Anda di halaman 1dari 28

46

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Mekar Kota Kendari

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Mekar adalah Puskesmas pembantu Perumnas yang telah

ditetapkan dan dipisahkan sebagai Puskesmas Mekar pada tanggal 6 Juni

2005, Puskesmas pembantu Perumnas dijadikan Puskesmas Mekar

menimbang bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi pelayanan

kesehatan masyarakat dan meningkatkan pelayanan kesehatan pada

masyarakat secara konprehensif yang dipandang penting dan perlu oleh

masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat mempunyai tujuan

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat di tingkat dasar.

Puskesmas Mekar terletak di pinggir jalan di Kelurahan Kadia Jl. La

Remba Lrg.RCTI yang bisa dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan

roda dua maupun roda empat.

Wilayah kerja Puskesmas Mekar meliputi 5 (Lima) kelurahan yaitu

Kelurahan Kadia, Kelurahan Pundambea, Kelurahan Wua-Wua, Kelurahan

Mataiwoi, Kelurahan Anawai dengan luas wilayah kerja 21.673 km2.

Letak geografis Wilayah Kerja Puskesmas Mekar secara administrasi

berbatasan langsung :

- Utara : berbatasan dengan Kel. Tobuha dan Mandonga


47

- Timur : berbatasan dengan Kel. Bende dan Bonggoeya

- Barat : berbatasan dengan Kel Puuwatu

- Selatan: berbatasan dengan Kel. Lepo-lepo

2. Keadaan Demografi

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar adalah

sebanyak 22.336 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak

21.673 KK, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk Per Kelurahan Tahun 2008

Jml Jml Jml Jml


Nama Jml
No Pddk KK Bumil Balita
Kelurahan Pddk
Miskin Miskin Miskin Miskin
1. Kel. Kadia 6.907 1.448 631 207 919
2. Kel. Pondambea 4.829 952 250 194 642
3. Kel. Wua-wua 4.579 926 540 137 609
4. Kel. Mataiwoi 4.457 901 321 126 593
5. Kel. Anawai 2.976 717 328 91 396
J U M LA H 23.748 4.944 2.070 755 3.259

Sumber : Data Sekunder


b. Sosial Ekonomi dan Budaya

Umumnya penduduk yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Mekar bermata pencaharian sebagai pedagang dan Buruh

selebihnya adalah petani, pegawai negeri sipil, TNI/Polri, Tukang,

penjual ikan.

c. Derajat Kesehatan
48

Indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat dapat

dilihat dari keberhasilan atau hasil pencapaian program unggulan

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas, yang terutama menjadi pusat

perhatian adalah program kesehatan ibu dan anak (KIA) dan program

Gizi masyarakat, yang meliputi unsur-unsur penilaian terhadap angka

kematian ibu, angka kematian anak dan balita, angka kelahiran bayi,

persentase status gizi balita.

Mencermati hal tersebut, derajat kesehatan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Mekar tahun 2008, dapat digambarkan dalam

beberapa indikator utama, sesuai dengan hasil pencapaian standar

program kesehatan, sebagai berikut :

a. Angka Kelahiran Hidup (AKH) : 60

b. Angka Kematian Kasar ( AKK ) : -

c. Angka Kematian Bayi ( AKB ) : 1

d. Angka Kematian Balita ( AKABA ) : -

e. Angka Kematian Maternal ( AKM ) : 1

f. Persentase Balita Ditimbang ( D/S ) : 54

g. Persentase Balita Naik Berat Badannya (N/D) : 77

h. Proporsi Bayi dengan BBLR : 14

Menyimak hasil pencapaian program kesehatan yang menjadi tolok ukur

utama dalam penilaian derajat kesehatan tersebut, tampaknya masih belum


49

mencapai target yang diharapkan sesuai target nasional. Namun upaya

peningkatan dan kualitas pelayanan akan terus dilaksanakan oleh Puskesmas

Mekar sesuai visi dan misinya untuk bersama-sama seluruh komponen

masyarakat meningkatkan kegiatan pelayanan kesehatan yang terpadu dan

terarah demi kepentingan masyarakat yang memerlukan pelayanan.

B. Hasil Penelitian

Waktu penelitian selama 1 bulan terhitung sejak tanggal 15 Juli – 15

Agustus 2009. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil yang pernah berkunjung

dan memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Mekar Kota Kendari tahun

2008 dengan besar sampel 84 orang.

Adapun hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan

sebagai berikut :

1. Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden dalam penelitian ini yaitu jawaban

responden yang menyangkut umur, kelurahan, pendidikan terakhir

responden, pekerjaan dan pendapatan.

a. Umur Responden

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak dia

lahir hingga waktu umur itu dihitung (Rush, 2001). Pada penelitian ini

kelompok umur dibagi menjadi empat pengelompokan yakni 20-24


50

tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun dan 35-39 tahun. Distribusi responden

menurut kelompok umur disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 : Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Hamil di Wilayah


Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2008

No. Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase (%)


1. 20-24 19 22,6
2. 25-29 39 46,4
3. 30-34 17 20,2
4. 35-39 9 10,7

Total 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, terdapat

responden berumur 25-29 tahun yakni sebanyak 39 orang (46,4%),

responden berumur 20-24 tahun sebanyak 19 orang (22,6 %), responden

berumur 30-34 tahun sebanyak 17 orang (20,2 %) dan responden

berumur 35-39 tahun sebanyak 9 orang (10,7%).

b. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Rush, 2001).

Tingkat pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan terakhir yang

diraih oleh responden. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan

disajikan pada tabel 2 .


51

Tabel 2 : Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Hamil di


Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun
2008

No. Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)


1. SMP 13 15,5
2. SMA/Sederajat 58 69,0
3. D1, D2, D3 9 10,7
4. S1 4 4,8

Total 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

umumnya bervariasi. Dari total 84 responden, sebagian besar responden

memiliki tingkat pendidikan SMA/Sederajat yakni sebanyak 58 orang

(69,0%), responden dengan pendidikan SMP sebanyak 13 orang

(15,5%), responden dengan pendidikan D1, D2, D3 sebanyak 9 orang

(10,7%) dan responden dengan pendidikan S1 sebanyak 4 orang (4,8

%).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mencari nafkah

atau pencaharian.

Distribusi responden menurut pekerjaan dalam penelitian ini

disajikan pada tabel 4 dan 5.


52

Tabel 4 : Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Hamil di


Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun
2008.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)


1. Wiraswasta/Pedagang 19 22,6
2. PNS 5 6,0
3. Petani 9 10,7
4. Lain-lain 51 60,7
Total 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 4 diperoleh gambaran mengenai jenis pekerjaan responden

dimana responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta/pedagang

sebanyak 19 orang (22,6%), PNS sebanyak 5 orang (6,0%) petani

sebanyak 9 orang (10,7%) dan lain-lain 51 orang (60,7%).

Tabel 5 : Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Suami di


Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun
2008.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)


1. Wiraswasta/Pedagang 33 39,3
2. PNS 17 20,2
3. Petani 21 25,0
4. Ojek/ sopir mobil 13 15,5
Total 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, suami

responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 33 orang


53

(39,3%), petani 21 orang (25,0%), yang bekerja sebagai PNS sebanyak

17 orang (20,2%) dan sebagai sopir mobil/ojek yaitu 13 orang (15,5%).

d. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penghasilan anggota keluarga

dihitung dalam periode satu bulan, yang diperoleh baik dari suami

maupun ibu hamil itu sendiri.

Distribusi responden menurut pendapatan yang diperoleh per

bulan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 : Distribusi Responden Menurut Pendapatan keluarga per


Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari
Tahun 2008.

No. Pendapatan (per bulan) Jumlah (n) Persentase (%)


1. < Rp.810.000 46 54,8
2. Rp.810.000 - Rp.1.450.000 29 34,5
3. > Rp.1.450.000 9 10,7
Total 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, sebagian

besar memiliki pendapatan keluarga < Rp.810.000 yakni sebanyak 46

orang (54,8%), responden dengan pendapatan keluarga antara

Rp.810.000 – Rp.1.450.000 sebanyak 29 orang (34,5%) dan responden

dengan pendapatan > Rp.1.450.000 adalah sebanyak 9 orang (10,7%).

e. Sebaran Pemanfaatan Pelayanan Antenatal


54

Sebaran pemanfaatan pelayanan Antenatal adalah jumlah

kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil selama kehamilan.

Distribusi responden menurut sebaran pemanfaatan pelayanan

antenatal dalam penelitian ini disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 : Distribusi Responden Menurut sebaran pemanfaatan


pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar
Kota Kendari Tahun 2008.

No. Kunjungan Jumlah (n) Persentase (%)


1. 1-2 kali 11 13,09
2. 3 kali 32 38,09
3. 4 kali 23 27,38
4. > 4 kali 18 21,43
Total 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, terdapat

responden yang melakukan kunjungan 1-2 kali yakni sebanyak 11 orang

(13,09 %), responden dengan kunjungan 3 kali sebanyak 32 orang

(38,09 %), responden dengan kunjungan 4 kali adalah sebanyak 23

orang (27,38 %) dan responden dengan kunjungan > 4 kali sebanyak 18

orang (21,43%).

2. Analisis Univariat

a. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal


55

Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah frekuensi pelayanan

kesehatan bagi ibu hamil oleh tenaga profesional yang dilakukan

minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan sesuai dengan standar yang

telah ditentukan.
Distribusi responden menurut pemanfaatan pelayanan antenatal

di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2008 disajikan

pada tabel 8.

Tabel 8 : Distribusi Responden Menurut Pemanfaatan Pelayanan


Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Tahun 2008

Pemanfaatan Pelayanan
No. Jumlah (n) Persentase (%)
Antenatal
1. Cukup 41 48,8
2. Kurang 43 51,2
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, sebagian

besar responden kurang memanfaatkan pelayanan antenatal yaitu

sebanyak 43 responden (51,2 %), sedangkan 41 orang (48,8 %) telah

memanfaatkan pelayanan antenatal dengan cukup baik.

Responden kurang memanfaatkan pelayanan antenatal, ini

didasarkan pada penelitian yang menunjukkan 43 responden tersebut

tidak rutin memeriksakan kesehatannya ke puskesmas, dimana banyak

ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan sebanyak 3 kali dan pada saat

pemeriksaan kehamilan, jenis pelayanan yang diperoleh hanya


56

pemeriksaan kehamilan saja. Adapun penyuluhan mengenai tujuan dan

manfaat dari pelayanan antenatal itu sendiri tidak dilakukan secara

merata kepada ibu hamil.

Banyaknya masyarakat yang kurang memanfaatkan pelayanan

Kesehatan khususnya pelayanan antenatal secara optimal disebabkan

karena masih ada diantara masyarakat yang lebih memilih pengobatan

tradisional ataupun lebih mempercayakan kesehatannya kepada bidan

praktek yang dinilai lebih professional.

b. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pemahaman yang dimiliki oleh ibu mengenai pelayanan Antenatal Care

yang dilaksanakan di Puskesmas termasuk pemahaman akan pentingnya

pemeriksaan pada saat hamil.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

oleh ibu hamil disajikan pada tabel 9.

Tabel 9 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah


Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2008.

No. Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)


57

1. Cukup 36 42,9
2. Kurang 48 57,1
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, sebagian

besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 48 orang

(57,1 %), sedangkan sisanya memiliki pengetahuan yang cukup yaitu

sebanyak 36 orang (42,9 %).

Responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang

pelayanan Antenatal Care, hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa 48 responden tersebut masih kurang mendapatkan

penyuluhan atau informasi mengenai pelayanan antenatal yang baik dari

Puskesmas ataupun Posyandu pada saat melakukan pemeriksaan.

Sebagian besar ibu hamil belum mengetahui dengan jelas manfaat dan

tujuan dari pelayanan antenatal itu sendiri sehingga pemanfaatannya

menjadi kurang maksimal. Sedangkan yang pengetahuannya baik, ini

dikarenakan tingkat pendidikan ibu sebagian besar adalah tamatan SMA

yang mana dapat lebih mengerti tentang informasi yang diberikan.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Proses melihat, menyaksikan, mengalami, atau diajar sangat

menentukan terjadinya pengetahuan pada seseorang. Pengetahuan

merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan


58

seseorang. Karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah

obyek, maka obyek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Begitu

juga halnya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada.

c. Sikap Petugas

Sikap petugas adalah sikap yang diperlihatkan petugas dalam

memberikan pelayanan kesehatan dalam hal ini sikap menghargai

pasien, perhatian terhadap pasien, mendengarkan keluhan pasien, mau

berkomunikasi dengan pasien, serta sikap menjaga rahasia pasien.


Distribusi responden menurut sikap petugas disajikan pada tabel

10.

Tabel 10 : Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas di


Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun
2008

No. Sikap Petugas Jumlah (n) Persentase (%)


1. Baik 75 89,3
2. Kurang 9 10,7
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, sebagian

besar responden menyatakan sikap petugas baik yaitu sebesar 75 orang

(81,3 %), sedangkan responden yang menyatakan sikap petugas kurang

yaitu sebanyak 9 orang (10,7 %).

Responden menyatakan sikap petugas baik, hal ini didasarkan

pada penelitian yang menunjukkan bahwa 75 responden tersebut pada


59

saat melakukan pemeriksaan kehamilan mendapatkan pelayanan yang

baik dimana bidan yang bertugas memberikan pelayanan cukup aktif

dan selalu memperhatikan pasien yang datang untuk memeriksakan

kehamilannya. Pelayanan yang cukup aktif yang dimaksud adalah

kesiapsiagaan dari petugas itu sendiri, sehingga jika ada ibu yang

hendak berkonsultasi ataupun hanya sekedar memeriksakan kondisi

kehamilannya, bidan selalu ada tepat waktu dalam memberikan

pelayanan. Selain itu, petugas juga mengajak ibu hamil untuk

mendiskusikan keluhan yang dirasakan selama kehamilannya sehingga

komunikasi antara ibu hamil dan petugas dapat terjalin dengan baik.

Adapun responden yang menyatakan sikap petugas kurang baik

disebabkan oleh masih ada bidan yang belum memberikan pelayanan

secara baik, ini dikarenakan masih ada petugas yang kurang

memperhatikan ibu hamil ketika melakukan kunjungan. Selain itu,

masih kurangnya kepercayaan ibu hamil terhadap bidan dalam hal

pemberian pelayanan dikarenakan responden merasa petugas kurang

cermat dan teliti dalam melakukan pemeriksaan.

Petugas kesehatan hendaknya menjadi orang terdekat yang

mampu menyampaikan segala pengetahuan yang dimilikinya dan

mempertahankan hubungan timbal balik yang baik. Petugas kesehatan

di tingkat pelayanan dasar hendaknya mendekatkan diri ke tengah


60

masyarakat, dikenal dan dipercaya, sehingga dapat berfungsi secara

optimal.

d. Status ekonomi
Status ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan ekonomi keluarga dilihat dari biaya pengeluaran rumah

tangga selama sebulan. Distribusi responden menurut status ekonomi

disajikan pada tabel 11.

Tabel 11 : Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di


Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun
2008

No. Status ekonomi Jumlah (n) Persentase (%)


1. Cukup 38 45,2
2. Kurang 46 54,8
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Tabel 11 menunjukkan bahwa dari total 84 responden, sebagian

besar responden memiliki status ekonomi kurang yaitu sebanyak 46

orang (54,8 %), sedangkan responden dengan status ekonomi cukup

yaitu sebanyak 38 orang (45,2 %).

Responden menyatakan bahwa mereka memiliki status ekonomi

kurang, hal ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa 46

responden tersebut sebagian besar tidak memiliki pekerjaan atau hanya

sebagai ibu rumah tangga saja dan yang bekerja hanyalah suaminya saja

dimana pengahasilannya tidak menetap dan masih kurang untuk


61

memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga yang cenderung lebih besar

daripada pendapatan yang diperoleh. Sedangkan responden yang status

ekonominya cukup baik, ini dikarenakan responden maupun suami

sama-sama memiliki pekerjaan, sehingga dalam mencukupi

kebutuhannya dapat saling membantu satu sama lain.

3. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat diuji hubungan antara pengetahuan, sikap

petugas dan status ekonomi terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal di

Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2008.

a. Pengetahuan dengan pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Karena jika seseorang tidak

mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan

menarik bagi seseorang. Begitu juga halnya dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan yang ada.

Tabel 12 : Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Tahun 2008.
62

Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Total X² P
Pengetahuan
Cukup Kurang
n % n % n %

Cukup 24 66,7 12 33,3 36 42,9


6,838 0,009
Kurang 17 35,4 31 64,6 48 57,1

Total 41 48,8 43 51,2 84 100


Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa dari total 84 responden,

terdapat 36 responden memiliki pengetahuan cukup, cenderung

memanfaatkan pelayanan antenatal dengan cukup baik sebanyak 24

orang (66,7%) dan kurang memanfaatkan pelayanan antenatal sebanyak

12 orang (33,3%). Sedangkan dari 48 responden memiliki pengetahuan

kurang namun memanfaatkan pelayanan antenatal dengan cukup baik

sebanyak 17 orang (35,4%) dan kurang memanfaatkan pelayanan

antenatal sebanyak 31 orang (64,4%).

Hasil analisis statistik Chi Square di peroleh X² adalah 6,838 dan

X² tabel adalah 3,841. Nilai X² hitung lebih besar dari X² tabel sehingga

hipotesis nol ditolak dan hipotesis I diterima. Hal ini semakna dengan

nilai P atau nilai signifikasi adalah 0,009 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih

kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis I diterima yang

berarti ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan pemanfaatan

pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota kendari.


63

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa terdapat 12 responden

(33,3%) memiliki pengetahuan yang cukup cenderung kurang

memanfaatkan pelayanan antenatal dengan baik, hal ini disebabkan oleh

masih kurangnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan

kehamilan yang teratur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Sebagian besar responden tidak mengetahui apa sebenarnya arti dari

pelayanan antenatal, tujuan dan manfaat, mereka hanya mengetahui

pemeriksaan kehamilan saja namun belum paham tentang hal-hal apa

saja yang wajib dilaksanakan pada saat hamil dan menjelang persalinan.

Selain itu, kurangnya dukungan suami yang menyebabkan ibu hamil

malas untuk memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas. Hal ini

disebabkan oleh sebagian besar suami lebih banyak menghabiskan

waktu di luar rumah dengan berkebun dan berdagang sehingga waktu

kurang bersama istri. Kemudian terdapat 17 responden (35,4%) yang

memiliki pengetahuan kurang akan tetapi telah memanfaatkan

pelayanan antenatal dengan cukup baik. Hal ini disebabkan oleh adanya

rasa kesadaran yang tinggi dari responden untuk memeriksakan

kehamilannya, ini di tunjang akses tempat tinggal responden ke tempat

pelayanan kesehatan jg lebih mudah..

Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai rp = 0,216.

Angka tersebut menunjukkan hubungan yang lemah karena terletak

antara 0,01-0,25. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa


64

pengetahuan mempunyai hubungan yang lemah dengan rendahnya

pemanfaatan pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar

Kota Kendari Tahun 2008.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Masrianto (2001) yang menyatakan ada hubungan antara

pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan Antenatal Care. Responden

dengan pengetahuan tentang faktor resiko kehamilan yang baik

cenderung kurang memanfaatkan pelayanan Antenatal Care

dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan yang

kurang.

Djakfar (1995) yang meneliti tentang factor-faktor yang

mempengaruhi derajat pemanfaatan pelayanan antental di Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah menyatakan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan ibu hamil

dengan jarak kehamilan yang jarang serta dekatnya lokasi pusat

pelayanan antenatal dengan mendapat dorongan dari keluarga terutama

suami responden maka pemanfaatan pelayanan antenatal cenderung

baik.

Pengetahuan masyarakat tentang Pelayanan antenatal dapat

mempengaruhi perilaku masyarakat didalam memanfaatan Pelayanan

tersebut. Pengetahuan sangat penting peranannya dalam memberikan

wawasan terhadap bentuk sikap, yang selanjutnya akan diikuti oleh


65

tindakan dalam memilih Pelayanan Kesehatan yang diyakini

kemampuannya.

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan

bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang tetapi

dipengaruhi oleh faktor pendukung external yang secara langsung dapat

mempengaruhi perubahan prilaku seperti sarana yang dimiliki, fasilitas

lain yang tersedia atau alat-alat yang dibutuhkan serta dukungan positif

yang diberikan orang lain untuk terjadinya perubahan prilaku artinya

responden yang memiliki pengetahuan baik belum tentu prilakunya baik

begitu juga sebaliknya.

Seseorang yang makin tinggi tingkat pendidikan maka semakin

tinggi tingkat pemahaman seseorang tentang pelayanan kesehatan dan

makin rendah tingkat pendidikan maka pemahaman semakin berkurang

tentang pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, responden harus rajin

mempelajari memahami dan menanyakan setiap pengalaman baru yang

kurang dimengerti dan difahami kepada orang yang dianggap bisa agar

pengetahuannya bertambah.

Penyuluhan tentang pelayanan antenatal kepada ibu hamil

sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan mengenai

kehamilan, perubahan yang berkaitan dengan kehamilan, pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan diri selama

kehamilan, serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan


66

pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk

menjaga diri dan kehamilannya dengan menaati nasehat yang diberikan,

sehingga ibu hamil dapat melewati masa kehamilannya dengan baik.

b. Sikap Petugas dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Sikap petugas memiliki peranan penting terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Hubungan antara manusia yang baik menanamkan

kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai yang dapat dilihat

melalui penerimaan, kepercayaan, empati, menjaga rahasia,

menghormati dan responsif serta memberikan perhatian terhadap pasien.

Tabel 13 : Hubungan Sikap Petugas dengan Pemanfaatan Pelayanan


Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Tahun 2008

Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Total
Sikap Petugas Cukup Kurang P
n % n % n %
67

Baik 38 50,7 37 49,3 75 89,3


0,484
Kurang 3 33,3 6 66,7 9 10,7
Total 41 48,8 43 51,2 84 100
Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa dari total 84 responden,

terdapat 75 responden yang menyatakan sikap yang diberikan oleh

petugas baik, cenderung memanfaatkan pelayanan antenatal dengan

cukup sebanyak 38 orang (50,7%) dan kurang memanfaatkan pelayanan

antenatal sebanyak 37 orang (49,3%). Sedangkan dari 9 responden

menyatakan sikap yang diberikan petugas kurang baik, cenderung

memanfaatkan pelayanan antenatal dengan cukup sebanyak 3 orang

(33,3%) dan kurang memanfaatkan pelayanan antenatal sebanyak 6 orang

(66,7%).

Hasil analisis statistik Fisher’s Exact Test diperoleh nilai P atau

nilai signifikasi adalah 0,484 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih besar dari

α, maka hipotesis nol diterima dan hipotesis I ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan

antenatal .

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nunung (2004) yang menyatakan ada hubungan antara

sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di Wilayah

Kerja Puskesmas Tamalate.


68

Sikap petugas yang memberikan pelayanan kepada ibu hamil

sudah cukup baik, hal ini tergambar dari pernyataan responden yang

sebagian besar menyatakan bahwa mereka cukup puas dengan

pelayanan yang diberikan seperti bidan selalu tepat waktu dalam

memberikan pelayanan dan selalu bersikap ramah terhadap setiap ibu

hamil yang datang berkunjung dan memeriksakan kehamilannya.

Dengan adanya perhatian yang diberikan oleh bidan kepada ibu hamil,

responden akan selalu marasa nyaman dan menimbulkan kesadaran

untuk selalu memeriksakan kehamilannya dengan teratur.

Syaifudin (2001), setiap ibu hamil harus memeriksa diri secara

teratur dan mendapat pelayanan kebidanan yang optimal didukung oleh

sikap bidan yang baik. Sikap bidan yang baik selama memberikan

pelayanan kebidanan kepada setiap ibu hamil merupakan strategi nyata

dalam upaya meningkatkan motivasi ibu hamil akan pentingnya

pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Wijono (1999), pasien yang diperlakukan kurang baik dan

kurang mendapat perhatian cenderung untuk mengabaikan saran dan

nasehat dari petugas kesehatan atau tidak mau berobat ketempat tersebut

lagi.

Dalam upaya untuk lebih meningkatakan motivasi ibu hamil

akan pentingnya pemeriksaan Antenatal Care secara teratur, maka

sangat diperlukan peran dari bidan sebagai pelaksana dalam


69

memberikan pelayanan antenatal care dalam segi penampilan, sikap juga

profesionalisme, karena sebagian ibu hamil akan kembali memeriksakan

diri dan kehamilannya ke tepat yang sama jika dirinya merasa dihargai

dan diasuh dengan baik. Dengan pelayanan bidan yang baik dan

profesional, diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi dan

kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan diri dan kehamilannya secara

teratur.

c. Status Ekonomi

Status ekonomi keluarga memiliki peranan penting terhadap

pemanfaatan pelayanan antenatal. Status ekonomi seseorang merupakan

data yang bersifat impersonal yang disusun dari petunjuk-petunjuk seperti:

jenis pekerjaan, lama pendidikan, pandapatan, kualitas rumah dan

lingkungan rumah. Dengan status ekonomi yang baik, maka seseorang dapat

memanfaatkan pelayanan yang dibutuhkan dengan sebaik-baiknya.

