Anda di halaman 1dari 33

EVALUASI PROGRAM

PROGAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN


KOMPLIKASI (P4K) PUSKESMAS I SUMPIUH

Disusun oleh :

Miftachul Hidayah
G4A016093

Pembimbing :

dr. Dri Kusrini

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

PROGAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN


KOMPLIKASI (P4K)

Disusun untuk memenuhi syarat dari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas /

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh :

Miftachul Hidayah G4A016093

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal Juli 2017

Pembimbing Lapangan

dr. Dri Kusrini


NIP. 19720112.200212.2.004
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pencapaian target sasaran rencana pembangunan jangka
menengah dalam bidang kesehatan (RPJMN-BK) yaitu Angka Kematian Ibu
(AKI) 226/100.000 Kelahiran hidup (KH), dan Millenium Development Goals
(MDGs) menargetkan angka kematian ibu turun sampai 102/100.000 kelahiran
hidup, perlu dilakukan upaya terobosan yang efektif dan berkesinambungan
seperti Progam Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
(Kemenkes RI, 2009).
Diperkirakan setiap tahunnya, sekitar 20.000 perempuan di Indonesia
meninggal akibat komplikasi dalam persalinan. Kehamilan merupakan anugerah
yang seharusnya menjadi momen bahagia bagi keluarga, namun seringkali hal ini
berubah menjadi tragedi. Kematian akibat komplikasi kehamilan seharusnya
dapat dicegah. Oleh karena itu tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan
ibu, untuk mengurangi angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan
(Stalker,2008).
Angka kematian ibu memang berhasil diturunkan dari 390/100.000
kelahiran hidup tahun 1990 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2012. Namun angka ini meningkat dari tahun 2007 dimana angka kematian ibu
sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Data menunjukkan bahwa tahun 2015
angka kematian ibu di Indonesia mencapai 305/100.000 kelahiran hidup (Gambar
1.1). Artinya, target MDGs tidak tercapai dan angka kematian ibu masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia (Kemenkes RI,2016).
3

Gambar 1.1. Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 1991-2015 (KemenkesRI,2015)

Target MDGs yang belum tercapai harus menjadi evaluasi bagi Bangsa Indonesia.
Setelah Millenium Development Goals (MDGs) kita mengenal istilah Sustainable
Develoment Goals (SDGs). Melanjutkan MDGs, SDGs memiliki target menurunkan
angka kematian ibu sampai 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030
(WHO,2015). Tidak tercapainya target MDGs dan masih jauhnya target SDGs
menandakan perlu adanya evaluasi kinerja program-program kesehatan. Evaluasi
program pemerintah di bidang kesehatan merupakan upaya penting dalam
menyelesaikan masalah ini. Seluruh lini pelayanan kesehatan, termasuk puskesmas
perlu melakukan evaluasi program pelayanan kesehatan. Puskesmas I Sumpiuh
sebagai salah satu lini pertama pelayanan kesehatan juga memerlukan evaluasi terkait
program yang belum tercapai.

Kesehatan ibu dan anak merupakan bagian dari pelayanan kesehatan dasar yang
diterapkan Puskesmas I Sumpiuh, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu.
Terdapat beberapa program terkait pelayanan kesehatan ibu, yaitu cakupan ibu hamil
K-1, cakupan kunjungan ibu hamil K-4, Cakupan pertolongan persalinan tenaga
kesehatan (nakes), cakupan pelayanan nifas, cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani, dan Progam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Keberhasilan program dinilai berdasarkan angka pencapaiannya dan disesuaikan
dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. P4K merupakan
4

progam yang belum mencapai target atau SPM bidang pelayanan kesehatan ibu di
Puskesmas 1 Sumpiuh.

SPM untuk P4K ada 100% untuk satu tahun. SPM yang diharapkan tercapai
sampai bulan juni 2017 sudah tercapai 50%, namun karena ada berbagai kendala
dalam pelaksanaan progam tersebut, maka sampai akhir bulan Juni SMP tersebut
belum tercapai. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu dilakukan evaluasi terkait
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi di Puskesmas I
Sumpiuh bulan Januari-Juni 2017.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membantu mengevaluasi program puskesmas yang belum tercapai
khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam upaya untuk menurunkan
angka kematian ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum kondisi kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas I Sumpiuh.
b. Mengetahui secara umum cakupan Progam Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas I Sumpiuh.
c. Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian Progam Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas I
Sumpiuh.
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program cakupan
Progam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di
Puskesmas I Sumpiuh
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai wacana bagi Puskesmas I Sumpiuh untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam program KIA, terutama P4K
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas I Sumpiuh, khususnya
pemegang program cakupan P4K dalam melakukan evaluasi kinerja.
5

3. Sebagai bahan untuk perbaikan program pelayanan kesehatan ibu dan anak ke
arah yang lebih baik.
II. GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas dan Wilayah Kerja


1. Keadaan Geografis
Puskesmas I Sumpiuh merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas yang memiliki lokasi yang cukup strategis karena berada di tepi
jalan raya Provinsi Jawa. Wilayah Puskesmas I Sumpiuh terletak
diperbatasan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Cilacap (Puskesmas 1
Sumpiuh, 2016) yaitu:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas
b. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap
d. Sebelah Barat : Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
Wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh secara administratif mencakup 7
desa, seluas 2.028,115 Ha atau sama dengan 26, 98 km2 dengan rincian
sebagai berikut:
a. Desa Ketanda : 542.179 Ha
b. Desa Kuntili : 327.050 Ha
c. Desa Kemiri : 284.000 Ha
d. Desa Pandak : 275.935 Ha
e. Desa Lebeng : 228,656 Ha
f. Kelurahan Kebokura : 202.948 Ha
g. Desa Karanggedang : 202.458 Ha
Aksesibilitas Puskesmas I Sumpiuh adalah sebagai berikut:
a. Jarak Puskesmas ke kebupaten yaitu 100% aspal sejauh 40 km;
b. Jarak Puskesmas ke desa/ kelurahan yaitu 1-5 km;
c. Semua Desa/ Kelurahan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2,
d. Komunikasi berita dapat melalui kantor pos, telepon, radio, TV serta
surat kabar (Puskesmas I Sumpiuh, 2016).
7

2. Keadaan Demografi Kecamatan Sumpiuh


Jumlah penduduk keseluruhan dari 7 Desa wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh 27.436 jiwa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.1 Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2016
Kepadatan
Luas Penduduk
Jumlah Jumlah
No. Kelurahan Wilayah
Penduduk KK
(per km2)

1 Kebokura 4560 1361 202.948 2.25


2 Karanggedang 2011 677 202.458 0.99
3 Kemiri 5263 1312 284.000 1.85
4 Kuntili 4163 1308 327.500 1.27
5 Pandak 3291 940 275.930 1.19
6 Lebeng 2749 789 228,656 1.20
7 Ketanda 5399 2163 542.179 1.00
Jumlah 27436 8.550 2.063.671 1.33
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016
Desa Ketanda memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 5399 jiwa dan
Desa Karanggedang memiliki penduduk paling sedikit yaitu 2011 jiwa.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Kebokura yaitu sebesar
2,25/km2 sedangkan desa Karanggedang menempati urutan kepadatan
penduduk terendah yaitu 0,99/km2 (Puskesmas I Sumpiuh, 2016).
a. Jumlah penduduk menurut golongan umur
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh menurut
golongan umur adalah sebagai berikut:
8

Tabel 2.2 Jumlah penduduk menurut golongan umur


No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Total
1 0-4 tahun 767 706 1473
2 5-9 tahun 858 794 1652
3 10-14 tahun 1089 1078 2.167
4 15-19 tahun 1.255 1.142 2.397
5 20-24 tahun 1.276 1.171 2.447
6 25-29 tahun 1.086 979 2.065
7 30-34 tahun 1.162 1.117 2.279
8 35-39 tahun 1.163 1.159 2.322
9 40-44 tahun 957 950 1.907
10 45-49 tahun 909 964 1.873
11 50-54 tahun 892 1.009 1.901
12 55-59 tahun 791 782 1.573
13 60-64 tahun 546 523 1.069
14 65-69 tahun 437 452 889
15 70-74 tahun 289 306 595
16 > 75 tahun 412 415 827
Jumlah 13.889 13.547 27.436
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016
Berdasarkan data diatas, jumlah penduduk terbesar berada pada
rentang umur 15-19 tahun, yaitu sebanyak 2.397 jiwa sedangkan jumlah
penduduk terendah pada kelompok umur 0-4 tahun, yaitu sebanyak 1.473
jiwa (Puskesmas I Sumpiuh, 2016).
b. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh
dapat di lihat pada tabel dibawah
Tabel 2.3 Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat Pendidikan Jumlah
Tidak/ belum tamat SD/MI 1.772
SD/MI sederajat 7.268
SMP/MTs sederajat 6.335
SMA/SMK/MA sederajat 6.718
AK/Diplomat 515
Universitas 379
S2/S3 (Master/Doktor) 47
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016
Berdasarkan data diatas, tingkat pendidikan penduduk dengan jumlah
paling tinggi adalah tingkat SD/MI sederajat sebanyak 7.268 orang,
9

sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tingkat S2/S3 atau gelar


Master/Doktor yaitu sebesar 47 orang (Puskesmas I Sumpiuh, 2016).
c. Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari
rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan
perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan
sementara angka proyeksi penduduk tahun 2016 berdasarkan data,
didapatkan jumlah penduduk laki-laki 13.889 jiwa (50,62%) dan jumlah
penduduk perempuan 13.547 jiwa (49,38%).Sehingga didapatkan rasio
jenis kelamin sebesar 102,52 (Puskesmas I Sumpiuh, 2016).
3. Situasi Sumber Pelayanan Kesehatan
a. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari Puskesmas Induk,
Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Puskesling), Ruang
Bersalin, dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah sarana pelayanan
kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 53 unit, dengan rincian :
1) Puskesmas induk : 1 unit
2) Pustu : 1 unit
3) Puskesling : 1 unit
4) Ruang Bersalin : 1 unit
5) Poskesdes : 6 unit
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh
Tenaga kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sejumlah
48 orang yang terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi,
sanitasi, dan kesehatan masyarakat, serta tenaga penunjang lainnya.
Jumlah tenaga kesehatan tersebut meningkat jika dibandingkan dengan
jumlah tenaga kesehatan tahun 2015 sejumlah 40 orang. Berdasarkan data
sekunder dari Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 didapatkan jumlah tenaga
kesehatan sebagai berikut :
10

Tabel 2.4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Sarana Kesehatan

Jumlah Ratio
Target IIS /
No Jenis Tenaga Tenaga /100.000
100.000 pddk
Kesehatan pddk
1. Dokter Umum 3 7,76 40
2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 1 3,38 11
4. Farmasi 1 3,88 10
5. Perawat 14 51,03 117,5
6. Bidan 11 40,09 100
7. Tenaga Kesehatan 1 3,88 40
Masyarakat
8. Sanitarian 1 3,88 40
9. Nutrisionis 1 3,88 40

B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar


Pencapaian program-program kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
derajat kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial, oleh karena itu
pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat
melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan penyakit menular,
penyediaan air bersih serta kesehatan ibu dan anak (Puskesmas I Sumpiuh,2016).
1. Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Angka Kesakitan
1) Acute Flaccid Paralysis
Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan
semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid
(layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Selama tahun
2016 tidak didapatkan kasus AFP di wilayah Puskesmas I Sumpiuh.
2) Tuberkulosis Paru
Jumlah kasus TB paru positif tahun 2016 sebanyak 20 kasus,
sementara tahun sebelumnya didapatkan 12 kasus TB paru positif atau
mengalami peningkatan sebanyak 8 kasus.
3) Pneumonia Balita
11

Puskesmas I Sumpiuh terdapat jumlah perkiraan penderita pneumonia


sebanyak 274 (12.6%) dari 2.175 balita. Penderita ditemukan dan
ditangani sebanyak 263 balita (95,98%). Dibandingkan dengan tahun
2015, kasus pneumonia balita sebanyak 121 kasus, berarti pada tahun
2016 jumlah kasus meningkat 2x lipat lebih.
4) HIV
Jumlah pasien HIV positif yang ada di masyarakat dapat
deiketahui melalui 3 metode, yaitu pada pelayanan Voluntary,
Counseling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu
Biologis dan perilaku (STBP). Selama tahun 2016 terdapat 14 kasus
HIV/AIDS (0,053 %) terjadi peningkatan kasus bila dibandingkan
dengan tahun 2015 dengan 3 kasus (0,01%).
5) Diare
Jumlah target penemuan kasus diare sebesar 0,04% dari jumlah
penduduk masing-masing wilayah. Diare yang ditangani sebesar
81,2%.
6) Kusta
Selama tahun 2016 terdapat 2 kasus kusta (7,77%), mengalami
kenaikan bila dibandingkan tahun 2013 (0%)
7) Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan di Puskesmas I
Sumpiuh, terbukti pada tahun 2015 ada 1 orang terkena DBD. Angka
kesakitan /Incidence rate DBD di Puskesmas I Sumpiuh pada tahun
2015 3,8/100.000 penduduk, pada tahun 2016 terdapat 5 kasus DBD,
namun sudah 100% ditangani.
8) Malaria
Jumlah kasus malaria pada tahun 2016 sebanyak 0 %. Sama dengan
tahun 2015 sebesari 0 %.
12

9) Filariasis
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas I Sumpiuh tidak terdapat kasus
filariasis (0%), sama dengan tahun 2015 (0%).
10) PD3I
a) Difteri : 0%
b) Pertusis : 0%
c) Tetanus (Non neonatorum) : 0%
d) Tetanus Neonatorum : 0%
e) Campak : 0%
f) Polio : 0 %
g) Hepatitis B : 0%
b. Angka Kematian
1) Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun 1 tahun.Angka Kematian
Bayi (AKB). Pada Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 yaitu sebanyak 1
bayi atau sebesar 2,3/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan capaian
SDGs (Sustainable Development Goals) tahun 2016 Puskesmas I
Sumpiuh sudah baik karena AKB dibawah 12/1.000 kelahiran hidup.
2) Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita merupakan jumlah kematian balita 0-5
tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah
kematian bayi dan balita di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 yaitu
sebanyak 10 bayi. AKABA Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebesar
6,8/1.000 kelahiran hidup. AKABA di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun
2016 sudah memenuhi SDGs karena angka kematian balita di bawah
25/1000 kelahiran hidup.
3) Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016
sebesar 0/100.000 kelahiran hidup, sesuai target SDGs untuk angka
13

kematian ibu adalah 70/100.000 kelahiran hidup, maka Puskesmas I


Sumpiuh memenuhi target SDGs (Sustainable Development Goals)
Angka Kematian Ibu.
2. Status Gizi
a. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah
Jumlah Bayi lahi dengan berat rendah (BBLR) di Puskesmas I
Sumpiuh pada tahun 2016 sebanyak 17, menurun jika dibandingkan tahun
2015 sebanyak 36.
b. Persentase Balita dengan Gizi Kurang
Tidak ditemukan data untuk tahun 2016.
c. Persentase Balita dengan Gizi Buruk
Padan tahun 2016 di Puskesmas I Sumpiuh tidak terdapat anak
dengan kasus gizi buruk (0%). Sama jika dibandingkan dengan tahun
2015 (0%).
3. Upaya Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
1) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1
Kunjungan ibu hamil K-1 murni adalah kunjungan ibu hamil
yang pertama kali dan harus pada trimester pertama kehamilan. Jika
kunjungan ibu hamil pertama kali tidak pada trimester pertama
kehamilan, maka masuk dalam K-1 akses. Cakupan kunjungan ibu
hamil K-1 tahun 2016 sebanyak 485 ibu dan target ibu hamil sebanyak
502. Menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang jumlah ibu
hamil sebanyak 491 ibu dengan kunjungan K-1 sebanyak 485.
2) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Kunjungan ibu hamil K-4 adalah kunjungan ibu hamil setelah
melewati K-1, K-2, dan K-3, dan harus dilakukan pada trimester
ketiga kehamilan. Pada tahun 2016 jumlah ibu hamil di Puskesmas I
Sumpiuh sebanyak 502 ibu hamil, adapun ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan K-4 adalah sebesar 404 ibu hamil atau
14

80,48%. Mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2015 jumlah


ibu hamil 455 yang mendapatkan pelayanan K-4 sebanyak 458 atau
100,7%. Pencapaian tahun 2016 ini belum mencapai target SPM
(95%).
3) Cakupan Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan
Jumlah ibu bersalin tahun 2016 adalah 479 orang, jumlah yang
ditolong oleh nakes sebanyak 432 orang atau sebesar 90,2%. Target
SPM untuk pertolongan persalinan oleh nakes tahun 2016 sebesar
90%.
4) Cakupan Pelayanan Nifas
Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2016 yaitu 432
(100%). Cakupan ini telah mencapain target SPM tahun 2016 yaitu
sebesar 100%.
5) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Jumlah komplikasi kebidanan Puskesmas I Sumpiuh tahun
2016 yang ditangani sebanyak 116. Pencapaian ini sudah melampaui
targer SPM (80%).
b. Pelayanan Kesehatan Anak
1) Cakupan Kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di Puskesmas I
Sumpiuh pada tahun 2016 sebesar 456 (100%) dan cakupan kunjungan
neonatus 3 (KN-lengkap) sebesar 415 (91%).
2) Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi di Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2016
sebesar 433 (105%). Pencapaian ini telah melebihi target SPM (90%)
3) Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani
Jumlah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar
68 bayi atau 100%. Pencapaian ini telah memenuhi target SPM (80%).
4) Cakupan Pelayanan Anak Balita
15

Jumlah balita di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebanyak


1.474 yang mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 8x sebanyak
1.785. Desa yang cakupannya paling rendah adalah Desa Ketanda
yaitu 342 (92,2%), sedangkan cakupan tertinggi adalah Desa
Karanggedang 198 (170,7%).
5) Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Jumlah siswa SD dan setingkat tahun 2016 sebanyak 2.179
anak. Yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai strata UKS
sebesar 2.179 (100%).
c. Pelayanan Gizi
1) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi
Berdasarkan data di Puskesmas I Sumpiuh cakupan pemberian
kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi tahun 2016 sebesar 100%.
Sama jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 100%.
2) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita tahun 2016
sebesar 100%. Sama jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar
100%.
3) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A tahun
2016 sebesar 100%. Sama jika dibandingkan dengan tahun 2015
sebesar 100%.
4) Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe 1
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe di Puskesmas I
Sumpiuh pada tahun 2016 sebesar 94,02%.
5) Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2016 menunjukkan
bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 45,9%, menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2015 (53,2%).
4. Kesehatan Lingkungan
16

a. Persentase Rumah Sehat


Pada tahun 2016 jumlah rumah sebanyak 7.751, jumlah rumah
diperiksa 6.230 (80,38%) dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebesar
1.436.
b. Persentase Keluarga Menurut Jenis Air Bersih yang Digunakan
Jumlah keluarga yang diperiksa akses air bersih sebanyak 2.381
(33,5%) dari 7.105 KK dan yang telah memiliki akses sarana air bersih
sebanyak 1.832 (76,9%).
c. Persentase Keluarga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan
Jumlah keluarga yang diperiksa sumber air minumnya sebanyak
2.381 (33,5%) dari 7.105 KK dan yang telah menggunakan sumber air
minum terlindung sebanyak 1.832 (76,9%).
d. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Jumlah penduduk pengguna jamban sebesar 18.239 dan yang telah
memiliki jamban leher angsa memenuhi syarat sebesar 15.384 (84,35%),
yang memiliki tempat sampah 1.313 dan yang memiliki tempat sampah
sehat 711 (54,2%), yang memiliki tempat pengelolaan air limbah 1.255
(52,7%) dan yang memiliki tempat pengelolaan air limbah sehat 689
(54,9%).
e. Persentase Tempat-Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TPUM)
Sehat
Jumlah TPUM yang ada sebanyak 96 dan yang diperiksa sebanyak
58 dan yang memenuhi syarat sebanyak 35 (36,46%).
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Analisis Potensi
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah
tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
1. Input
a. Man
Tenaga kesehatan merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas
I Sumpiuh adalah sebagai berikut :
1) Dokter :3
2) Dokter gigi :1
3) Bidan Desa :5
4) Bidan Puskesmas :4
5) Bidan kontrak :2
6) Perawat : 14
7) Nutrisionis :1
8) Sanitarian :1
b. Money
Dana untuk operasional Puskesmas diperoleh dari Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD), sedangkan untuk operasional kegiatan tiap
program diperoleh dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari pemerintah
melalui kementerian kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten
dan pemerintahan kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Dana ini dapat digunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan penunjang program cakupan kunjungan ibu hamil K.
18

Seperti kelas ibu hamil, ANC terpadu, ATP (Antenatal terpadu plus), dan
program P4K.
c. Material
Puskemas I Sumpiuh merupakan puskesmas dengan 1 Pustu, 1
Poskesdes, 1 ruang bersalin, dan 1 Puskesling. Puskesmas I Sumpiuh
sudah dilengkapi dengan fasilitas rawat inap, Ruang Gawat Darurat
(RGD), 2 mobil ambulans dan laboratorium yang cukup lengkap. Saran
dan Prasarana yang mendukung pelaksanaan pelayanan ibu hamil dalam
konteks P4K sudah ada seperti peralatan untuk pelayanan ibu hamil yaitu
ANC kit, buku KIA beserta stiker P4K, dan kohort ibu.
d. Method
Ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan tiap desa untuk ibu
hamil. Diantaranya ada kelas ibu hamil, ANC terpadu, Antenatal Terpadu
Plus (ATP) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) sendiri. Pelayanan P4K diberikan pada saat kunjungan
ibu hamil waktu pertama kali (K1) dengan cara pengisian buku KIA dan
penempelan stiker. Program ini dilaksanakan bidan yang bekerja sama
dengan kader kesehatan di tiap desa yang telah dibentuk. Kader kesehatan
tiap desa bertugas mencatat dan melaporkan apabila terdapat ibu hamil
baru di wilayahnya kepada bidan desa. Sedangkan petugas yang
menempelkan stiker dirumah ibu hamil adalah bidan atau kader desa.
Kelas ibu hamil yang diselenggarakan berisi kegiatan senam ibu
hamil yang dipandu oleh bidan, serta adanya pemberian materi dari bidan
sepiutar kehamilan. ANC terpadu merupakan kegiatan dimana ibu hamil
minimal 2 kali bertemu dengan dokter umum, dokter gigi, gizi, dan
laborat. Pelayanan ANC terpadu juga sudah dilengkapi dengan adanya
rujukan internal ke poli pelayanan umum, poli gizi, dan laboratorium.
ATP merupakan program dimana seluruh ibu hamil yang datang ke
puskesmas harus diperiksa oleh dokter.
19

Pelatihan juga diikuti oleh bidan. Pelatihan yang diikut diantaranya


adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED),
Antenatal Terpadu, Manajemen asfiksia, Asuhan Persalinan Normal
(APN) dan Contraceptive Technology Update (CTU). Kegiatan lain yang
dilakukan oleh pihak puskesmas dalam menunjang tercapainya target
kunjungan ibu hamil K4 adalah pencatatan calon pengantin, skrining
kehamilan pada calon pengantin, edukasi dan promosi bagi calon
pengantin untuk melaksanakan kunjungan pada trimester pertama (K1),
pemantauan langsung kunjungan ibu yang telah tercatat pada kunjungan
pertama.
e. Minute
Pelayanan P4K dilakukan setiap hari pada jam kerja Puskesmas I
Sumpiuh dan rumah bidan masing-masing desa.
f. Market
Sasaran kegiatan program perencanaan persalinan dan pencegahan
konplikasi (P4K) adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Tahap perencanaan program perencanan persalinan dan
pencegahan komplikasi mengacu pada berdasarkan Buku Pedoman
Antenatal care oleh Depkes.
b. Pengorganisasian (P2)
Demi mencapai target program perencanan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K), Penanggung jawab progam bertugas
mengkoordinir bidan-bidan yang bertugas di wilayah puskesmas 1
Sumpiuh untuk melakukan pelayan P4K. Dan bisan desa juga telah
bekerja sama dengan pihak desa dalam hal pendataan ibu hamil dan
pemantauan kunjungan melalui kader desa.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program (P3)
20

Penggerakan dan pelaksanaan program perencanan persalinan dan


pencegahan komplikasi (P4K) dilakukan oleh seluruh bidan di Puskesmas
I Sumpiuh.
d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan
Pengawasan terhadap program perencanan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan
beserta masyarakat sekitar.
3. Output
Pada tahun 2017 sampai bulan Juni, seharusnya capaian jumlah ibu
hamil di Puskesmas I Sumpiuh sebanyak 235 ibu hamil, adapun ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan P4K sebesar 223 ibu hamil atau 47,45%.
Cakupan program perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
sampai bulan Juni tahun 2017 (47,45%) belum memenuhi target SPM (100%).
4. Impact
Dampaknya adalah masih ada ibu hamil yang tidak memiliki rencana
persalinan dan rencana untuk mencegah komplikasi.
5. Outcome
Outcome dilihat dari tujuan utama pelaksanaan program perencanan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), dalam hal ini adalah angka
kematian ibu. Meskipun target SPM dalam hal kunjungan ibu hamil K-4
belum tercapai, tidak ada kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas I sumpiuh
(0 %).

B. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)


1. Strength
Kelebihan yang menjadi titik tumpu keberhasilan program program
perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dijabarkan sebagai
berikut :
a. Input
1) Money
21

Anggaran pada program perencanan persalinan dan


pencegahan komplikasi (P4K) tidak menjadi masalah bagi
keberlangsungan program ini, dikarenakan prinsip ada atau tidak
adanya dana program perencanan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) tetap harus berjalan optimal, karena kesehatan ibu
dan anak merupakan salah satu ujung tombak kesehatan.
2) Material
Pengadaan buku KIA beserta stiker P4K tidak mengalami
permasalahan. Kesehatan ibu hamil menjadi prioritas dalam masalah
pengadaan barang.

3) Method
Pelaksanaan kegiatan untuk menunjang keberhasilan program
perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) sudah
dilakukan dengan baik. Promosi tentang pentingnya pemeriksaan ANC
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sudah dilakukan. Promosi
yang dilakukan pihak puskesmas tidak hanya untuk meningkatkan
kesadaran ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan, tetapi juga untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat untuk melaporkan adanya ibu
hamil di lingkungannya.
b. Proses
Pendataan ibu hamil yang melakukan K-1 dan K-4 juga sudah
terdata dengan baik. Tidak hanya itu, pendataan lain seperti, jumlah
abortus, calon pengantin dan jumlah ibu hamil yang drop out. Puskesmas
juga telah melakukan kerjasama lintas sektor untuk berkoordinasi dalam
melakukan P4K. Pihak desa yang membantu proses P4K khususnya
adalah kader desa.

2. Weakness
Input
22

a. Man
Jumlah bidan desa yang hanya sebanyak 5 orang dan bidan
puskesmas sebanyak 4 orang menjadi kelemahan. Sumber daya manusia
belum dapat menunjang pelaksanaan yang maksimal dari program ini.
Selain itu, kompetensi terbaru tentang penanganan ibu hamil tidak tersebar
merata pada semua tenaga kesehatan.
b. Method
Metode penyuluhan dan promosi kesehatan masih kurang inovatif
sehingga masyarakat kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan kelas ibu
hamil. Selain itu, rumus yang digunakan puskesmas untuk menentukan
target cakupan ibu hamil terlalu tinggi, sehingga target sulit tercapai.
c. Minute
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan P4K tidak cukup
karena banyaknya pasien sehingga tidak ada waktu untuk melakukan
pelayanan P4K.

3. Opportunity
a. Adanya bantuan dana operasional kesehatan dari Kabupaten Banyumas.
b. Adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dinas kesehatan
kabupaten maupun provinsi.
c. Adanya program pemerintah 5NG (Jateng Gayeng Nginceng Wong
Meteng)

4. Threat
a. Tingginya angka abortus yang terjadi pada tahun 2016
b. Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk datang rutin memeriksakan
kehamilan baik pada trimester pertama, kedua, ketiga dan keempat
sehingga banyak yang belum mendapatkan pelayanan P4K.
c. Kurangnya peran dan partisipasi masyarakat dalam mengawasi dan
melaporkan ibu hamil di lingkungannya.
23

d. Kurangnya animo ibu hamil untuk menghadiri kelas ibu hamil yang
diselenggarakan tiap desa.
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Belum tercapainya target SPM untuk P4K yaitu 47,45% Meskipun
outcome pada tahun 2016 angka kematian ibu 0,perlu dilakukan analisis lebih
lanjut mengapa didapatkan angka demikian. Berdasarkan hasil analisis SWOT,
dalam praktik program kunjungan ibu hamil K-4 belum berjalan dengan baik. Hal
ini terlihat dari beberapa weakness dan threat yang mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan program.
Anggaran dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan program ini
dirasakan sudah cukup memuaskan. Kelengkapan alat-alat penunjang program
juga telah tersedia seperti ANC kit, ketersediaan buku KIA, dan kohort ibu. Tidak
ada permasalahan dalam pengadaan alat-alat penunjang program. Selain itu
alokasi waktu pelaksanaan program juga sudah mencukupi. Kesehatan ibu hamil
juga menjadi prioritas dalam pemakaian barang. Misalnya, tablet Fe yang tersedia
diutamakan untuk ibu hamil terlebih dahulu dibandingkan dengan remaja
perempuan.
Kekuatan lain yang dimiliki program ini adalah karena pendataan yang
telah dilakukan Puskesmas I Sumpiuh dalam hal cakupan kunjungan ibu hamil
K-4 sangat baik. Hal ini tidak lepas dari kerjasama antara pihak Puskesmas
dengan pihak desa sehingga ibu hamil dapat terdata dengan baik. Seluruh
kegiatan yang berpengaruh terhadap angka cakupan kunjungan ibu hamil K-4
terdata dengan lengkap. Misalnya, jumlah ibu hamil K1 yang berusia <20 tahun,
jumlah ibu hamil K1>35 tahun, ibu hamil risiko tinggi, jumlah ibu bersalin, angka
abortus, dan angka BBLR terdata dengan baik. Hal ini sangat penting karena
dengan data yang lengkap, analisis penyebab permasalahan dapat dilakukan
25

dengan maksimal. Pengawasan dan pelaporan masyarakat tentang adanya ibu


hamil juga sangat penting untuk melengkapi data.
Angka drop out ibu hamil karena pindah tempat pemeriksaan atau pindah
tempat tinggal juga telah ditekan dengan cara dipantau perkembangan
pemeriksaan kunjungan kehamilannya. Puskesmas telah bekerja sama dengan
pihak desa untuk mendata dan melaporkan ke puskesmas apabila ada ibu hamil di
desa tersebut yang berpindah tempat. Puskesmas I Sumpiuh juga telah
berkoordinasi dengan puskesmas lain dalam hal pemantaun kunjungan ibu hamil.
Jika ibu hamil memeriksakan kehamilannya di puskesmas lain, puskesmas
tersebut akan memberi informasi kepada Puskesmas I Sumpiuh. Program
Antenatal Terpadu plus yang dipegang oleh dokter juga mencegah terjadinya
komplikasi dalam kehamilan yang dapat menurunkan angka cakupan kunjungan
K-4.
Dari sisi opportunity, kegiatan program cakupan kunjungan ibu hamil K-4
telah banyak terbantuk dari dana operasional kesehatan yang diberikan Kabupaten
Banyumas. Dinas Kesehatan baik kabupaten maupun provinsi juga telah
mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menunjang dan meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan (PONED, manajemen asfiksi, Antenatal terpadu, Asuhan
Persalinan Normal, dan CTU) khususnya pelaksana program cakupan kunjungan
ibu hamil K-4. Kegiatan-kegiatan program ini juga telah didukung tenanga
kesehatan lain selain bidan misalnya perawat dan dokter umum. Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah juga telah mencanangkan program 5 NG (Jateng Gayeng
Nginceng Wong Meteng). Program 5NG ini merupakan upaya terobosan
mendukung Program Pembangunan Rakyat Sehat yang diluncurkan oleh
Gubernur Jawa Tengah pada bulan Juli 2016 di Surakarta. Melalui program ini,
outcome yang diharapkan adalah sebagai berikut, ibu hamil dan masyarakat
semakin peduli atas kesehatan dan keselamatan ibu dan anak, terjadi peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dengan ditekannya angka kematian ibu dan bayi,
peningkatan peserta KB aktif, dan pelayanan kesehatan publik menjadi lebih baik
(Dinkes Jateng,2017).
26

Pembahasan selanjutnya dititikberatkan pada analisis weakness dan threat


karena baik weakness dan threat merupakan penyebab angka cakupan kunjungan
ibu hamil K-4 tidak memenuhi target. Sumber daya manusia menjadi kelemahan
utama dalam pelaksanaan program ini. Dengan begitu banyaknya kegiatan
puskesmas dan cakupan wilayah kerja yang luas, sumber daya manusia kesehatan
yang dibutuhkan cukup banyak. Bidan sebagai ujung tombak pelaksanaan
program ini menjadi sumber daya manusia kesehatan yang sangat diperlukan.
Total jumlah bidan yang dimiliki Puskesmas I Sumpiuh sebanyak 11 orang,
sedangkan target jumlah bidan per 100.000 penduduk adalah 100 orang. Dengan
jumlah penduduk 27.436 jiwa yang berada di wilayah kerja Puskesmas 1
Sumpiuh, seharusnya jumlah bidan yang tersedia adalah 27 orang.
Kelas ibu hamil penting dalam keberhasilan program kunjungan K-4.
bertujuan untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, keluarga berencana, perawatan bayi baru
lahir dan senam hamil (Kemenkes RI,2014). Partisipasi ibu hamil yang mengikuti
kelas ibu hamil juga masih kurang, Jumlah ibu hamil yang mengikuti kelas ibu
hamil sebanyak 340 orang (67,7%). Artinya masih ada sekitar 162 orang yang
belum mengikuti kelas ibu hamil (32,3%). Kemungkinan penyebab kurangnya
kehadiran ibu hamil dalam kelas ibu hamil mungkin disebabkan karena metode
penyuluhan dan promosi yang kurang inovatif sehingga ibu hamil kurang tertarik.
Kelemahan lain ada pada kompetensi tenaga kesehatan yang tidak tersebar
merata dengan tenaga kesehatan lain. Ilmu pengetahuan tentang penanganan ibu
hamil terus berkembang. Oleh karena itu dibutuhkan pelatihan-pelatihan untuk
meperbarui ilmu kebidanan. Dalam hal ini, masalahnya terdapat pada dana untuk
pendelegasian tenaga kesehatan khususnya bidan untuk melakukan pelatihan.
Terbatasnya dana delegasi menyebabkan tidak semua bidan mendapatkan
pelatihan. Selain itu target yang ditentukan puskesmas cukup tinggi sehingga
menyulitkan puskesmas untuk mencapai target. Penentuan target cakupan ibu
hamil dengan menghitung angka kelahiran bayi 5 tahun terakhir dibagi 5
kemudian dikalikan 1,1. Target cakupan ibu hamil yang terlalu tinggi
27

menyebabkan perhitungan K-4 menjadi lebih rendah karena rumus cakupan


kunjungan ibu hamil K-4 adalah jumlah kunjungan K-4 dibagi dengan target
cakupan ibu hamil, dikalikan 100%. Penentuan target ibu hamil dengan
menggunakan angka kelahiran bayi pada tahun terakhir dikalikan 1,1 dapat
menghasilkan target ibu hamil yang lebih rendah. Konstanta pengali dalam
penghitungan jumlah ibu hamil (1,1) yang ditentukan pemerintah juga mungkin
terlalu tinggi.
Beralih ke Threat atau kendala yang dihadapi di lapangan. Salah satu
penyebab belum tercapainya target cakupan kunjungan ibu hamil K-4 karena
tingginya tingkat abortus pada tahun 2016. Kasus abortus pada tahun 2016
ditemukan sebanyak 42 kasus. Seandainya angka abortus dapat ditekan sampai
angka 0 dan ibu hamil melakukan kunjungan K-4, melalui perhitungan akan
didapatkan peningkatan angka cakupan ibu hamil sebanyak 8,36 %.
Kendala lain adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kunjungan ibu hamil baik pada trimester pertama, kedua, maupun ketiga terutama
pada kunjungan ibu hamil yang usianya <20 tahun. Dari data sekunder yang
didapatkan, remaja hamil yang terdata dari bulan Januari-September 2016
sebanyak 23 orang, artinya diperkirakan setiap bulan ada sekitar 3 remaja yang
hamil pada tahun 2016. Perkiraan remaja yang hamil pada tahun 2016 sebesar 32
orang. Kunjungan K-1 untuk usia <20 tahun mencapai 27 orang, artinya
diperkirakan 5 orang tidak melakukan kunjungan K-1. Jika kunjungan K-1 tidak
terpenuhi, maka kunjungan K-4 juga tidak terpenuhi. Peran masyarakat juga
penting dalam melaporkan adanya ibu hamil di lingkungannya. Jika ada ibu hamil
di lingkungannya, masyarakat seharusnya melaporkan ke kader kesehatan di desa
tersebut. Jika ada ibu hamil yang belum rutin melakukan pemeriksaan kehamilan,
masyarakat perlu mengimbau ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan dan
melaporkan ke kader kesehatan.
Selisih kunjungan antara K4 dan K1 pada tahun 2016 sebanyak 81 ibu
hamil. Jika dikurangi dengan angka abortus (42 kasus), maka sisanya sebanyak 39
atau 7,76%. Terdapat beberapa penyebab selisih angka K-4 dan K-1 selain karena
28

abortus, diantaranya adalah kurangnya animo masyarakat tentang pentingnya


pemeriksaan kehamilan rutin dan kurangnya peran dan partisipasi masyarakat
dalam mengawasi dan melaporkan ibu hamil di lingkungannya. Dianjurkan
minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua, dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga. Partisipasi masyarkat dalam melaporkan ibu
hamil ke puskesmas juga penting untuk mencegah selisih angka K-4 dan K-1
yang terlalu jauh. Terdapat satu desa (Desa Ketanda) yang memiliki angka K1
dan K4 paling jauh dari target ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Ketanda
sebanyak 98 orang (paling banyak dibandingkan desa lain), sedangkan angka
cakupan K4 sebanyak 71 ibu. Hal ini mengakibatkan kunjungan ibu hamil K-4
untuk Desa Ketanda paling rendah dibandingkan dengan Desa yang lain yaitu 71
dari 98 ibu hamil (72,4%). Sulitnya tercapainya K4 di Desa Ketanda dikarenakan
animo masyarakat untuk memeriksakan kehamilan masih rendah.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Untuk masalah sumber daya manusia kesehatan dapat diatasi dengan
penambahan jumlah tenaga kesehatan melalui bidan kontrak.
2. Menyelediki penyebab abortus yang tinggi pada tahun 2016 dan mencegah
terjadinya kasus abortus.
3. Mengadakan pelatihan internal tenaga kesehatan yang dilakukan Puskesmas.
Pelatihan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang telah diberangkatkan
untuk melakukan pelatihan yang diselenggarakan pihak Dinas Kesehatan,
sehingga ilmu yang diterima dapat disebarkan kepada rekan kerja yang lain.
4. Menentukan target dengan rumus lain, misalnya penentuan target dari angka
kelahiran bayi tahun terakhir dikalikan dengan 1,1.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan minimal 1 kali di trimester pertama, minimal 1 kali di
trimester kedua, dan minimal 2 kali di trimester ketiga.
6. Melakukan edukasi ke remaja tentang bahaya seks bebas untuk menekan
angka ibu hamil yang kurang dari 20 tahun.
29

7. Melakukan edukasi tentang pelaksanaan program KB untuk menekan angka


ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.
8. Melakukan edukasi tentang pentingnya pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil.
9. Melakukan edukasi tentang pentingnya pemeriksaan rutin pada trimester
pertama, kedua, dan ketiga.
10. Meningkatkan peran aktif tenaga kesehatan untuk terjun langsung melakukan
pemeriksaan pada ibu hamil yang kesulitan mendapatkan akses pelayanan
kesehatan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan ibu dan anak yang belum memenuhi target di Puskesmas I
Sumpiuh adalah kunjungan ibu hamil K-4 yaitu sebesar 80,48% dari target
95% pada tahun 2016.
2. Belum tercapainya target pencapaian Kunjungan Ibu Hamil K-4 di Puskesmas
I Sumpiuh dikarenakan beberapa faktor, diantaranya:
a. Tingginya angka abortus pada tahun 2016 menyebabkan angka cakupan
kunjungan ibu hamil K-4 berkurang.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang rutin memeriksakan
kehamilan baik pada trimester pertama, kedua, ketiga dan keempat. Hal
ini menyebabkan syarat untuk masuk data kunjungan ibu hamil K-4 tidak
tercapai.
c. Kurangnya animo ibu hamil untuk menghadiri kelas ibu hamil yang
diselenggarakan tiap desa. Kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatan
pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, persalinan, dan
Keluarga Berencana (KB). Oleh karena itu kelas ibu hamil dapat
meningkatkan angka cakupan kunjungan ibu hamil K-4
d. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Antenatal care dan
pengawasan kunjungan ibu hamil. Hal ini dibuktikan dari selisih angka K-
4 dan K-1 diluar abortus yang sebesar 39 atau 7,76 %.
e. Jumlah bidan desa yang hanya 11 orang, sedangkan Puskesmas I Sumpiuh
memiliki 7 desa di wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk sebesar
27.436 orang. Menurut target Indikator Indonesia Sehat (IIS), seharusnya
ada 100 orang bidan per 100.000 penduduk. Sehingga untuk 27.436 orang
seharusnya ada 27 orang bidan.
31

f. Tidak meratanya kompetensi tenaga kesehatan dalam menunjang


keberhasilan cakupan kunjungan ibu hamil K-4 akibat tidak semua bidan
bisa mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
dana delegasi.
g. Penentuan jumlah ibu hamil yang terlalu tinggi. Baik karena perhitungan
rumus yang digunakan puskesmas maupun karena konstanta yang
ditentukan pemerintah mungkin terlalu tinggi.

B. Saran
1. Melakukan penelitian mengapa angka abortus pada tahun 2016 dapat
mencapai 42 kasus (8,3 %).
2. Melakukan kelas ibu hamil yang lebih inovatif dan menarik. Misalnya,
dengan menggunakan media seperti video edukasi, demonstrasi langsung
senam ibu hamil, dan perawatan bayi baru lahir oleh bidan yang terlatih.
3. Pendekatan pada tokoh masyarakat untuk mengadakan edukasi tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal 1 kali di trimester pertama,
minimal 1 kali di trimester kedua, dan minimal 2 kali di trimester ketiga.
4. Penambahan jumlah sumber daya manusia untuk meningkatkan kinerja.
32

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Katalog Dalam Terbitan
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan


Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. 30 Desember 2014. Jakarta.

Stalker, Peter.2008. Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia. United


Nations Development Programme In Indonesia. Jakarta

WHO. 2015. Health In 2015: From MDGs to SDGs. WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data. Perancis.

Anda mungkin juga menyukai