Anda di halaman 1dari 6

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Berdasarkan laporan kasus ruang penyakit dalam rumah sakit Ahmad Yani pada bulan
September 2012 yang ditelaah berdasarkan Evidence Based Medicine didapatkan Tn S. 63 th
datang dengan Tuan N. 63 tahun, datang dengan nyeri dada sebelah kiri yang tidak menjalar
ke kedua lengan bahu sejak 1 bulan yang lalu. Selain itu pasien mengeluh sesak napas yang
berlangsung sepanjang hari, pasien juga mengatakan sering terbangun malam hari karena
sesak napas. Sesak napas dirasakan sudah lama, kurang sebih selama 1 tahun terakhir.
Pasien mengatakan saat tidur lebih suka menggunakan bantal yang tinggi karena terasa lebih
nyaman. Beberapa minggu ini pasien mengatakan dirinya menjadi cepat lelah, terutama saat
menaiki tangga dan berjalan jauh. sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit karena
sesak napas dan batuk-batuk kurang lebih 3 tahun lalu. Pasien perokok berat, pasien
memiliki riwayat merokok tahun 1962 hingga sekarang, setiap hari sejak dapat menikmati 3
bungkus rokok. Pasien memiliki alergi obat antibiotik amoxcicilin dan antalgin. Riwayat
asma, hipertensi, dan diabetes melitus disangkal pasien. Pasien juga menyangkal
dikeluarganya terdapat yang memiliki penyakit seperti pasien, hipertensi dan diabetes
melitus. Keadaan Umum tampak sakit berat, Takanan darah 120/90 mmHg. Frekuensi Nadi
132 x/mnt. Frekuensi Napas 24 x/mnt, suhu 37 °C. Kepala tampak normal. Pada
pemeriksaan paru tampak retraksi interkostal, pelebaran sela iga, dan penggunaan otot bantu
pernapasan dan ronkhi di seluruh
lapang paru, Pada pemeriksaan jantung didapatkan tidak ada jantung. terdengar gumaman.
Pada pemeriksaan perut didapatkan cembung, terdapat luka bekas jahitan operasi di inguinal
kanan. Pada pemeriksaan didapatkan kadar trigliserida 210 mg/dl, kadar LDL 175
mg/dl.kadar HDL 60 mg/dl. Pada pemeriksaan foto rontgen thorax PA didapatkan
Bronkopneumonia dan emfisematous paru. Pada pemeriksaan EKG didapatkan elevasi ST
terdapat pada sadapan prekordial V1 V2 V3 dan V4 2 2mm yang tampil. Dan pada sadapan
ektremitas AVF dan AVL elevasi ST 2 Imm. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan dapat dilakukan pada peningkatan ST elevasi anteroseptal. Kemudian pasien
ditatalaksana dengan mendapatkan terapi Oksigen(O2) 2- 4 L/menit, infus Ringer Laktat
(RL) 20 tetes per menit, ceftriaxon 2x1 1 gram Intravena (IV). Ranitidin 2x1 ampul (IV),
Vitamin B19 3x1 Per oral (PO), Obat Batuk Hitam 3x1C (PO), Ketorolac 3x30 (IV), Aspilet
1x80 mg (PO), Isosorbid Dinitrat (ISDN) 3x5 mg. Klopidogrel 1x1.

3.2 Pengkajian

a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Usia : 63 tahun

1) Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri yang tidak menjalar ke kedua lengan
bahu sejak 1 bulan yang lalu
2) Keluhan saat dikaji
pasien mengeluh sesak napas yang berlangsung sepanjang hari, pasien juga
mengatakan sering terbangun malam hari karena sesak napas. Sesak napas
dirasakan sudah lama, kurang sebih selama 1 tahun terakhir.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit karena sesak napas
dan batuk-batuk kurang lebih 3 tahun lalu.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien juga menyangkal dikeluarganya terdapat yang memiliki penyakit seperti
pasien, hipertensi dan diabetes melitus.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum tampak sakit berat, Takanan darah 120/90 mmHg. Frekuensi
Nadi 132 x/mnt. Frekuensi Napas 24 x/mnt, suhu 37 °C. Kepala tampak
normal. Pada pemeriksaan paru tampak retraksi interkostal, pelebaran sela iga,
dan penggunaan otot bantu pernapasan dan ronkhi di seluruh lapang paru, Pada
pemeriksaan jantung didapatkan tidak ada jantung. terdengar gumaman. Pada
pemeriksaan perut didapatkan cembung, terdapat luka bekas jahitan operasi di
inguinal kanan.

d. Riwayat alergi obat


Pasien memiliki alergi obat antibiotik amoxcicilin dan antalgin.

e.Pemeriksaan Diagnostik
 pemeriksaan EKG didapatkan elevasi ST terdapat pada sadapan prekordial
V1 V2 V3 dan V4 2 2mm yang tampil. pada sadapan ektremitas AVF dan
AVL elevasi ST 2 Imm.
3.1 Diagosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan ekspresi wajah Nyeri ditandai dengan agen cedera
biologis
b.

3.2 Intervensi keperawatan

No Diagnosa NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing Intervention


Keperawatan Clasification) Clasification)
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (08066) Manajemen nyeri (1400)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan Aktivitas- Aktivitas:
dengan ekspresi 2 × 24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
wajah Nyeri tingkat nyeri klien karakteristik, onset/
ditandai dengan berkurang dengan kriteria durasi, frekuensi,
agen cedera hasil: kualitas, Identitas nyeri
biologis 1. Nyeri yang dan faktor pencetus.
dilaporkan (N)
dipertahankan pada 2. Identifikasi skala nyeri
semangat (3) (N)
ditingkatkan ke 3. Identifikasi pengaruh
ringan (4) nyeri pada kualitas
2. Ekspresi nyeri hidup (N)
wajah 4. Gali bersama pasien
dipertahankan pada faktor faktor yang
sedang (3) dapat mempertahankan
ditingkatkan ke nyeri (C)
ringan (4) 5. Berikan informasi
3. Fokus menyempit mengenai nyeri,
dipertahankan pada penyebab nyeri, berapa
sedang (3) lama nyeri akan
ditingkatkan ke dirasakan, dan
tidak ada (5) antisipasi
4. Panjang episode ketidaknyamanan
nyeri di pertahankan akibat tindakan. (E)
pada sedang (3) di 6. Ajarkan prinsip prinsip
tingkatkan ke tidak manajemen nyeri (N)
ada (5) 7. Dukung istirahat/ tidur
5. Meringis yang baik untuk
dipertahankan ke membantu
(3) sedang, menurunkan nyeri (E)
ditingkatkan ke 8. Pertimbangkan jenis &
ringan (4) sumber nyeri dan
pemilihan strategi
6. Tidak bisa istirahat meredakan nyeri (N)
dipertahankan pada 9. Anjuran monitor nyeri
sedang (3) secara mandiri (E)
ditingkatkan tidak 10. Kolaborasi
ada (5) pertimbangan
analgetik, jika perlu
(C)
11. Akupesur merupakan
bagian terapi
komplementer yang
mampu meningkatkan
kadar endofrin untuk
merangsang penurunan
nyeri. Penekanan/
sentuhan diberikan
selama 20 menit pada
titik L14 terletak
dibagikan belakang
tangan kanan/kiri
antara tulang mencapai
pertama dan kedua dan
hampir sepanjang
tulang radikal dalam
10 detik diberikan
Takanan sekitar 3-5 kg
dengan periode
istirahat 2 detik.
Dimana penekanan &
sentuhan pada titik
akupresur dapat
meningkatkan kadar
endofrin dlm darah
maupun sistemik.
Endofrin merupakan
operator tubuh secara
alami dihasilkan oleh
kelenjar pitutary yang
berguna untuk
mengurangi nyeri,
memengaruhi memori
& mood yang
kemudian akan
memberikan perasaan
refleks. Terapi
Akupresur terbukti
mampu menurunkan
nyeri sehingga
bermanfaat untuk
diterapkan pada pasien
akut kolonel sindrom
dg keluhan nyeri dada.
2
3

Anda mungkin juga menyukai