Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“SISTEM MUSCULOSKELETAL”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: ILMU BIOMEDIK DASAR

Dosen Pengampu:

Ns Rahmawati Sofiah SST. M.Pd

Disusun Oleh:

Anggi Wulandari P07220121055

Aqshal Atha Ramadhan P07220121056

Kania Latifa Azahra Iskandar P07220121070

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

TINGKAT I/SEMESTER I

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “SISTEM MUSCULOSKELETAL”
dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ns Rahmawati Sofiah SST. M.Pd, Pada
mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibu selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi. Demikian semoga dapat bermanfaat, Terima Kasih.

Balikpapan, 30 Agustus 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................5

PENDAHULUAN.........................................................................................................5

A. Latar Belakang..................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.............................................................................................5

C. Tujuan...............................................................................................................6

BAB II............................................................................................................................7

PEMBAHASAN............................................................................................................7

A. SISTEM MUSKULO......................................................................................7

a. Struktur Otot Mikroskopis............................................................................7

b. Struktur Otot Makroskopis............................................................................9

c. Otot-otot Tulang Aksial..............................................................................10

d. Otot-Otot Tulang Appendikular..................................................................10

e. Kontraksi Otot.............................................................................................12

B. SISTEM SKELETAL...................................................................................13

a. Struktur Dan Fungsi Tulang........................................................................13

b. Pembentukan Tulang...................................................................................15

c. Tulang – Tulang Aksial...............................................................................17

d. Tulang – Tulang Apendikular.....................................................................20

e. Persendian...................................................................................................22

f. Pergerakan Sendi.........................................................................................22

g. Penilaian Rentang Gerak Sendi ( Rom ).........................................................25

BAB III........................................................................................................................28
3
PENUTUP...................................................................................................................28

A. Kesimpulan.....................................................................................................28

B. Saran...............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Baik disadari maupun tidak, tubuh manusia selalu melakukan gerak. Bahkan
seseorang yang memiliki ketidaksempurnaan alat gerak pun tetap melakukan gerak. Saat
tersenyum, mengedipkan mata, atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang
disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam satu hari, banyak aktivitas yang kita lakukan, misalnya
mandi, makan. berjalan, berlari, berolahraga, dan sebagainya. Manusia dapat melakukan
segala macam aktivitas bergerak itu karena dia memiliki sistem organ gerak yaitu sistem
muskuloskeletal..

Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar.
Gerak tidak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melelui mekanisme yang rumit dan melibatkan
banyak bagian tubuh.

Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang. Jadi,
gerak merupakan kerjasama antara tulang dan otot. Maka dari itu, tubuh manusia terdapat
sistem muskuloskeletal yang berperan dalam situasi tersebut. Muskuloskeletal terdiri dari otot
dan tulang. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan
otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan
tulang.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang Pengertian Sistem Muskuloskeletal


2. Menjelaskan tentang Struktur otot mikroskopis
3. Menjelaskan tentang Struktur otot makroskopis
4. Menjelaskan tentang Otot-otot tulang aksial
5. Menjelaskan tentang Otot-otot tulang appendicular
6. Menjelaskan tentang Kontraksi otot
7. Menjelaskan tentang Struktur dan fungsi tulang
8. Menjelaskan tentang Pembentukan tulang
9. Menjelaskan tentang Tulang-tulang aksial
10. Menjelaskan tentang Tulang-tulang appendikular
11. Menjelaskan tentang Persendian
12. Menjelaskan tentang Pergerakan sendi.
13. Menjelaskan tentang Penilaian rentang gerak sendi

5
C. Tujuan

1. Mengetahui dan Memahami Pengertian Sistem Muskuloskeletal


2. Mengetahui dan Memahami Struktur otot mikroskopis
3. Mengetahui dan Memahami Struktur otot makroskopis
4. Mengetahui dan Memahami Otot-otot tulang aksial
5. Mengetahui dan Memahami Otot-otot tulang appendicular
6. Mengetahui dan Memahami Kontraksi otot
7. Mengetahui dan Memahami Struktur dan fungsi tulang
8. Mengetahui dan Memahami Pembentukan tulang
9. Mengetahui dan Memahami Tulang-tulang aksial
10. Mengetahui dan Memahami Tulang-tulang appendikular
11. Mengetahui dan Memahami Persendian
12. Mengetahui dan Memahami Pergerakan sendi.
13. Mengetahui dan Memahami Penilaian rentang gerak sendi

6
BAB II

PEMBAHASAN

Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang berarti
tulang Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang mempelajari
tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Myologi. Skeletal atau osteo adalah
tulang kerangka tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot. tubuh
adalah Osteologi.

A. SISTEM MUSKULO

a. Struktur Otot Mikroskopis

 System Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh


darah, aluran limfc)
 Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris)
 Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan yang
mengandung sel tulang)
 Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke
osteon).

7
Tulang-tulang kompak yang terdiri atas system-sistem Harvers. Dan setiap system-
sistem Harvers terdiri dari saluran Harvers (Canalis = saluran ) yaitu saluran yang
sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah
dan saraf.

Disekeliling system Havers terdapat Lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-


lapis. Lamela adalah suatu zat yang berkapur. Pada lamella terdapat rongga-rongga
yang disebut Lacuna. Di dalam Lacuna terapat Osteosit. Dari Lacuna keluar menuju
ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut Canaliculi yang berhubungan
dengan Lacuna lain atau canalis Havers. Canaculi penting dalam nutrisi osteosit. Di
antara system Havers terdapat Lamela Interstitial yang lamella-lamellanya tidak
berkaitan dengan system Havers.

