I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk
penduduk yang cukup besar, yaitu sebesar 66.240 jiwa pada tahun 2016
Cilongok, 2016).
2
2015 didapatkan 5 kasus, tahun 2014 ditemukan 10 kasus, dan tahun 2013
rumah/ bangunan bebas jentik dilihat berdasarkan angka bebas jentik (ABJ)
yang masih belum tercapai, yaitu berkisar 47% dari terget 95%. Hal ini
Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pengendalian vektor DBD lebih
menitik beratkan pada program ini, walaupun cara ini sangat tergantung
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan
95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI,
2010).
tanggung jawab semua pihak karena erat kaitannya dengan kebersihan dan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
1) Manfaat praktis
DBD.
Cilongok.
4
dan individu.
2) Manfaat teoritis
membutuhkan.
1. Keadaan Geografi
sebagai berikut:
kerja Puskesmas I Cilongok terbanyak dalam bentuk tanah sawah (25%) dan
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
sebanyak 66.240 jiwa, terdiri dari 33.537 jiwa laki-laki dan 32.703 jiwa
Jumlah rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 3 jiwa per rumah tangga.
b. Kepadatan Penduduk
diantaranya:
a. Tingkat Pendidikan
perguruan tinggi atau sederajat sebesar 797 jiwa atau sekitar 1,42% dan
tamat SMA atau sederajat sebesar 4.982 jiwa atau sekitar 8,87%. Jumlah
penduduk yang hanya lulus SD sangat tinggi, yaitu sebesar 23.920 jiwa
atau 42,57%.
b. Mata Pencaharian
pencaharian lain sebagai pengusaha (3,56 %), PNS (1%), atau ABRI
(0,1%).
8
c. Sarana Penunjang
Cilongok antara lain adalah mushola dan masjid yang sebagian besar
Kejuruan (SMK).
Tengah.
1. Sarana Kesehatan
d. Posbindu : 5 buah
9
e. Posyandu : 74 buah
2. Tenaga Kesehatan
c. Perawat : 14 orang
e. Bidan : 20 orang
h. Sanitasi : 1 orang
k. Radiografer : 1 orang
jumlah penduduk sebesar 9,03 per 10.000 penduduk, maka dapat dikatakan
Puskesmas I Cilongok sebesar 5,20 per 10.000 penduduk. Rasio ini juga
masih rendah dibanding standar nasional sebesar 8,56 per 10.000 penduduk.
10
3. Pembiyaan Kesehatan
1. Mortalitas
tahun 2016 adalah sebanyak 1035 kelahiran hidup dan 4 lahir mati. Oleh
per 1000 kelahiran hidup, tahun 2014 sebesar 1,5 per 1000 kelahiran
hidup, dan tahun 2013 sebesar 5,7 per 1000 kelahiran hidup.
tahun 2016 adalah sebanyak 97 kasus, dengan angka kematian ibu 96.6
sebanyak 0 (nol) jiwa, dan jumlah kematian ibu nifas sebanyak 1 (satu)
Cilongok tahun 2015 adalah 102 orang per 100.000 kelahiran hidup,
tahun 2014 adalah 96,89 orang per 100.000 kelahiran hidup, dan pada
I Cilongok pada tahun 2016 sebanyak 1 per 1000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2015 sebanyak 0 kasus kematian balita per 1000 kelahiran hidup,
d. Angka Kecelakaan
berjumlah 38 orang.
2. Morbiditas
a. Penyakit Malaria
malaria klinis maupun malaria positif, demikian juga pada tahun 2015.
b. TB paru
2015 adalah sebanyak 33 kasus dengan BTA (+), tahun 2014 sebanyak
64 kasus dengan BTA (+), tahun 2013 sebanyak 63 kasus BTA (+). Pada
tahun 2015 angka kejadian TB paru dengan BTA (+) menurun. Pada
2016 jumlah kasus TB Paru BTA (+) Kasus Baru sebanyak 30 kasus
c. HIV
f. Diare
sebanyak 705 kasus yang ditangani, dengan angka kesakitan 214 per
1000 penduduk. Pada tahun 2015 terdapat 751 kasus diare, sebanyak
709 kasus diare pada tahun 2014, dan tahun 2013 terdapat 821 kasus.
3. Status Gizi
menderita gizi buruk dari seluruh balita yang ditimbang dan semuanya
mendapatkan perawatan.
14
1. Input
a. Man
1) Dokter umum
2) Dokter gigi
3) Perawat
sebanyak 14 orang dan perawat gigi 1 orang. Standar IIS tahun 2010
adalah 117,5 per 100.000 penduduk, oleh karena itu jumlah perawat
4) Bidan
5) Farmasi
6) Ahli gizi
7) Sanitasi
8) Promosi Kesehatan
b. Money
16
c. Material
dan obat dalam peningkatan rumah/ bangunan bebas jentik seperti obat
d. Metode
e. Minute
f. Market
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
tingkat Provinsi.
b. Pengorganisasian (P2)
2. Output
Maret 2017 didapatkan data rumah/ bangunan bebas jentik dengan angka
bebas jentik 47% dibawah target dari target yang seharusnya dicapai 95%.
18
3. Impact
4. Outcome
Cilongok.
19
1. Strenght
A. input
a. Man
b. Money
c. Material
d. Method
e. Minute
kesepakatan masyarakat.
f. Market
20
B. Proses
2. Weakness
a. Pengorganisasian
(PSN).
Cilongok.
21
b. Pelaksanaan program
penyuluhan PSN untuk masyarakat pada bulan Maret 2017 juga belum
terkena DBD.
3. Opportunity
bebas jentik.
4. Threat
2. Keadaan sosial ekonomi dan pola kebiasaan hidup bersih dan sehat
(PHBS) masyarakat yang masih rendah, serta sulit diubah khususnya
Cilongok adalah sebanyak 66.240 jiwa, terdiri dari 33.537 jiwa laki-laki
SWOT
diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang dilihat dari rumah/ bangunan
bebas jentik, apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan
didapatkan 5 kasus, tahun 2014 ditemukan 10 kasus, dan tahun 2013 ditemukan
bebas jentik dilihat berdasarkan angka bebas jentik (ABJ) yang masih belum
Cilongok. Hal ini terlihat dari beberapa weakness yaitu kurangnya monitoring
maksimal. Selain itu, kader desa yang ditunjuk bersifat sukarela sehingga
dalam melaksanakan program kurang maksimal dan juga sistem pelaporan oleh
kader desa dan petugas puskesmas kurang sepenuhnya terdata dengan baik
angka bebas jentik (ABJ) ini membutuhkan peran serta masyarakat, maka
diperlukan strategi utama dan strategi alternatif untuk mengatasi masalah ini.
analisis SWOT dianggap paling realistis, Oleh karena itu upaya yang paling
berupa gerakan 3M dan 3M Plus dengan melibatkan warga pada seluruh desa
di kecamatan Cilongok.
nyamuk (PSN),
4. Pelaporan dari kader jumantik setiap desa mengenai angka bebas jentik
A. Kesimpulan
pengendalian vektor yaitu rumah/ bangunan bebas jentik sebesar 47% dari
1 Cilongok antara lain terdapat alat untuk melihat adanya jentik nyamuk
penyakit DBD, baik faktor risiko, cara penularan, maupun tanda dan
gejala, keadaan sosial ekonomi dan pola kebiasaan hidup bersih dan sehat
B. Saran
berdarah (DBD).
3. Kader setiap desa lebih baik lagi dalam pendataan pelaporan dan
DBD, baik faktor risiko, cara penularan, maupun tanda dan gejala, pola
DAFTAR PUSTAKA