OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167
54
55
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167
56
LEMBAR PERNYATAAN
57
PERNYATAAN PERSETUJUAN
58
Pembimbing Skripsi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ketua
Anggota I
Iting Shofwati, ST, M.KKK
Anggota II
59
60
ABSTRAK
Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan
untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku adalah empat faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah
dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di bawah standar atau unsafe act
dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung
suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
Melihat data kecelakaan kerja akibat human error yang terjadi di PT.
ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor dari tahun
2000-2007 menunjukkan selalu adanya kejadian kecelakaan setiap tahunnya dari
kategori ringan, berat, dan fatality (kematian). Kerugian yang ditanggung perusahaan
dan karyawan akan meningkat jika hal ini terus dibiarkan. Oleh karenanya peneliti
melakukan penelitian mengenai aspek pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis
pekerjaan, dan tempat kerja karyawan area pengolahan guna mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku K3-nya.
Untuk penelitian univariat didapat 86% responden berperilaku K3 yang
positif, 92% responden berpengetahuan K3 tinggi, 90% responden berpersepsi K3
positif, 99% responden memiliki sikap K3 positif, 63% responden berpendidikan
formal lulus SLTA sementara sisanya hanya lulus SLTP (18%) dan lulus PT (19%),
jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery (29%), sementara 52% responden bertempat
kerja di luar ruangan. Sekilas angka yang didapat menunjukkan nilai yang baik
namun pada kenyataannya kejadian kecelakaan akibat human error tetap terjadi
sepanjang tahunnya.
Sementara penelitian bivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 (p value 0,158) , ada hubungan antara persepsi
dengan perilaku K3 (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3
(p value (0,000), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 (p
value 0,215), tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 (p value
0,429), dan tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 (p value
0,228). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari enam variabel yang diteliti tentang
hubungannya dengan perilaku K3, hanya persepsi dan sikap yang mempunyai
61
62
63
ABSTRAC
Doing the K3 program in a work environment have some purposes. Some of
them are to keep the safety and health of the worker during their work time.
Environment, genetic, health services, and behavior are the four factors that influence
health degree. Unsafe and unhealthy behavior during their work time can be
prevented by fixing the management of the K3 program. Under standard behavior or
unsafe act and the condition below the standard or unsafe condition are direct causes
of an accident and the major cause of management mistake.
This research is a descriptive research using quantitative approach with cross
sectional method in order to get description by learning the dynamic of correlation
between risk factors and their effects, using an approach, observation or collecting
data all at once at one time (point time approach) about the factors that influence the
K3 behavior in manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Gold Mining Business Unit
of Bogor year 2008.
According to the data of the accident caused by human error at PT. ANTAM
Tbk, Gold Mining Business Unit of Bogor from 2000-2007, accidents always happen
every year from minor category, major category, and fatality (death). If this situation
still continues without any act to stop it, the detriment that the factory and the
workers have to handle will increase more and more. Thats why the researcher has
done a research about aspects of knowledge, perception, behavior, manner, education,
job type, and work environment of the worker of the manufacturing area in order to
know the factors that influence their K3 behavior.
For univariat research there are 86% responders have the positive K3
behavior, 93% responders have a good knowledge about K3, 90% responders have
positive K3 perception, 99% responders have the positive K3 manner, 63%
responders have graduated from high school, while the rest is only graduated from
junior high school (18%) and graduated from universities (19%), the most job type of
all is the recovery (29%), while 52% responders are work outdoor. From the data that
we get, looks like that it shows a good situation, but however, in fact, accident that
caused by human error still happening every year.
Meanwhile, the bivariat research show the result that there is no correlation
between knowledge and K3 behavior (p value 0,158), there is correlation between
perception and K3 behavior (p value 0,000), there is correlation between manner and
K3 behavior (p value 0,000), there is no correlation between educational degree and
K3 behavior (0, 215), there is no correlation between job type and K3 behavior (p
value 0,429), and there is no correlation between work environment and K3 behavior
(p value 0,228). From that explanation, we can conclude that from six variables that
are researched about their correlation with the K3 behavior, only perception and
manner that have correlation or there are meaning differences with the K3 behavior in
manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit of
Bogor.
The increasing of the accident rate is also causes by the unsafe behavior
during the working time. In order to decrease it, the factory should give more
64
attention for the safety of the workers. The attention could be management
maintenance interrelated to the K3 program, and also build a commitment with the
whole workers to succeed the K3 program.
Reference book: 30 (1980-2008)
65
KATA PENGANTAR
Diawali dengan menyebut nama Allah SWT. dan memuji kebesarannya,
peneliti merangkai laporan skripsi ini. Semoga karya ini merupakan bagian dari
upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada
Yang Maha Memiliki Segalanya.
Rasulillah Muhammad SAW. tak lupa peneliti sampaikan shalawat padanya
sebagai hadiah terbaik atas pergerakan yang telah Ia lakukan untuk meninggalkan
keadaan jahiliyah Abu Jahal.
Skripsi ini merupakan hasil dari proses penelitian panjang yang dilakukan di
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor selama 2 bulan. Begitu banyak lika-liku dalam
pelaksanaan penelitian ini yang tidak dihiraukan oleh peneliti. Semoga dengan apa
yang telah dilakukan menjadi tetesan berkah dari Allah kepada peneliti.
Semua gading pasti retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran
menyadari bahwa skripsi ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan.
Terakhir, peneliti secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan
ucapan terimakasih atas terselesaikannya laporan skripsi ini kepada:
1. Satu-satunya keluargaku tersayang, Bapak H. Abdul Ghafur, Ibu Hj. Laila
Anisah, Aa Kasyfi, dan Faqih yang selalu memberikan semangat untuk berubah
ke arah lebih baik dalam menjalani kehidupan. Terimakasih juga atas doa dan
materiil-nya. Unforgetable all of you.
2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Ibu Iting Shofwati ST, M.KKK
sebagai pimpinan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membuka
tempurung dan memberikan pengetahuan Kesehatan Masyarakat yang luas.
3. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Fajar Ariyanti M.Kes yang telah sabar
membimbing peneliti dari awal hingga akhir laporan ini.
4. Ibu Erni Herawati S.Sos selaku AM Hiperkes PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
yang secara terbuka menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian di
66
bawah pimpinannya. Bapak Lastianto HP, Bapak Ade Apriana, Bapak Rohidin,
Bapak Yusep Sapei Nur, dan Mas Agus hatur nuhun sudah membantu dan
memberi tumpangan gudangnya.