8
Pembuluh darah dari periostem menembus tulang kompak melalui Saluran Volkman
dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya
saling tegak lurus.

 Bentuk sel silindris memanjang (10m-100m) sebagai serabut


 Inti banyak, terletak di tepi bawah membrane
 Diameter serabut sama
 Gambaran garis-garis gelap terang melintang sering kali membentuk berkas
 Dalam sitoplasma terdapat myofibril (diameter: 2m-3m)

b. Struktur Otot Makroskopis

a. Membran Firbrous. Tulang diselimuti oleh membrane fibrous yang padat.


Membrane fibrous yang keras ini dinamakan periosteum.
b. Periosteum. Bagian ini berfungsi untuk memberi nutrisi ke tulang dan
membantu pertumbuhannya. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah,
dan limfatik.
c. Endosteum. Bagian ini dalah membrane vaskuler tipis yang menutup rongga
sumsum tulang Panjang serta rongga-rongga dalam tulang kanselus.
d. Membrane Periosteum. Membrane ini berasal dari perikondrium tulang rawan
yang merupakan pusat osifikasi, periosteum merupakan selaput luar tulang

9
yang tipis. Bagian dari periosteum ini mengandung osteoblast, jaringan ikat
dan pembuluh darah.
e. Pars Kompakta. Bagian pars kompakta memiliki tekstur yang halus dan sangat
kuat. Kandungan tulang mannusia dewasa akan mengandung lebih banyak
kapur daripada anak-anak.

c. Otot-otot Tulang Aksial

Otot aksial terletak dan melekat pada paksi tulang rangka seperti tulang vertebra,
tulang rusuk dan sternum.
Contoh : frontalis, rectus abdominis, pactoralis major.

 Fungsi Rangka Aksial

Rangka aksial terdiri dari 80 tulang di kepala dan batang tubuh manusia. Itu terdiri
dari beberapa bagian; tengkorak manusia, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang belakang.
Ada juga beberapa tulang utama yang termasuk dalam kerangka rangka aksial.
Tengkorang, yang terletak di atas kolom tulang belakang, adalah satu. Rangka aksial dan
rangka apendikuler Bersama-sama membentuk kerangka lengkap.
Rangka aksial fungsinya mentramisikan berat dari kepala, batang, dan ekstremitas atas
ke eskremitas bawah pada sendi pinggul, dan karena itu bertanggung jawab untuk posisi
tegak lurus tubuh manusia.

d. Otot-Otot Tulang Appendikular


Kata apendikular adalah kata sifat dari kata benda appendage yang dengan
sendirinya berarti bagian yang disatukan dengan sesuatu yang lebih besar. Secara
fungsional itu terlibat dalam penggerak (tungkai bawah) dari rangka aksial dan
manipulasi objek di lingkungan (tungkai atas). Kerangka usus buntu dibagi menjadi
enam area utama dan berisi tulang seperti; girdle bahu (skapula dan klavikula), korset
panggul, anggota tubuh atas dan bawah. Adalah penting untuk menyadari bahwa
melalui variasi anatomi adalah umum bagi kerangka untuk memiliki banyak tulang
tambahan (tulang sutural dalam tengkorak, tulang rusuk serviks, tulang rusuk lumbar
dan bahkan tulang belakang lumbar ekstra). Fungsi mereka adalah untuk

10
memungkinkan penggerak dan untuk melindungi organ-organ utama penggerak,
pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Kerangka usus buntu dari 134 tulang dan
kerangka aksial dari 80 tulang bersama-sama membentuk kerangka lengkap dari 206
tulang dalam tubuh manusia. Berbeda dengan kerangka aksial, kerangka appendicular
tidak digunakan. Ini memungkinkan rentang gerak yang jauh lebih besar.

