulis
Membiarkan saja
5. Dalam satu tahun terakhir, peristiwa yang pernah terjadi/dialami di tempat
Bapak/Ibu bekerja adalah:
Tertular penyakit
Nyeri badan setelah bekerja
Tertimpa benda jatuh
6. Setelah bekerja di pertambangan dalam satu tahun terakhir, manakah yang
Bapak/Ibu sering alami:
Sakit kepala yang berat
Merasa sangat lelah
Stress akibat bekerja
7. Dalam dua tahun terakhir, ditempat Bapak/Ibu bekerja manakah yang pernah
terjadi:
Kebakaran
Sengatan listrik
Tumpahan bahan kimia
8. Dalam satu tahun terakhir, apakah dalam bekerja Bapak/Ibu pernah mengalami:
Sering gagal dalam mengerjakan pekerjaan
Tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja
Sering mengalami stress kerja

94

Denah Lokasi Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor Tahun 2008

95

Anda mungkin juga menyukai