Anda di halaman 1dari 30

Tugas Keperawatan Medikal Bedah 3

“ PBL KASUS SISTEM MUSKULOSKELETAL PATAH TULANG ”

Dosen Pembimbing :
Ns. Ita Sulistiani, S.Kep, M.Kep
OLEH
KELOMPOK 2

1. Iwan Usman (841423177) 1. Serliwulandari (841423154)

2. Maryam Rahman (841423174) 2. Syifa Aldarina Ladjaru (841423184)

3. Meiti Yolanda U. Hamid (841423144) 3. Svetlanikova (841423153)

4. Mohamad Ahnyar Ishak (841423198) 4. Yusrifat Abd. Kadir (841423162)

5. Novita Angraeni (841423158) 5. Wiky Handayani Tomutu (841423170)

6. Nurul Hidayati Olii (841423197)


7. Putri Wulandari Sulkifli (841423145)
8. Rahmiyanti Tangahu (841423175)

PRODI S1- KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” PBL Kasus Sistem Musk
uloskeletal dengan Patah Tulang” dengan lancar. Shalawat serta salam semoga Allah
limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ada pun tujuan dari pada penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 yang diberikan oleh Dosen yang
bersangkutan. Selain itu, tujuan kami menyusun makalah ini tidak lain untuk
memperluas pengetahuan yang kami miliki sekaligus dapat memperdalam wawasan
kami sebagai mahasiswa tentang Sistem Muskuloskeletal.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami banyak mengalami hambatan.


Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu. Namun berkat bantuan dan kesediaan dari
berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya untuk menyusun makalah ini sehingga
dapat kami jadikan acuan.Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
pembaca pada umumnya.

Gorontalo, Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
SEVEN JUMP..........................................................................................................1
A. Klasifikasi Istilah Penting.............................................................................1
B. Kata Kunci Problem......................................................................................2
C. Mind Map......................................................................................................3
D. Pertanyaan-Pertanyaan Penting.....................................................................4
E. Jawaban Pertanyaan Penting.........................................................................4
F. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya.................................................................5
G. Informasi Tambahan.....................................................................................5
H. Klasifikasi Informasi.....................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
KONSEP MEDIS.....................................................................................................7
A. Pengertian Fraktur.........................................................................................7
B. Klasifikasi.....................................................................................................7
C. Etiologi..........................................................................................................9
D. Manifestasi Klinis.........................................................................................9
E. Patofisiologi................................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................10
G. Komplikasi..................................................................................................11
H. Penatalaksanaan..........................................................................................11
BAB III 15
KONSEP KEPERAWATAN.................................................................................15
A. Pengkajian...................................................................................................15
B. Diagnosis Keperawatan...............................................................................18
C. Rencana Intervensi Keperawatan................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 26

ii
BAB I
SEVEN JUMP

MODUL II

PATAH TULANG

Seorang laki – laki berusia 60 tahun dirawat diruang bedah dengan post operasi hari ke 5. Pasien masuk
RS dengan open fraktur tibia 1/3 distal destra setelah mengalami kecelakaan motor. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengeluh sakit di bagian lukanya (skala 6), dan pasien juga mengatakan sulit
menggerakkkan kakinya yang sakit sehingga sudah 3 hari pasien tidak menyikat gigi dan tidak
membersihkan badan. Pasien mengatakan nyeri kakinya bertambah saat dia menggerakkan kakinya,
sehingga pasien takut untuk menggerakkan kakinya. Saat pengkajian dilakukan pemeriksaan kekuatan
otot: pasien dapat mengangkat tungkainya namun tidak dapat melawan tahanan. Perawatan luka
dilakukan setiap hari, luas luka 3 cm, pinggiran luka berwarna kemerahan dan nyeri saat tersentuh. TD
130/80mmHg, frekuensi nafas 24x/m, frekuensi nadi 100x/m.

A. KLASIFIKASI ISTILAH PENTING


 Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Dangoes,
2020)
 Open Fraktur adalah salah satu kegawatdaruratan dalam ortopedi ditandai dengan
hilangnya kontinuitas tulang, adanya luka terbuka, serta tulang terpapar dengan
lingkungan luar sehingga memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi. Luka terbuka
disebabkan oleh serpihan tulang yang menembus kulit saat cedera (kemenkesri, 2022)
 Tibia 1/3 distal destra adalah patah tulang yang terjadi pada tungkai tibia sebelah kanan
yang terletak pada 1/3 distal bagian bawah dari kedua tungkai tersebut. Hal ini
mengakibatkan tejadinya permasalahan kapasitas fisik berupa nyeri pada tungkai kanan,
penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekauatan otot fleksor dan ekstensor tungkai
kanan, adanya oedema dan adanya gangguan aktivitas fungsional (HASTANTAO,
2016)
 Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk

1
kerusakan tersebut.Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas
ektopik, reorganisasi struktural, danpenurunan inhibisi. Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri:
tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (Bahrudin, 2017)
 Tungkai adalah  bagian ekstremitas (anggota gerak) bawah dari pangkal paha hingga
pergelangan kaki, sedangkan kaki adalah bagian dari pergelangan kaki hingga ujung jari
kaki. Tungkai dibedakan menjadi tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas
merupakan bagian paha yang terdiri dari tulang paha (femur) (Dangoes, 2020)

B. KATA KUNCI PROBLEM


 Open fraktur tibia 1/3 distal destra
 Sulit menggerakkan kakinya yang sakit
 Nyeri bertambah saat bergerak
 Dapat mengangkat tungkainya namun tidak dapat melawan tahanan

2
C. MIND MAP
PATAH TULANG

Fraktur Terbuka Fraktur Tertutup


Fraktur terbuka adalah salah satu kegawatdaruratan Fraktur tertutup adalah Fraktur dengan kulit tetap
dalam ortopedi ditandai dengan hilangnya kontinuitas utuh disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari
tulang, adanya luka terbuka, serta tulang terpapar dengan
kulit dan tidak terdapat hubungan antara fragmen
lingkungan luar sehingga memiliki risiko tinggi
tulang dengan dunia luar. Fraktur tertutup memiliki
terjadinya infeksi. Luka terbuka disebabkan oleh
serpihan tulang yang menembus kulit saat cedera. kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera,Fraktur
Fraktur terbuka terjadi secara sekunder akibat trauma. adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari
Mereka paling sering terjadi sebagai cedera energi suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan
tinggi, tetapi juga bisa menjadi akibat dari trauma lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
kecepatan rendah ketika ujung tajam dari fragmen Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan
fraktur menembus kulit dan jaringan lunak. Fraktur cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan
terbuka berenergi tinggi sering dikaitkan dengan kondisi otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
lain yang mengancam jiwa akibat poli-trauma dan pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi
menimbulkan risiko lain seperti cedera neurovaskular, komplikasi pemulihan klien (kemenkesri,
penghancuran jaringan lunak, kontaminasi luka, dan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2022)
pengelupasan kulit yang membuatnya lebih mungkin
mengalami komplikasi (kemenkesri, 2022)

3
Tabel Persortiran
NO Penyakit

FRAKTUR FRAKTUR

Tanda dan TERBUKA TERTUTUP

Gejala

1. Open fraktur tibia 1/3 distal √ -


destra
2. Sulit menggerakkan kakinya √ √
yang sakit
3. Nyeri bertambah saat bergerak √ √

4. Dapat mengangkat tungkainya √ √


namun tidak dapat melawan
tahanan

D. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa kecelakaan bermotor bisa mengalami Open Fraktur 1/3 Distal Destra?
2. Kondisi apa saja yang membuat kaki yang sakit sulit digerakkan?
3. Mengapa pasien bisa mengangkat tungkai namun tidak dapat melawan tahanan?
4. Apa yang terjadi jika pinggiran Luka berwarna kemerahan?

E. JAWABAN PERTANYAAN PENTING


1. Kecelakaan lalu-lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain. Kecelakaan
bermotor dapat mengakibatkan benturan ataupun pukulan. Fraktur bisa disebabkan
oleh trauma langsung misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah
tulang, dan trauma tidak langsung, yaitu: bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat
benturan dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat benturan
tersebut dan juga karena penyakit primer (Ismunandar H, 2018)
2. Kaki sulit digerakkan bisa disebabkan oleh beberapa kondisi seperti Gangguan pada
tulang, misalnya terdapat fraktur/patah tulang, infeksi pada tulang, tumor pada
tulang, dll, Gangguan pada sendi, misalnya terdapat osteoarthritis, rheumatoid

4
arthritis, gout, dislokasi sendi/sendi lepas, dll, Gangguan pada otot, misalnya
terdapat strain otot/cedera/sobek pada otot, sobek pada tendon ataupun
ligamen, miopati, dll, Gangguan pada saraf, misalnya stroke, perdarahan otak, tumor
otak, patah tulang belakang ataupun tumor yang menekan sumsum/saraf tulang
belakang, HNP, dll (kemenkesri, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2022)
3. Ketika tungkai tidak dapat melawan tahanan menggambarkan bahwa kekuatan otot
lemah. Kekuatan otot digolongkan pada skala 1 yakni Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat di palpasi atau dilihat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal salah
satunya fraktur (Dangoes, 2020)
4. Kemerahan pada luka menandakan terjadinya Infeksi. Kemerahan terjadi pada area
yang mengalami infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga
menimbulkan warna kemerahan (kemenkesri, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2022).

F. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


1. Diharapkan agar bisa memahami dan mendalami materi mengenai sistem
musculoskeletal.
2. Diharapkan agar bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada kasus.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan selanjutnya dan menegakkan diagnosa dari kasus
yang diberikan.
4. Untuk mengetahui adanya penatalaksanaan dari kasus yang diberikan.