 Fungsi Rangka Appendikular

 Tulang selangka
Tulang ini menghubungkan lengan atas ke batang tubuh. Salah satu ujung
terhubung ke skapula. Peran klavikula adalah menjaga jarak skapula yang benar dari
tulang dada.
 Tulang belikat
Tulang ini ada di bagian belakang tubuh. Skapula memberikan titik perlekatan
bagi banyak otot punggung atas dan lengan.
 Lengan
Ini terdiri dari tiga tulang; humerus (lengan atas), radius dan ulna (lengan
bawah). Ulna membentuk sendi siku dengan humerus dan berjalan ke jari kelingking.
Jari-jari diposisikan berlawanan dengan ulna dan berjalan ke sisi ibu jari. Ketika
tangan bergerak, jari-jari bergerak melintasi ulna.
 Tangan
Tangan memiliki tiga area yang terdiri dari berbagai jenis tulang. Pertama,
pergelangan tangan terdiri dari delapan tulang yang disebut karpal, yang merupakan
tulang kecil yang terdiri dari dua baris empat; lima tulang panjang antara
pergelangan tangan dan jari disebut metakarpal dan tulang jari adalah falang. Ada
empat belas falang seluruhnya dengan tiga di setiap jari dan dua di ibu jari.
 Panggul
Panggul melindungi dan menopang organ dalam bagian bawah, termasuk
kandung kemih, organ reproduksi, dan juga pada wanita hamil, janin yang sedang
berkembang. Panggul terdiri dari tiga tulang, ilium, pubis dan Ischium, yang telah
menyatu bersama untuk membentuk satu area utama.
 Kaki
Kaki terdiri dari empat tulang; tulang paha adalah tulang terpanjang dalam
tubuh dan membentuk sendi lutut dengan tibia, yang merupakan tulang penahan
berat dari kaki bagian bawah; fibula adalah tulang tanpa bantalan kaki bagian bawah
dan membantu pergelangan kaki; patela adalah tulang yang mengapung di atas lutut.
Itu terletak di dalam tendon patela dan menghaluskan pergerakan tendon di atas
sendi lutut.
 Telapak Kaki
Seperti tangan yang memiliki tiga area, begitu pula kaki. Tujuh tarsal
membentuk pergelangan kaki, lima metatarsal bergerak dari pergelangan kaki ke jari
11
kaki dan empat belas falang yang membentuk jari kaki. Ada tiga di setiap jari kaki
dan dua di setiap jari kaki besar.
 Tulang kompak atau (tulang kortikal)
Tulang kortikal, identik dengan tulang kompak, adalah salah satu dari dua
jenis jaringan tulang yang membentuk tulang. Tulang kortikal memfasilitasi fungsi
utama tulang: untuk mendukung tubuh, melindungi organ, menyediakan tuas untuk
gerakan, dan menyimpan dan melepaskan unsur-unsur kimia, terutama kalsium dan
fosfor. Seperti namanya, tulang kortikal membentuk korteks, atau kulit luar, dari
sebagian besar tulang. Sekali lagi, seperti namanya, tulang kompak jauh lebih padat
daripada tulang kanselus, yang merupakan jenis lain dari jaringan tulang. Lebih jauh
lagi, ini lebih sulit, lebih kuat dan lebih kaku daripada tulang kanselus. Tulang
kortikal berkontribusi sekitar 80% dari berat kerangka manusia. Unit anatomi dan
fungsional utama tulang kortikal adalah osteon. Sifat studi tulang kortikal
menggunakan MRI dan CT scan adalah bidang utama penelitian dalam beberapa
tahun terakhir.

 Tulang kanselus
Tulang kanselus, identik dengan tulang trabekular atau tulang sepon, adalah
salah satu dari dua jenis jaringan tulang yang membentuk tulang. Dibandingkan
dengan tulang padat, yang merupakan jenis lain dari jaringan tulang, ia memiliki luas
permukaan yang lebih tinggi tetapi kurang padat, lebih lembut, lebih lemah, dan
kurang kaku. Ini biasanya menempati daerah pedalaman tulang. Tulang kanselus
sangat vaskular dan sering mengandung sumsum tulang merah di mana
hematopoiesis, yang merupakan produksi sel darah, terjadi. Unit anatomi dan
fungsional utama tulang kanselus adalah trabekula.

e. Kontraksi Otot

Sering kali, kontraksi otot dianggap terjadi saat otot memendek, padahal ketegangan
otot tidak selalu muncul akibat perubahan pada panjang otot. Pasalnya, terdapat
beberapa jenis kontraksi otot yang dibedakan atas dua variabel, yaitu panjang dan
ketegangan otot. Beberapa tipe kontraksi otot sebagai berikut.

1) Kontarksi Konsentriks
Tipe kontraksi yang satu ini biasanya terjadi saat otot digunakan untuk
mengangkat atau memindahkan sebuah benda. Saat itu kontraksi dimulai dengan
timbulnya ketegangan pada otot yang membuatnya memendek. Baru setelah itu,
otot cukup kuat untuk mengangat benda tersebut. Tipe ini termasuk kontraksi otot
yang paling sering terjadi. Pada mekanisme kontraksi otot ini, gaya yang
dihasilkan selalu kurang dari kekuatan maksimum otot.

12
Ketika kekuatan yang dibutuhkan otot untuk mengangkat benda berkurang,
kecepatan kontraksi justru meningkat. Hal ini terjadi hingga otot berhasil
mencapai kecepatan kontraksi paling maksimum.
2) Kontraksi Eksentrik
Tipe berikutnya disebut dengan kontraksi eksentrik, yaitu gerakan otot yang
memanjang atau meregang. Mekanisme kerja otot pada saat kontraksi ini terjadi
adalah serabut otot akan meregang akibat kekuatan dari luar otot yang lebih besar
dari yang dapat dihasilkan oleh otot itu sendiri. Salah satu contoh dari kontraksi
eksentrik adalah saat Anda hendak meletakkan benda di bawah secara perlahan.
Kontraksi eksentrik terjadi karena fleksor lengan harus aktif untuk mengontrol
jatuhnya benda. Ini artinya, Anda bisa saja meletakkan barang yang sangat berat
meski tidak mampu mengangkatnya.

3) Kontraksi Isometric
Untuk tipe kontraksi otot yang satu ini juga dikenal sebagai kontraksi yang statis.
Pasalnya, tidak seperti tipe-tipe kontraksi sebelumnya, otot tidak memendek atau
memanjang dan tetap pada panjangnya seperti pada kondisi normal.

Contoh terjadinya kontraksi isometrik adalah saat sedang membawa benda di hadapan
Anda. Pada saat itu, beban dari benda yang Anda bawa akan tertarik ke bawah.