Tabel 14 : Hubungan Status Ekonomi dengan Pemanfaatan Pelayanan


Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Tahun 2008

Pemanfaatan Pelayanan
Status Antenatal Total X² P
Ekonomi
Cukup Kurang
n % n % n %
70

Cukup 24 63,2 14 36,8 38 45,2


4,717 0,030
Kurang 17 37,0 29 63,0 46 54,8

Total 41 48,8 43 51,2 84 100


Sumber : Data Primer, Diolah Desember 2009

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa dari total 84 responden,

terdapat 38 responden yang memiliki status ekonomi cukup, cenderung

mamanfaatkan pelayanan antenatal dengan cukup baik yaitu sebanyak

24 orang (63,2%) dan kurang memanfaatkan pelayanan antenatal

sebanyak 14 orang (36,8%). Sedangkan dari 46 responden memiliki

status ekonomi kurang, cenderung memanfaatkan pelayanan antenatal

dengan cukup baik sebanyak 17 orang (37,0%) dan kurang

memanfaatkan pelayanan antenatal sebanyak 29 orang (63,0%).

Hasil analisis statistic Chi Square di peroleh X² hitung adalah

4,717 dan X² tabel adalah 3,841. Nilai X² hitung lebih besar dari X²

tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis I diterima. Hal ini

semakna dengan nilai P atau nilai signifikasi adalah 0,030 dan α adalah

0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis I

diterima yang berarti ada hubungan antara variabel status ekonomi

dengan pemanfaatan pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas

Mekar Kota Kendari Tahun 2008.


71

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa terdapat 14 responden

(36,8 %) memiliki status ekonomi cukup namun cenderung kurang

memanfaatkan pelayanan antenatal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

kepercayaan responden akan pelayanan antenatal yang diberikan di

puskesmas, sehingga mereka lebih cenderung memeriksakan

kehamilannya pada bidan atau dokter praktek yang dinilai lebih

professional. Selain itu, responden dan suami sama-sama sibuk bekerja

sehingga memiliki waktu yang kurang untuk bersama. Hal ini

menjadikan ibu hamil merasa kurang mendapat dukungan dari suami

dan kurang memiliki waktu untuk berdiskusi masalah kehamilan

ataupun keluhan yang dirasakan sehingga ibu merasa malas untuk

memeriksakan kehamilannya secara rutin.

Manuaba (1998), partisipasi suami saat kehamilan penting dan

dapat membantu ketenangan jiwa ibu hamil. Selain itu, dengan adanya

partisipasi suami istri akan merasa terdorong untuk lebih menjaga

kondisi kehamilannya yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan

secara teratur ke unit pelayanan kesehatan yang dikehendakinya.

Kemudian terdapat 17 responden (37,0%) yang memiliki status

ekonomi kurang tetapi memanfaatan pelayanan antenatal dengan cukup

baik. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya beban biaya yang ditanggung

selama melakukan pemeriksaan dikarenakan sebagian besar responden

merupakan masyarakat kurang mampu dilihat dari jenis pekerjaan suami


72

yg sebagian besar adalah pedagang kecil dan petani serta memiliki

penghasilan yg tidak menentu. Hal ini dapat dilihat dari sebanyak 46

responden (54,8%) memilki pendapatan keluarga < Rp.810.000.

Disamping itu, pelayanan yang diberikan juga cukup memuaskan ibu

hamil pada saat berkunjung dan melakukan pemeriksaan. Dimana bidan

yang memberikan pelayanan selalu bersikap ramah, tepat waktu dalam

memberikan pelayanan dan selalu mengajak ibu hamil untuk berdiskusi

mengenai masalah ataupun keluhan yang dirasakan dan ibu hamil juga

merasa puas dengan masukan dan nasehat yang diberikan dapat diterima

dengan baik.

Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai rp = 0,284.

Angka tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak

antara 0,25-0,50. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa status

ekonomi mempunyai hubungan yang sedang dengan pemanfaatan

pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari

Tahun 2008.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Elly (2003) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara

status ekonomi keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal di

Kelurahan Tandang.

Wibowo (1992) yang meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi tentang pemanfaatan pelayanan antenatal menemukan


73

bahwa pendapatan keluarga perbulan berpengaruh terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai