Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace, P. A & Borley,
N. R, 2010).

Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian cedra
kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai ,500.000 kasus dari jumlah di atas 10%
penderita meningal sebelum tiba di rmah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (DepKes, 2012).

Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera kepala,penyebab


lain yang mungkin adalah jatuh,pemukulan,kecelakaan.cedera dapat menyebabkan
kerusakan pada tengkorak sampai cedera otak , otak tanpa kerusakan tengkorak,
tengkorak dan otak,

Cedera kepala adalah berupa penyimpanan bentuk atau penyimpanan garis pada
tulang tengkorak percepatan ( acclerasi) dan perlambatan ( decelerasi) yang merupakan
perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan
penurunan kecepatan. Cedera kepala suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan imterstiil dalam substansi otak tampa diikuti
terputusnya kontuinitas otak. Cedera kepala suatu trauma yang mengenai kulut kepala,
tulang tngkrak atau otak yang terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala .

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Untuk Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan Dasar II pada pasien Tn F
dengan Cedera Kepala
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui Definisi Cedera Kepala
1.2.2.2 Untuk mengetahui Etiologi dan Faktor Resiko Cedera kepala
1.2.2.3 Untuk mengetahui Patofisiologi Cedera Kepala
1.2.2.4 Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Cedera Kepala
1.2.2.5 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Cedera Kepala
1.2.2.6 Untuk mengetahui Pemeriksaan fisik Cedera Kepala
1.2.2.7 Untuk mengetahui Komplikasi Cedera Kepala
1.2.2.8 Untuk mengetahui Pemeriksaan dan penegakan Diagnostic Cedera Kepala
1.2.2.9 Untuk mampu mengetahui intervensi Cedera Kepala
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1.1 Mengetahui Definisi Cedera Kepala
1.3.1.2 Mengetahui Etiologi dan Faktor Resiko Cedera kepala
1.3.1.3 Mengetahui Patofisiologi Cedera Kepala
1.3.1.4 Mengetahui Manifestasi Klinis Cedera Kepala
1.3.1.5 Mengetahui Penatalaksanaan Cedera Kepala
1.3.1.6 Mengetahui Pemeriksaan fisik Cedera Kepala
1.3.1.7 Mengetahui Komplikasi Cedera Kepala
1.3.1.8 Mengetahui Pemeriksaan dan penegakan Diagnostic Cedera Kepala
1.3.1.9 Mengetahui intervensi Cedera Kepala
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DIFINISI CEDERA KEPALA

Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian cedra
kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai ,500.000 kasus dari jumlah di atas 10%
penderita meningal sebelum tiba di rmah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (DepKes, 2012)

(Marry& Donna,2007) Pasien mengalami suatu trauma pada kepala. Akibat dari
cedera bisa jadi brupa luka kecil pada kulit kepala atau luka dalam yang parah dengan atau
tanpa retak pada tengkorak. Mungkin ada pendarahan internal atau edema otak yang
mengakibatkan hipoksia dan penurunan kemampuan kognitif dan fungsional.ada berbagai
cedera yang dapat ditanggani. Cedera kepala terbuka (open head injuries). Cedera kepala
tertutup biasanya trauma dari jatuh,kecelakaan,olaraga dan perkelahian.

2.2 ETIOLOGI/FAKTOR RESIKO

Cedera kepala merpakan salah ssatu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
klompok usia produktif dan sebagian besar terjadi oleh kecelakaan lalu lintas (Mansjoer,
2003:3). Penyebab cedera kepala antara lain:

1. Kecelakaan jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau bersepeda , dan mobil


2. Kecelakaan saat berolahraga
3. Cedera akibat kekerasan
4. Benda tumpul dan cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau pisau

Cedera kepala primer merupakan cedera yang terjadi oleh dari trauma:

1. Kulit: vulnus, laserasi, hematoma subkutan,hematoma subdural.


2. Tulang: fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup dan terbuka)
3. Otak: cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan, sedang, berat)

Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang menyebabkan karena komplikasi

1. Edema otak
2. Hipoksia otak
3. Metabolisme kelainan
4. Kelaianan saluran nafas

2.3 PATOFISIOLOGI

Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Cedera memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan berat dan ringannya intensitas
patofisiologi dari trauma kepala. Lesi pada bagian kepala bisa terjadi pada jaringan luar
dalam rngga kepala.

Terjadi lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala yaitu getaran
otak,deformasi tengkorak dan pergeseran otak dan rotasi otak. Dalam transisi cedera kepala
bisa terjadi contre cup dan kudeta. Contr cup dan kup bisa terjadi kapan saja pada orang-
orang percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada kudeta kup terjadi pada sisi
benturan. Pada keadaan ini, bagian daerah yang terjadi secara mendadak terjadimpenurunan
tekanan jadi membuat ruang antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan trbentuk
gelembung udara. Pada saat otak bergerak kebelakang maka ruangan yang erjadinya tekanan
renda menjadi tekanan tinggi.

2.4 MANIFESTASI KLINIK


Gejala gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak
1. nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukkan fraktur.
2. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut
3. fraktur pada basal tulang tengkorak sringkali menyebabkan hemoragi dari hidung,
faring, atau telinga, dan darah mungkin akan terlihat pada kunjungtiva
4. Ekimosis, mungkin terlihat di atas mastoid
5. Drainase cairan serebrospinal dari telinga dan hidung menandakan fraktur basal
tulang tengkorak.
6. Drainase CSF dapat menyebabkan infeksi serius, yakni menginitis melalui
robekan duramater
7. Cairan serebrospinal yang mengandung darah menunjukkan laserasi otak atau
kontusio.

2.5 KLASIFIKASI

Cedera kepala dapat dibag 3 kelompok berdasarkan nilai GCS ( Glasgow coma scale)
yaitu :

1. CKR ( Cedera kepala ringan ) :


 GCS >13
 Tidak terdapat klainan pada CT scenn otak
 Tidak memerlukan tindakan operasi
 Lama dirawat di RS < 48 jam
2. CKS ( cedera kepala sedang } :
 GCS 9-13
 Ditemukan kelainan pada Ctsceen pada otak
 Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial
 Dirawat di RS setidaknya 48 jam
3. CKB ( cedera kepala berat) bila dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai gcs < 9

Hematoma Epidural adalah suatu hematom yang cepat terakumulasi diantara tulang
tengkorak dan duramater, biasanya disebabkan oleh pecahnya arteri meningea media.
Jika tidak diatasi akan membawa kematian.

Hematom Subdural terjadi ketika vena diantara duramater dan parenkim otak robek.
Pasien dapat kehilangan kesadaran saat terjadi cedera dan dapat timbul higroma.
Kompisio adalah pendarahan kecil disertai edema pada parenkim otak. Dapat timbul
perubahan patologi tempat cedera atau ditempat yang berlawanan dari cedera.

Hematom Intra Serebral biasanya terjadi karena cedera kepala berat, cirihasnya
adalah hilang kesadaran dan nyeri kepala berat telah sadar kembali.

Perdarahan Subaranoit adalah pendarahan yang terdapat pada ruang subarat noit,
biasanya disrtai hilang kesadaran, nyeri kepala berat dan perubahan status mental
yang cepat.

2.6 PENATALAKSANAAN

1. Survei primer
a. Jalan nafas. Memaksimalkan oksgenasi dan pentilasi. Daerah tulang
servikal harus diimobilisasi dalam posisi netral menggunakan stiffneck
collar, head block, dan diikat pada alas yang kaku pada kecurigaan
fraktur servikal
b. Pernafasan pernafasan dinilai dengan menghitung laju pernafasan,
memperhatikan kesimetrisan gerakan diding dada,penggunaan otot-
otot pernafasan tambahan, dan aulkustrasi bunyi nafas dikedua aksila
c. Sirkulasi. Resusitasi cairan intravena yaitu, cairan isotonik, seperti
linjer laktat atau normal salin (20nl/kg BB) jika pasien syok, transfusi
darah 10-15ml/kg BB harus dipertimbangkan
d. Defisit Neurologis status neurologis dinilai dengan menilai tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tingkat ksadaran dapat
diklasifikasikan menggunakan GCS
e. Kontrol pemaparan / Lingkungan. Semua pakaian harus dilepas
sehingga semua luka dapat terlihat. Anak-anak sering datang dengan
keadaan hipotermia ringan karena permukaan tubuh mereka lebih
luas.pasien dapat dihangatkan dengan alat pemancar panas, selimut
hangat, maupun pemberian cairan intravena (yang telah dihangatkan
sampai 39’ C.
2. Survei sekunder
Observasi sekunder ketat penting pada jam-jam pertama sejak kejadian cedera.
Bila telah dipastikan penderita CKR tidak memiliki masalah dengan jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi darah, maka tindakan selanjutnya adalah
penanganan luka yang dialam akibat cedera yang disertai observasi tanda vital
dan defisit neurologi.

Selain itu, pemakaian penyangga leher diindikasikan jika

 Cedera kepala berat, terdapat fraktur klafikula dan jejas dileher


 Nyeri pada leher atau kekakuan pada leher
 Rasa baal pada lengan
 Gangguan keseimbangan atau berjalan
 Kelemahan umum

2.7 WEB OF CAUTIONS

2.8 KOMPLIKASI
1. Defisit neurologi dan psikologi
Pasien cedera kepala bisa menngkatkan kelumpuhan saraf fokal sperti keadaan (tidak
bisa mencium bau bauan) atau kelainan gerakanmata, dan defisit neurologi seperti
afasia, efek ingatan dan kejang post traumatik atau epilepsi.
2. Komplikasi lain beroperasi traumatik
 Infeksi sistemik (pneumonia, ISK, sepsis)
 Inspeksi bedah (inspeksi luka, meningitis,ventikulitis
 Osifikasi heterotopik (nyeri tulang pada sendi-sendi
3. Kegagalan nafas
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan (dengan atau tampa kontras )
Mengindentifikasikan luas lesi, hemoragik dan menentukan rusaknya jaringan otak
dan pergeseran struktur tengah.
2. Foto Rontgen
Mengindentifikasikan perubahan stuktur tulang (fraktur) struktur garis( pendarahan/
edema)
3. MRI
sama dengan CT-Scan dengan atau tanpa kontras.
4. EEG Mengidentifikasikan aktivitas serangan focal
5. Sinar X pada tengkorak menunjukan Fraktur
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

(FORMAT PENKAJIAN)

Tanggal praktik : 18 Juli – 31 Juli 2019

Ruangan : Edelweis

A. INFORMASI UMUM PASIEN

Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2019 Suku Bangsa : Batak

Nama Lengkap : Tn. F Agama : Protestan

Umur : 19 tahun Tanggal Masuk : 26 Juli 2019

Tanggal lahir : 23-10-1999 Hari rawat ke :2

Jenis Kelamin : Laki-laki Dari/Rujukan : Tidak ada

No. MR : 01020630 Penanggung Jawab Biaya : Umum

A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan pusing ketika duduk, rahangnya terasa sakit ketika mengunyah, pasien
hanya nyaman dengan posisi semi fowler. Dari pengkajian saat itu pasien tampak
munggunakan oksigen 1 liter/menit.

B. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA SAAT INI


Kecelakaan motor tunggal 2 hari yang lalu yeng menyebabkan pasien tidak sadarkan diri.
Pesien kecelakaan pada jam 9 malam dan di bawa ke rumah sakit sekitar pukul 10 malam.
Pasien mengalami cidera kepala dengan banyak luka di bagian wajah.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Tipes saat pasien masih balita sekitar umur 1 tahun dan infeksi paru sampai umur 6
tahun.
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (GENOGRAM) (3 Generasi)

Klien : riwayat keluarga tidak memiliki penyakit keturunan

E. KEADAAN UMUM

 Kesadaran : Composmentis

 Tanda-tanda vital (Pukul: WIB)

TD : 120/70 mmHg , N : 74 x/menit

RR : 19 x/menit S : 37,1 °C

 BB/TB : LILA : 25 cm
IMT : 20,54

F. PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1. Kulit
Inspeksi: banyak lesi di bagian kaki berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1cm
dan banyak luka lecet. Warna kulit sawo mateng, banyak lesi di bagian wajah, tidak
pucat.

Palpasi: kulit lembab, teraba hangat, turgor kulit elastis, tebal, tidak ada edema.
Masalah Keperawatan:

2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala:

Inspeksi: rambut ikal, kotor, rambut panjang untuk ukuran laki-laki, kulit kepala putih,
warna rambut kemerahan, distribusi rambut merata, dalam hasil rotgen terdapat
pedarahan di area kepala.

Palpasi: rambut kasar, tidak ada nyeri tekan, tidak da massa dan pembengkakan.

Masalah Keperawatan:

b. Mata :
Inspeksi: bagian kanan dari alis sampai kelopak mata terdapat lesi sepanjang 5cm
dengan 4 jahitan, bentuk meta tidak simetris, bagian kanan mata menyipit karena lesi,
mata bersih, skleroo kana ada pendarahan, bulu mata lentik, konjungtiva anemis, tidak
menggunakan kacamata, refleks pupil normal, kornea berwarna kecoklatan,
diskusopticus terlihat, lapang pandang normal.
Masalah keperawatan: kerusakan integritas kulit

c. Telinga :
Inspeksi : bentuk simetris, pina sejajar dengan kantus mata, tidak ada edema, tidak
menggunakan alat bantu dengar, warna telinga sama dengan warna kulit, bagian luar
telinga tampak bersih, tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan

Masalah Keperawatan:

d. Hidung :

Inspeksi : bentuk simetris, sebagian besar hidung tertutup lesi, tidak ada edema, tidak
ada pendarahan, pasien tampak menggunakan okesigen nasal kanul 1L

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada sinus

Masalah Keperawatan :

e. Mulut :
Inspeksi: bibir tidak simetris kerena di atas bibir terdapat lesi sepanjang 3cm dengan
lebar 1cm di bagian kiri, warna mukosa pink sedikit kehitaman, lidah berwarna pink
dengan bercak putih di tengah lidah, gigi bagian atas patah 4 buah.

Palpasi : tidak ada pendarahan, tidak ada edema

Masalah Keperawatan :

3. Leher
Inspeksi : warna sawo mateng, leher simetris, terdapat lesi engan diameter 3cm, lesi
terdapat di tengah leher sejajar dengan dagu.

Palpasi : tidak ada nyeri, dan massa pada tiroid

Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas kulit

4. Dada
a. Paru-Paru
Inspeksi : simetris, postur dan bentuk tulang dada normal, gerakan nafas normal,tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, gerakan nafas sama kiri dan kanan, pola nafar
normal teratur.
Palpasi : sela iganya sangat terasa karena pasien kurus, dada tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembengkakan, gerakan nafas sama antara kiri dan kanan
Perkusi: bunyi resonan pada sebelah kanan, dan dulnes pada bagian kiri.

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler

b. Jantung
Inspeksi : tidak ada retraksi pada ics v mid klafikula.
Palpasi : terasa denyutan pada aorta ICS II kanan, pulmonal ICS II kiri, dan katup
trikuspidalis.

Perkusi : pada ICS II sampai V normal ( bagian kiri))

Auskultasi : S2>S1, S2 & S1 tunggal

Masalah Keperawatan :
c. Payudara dan Aksila:
Inspeksi payudara: simetris kiri dan kanan , warna sama dengan kult, tidak ada
pembuluh darah, tidak ada edema, tidak ada lesi.

Inspeksi aksila : warna sama dengan kulit namun agak kehitaman, tidak ada bengkak,
ada bulu-bulu halus

Palpasi : tidak ada massa di aksila, tidak ada nyeri dan massa di payudara.

Masalah Keperawatan :

5. Tangan
Inspeksi : terdapat lesi berdiameter 1cm , bentuk tangan simetris, tidak ada edema,
tidak ada varises vena, CRT kurang dari 2 detik
Palpasi : turgor elastis, suhu akral teraba hangat, CRT kurang dari detik, nadi sangat
teraba, tidak ada nyeri, tidak ada edema, kekuatan otot 5
Masalah Keperawatan :

6. Abdomen
Inspeksi : warna sama dngan kulit lainnya (sawo mateng), simetris, agak cekung, tidak
ada pernafasan perut, tidak ada lesi, tidak ada lokasi pembedahan.
Palpasi : keteganggannya normal, tidak ada nyeri, tidak ada massa, tidak ada radang
usus buntu.
Auskultasi: bising usus normal
Perkusi: normal timpani (pada usus dan lambung) normal dengan dullness pada area
hati
Pemeriksaan radang usus buntu tidak ada
Masalah Keperawatan :

7. Genitalia dan Perkemihan: pasien mengatakan tidak merasakan sakit saat berkemih
dan tidak ada rasa gatal di area sekitar perkemihan.
Masalah Keperawatan :

8. Rektum dan Anus: pasien mengatakan tidak ada ambeien dan tidak ada masalah saat
buang air besar.
Masalah Keperawatan :
9. Kaki
Inspeksi : kuku kotor dan panjang, ada lesi di bagian betis sebelah kiri dengan diameter
5cm, tidak ada edema, tidak ada pembengkakan, tidak ada farises, panjang kaki simetris.
Palpasi : turgor kulit elastis, CRT kurang dari 2 detik, akral teraba hangat, kekuatan otot
5

Masalah Keperawatan :

10. Punggung : Tidak di lakukan pengkajian karena pasien hanya mempertahanka posisi
terlentang semi fowler.

G. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


Terganggu, pasien tampak gelisah ketika tidur karena luka akibat cedera yang dialami
pasien

H. POLA AKTIVITAS HARIAN (ADL)


Aktivitas ditempat tidur dibantu oleh keluarga karena pasien merasa pusing ketika berubh
posisi dari semifowler
I. CAIRAN, NUTRISI ELIMINASI
1. Intake Oral/Enteral
(mencakup jumlah, jenis dan frekuensi makan berat, makan selingan dan konsumsi air
dan terapi parenteral)
Nafsu makan tidak terganggu, pasien menghabiskan porsi makan yang di beikan oleh
ahli gizi, minum 4-5 gelas dalam sehari (takaran 1 aqua gelas) injeksi terapi parental
RL 500 Ml 18 tetes / menit.

2. Eliminasi
Dibantu keluarga menggunakan pispot di tempat tidur.

J. PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Psiko: tidak terganggu, pasien masih bersikap seperti biasa dengan keluarga maupun
orang sekitar.
Sosial: pasien dapat berkomunikasi dengan sangat baik terhadap orang lain dan tidak
menutup diri.
Spiritual: tidak terganggu

K. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS


a. Bisep +2
b. Trisep +2
c. Brakioradialis +1
d. Patela +3
e. Achilles +1
f. Babinski Negatif
L. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
(Mencakup tanggal pemeriksaan, hasil dan rentang normal)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Darah lengkap 16.0 g/dL 14.0-18.0
Hemoglobin H 23.30 10^3/ NL 4.80-10.80
Leukosit 251 10^3/NL 150-450
Trombosit 5.29 10^6/NL 4.70-6.10
Eritrosit 46.4 % 42.0-52.0
Hematokrit 87.7 ƒL 79.0-99.0
MCV 30.2 Pg 27.0-31.0
MCH 34.5 g/dL 33.0-37.0
RDW-CV 13.1 % 11.5-14.5
RDW-SD 42.8 ƒL 35.0-47.0
PDW 10.1 ƒL 9.0-13.0
MPV 9.4 ƒL 7.2-11.1
P-LCR 20.3 % 15.0-25.0

Hitung jenis %
Basofil 0.1 % 0-1
Eosinofil L 0.1 % 1.0-3.0
Neutrofit H 87.1 % 40.0-70.0
Limfosil L 5.5 % 20.0-40.0
Monisit 7.2 2.0-8.0
Hemostosis Detik
PP 14.0 Detik 11.6-14.5
INR 1.05 Detik <1.2
APTT L27.5 28.6-42.2
Kimia klinik Mg/dL
Glukosa darah 89 Bukan DM < 100
sewaktu Belum pasti DM
100-199
DM >=200
M. MEDIKASI/OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN SAAT INI

No Nama Obat Rute Dosis Indikasi Kontra Indikasi

Ketorolac IV 1 ml 3x1
Ranitidine IV 2 ml 2x1
ANALISA MASALAH

Masalah Keperawatan
No Data Etiologi

1. Ds : pasien mengatakan pusing saat Trauma Gangguan perfusi jariangan serebral b.d
berubah posisi pendarahan serebral d.t pusing saat
|
mengubah posisi.
Do:
Pendarahan cerebral
TD:120/70 mmHg
|
RR: 19x/menit
Gangguan sirkulasi ke jaringan otak
N : 74x/menit
|
S: 37,1 C
Gangguan perfusi jaringan serebral
- hasil CT-Scan menunjukkan ada
pendarahan di area kepala

- saat awal masuk kesadaran pasien


apatis
- pasien terpasang oksigen 1L/menit

- pernafasan tidak terganggu

Kerusakan integritas kulit b.d agen cidera


fisik d.t gangguan integritas kulit,
2. Ds: pasien mengatakan sakit saat Kecelakaan lalulintas
terputusnya kontiunotas jaringan
mengunyah makanan
|
Do:
Trauma di kepala
TD: 120/70 mmHg
|
RR: 19 x/menit
Terputusnya kontiunitas jaringan
N: 74x/menit |

S: 37.1 C Lesi
|
- terdapat lesi di area wajah hingga leher
Kerusakan integritas kulit
- lesi di bagian sekitar mata dengan
panjang 5cm dengan 4 jahitan

28
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2. Kerusakan integritas kulit

Pekanbaru, 27 Juli 2019

Mahasiswa
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. F Nama Mahasiswa : Kelompok Edelweis


Ruang : Edelweis NIM :
No.MR : 01020630

No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Clasification (NIC)

1 Gangguan perfusi jaringan Perfusi jaringan serebral (0906) Manajemen obat(2880)


serebral
Def: kecukupan aliran darah melalui pembuluh 1.tentukan obat apa yang diperlukan, dan kelola menurut
darah otak untuk mempertahankan fungsi otak. resep

2. monitor interaksi obat

Setelah di lakukan perawatan 1x24 jam di 3.monitor efek samping obat


harapkan:
4.ajarkan keluarga pasien mengenai metode pemberian obat
1.(040602) tekanan intracranial 3-4 yang benar

2.(040617) nilai rata-rata tekanan darah 3-4 5.kaji ulang pasien

3.(040603)sakit kepala 2-4


4.(040605) kegelisahan 3-4

5.(040607) kecemasan yang tidak di jelaskan 3-4

2.. Kerusakan integritas kulit Integritas jaringan kulit (1101) Perawatan luka (3660)

Def: keutuhan struktur dan fungsi fisiologis 1.angkat balutan dan plester perekat

Setelah di lakukan perawatan 1x24 jam di 2.monitor karakteristik luka


harapkan
3.berikan balutan sesui luka
1.(110102) sensasi 3-4
4.pertahankan teknik balutan steril
2.(110113) integritas kulit 2-4
5. anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda-tanda
3.(110115) lesi pada kulit 2-4 infeksi

4.(110119) pengelupasan kulit 3-4 6.ukur luka yang sesui

7.periksa luka setiap kali perubahan balutan

8.bandingkan dan catat setiap perubahan luka

9. dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan tampilan

28
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn.F


Diagnosa Medis :
Ruang Rawat : Edelweis

Hari/Tgl/Jam Diagnosa IMPLEMENTASI SOAP Ttd


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kami melaksanakan asuhan keperawatan di ruang edelweis RSUD Arifin


Ahmad Pekanbaru pada kasus Tn.F usia 19 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama protestan
diangkat diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan kerusakan integritas kulit.
Pendekatan studi kasus dengan tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Diagnosa utama dari kasus ini adalah ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral. Dalam hal ini dilakukan observasi status pasien, observasi tanda-tanda vital, dan
observasi pasien secara langsung. Hasilnya menunjukkan pasien sempat mengalami
penurunan kesadaran pada saat dibawa ke rumah sakit menjadi apatis, pasien nampak
bingung, pasien menggunakan oksigen lewat nassal kanul, pasien merasa pusing saat berubah
posisi. Hal ini berkatan dengan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dikarenakan teori
dan kasus diagnosa yang kami angkat berhubungan dan kami anggap sesuai.

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau


deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Cedera
kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian cedra kepala
setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus dari jumlah di atas 10% penderita
meningal sebelum tiba di rmah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai
tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut. Kecelakaan kendaraan bermotor
merupakan penyebab utama cedera kepala,penyebab lain yang mungkin adalah
jatuh,pemukulan,kecelakaan.cedera dapat menyebabkan kerusakan pada tengkorak
sampai cedera otak , otak tanpa kerusakan tengkorak, tengkorak dan otak.

Akibat dari cedera bagian pasien dapat mengalami ketidakefektifan perfusi


jaringan serebral dan juga kerusakan integritas kulit yang dialami oleh pasien, gangguan
perfusi jaringan serebral dari kasus ditanda dengan keadaan pasien yang tampak normal
namun pasien merasa pusing atau nyeri kepala saat berubah posisi, hal ini dapat ditangani
dengan mengatur posisi pasien secara netral ( semifowler) dan juga kolaborasi dalam
penggunan obat-obatan. Sedangkan luka yng dialami olwh pasien hanya sebga luka rinan
dapat ditangani dengan perawatan luka secara sederhana sebaaimana yang telah
dipelajari.

29
DAFTAR PUSTAKA

dr. Dewanto,G. (2009). Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.
EGC

Diane,C. Hackley,.JC,.(2000). Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari


Brunner&Suddarth. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC

Digiulio,M,.Rn. (2007). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1.yogyakarta :Rapha Publishing

Brunner&Suddart.(2002). Buku Terbuka Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

30

Anda mungkin juga menyukai