Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN

PUSKESMAS
PROGRAM SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF 15 –
59
TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKAL
PUTUNG
Disusun oleh:
DEWI CAHYATI
NIK:
Pembimbing:
dr
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALHAYATI
PALEMBANG
2019
PENDAHULUAN
A.LatarBelakang
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan saat ini
adalah terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular atau PTM. Laporan dari WHO menunjukkan bahwa PTM
sejauh ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili 63%
dari semua kematian tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap
tahun. Kematian akibat penyakit kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh
PTM yaitu sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta),
penyakit pernafasan (4,2 juta), dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok jenis
penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM.
Menurut profil PTM WHO tahun 2014, di Indonesia memperkirakan
bahwa 71% kematian disebabkan oleh PTM. Menurut hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa peningkatan kematian terjadi akibat
prevalensi penyakit PTM yang tinggi. Prevalensi PTM, diantaranya: penyakit
stroke 12,1 per 1000, penyakit jantung koroner 1,5%, gagal jantung 0,3%,
diabetes mellitus 6,9%, gagal ginjal 0,2%, kanker 1,4 per 1000, penyakit paru
kroniobstruktif 3,7%, dan cedera 8,2%.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
pasal 158-161 bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit tidak
menular beserta akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan Permenkes No. 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Puskesmas bidang kesehatan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota
disebutkan bahwa pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan
bahwa setiap warga negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar dan skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan di
puskesmas dan jaringannya termasuk Posbindu PTM.
Penduduk usia produktif adalah penduduk usia kerja yang sudah bisa
menghasilkan barang dan jasa. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS)
Mengambil penduduk umur 10 tahun ke atas sebagai kelompok usia kerja.
Akan tetapi sejak tahun 1998 mulai menggunakan usia 15 tahun ke atas atau
lebih tua dari batas usia kerja pada periode sebelumnya. Kelompok penduduk
umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang belum produktif
secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-59 tahun sebagai kelompok
penduduk yang produktif, dan kelompok penduduk umur 60 tahun ke atas
sebagai kelompok yang tidak lagi produktif.
Puskesmas Sumpiuh I, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas
memiliki wilayah cakupan seluas 26,98 km2 yang terbagi dalam 7 desa dengan
jumlah penduduk mencapai 27.688 jiwa. Menurut data rawat jalan puskesmas
jumlah penduduk dengan usia produktif berkisar 18.600 jiwa. Kelompok
dengan usia produktif ini merupakan kelompok yang berisiko tinggi
mengalami penyakit tidak menular. Standar pelayanan minimal usia produktif
di Puskesmas Sumpiuh I masih sangat jauh dari target. Data Puskesmas
Sumpiuh I tahun 2018 menyebutkan bahwa capaian skrining usia produktif
hanya berkisar 78,22 %, capaian ini jauh dari standar pelayanan minimal
puskesmas yang sebesar 100%.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target cakupan
skrining kesehatan usia produktif di Wilayah kerja Puskesmas SANGKAL
PUTUNG
b. Apa permasalahn yang terjadi dalam program P2 khususnya skrining
kesehatan usia produktif di Wilayah kerja Puskesmas SANGKAL PUTUNG
c. Apa saja alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam kegiatan skrining kesehatan usia produktif di Wilayah
kerja Puskesmas SANGKAL PUTUNG
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan menentukan metode
pemecahan masalah yang tepat khususnya skrining kesehatan usia
produktif di wilayah kerja Puskesmas SANGKAL PUTUNG C. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui gambaran umum kegiatan dan cakupan program P2
khususnya skrining kesehatan usia produktif di wilayah kerja
Puskesmas SANGKAL PUTUNG
b. Mengetahui pelaksanaan dan ketercapaian program P2 khususnya
skrining kesehatan usia produktif di wilayah kerja Puskesmas SANGKAL
PUTUNG
c. Mengetahui kekurangan dan kelebihan program P2 khususnya skrining
kesehatan usia produktif di Wilayah kerja Puskesmas SANGKAL PUTUNG
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi masalah
kesehatan usia produktif di wilayah kerja Puskesmas SANGKAL PUTUNG
D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat
terutama yang berhubungan dengan kesehatan usia produktif.
2. Manfaaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan usia
produktif, dan cara untuk mencegah penyakit usia produktif.
b. Manfaat bagi puskesmas SANGKAL PUTUNG
Membantu evaluasi program pengembangan puskesmas
terutama masalah kesehatan masyarakat usia produktif sehingga
nantinya kesehatan masyarakat usia produktif akan lebih mudah
terpantau.
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
usia produktif di wilayah kerja SANGKAL PUTUNG II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi, Kondisi dan Wilayah Kerja Puskesmas SANGKAL
PUTUNG
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Sumpiuh I merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas yang memiliki lokasi yang cukup strategis karena berada di tepi
jalan raya Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Puskesmas Sumpiuh I terletak
diperbatasan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Cilacap (Puskesmas
Sumpiuh I, 2016) yaitu:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas
b. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap
d. Sebelah Barat : Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
Wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh I secara administratif mencakup 7
desa, seluas 20.641,6 Ha dengan rincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Kebokura : 2.029.48 Ha
b. Desa Karanggedang : 2.024.58 Ha
c. Desa Kemiri : 2.840.00 Ha
d. Desa Kuntili : 3.275.00 Ha
e. Desa Pandak : 2.759.30 Ha
f. Desa Lebeng : 2.286.56 Ha
g. Desa Ketanda : 5.421.79 Ha
Aksesibilitas Puskesmas Sumpiuh I adalah sebagai berikut:
a. Jarak Puskesmas ke kebupaten yaitu 100% aspal sejauh 40 km;
b. Jarak Puskesmas ke desa/kelurahan yaitu 0.5-6 km;
c. Ke 7 Desa/ Kelurahan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2
d. Komunikasi berita dapat melalui kantor pos, telepon, radio, TV serta
surat kabar (Puskesmas Sumpiuh I, 2018).
2. Keadaan Demografi Kecamatan Sumpiuh
Jumlah penduduk keseluruhan dari 7 Desa wilayah kerja Puskesmas
Sumpiuh I 27.688 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi di desa Ketanda
sebanyak 5.191 jiwa dan terendah di Desa Karanggedang sebanyak 2.019 jiwa.
Jika kita bandingkan dengan luas wilayah, kepadatan penduduk
tertinggi di Kelurahan Kebokura sebesar 2,27 jiwa/Ha, sedangkan
Karanggedang menempati urutan kepadatan penduduk terendah sebesar
0,99/Ha (Profil Puskesmas 1 Sumpiuh)
a. Jumlah penduduk menurut golongan umur
Berdasarkan data puskesmas, jumlah penduduk terbesar pada
kelompok umur 20- 24 tahun sebanyak 2.299 jiwa sedangkan jumlah
terendah pada kelompok umur 70-74 tahun sebanyak 575 jiwa (Profil
Puskesmas 1 Sumpiuh, 2018).
b. Tingkat Pendidikan Penduduk
Berdasarkan data profil puskesmas, jumlah paling banyak adalah
pada tingkat pendidikan SD/MI sebanyak 7.268 Orang, sedangkan
dengan tingkat pendidikan terendah adalah tingkat S2 / S3
(Master/Doktor) sebanyak 47 orang (Profil Puskesmas 1 Sumpiuh, 2018).
c. Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio
jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan per 100 penduduk. Berdasarkan penghitungan sementara
angka proyeksi penduduk tahun 2018 berdasarkan data, didapatkan
jumlah penduduk laki-laki 13.925 jiwa (50,34%) dan jumlah penduduk
perempuan 13.763 jiwa (49.66%). Sehingga didapatkan rasio jenis
kelamin paling dominan sebesar 109,73% (Profil Puskesmas 1 Sumpiuh 3. Situasi
Sumber Pelayanan Kesehatan
a. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari Puskesmas Induk,
Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Puskesling), Ruang
Bersalin, dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah sarana pelayanan
kesehatan pada tahun 2018 sebanyak 9 unit, dengan rincian:
1) Puskesmas induk : 1 unit
2) Pustu : 1 unit
3) Puskesling : - unit 4) Ruang Bersalin : 1 unit
5) Poskesdes : 6 unit
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sumpiuh I
Tenaga kesehatan di Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018 sejumlah 48
orang yang terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi,
sanitasi, dan kesehatan masyarakat, serta tenaga penunjang lainnya.
Jumlah tenaga kesehatan tersebut meningkat dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018
didapatkan jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Sarana Kesehatan.

N Jenis Tenaga Jumlah Ratio Target Standar


O Tenaga /100.000 IIS / kebutuhan
Kesehatan pddk 100.000 SDM
pddk aparatur
1 Dokter
Umum
2 Dokter
Spesialis
3 Dokter Gigi
4 Farmasi
5 Perawat
6 Bidan
7 Tenaga
Kesehatan
Masyarakat
8 Sanitarian
9 Nutrisionis
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh I pada tahun 2018 disajikan situasi
mortalitas dan morbiditas. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat,
terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator
tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka
kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di
Puskesmas Sumpiuh I digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka
morbiditas beberapa penyakit dan status gizi sebagai berikut:
1. Angka Kematian
Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status
kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan
kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung.
Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI
dan Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas
a. Angka Kematian Bayi
Pada tahun 2018 terdapat 2 kematian bayi (di Desa Karang
Gedang dan Kemiri) dan 3 kematian neonatal (di Desa Kebokura,
Kemiri dan Desa Pandak). Pada tahun 2018 terdapat 420 kelahiran
hidup. AKB di Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018 sebesar 9,2/1.000
kelahiran hidup. Berdasarkan dengan pelayanan komprehensif pada
bayi berarti sudah bagus karena AKB di bawah 12/1.000 KH.
b. Angka Kematian Balita
Jumlah kematian bayi dan balita di Puskesmas Sumpiuh I tahun
2018 sebanyak Nol bayi dan Nol balita dari jumlah kelahiran hidup
sebanyak 399. AKABA Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018 sebesar
4,6/1.000 kelahiran hidup. Pada data puskesmas, AKABA Puskesmas
Sumpiuh I tahun 2018 sudah memenuhi sesuai cakupan yang
diharapkan dalam capaian SDGs (Sustainable Development Goals)
yaitu 25/1.000 kelahiran hidup.
c. Angka Kematian Ibu
Angka kematian Ibu Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018 sebesar
0/100.000 (nihil). Sesuai capaian SDGs (Sustainable Development
Goals) sebesar 70/100.000 kelahiran hidup, maka Puskesmas
Sumpiuh I memenuhi target SDGs AKI 2. Angka Kesakitan
a. AFP / Acute Flaccid Paralysis
Selama tahun 2018 tidak didapatkan kasus AFP di wilayah
Puskesmas Sumpiuh I (0%).
b. T2 TB Paru
Jumlah kasus TB paru positif tahun 2018 sebanyak 23 kasus,
sementara pada tahun sebelumnya didapatkan 20 kasus TB paru
positif atau mengalami peningkatan kasus sebanyak 3 kasus.
c. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+)
Pencapaian CDR di Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018 sebanyak
27 kasus (15,5 %), sedangkan tahun 2017 sebesar 81,48% (22 kasus)
masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%.
d. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+)
Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Puskesmas Sumpiuh I
Tahun 2018 sebesar 100% sama seperti tahun sebelumnya.
e. Pneumonia
Pada wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh I terdapat jumlah
perkiraan balita penderita pnemonia sebanyak 102 (3.58%) dari total
jumlah balita sebesar 2.853 balita dengan perbandingan penderita
balita perempuan 34 (91.89%) dan balita laki-laki 64 (98.46%),
sedangkan penderita pneumonia yang sudah ditemukan dan ditangani
sebanyak 98 balita (96.08%).
Jumlah perkiraan penderita dibanding dengan jumlah balita
pada masing-masing wilayah, didapatkan persentase tertinggi di Desa
Kuntili yaitu 24 (16.67%) dan persentase terendah di Desa Karang
Gedang yaitu 7 (6.86%).
f. HIV
Kasus HIV AIDS selama tahun 2018 terdapat 14 kasus dan
meninggal dunia masih nihil. Dan kasus Syphilis sebanyak nol kasus.
g. Penyakit IMS
Jumlah kasus baru IMS lainnya di Puskesmas Sumpiuh I tahun
2018 sebanyak 27 kasus, turun dari tahun 2017 sebanyak 103 kasus. Dari
kunjungan layanan IMS, ditemukan kasus IMS sebanyak 22
kasus, hasil laboratorium sifilis positif sebanyak 1 kasus, dan GO
positif 4 kasus. Meskipun demikian kemungkinan kasus yang
sebenarnya di masyarakat masih banyak yang belum terdeteksi.
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual
mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus
diobati sesuai standar.
h. Penyakit Diare
Kasus diare yang ditangani di Puskesmas Sumpiuh I sebesar
91.4% dari jumlah target penemuan sebesar 1.160 kasus (4,22% dari
jumlah penduduk). Jumlah target penemuan kasus diare sebesar 0.04%
dari jumlah penduduk masing-masing wilayah.
i. Penyakit Kusta
Pada tahun 2018 diwilayah Puskesmas Sumpiuh I terdapat 0
kasus Kusta (0%), tahun 2017 tidak terdapat kasus baru sedang pada
tahun 2016 sebanyak 2 kasus. Dengan begitu penyakit menular ini
bisa tertangani dengan baik.
j. Penyakit DBD
Pada tahun ini penyakit DBD belum merupakan permasalahan
di Puskesmas Sumpiuh I, terbukti pada tahun 2018 tidak terdapat
orang terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR)
DBD di Puskesmas Sumpiuh I pada tahun 2016 (18,2/100.000
penduduk). Dibandingkan tahun 2015 sesuai tabel 21 jumlah kasus
Demam Berdarah naik dengan 4 kasus (3,88/100.000 penduduk) dan
sudah sesuai target nasional yaitu <20/100.000 penduduk dan pada
tahun 2018 tidak ada kasus.
Adapun kasus demam berdarah ini terdapat di desa Kemiri.
Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan
Penyelidikan Epidemiologi, penyuluhan, penggerakan PSN dan bila
perlu dilakukan fogging di lapangan sebagi upaya pengendalian. Pada
tahun 2018 tidak terdapat kasus Demam Berdarah Deungeu. k. Penyakit Malaria
Penyakit malaria tidak menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat di Puskesmas Sumpiuh I. Pada Tahun 2014, sudah tidak
ditemukan desa Middle Case Incidence (MCI) di Desa Ketanda,
sedangkan di tahun 2018 sudah Low Case Incidence (LCI). Angka
kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) merupakan
indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah
kasus tahun 2018 sebanyak 0 kasus, sama dengan tahun 2017 dengan
0 kasus positif. Selama tahun 2018 di wilayah Puskesmas Sumpiuh I
terdapat 0 kasus klinis malaria, dan tidak terdapat kasus positif (0%).
l. Penyakit Filariasis
Pada tahun 2018 di Wilayah Puskesmas Sumpiuh I tidak
terdapat kasus filariasis yaitu 0 kasus, sama dibanding dengan tahun
2017 yang tidak terdapat kasus Filariasis.
m. Penyakit PD3I
Pada tahun 2018 angka kesakitan penyakit PD31 di wilayah
Puskesmas Sumpiuh 1 yaitu difteri sebanyak 0 kasus, Pertusis 0 kasus,
Tetanus 0 kasus, campak 0 kasus dan polio 0 kasus.
n. Penyakit Tidak Menular
Data PTM Puskesmas Sumpiuh I tahun 2018 sebanyak 1.637
Kasus tertinggi PTM adalah kelompok penyakit Hipertensi Essensial
sebesar 50.2% (797 kasus). Prevalensi kasus Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin 19.2% (305 kasus). Prevalensi kasus asma sebesar
179 (11,32%). Prevalensi Stroke Hemoragik tahun 2018 adalah 1%
(16 kasus). Prevalensi kasus PPOK 67 kasus (4,2%).
Prevalensi Stroke Non Hemorargik sebesar 7,8% (124 kasus).
Prevalensi Diabetes Melitus Tergantung Insulin sebesar 0,5% (8
kasus). Prevalensi kasus Dekompensasio Kordis tahun 2017 sebesar
0,06% (1 kasus). Kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak
2,18% (31 kasus), diantaranya Ca. servik 10 kasus (0,63%), Ca.
mamae 27 kasus (1,7%), Ca. hepar 0 (0%), dan Ca. paru 3 kasus
(0.69%). 3. Status Gizi
a. Presentasi Berat Bayi baru Lahir Rendah
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Sumpiuh I
pada tahun 2018 sebanyak 29 bayi, meningkat apabila dibandingkan
tahun 2017 sebanyak 20 bayi dan tahun 2016 sebanyak 17 bayi.
Dengan begitu dapat digambarkan bahwa gizi ibu hamil menurun,
penanganan ibu hamil belum membaik
b. Presentasi Balita dengan Gizi Buruk
Pada tahun 2018 di Puskesmas Sumpiuh I terdapat 1 anak dari
Desa Kemiri dengan kasus gizi buruk dan mendapat perawatan
(100%). Sama dibanding tahun 2017 di Puskesmas Sumpiuh I terdapat
1 anak dengan kasus gizi buruk mendapat perawatan (100%). III. ANALISIS
POTENSI DAN IDENTIFIKASI MASALAH
A. Analisis Potensi
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
1. Input
a. Man
Tenaga kesehatan merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Sumpiuh I tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1) Dokter Umum : 3
2) Dokter gigi : 1
3) Bidan : 12
4) Perawat : 15
5) Nutrisionis : 2
6) Sanitarian : 2
7) Farmasi : 2
8) Kesehatan Masyarakat : 2
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki pada program ini
terbatas, seorang perawat puskesmas ditunjuk sebagai pemegang
tanggung jawab program masih sulit memahami Definisi Operasinal
yang terstandar SPM sehingga kegiatan skrining dapat dilaksanakan tapi
belum tentu mencakup standar yang ditetapkan secara nasional.
b. Money
Dana untuk operasional puskesmas diperoleh dari Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD), sedangkan untuk operasional kegiatan tiap
program diperoleh dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari pemerintah
melalui kementerian kesehatan dalam membantu pemerintahan
kabupaten dan pemerintahan kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Puskesmas juga mendapat
bantuan dana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan telah
digunakan untuk pengadaan alat pemeriksaan penunjang posbindu kit,
sedangkan pengadaan barang habis pakai berasal dari dana pribadi warga
yang melakukan skrining sebesar Rp. 10.000.-/orang.
c. Material
Puskemas I Sumpiuh merupakan puskesmas dengan 1 Pustu, 5
Poskesdes, dan 1 ruang bersalin. Puskesmas Sumpiuh I sudah dilengkapi
dengan fasilitas Rawat Inap, Ruang Gawat Darurat (RGD), 2 mobil
ambulans dan laboratorium yang cukup lengkap. Puskesmas Sumpiuh I
juga memiliki 1 aula yang difungsikan sebagai tempat pertemuan atau
rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program-program Puskesmas, termasuk sosialisasi program skrining
kesehatan usia produktif. Kegiatan posbindu ditunjang dengan posbindu
kit yang berisi:
Tabel 3.1 Perangkat posbindu kit

NO Alat dan bahan Jumblah


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Anda mungkin juga menyukai