Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang terus meningkat

prevalensinya diseluruh dunia. Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik

menahun yang diakibatkan oleh pankreas tidak dapat memproduksi cukup

insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

efektif sehingga dapat mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di

dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes, 2014).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) (2015) prevalensi

penyakit diabetes mellitus di dunia mencapai 8,3 % atau 387 juta orang di dunia

hidup dengan penyakit diabetes dan jumlahnya akan meningkat sebanyak 205

juta pada tahun 2035 (RISKESDAS, 2018). Diprediksi pada tahun 2035 juga

prevalensi DM di Asia Tenggara meningkat menjadi 10,1% dimana Indonesia

menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sebesar 8,5 juta penderita setelah

Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico (IDF, 2015). Pada tahun

2030 Indonesia diperkirakan akan memiliki penderita DM sebanyak 21,3 juta

jiwa (Kemenkes, 2013).

Data Penderita DM di provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2019 sebanyak

100.109 kasus, kemudian meningkat menjadi 110.072 kasus pada tahun 2020

( Dinkes Sultra, 2020 ). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna

tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak

110 kasus. Berdasarkan data rekam medis penyakit Diabetes Melitus penderita

rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.H.L.M Baharuddin,


M.Kes Kabupaten Muna pada tahun 2019 sebanyak 612 kasus, kemudian tahun

2020 meningkat menjadi 681 kasus dan pada tahun 2021 mencapai 980 kasus.

Di Indonesia, sebanyak 90% dari total penderita diabetes melitus

merupakan penderita diabetes melitus tipe 2 (Kemenkes, 2014). Pasien tipe ini

biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun, disebabkan karena pada usia

tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan

menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi

insulin (Hamdan Amir , Muhammad Azwar, 2020).

Pengetahuan adalah segala sesuatu tentang gizi yang diketahui yang

mampu diingat atau di ajarkan kepadanya. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku

seseorang. Pengetahuan penderita tentang diet diabetes melitus merupakan

sarana yang dapat membantu membantu penderita menjalankan penanganan

diabetes melitus selama hidupnya sehingga semakin baik penderita mengerti

tentang penyakitnya, semakin mengerti bagaimana harus berperilaku dalam

penanganan penyakitnya ( Notoadmodjo, 2014). Pengetahuan juga turut

berpengaruh dalam menentukan kepatuhan diet seseorang Kepatuhan pasien DM

dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam

pengendalian DM. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi

maka cenderung lebih menjalankan prinsip diet DM yaitu 3 j ( tepat waktu, tepat

jumlah dan tepat jenis ) Penelitian (Tamrin, Rowa, Chaerunnimah, & ..., 2020)

menunjukan dari 35 sampel penderita DM, 48,6% memiliki pengetahuan gizi

baik dan 51,4% memiliki pengetahuan gizi kurang.

2
Serat makanan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi

Makanan berserat tinggi dapat membantu dalam menurunkan kadar glukosa

darah yaitu dengan meningkatkan rasa kenyang lebih lama. Mekanisme serat

dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah yaitu serat makanan terutama

serat larut air dapat membentuk makanan lebih viskos (membentuk gel) dan

menjadikan makanan tidak tercerna oleh enzim pencernaan. Makanan yang telah

lebih viskos ( membentuk gel ) akan memperlambat proses pengosongan

lambung dan menyebabkan pencernaan makanan menjadi lambat. Pencernaan

yang lambat ini menyebabkan terjadinya penurunan penyerapan nutrisi termasuk

glukosa. Dari pengosongan lambung yang melambat dan pencernaan yang

lambat menciptakan rasa kenyang lebih lama, membuat asupan makan menjadi

menurun. Adanya penurunan penyerapan glukosa dan asupan makan menurun

akan menjadikan kadar glukosa darah lebih rendah/normal (Soviana &

Maenasari, 2019). Penelitian (Azizah Estu Putri, 2016) menunujukan dari 39

sampel asupan serat 100% ( n= 39 ) dalam kategori kurang.

Pembatasan asupan lemak dikarenakan tingginya risiko menderita

penyakit kardiovaskuler pada pasien diabetes. Tingginya asupan lemak tidak

mempengaruhi kadar gula darah tapi dapat menyebabkan adanya penyumbatan

pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah

dislipidemia yang merupakan pemicu kejadian diabetes mellitus. Penelitian

(Azizah Estu Putri, 2016) menunujukan dari 39 sampel, 71,8% ( n= 28 ) asupan

lemak dalam kategori lebih, 20,5% ( n= 8 ) asupannya dalam kategori kurang

dan 7,7% ( n= 3 ) dalam kategori baik.

3
Karbohidrat merupakan rantai gula yang panjang. Oleh karena itu,

penderita DM tipe 2 perlu melakukan pengendalian jumlah karbohidrat yang

dikonsumsi. Pengurangan konsumsi karbohidrat dalam jumlah besar

dimaksudkan untuk mengendalikan kadar gula darah dan tingkat hormon

insulin(Fauzi & Trias, 2014). Syarat diet yang dianjurkan untuk pasien DM

adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi

beban bagi mekanisme pengaturan kadar gula darah dengan anjuran karbohidrat

kompleks dan mengandung serat. Hal ini dapat memperlambat penyerapan dan

pencernaan karbohidrat, dan membatasi insulin yang dilepas pembuluh darah.

Tingginya asupan gula (karbohidrat) menyebabkan kadar gula darah melonjak

tinggi. Penelitian (Azizah Estu Putri, 2016) menunujukan dari 39 sampel, 28,2%

( n= 11) asupan karbohidrat dengan kategori lebih, 23,1% ( n= 11) dengan

kategori baik dan 48,7% ( n = 19 ) dengan kategori kurang.

Berdasarkan data – data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Gizi, asupan serat , lemak dan

karbohidrat Pada Penderita diabetes melitus tipe II rawat jalan di RSUD

dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes Kabupaten Muna”

B. Rumusan masalah

Apakah gambaran pengetahuan gizi, asupan serat, lemak dan karbohidrat

pada penderita diabetes melitus tipe II rawat jalan di RSUD dr.H.L.M

Baharuddin, M.Kes Kabupaten Muna

4
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk Mengetahuai gambaran pengetahuan gizi, asupan serat , lemak

dan karbohidrat pada penderita Diabetes Melitus Tipe II Rawat jalan di

RSUD dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes Kabupaten Muna

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi penderita Diabetes Melitus

Tipe II rawat jalan di RSUD dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes

Kabupaten Muna

b. Untuk mengetahui gambaran asupan serat penderita Diabetes Melitus

Tipe II rawat jalan di RSUD dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes

Kabupaten Muna

c. Untuk mengetahui gambaran lemak penderita Diabetes Melitus Tipe II

rawat jalan di RSUD dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes Kabupaten

Muna

d. Untuk mengetahui gambaran karbohidrat penderita Diabetes Melitus Tipe

II rawat jalan di RSUD dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes Kabupaten

Muna

D. Manfaat penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih ilmiah bagi peneliti lain

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang DM serta sebagai aplikasi dalam ilmu metode penelitian bagi peneliti

c. Penelitian ini diharapkan sebagai informasi ilmiah bagi pihak RSUD

dr.H.L.M Baharuddin, M.Kes kabupaten muna maupun dinas kesehatan yang

5
dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan intervensi masalah

diabetes militus diwilayah kerjanya

d. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarkat sehingga

dapat mencegah diabetes militus di lingkungan keluarganya.

6
E. Keaslian penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian


No Peneliti Judul Metode Hasil penelitian Perbedaan
1 (Azizah Estu Gambaran Asupan Deskriptif Menunujukan dari 39 Teknik
Putri, 2016) Karbohidrat, Lemak, Serat dengan sampel, asupan pengambilan
Dan Vitamin C Pada desain cross karbohidrat lebih sampel
Pasien Rawat Jalan sectional sebanyak 28,2%, baik yaitu
Diabetes sebanyak 23,1% dan accidental
kurang sebanyak sampling
48,7%. Responden
dengan asupan lemak
lebih sebanyak 71,8%,
yang asupannya
kurang sebanyak
20,5% dan yang baik
7,7%. Seluruh asupan
serat responden
tergolong kurang
2 (Soviana & Asupan Serat, Beban observasional menunjukkan teknik
Maenasari, Glikemik Dan Kadar dengan sebanyak 100% subjek pengambilan
2019) Glukosa Darah Pada Pasien pendekatan penelitian memiliki subjek secara
Diabetes Melitus Tipe 2 crosssectional asupan serat yang consecutive
rendah dengan ratarata sampling
asupan serat sebesar sebanyak
14,33±2,72 gram
3 (Tamrin et al., Gambaran Pengetahuan Gizi pendekatan menunjukan dari 35 teknik purposive
2020) Dan Pola Makan Pasien Deskriptif sampel penderita DM, sampling, yaitu
Rawat Jalan Diabetes Mellitus 48,6% memiliki pengambilan
dengan
Tipe-2 Di Rumah pengetahuan gizi baik sampel
Sakit desain survey
dan 51,4% memiliki dari
pengetahuan gizi semua subyek
kurang yang datang dan
memenuhi
kriteria penelitian
sampai jumlah
sampel yang
diperlukan
terpenuhi
4 (Isnaeni, Risti, Tingkat Pendidikan, deskriptif Dari 52 sampel DM, Teknik
Mayawati, & Pengetahuan Gizi Dan dengan 51.9 % memiliki pengambilan
Arsy, 2018) Kepatuhan Diet Pada pendekatan pengetahuan yang sampel
Pasien Diabetes Mellitus cross kurang dan 49,1 % menggunakan
(Dm) Rawat Jalan Di Rsud sectional. memiliki pengetahuan teknik accidental
Karanganyar yang baik
sampling.

7
8

Anda mungkin juga menyukai