5. Sahabat-sahabat UIN, FKIK, Kesehatan Masyarakat, dan K3, terimakasih semua.
Dek Haying, untung ono sampeyan.
6. Kumbang orange-ku yang tanpa lelah ikut kemanapun penulis pergi untuk
melakukan penelitian.
Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan
kemampuan mahasiswa se-dunia dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan
hati dalam berkarya.
Jakarta, 16 Oktober 2008
Penulis
67
68
69
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
.......................................................................................................
ABSTRACTION
...........................................................................................
iii
vi
...................................................................
viii
...............................................................................
ix
...........................................................................................
xi
xii
KATA PENGANTAR
PERSEMBAHAN
DAFTAR TABEL
........................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR SINGKATAN
xx
............................................................................... xxi
BAB I
PENDAHULUAN
...........................................................................................
...............................................................................
1
1
...................................................................
...................................................................
10
10
70
...................................................................
...............................
10
12
12
...................
12
...................................................................
13
.......................................................
13
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
14
.......
17
.......
18
20
.......................................................
21
.......................................................
22
.......................................................
22
22
2.3.1. Pengetahuan
...................................................................
23
a. Pengertian Pengetahuan
...........................................
23
b. Tingkatan Pengetahuan
...........................................
24
26
71
27
29
.......
31
33
2.3.3. Sikap
...............................................................................
a. Pengertian Sikap
34
.......................................................
34
35
38
2.3.4. Pendidikan
...................................................................
39
40
40
40
BAB III
KERANGKA KONSEP .....................................................................................
42
42
...................................................................
43
44
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
...................................................................
46
46
46
.......................................................
72
...................................................................
47
...................................................................
47
48
48
49
49
49
49
51
.......................................................
51
.......................................................
52
...............................................................................
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
...................................................................
54
55
...................................................................
55
a. Visi ...............................................................................
55
b. Misi ...............................................................................
56
56
.......................................................
56
.......................................................
59
73
...................................................................
60
63
BAB VI
PEMBAHASAN
...........................................................................................
70
70
...............................
72
72
73
...............................
75
77
78
...........................................
79
...........................................
80
...............................
81
81
...................
83
84
86
.......
86
87
74
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
...................................................................
89
...............................................................................
89
...........................................................................................
90
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................
93
75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1.
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.
76
Tabel 5.7.
Tabel 5.8.
Tebel 5.9.
Tabel 5.10.
Tabel 5.11.
Tabel 5.12.
Tabel 5.13.
77
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 3.1.
Gambar 5.1.
78
DAFTAR SINGKATAN
BUMN
Depnaker
: Definisi Operasional
HAM
Hiperkes
ILO
Jamsostek
K3
KK
: Kecelakaan Kerja
OSHA
PBB
: Perserikatan Bangsa-Bangsa
PT
: Perguruan Tinggi
SLTA
SLTP
Tbk
: Terbuka
UBPE
WHO
79
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Izin Penelitian
80
BAB I
PENDAHULUAN
81
82
2006 menyebutkan bahwa, dari total kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006
diketahui bahwa 1,82% atau 12.016 orang mengalami kematian, menderita cacat total
sebanyak 4.996 orang atau 0,76% serta yang mengalami cacat fungsi dan cacat
sebagian masing-masing 6,03% atau 39.899, dan 4,93% atau 32.990 orang
(www.sinarharapan.co.id, 2008).
Untuk menjamin tempat kerja tetap menjaga keselamatan karyawan yang
bekerja, pemerintah telah memberlakukan undang-undang keselamatan kerja yaitu
undang-undang nomor 1 tahun 1970, dan untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan
karyawan di tempat kerja telah termuat dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992.
Jelas dikatakan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 bahwa keselamatan kerja
merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain
dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya yang berasal dari mesin-mesin,
pesawat, alat kerja, dan bahan, serta energi. Tidak ditinggalkan perlindungan dari
bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi. Kemudian
undang-undang nomor 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan
kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan
syarat kesehatan kerja.
Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan
untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Derajat kesehatan
menurut Henrik L Bloom dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat
dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di
83
bawah standar atau unsafe act dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions
merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan
manajemen. Dalam Suardi (2005) peneliti Birds (1967) mengemukakan bahwa setiap
1 kecelakaan berat disertai 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan
yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan
biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah 1:5-50.
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pertambangan adalah suatu tempat kerja
yang tergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi yang padat modal dan padat
karya. Dalam kegiatan penggaliannya berisiko tinggi terjadi kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran, ledakan, longsoran, dan pencemaran lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh pekerja tidak berperilaku K3, pekerjaan yang tidak aman,
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola dengan baik atau
disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman. Hal yang lebih buruk lagi adalah
sistem pengelolaan atau manajemen yang buruk. Kerugian sebagai dampak dari
kecelakaan kerja dapat berupa cidera pada karyawan, sarana dan prasarana
penunjang, bahkan lingkungan secara keseluruhan.
Karyawan
pertambangan
merupakan
aset
utama
dalam
perusahaan
pertambangan, oleh karena itu setiap karyawan harus memperhatikan aspek K3.
Pelaksanaan K3 merupakan kewajiban setiap karyawan pertambangan, mulai dari
level pimpinan tertinggi sampai pada pelaksana atau operator di lapangan.
84
85
Jumlah kecelakaan
16
13
6
6
1
2 2
4
1
3
0
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Ringan
Berat
Mati
86
perusahaan tersebut. Sebab bekerja dengan perpaduan tenaga manusia dan tenaga
mesin sering menimbulkan kejadian kecelakaan akibat dari ketidaksesuaian antara
kinerja manusia dengan kinerja mesin. Ketelitian dan perilaku K3 sorang pekerja
dibutuhkan sangat ekstra demi menciptakan budaya K3 yang bermutu karena
pendekatan terhadap pekerjalah yang dapat dilakukan apabila mesin sulit
dikendalikan.
Melakukan pekerjaan yang aman agar selamat merupakan harapan semua
karyawan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Terjadinya
kecelakaan akibat faktor perilaku K3 meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap,
pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat menimbulkan
kecelakaan seperti data yang diperoleh dari Safety Departement PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Angka kecelakaan ringan dan berat selalu ada tiap
tahunnya mulai dari tahun 2000-2007.
Peneliti terdahulu tentang perilaku K3 diantaranya adalah Siagian (1998)
menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang terhadap
perilaku K3. Karena didapat p value sebesar 0,500 yang artinya ada perbedaan
signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 yang dilakukan.
Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada perbedaan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang
dilakukannya.
87
88
perilaku K3 yang baik pula karena didapatnya angka kecelakaan kerja akibat human
error dari tahun 2000-2007. Oleh karena itu perlu adanya pembuktian mengenai
perilaku K3 di perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan rumusan masalah yang
terkandung adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3
di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Kabupaten Bogor tahun 2008 yang berupa pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
jenis pekerjaan, dan tempat kerja.
89
(h). Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(i). Apakah ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(j). Apakah ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(k). Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(l). Apakah ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(m)Apakah ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
90
(b).
(c).
(d).
(e).
(f).
(g).
(h).
(i).
(j).
91
(k).
(l).
Diketahuinya
hubungan
antara
jenis
pekerjaan
karyawan
area
sumber
informasi
penerapan
perilaku
K3
di
area
92
mengungkap,
mengkaji,
dan
menganalisis
serta
menjawab
93
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
94
keselamatan pada masyarakat umum dan properti baik yang ada dalam
lingkungan industri maupun di luar lingkungan industri (Suardi, 2005).
Jadi K3 merupakan suatu profesi dari multi disiplin keilmuan yang
diambil dari ilmu-ilmu dasarnya adalah fisika, kimia, biologi, dan ilmu
perilaku dengan aplikasi pada manufacture, transportasi, gudang dan
penanganan bahan berbahaya pada aktifitas domestik maupun pada tempattempat rekreasi.
Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang jelas dikatakan bahwa keselamatan kerja
merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan
orang lain dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya, yang berasal dari
mesin-mesin, pesawat, alat kerja dan bahan, beserta energi. Juga perlindungan
dari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi.
Dalam undang-undang K3 tersirat pengertian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara filosofi sebagai upaya dan pemikiran dalam menjamin
kebutuhan dan kesempurnaan jasmani atau rohani manusia pada umumnya
dan tenaga pada khususnya serta hasil karya dan budaya dalam rangka menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sedang pengertian secara
keilmuan adalah sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Yusuf, 2002).
Dari upaya perlindungan tersebut maka Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan atas undang-undang
tersebut membuat visi di bidang K3 yaitu Menjadi Kebutuhan Masyarakat.
95
96
b. Aspek legal dimana K3 tidak dapat diterapkan secara nyata tanpa adanya
aturan-aturan yang dipakai, untuk itulah adanya peraturan pada berbagai
tingkat yang mengatur K3.
c. Aspek ekonomi bahwa dengan menerapkan K3 maka tingkat kecelakaan akan
menurun sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun. Selain itu
dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi.
2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus (2006) memiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di
dalam industri maupun di luar industri.
b. Menerapkan program keselamatan untuk meningkatkan kesejahteraan.
c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
pekerjaan.
d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.
e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan
meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan komponenkomponen berikut:
a. Karekteristik pekerja/kegiatan yang terdiri dari jenis, ruang lingkup, lamanya
kegiatan yang dilakukan , dan level kegiatan.
97
keselamatan
98
a. Desain, peralatan, bahan dan lingkungan yang dapat ditinjau dari Higiene
Industry, Ergonomi, dan Safety.
b. Manajemen yang lebih dikenal dengan integrasi dari sistem manajemen.
c. Manusia.
Sedangkan menurut Thomas (1989) dalam skripsi Zaim (2002)
mengungkapkan beberapa hal tentang program K3, sebagai berikut:
a. Kebijakan K3 dan partisipasi manajemen.
b. K3 profesional antara lain adanya fungsi khusus pada profesional K3,
administrasi program-program K3, hubungan kerja yang baik dan
pertanggungjawaban.
c. Industri-industri kecil.
d. Pendekatan perilaku selamat.
e. Promosi K3 ditunjukkan oleh adanya konsultan dan pengawasan K3.
f. Laporan yang terdiri dari laporan penyakit, laporan investigasi kecelakaan,
syarat-syarat K3, survei di semua bagian, keberadaan komite K3 serta standarstandar K3.
g. Pelatihan K3 bagi karyawan baru maupun setiap jenis pekerjaan.
h. Perencanaan inspeksi.
i. Evaluasi terhadap penyakit.
j. Pengendalian lingkungan fisik.
Program K3 sering ditempatkan di tempat kerja sesuai dengan
kebijakan masing-masing perusahaan.
99
2.2. Perilaku
Kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat atau kelompok akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang
pada umumnya disebut kebudayaan. Dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan,
perilaku adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan
mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Perilaku manusia adalah
suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Selanjutnya perilaku itu dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam
diri seseorang sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang yakni kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, kekuatan-kekuatan
penahan menurun, atau kekuatan pendorong menurun dan kekuatan penahan
meningkat (Lewin, 1970).
Gambar 2.1.
Teori Determinan Perilaku Manusia Menurut Green (1980)
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosio-Budaya
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Kehendak
Motivasi
Niat
Perilaku
100
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor
di luar perilaku (non behaviour causes). Disimpulkan dalam gambar di atas bahwa
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, niat, dan menghasilkan perilaku dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Perilaku K3 yang diungkapkan oleh Pasiak (1999) menyatakan bahwa
kegiatan keselamatan kerja pertambangan harus melengkapi unsur inisiatif, birokratif,
tanggap, dan patuh dalam melakukan berbagai tindakan. Diharapkan dengan
mengindahkan unsur tersebut maka perilaku K3 yang baik akan terealisasikan.
2.2.1. Pengertian Perilaku
Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999) mendefinisikan
perilaku sebagai suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam
bentuk yang dapat diamati dengan beberapa cara. Perilaku berbeda dengan
pikiran atau perasaan karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tak
seorangpun dapat melihat atau mendengar pikiran, tetapi seseorang dapat
melihat atau mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat dan mengukur apa
yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita dapat menilai perilaku
seseorang apakah perilaku itu positif atau perilaku itu negatif. Dari perilaku
seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang pikiran dan sikap terhadap
suatu objek.
101
(1938)
seseorang
merumuskan
terhadap
bahwa
stimulus
perilaku
(rangsangan
merupakan
dari
luar)
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Munandar (2001) dalam The Psychology of Safety Handbook,
perilaku mengacu pada tindakan seseorang yang dapat diamati oleh orang
lain.
Malott dalam buku Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa
perilaku merupakan sesuatu yang dilakukan atau dikatakan oleh seseorang,
sebagai sebuah aktivitas baik aksi maupun reaksi (Mc Sween, 2003).
