oleh:
Kelompok 1
Sri Ayu Sa’adah (1113057)
Ghina Darma W (1114017)
Nurfitri Laila (1114020)
Melfa Martina P.S (1114022)
Esa Oktavia (1114029)
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II : Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi.......................................................................................................... 3
2.2 Etiologi.......................................................................................................... 4
2.3 Klasifikasi Fraktur......................................................................................... 5
2.4 Patofisiologi.................................................................................................. 6
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................... 7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................ 8
2.7 Penatalaksanaan Medis................................................................................. 8
2.8 Komplikasi.................................................................................................... 9
BAB III : Tinjauan Kasus
3.1 Kasus............................................................................................................. 10
3.2 Pengkajian..................................................................................................... 11
3.3 Kebutuhan Dasar.......................................................................................... 12
3.4 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................... 13
3.5 Analisa Data.................................................................................................. 14
3.6 Diagnosa Keperawatan................................................................................. 15
3.7 Implementasi Keperawatan........................................................................... 16
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 20
4.2 Saran............................................................................................................. 20
Daftar Pustaka....................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang akhir-akhir ini menyita perhatian masyarakat.
Sebagaimana diketahui, masyarakat modern menjadikan alat transportasi sebagai kebutuhan
primer. Di Indonesia, mobilitas yang tinggi dan faktor kelalaian manusia menjadi salah satu
penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Menurut data kepolisian RI tahun 2012, terjadi
109.038 kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, sedangkan menurut data badan
kesehatan dunia (WHO) tahun 2011, kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai menjadi
pembunuh ketiga setelah penyakit jantung koroner dan tuberculosis paru.
Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi diintegritas tulang. Penyebab terbanyak Fraktur
adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi
fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI,
2005). Salah satu akibat dari kecelakaan adalah fraktur. Fraktur dapat terjadi pada semua
kalangan usia baik anak, dewasa, dan lanjut usia (Lansia).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia, kejadian fraktur akibat kecelakaan
mencapai 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta (Depkes 2007). Menurut
Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah
akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar
46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629
orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775
orang mengalami fraktur tibia.
Pencegahan dini yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk fraktur adalah menggunakan alat
pengaman keselamatan yang lengkap selama berkendara, mematuhi peraturaan lalu lintas, dan
menyimpan benda tajalam dengan baik. Perawat yang juga termasuk dalam pemberi
pelayanan kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami fraktur serta memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi.
Berdasarkan paparan diatas maka dalam makalah ini akan membahas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan sistem muskuluskeletal akibat Fraktur Femur.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan Fraktur
Femur.
2. Tujuan Khusus
2.2 Etiologi
Penyebab fraktur femur menurut Rendy, M Clevo.2012 yaitu :
A. Trauma atau tenaga fisik
B. Fraktur fatologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat terjadi
secara sepontan atau akibat trauma ringan.
C. Fraktur stress terjadi adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang yang
menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas
D. Osteoforosis
2.3 Klasifikasi Fraktur
Menurut Smelzer.2001 dalam buku Jitowiyono Sugeng.2010:
A. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar
B. Fraktur tebuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit dimana potensial untuk
terjadinya infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat:
1. Derajat I
a. Luka kurang dari 1cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c. Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d. Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a. Laserasi lebih dari 1cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c. Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta
kontaminasi derajat tinggi
C. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi
normal).