G. INFORMASI TAMBAHAN
Agam Meureza, Prabowo (2022) Penggunaan Antibiotik Profilaksis Sebagai
Pencegahan Infeksi Daerah Operasi Pada Pasien Fraktur Terbuka: A Scoping
Review. S1 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

H. KLASIFIKASI INFORMASI
Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi cedera serius. Angka insiden
fraktur terbuka adalah 30,7 dari 100.000 orang per tahunnya. Adanya hubungan
fragmen fraktur dengan dunia luar memungkinkan terjadinya kontaminasi. Terjadinya
infeksi berpotensi menyebabkan memburuknya kondisi klinis penderita. Dengan
demikian, beban sosial ekonomi penderita akan meningkat. Maka dari itu dibutuhkan
perawatan secara cepat dan tepat, salah satunya menggunakan antibiotik profilaksis.
Tujuan: Scoping review ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penggunaan

5
antibiotik profilaksis pada kasus fraktur terbuka sebagai pencegahan terhadap infeksi
daerah operasi. Metode: Penelusuran artikel dilakukan dengan melibatkan dua online
database yaitu PubMed dan Scopus yang dipublikasikan antara tahun 2017 – 2021
dengan kata kunci utama yang digunakan adalah antibiotic prophylaxis, surgical site
infection, dan open fracture. Seleksi artikel sesuai dengan panduan PRISMA.
Pengkajian artikel menggunakan quality assessment tools dari Joanna Briggs Institute
dan untuk analisis pemetaan artikel menggunakan bibliometric software VOSviewer
Hasil: Didapatkan sebanyak empat artikel terpilih dari proses pencarian artikel.
Berdasarkan hasil telaah artikel, diketahui bahwa terdapat beberapa mikroorganisme
yang dapat menyebabkan infeksi daerah operasi. Antibiotik profilaksis yang paling
sering digunakan adalah golongan cephalosporin. Durasi penggunaan antibiotik
profilaksis masih belum sesuai rekomendasi yang ada. Kesimpulan: Dari hasil
pengkajian artikel dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi daerah operasi dapat
mempengaruhi lama penyembuhan, lama rawat inap, tindakan berulang, dan biaya yang
meningkat. Staphylococcus aureus merupakan mikroorganisme yang paling sering
menyebabkan infeksi daerah operasi. Pada fraktur terbuka GA tipe I dan II
direkomendasikan menggunakan antibiotik profilaksis cephalosporin generasi pertama
atau kedua. Pada fraktur terbuka GA tipe III direkomendasikan menggunakan antibiotik
profilaksis cephalosporin generasi ketiga dikombinasikan dengan aminoglikosida.
Durasi pemberian antibiotik profilaksis adalah 24-72 jam. Dibutuhkan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui antibiotik profilaksis paling efektif dan durasi yang paling
optimal untuk mencegah infeksi daerah operasi dan resistensi bakteri

I. ANALISIS SINTESA INFORMASI

Berdasarkan hasil diskusi kelompok, diagnosa medis diatas adalah Fraktur terbuka.
Hal ini berhubungan dengan tanda dan gejala yang muncul yakni Open fraktur tibia 1/3
distal destra, Sulit menggerakkan kakinya yang sakit, Nyeri bertambah saat bergerak
dan Dapat mengangkat tungkainya namun tidak dapat melawan tahanan

6
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
(Nurarif & Kusuma, 2015,). Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang
patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan
kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang
disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Krisdiyana, 2019).

Fraktur terbuka adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang bersifat
total maupun sebagian yang biasanya disebabkan oleh trauma yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak. Fraktur terbuka umumnya
terjadi akibat trauma berenergi tinggi seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian,
dan cedera akibat benturan.(dalam skripsi miftahul Jannah)

Fraktur terbuka adalah fraktur dengan kuli ekstermitas yang terlihat jelas ditembus,
yang bisa menyebabkan kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur (Price
Sylvia 2005 dalam skrpsi nova erlina sasra). Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak
jaringan kulit sehingga terdapat hubungan fragmen tulang dengan dunia luar (Ramadhani
et al., 2019).

B. Klasifikasi

Menurut (Sulistyaningsih, 2016) berdasarkan ada tidaknya hubungan antar tulang dibagi
menjadi :

a. Fraktur terbuka Adalah patah tulang yang menembus kulit dan memungkinkan adanya
hubungan dengan dunia luar serta menjadikan adanya kemungkinan untuk masuknya

7
kuman atau bakteri ke dalam luka. Berdasarkan tingkat keparahannya fraktur terbuka
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar menurut klasifikasi (Gustillo dan
Anderson, 2015)

1. Derajat I

Kulit terbuka <1 cm, biasanya dari dalam keluar, memar otot yang ringan disebabkan
oleh energy rendah atau fraktur dengan luka terbuka menyerong pendek

2. Derajat II

Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan lunak yang luas, komponen penghancuran
minimal sampai sedang, fraktur dengan luka terbuka melintang sederhana dengan
pemecahan minimal

3. Derajat III

Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan struktur
neurovaskuler, cidera yang disebabkan oleh energy tinggi dengan kehancuran
komponen tulang yang parah

4. Derajat IIIA

Laserasi jaringan lunak yang lebih luas, cakupan tulang yang memadai, fraktur
segmental, pengupasan periosteal minimal

5. Derajat IIIB

Cidera jaringan lunak yang luas dengan pengelupasan periosteal dan paparan tulang
yang membutuhkan penutupan jaringan; biasanya berhubungan dengan kontiminasi
massif

6. Derajat IIIC

Cidera vascular yang membutuhkan perbaikan.

8
b. Fraktur tertutup Adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit
sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kerusakan jaringan lunak dan mekanisme cidera tidak langsung
dan cidera langsung antara lain:

1. Derajat 0

Cidera akibat kekuatan yang tidak langsung dengan kerusakan jaringan lunak tidak
begitu berarti.

2. Derajat 1

Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energy rendah sampai sedang
dengan abrasi superfisial atau memar pada jaringan lunak dipermukaan situs fraktur.

3. Derajat 2

Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot, yang mungkin dalam, kulit
lecet terkontaminasi yang berkaitan dengan mekanisme energy sedang hingga berat
dan cidera tulang, sangat beresiko terkena sindrom kompartemen.

4. Derajat 3

Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan arteri atau
terbentuknya sindrom kompartemen

Menurut (Purwanto ,2016) berdasarkan garis frakturnya dibagi menjadi :

1. Fraktur Komplet Yaitu fraktur dimana terjadi pataham diseluruh penampang tulang
biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang 2. Fraktur inkomplet Yaitu fraktur
yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

2. Fraktur Transversal Yaitu fraktur yang terjadi sepanjang garis lurus tengah tulang

3. Fraktur Oblig Yaitu fraktur yang membentuk garis sudut dengan garis tengah tulang

4. Fraktur Spiral Yaitu garis fraktur yang memuntir seputar batang tulang sehingga
menciptakan pola spiral

9
5. Fraktur kompresi Terjadi adanya tekanan tulang pada satu sisi bisa disebabkan
tekanan, gaya aksial langsung diterapkan diatas sisi fraktur.

6. Fraktur kominutif Yaitu apabila terdapat beberapa patahan tulang sampai


menghancurkan tulang menjadi tiga atau lebih bagian.

7. Fraktur Impaksi Yaitu fraktur dengan salah satu irisan ke ujung atau kefragmen retak

C. Etiologi

Menurut (Purwanto,2016) Etiologi/Penyebab terjadinya fraktur adalah :


1. Trauma langsung Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur
2. Trauma tidak langsung Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain, oleh
Karena itu kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ketempat lain.
3. Kondisi patologis Terjadinya karena penyakit pada tulang (degenerative dan kanker
tulang)

D. Manifestasi Klinis
Menurut ( Nurarif & Kusuma,2015). Tanda dan gejala dari fraktur antara lain :

1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak


2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau jatuh dari kamar
mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma
olahraga)
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Defromitas mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur
6. Kelainan gerak
7. Pembengkakan dan perubahan warna local pada daerah fraktur
8. Krepitasi atau dating dengan gejala gejala lain

E. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka terjadi
apabila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit, sedangkan fraktur tertutup terjadi apabila kulit yang menyelubungi
tulang tetap utuh. Fraktur terjadi ketika kekuatan ringan atau minimal mematahkan area
tulang yang dilemahkan oleh gangguan (misalnya, psteoporosis, kanker, infeksi, dan

10
kista tulang). Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar oleh permukaan dikulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar
tempat patah kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat disekitar
fraktur. Sel sel darah putih dan sel sel anasr berkamulasi mengakibatkan peningkatan
aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast teransang dan terbentuk tulang baru
amatir yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejari. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat
menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer.
Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusa darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Brunner & Suddarth,
2015)

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nurarif & Kusuma,2015), pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. X-ray : menentukan lokasi/ luasnya fraktur

2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan


lunak

3. Anteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler

4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada


perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan

5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera
hati.

G. Komplikasi

Menurut (Sulistyaningsih,2016) komplikasi fraktur yaitu:

11
1. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah, nyeri yang sangat
hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama

2. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah juga akan terjadi akibat proses
pembedahan

3. Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala nyeri otot,
nyeri sendir, nyeri kepala, dan kelemahan dapat terjadi akibat kelelahan system
muskulosketal.

4. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah system tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga sering kali dirasakan.

H. Penatalaksanaan

Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia. Berikut
adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin.A, 2015) :
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara diperban
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya boleh
dilakukan para ahli dengan cara opersi oleh ahli bedah untuk mengembalikan tulang
ke posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari kedua
posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil 5. Berikan
analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan
5. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi

Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi


semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah
tulang atau imobilisasi (Sjamsuhidayat & Jong, 2015). Penatalaksanaan yang
dilakukaan adalah :

1. Fraktur terbuka Adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period).

12
Kuman belum terlalu jauh dilakukan : pembersihan luka, exici, heacting situasi,
antibiotic. Ada beberapa prinsipnya yaitu :
a. Harus ditegakkan dan ditangani terlebih dahulu akibat trauma yang
membahayakan jiwa airway, breathing dan circulation.
b. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan
dengan bidai, menghentikan perdarahan dengan klem.
c. Pemberian antibiotic
d. Dibredemen dan irigasi sempurna
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada daerah patah terbuka
baik berupa benda asing maupun kearifan local yang mati. Irigasi untuk
mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan
fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan
e. Stabilisasi Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi
fragmen tulang, cara stabilisasi tulang tergantung derajat patah terbukanya dan
fasilitas yang ada. Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan
fiksasi dalam secara primer, untuk derajat 3 dianjurkan fiksasi luar. Stabilisasi
ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah awal dari rehabilitasi
pengguna
f. Penutup luka
g. Rehabilitasi
h. Life saving Semua penderita patah tulang terbuka diingat sebagai penderita
dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini
perlu ditekankan bahwa terjadinya patah dipweserius. Hal ini perlu ditekankan
bahwa terjadinya patah diperlukan gaya yang cukup kuat yang sering kali dapat
berakibat total dan berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu :
airway, breathing, and circulation.
i. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat Dengan terbukanya
barrie jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya
infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka
yang terjadi masih dalam stadium kontamidasi (golden period) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan
patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar
sasaran terakhir penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun tinjauan
13
dari segi prioritas penangannya. Ulang secara primer menempati urutan
prioritas ke 6. Sasaran akhir ini adalah mencegah sepsis, penyembuhan tulang,
dan pulihnya fungsi.
j. Pemberian antibiotic Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat
bervariasi tergantung dimana patah tulang itu terjadi. Pemberian antibiotic yang
tepat sukar untuk ditentukan hanya saja sebagai pemikiran sadar. Sebaliknya
antibiotika dengan spectrum luas untuk kuman gram positif maupun negative.

2. Seluruh fraktur
1) Rekoknisis/pengenalan Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnose
dan tindakan selanjutnya
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang
supaya kembali secara optimal seperti semula. Dapat juga diartikan reduksi
fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada posisi
kesejajarannya rotasfanatomis
3) OREF (Open Reduction and External Fixation)
Penanganan intraoperative pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara
reduksi terbuka diikuti ekternal OREF sehingga diperoleh stabilisasi fraktur
yang baik. Keuntungan fiksasi ekternal adalah memungkinkan stabilisasi
fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa penyembuhan
fraktur. Penanganan pasca operasi yaitu perawatan luka dengan pemberian
antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi, pemberian radiologic serial, darah
lengkap serta rehabilitasi berupa latihan latihan secara teratur dan bertahap
sehingga ketika tujuan utama penanganan fraktur bisa tercapai yaitu union
(penyambungan fisik organ anggota gerak baik proporsional) dan sembuh
secara fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan
gerakan)
4) ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi
pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan
posisi agar fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran.
Internal fiksasi ini berupa intra modullary nail biasanya digunakan untuk
fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transfer
5) Etensi/Imobilisasi Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi,
14
fragmen tulang harus di imobilisasi atau dipertahankan kesejajarannya yang
benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal atau internal. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan gips,
bidai, traksi kontinu, dan teknik gips atau fiksator eksternal. Implant logam
dapat digunakan untuk fiksasi imobilisasi fraktur.
6) Rehabilitasi Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan
imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (missal
pengkajian perdarahan darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan ahli
ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovascular

15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi frekuensi nafas 24x/menit

Sirkulasi -

Nutrisi dan cairan -

Eliminasi -

Aktivitas dan Dari hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri


istirahat bertambah saat dia menggerakkan kakinya (sebelah
kanan)

Neurosensori -

16
Reproduksi dan -

Seksualitas

Psikologis Nyeri dan Hasil pengkajian pasien mengeluh sakit di bagian


Kenyamanan lukanya (skala 6)

Integritas ego -

Pertumbuhan dan -
perkembangan

Perilaku Kebersihan diri Hasil pengkajian pasien juga mengatakan sulit


menggerakkkan kakinya yang sakit sehingga sudah 3 hari
pasien tidak menyikat gigi dan tidak membersihkan
badan

Penyuluhan dan -
pembelajaran

Relasional Interaksi social -

Lingkunga Keamanan dan -


n proteksi

17
b. Pathway
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur (Terbuka)

Post operasi Fraktur terbuka ujung Kerusakan integritas Fraktur terbuka ujung
tulang, menembus otot jaringan otot sampai tulang, menembus otot
dan kulit tulang dan kulit

Terputusnya Indikasi Nyeri apabila organ Luka Indikasi


kontinuitas jaringan penatalaksanaan fraktur digerakkan terbuka penatalaksan
operasi aan operasi

Pelepasan Terputusnya Terbatasnya gerakan Kerusakan Terputusnya


mediator nyeri kontinuitas jaringan integritas kontinuitas
(histamine,prostagla jaringan otot jaringan
ndin,bradikinin, sampai
serotonin) tulang
Kebersihan diri
Penurunan berkurang
kekuatan otot
Ditangkap reseptor Kerusakan Luka operasi
nyeri perifer integritas
Penumpukan bakteri kulit
dalam tubuh
Gangguan
Implus ke otak Mobilitas Fisik

Defisit perawatan Gangguan


diri Integritas Kulit
Persepsi nyeri

Nyeri Akut
18
B. Diagnosis Keperawatan
No Data Subjektif dan Obje Analisis Data Masalah
. ktif Keperawatan

1. DS : Fraktur Nyeri akut b.d


Agen pencedera
- Klien mengatakan fisik (prosedur
nyeri kakinya berta operasi) d.d
mbah saat dia Post operasi
bertambah sakit
menggerakkan saat
kakinya menggerakkan
Terputusnya kontinuitas jaringan kakinya, nyeri
DO :
dengan skala
- Nyeri pada kaki 6,nyeri saat di
(skala 6) Pelepasan mediator nyeri sentuh, post
- Nyeri saat disentuh (histamine,prostaglandin,bradikinin,seroto operasi hari ke 5,
- Post Operasi hari nin) TD : 130/80
ke 5 mmHg, Frekuensi
- TD : 130.80 mmHg nafas : 24x/m,
- Frekuensi nafas Frekuensi nadi
24x/m Ditangkap reseptor nyeri perifer 100x/m
- Frekuensi nadi
100x/m
Implus ke otak

Persepsi nyeri

Nyeri akut

2. DS : Fraktur Gangguan
mobilitas fisik b.d
- Klien mengatakan gangguan
sulit menggerakkan
musculoskeletal
kakinya yang sakit Fraktur terbuka ujung tulang, menembus
- klien mengatakan
d.d sulit
otot dan kulit menggerakkan
nyeri kakinya bertam
bah saat dia kaki yang sakit,
menggerakkan nyeri bertambah
kakinya sehingga dia Indikasi penatalaksanaan operasi saat kaki
takut menggerakkan digerakkan,kekuat
kakinya an otot
Terputusnya kontinuitas jaringan
DO :
- Kekuatan Otot :
pasien dapat Penurunan kekuatan otot
menggangkat
tungkainya namun

19
tidak dapat
melawan tahanan.
Gangguan mobilitas fisik

3 DS : Fraktur Defisit perawatan


diri b.d gangguan
- klien mengatakan 3 musculoskeletal
hari tidak menyikat d.d tidak menyikat
gigi dan Kerusakan integritas jaringan otot sampai
gigi dan
membersihkan tulang
membersihkan
badan badan, sulit
- klien mengatakan menggerakkan
sulit menggerakan Nyeri apabila organ fraktur digerakkan kakinya, luas luka
kakinya 3 cm, pinggiran
luka berwarna
DO :
Terbatasnya gerakan kemerahan,
- luas luka 3 cm perawatan luka
- pinggiran luka dilakukan setiap
berwarna hari
kemerahan Kebersihan diri berkurang
- perawatan luka
dilakukan setiap
hari Penumpukan bakteri dalam tubuh

Defisit perawatan diri

4. DS : Fraktur Gangguan
integritas
- klien mengeluh kulit/jaringan b.d
sakit di bagian penurunan
lukanya fraktur (terbuka)
mobilitas d,d klien
mengeluh sakit di
DO :
bagian lukanya,
- luas luka 3 cm fraktur terbuka ujung tulang menembus luas luka 3 cm,
- pinggiran luka otot dan kulit pinggiran luka
berwarna berwarna
kemerahan kemerahan,
- perawatan luka Indikasi penatalaksanaan operasi perawatan luka
dilakukan setiap dilakukan setiap
hari hari, nyeri saat
- nyeri saat tersentuh.
Terputusnya kontinuitas jaringan
tersentuh

Luka operasi

20
Gangguan integritas kulit

21
C. Rencana Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Intervensi terbaru
(berdasarkan
penelitian terupdate)

1 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri Dari penelitian yang


dilakukan oleh Firman
berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi Prastiwi tahun 2022,
Agen pencedera fisik tindakan keperawatan dalam jurnal yang
(prosedur operasi) selama 1x24 jam - Indetifikasi lokasi,
berjudul “manajemen
ditandai dengan : diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri dengan virtual
nyeri menurun, dengan frekuensi, kualitas,
reality”. Dari hasil
Data Subjektif : kriteria hasil : intensitas nyeri.
penelitian di dapatkan
- Identifikasi skala nyeri
- Klien mengatakan bahwa manajemen
1. Keluhan nyeri - Identifikasi factor yang
nyeri kakinya berta nyeri dengan vitual
menurun (5) memperberat dan
mbah saat dia 2. Frekuensi nadi memperingan nyeri reality untuk
menggerakkan membaik (5) merelaksasikan diri
kakinya 3. Pola napas Terapeutik dengan
membaik(5) memproyeksikan
Data Objektif : - Berikan teknik gambar tiga dimensi
4. Tekanan darah
nonfarnakologis untuk tepat di depan mata
- Nyeri pada kaki membaik (5)
mengurangi nyeri pengguna dan
(skala 6) - Fasilitasi istirahat tidur menghalangi
- Nyeri saat disentuh - Pertimbangkan jenis rangsangan visual dan
- Post Operasi hari ke dan sumber nyeri pendengaran dunia
5 dalam pemilihan nyata sehingga dapat
- TD : 130.80 mmHg strategi meredakan menimbulkan efek
- Frekuensi nafas nyeri penurunan nyeri.
24x/m
(Majalah, 2022)
- Frekuensi nadi Edukasi
100x/m
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan secara
analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik

2. Gangguan mobilitas Gangguan mobilitas Dukungan Ambulasi Dik Dikutip dari jurnal yang
fisik fisik berjudul ”implementasi
Observasi keperawatan pasien
berhubungan dengan Setelah dilakukan post operasi fraktur
gangguan tindakan keperawatan - Identifikasi adanya ekstremitas bawah
muskuloskeletal ditandai selama 1x24 jam nyeri atau keluhan dengan masalah

22
dengan : diharapkan mobilitas fisik lainnya gangguan mobilitas
fisik meningkat, dengan fisik” oleh
Data Subjektif : kriteria hasil: - Identifikasi toleransi Syokumawena, dkk
fisik melakukan pada 2022. Pasien post
- klien mengatakan 1. Pergerakan ambulasi operasi fraktur
sulit menggerakkan ekstrimitas bawah
kakinya yang sakit ekstremitas
- Monitor frekuensi dengan masalah
- klien mengatakan meningkat (5)
jantung dan tekanan gangguan mobilitas
nyeri kakinya bertam 2. Kekuatan Otot fisik setelah
bah saat dia meningkat (5) darah sebelum
mendapatkan
menggerakkan 3. Rentang gerak memulai ambulasi
implementasi merubah
kakinya sehingga dia (ROM) meningkat posisi tubuh, ambulasi
takut menggerakkan - Monitor kondisi umum
(5) dini dan membantu
kakinya selama melakukan
4. Nyeri menurun (5) aktivitas daily living
ambulasi (ADL) yang
Data Objektif :
dilaksanakan 1 kali
Terapeutik
- Kekuatan Otot : perhari didapatkan
pasien dapat - Fasilitasi aktivitas pasien terbiasa melatih
menggangkat dirinya dengan bantuan
ambulasi dengn alat
tungkainya namun keluarga.
bantu ( mis. (Syokumawena, n.d.)
tidak dapat melawan
Tongkat,kruk)
tahanan
- luas luka 3 cm - Fasilitasi melakukan
- sakit bagian luka
mobilisasi fisik, jika
(skala 6)
perlu

- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan ambulsi

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi

- Anjurkan melakukan
ambulasi dini

- Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan
(mis.berjalan dari
tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai

23
toleransi)

3. Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri Dukungan perawatan diri : Perawatan diri adalah
Mandi perawatan sendiri yang
berhubungan dengan Setelah dilakukan dilakukan setiap orang
gangguan tindakan keperawatan Observasi : dan ditentukan oleh
muskuloskeletal ditandai selama 1x24 jam nilai-nilai praktik
dengan : diharapkan perawatan - Identifikasi usia dan individu, seperti:
budaya dalam kebersihan tubuh
diri meningkat, dengan
Data Subjektif : membantu kebersihan secara umum, mandi,
kriteria hasil: eliminasi, dan berhias.
diri
- klien mengatakan 3 Hygiene adalah bagian
hari tidak menyikat 1. Kemampuan mandi
- Identifikasi jenis dari kesehatan dan
gigi dan meningkat (5) dipengaruhi oleh
2. mempertahankan bantuan yang
membersihkan sosiokultural, keluarga
badan kebersihan diri dibutuhkan
dan faktor-faktor yang
- klien mengatakan meningkat (5) dimiliki oleh individu,
- Monitor kebersihhan
sulit menggerakan 3. Mempertahankan meliputi pengatahuan
kakinya tubuh (mis. Rambut,
kebersihan mulut tentang kesehatan dan
mulut, kulit, kuku) presepsi tentang
Data Objektif : meningkat (5)
kebutuhan hygiene
- Monitor integritas kulit
- luas luka 3 cm (Anggeria et al., 2021)
- pinggiran luka Terapeutik
berwarna kemerahan
- perawatan luka - Sediakan peralatan
dilakukan setiap hari mandi (mis. Sabun,
sikat gigi, shampo,
pelembab kulit)

- Sediakan lingkungan
yang aman dan
nyaman

- Fasilitasi menggosok
gigi, sesuai kebutuhan

- Fasilitas mandi, sesuai


kebutuhan

- Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri

- Berikan bantuan sesuai


tingkat kemandirian

Edukasi

- Jelaskan manfaat
mandi dan dampak

24
tidak mandi terhadap
kesehatan

- Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikkan pasien,
jika perlu

4 Gangguan integritas Integritas kulit dan Perawatan luka Seperti kita ketahui
kulit/jaringan jaringan bersama dampak dari
Observasi gangguan integritas
berhubungan dengan Setelah dilakukan kulit apabila tidak di
penurunan mobilitas tindakan keperawatan - Monitor karakteristik
tangani akan
ditandai dengan: selama 1x24 jam luka
menimbulkan
diharapkan integritas - Monitor tanda-tanda
komplikasi.
Data Subjektif : kulit dan jaringan infeksi
Komplikasi yang dapat
meningkat, dengan terjadi karena
- klien mengeluh Terapeutik
kriteria hasil : perawatan luka post
sakit di bagian
lukanya - Lepaskan balutan dan operasi yang tidak
1. Nyeri menurun (5)
plester secara perlahan tepat seperti oedema,
2. Kemerahan
Data Objektif : - Bersihkan dengan cairan hematoma, perdarahan
menurun (5)
NaCl atau pembersih sekunder, luka robek,
- luas luka 3 cm, nontoksik fistula, adesi atau
- pinggiran luka - Bersihkan jaringan timbulnya jaringan
berwarna nekrotik scar. Pelaksanaan
kemerahan, - Berikan salep yang prosedur perawatan
- perawatan luka sesuai ke kulit/lesi luka yang tepat akan
dilakukan setiap - Pasang balutan sesuai mempercepat
hari, jenis luka penyembuhan luka
- nyeri saat tersentuh. - Pertahankan teknik steril operasi (Volk &
saat melakukan Hindmarsh, 2022)
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotic

25
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, M. (2017). Patofisiologis Nyeri (Pain). 13 (1), 7-13.
Dangoes. (2020). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Egc.
HASTANTAO, T. R. (2016, September 24). onesearch indonesia. Retrieved Agustus 25,
2023, from PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST
OPERASI FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN
PLATE AND SCREW DI RSOP DR.SOEHARSO SURAKARTA:
https://onesearch.id/Record/IOS2728.12796/TOC
Ismunandar H, H. H. (2018). PERBANDINGAN TERJADINYA FRAKTUR TERBUKA
ANTARA FRAKTUR HANDBAR DAN FOOTSTEP. Jurnal Kedokteran
Universitas Lampung , 2 (2), 1-9.
kemenkesri. (2022, Oktober 31). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved
Agustus 24, 2023, from Fraktur Terbuka:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1747/fraktur-terbuka#:~:text=Fraktur
%20terbuka%20adalah%20salah%20satu,yang%20menembus%20kulit%20saat
%20cedera.
kemenkesri. (2022, Juni 23). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved Agustus
25, 2023, from Mengenal Fraktur:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/98/mengenal-fraktur
kemenkesri. (2022, Desember 21). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved
Agustus 25, 2023, from Tanda-tanda Infeksi pada Luka:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1970/tanda-tanda-infeksi-pada-luka
Agam Meureza, Prabowo (2022) Penggunaan Antibiotik Profilaksis Sebagai Pencegahan
Infeksi Daerah Operasi Pada Pasien Fraktur Terbuka: A Scoping Review. S1 thesis,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Anggeria, E., Harahap, R. F., Siregar, P. S., Isi, D., Anggeria, E., Cover, D., & Anggeria, E.
(2021). Perawatan Diri Pada Pasien Pada Pasien Diabetes Melitus.
Majalah, K. (2022). Manajemen Nyeri Dengan Virtual reality. 9, 50–59.
Syokumawena. (n.d.). Poltekkes Kemenkes Palembang , Sumatera Selatan , Indonesia. 2,
132–138.
Volk, B., & Hindmarsh, A. C. (2022). 5979. The American Mathematical Monthly, 83(3),
207. https://doi.org/10.2307/2977038

26
27

Anda mungkin juga menyukai