Anda di halaman 1dari 12

39

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Hasil Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi
cross sectional. Data penelitian didapatkan dari data primer yaitu pengisian
kuesioner dan wawancara terhadap atlet bela diri Pusat Pembinaan dan Latihan
Olahraga Pelajar Ragunan Jakarta tahun 2017.

IV.1.1 Analisis Univariat Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian


IV.1.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Cabang Olahraga
Karakteristik subjek penelitian berdasarkan cabang olahraga dapat dilihat
pada tabel 4 dibawah ini

Tabel 4 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Cabang


Olahraga

Cabang Olahraga (n) (%)


Gulat 4 13,3%
Karate 4 13,3%
Pencak Silat 9 30,
Taekwondo 7 20,3%
Judo 6 20%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4 diatas, subjek penelitian berjumlah 30 orang yang


terdiri dari lima cabang olahraga antara lain gulat, karate, pencak silat, taekwondo,
dan judo. Dari hasil univariat didapatkan subjek penelitian berasal dari cabang
olahraga gulat berjumlah 4 orang (13,3%), karate berjumlah 4 orang (13,3%),
pencak silat berjumlah 9 orang (30%), taekwondo berjumlah 7 orang (20,3%), dan
judo berjumlah 6 orang (20%).
40

IV.1.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5
dibawah ini

Tabel 5 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (n) (%)


10-14 tahun 7 23,3%
15-17 tahun 22 73,3%
18-21 tahun 1 3,3%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 5 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian yang berusia 10-14 tahun
sebanyak 7 orang (23,3%), yang berusia 15-17 tahun) sebanyak 22 orang (73,3%),
dan yang berusia 18-21 tahun sebanyak 1 orang (3,3%).

IV.1.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan status gizi dapat dilihat pada
tabel 6 dibawah ini

Tabel 6 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi

Status Gizi (n) (%)


Kurus 1 3,3%
Normal 26 86,7%
Gemuk 2 6,7%
Obesitas 1 3,3%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 6 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian dengan status gizi kategori kurus
(-3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 1 orang (3,3%), kategori normal (-2 SD s/d 1 SD)
sebanyak 26 orang (86,7%), kategori gemuk (>1 SD s/d 2 SD) sebanyak 2 orang
(6,7%), dan kategori status gizi obesitas sebanyak 1 orang (3,3%).
41

IV.1.1.4 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan Energi


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan asupan energi dapat dilihat
pada tabel 7 dibawah ini

Tabel 7 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan


Energi

Asupan Energi (n) (%)


Lebih 12 40%
Cukup 7 23,3%
Kurang 11 36,7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 7 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian dengan asupan energi lebih
sebanyak 12 orang (40%), asupan energi cukup sebanyak 7 orang (23,3%), dan
asupan energi kurang sebanyak 11 orang (36,7%).

IV.1.1.5 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan Karbohidrat


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan asupan karbohidrat dapat
dilihat pada tabel 8 dibawah ini

Tabel 8 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan


Karbohidrat

Asupan Karbohidrat (n) (%)


Lebih 6 20%
Cukup 10 33,3%
Kurang 14 46,7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 8 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian dengan asupan karbohidrat lebih
sebanyak 6 orang (20%), asupan karbohidrat cukup sebanyak 10 orang (33,3%),
dan asupan energi kurang sebanyak 14 orang (46,7%).
42

IV.1.1.6 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan Protein


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan asupan protein dapat dilihat
pada tabel 9 dibawah ini

Tabel 9 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan


Protein

Asupan Protein (n) (%)


Lebih 8 26,7%
Cukup 14 46,7%
Kurang 8 26,7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 9 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian dengan asupan protein lebih
sebanyak 8 orang (26,7%), asupan protein cukup sebanyak 14 orang (46,7%), dan
asupan energi kurang sebanyak 8 orang (26,7%).