D. Fraktur incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian terjadi pada sebagian garis tengah tulang
2.4 Patofisiologi
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta pembuluh darah didalam
korteks, dan jaringan lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk
diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosterum, dan akhirnya jaringan
granulasi menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang menyebabkan sel-sel dari
jaringan lunak disekitarnya serta akan menginvasi daerah fraktur dan aliran darah keseluruh
tulang akan mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan endosteum
akan memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum mengalami
klasifikasi, yang juga disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras disepanjang permukaan luar
korpus tulang dan pada kedua ujung patahan tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi material
dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun kembali tulang
tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi osteosit (sel-sel tulang yang
matur). (Kowalak,P Jennifer,2012)
2.5 Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Jutowiyono.Sugeng.2010:
A. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
B. Nyeri pembengkakan
C. Terdapat trauma seperti (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, penganiayaan, tertinpa
benda berat, kecelakaan kerja)
D. Gangguan pada anggota gerak
E. Deformitas
F. Kelainan gerak
G. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
H. Odema : muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
I. Kehilangan sensasi (mati rasa mungkin terjadi dari rusaknya saraf atau perdarahan)
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rendy,M Clevo.2012:
A. Radiologi foto polos dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada tulang femur
B. Skor tulang tomography dapat digunakan untuk menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
C. Arterogtram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
D. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat atau menurun.
2.7 Penatalaksanaan Medis
A. Reduksi dan imobillisasi fraktur
1. Reduksi fraktur dilakukan untuk menurunkan nyeri dan membantu emncegah formasi
hematum reduksi dapat dilakukan dengan menggunakan traksi.
2. Bidai pneumatik dipasang untuk menurunkan kehilangahan darah dengan memberikan
tekanan dan tamponadeu pada formasi hematum. Traksi diperlukan untuk menahan tulang
paha agar tidak memberikan tekanan pada jaringan lunak akibat kontraksi massa otot paha
yang besar dan kuat pada saat mengalami spasme.
B. Pemberian analgesik yang tepat managemen nyeri harus segera diberikan. Apabila status
hemodinamik baik, maka pemberian narkotika intravena biasanya dapat menurunkan respon
nyeri.
C. Profilaksis antibiotik
D. Transfusi darah, terutama pada fraktur femur terbuka dengan adanya penurunan kadar
hemoglobin.
E. Lakukan pemasangan foley kateter
F. Radigrafi harus segera dilakukan untuk mendeteksi patologi.
G. Konsultasi ortopedi untuk intervensi reduksi terbuka
2.8 Komplikasi
A. Trauma syaraf
B. Trauma pembuluh darah
Indikasi ischemia post trauma: pain, pulseless, parasthesia, pale, paralise menjadi kompartemen
syndrome : kumpulan gejala yang terjadi karena kerusakan akibat trauma dalam jangka waktu
6 jam pertama, jika tidak dibersihkan maka sampai terjadi nekrose yang menyebabkan
terjadinya amputasi.
C. Komplikasi tulang :
1. Delayed union : penyatuan tulang lambat
2. Non union (tidak bisa nyambung)
3. Mal union (salah sambung)
4. Kekakuan sendi
5. Nekrosis avaskuler
6. Osteoarthritis
7. Reflek simpatik distrofi
D. Stres pasca traumatik
E. Dapat timbul emboli lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang
BAB III
Tinjauan Kasus
3.1 Kasus
Ny. A. umur 31 thn datang kerumah sakit pada tanggal 10 oktober 2011, klien di diagnosa
menderita fraktur femur dextra dengan keluhan yang dirasakan saat ini nyeri pada paha
sebelah kanan yang disebabkan adanya luka fraktur ( saat ini pasien sudah dioperasi dan
dipasang pen).
Hal yang memperbaiki keadaan adalah istirahat, membatasi pergerakan terutama didaerah
fraktur, dan terapi analgetik, hal ini yang memperberat. Keadaan saat melakukan pergerakan
dan aktivitas, terutama pada daerah fraktur mengakibatkan terganggunya ganguan aktivitas.