D. SISTEM SKELETAL

a. Struktur Dan Fungsi Tulang

Apa itu sistem kerangka tulang manusia?

Sistem rangka manusia adalah rangkaian tulang dan sendi yang menjadi dasar bentuk
tubuh manusia. Dengan adanya sistem ini, manusia dapat bergerak dan berbagai organ
penting di dalam tubuh pun dapat terlindungi.

Manusia umumnya terlahir dengan 300 tulang. Namun, seiring dengan bertambahnya
usia, beberapa jaringan tulang akan menyatu. Dengan demikian, seseorang hanya akan
memiliki sekitar 206 tulang di dalam tubuh saat mencapai usia dewasa.

Tidak seperti organ lain dalam tubuh, tulang memiliki tekstur yang keras dan sangat
padat. Hal ini dikarenakan tulang berfungsi untuk melindungi organ-organ penting di dalam
tubuh, seperti otak, paru-paru, dan jantung.

13
Selain itu, ada banyak fungsi tulang sebagai bagian dari sistem rangka manusia, di
antaranya:

1. Menopang dan memberi bentuk tubuh

Salah satu peran utama tulang adalah untuk memberikan bentuk tubuh dan menentukan
tinggi badan. Tak hanya itu, tulang juga berfungsi untuk menopang tubuh agar manusia dapat
berdiri tegak atau duduk.

2. Menunjang pergerakan tubuh

Tulang bersama dengan otot, ligamen, dan sendi berperan dalam mendukung pergerakan
tubuh, sehingga manusia dapat menjalani aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, menulis, dan
makan. Dengan adanya sistem rangka yang baik, manusia dapat bergerak dengan nyaman
sehingga aktivitas sehari-hari pun bisa berjalan dengan baik.

3. Memproduksi sel darah

Sumsum tulang merupakan bagian tulang yang berfungsi untuk menghasilkan sel-sel
darah. Sumsum tulang bertekstur lunak dan dapat ditemukan di beberapa rongga tulang
tertentu, misalnya tulang panggul dan paha. Selain menghasilkan sel darah, sumsum tulang
juga berfungsi untuk menghancurkan sel-sel darah yang sudah tua.

4. Menyimpan mineral

Sistem rangka manusia menyimpan dua mineral penting, yaitu kalsium dan fosfor.
Kalsium dan fosfor dibutuhkan sel agar dapat berfungsi dengan baik, terutama sel saraf dan
otot. Ketika kadar kalsium dan fosfor di dalam darah berkurang, hormon paratiroid akan
mengatur kekurangan tersebut dengan mengambilnya dari tulang. Ini artinya, tulang ibarat
sebuah bank yang dapat menyimpan kalsium serta fosfor dan tubuh bisa mengambilnya kapan
saja saat dibutuhkan. Namun, jika cadangan kalsium dan fosfor sudah menipis karena terlalu
sering diambil, tulang akan menjadi keropos sehingga rentan mengalami patah tulang.

Struktur tulang yang menyusun rangka tubuh manusia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
kerangka aksial dan kerangka apendikular.

14
b. PEMBENTUKAN TULANG

Sebelum terbentuk sempurna, tulang manusia masih dalam bentuk tulang rawan saat baru
lahir. Hal ini disebabkan saat bayi masih dalam rahim ibu, sistem kerangka memang masih
tersusun dari tulang rawan. Baru setelah lahir, proses pembentukan tulang dimulai.

Proses ini berlangsung terus-menerus atau berkelanjutan sepanjang hidup. Oleh sebab itu,
saat memasuki usia lanjut, jumlah tulang lunak yang tersisa di dalam tubuh akan sangat
sedikit. Sementara itu, tulang yang ada di dalam tubuh sudah menua dan rapuh.

Proses pembentukan tulang dikenal dengan osteogenesis atau osifikasi. Proses osifikasi
dilakukan oleh sel pembentuk tulang yang disebut dengan sel osteoblas. Proses pembentukan
ini terdiri atas dua tipe, yaitu osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral.

 Osifikasi intramembran

Osifikasi intramembran tergolong tipe pembentukan tulang yang kurang umum atau
jarang terjadi. Pasalnya, proses pembentukan tulang tipe intramembran ini terbatas hanya
pada tulang tengkorak yang rata, seperti parietal, sebagian dari tulang temporal, dan sebagian
dari tulang maxilla.

Tulang yang terbentuk melalui osifikasi intramembran akan diendapkan di antara dua
membran berserat. Namun, proses pembentukan ini menyebabkan tulang mudah keropos
dibandingkan tulang yang melalui proses pembentukan tipe lainnya.

Terdapat empat langkah yang akan terjadi pada proses pembentukan tulang atau
osifikasi tipe intramembral ini, yaitu:

1) Pembentukan pusat osifikasi


Pada tahapan ini sel induk yang terletak di dalam mesenkim dibedakan menjadi sel-sel
osteoblas dan membentuk pusat osifikasi.
2) Pembentukan matriks
Pada langkah berikutnya, sel osteoblas mulai mengeluarkan atau menghasilkan serat
berupa protein yang membentuk matriks tulang atau osteoid. Setelah itu, osteoid akan
menyatu dengan kalsium untuk membentuk tulang berkalsium. Tulang yang sudah
dikalsifikasi ini akan menyerap sel-sel osteoblas dan mengubah bentuknya menjadi
osteosit.

15
3) Periosteum and Weaving
Langkah berikutnya, osteoid diletakkan secara acak di sekitar pembuluh darah terus-
menerus. Kemudian, struktur yang disebut dengan trabeculae terbentuk di sekitar
pembuluh darah dan ditemukan pori-pori pada lokasi pembuluh darah, sehingga
membentuk tulang spongiosa. Sementara itu, pembuluh darah yang berada di luar
tulang spongiosa menjadi padat dan berubah bentuk menjadi periosteum.
4) Pembentukan tulang keras
Langkah selanjutnya pada pembentukan tulang keras dengan tipe osifikasi
intermembran adalah pembentukan tulang keras. Saat trabeculae menebal di dalam
tulang spongiosa, sel-sel osteoblas yang terdapat di sekelilingnya akan terus
membentuk osteoid.
Osteoid nantinya akan mengeras dan membentuk tulang keras di sekitar tulang
spongiosa. Selama proses ini berlangsung, sumsum tulang merah akan mulai
bermunculan pada lokasi pembuluh darah di rongga-rongga spongiosa.

 Osifikasi endokondral

Menurut Seer Training Module oleh National Cancer Institute, proses pembentukan tulang
tipe osifikasi endokondral melibatkan penggantian model tulang rawan dengan tulang biasa.
Proses ini biasanya terjadi pada tulang panjang, contohnya tulang tungkai.

Sebagian besar tulang pada kerangka tubuh manusia terbentuk menggunakan osifikasi
endokondral, oleh sebab itu tulang-tulang yang melalui proses pembentukan ini disebut
tulang endokondral.

Pada proses pembentukan ini, tulang akan terbentuk dari model tulang lunak hialin.
Selama kurun waktu tiga bulan setelah pembuahan, perikondrium yang mengelilingi model
tulang rawan hialin berinfiltrasi dengan pembuluh darah dan osteoblas, kemudian berubah
menjadi periosteum.

Sel osteoblas membentuk bone collar pada tulang keras di sekitar diafisis. Di saat yang
bersamaan, tulang rawan di tengah diafisis mulai perlahan hancur. Osteoblas, kemudian,
menembus tulang rawan yang hancur dan menggantikannya dengan tulang spongiosa.

Hal tersebut menyebabkan pembentukan pusat osifikasi primer. Proses osifikasi akan
berlanjut dari pusat ini menuju ke ujung tulang. Setelah tulang spongiosa terbentuk pada
16
diafisis, sel-sel osteklas akan memecah tulang yang baru terbentuk untuk membuka rongga
medular.

Berikut adalah langkah-langkah yang terjadi dalam proses pembentukan tulang


dengan osifikasi endokondral :

a) Pembentukan periosteum collar

Pada langkah ini, periosteum terbentuk di sekitar tulang rawan hialin. Lalu, sel
osteogenik dibedakan menjadi osteoblas. Sel osteoblas ini kemudian mengeluarkan cairan
serat berupa protein di luar tulang rawan yang disebut dengan osteoid. Hasil akhir dari
langkah ini adalah terbentuknya bone collar pada bagian luar tulang rawan.

b) Pembentukan rongga

Saat bone collar terbentuk, tulang rawan yang terdapat pada pusat akan mengalami
osifikasi atau proses pembentukan tulang. Tulang rawan yang menjadi pusat ini disebut
sebagai pusat osifikasi utama. Proses pengerasan tulang ini menyebabkan bagian dalam dari
tulang rawan tidak berhasil untuk ditembuh oleh difusi nutrisi. Alhasil, bagian dalam dari
tulang rawan perlahan mulai memburuk dan rongga-rongga pun mulai terbentuk.

c) Invasi vaskular

Kemudian, pembuluh darah yang terdapat di dalam periosteum akan melalui atau
melewati tulang keras dari bone collar dan memasuki rongga dalam tulang rawan. Rongga
yang dilewati oleh pembuluh darah disebut sebagai foramen nutrisi. Ada banyak komponen
lain masuk melalui foramen nutrisi seperti saraf, limfatik, osteoklas, osteoblas, nutrisi dan
lain-lain. Kemudian, tulang rawan yang tersisah akan dipecah oleh osteoklas dan osteoblas
mengeluarkan trabaculae atau tulang spongiosa.

d) Elongasi

Saat pembuluh darah, osteoklas, dan osteosit terus menyerang tulang, poros tulang
akan mulai memanjang. Alhasil, rongga meduler terbentuk dan diafisis perlahan memanjang
selama proses perkembangan embrio. Tak hanya itu, pembuluh darah berkembang ke tulang
rawan hialin di ujung (epifisis) tulang panjang membentuk pusat osifikasi sekunder.

e) Osifikasi epifisis

17
Hal ini hampir sama dengan dengan invasi vaskular. Hanya saja, yang terbentuk
bukanlah tulang keras melainkan tulang spongiosa. Selain itu, tulang rawan hialin juga
tertinggal di ujung tulang (disebut sebagai tulang rawan artikular) dan piringan epifisis
terbentuk. Tulang rawan artikular dan piringan epifisis adalah dua hal yang masih tersisa dari
model tulang rawan hialin yang asli.

c. TULANG – TULANG AKSIAL

Rangka Aksial terdiri dari tulang belakang (vertebra), tulang tengkorak, dan tulang
rusuk.

1. Tulang tengkorak

Tengkorak, berfungsi untuk melindungi otak di dalam tempurung kepala. Hubungan


tulang yang terdapat pada tempurung kepala bersifat suture, atau tidak dapat digerakkan

Tulang tengkorak terdiri dari tulang dahi (frontal), tulang ubun-ubun (parietal), tulang
pelipis (temporal), dan tulang pembentuk wajah yaitu tulang pipi, tulang baji, tulang rahang
bawah (mandibula), tulang rahang atas (maksila), tulang air mata (lakrimal), dan tulang
hidung (nasal).

18
2. Tulang belakang (vertebral coloumn)

Tulang Belakang, berfungsi untuk menyangga berat dan memungkinkan manusia


melakukan berbagai jenis posisi dan gerakar misalnya berdiri, duduk, atau berlari.

Kerangka tulang belakang manusia memiliki 33 ruas tulang yang terbagi menjadi lima
ruas, yaitu 7 tulang leher (cervical), 12 tulang dada (thoracic), 5 tulang punggung bawah
(lumbar), 5 tulang sacrum, dan 4 tulang ekor (coccygeal).

Masing-masing ruas tulang tersebut diberi nama berdasarkan huruf pertama dari ruas
dan posisinya di sepanjang sumbu atas hingga bawah, kecuali sacrum dan tulang ekor.
Sebagai contoh, tulang dada atau thoracic yang paling atas disebut T1 dan yang paling bawah
disebut T12.

3. Tulang rusuk dan tulang dada

Anatomi rangka tulang manusia juga meliputi tulang dada (sternum), yaitu tulang tipis
berbentuk pisau yang terletak di sepanjang garis tengah tubuh Anda. Sternum terhubung ke
tulang rusuk oleh tulang rawan yang disebut kartilago kosta.

19
Tulang rusuk berguna untuk melindungi jantung, paru-paru, dan hati serta organ
lainnya di dalam rongga dada agar tetap aman. Tulang rusuk manusia terdiri dari 12 pasang,
yang terdiri dari 7 pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu, dan 2 pasang
tulang rusuk melayang.

d. TULANG – TULANG APENDIKULAR

Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak, yaitu tangan dan kaki yang
dibedakan atas rangka bagian atas dan rangka bagian bawah.

1. Tulang Tangan

Anatomi tulang pada tangan, terdiri dari tulang lengan atas (humerus), pergelangan
tangan (carpal), telapak tangan (metacarpal) dan jari-jari. Setiap lengan melekat pada tulang
belikat (scapula) yaitu tulang segitiga besar di sudut tulang bagian atas setiap sisi tulang
rusuk.

Humerus terletak tepat di atas siku Anda, lalu di bawah siku terdapat dua tulang, yaitu
radius dan ulna. Masing-masing berbentuk lebar pada bagian ujung dan tipis pada bagian
tengah. Hal ini untuk memberikan kekuatan ketika bertemu tulang lain.

Pada ujung jari-jari dan ulna terdapat delapan tulang kecil yang membentuk
pergelangan tangan Anda. Pada telapak tangan terdapat lima tulang. Setiap jari tangan terdiri
dari tiga ruas tulang, kecuali jempol hanya terdiri dari dua ruas tulang.

20
1. Tulang Panggul

Anatomi tulang kaki akan melekat pada sekelompok tulang panggul, yang berbetuk
mangkuk yang menopang tulang belakang. Tulang panggul terdiri dari tulang panggul kanan
dan kiri, yang setiap sisinya merupakan perpaduan dari tiga tulang yang besar, pipih dan tidak
teratur: ilium, ischium, pubis.

2. Tulang kaki

Tulang kaki juga bagian dari anatomi kerangka tulang manusia yang berfungsi untuk
menopang berat tubuh sehingga Anda bisa berdiri dan berjalan dengan tegak. Tulang kaki
dimulai dari panggul hingga lutut, dinamakan tulang paha atau femur. Ini adalah tulang
terpanjang di tubuh manusia. Tulang paha ini menempel pada tulang panggul.

Di lutut, terdapat tulang yang berbentuk segitiga yang disebut patella, atau tempurung
lutut. Tulang ini yang melindungi sendi lutut.

Di bawah lutut terdapat dua tulang kaki lainnya yaitu tibia atau dikenal dengan tulang
kering dan fibula atau tulang betis. Sama seperti tiga tulang di lengan Anda, ketiga tulang di
kaki memiliki ujung yang lebih lebar daripada di tengah untuk memberi kekuatan ketika
bertemu tulang lain.

21
Sementara tulang pergelangan kaki (metatarsal) sedikit berbeda dari pergelangan
tangan. Pada bagian pergelangan kaki terdapat tulang talus, yang melekat pada tulang betis
dan membentuk pergelangan kaki, lalu di bawah tulang talus terdapat tumit, yang tersambung
dengan enam tulang lainnya.

Pada tulang telapak kaki (tarsal) terdapat lima tulang panjang yang menghubungkan
ke jari-jari kaki. Setiap jari kaki memiliki tiga tulang kecil, kecuali jempol hanya memiliki
dua tulang.

e. PERSENDIAN

Sendi adalah bagian yang menghubungkan tulang dan membantu tubuh bergerak. Jumlah
sendi setiap orang berbeda satu sama lain. Setidaknya ada sekitar 250 hingga 350 sendi yang
menghubungkan tulang-tulang

Sendi merupakan tempat dua tulang bertemu (penghubung antartulang). Tulang di dalam
tubuh dihubungkan oleh tulang rawan dan ligamen. Di dalam tubuh terdapat cairan yang
disebut dengan cairan sinovial. Cairan ini berfungsi untuk menyerap syok dan memungkinkan
tulang dan sendi melakukan gerakan halus. Seseorang akan rentan mengalami gangguan sendi
ketika salah satu dari bagian tersebut terganggu.

Sendi berperan penting dalam sistem gerak. Tanpa persendian tentunya manusia kesulitan
untuk menggerakkan tubuh, berjalan, atau memegang benda. Bahkan sekedar menolehkan
kepala hingga berbicara pun tak lepas dari bantuan persendian.

f. PERGERAKAN SENDI

 Berdasarkan sifat gerakannya, ada tiga macam sendi, yaitu:

1. Sendi mati (sinartrosis), merupakan sendi yang tidak bisa bergerak. Contohnya sendi yang
terdapat pada tulang tengkorak.
2. Sendi kaku (amfiartrosis), merupakan sendi yang masih dapat digerakkan meski
gerakannya terbatas. Contohnya sendi yang terdapat pada tulang antarruas tulang
belakang dan tulang rusuk.
3. Sendi gerak (diartrosis), merupakan sendi yang dapat digerakkan secara leluasa.

22
Sendi gerak dapat bergerak dengan bantuan cairan sinovial. Cairan ini mirip pelumas
yang bisa dengan leluasa menggerakkan sendi dan tulang. Sendi gerak banyak ditemukan
di tubuh manusia.

 Berdasarkan arah gerakannya, ada tiga macam sendi, yaitu:

1. Sendi geser (plane). Contoh dari sendi ini adalah sendi pada ruas tulang belakang.
Sendi ini memungkinkan gerakan antara tulang yang satu menggeser yang lain.
2. Sendi engsel (hinge) merupakan sendi yang memungkinkan terjadinya pergerakan
satu arah saja. Biasanya, sendi engsel hanya bisa diluruskan atau ditekuk. Sendi engsel
ada pada tulang lutut dan siku.
3. Sendi gulung (condylar). Sendi ini memungkin tubuh untuk melakukan gerak rotasi
pada poros, tapi gerakannya terbatas. Contohnya, hubungan antara tulang hasta dan
pengumpil.
4. Sendi putar (pivot) merupakan salah satu sendi yang gerakan salah satu ujung
tulangnya mengitari atau membuat gerakan berputar pada ujung tulang lain. Sendi
inilah yang membuat kepala kita bisa berputar dengan enak. Contohnya, sendi antara
tulang tengkorak dan atlas.
5. Sendi peluru (ball and socket) merupakan sendi yang bisa bergerak ke segala arah.
Bentuknya mirip bola dan tulang seperti mangkuk. Contohnya, sendi yang
menghubungkan antara tulang atas dan gelang bahu.
6. Sendi pelana (saddle), sendi ini mampu bergerak ke samping dan depan, atau
membuat gerakan dua arah. Contoh sendi penala adalah sendi di tulang pangkal ibu
jari

 Macam macam sendi berdasarkan jangkauan gerak:

a. Persendian Fibrosa, yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan, di mana letak
tulang-tulangnya sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan ikat
fibrosa, contohnya sutura di antara tulang-tulang tengkorak.
b. Persendian Kartilagenosa, yaitu persendian yang gerakannya terbatas, di mana tulang-
tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan hialin, contohnya tulang iga.
c. Persendian Sinovial, yaitu persendian yang gerakannya bebas, merupakan bagian
terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan panggul,
sikut dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan
kaki.

 Macam macam sendi berdasarkan perbedaan kemampuan gerak

1. Sendi gerak

Sendi gerak merupakan hubungan antar tulang dengan kemampuan gerak lebih
banyak. Pada sendi gerak tulang yang satu dengan tulang yang lain diikat dengan semacam

23
jaringan pengikat atau ligamen. Gerakan antar tulang ini akan menimbulkan gesekan dan rasa
sakit jika pada rongga antar tulang tidak terdapat minyak sendi.

Macam macam sendi gerak

Berdasarkan jenis gerakannya sendi gerak dikenal dengan berbagai jenis sendi, di antaranya
sendi peluru, sendi putar, sendi pelana, sendi gulung dan sendi engsel.

- Sendi Peluru

Sendi peluru merupakan persendian yang memungkinkan gerakan ke seluruh arah,


dan biasanya berporos tiga. Sendi peluru terdapat pada hubungan antara tulang lengan atas
dan tulang belikat. Pada sendi peluru ujung tulang yang satu dengan yang lain membentuk
lekukan berupa lingkaran sehingga bonggol tulang yang satu dapat masuk pada lekukan
tulang yang lain. Hubungan antar tulang panggul dan tulang paha juga merupakan sendi
peluru.

- Sendi Putar

Hubungan antar tulang dimana ujung tulang yang satu berupa tonjolan yang masuk
kedalam lubang tulang yang lain disebut sendi putar. Sendi putar memungkinkan terjadinya
gerakan memutar. Sendi putar terdapat pada hubungan antara tulang hasta dan tulang
pengumpil, juga pada hubungan antara tulang pemutar dan tulang atlas.

- Sendi Pelana

Hubungan tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan dua arah adalah sendi
pelana. Sendi pelana terdapat pada hubungan antara tulang ibu jari dengan tulang telapak
tangan.

- Sendi Gulung

Hubungan antara tulang telapak tangan dengan tulang pengumpil merupakan sendi
gulung.

24
-Sendi Engsel

Hubungan antara ujung tulang yang menghasilkan gerakan seperti engsel pada pintu
disebut sendi engsel. Hubungan antara tulang paha dengan tulang kering pada lutut, atau
antara tulang lengan dengan tulang hasta pada sikut serta pada ruas-ruas ibu jari juga
merupakan sendi engsel.

2. Sendi Kaku

Sendi kaku merupakan macam macam sendi yang memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan. Sendi kaku terdapat pada hubungan antar tulang-tulang pergelangan tangan dan
tulang pergelangan kaki.

3. Sendi Mati

Sendi mati merupakan macam macam sendi yang menghubungkan tulang yang satu
dengan tulang yang lain tanpa dapat digerakkan sama sekali. Persendian jenis ini terdapat
pada hubungan antara tulang pada tengkorak.

g. PENILAIAN RENTANG GERAK SENDI ( ROM )

Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakna maksimum yang
dapt di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga badan yaitu sagital, fromal atau transversal.

Range Of Motion (ROM) adalah gerakan yang dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan Range Of Motion dibagu menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif.

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk


mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter
& Perry, 2005).

Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi
yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah
baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar
untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang
abnormal (Arif, M, 2008).

25
ROM adalah latihan yang dapat dilakukan oleh perawat, pasien atau anggota
kelurga dengan menggerakkan tiap-tiap sendi secara penuh jika memungkinkan tanpa
menyebabkan rasa nyeri. ( Brunner & suddarth ,2002 ).

Garis Potongan Pada Tubuha.

a. Potongan sagital, yaitu garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi
tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.
b. Potongan transversal, yaitu garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas
dan bawah.
c. Potongan frontal, yaitu melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi
bagian depan dan belakang.

Tujuan Mobilisasi Rentang Gerak Sendi ( ROM )

Adapun tujuan dari mobilisasi ROM Menurut Brunner & suddarth ( 2002 ), adalah
sebagai berikut :

a. Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta mengembalikan


rentang gerak aktivitas tertentu sehingga penderita dapat kembali normal atau
setidak-tidaknya dapat mencakupi kebutuhan sehari-hari.
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernapasan menjadi lebih kuat.
d. Mempertahankan tonus otot, memelihara dan meningkatkan pergerakan dari
persendian.
e. Memperlancar eliminasi buang air besar dan air kecil.
f. Melatih atau ambulansi.

Manfaat Rentang Gerak Sendi ( ROM )

a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

26
Jenis –Jenis Rentang Gerak Sendi ( ROM )

a. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak
sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan
kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif .
b. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan
pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasitidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

27
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Muskuloskeletal adalah suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi sistem gerak yang
terdiri dari otot dan tulang. Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan berkontraksi
untuk menggerakkan rangka. Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan
tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk

Tulang dibedakan menjadi skeleton aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton aksial terdiri
atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang iga atau rusuk, dan tulang dada, sedangkan
skeleton apendikuler terdiri atas tulang pinggul, bahu, lengan, telapak tangan, tungkai dan telapak
kaki.

Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan
tentang Sistem Musculoskeletal dan makalah saya ini, dapat dijadikan referensi bagi penulis
selanjutnya. Diharapkan para pembaca bisa memberikan saya kritik dan saran untuk dapat
menjadikan saya lebih baik lagi dalam penulisan makalah-makalah saya selanjutnya.
Sehingga dapat menjadi sebuah acuan untuk menjadi lebih baik lagi.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/muskuloskeletal/anatomi-tulang/

https://www.alodokter.com/memahami-sistem-rangka-manusia

https://www.halodoc.com/kesehatan/sendi-dan-tulang

https://www.anlene.com/id/ms/mengenal-macam-sendi-dan-contohnya-dalam-tubuh.html

https://www.liputan6.com/health/read/3696498/mengenal-macam-macam-sendi-manusia-
letak-dan-fungsinya#:~:text=Sendi%20gerak%20merupakan%20hubungan%20antar,tulang
%20tidak%20terdapat%20minyak%20sendi.

https://lifestyle.kontan.co.id/news/macam-macam-sendi-pada-tubuh-manusia-fungsi-dan-
contohnya?page=all

https://kumparan.com/berita-update/struktur-tulang-penyusun-rangka-manusia-
1vQP9AkGSLj/full

https://hellosehat.com/muskuloskeletal/proses-pembentukan-tulang/

https://pdfcoffee.com/laporan-1-praktikum-rentang-gerak-sendi--pdf-free.html

https://www.sridianti.com/fungsi-rangka-aksial-manusia.html

http://gurupintar.com/threads/jelaskan-struktur-makroskopis-tulang.6184/

https://www.academia.edu/8867449/Struktur_Mikroskopis_Tulang

https://slidetodoc.com/otot-sudirman-lubait-fakultas-kedokteran-universitas-andalas-jaringan/

http://www.kroosita2.staff.ipb.ac.id/files/2014/02/TULANG_SKLETAL_TPB2014.pdf

https://www.sridianti.com/fungsi-rangka-aksial-manusia.html

https://id.scribd.com/document/364935302/Makalah-Muskuloskeletal

29

Anda mungkin juga menyukai