2.2.3. Pengukuran Perilaku
Menurut Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999), pengukuran
perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan
checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Checklist dilakukan
dengan meminta seseorang yang akan dinilai perilakunya, misalnya perilaku
yang dilakukan pada saat sekarang atau pada satu tahun terakhir. Pengamatan
langsung dilakukan dengan mengamati perilaku yang tampak dilakukan oleh
seseorang dalam jangka waktu tertentu.
102
(thoughts and felling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
tempat kerja, dan jenis pekerjaan.
2.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Seorang pekerja memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas
setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya terkena api. Seorang
dokter akan merawat pasiennya setelah melihat pasien lain dengan jenis
kesakitan yang sama hingga cacat, karena pasien yang lain tersebut tidak
dirawat secara intensif oleh dokter. (Notoatmodjo, 2007).
Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada
perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan
perilaku K3 yang dilakukannya.
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Bloom (1975) yang dikutip dari Widayatun (1999),
pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses
pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh
sebelumnya. Bloom mengelompokkan pengetahuan ke dalam dominan
103
104
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
105
106
pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena
lebih mudah sesuai dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat
dinilai.
2.3.2. Persepsi
Persepsi merupakan perasaan setuju atau tidak setuju berdasarkan dari
dorongan diri sendiri atau berdasarkan dari dorongan keikutsertaan orang lain.
Persepsi ini lebih melekat kepada orang-orang yang mempunyai sifat perasa
(Notoatmodjo, 2007).
Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
adalah faktor esensial bagi keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja.
Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja dikalangan karyawan merupakan unsur penentu kemajuan
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja normatif menurut ketentuan
perundang-undangan
yang
berlaku
serta
penggerak
improvisasi
107
Gambar 2.2.
Proses Terjadinya Persepsi
Proses Persepsi,
Pengorganisasian, &
Penerjemahan
Observasi
Stimulus
Stimulus
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Persepsi
Evaluasi &
Penafsiran
Perilaku
Tanggapan
Pembentukan
Sikap
Pemenuhan
ketentuan
perundang-undangan
dalam
ketenagakerjaan.
bidang
108
kerja seperti di atas membentuk persepsi dan pemahaman orang perorang dan
kelompok masyarakat (Sumamur, 1996). Persepsi dan pemahaman tentang
keselamatan dan kesehatan kerja akan ditampilkan dalam bentuk sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan pekerjaan.
a. Pengertian Persepsi
Menurut Sarwono (1992) dalam skripsi Zaim (2002) manusia
mengerti dan menilai lingkungannya dapat didasarkan pada dua cara
pendekatan.
Pendekatan pertama adalah pendekatan konvensional yang bermula
dari adanya rangsangan individu yang menjadikan individu sadar akan adanya
stimulus ini melalui sel-sel syaraf dan respon yang peka terhadap bentukbentuk energi tertentu.
Bila sumber energi cukup kuat untuk merangsang sel-sel maka
terjadilah penginderaan. Jika penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di
dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa menggali
dan menilai objek maka keadaan ini dinamakan persepsi.
Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologi, pada pendekatan ini
individu tidak menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya
karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri
dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.
109
Pertambahan
kemampuan
seseorang
untuk
mengorganisasikan
Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak
terlepas dari keadaan lingkungan.
Dari beberapa uraian diatas persepsi merupakan suatu proses yang
terjadi dalam diri manusia dimana rangsangan yang diterima oleh indera
melalui proses belajar atau pengalaman diorganisasikan dan diinterpretasikan
lebih dahulu sebelum stimulus tersebut dapat dimengerti dan direspon.
Dengan kata lain persepsi adalah pendapat, penilaian, dan keyakinan yang
timbul dalam diri seseorang mengenai objek tertentu.
110
Intensitas
Semakin besar intensitas stimulus semakin besar pula dapat dipahami.
Ukuran
Semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk bisa
diketahui atau dipahami.
111
yang sama dengan orang lain tetapi bisa pula berbeda. Menurut Azwar (2007),
perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh:
Perhatian
Biasanya seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitarnya sekaligus tetapi dapat memfokuskan perhatian pada satu atau
dua objek saja.
Set
Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.
Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang
akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap
persepsi.
Ciri kepribadian
Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap respon dari
rangsangan yang diterima.
112
Gangguan jiwa
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut
halusinasi.
113
2.3.3. Sikap
Gambar 2.3.
Komponen Sikap
Desain
Pekerjaan
Gaya Manajer
Kebijakan
Teknologi
Upah
Tunjangan
Afeksi
Kognisi
Perilaku
114
115
Marat
(1982)
dalam
buku
Notoatmodjo
(2007)
Komponen kognitif
Komponen afektif
Komponen konatif
116
Faktor internal
Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti
selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada
proses-proses memilih rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan
rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai
kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau terbentuk
sikap negatif bila kecenderungan itu menolak.
Faktor eksternal
117
Objek sikap dapat berupa satu hal tertentu tetapi dapat juga berupa
kumpulan dari hal-hal tersebut.
yaitu:
Menerima
Merespon
Menghargai
Bertanggungjawab
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko.
c. Pengukuran Sikap
Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) menjelaskan sikap
adalah kecenderungan manusia untuk berespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek atau situasi.
Teknik pengukuran sikap yang dikenal saat ini adalah skala Thurstone
Equal-Appeal Interval Scala dengan menempatkan suatu benda kedalam dua
dimensi evaluasi kesukaan dan ketidaksukaan dengan rentang dari satu
sampai sebelas (Zaim, 2002).
118
119
120
Gambar 2.4.
Kerangka Teori
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3
Variabel Individu
Kemampuan dan
Keterampilan mental
serta fisik.
Variabel Psikologis
Persepsi
Sikap
Keperibadian
Pendidikan Belajar
Motivasi
Latar Belakang
Keluarga, Tingkat
Sosial, dan Pengalaman.
Demografis
Umur, Asal usul, dan
Jenis Kelamin
Variabel Organisasi
Sumber daya,
Kepemimpinan,
Imbalan, Struktur, dan
Desain Pekerjaan
Perilaku K3
Individu
Apa saja yang
diharapkan
Keluarga
Lingkungan
Iklim Kerja
Masyarakat Kerja
Lokasi Kerja
Atribut Kerja
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Kehendak
Motivasi
Niat
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosio-Budaya
121
BAB III
KERANGKA KONSEP
Persepsi
Sikap
Perilaku K3
Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Tempat Kerja
122
Variabel
Perilaku K3
Pengetahuan
Persepsi
Definisi
Alat Ukur
Tindakan karyawan
yang berhubungan
dengan keselamatan
dan kesehatan kerja di
area pengolahan yang
meliputi:
- Inisiatif
- Birokratif
(struktural)
- Tanggap
- Patuh.