IV.1.1.7 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan Lemak


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan asupan lemak dapat dilihat
pada tabel 10 dibawah ini

Tabel 10 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan


Lemak

Asupan Lemak (n) (%)


Lebih 5 16,7%
Cukup 13 43,3%
Kurang 12 40%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 10 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian dengan asupan lemak lebih
sebanyak 5 orang (16,7%), asupan lemak cukup sebanyak 13 orang (43,3%), dan
asupan lemak kurang sebanyak 12 orang (40%).
43

IV.1.1.8 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Siklus Menstruasi


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan asupan lemak dapat dilihat
pada tabel 11 dibawah ini

Tabel 11 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan


Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi (n) (%)


Tidak Teratur 19 63,3%
Teratur 11 36,7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 11 diatas, dari keseluruhan subjek penelitian yang


berjumlah 30 orang didapatkan subjek penelitian dengan siklus menstruasi tidak
teratur sebanyak 19 orang (63,3%) dan siklus menstruasi teratur sebanyak 11
orang (36,7%).
44

IV.1.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini digunakan uji
Chi-Square yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

IV.1.2.1 Asupan Energi - Siklus Menstruasi


Hubungan antara asupan energi dengan siklus menstrasi dapat dilihat pada
tabel 12 dibawah ini

Tabel 12 Tabulasi Silang Asupan Energi dengan Siklus Menstruasi

Siklus_Menstruasi
TidakTeratur Teratur Total
Energi Lebih Count 6 6 12
Expected Count 7.6 4.4 12.0
Cukup Count 3 4 7
Expected Count 4.4 2.6 7.0
Kurang Count 10 1 11
Expected Count 7.0 4.0 11.0
Total Count 19 11 30
Expected Count 19.0 11.0 30.0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 12 diatas, dari 12 atlet dengan asupan energi lebih


terdapat 6 orang yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan 6 orang yang
teratur, dari 7 atlet dengan asupan energi cukup terdapat 3 orang mengalami siklus
menstruasi tidak teratur dan 4 orang yang teratur, dan dari 11 orang dengan asupan
energi kurang terdapat 10 orang yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur
dan 1 orang teratur. Selanjutnya dilihat dari expected count tiap sel, ada 4 sel atau
lebih dari 20% dari jumlah sel yang nilainya kurang dari 5, maka tidak memenuhi
syarat uji Chi-Square, sehingga tabel tersebut harus ditransformasi atau dilakukan
penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Selanjutnya di uji kembali dengan uji Chi-
Square.
45

Berdasarkan uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p = 0,023 < 0,05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan siklus
menstruasi.

IV.1.2.2 Asupan Karbohidrat - Siklus Menstruasi


Hubungan antara asupan karbohidrat dengan siklus menstrasi dapat dilihat
pada tabel 13 dibawah ini

Tabel 13 Tabulasi Silang Asupan Karbohidrat dengan Siklus


Menstruasi

Siklus_Menstruasi
TidakTeratur Teratur Total
Karbohidrat Lebih Count 3 3 6
Expected Count 3.8 2.2 6.0
Cukup Count 4 6 10
Expected Count 6.3 3.7 10.0
Kurang Count 12 2 14
Expected Count 8.9 5.1 14.0
Total Count 19 11 30
Expected Count 19.0 11.0 30.0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 13 diatas, dari 6 atlet dengan asupan karbohidrat lebih


terdapat 3 orang yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan 3 orang yang
teratur, dari 10 atlet dengan asupan karbohidrat cukup terdapat 4 orang mengalami
siklus menstruasi tidak teratur dan 6 orang yang teratur, dan dari 14 orang dengan
asupan karbohidrat kurang terdapat 12 orang yang mengalami siklus menstruasi
tidak teratur dan 2 orang teratur. Selanjutnya dilihat dari expected count tiap sel,
ada 3 sel atau lebih dari 20% dari jumlah sel yang nilainya kurang dari 5, maka
tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, sehingga tabel tersebut harus
ditransformasi atau dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Selanjutnya di
uji kembali dengan uji Chi-Square.
46

Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,017 < 0,05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dengan
siklus menstruasi.

IV.1.2.3 Asupan Protein - Siklus Menstruasi


Hubungan antara asupan protein dengan siklus menstrasi dapat dilihat
pada tabel 14 dibawah ini

Tabel 14 Tabulasi Silang Asupan Protein dengan Siklus Menstruasi

Siklus_Menstruasi
TidakTeratur Teratur Total
Protein Lebih Count 5 3 8
Expected Count 5.1 2.9 8.0
Cukup Count 8 6 14
Expected Count 8.9 5.1 14.0
Kurang Count 6 2 8
Expected Count 5.1 2.9 8.0
Total Count 19 11 30
Expected Count 19.0 11.0 30.0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 14 diatas, dari 8 atlet dengan asupan protein lebih


terdapat 5 orang yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan 3 orang yang
teratur, dari 14 atlet dengan asupan protein cukup terdapat 8 orang mengalami
siklus menstruasi tidak teratur dan 6 orang yang teratur, dan dari 8 orang dengan
asupan protein kurang terdapat 6 orang yang mengalami siklus menstruasi tidak
teratur dan 2 orang teratur. Selanjutnya dilihat dari expected count tiap sel, ada 2
sel atau lebih dari 20% dari jumlah sel yang nilainya kurang dari 5, maka tidak
memenuhi syarat uji Chi-Square, sehingga tabel tersebut harus ditransformasi atau
dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Selanjutnya di uji kembali dengan
uji Chi-Square.
47

Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,672 > 0,05. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan protein dengan
siklus menstruasi.

IV.1.2.4 Asupan Lemak - Siklus Menstruasi


Hubungan antara asupan lemak dengan siklus menstrasi dapat dilihat pada
tabel 15 dibawah ini

Tabel 15 Tabulasi Silang Asupan Lemak dengan Siklus Menstruasi

Siklus_Menstruasi
TidakTeratur Teratur Total
Lemak Lebih Count 2 3 5
Expected Count 3.2 1.8 5.0
Cukup Count 5 8 13
Expected Count 8.2 4.8 13.0
Kurang Count 12 0 12
Expected Count 7.6 4.4 12.0
Total Count 19 11 30
Expected Count 19.0 11.0 30.0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 15 diatas, dari 5 atlet dengan asupan lemak lebih


terdapat 2 orang yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan 3 orang yang
teratur, dari 13 atlet dengan asupan lemak cukup terdapat 5 orang mengalami
siklus menstruasi tidak teratur dan 8 orang yang teratur, dan dari 12 orang dengan
asupan lemak kurang keseluruhannya mengalami siklus menstruasi tidak teratur.
Selanjutnya dilihat dari expected count tiap sel, ada 4 sel atau lebih dari 20% dari
jumlah sel yang nilainya kurang dari 5, maka tidak memenuhi syarat uji Chi-
Square, sehingga tabel tersebut harus ditransformasi atau dilakukan penggabungan
sel menjadi tabel 2x2. Selanjutnya di uji kembali dengan uji Chi-Square.
Berdasarkan uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p = 0,001 < 0,05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara asupan lemak dengan siklus
menstruasi.
48

IV.2 Pembahasan
Proporsi subjek penelitian berdasarkan asupan energi terbanyak adalah
asupan energi lebih yaitu sebanyak 12 orang (40%). Berdasarkan kategori asupan
energi, subjek dengan energi kurang mengalami siklus menstruasi tidak teratur
lebih banyak dibandingkan asupan energi cukup dan lebih. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Michopoulou dkk. pada tahun 2011, atlet yang
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki rata-rata asupan energi
yang kurang dan Rachmawati pada tahun 2014, yang menemukan subjek dengan
asupan energi defisit tingkat berat dan sedang mengalami 7,14 kali lebih besar
untuk mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Hasil analisi bivariat
berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,023 < 0,05. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan siklus
menstruasi. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Michopoulou dkk pada tahun 2011 dan Wahyuningsih pada 2014 yang
menemukan adanya hubungan antara asupan energi dengan siklus menstruasi.
Siklus menstruasi yang tidak teratur tersebut diakibatkan karena kurangnya
asupan energi yang dapat menyebabkan penurunan kadar hormon estrogen yang
merupakan hormon pengatur siklus menstruasi. Menurut Asmarani di tahun 2010,
rendahnya kadar hormon estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi
reproduksi dan gangguan siklus menstruasi. Atlet yang mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur cenderung memiliki keseimbangan energi yang
negatif akibat dari asupan energi yang tidak adekuat (Beals & Marone, 2002).

Berdasarkan asupan karbohidrat, proporsi subjek penelitian menunjukkan


asupan karbohidrat terbanyak adalah asupan karbohidrat kurang (46,7%).
Berdasarkan kategori asupan karbohidrat, subjek dengan asupan karbohidrat
kurang mengalami siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak dibandingkan
asupan karbohidrat cukup dan lebih. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Rachmawati di tahun 2014, yaitu subjek dengan asupan karbohidrat defisit tingkat
berat dan sedang mengalami risiko 4,15 kali lebih besar untuk mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur dan Michopoulou dkk di tahun 2011 dimana atlet
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki rata-rata asupan
49

karbohidrat yang kurang. Hasil analisis bivariat berdasarkan uji statistik Chi-
square diperoleh nilai p = 0,017 < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan
bermakna antara asupan karbohidrat dengan siklus menstruasi. Hasil ini sejalan
dengan Michopoulou dkk tahun 2011 dan Wahyuningsih 2014, yang menemukan
adanya hubungan antara asupan karbohidrat dengan siklus menstruasi.
Karbohidrat merupakan sumber peningkatan asupan kalori selama fase luteal,
sehingga apabila asupan karbohidrat terpenuhi maka tidak akan terjadi
pemendekan fase luteal (Marmi, 2013).

Proporsi subjek penelitian berdasarkan asupan protein terbanyak adalah


asupan protein cukup yaitu 14 subjek (46,7%). Berdasarkan kategori asupan
protein, subjek dengan asupan protein cukup mengalami siklus menstruasi tidak
teratur lebih banyak dibandingkan asupan protein kurang dan lebih. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Michopoulou dkk pada tahun
2011 dimana atlet mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki rata-
rata asupan protein yang kurang. Hasil analisis uji bivariat berdasarkan uji statistik
Chi-square diperoleh nilai p = 0,672 > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
hubungan bermakna antara asupan protein dengan siklus menstruasi. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Rachmawati dan Wahyuningsih pada tahun 2014 yang
tidak menemukan adanya hubungan antara asupan protein dengan siklus
menstruasi. Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan siklus menstruasi
kemungkinan karena adanya faktor lain seperi : aktifitas fisik, status gizi, dan
stress.

Berdasarkan asupan lemak, proporsi subjek penelitian berdasarkan asupan


lemak terbanyak adalah asupan lemak cukup yaitu 13 subjek (43,3%).
Berdasarkan kategori asupan lemak, subjek dengan asupan lemak kurang
mengalami siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak dibandingkan asupan
lemak cukup dan lebih. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Rachmawati di
tahun 2014, yaitu sebanyak 78,8% subjek dengan asupan lemak defisit tingkat
berat mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur dan subjek dengan asupan
lemak defisit tingkat berat dan sedang memiliki risiko 6,1 kali lebih besar untuk
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Hasil analisi bivariat berdasarkan
50

uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan bermakna antara asupan lemak dengan siklus menstruasi. Hasil
analisis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Michopoulou dkk pada
tahun 2011 dan Wahyuningsih pada tahun 2014, yang menemukan adanya
hubungan antara asupan lemak dengan siklus menstruasi. Lemak menyumbang
energi lebih besar dibandingkan dengan protein dan karbohidrat yaitu sebesar
9Kkal. Diit rendah lemak akan menyebabkan 3 efek utama, yaitu siklus
menstruasi memanjang dan meningkat rata-rata 1,3 hari, lamanya waktu
menstruasi meningkat rata-rata 0,5 hari, dan fase folikuler meningkat rata-rata 0,9
hari (Paath EF dkk, 2005). Menurut Rumawas pada tahun 2000, asupan lemak
akan sangat mempengaruhi persen lemak dalam tubuh. Lemak di dalam tubuh
merupakan salah satu faktor pengatur fungsi endokrin sehingga rendahnya persen
lemak dalam tubuh dapat mengganggu sekresi GnRH pada atlet dan menyebabkan
atlet mengalami ketidakteraturan menstruasi.

IV.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang memiliki


keterbatasan dimana pengambilan data variabel independen dan dependen
dilakukan secara bersamaan. Selain itu, pengumpulan data ada yang dilakukan
dengan cara pengisian kuesioner mandiri. Hal ini dapat mengakibatkan bias
informasi akibat pelaporan data yang tidak sesuai pada saat pengisian kuesioner,
namun hal tersebut dapat ditanggulangi dengan cara memberikan pengarahan
singkat mengenai cara pengisian kuesioner, wawancara, pendampingan saat
mengisi kuesioner, ataupun pengecekan ulang yang langsung dilakukan oleh
petugas.
Penelitian ini juga menggunakan wawancara 2x24 jam food recall. Selama
wawancara dikhawatirkan jika responden tidak menjawab sesuai dengan keadaan
sebenarnya atau lupa mengingat porsi makanan yang dikonsumsi, namun hal ini
dapat ditanggulangi dengan menyiapkan food model yang dapat membantu
responden mengingat porsi makanan yang dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai