PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace, P. A & Borley,
N. R, 2010).
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian cedra
kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai ,500.000 kasus dari jumlah di atas 10%
penderita meningal sebelum tiba di rmah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (DepKes, 2012).
Cedera kepala adalah berupa penyimpanan bentuk atau penyimpanan garis pada
tulang tengkorak percepatan ( acclerasi) dan perlambatan ( decelerasi) yang merupakan
perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan
penurunan kecepatan. Cedera kepala suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan imterstiil dalam substansi otak tampa diikuti
terputusnya kontuinitas otak. Cedera kepala suatu trauma yang mengenai kulut kepala,
tulang tngkrak atau otak yang terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala .
LANDASAN TEORI
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian cedra
kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai ,500.000 kasus dari jumlah di atas 10%
penderita meningal sebelum tiba di rmah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (DepKes, 2012)
(Marry& Donna,2007) Pasien mengalami suatu trauma pada kepala. Akibat dari
cedera bisa jadi brupa luka kecil pada kulit kepala atau luka dalam yang parah dengan atau
tanpa retak pada tengkorak. Mungkin ada pendarahan internal atau edema otak yang
mengakibatkan hipoksia dan penurunan kemampuan kognitif dan fungsional.ada berbagai
cedera yang dapat ditanggani. Cedera kepala terbuka (open head injuries). Cedera kepala
tertutup biasanya trauma dari jatuh,kecelakaan,olaraga dan perkelahian.
Cedera kepala merpakan salah ssatu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
klompok usia produktif dan sebagian besar terjadi oleh kecelakaan lalu lintas (Mansjoer,
2003:3). Penyebab cedera kepala antara lain:
Cedera kepala primer merupakan cedera yang terjadi oleh dari trauma:
1. Edema otak
2. Hipoksia otak
3. Metabolisme kelainan
4. Kelaianan saluran nafas
2.3 PATOFISIOLOGI
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Cedera memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan berat dan ringannya intensitas
patofisiologi dari trauma kepala. Lesi pada bagian kepala bisa terjadi pada jaringan luar
dalam rngga kepala.
Terjadi lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala yaitu getaran
otak,deformasi tengkorak dan pergeseran otak dan rotasi otak. Dalam transisi cedera kepala
bisa terjadi contre cup dan kudeta. Contr cup dan kup bisa terjadi kapan saja pada orang-
orang percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada kudeta kup terjadi pada sisi
benturan. Pada keadaan ini, bagian daerah yang terjadi secara mendadak terjadimpenurunan
tekanan jadi membuat ruang antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan trbentuk
gelembung udara. Pada saat otak bergerak kebelakang maka ruangan yang erjadinya tekanan
renda menjadi tekanan tinggi.
2.5 KLASIFIKASI
Cedera kepala dapat dibag 3 kelompok berdasarkan nilai GCS ( Glasgow coma scale)
yaitu :
Hematoma Epidural adalah suatu hematom yang cepat terakumulasi diantara tulang
tengkorak dan duramater, biasanya disebabkan oleh pecahnya arteri meningea media.
Jika tidak diatasi akan membawa kematian.
Hematom Subdural terjadi ketika vena diantara duramater dan parenkim otak robek.
Pasien dapat kehilangan kesadaran saat terjadi cedera dan dapat timbul higroma.
Kompisio adalah pendarahan kecil disertai edema pada parenkim otak. Dapat timbul
perubahan patologi tempat cedera atau ditempat yang berlawanan dari cedera.
Hematom Intra Serebral biasanya terjadi karena cedera kepala berat, cirihasnya
adalah hilang kesadaran dan nyeri kepala berat telah sadar kembali.
Perdarahan Subaranoit adalah pendarahan yang terdapat pada ruang subarat noit,
biasanya disrtai hilang kesadaran, nyeri kepala berat dan perubahan status mental
yang cepat.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Survei primer
a. Jalan nafas. Memaksimalkan oksgenasi dan pentilasi. Daerah tulang
servikal harus diimobilisasi dalam posisi netral menggunakan stiffneck
collar, head block, dan diikat pada alas yang kaku pada kecurigaan
fraktur servikal
b. Pernafasan pernafasan dinilai dengan menghitung laju pernafasan,
memperhatikan kesimetrisan gerakan diding dada,penggunaan otot-
otot pernafasan tambahan, dan aulkustrasi bunyi nafas dikedua aksila
c. Sirkulasi. Resusitasi cairan intravena yaitu, cairan isotonik, seperti
linjer laktat atau normal salin (20nl/kg BB) jika pasien syok, transfusi
darah 10-15ml/kg BB harus dipertimbangkan
d. Defisit Neurologis status neurologis dinilai dengan menilai tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tingkat ksadaran dapat
diklasifikasikan menggunakan GCS
e. Kontrol pemaparan / Lingkungan. Semua pakaian harus dilepas
sehingga semua luka dapat terlihat. Anak-anak sering datang dengan
keadaan hipotermia ringan karena permukaan tubuh mereka lebih
luas.pasien dapat dihangatkan dengan alat pemancar panas, selimut
hangat, maupun pemberian cairan intravena (yang telah dihangatkan
sampai 39’ C.
2. Survei sekunder
Observasi sekunder ketat penting pada jam-jam pertama sejak kejadian cedera.
Bila telah dipastikan penderita CKR tidak memiliki masalah dengan jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi darah, maka tindakan selanjutnya adalah
penanganan luka yang dialam akibat cedera yang disertai observasi tanda vital
dan defisit neurologi.
2.8 KOMPLIKASI
1. Defisit neurologi dan psikologi
Pasien cedera kepala bisa menngkatkan kelumpuhan saraf fokal sperti keadaan (tidak
bisa mencium bau bauan) atau kelainan gerakanmata, dan defisit neurologi seperti
afasia, efek ingatan dan kejang post traumatik atau epilepsi.
2. Komplikasi lain beroperasi traumatik
Infeksi sistemik (pneumonia, ISK, sepsis)
Inspeksi bedah (inspeksi luka, meningitis,ventikulitis
Osifikasi heterotopik (nyeri tulang pada sendi-sendi
3. Kegagalan nafas
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan (dengan atau tampa kontras )
Mengindentifikasikan luas lesi, hemoragik dan menentukan rusaknya jaringan otak
dan pergeseran struktur tengah.
2. Foto Rontgen
Mengindentifikasikan perubahan stuktur tulang (fraktur) struktur garis( pendarahan/
edema)
3. MRI
sama dengan CT-Scan dengan atau tanpa kontras.
4. EEG Mengidentifikasikan aktivitas serangan focal
5. Sinar X pada tengkorak menunjukan Fraktur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
(FORMAT PENKAJIAN)
Ruangan : Edelweis
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan pusing ketika duduk, rahangnya terasa sakit ketika mengunyah, pasien
hanya nyaman dengan posisi semi fowler. Dari pengkajian saat itu pasien tampak
munggunakan oksigen 1 liter/menit.
E. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Composmentis
RR : 19 x/menit S : 37,1 °C
BB/TB : LILA : 25 cm
IMT : 20,54
1. Kulit
Inspeksi: banyak lesi di bagian kaki berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1cm
dan banyak luka lecet. Warna kulit sawo mateng, banyak lesi di bagian wajah, tidak
pucat.
Palpasi: kulit lembab, teraba hangat, turgor kulit elastis, tebal, tidak ada edema.
Masalah Keperawatan:
2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala:
Inspeksi: rambut ikal, kotor, rambut panjang untuk ukuran laki-laki, kulit kepala putih,
warna rambut kemerahan, distribusi rambut merata, dalam hasil rotgen terdapat
pedarahan di area kepala.
Palpasi: rambut kasar, tidak ada nyeri tekan, tidak da massa dan pembengkakan.
Masalah Keperawatan:
b. Mata :
Inspeksi: bagian kanan dari alis sampai kelopak mata terdapat lesi sepanjang 5cm
dengan 4 jahitan, bentuk meta tidak simetris, bagian kanan mata menyipit karena lesi,
mata bersih, skleroo kana ada pendarahan, bulu mata lentik, konjungtiva anemis, tidak
menggunakan kacamata, refleks pupil normal, kornea berwarna kecoklatan,
diskusopticus terlihat, lapang pandang normal.
Masalah keperawatan: kerusakan integritas kulit
c. Telinga :
Inspeksi : bentuk simetris, pina sejajar dengan kantus mata, tidak ada edema, tidak
menggunakan alat bantu dengar, warna telinga sama dengan warna kulit, bagian luar
telinga tampak bersih, tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
Masalah Keperawatan:
d. Hidung :
Inspeksi : bentuk simetris, sebagian besar hidung tertutup lesi, tidak ada edema, tidak
ada pendarahan, pasien tampak menggunakan okesigen nasal kanul 1L
Masalah Keperawatan :
e. Mulut :
Inspeksi: bibir tidak simetris kerena di atas bibir terdapat lesi sepanjang 3cm dengan
lebar 1cm di bagian kiri, warna mukosa pink sedikit kehitaman, lidah berwarna pink
dengan bercak putih di tengah lidah, gigi bagian atas patah 4 buah.
Masalah Keperawatan :
3. Leher
Inspeksi : warna sawo mateng, leher simetris, terdapat lesi engan diameter 3cm, lesi
terdapat di tengah leher sejajar dengan dagu.
4. Dada
a. Paru-Paru
Inspeksi : simetris, postur dan bentuk tulang dada normal, gerakan nafas normal,tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, gerakan nafas sama kiri dan kanan, pola nafar
normal teratur.
Palpasi : sela iganya sangat terasa karena pasien kurus, dada tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembengkakan, gerakan nafas sama antara kiri dan kanan
Perkusi: bunyi resonan pada sebelah kanan, dan dulnes pada bagian kiri.
b. Jantung
Inspeksi : tidak ada retraksi pada ics v mid klafikula.
Palpasi : terasa denyutan pada aorta ICS II kanan, pulmonal ICS II kiri, dan katup
trikuspidalis.
Masalah Keperawatan :
c. Payudara dan Aksila:
Inspeksi payudara: simetris kiri dan kanan , warna sama dengan kult, tidak ada
pembuluh darah, tidak ada edema, tidak ada lesi.
Inspeksi aksila : warna sama dengan kulit namun agak kehitaman, tidak ada bengkak,
ada bulu-bulu halus
Palpasi : tidak ada massa di aksila, tidak ada nyeri dan massa di payudara.
Masalah Keperawatan :
5. Tangan
Inspeksi : terdapat lesi berdiameter 1cm , bentuk tangan simetris, tidak ada edema,
tidak ada varises vena, CRT kurang dari 2 detik
Palpasi : turgor elastis, suhu akral teraba hangat, CRT kurang dari detik, nadi sangat
teraba, tidak ada nyeri, tidak ada edema, kekuatan otot 5
Masalah Keperawatan :
6. Abdomen
Inspeksi : warna sama dngan kulit lainnya (sawo mateng), simetris, agak cekung, tidak
ada pernafasan perut, tidak ada lesi, tidak ada lokasi pembedahan.
Palpasi : keteganggannya normal, tidak ada nyeri, tidak ada massa, tidak ada radang
usus buntu.
Auskultasi: bising usus normal
Perkusi: normal timpani (pada usus dan lambung) normal dengan dullness pada area
hati
Pemeriksaan radang usus buntu tidak ada
Masalah Keperawatan :
7. Genitalia dan Perkemihan: pasien mengatakan tidak merasakan sakit saat berkemih
dan tidak ada rasa gatal di area sekitar perkemihan.
Masalah Keperawatan :
8. Rektum dan Anus: pasien mengatakan tidak ada ambeien dan tidak ada masalah saat
buang air besar.
Masalah Keperawatan :
9. Kaki
Inspeksi : kuku kotor dan panjang, ada lesi di bagian betis sebelah kiri dengan diameter
5cm, tidak ada edema, tidak ada pembengkakan, tidak ada farises, panjang kaki simetris.
Palpasi : turgor kulit elastis, CRT kurang dari 2 detik, akral teraba hangat, kekuatan otot
5
Masalah Keperawatan :
10. Punggung : Tidak di lakukan pengkajian karena pasien hanya mempertahanka posisi
terlentang semi fowler.
2. Eliminasi
Dibantu keluarga menggunakan pispot di tempat tidur.
J. PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Psiko: tidak terganggu, pasien masih bersikap seperti biasa dengan keluarga maupun
orang sekitar.
Sosial: pasien dapat berkomunikasi dengan sangat baik terhadap orang lain dan tidak
menutup diri.
Spiritual: tidak terganggu
Hitung jenis %
Basofil 0.1 % 0-1
Eosinofil L 0.1 % 1.0-3.0
Neutrofit H 87.1 % 40.0-70.0
Limfosil L 5.5 % 20.0-40.0
Monisit 7.2 2.0-8.0
Hemostosis Detik
PP 14.0 Detik 11.6-14.5
INR 1.05 Detik <1.2
APTT L27.5 28.6-42.2
Kimia klinik Mg/dL
Glukosa darah 89 Bukan DM < 100
sewaktu Belum pasti DM
100-199
DM >=200
M. MEDIKASI/OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN SAAT INI
Ketorolac IV 1 ml 3x1
Ranitidine IV 2 ml 2x1
ANALISA MASALAH
Masalah Keperawatan
No Data Etiologi
1. Ds : pasien mengatakan pusing saat Trauma Gangguan perfusi jariangan serebral b.d
berubah posisi pendarahan serebral d.t pusing saat
|
mengubah posisi.
Do:
Pendarahan cerebral
TD:120/70 mmHg
|
RR: 19x/menit
Gangguan sirkulasi ke jaringan otak
N : 74x/menit
|
S: 37,1 C
Gangguan perfusi jaringan serebral
- hasil CT-Scan menunjukkan ada
pendarahan di area kepala
S: 37.1 C Lesi
|
- terdapat lesi di area wajah hingga leher
Kerusakan integritas kulit
- lesi di bagian sekitar mata dengan
panjang 5cm dengan 4 jahitan
28
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2. Kerusakan integritas kulit
Mahasiswa
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Clasification (NIC)
2.. Kerusakan integritas kulit Integritas jaringan kulit (1101) Perawatan luka (3660)
Def: keutuhan struktur dan fungsi fisiologis 1.angkat balutan dan plester perekat
28
CATATAN PERKEMBANGAN
PEMBAHASAN
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
dr. Dewanto,G. (2009). Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.
EGC
30