(Pasiak, 1999)
Kuesioner
Banyaknya informasi
yang dimiliki oleh
karyawan tentang
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Pemahaman
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Penilaian
(Bloom, 1975)
Kuesioner
Pendapat, penilaian,
dan penafsiran yang
timbul dalam diri
karyawan mengenai
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Referensi
- Pengalaman
(Krech, 1962)
Kuesioner
Hasil Ukur
Skala
0. Negatif ( 2)
1. Positif (> 2)
Ordinal
Range = 0-4
0. Rendah ( 6)
1. Tinggi (> 6)
Ordinal
Range = 0-12
0. Negatif ( 6)
1. Positif (> 6)
Range = 0-12
Ordinal
123
No.
4
Variabel
Sikap
Pendidikan
Definisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Slaka
0. Negatif ( 6)
1. Positif (> 6)
Ordinal
Kecenderungan atau
kesiapan karyawan
untuk melakukan
tindakan sesuai
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Kognitif
- Afektif
- Konatif
(Azwar, 2007)
Kuesioner
Pendidikan formal
terakhir yang tamat
ditempuh karyawan
(Widayatun 1999)
Kuesioner
1. Lulus SLTP
2. Lulus SLTA
3. Lulus PT
Ordinal
Pekerjaan / profesi
yang dijalani seharihari oleh karyawan
(Azwar, 2007)
Kuesioner
1. Process
Plant
2. Perencana
pengolahan
3. Sianidator
4. Recovery
5. Pengolahan
limbah
Nominal
1. In door
2. Out door
Nominal
Jenis
Pekerjaan
Range = 0-12
Kuesioner
3.3. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis yang dibuat adalah:
(a). Ada hubungan antara pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
124
(b). Ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(c). Ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(d). Ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(e). Ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
(f). Ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.
125
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
126
Kawasan Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha
dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2008 dengan melakukan
pengamatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja,
senin-jumat dengan waktu pengamatan yang disesuaikan dengan keadaan
pembimbing lapangan.
127
melakukan uji validitas kuesioner demi mendapatkan hasil pertanyaan yang reliabel
dan valid.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin
untuk mengurangi bias dengan membuat alat ukur yang sesuai dengan kondisi riil di
lapangan. Pernyataan dan pertanyaan dibuat sesederhana mungkin, kata dan
kalimatnya sangat mudah dipahami sementara isinya memuat hal-hal normatif yang
memang ada dalam lingkungan kerja sehari-hari dari responden. Selain itu juga telah
dilakukan konsultasi mengenai validitas dan reabilitas kuesioner baik dengan
pembimbing akademik maupun lapangan. Uji coba kuesioner juga telah dilakukan
terhadap lima belas responden yang memiliki kemiripan karakteristik dengan
populasi yang akan diteliti. Reabilitas yang didapat sebesar 0,0322, 0.0362, dan
0,0148. Ini menunjukkan bahwa hasil p value yang didapat < 0,05 atau dapat
dikatakan bahwa pertanyaan tersebut sangat reabel.
128
129
berpengetahuan rendah sedang bila responden menjawab benar dengan jumlah diatas
median dikategorikan berpengetahuan tinggi.
Untuk variabel persepsi terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif
yang berjumlah 12 pernyataan, masing-masing pernyataan memiliki nilai satu
sehingga jumlah seluruh skor 12. Setiap pernyataan yang dipersepsikan benar
mendapat skor 1 (satu), bila dipersepsikan salah mendapat skor 0 (nol). Untuk
analisis skor dikelompokkan menjadi dua, bila mendapat skor dibawah atau sama
dengan median dikategorikn memiliki persepsi negatif dan bila skor diatas median
dikategorikan persepsi positif.
Untuk variabel sikap terdiri dari pernyataan positif dan penyataan negatif
yang berjumlah 12 pernyataan masing-masing memiliki skor 1 sehingga total skor
adalah 12. Untuk kepentingan analisis jawaban dijadikan dua kategori, jawaban yang
mendapat skor 1 (satu) adalah menjawab dengan hasil yang diharapkan dan mendapat
skor 0 (nol) adalah menjawab dengan hasil yang tidak diharapkan. Jumlah kumulatif
responden yang mendapat nilai dibawah atau sama dengan median dikategorikan
memiliki sikap yang negatif sedang responden yang mendapat nilai diatas median
dikategorikan memiliki sikap yang positif.
Variabel perilaku terdiri dari empat pernyataan yang memilki jawaban
tertutup yang berkategori perilaku positif dan perilaku negatif. Masing-masing
memilki skor 1 (satu) sehingga total skor adalah 4 (empat). Untuk analisis dibuat
menjadi dua kategori yaitu perilaku positif dan perilaku negatif. Responden yang
mendapat skor dibawah atau sama dengan 2 (dua) dikategorikan berperilaku negatif
sedang yang mendapat skor diatas dua dikategorikan berperilku positif.
130
Untuk variabel peristiwa keacelakan dan keluhan (sakit) terdiri dari 4 (empat)
pernyataan dengan jawaban berupa pilihan tentang peristiwa kecelakaan dan keluhan
(sakit) yang pernah dialami responden dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Masing-masing jawaban dikategorikan sebagai peristiwa kecelakaan dan keluhan
(sakit) tidak mendapat skor. Untuk kepentingan analisa masing-masing kategori
peristiwa kecelakan dan keluhan (sakit) dijumlahkan. Pernyataan ini dibuat untuk
memperkuat jawaban dari perilaku K3 yang kurang baik.
131
O = Nilai Observasi
E = Nilai Ekpetasi (Harapan)
k = Jumlah Kolom
b = Jumlah Baris
132
133
BAB V
HASIL PENELITIAN
134
visi
135
b. Misi
Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor sama dengan PT. ANTAM Tbk pusat sekaligus
unit-unit lain yaitu menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu
nikel, emas, perak, dan mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian
lingkungan. Mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan
pada kompetensi diri dengan tujuan untuk:
1). Memaksimalkan nilai pemegang saham
2). Meningkatkan kesejahteraan pegawai
3).Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.
5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor
Dalam menjalankan usahanya, PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor memliki 3 kebijakan yaitu Kebijakan Mutu,
Kebijakan Lingkungan, dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5.2.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem organisasi yang terbagi atas
beberapa tingkatan direksi. Penerapan sistem ini mengacu pada Keputusan
Direksi PT. Antam Tbk. No. 223K/ 0251/ DAT/ 1995. Sistem ini menjadikan
hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan bersifat langsung
136
46
Gambar 5.1.
Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
Senior Vice
President
Manager
Quality
Management
Assurance
DSVP
DSVP
Finance & Human
Resources
Operation
Manager
Manager
Manager
Manager
Mining
Proses
Plant
Maintenance
Enginering
Manager
Quality
Control
Manager
Finance
Manager
Human
Resource
Manager
PR &
Comdev
Manager
Health
Center &
OH
Manager
Safety &
Environment
47
48
yang
berpotensi
jatuh
dibersihkan
atau
dijatuhkan
dahulu
dengan
49
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Prosentase
1.
Rendah
6
8%
2.
Tinggi
67
92%
Jumlah
73
100%
Tabel 5.2. menggambarkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan K3
rendah berjumlah 6 orang (8%) sedang yang memiliki tingkat pengetahuan K3 tinggi
yaitu sisanya, berjumlah 67 orang (92%).
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Persepsi
Frekuensi
Prosentase
1.
Negatif
7
10%
2.
Positif
66
90%
Jumlah
73
100%
Dari tabel 5.3. menunjukkan persepsi K3 responden yang dikategorikan
negatif berjumlah 7 orang (10%) sedangkan responden yang dikategorikan memiliki
persepsi K3 positif berjumlah 66 orang (90%).
Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Sikap
Frekuensi
Prosentase
1.
Negarif
1
1%
2.
Positif
72
99%
Jumlah
73
100%
50
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1.
Lulus SLTP
13
18%
2.
Lulus SLTA
46
63%
3.
Lulus PT
14
19%
Jumlah
73
100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari sebanyak 73 responden, terdapat
13 orang (18%) memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu hanya sampai lulus
sekolah lanjutan tingkat pertama. Responden yang lulus sekolah lanjut tingkat atas
mempunyai frekuensi terbanyak yaitu berjumlah 46 orang (63%). Sedangkan
responden dengan tingkat pendidikan lulus perguruan tinggi berjumlah 14 orang
(19%).
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Jenis Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase
1.
0
0%
Process Plant
2.
Perencana Pengolahan
14
19%
3.
20
27%
Sianidator
4.
21
29%
Recovery
5.
Pengolahan Limbah
18
25%
Jumlah
73
100%
51
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No.
Tempat Kerja
Frekuensi
Prosentase
1.
35
48%
In door
2.
38
52%
Out door
Jumlah
73
100%
Berdasarkan tabel 5.7. diketahui bahwa responden berjumlah 35 orang (48%)
bertempat kerja di dalam ruangan (in door) dan selebihnya serjumlah 38 orang (52%)
responden bertempat kerja di luar ruangan (out door).
Rendah
Tinggi
Jumlah
Pengetahuan
Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
2
20
4
6
8
80
59
94
10
100
63
100
Total
P.
Value
6
67
73
0,158
52
Persepsi
Jumlah
Negatif
Positif
Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
4
40
3
5
6
60
60
95
10
100
63
100
Total
P.
Value
7
66
73
0.000
53
Sikap
Jumlah
Negatif
Positif
Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
1
10
0
0
9
90
63
100
10
100
63
100
Total
P.
Value
1
72
73
0.000
54
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bersikap negatif dan bersikap
positif. (Ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3).
Tabel 5.11.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
Pendidikan
Lulus SLTP
Lulus SLTA
Lulus PT
Jumlah
Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
3
30
10
16
6
60
40
63
1
10
13
21
10
100
63
100
Total
P.
Value
13
46
14
73
0,215
55
Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang mempunyai tingkat
pendidikan yang lulus PT dan berperilaku K3 yang positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,215. Maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara tingkat pendidikan hanya lulus
SLTP, hanya lulus SLTA, maupun telah lulus PT. (Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perilaku K3).
Tabel 5.12.
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
Pekerjaan
Process Plant
Perencana Pengolahan
Sianidator
Recovery
Pengolah Limbah
Jumlah
Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
0
0%
0
0%
1
10
13
21
3
30
17
27
1
10
20
31
5
50
13
21
10
100
63
100
Total
P.
Value
0
14
20
21
18
73
0,429
56
Tempat
Kerja
In door
Out door
Jumlah
Perilaku K3
Negatif
Positif
N
%
N
%
2
20
33
52
8
80
30
48
10
100
63
100
Total
P.
Value
35
38
73
0,228
57
(52%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di in door dan
berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang
dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di luar ruangan (out door)
yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 30 (48%) orang dari 63 (100%) orang
responden mempunyai tempat kerja di out door dan berperilaku K3 yang positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,228. Maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bertempat kerja di in door
maupun di out door. (Tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3).
58
BAB VI
PEMBAHASAN
2.
Jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi karyawan
area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun
2008 yaitu sebanyak 87 orang. Kerena berbagai keterbatasan peneliti serta
59
sulitnya menemui seluruh karyawan tersebut yang berbeda jenis shift kerja,
maka pada penelitian ini peneliti hanya mampu pengumpulkan sebanyak 73
orang karyawan atau sebesar 88% dari jumlah seluruh karyawan area
pengolahan.
3.
4.
5.
Adanya kesulitan dalam menentukan deskripsi isi dari kuesioner yang benarbenar mencakup seluruh permasalahan penelitian karena tidak adanya standar
yang baku.
Tidak kalah pentingnya yaitu program kesehatan dan keselamatan kerja di PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor sampai saat penelitian dilakukan
sudah dilaksanakan secara parsial dan sektoral dalam unit kerjanya masing-masing.
Sehingga upaya ini sudah menjadi prioritas dan isu utama yang harus dilaksanakan
secara komperhensif oleh seluruh karyawan area pengolahan dan dikelola oleh pihak
manajemen. Faktor diatas menyebabkan pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku
responden sudah berada di taraf atas yang sebagian bersumber dari pendidikan dan
pengalaman yang selalu diberikan oleh pihak manajemen K3. Oleh karenanya
60
mayoritas responden dapat menjawab dengan benar pernyataan dan pertanyaan yang
diajukan sehingga keragaman jawaban sangat kecil.
61
seperti tidak
62
63
64
65
66
67
paling rendah ditempati oleh responden berpendidikan lulus SLTP 18% dan
ditengahi oleh responden berpendidikan lulus PT 19%.
Keragaman
pertambangan
tingkat
dalam
menguntungkan.
kemampuannya,
pendidikan
kaitannya
Masing-masing
sehingga
karyawan
dengan
akan
pelaksanaan
bagi
pelaksanaan
berperan
kegiatan
perusahaan
K3
sesuai
pengolahan
cukup
dengan
lebih
komperhensif.
Dari informasi yang diperoleh dalam penelitian, salah satu yang
dihadapi dalam penerapan dan sosialisasi K3 adalah sangat minimnya
karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan bidang K3. Menurut
Depkes (2000), untuk profesionalisme bidang K3 perlu dukungan tenaga kerja
yang mempunyai latar belakang pendidikan atau sudah pernah mengikuti
pelatihan K3.
Gueech (1993) dalam buku Sumamur (1996) menyebutkan bahwa
pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga keselamatan
pekerja maupun tempat kerja yang dilakukan melalui program keselamatan
dan disponsori oleh manajemen. Dengan program dasar tersebut diharapkan
pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di
tempat kerja.
6.2.6. Jenis Pekerjaan Responden
Perusahaan
pertambangan
sesuai
dengan
fungsinya
adalah
memproduksi produk barang dan jasa dari isi perut bumi yang dilakukan oleh
pekerja yang ahli dalam bidangnya. PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
68
69
melakukan pemantauan dan pengukuran secara ilmiah dan 52% untuk out
door yang sebagian besar melakukan pekerjaan di lapangan dengan tugas
teknisasi mesin.
Tidak ada unit penunjang maupun unit pendukung dalam tempat kerja
ini. Artinya semua jenis pekerjaan yang ada sangat berperan. Ini
memungkinkan pekerjaan yang berada di in door maupun out door
mempunyai tugas dan wewenang yang sama pentingnya. Risiko yang
dihadapi antara kedua tempat kerja itu pun relatif sama. Karena kejadian yang
tidak diinginkan bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun tanpa
sepengetahuan kita. Oleh karenanya kewaspadaan dalam melaksanakan
pekerjaan sangat diperlukan sesuai perilaku K3 yang benar.
70
71
72
dan sistem nilai yang berkembang dalam pekerjaan dan lingkungan tidak
sama sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan terhadap perhatian para
responden dalam bekerja.
Robin (1989) dalam buku Danim (2007) menyebutkan bahwa faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan
persepsi
sehingga
memungkinkan
terjadinya perbedaan adalah karakter dari receiper meliputi motif, minat, dan
pengalaman masa lalu. Juga pengaruh dari karakter target yang dipersepsikan
tentang bagaimana hubungan target dan latar belakang serta kemiripan yang
dipersepsikan. Selain itu bagaimana konteks situasi terjadinya persepsi
melipuuti waktu, lokasi, dan situasi lainnya.
6.3.3. Hubungan Sikap Dengan Perilaku K3
Sesuai hasil penelitian pada area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 tentang perilaku K3 positif
dikategorikan responden bersikap positif berjumlah 63 (100%) orang,
sedangkan yang bersikap negatif berjumlah 0 (0%) orang. Sementara
responden yang berperilaku K3 negatif dikategorikan bersikap positif sebesar
9 (90%) orang, sedangkan yang bersikap negatif sebesar 1 (10%) orang.
Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =
0,000 < 0,050. Dari hasil diatas terdapat perbedaan yang bermakna antara
kategori sikap responden yang negatif maupun positif dengan kategori
perilaku K3 responden di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor tahun 2008.
73
74
75
76
yang bermakna antara tempat kerja in door dan tempat kerja out door
terhadap perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor
tahun 2008.
Fakta hasil penelitian diatas terjadi karena tidak adanya perbedaan
berarti antara jenis pekerjaan yang ada serta kondisi lingkungan kerja yang
relatif sama pula. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat dari Marat
(1986) dalam buku Notoatmodjo (2007) bahwa lingkungan tinggal merupakan
produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan
rangsangan yang diterimanya. Lingkungan tinggal juga merupakan kesesuaian
reaksi terhadap kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan
dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
77
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian baik secara deskriptif univariat maupun analitik
bivariat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor tahun 2008 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dari 73 responden yang telah diteliti, sebagian besar responden memiliki perilaku
K3 yang sangat baik yaitu 86% dari jumlah keseluruhannya.
2. Gambaran pengetahuan yang didapat berdasarkan penelitian adalah sangat baik
yaitu 92% responden berpengetahuan tinggi.
3. Persepsi responden mengenai K3 di perusahaan menunjukkan angka yang sangat
baik yaitu 90% dari jumlah keseluruhannya.
4. Gambaran dari sikap responden yang ada di area pengolahan menunjukkan hasil
yang sangat istimewa mengenai K3 yaitu 99%.
5. Didapat gambaran mengenai tingkat pendidikan responden yaitu mulai dari yang
berprosentase sedikit lulus SLTP 18%, lulus PT 19%, dan lulus SLTA 63%.
6. Gambaran jenis pekerjaan di area pengolahan adalah process plant, perencana
pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolahan limbah. Masing-masing nilai
jumlah yang didapat yaitu (0%) untuk process plant, 19% untuk perencana
pengolahan, 27% sianidator, 29% recovery, dan 25% untuk pengolahan limbah.
78
7. Tempat kerja di area pengolahan dibagi menjadi dua jenis yaitu in door dan out
door. Prosentase yang didapat mengenai jumlah responden yang bekerja adalah
48% bertempat kerja di in door dan 52% bertempat kerja di out door.
8. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden yang
rendah atau yang tinggi dengan perilaku K3.
9. Ada perbedaan yang bermakna antara persepsi positif dan negatif responden
dengan perilaku K3.
10. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kategori sikap responden yang negatif
maupun positif dengan kategori perilaku K3.
11. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan responden yang
hanya lulus SLTP, lulus SLTA, maupun lulus PT dengan perilaku K3.
12. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis pekerjaan responden yang
berupa process plant,perencana pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolah
limbah dengan perilaku K3.
13. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kategori tempat kerja responden
yang in door maupun out door dengan kategori perilaku K3.
7.2. Saran
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi serta didukung oleh hasil
penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan sebagai berikut:
1. Pentingnya direksi dalam menetapkan kebijakan K3 secara komperhensif sebagai
kegiatan yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan unit-unit kerja area
pengolahan PT. ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan
79
80
81
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan Iwan. Kumpulan Modul Kuliah III. Depok: Program Studi Ilmu Kesehhatan
Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998.
Azwar Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Budiono, A.M. Sugeng. Bunga Rampai Hiperkes dan KK (Higiene Perusahaan,
Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja). Semarang: Badan Penebit
Universitas Diponegoro, 2003.
Danim Sudarwan. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007
Dasar-Dasar K3. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Direktorat Dasardasar Pengolahan Emas. Bogor. Jakarta. PT. Antam Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas, 2002.
Gibson Ivancevich Donnelly. Organisasi Perilaku struktur. Jakarta. 1985.
Hastono Priyo S. Modul Analisa Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 2001.
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Bogor. Tim Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Pertambangan Emas, 1999.
Indriani. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku. Deepok: Skripsi UI,
1997.
ILO. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gramedia, 1980
Kondarus Danggur. Keselamatan Kesehatan Kerja Membangun SDM Pekerja Yang
Sehat, Produktif, dan Kompetitif. Jakarta: Litbang Danggur & Partners, 2006.
Kontur Ronny. Manajemen RisikoPemahaman Risiko, Pentingnya Pengelolaan
Risiko, Identifikasi, Pengukuran, Penanganan Risiko, dan Penerapan
Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur, 2006.
Lingkunngan Kerja Pertmbangan. Bandung. Direktorat Jendral Pertambangan Umum
Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan. 2000.
Makhrudin Ade. Gambaran Perilaku Pekerja Terhadap Program Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Depok: Skripsi UI, 2007.
82
83
84
Tempat/Tgl Lahir
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status Marital
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
Telp
: (021) 82605610
Riwayat Pendidikan:
(1991-1992)
(1992-1998)
(1998-2001)
(2001-2004)
(2004-2008)
85
LAMPIRAN 1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Alamat: Jln. Kertamukti Pisangan Ciputat Jakarta Selatan. Telp/Fax: (021)74716718/7404985
No. Kuesioner: (diisi oleh peneliti)
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk UBPE PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008
OLEH:
Nama
NIM
Angkatan
86
DAFTAR PERNYATAAN
I. Identitas Responden
1. Nama
2. Usia
: tahun
2. Jenis Kelamin
:L/P
3. Pendidikan Terakhir
: 1. SD
5. S1
2. SMP
3. SMA
4. D III
6. S2
2. Perencana Pengolahan
4. Recovery
5. Pengolahan Limbah
5. Unit Tempat Kerja
: 1. In door
2. Out door
II. Pilihlah Satu Jawaban yang Bapak/Ibu Anggap Benar dan Beri Tanda (O)
1. Program keselamatan dan kesehatan kerja di pegolahan adalah:
a. Kebersihan, ketertiban, dan keindahan pengolahan
b. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c. Ketertiban administrasi pengolahan
d. Kegiatan pemantauan kegiatan kerja
2. Program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan bertujuan untuk:
a. Agar keindahan, ketertiban, dan kebersihan areal pengolahan terjaga
b. Agar pencatatan administrasi menjadi tertib
c. Agar kadaan lingkungan tetap terjaga
d. Melindungi pekerja agar tetap selamat dan sehat dalam bekerja
87
88
89
12. Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) di pengolahan adalah:
a. Panitia pelaksana program keselamatan dan kesehatan kerja
b. Penerapan prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
c. Panitia yang melaksanakan program di pertambangan
d. Orang-orang yang berperan merumuskan program K3
III. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda (O)
1. Menurut pendapat saya, program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan:
a. Tidak diperlukan
b. Diperlukan
b. Salah
b. Salah
b. Tidak diperlukan
b. Dibiarkan saja
90
b. Tidak diperlukan
8. Pelatihan para karyawan sesuai pekerjaan yang dilakukan, agar dapat bekerja
sesuai prosedur yang berlaku:
a. Diperlukan
b. Tidak penting
9. Menurut saya, karyawan yang bekerja ditempat yang berisiko terkena penyakit,
a. Perlu dilakukan cek kesehatan sewaktu-waktu
b. Cek kesehatan setelah sakit
10. Menurut saya, semua data kesehatan para karyawan:
a. Disimpan dan menjadi dokumen pertambangan
b. Disimpan sendiri oleh karyawan
11. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan:
a. Perlu
b. Tidak perlu
12. Menurut saya, bekerja sesuai prosedur yang berlaku mempersulit pekerjaan.
a. Benar
b. Salah
91
IV. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda ()
SS : Sangat setuju
TS
: Tidak Setuju
RR
: Ragu-ragu
No.
Pertanyaan
SS
untuk
meningkatkan
tidak
melaksanakan
program
: Setuju
RR
TS
STS
92
10
12
12
V. Beri Tanda () Pada Kotak yang Bapak/Ibu Lakukan, Jawaban Boleh Lebih
Dari Satu!
1. Bila Bapak/Ibu bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan, yang
dilakuan adalah:
Selalu mengikuti prosedur kerja
Selalu memakai alat pelindung diri
Kadang-kadang memakai alat pelindung diri
2. Setelah bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan Bapak/Ibu, yang
selalu dilakukan:
Langsung ganti pakaian kerja
Membereskan tempat kerja
Tidak perlu melakukan apa-apa
3. Untuk mendapatkan informasi baru tentang program keselamatan dan kesehatan,
yang selalu Bapak/Ibu lakukan adalah:
Mencari informasi sendiri
Menunggu diberitahu pihak lain
Diberi tahu tanpa diminta
93
4. Bila terjadi kecelakaan/sakit akibat kerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, yang selalu
dilakukan adalah:
Mencatat untuk dokumentasi
Membuat laporan tertulis
Membiarkan saja
5. Dalam satu tahun terakhir, peristiwa yang pernah terjadi/dialami di tempat
Bapak/Ibu bekerja adalah:
Tertular penyakit
Nyeri badan setelah bekerja
Tertimpa benda jatuh
6. Setelah bekerja di pertambangan dalam satu tahun terakhir, manakah yang
Bapak/Ibu sering alami:
Sakit kepala yang berat
Merasa sangat lelah
Stress akibat bekerja
7. Dalam dua tahun terakhir, ditempat Bapak/Ibu bekerja manakah yang pernah
terjadi:
Kebakaran
Sengatan listrik
Tumpahan bahan kimia
8. Dalam satu tahun terakhir, apakah dalam bekerja Bapak/Ibu pernah mengalami:
Sering gagal dalam mengerjakan pekerjaan
Tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja
Sering mengalami stress kerja
94
Denah Lokasi Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor Tahun 2008
95