Hal ini dirasakan klien sejak tanggal 05 oktober 2011 dan nyeri muncul secara bertahap tetapi
juga kadang spontan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 10 oktober 2011 dengan keadaan umum sedang
dengan tanda vital sign TD : 100/60 mmHg, RR : 22 x/i, HR : 76x/i, TEMP : 36 derajat
celcius berdasarkan hasil penilaian ekstermitas bawah terutama pada ekstermitas bawah kanan
disimpulkan bahwa nilai kekuatan otot : 2, sehingga klien mengalami keterbatasan dalam
pergerakan sehingga susah memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari, pola makan klien 3x1
sehari, selera makan dan porsinya menurun, klien tidak mampu untuk berjalan memenuhi
kebutuhan eliminasi dan personal hygien sehingga kebutuhan ini dibantu oleh perawat dan
keluarga. Pola istirahat tidur klien setelah sakit berubah/mengalami penurunan dimana tidur
malam + 5 jam, tidur siang + 1 jam, hal ini terjadi akibat nyeri yang timbul sehingga klien
tidak bisa tidur dengan nyenyak. Klien mengatakan skala nyeri kadang 4 kadang hingga 6 jika
digunakan untuk bergerak, nyeri terasa seperti diremas-remas, nyeri hilang timbul karena
gerakan, lama nyeri 10-15 menit.
3.2 Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk RS : 10 Oktober 2011
Usia : 31 thn
Status perkawinan :
Suku bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
B. Penanggung jawab
Nama : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Status perkawinan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Hubungan dengan klien : Tidak terkaji
C. Riwayat keperawatan sekarang
1. Keluhan utama
Nyeri paha sebelah kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat masuk rumah sakit dilakukan pemeriksaan fisik dengan vital sign TD : 1/60 mmHg,
RR : 22x/mnt, HR : 76x/mnt, suhu : 36⁰C. Pasien datang dengan keluhan Nyeri yang
dirasakan oleh pasien berada di sebelah kanan bagian paha. Hal yang memperingan pasien
biasanya dengan istirahat karena dapat membatasi pergerakan terutama didaerah fraktur, dan
terapi analgetik. Hal yang memperberat biasanya jika pasien melakukan aktivitas sehari- hari
dengan skala nyeri 4 bahkan bisa sampai 6 jika digunakan untuk bergerak, nyeri terasa seperti
diremas-remas, nyeri hilang timbul karena gerakan, lama nyeri 10-15 menit..
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah mengalami fraktur femur sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami fraktur femur sebelumnya
3.3 Kebutuhan dasar
A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Selama ini apabila pasien sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan periksa ke
dokter ataupun di bawa ke rumah sakit.
B. Pola Nutrisi metabolik
Sebelum sakit pasien makan 3x1, pasien mengatakan selera makan dan porsinya menurun sejak
sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 4-5 sendok makan.
C. Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji pasien tidak mampu untuk berjalan memenuhi kebutuhan eliminasi dan personal
hygien sehingga kebutuhan ini dibantu oleh perawat dan keluarga.
D. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit pasien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan konsistensi 1
jam, pola istirahat tidur klien setelah sakit berubah/mengalami penurunan dimana tidur
malam + 5 jam, tidur siang + 1 jam, hal ini terjadi akibat nyeri yang timbul sehingga pasien
tidak bisa tidur dengan nyenyak.
E. Pola aktivitas dan latihann
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bekerja, setelah sakit pasien
mengalami keterbatasan dalam pergerakan sehingga susah memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari
F. Pola persepsi kognitif
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, pasien
berumur 31 tahun kemampuan kognitifnya baik.
G. Pola persepsi dan konsep diri
pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali pulang ke rumah.
H. Pola peran hubungan dengan sesama
Hubungan dengan keluarga, dengan orang lain dan perawat baik.
I. Pola reproduksi dan seksualitas
pasien berjenis kelamin laki – laki usia 31 tahun.
J. Pola nilai dan kepercayaan
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.
K. Pola koping dan stress
3.4 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Compos mentis.
2. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 100/60mmHg
Suhu : 360 C
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 76 x/menit
3. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : Warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
b. Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, Pupilnormal
berbentuk bulat, dan reflek cahaya langsung.
3.6 Diagnosa keperawatan
A. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (00132)
B. Gangguan mobilitas berhubungan dengan gamngguan muskuloskeletal (00092)
C. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan fragmen tulang ditandai dengan pemasangan
pen (00004)
D. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penonjolan tulang (00046)
3.7 Implementasi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
D
x
1 Setelah dilakukan proses 1. Kaji karakteristik 1. Untuk membantu
keperawatan nyeri mengkaji kebutuhan
selama 2x24 jam intervensi, dapat
diharapkan nyeri berkurang mengidentifikasikan
atau hilang dengan kriteria: terjadinya komplikasi
1. Memperlihatkan 2. Pantau tanda-tanda 2. Perubahan frekuensi
pengendalian nyeri vital jantung atau tekanan
2. Menunjukkan tingkat nyeri darah menunjukkan
3. Memperlihatkan teknik bahwa pasien
relaksasi secara individual 3. Berikan posisi mengalami nyeri
yang efektif untuk mencapai nyaman (semi fowler) 3. Duduk tinggi
kenyamanan memungkinkan ekspansi
4. Melaporkan pola tidur yang paru dan memudahkan
baik 4. Ajarkan latihan pernafasan
5. Melaporkan kemampuan nafas dalam 4. Untuk meningkatkan
untuk mempertahankan ventilitas maksimal dan
perfoma peran dan hubungan 5. Ajarkan distraksi oksigenasi
interpersonal relaksasi 5. Untuk meningkatkan
kemampuan koping
6. Kolaborasi pasien terhadap nyeri
pemberian obat 6. Untuk meredakan nyeri
analgetik
2 Setelah dilakukan proses 1. Kaji respon emosi, 1. Untuk menetap
keperawatan sosial, dan spiritual kemampuan atau
selama 7x24 jam terhadap aktivitas kebutuhan pasien dan
diharapkan pasien menunjuk memudahkan pilihan
kan penghematan energi, 2. Kaji penyebab intervensi
dengan kriteria hasil: kelemahan 2. Untuk menentukan
1. Mencapai mobilitas di intervensi yang tepat
tempat tidur, yang dibuktikan 3. Kaji tanda-tanda 3. Untuk mengetahui
oleh pengaturan posisi tubuh, vital perubahan yang terjadi
kemauan sendiri, gerakan pada pasien yaitu respon
terkoordinasi, pergerakan automatik meliputi
sendi aktif, dan mobilitas perubahan tekanan
yang memuaskan darah, nadi, pernafasan,
2. Mendemonstrasikan dan suhu berhubungan
mobilitas, yang dibuktikan dengan keluhan
oleh indikator (1-10) kelemahan tubuh karena
3. Melakukan rentang 4. Pantau asupan berpengaruh pada
pegerakan penuh seluuruh nutrisi aktivitas tubuh
sendi 4. Untuk memastikan
4. Berbalik sendiri di tempat 5. Ciptakan lingkungan keadekuatan sumber-
tidur atau memerlukan yang nyaman sumber energi
bantuan pada tingkat yang 5. Lingkungan yang
realistis nyaman dapat
5. Meminta bantuan reposisi menurunkan reaksi
sesuai dengan kebutuhan terhadap stimulasi dari
luar dan meningkatkan
6. Bantu aktivitas
relaksasi sehingga
pasien sesuai
pasien dapat beristirahat
kemampuan pasien
dengan nyaman
6. Untuk meminimalkan
7. Kolaborasi dengan
kelelahan dan membantu
ahli gizi
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
7. Untuk merencanakan
makanan, untuk
meningkatkan asupan
makanan yang tinggi
energi
3 Setelah dilakukan proses 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
keperawatan infeksi adanya tanda-tanda
selama 7x24 jam infeksi
diharapkan tidak terjadi 2. Pantau tanda-tanda 2. Perubahan frekuensi
resiko infeksi dengan kriteria vital jantung atau tekanan
hasil: darah menunjukkan
1. Faktor infeksi akan hilang, bahwa pasien
dibuktikan oleh pengendalian 3. Berikan lingkungan mengalami nyeri
risiko komunitas, keparahan yang bersih dan 3. Untuk meminimalkan
infeksi, pengendalian resiko, nyaman terjadinya infeksi
dan penyembuhan luka 4. Untuk membantu
2. Terbebas dari tanda dan 4. Kolaborasi mengurangi terjadinya
gejala infeksi pemberian obat infeksi
3. Memperlihatkan hygiene antibiotik
personal yag adekuat
4. Menggambarkan faktor
yang menunjang penularan
infeksi
4 Setelah dilakukan proses 1. Ubah posisi pasien 1. Meminimalkan resiko
keperawatan selama dengan sering terjadinya kerusakan
7 x 24jam: diharapkanm kulit (dekubitus)
pasien meminimalkan 2. Kaji posisi cincin 2. Posisi yang tidak tepat
terjadinya kerusakan bebat pada otot traksi dapat menyebabkan
integritas kulit dengan cedera kulit
kriteria hasil : 3. Beri bantalan 3. Meminimalkan tekanan
1. Mendemonstrasikan dibawah kulit yang pada area yang
aktivitas perawatan kulit terpasang pen terpangan pen
rutin yang efektif 4. Lakukan perawatan 4. Mencegah terjadinya
2. Memiliki nadi kuat dan pada area kulit yang kerusakan kulit
simetris (60-100 x/menit) terpasang pen
3. Memiliki suhu tubuh ataupun yang
normal (36-37⁰C) dilakukan tindakan 5. Mempercepat proses
4. Mengkonsumsi makanan bedah penyembuhan
secara adekuat untuk 5. Kolaborasi dengan
meningkatkan integritas kulit dokter dalam 6. Mempercepat proses
pemberian obat- penyembuhan
obatan topikal
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian diit
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau disertai adanya kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jeringan saraf, dan pembuluh darah). Penyebab nya adalah trauma
atau tenaga fisik, fraktur fatologis, faktor stress, dan osteoforosis. Klasifikasi fraktur ada 4
yaitu fraktur terbuka, fraktur tertutup, fraktur clomplete dan fraktur incomplete.
Tanda-tanda dan gejala yang khas pada fraktur femur adalah tidak dapat menggunakan anggota
gerak, nyeri pembengkakan, terdapat trauma, gangguan pada anggota gerak, deformitas,
kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain. Pemeriksaan diagnostik yang
utama adalah radiologi poto polos pada bagian fraktur.
4.2 Saran
A. Bagi mahasiswa
Diharapkan mngerti tentang konsep yang ada pada teori. Dan dapat menerapkannya dilapangan.
B. Bagi perawat
1. Memaksimalkan peralatan dalam proses tindakan keperawatan pada pasien.
2. Menyediakan pemeriksaan disesuaikan dengan jumlah pasien.
C. Bagi keluarga pasien
1. Ikut penatalaksanaan tindakan keperawatan sehingga tindakan keperawatan mandiri untuk
proses keperawatan di rumah setelah Pasien pulang.
2. Menanyakan langsung kepada perawat atau dokter yang merawat Pasienjika ada yang ingin
diketahui masalah penyakit Pasien.
Daftar Pustaka
Helmi,Zairin Noor.2012.Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah Ortopedi.Jakarta:Salemba
Medika.
Herdman,T Hearther.2013.NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta:EGC.
Jitowiyono,Sugeng.,Weni kristiyani.2010.Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta:Nuha
Medika.
Kowalak.,Welsh.,dan Mayer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC
Nugroho,Taufan.2011.Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika.
Nurarif,Amin Huda.,Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA.Yogjakarta:MediAction.
Rendy,M Clevo.,Margareth TH.2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika