Anda di halaman 1dari 100

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN KARTU NIKAH

BERBASIS E-KTP DI KUA SAWAHAN KOTA SURABAYA

SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program
Srata Satu (S-1)
Hukum Keluarga Islam

Oleh :
Nailin Ni’mah
NIM. C91216113

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam
2020
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN KARTU NIKAH
BERBASIS E-KTP DI KUA SAWAHAN KOTA SURABAYA

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Strata Satu Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh :
Nailin Ni’mah
C91216113

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam
2020

i
ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nailin Ni’mah


NIM : C91216113
Fakultas/Jurusan/Prodi : Syariah dan Hukum/ Hukum Perdata Islam/ Hukum
Keluarga
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Kartu
Nikah
Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya
Menyatakan bahawa skripsi ini secara keseluruhan adalah penelitian/ karya tulis
penulis sendiri, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang sudah dilengkapi dengan
sumber rujukan.

ii
iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Dalam hal ini menerangkan bahwa, skripsi yang ditulis oleh Nailin Ni’mah, NIM

C91216113 ini telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 18 Juni 2020


Pembimbing

H. Arif Jamaluddin Malik, M.Ag


NIP : 197211061996031001

iii
iv

iv
v

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Nailin Ni’mah NIM. C91216113 ini telah
dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari , dan dapat diterima
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata
satu dalam Ilmu Syari’ah.
Majelis Munaqosah Skripsi:

Penguji I Penguji II

H. Arif Jamaluddin Malik, M.Ag Dra. Hj Muflikhatul Khoiroh, M.Ag


NIP : 197211061996031001 NIP:197004161995032002

Penguji III Penguji IV

Saoki, MHI. Muhammad Jazil Rifqi, MH.


NIP: 1977404042007102005 NIP: 199111102019031017

Surabaya, 04 Agustus 2020


Mengesahkan.
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Dekan,

Dr. H. Masruhan, M.Ag.


NIP. 1959040419880310

v
vi

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang dilakukan di KUA


kecamatan Sawahan Kota Surabaya dengan judul “Tinjauan Hukum islam
Terhadap Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota
Surabaya”. Hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah
bagaimana penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan kota Surabaya
? bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap penerapan kartu nikah berbasis E-
Ktp di KUA Sawahan kota Surabaya?
Data penelitian dihimpun melalui wawancara dan dokumenter penerapan
kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan kota Surabaya. Selanjutnya
dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan pola pikir induktif yang
menggunakan Hukum Islam sebagai tinjauannya.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan kartu nikah berbasis E-
Ktp di KUA Sawahan kota Surabaya merupakan suatu bentuk perkembangan dari
SIMKAH Web yang biasanya SIMKAH Web sebagai situs jaringan internet untuk
pencatatan perkawinan saja. Mekanisme kartu nikah di KUA Sawahan secara
keseluruhan tidak menyalahi aturan pencatatan perkawinan dalam PMA Nomor
19 Tahun 2018 tentang pencatatan nikah. Keberadaan kartu nikah ini tidak untuk
menghapus buku nikah sebagai bukti perkawinan yang secara resmi, tetapi
sebagai bukti tambahan dalam suatu perkawinan. Melihat banyak fungsi dan
kegunaannya yang praktis dan mudah dibawa kemanapun dan dimanapun ketika
pasangan suami istri berpergian. Selain itu kartu nikah juga sudah terhubung
dengan catatan sipil terutama pada Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-Ktp),
sehingga data yang ada dalam kartu nikah otomatis juga sama dengan data dalam
E-Ktp. Hal ini meminimalisir maraknya buku nikah palsu yag terjadi.
Berdasarkan penelitian diatas, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat
terhadap pentingnya pemahaman tentang manfaat dan fungsi kartu nikah, supaya
tidak ada kesalahan penggunaan kartu nikah. Serta memperhatikan aturan hukum
dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT., atas segala Ramat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah skripsi.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan kurikulum dan pemenuhan

syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Progam Studi Hukum Keluarga

Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya,

dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-

Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya ”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis semaksimal mungkin berusaha untuk

memberikan yang terbaik agar para pembaca dapat memahami isi dari skripsi ini.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan banyak materi yang belum lengkap. Oleh karena itu, penulis

membuka diri bagi semua pihak yang akan mengajukan komentar, kritik dan saran

yang membangun demi memperbaiki skripsi ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan

dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih

dan rasa syukur yang amat dalam kepada pihak terkait. Khususnya penulis sampaikan

kepada :

1. Prof. Masdar Hilmy, S.Ag., MA, Ph.D selaku rektor Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya.


2

2. Dr. H. Masruhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

3. Dr. Ita Musarrofa, SHI., M.Ag., selaku Ketua Program Studi Hukum

Keluarga Islam dan selaku Dosen Wali, serta Bu Zakiyatul Ulya, MH.I

selaku sekretaris prodi hukum Keluarga Islam dan dosen favorit saya.

4. H. Arif Jamaluddin Malik, M.Ag selaku dosen pembimbing yang selalu

membimbing hingga selesai skripsi ini

5. Orang tua saya Alm. Utsman Haji S.Pd dan bu Khoirotul Qudsiyah, kakak

saya Yuni Fajar Masfiroh dan suaminya M. Ali Mahfudz S.S, serta

keponakan saya M. Azka Salik Athoillah, karena doa-doa mereka yang

membuat saya yakin bahwa kesuksesan dapat diraih dan didapatkan.

6. Bapak Thalhah dan Pak Taufan selaku kepala KUA Sawahan dan petugas

SIMKAH yang membantu melancarkan penelitian penulis;

7. Para teman Hukum Keluarga Islam angkatan 2016, khususnya HK E saat

semester 6 dan 7, serta teman-teman Lambor Ula, Inces, Atus (doby), Ririn,

Kikik, Ayuk, Yunia serta Indah Zayyana karena mereka yang memberi

semangat.

8. Para teman KKN 59 Magetan Fida, Bili, Ekik, Yusril, Alfin, Titik, Zahra,

Rizal, dan Zen serta diana dan yang lainnya yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.


3

9. Para teman-teman asrama al-Masykuriyah yaitu komplek mawar yang

selama ini tinggal bersama di kota Surabaya, serta Asep Dika Hanggara

S.Sos yang membantu saya sampai akhir hidupnya.

10. Terimakasih kepada Khirzatul Maghfiroh S.Pd, Arina Auliatul Faizah S.Pd,

Nuraini Maslickah S.Pd, Nailusyifa S.H , Burhan Tamyiz, Wahyu Alvi

Nasrulloh S.H, karena kalian saya dapat bangkit hingga seperti ini.

11. Serta Dedy Fery Febrianto dan semua pihak yang turut membantu dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kesalahan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan dalam penulisan karya tulis ilmiah berikutnya.


4
5

MOTTO

“Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah Dimulai Dari Keluarga Yang Sederhana”


6

DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak di jumpai nama dan istilah teknis (technical

term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi

yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan
No Arab Indonesia Arab Indonesia
1 ‫ا‬ ’ ‫ط‬ t}

2 ‫ب‬ B ‫ظ‬ z}

3 ‫ت‬ T ‫ع‬ ‘

4 ‫ث‬ Th ‫غ‬ Gh

5 ‫ج‬ J ‫ف‬ F

6 ‫ح‬ h} ‫ق‬ Q

7 ‫خ‬ Kh ‫ك‬ K

8 ‫د‬ D ‫ل‬ L

9 ‫ذ‬ Dh ‫م‬ M

10 ‫ر‬ R ‫ن‬ N

11 ‫ز‬ Z ‫و‬ W

12 ‫س‬ S ‫ه‬ H

13 ‫ش‬ Sh ‫ء‬ ’

14 ‫ص‬ s} ‫ي‬ Y

15 ‫ض‬ d}
7

Sumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations


(Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).

B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Nama Indonesia

Huruf Arab
‫ـــــَـــــــ‬ fath}ah A
‫ـــــِـــــــ‬ Kasrah I
‫ـــــُـــــــ‬ d}amah U

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah

berh}arakatsukun atau didahului oleh huruf berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a>’

( ‫) إقتضاء‬

2. Vokal Rangkap (diftong)


Tanda dan Nama Indonesia Ket.

Huruf Arab
‫ـَ ْـي‬ fath}ah dan ya’ ay a dan y

‫ـَ ْـو‬ fath}ah dan wawu aw a dan w

Contoh: bayna ( ‫)بني‬

mawd}u>’ ( ‫) موضوع‬

3. Vokal Panjang (mad)


Tanda dan Nama Indonesia Ket.
8

Huruf Arab
‫ـَا‬ fath}ah dan alif a> a dan garis di
atas
‫ـِي‬ kasrah dan ya’ i> i dan garis di
atas
‫ـُو‬ d}ammah dan u> u dan garis di
wawu atas

Contoh: al-jama>’ah ( ‫)اجلماعة‬

takhyi>r ( ‫) ختيري‬

yadu>ru ( ‫) يدور‬

C. Ta>’ Marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ahada dua:

1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t.

2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh: shari>’at al-Isla>m ( ‫) شريعة اإلسالم‬

shari>’ah al-Isla>miyah ( ‫) شريعة اإلسالمية‬

D. Penulisan Huruf Kapital


9

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat

yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan

yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama diri, tempat,

judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM..................................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................................iii

PENGESAHAN.....................................................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................................vi

MOTTO..................................................................................................................................x

DAFTAR ISI........................................................................................................................xii

DAFTAR TRANSLITERASI.............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................................9

C. Batasan Masalah........................................................................................................10

D. Rumusan Masalah.....................................................................................................10

E. Kajian Pustaka...........................................................................................................11

F. Tujuan Penelitian.......................................................................................................13

G. Kegunaan Hasil Penelitian........................................................................................13

H. Definisi Operasional..................................................................................................14
2

I. Metode Penelitian......................................................................................................15

J. Sistematika Pembahasan...........................................................................................19

BAB II TINJAUAN UMUM PENCATATAN PERKAWINAN DAN MAṢLAḤAH

MURSALAH.........................................................................................................................21

A. Pencatatan Perkawinan..............................................................................................21

1. Pengertian Pencatatan Perkawinan.........................................................................21

2. Sejarah Pencatatan Perkawinan..............................................................................22

3. Pencatatan Perkawinan dalam Hukum Islam..........................................................24

4. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan....................................................................28

5. Tujuan dan Manfaat Pencatatan Perkawinan..........................................................33

B. MAṢLAḤAH MURSALAH.........................................................................................34

1. Pengertian Maṣlaḥah Mursalah..............................................................................34

2. Macam-Macam Maṣlaḥah Mursalah.....................................................................36

3. Syarat-Syarat Maṣlaḥah Mursalah.........................................................................39

4. Kehujjahan Maṣlaḥah Mursalah............................................................................41

BAB III PENERAPAN KARTU NIKAH BERBASIS E-KTP DI KUA SAWAHAN

KOTA SURABAYA.............................................................................................................43

A. Deskripsi KUA Sawahan...........................................................................................43

1. Lokasi.....................................................................................................................43
3

2. Kondisi Sosio Ekonomi dan Kultural.....................................................................42

3. Kedudukan.............................................................................................................44

4. Tugas......................................................................................................................46

5. Visi dan Misi..........................................................................................................46

B. Kartu Nikah Berbasis E-Ktp......................................................................................51

1. Pencatatan perkawinan di KUA Sawahan Kota Surabaya......................................51

2. Mekanisme Kartu Nikah Berbasis E-Ktp...............................................................51

3. Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya............57

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN KARTU NIKAH

BERBASIS E-KTP DI KUA SAWAHAN KOTA SURABAYA.......................................62

BAB V PENUTUP................................................................................................................67

A. Kesimpulan...............................................................................................................68

B. Saran.........................................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pencatatan perkawinan di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat 2

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.1

Jelas bahwa keabsahan suatu pernikahan adalah pada sahnya pernikahan itu

menurut ketentuan hukum agama dan ketentuan administrasi mengharuskan

pernikahan yang sah dicatatkan.2

Dalam Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa agar

terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan

harus dicatat.3 Dalam Surat Al-Baqarah ayat 282, dijelaskan bahwa apabila

bermuamalah maka harus dicatatkan :

ۡ ۡ ُ ۢ ِ‫ٰيَٓأ َُّيها ٱلَّ ِذين ءامن ٓواْ إِذَا تَ َداينتم بِ َد ۡي ٍن إِلَ ٰ ٓى أَج ِل ُّمس َّمى فَٱ ۡكتبو ۚهُ و ۡلي ۡتكب بَّ ۡين ُك مۡ َكات‬
َ ‫ببِٱ لَع ۡد ۚ ِل َواَل يَ أ‬
‫ب‬ َ ُ َ َ ُُ َ َ َُ َُ َ َ َ
ِ ۡ ‫ـق و ۡليت َِّق ٱللَّه ربَّهۥ واَل ي ۡب َخ‬ ۡ ِ ِ ِ ۡ ِ
َ َ ُّ ‫ب َك َـمــا َعلَّ َـمــهُ ٱللَّ هُ فَ ليَ كتُ ۡب َوليُ مۡلــ ِـل ٱلَّذي َعلَ ۡيه ٱ ل َحـ‬
ُ‫س م ۡن\ه‬ ۡ ۡ ۚ ۡ
َ َََُ َ ُ‫ب أَن يَ كت‬
ٌ ‫َـكــات‬

‫ـل ُهـ َـو فَ ۡليُ مۡلِ لۡ َولِيُّهُۥ بِٱ ۡلَع ۡد ۚ ِل‬


َّ ‫يع أَن يُ ِمـ‬ ِ ِ َ ‫ـق سـ ـ ِفيها أَ ۡو‬
ُ ‫ضــعي ًفا أَ ۡواَل يَ ۡتَس\ط‬
ۡ ِ ِ
ً َ ُّ ‫‍ئفَــِإن َكــا َن ٱلَّذي َعلَ ۡيه ٱ ل َحـ‬
ۚ ‫َشــ ۡي‬

ِ ‫شـه َد‬ ِ َ ‫ـان ِم َّمن تَ ۡر‬


ِ َ‫وٱ ۡستَ ۡشِه ُدواْ َش ِهي َد ۡي ِن ِمن ِّرجالِ ُك مۡۖ فَـِإن لَّ مۡ ي ُكونَــا رجلَ ۡي ِن َفرجــل وٱ مۡرأَت‬
‫ٓاء‬ َ ُّ ‫ضـ ۡوَن م َن ٱل‬ َ ٌََُ َُ َ َ َ
‫شــ َه َدٓاءُ إِ َذا َمــا ُدعُ ــو ۚ ْا َواَل تَ ۡ ََٔ\ٔ‍ُم‬
ُ‫س\ ٓواْ أَن تَ ۡكتُبُ ــوه‬ ُّ ‫ب ٱل‬ ۡ ۚ ۡ ۡ ِ
َ ‫أَن تَض ـ َّل إِ ۡحَد ٰى ُه َما َفتُــ َذ ِّك َر إِ ۡحَد ٰى ُه َما ٱ لأُ خَر ٰى َواَل يَ أ‬
1
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 2.
2
Kholiq Syafaat, Hukum Keluarga Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 24.
3
Kompilasi Hukum Islam Pasal 5 ayat 1.
5

َّ ِ‫ط ِعن َد ٱللَّ ِه َوأَ ۡقَو ُم ل‬


‫لش َٰه َد ِة َوأَ نَۡد ٰ ٓى أَاَّل تَ ۡتَـرـابُ ٓواْ إِٓاَّل أَن تَ ُكــو َن تِ َٰـج َر ًة‬ ُ ‫َجلِ ِۦۚه َٰذلِ ُك مۡ أَ ۡق َس‬ ِ
َ ‫صغ ًيرا أَ ۡو َكبِ ًيرا إِلَ ٰ ٓى أ‬َ
ِ َّ ‫ضـ‬ َ ُ‫شه\ ُد ٓواْ إِ َذا َتبَــايَ ۡعتُ مۡۚ َواَل ي‬
ِ ۡ َ‫وه ۗا َوأ‬ ِ ِ
‫ب َواَل‬
ٌ ‫ٓار َكــات‬ َ ُ‫ـاح أَاَّل تَ ۡتُكب‬
ٌ ‫س َعلَ ۡي ُك مۡ ُجنَـ‬
َ ‫َحاض َرةٌ تُد ُيرو َن َها بَ ينَ ُك مۡ َفلَ ي‬
ۡ ۡ

ِ ٍ ِ ۗ ۗ ِ ُ ۢ ‫َش ِهي ۚ ٌد وإِن تَ ۡفَعلُواْـ فَِإنَّهُۥ فُسو‬


ٌ ‫ق ب ُك مۡ َو َّٱت ُقواْ ٱللَّ هَ َو ُي َعلِّ ُم ُك ُم ٱللَّ هُ َوٱللَّهُ ب ُك ِّل َش ۡيء َعل‬
‫يم‬ ۖ
ُ َ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak


secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah waliny a mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.4
Ayat ini menjelaskan untuk menuliskan transaksi bisnis, tetapi jika

dilihat dari tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya pengingkaran-

pengingkaran oleh pihak yang terlibat dalam transaksi dikemudian hari.

Perkawinan memiliki kesamaan dengan transaksi bisnis yang menimbulkan

4
Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2014),
6

hak dan kewajiban bagi pihak yang terlibat. Pencatatan perkawinan bertujuan

untuk menghindari pengingkaran yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak

yang terlibat. Ayat tersebut tidak hanya berlaku bagi transaksi muamalah saja,

tetapi semua transaksi.

Dalam fikih klasik sama sekali tidak disinggung mengenai pencatatan

perkawinan karena sebab sebagai berikut:5

1. Adanya larangan Rasulullah untuk menuliskan sesuatu selain al-Qur’an

arena khawatir akan tercampur dengan al-Qur’an. Akibat dari larangan ini

budaya tulis-menulis kurang begitu berkembang bila dibandingkan dengan

budaya menghafal.

2. Karena berkembangnya tradisi menghafal, maka menghafal peristiwa

perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang mudah karena sangat mudah

dilakukan sehingga sama sekali tidak membutuhkan tulisan.

3. Tradisi walịmatul urusy yang biasa dilakukan dianggap sebagai

pengumuman nikah sekaligus penyaksian peristiwa pernikahan sehingga

tidak perlu lagi tulisan.

Bukti otentik pada masa awal-awal kelahiran Islam memang belum terlalu

dibutuhkan. Akan tetapi adanya kewajiban mengumumkan pernikahan

menjadi dilakukan dari pencatatan perkawinan. Rasulullah menegaskan

5
Ita Musarrofa, Pencatatan Perkawinan Di Indonesia dan Prosedurnya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014),36.
7

tentang keharusan mengumumkan pernikahan ini, dalam hadits-hadits

berikut :

ِ َ َ‫َن رسو َل اهلل ص م ق‬ ِ


)‫اح (حمد‬
َ ‫ال أ ْعلنُوا النِّ َك‬ ْ ُ َ َّ ‫َع ْن اَبِ ْي َع ْبد اهلل ابْ ِن ُز َب ْير أ‬
Artinya : dari Abi Abdillah bin Zubair bahwa Rasulullah saw bersabda
“umumkanlah pernikahan” (riwayat Ahmad)

)‫اهلل أ َْو لِ ْم َول َْو بِ َشا ٍط (رواه البخا ري‬


ِ ‫ال رسو ُل‬
ْ ُ َ َ َ‫ق‬
Artinya: Rasululah bersabda: “Adakalah walimah walaupun hanya dengan
seeekor kambing”
Dari hadits-hadits tersebut terlihat bahwa pencatatan perkawinan

memang belum dilakukan tetapi awal mula tujuan dari pencatatan perkawinan

adalah untuk mengumumkan pernikahan dalam bentuk walịmatul urusy.

Selain dilihat dari al-Qur’an dan hadits, perlunya melakukan

pencatatan perkawinan dapat pula dilihat dari kaidah-kaidah fiqhiyah yaitu

sebagai berikut :6

1. ‫يُ َزا ُل‬ َ َّ‫ال‬yang artinya hal-hal yang membahayakan


‫ض ـ َر ُار‬ itu harus dihilangkan.

Menurut kaidah ini pencatatan perkawinan penting untuk menghilangkan

keburukan-keburukan yang terjadi dimasa mendatang.

2. ‫ص ـ ـلَ َح ِة‬ ٌ ‫ف اأْلِ َمـ ـ ِـام َعلَى الـ ـ َّـرا ِعيَّ ِة َمُنـ ـ ْـو‬
ْ ‫ط بِال َْم‬ ُ ‫ص ـ ـ ُّر‬
َ َ‫ ت‬yang artinya kebijakan seorang

pemimpin terhadap rakyatnya harus berorentasi kepada kemaslahatannya.

Kebijakan pencatatan perkawinan merupakan pembaharuan hukum yang

6
Ibid, 38.
8

dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk melindungi masyarakat-

masyarakat dari tidak dicatatakannya perkawinan.

ِ ِ ِ ِ ‫اج‬ ِ ‫مــا اَل يتِ ُّم الْ ــو‬


3. ُ ‫ب إِاَّل ب ــه َف ُهـ َـو َواج‬
‫ب‬ َ َ َ yang artinya sesuatu kewajiban tidakakan

sempurna jika tidak dilakukan dengan tindakan lain, maka tindakan itu

menjadi wajib pula. Pencatatan perkawinan merupakan upaya adsministrasi

untuk menghindari dari keburukan-keburukan dikemudian hari oleh pihak

yang terlibat, meskipun masih diperdebatkan bahwa pencatatan perkawinan

ini syarat atau rukun dalam pernikahan tetapi pencatatan perkawinan sebagai

upaya penyempurna akad perkawinan.

Dalam Pasal 2 ayat (2) PMA Nomor 19 Tahun 2018 menyatakan

bahwa “pencatatan perkawinan dalam Akta Perkawinan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala KUA Kecamatan”. Dalam hal

ini akad nikah dilaksanakan di KUA namun jika atas permintaan calon

pengantin dan atas persetujuan PPN, akad nikah dapat dilaksanakan di luar

KUA.7 Namun sebenarnya untuk memudahkan administrasi pencatatan

pernikahan dilaksanakan di KUA Kecamatan setempat.

Surabaya merupakan kota di Jawa Timur yang padat penduduk dan

pemukimannya, di seluruh KUA di Kota Surabaya sudah menggunakan

pencatatan nikah dilakukan secara online melalui aplikasi Sistem Informasi

Manajemen Nikah (SIMKAH) sesuai dalam aturan Pasal 21 ayat 1 PMA

7
Ibid, Pasal 2 ayat 1.
9

Nomor 19 Tahun 2018. Pencatatan nikah sendiri adalah kegiatan menulis

yang dilakukan oleh seorang mengenai suatu peristiwa yang terjadi. 8

Pencatatan nikah sangat penting dilaksanakan oleh pasangan mempelai sebab

merupakan bukti otentik tentang keabsahan pernikahan itu baik secara agama

maupun negara yang kemudian pasangan suami istri memperoleh buku

perkawinan dan kartu perkawinan sesuai pada Pasal 18 ayat 1 PMA Nomor 19

Tahun 2018.

Kartu perkawinan dalam Pasal 1 ayat (7) PMA Nomor 19 Tahun 2018

tentang Pencatatan Perkawinan adalah buku perkawinan dalam bentuk kartu

elektronik.9 Merupakan inovasi dokumen lengkap yang mudah dibawa

kemana-mana dan tersambung dengan system E-Ktp kedua suami istri

tersebutsehingga didalam kartu nikah terdapat data layaknya yang ada

didalam E-Ktp yang disertai foto pasangan suami istri juga terdapat QR-code

yang jika di scan akan memunculkan informasi lengkap tentang status

pernikahan, nama lengkap pasangan beserta tanggal pernikahan pasangan.

Kartu nikah ini bukan merupakan pengganti dari buku nikah tetapi

versi kecil dari buku nikah dan tambahan bukti otentik dari buku nikah.

Dalam hal ini buku nikah memang dokumen resmi yang dikeluarkan oleh

Kemenag, sedangkan kartu nikah adalah bentuk inovasi terbaru dari sistem

8
Ita Musarrofa, Pencatatan Perkawinan Di Indonesia dan Prosedurnya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014), 28.
9
PMA Nomor Nomor 19 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 7.
10

informasi manajemen nikah (SIMKAH), yang tidak dipungut biaya apapun

untuk membuat kartu nikah tersebut karena semua pembuatan kartu nikah

dibiayai oleh Kemenag RI.10

Fungsi dari kartu nikah adalah dapat dibawa kemanapun dengan

efektif dan mensosialisasikan penekanan buku nikah palsu yang banyak

terjadi. selain itu dapat digunakan untuk masuk hotel-hotel syar’i yang

mengharuskan apabila satu kamar terdiri dari laki-laki dan perempuan dapat

menunjukkan kartu nikah sebagai bukti bahwa mereka sudah dalam ikatan

pernikahan yang sah.11

Pada 8 November 2018, Kemenag pusat RI mengistruksikan bahwa

akan menerbitkan kartu nikah yang nantinya pencatatan sebuah pernikahan

dapat terintegrasi dengan sistem informasi manajemen nikah (SIMKAH) yang

dikaitkan dengan data kependudukan dan catatan sipil (DUKCAPIL) dibawah

Kementrian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) agar seluruh data dapat

terintegrasi dengan baik.12

Dalam penelitian ini, penulis memilih KUA Sawahan sebagai tempat

penelitiannya, karena merupakan salah satu KUA di kota Surabaya yang

pernah mendapatkan penghargaan dari Kemenag RI sebagai KUA teladan

10
Republika.co.id, “Mengapa Buku Nikah Diganti Kartu” di akses pada 15 Juni 2020.
11
Republika.co.id, “Kartu Nikah , Disorot tapi Dinanti” diakses pada 15 Juni 2020.
12
https://m.detik.com/news/berita/4296712/ Di akses pada hari Jumat 13 September 2019.
11

tingkat se Indonesia pada tahun 2008, karena pencatatan dan administrasi

perkawinan terlengkap dan terbaik se Indonesia.13

Pencatatan nikah di KUA Sawahan sudah menggunakan secara online,

kemudian sudah dapat menerbitkan kartu nikah, hal tersebut untuk

meminimalisir buku nikah palsu yang dikhawatirkan terjadi selanjutnya. 14

Dalam hal ini diupayakan agar dapat merealisasikan kartu nikah tersebut

terutama dikota kota besar seperti Surabaya, mengingat kegunaanya untuk

tambahan bukti otentik selain buku nikah.15

Berangkat dari Kemenag memberitahukan bahwa akan menerbitkan

kartu nikah dan penekanan buku nikah palsu yang terjadi sebagaimana di

paparkan, maka penulis mengkaji lebih dalam penelitian skripsi ini dengan

judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-

Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya” yang akan membahas mengenai

penerapan kartu nikah di KUA Sawahan dan bagaimana penerapan tersebut

dilihat dari tinjauan hukum Islam.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan yang ada pada latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :


13
Taufan, Wawancara, KUA Sawahan, 16, Oktober, 2019.
14
Ibid.
15
Republika.co.id, “Penjelasan Kemenag Soal Penerbitan Kartu Nikah”, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/11/12/pi1dgz313-penjelasan-ke
menag-soal-penerbitan-kartu-nikah, diakses pada 15 Juni 2020.
12

a. Pencatatan perkawinan dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam dan Peraturan Mentri Agama

No. 19 tahun 2018.

b. Pencatatan perkawinan dalam Islam

c. Pencatatan perkawinan di KUA Sawahan Kota Surabaya

d. Mekanisme kartu nikah berbasis E-Ktp

e. Pengoperasian kartu nikah berbasis E-Ktp dan manfaat penerapan

kartu nikah berbasis E-Ktp

f. Manajemen kartu nikah berbasis E-Ktp

g. Penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan

h. Tinjauan hukum Islam terhadap penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp

di KUA Sawahan kota Surabaya

C. Batasan Masalah

Mengingat beberapa masalah yang menjadi objek pembahasan

dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut :

a. Penerapan kartu nikah berbasis e-ktp di KUA Sawahan kota Surabaya

b. Tinjauan hukum Islam terhadap penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp di

KUA Sawahan Kota Surabaya

D. Rumusan Masalah
13

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan kartu nikah berbasis e-ktp di KUA Sawahan kota

Surabaya?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penerapan kartu nikah berbasis

E-Ktp Di KUA Sawahan kota Surabaya?

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga terlihat

jelas bahwa kajian yang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian atau penelitian yang sudah ada.16

Pembahasan mengenai kartu nikah telah dibahas dan ditulis dalam

karya ilmiah sebelumnya yang dijadikan sebagai gambaran penulisan,

sehingga tidak ada pengulangan masalah yang sama.

Kajian yang ditulis oleh Dwi Rahayu (2017) yang berjudul “Desain

Visual Antarmuka Website E-Kartu Nikah Visual Interferce of E-Marriage

Card Website Design”. Jurnal ini membahas tentang rancangan kartu nikah

yang dibuat dari sebuah website dengan memperhatikan dasar desain

antarmuka dengan menggunakan model prtotipe jenis evolutionary.17

16
Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan
Skripsi (Surabaya: UIN Sunan ampel Surabaya, 2017), 8.
17
Dwi Rahayu, (Desain Visual Antarmuka Website E-Kartu Nikah Visual Interferce of E-Marriage
Card Website Design), Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA, No. 2 (Juli, 2017), 131.
14

Berdasarkan uraian diatas, penelitian sebelumnya mengkaji tentang

rancangan membuat kartu nikah dari sebuah aplikasi perangkat lunak dan

situs web. Adapun penelitian ini, akan fokus Adapun penelitian ini, akan

fokus pada proses pelaksanaan pembuatan kartu nikah dari awal hingg akhir

yang berakibat keluarnya kartu nikah.

Kemudian kajian yang ditulis oleh Zakiyatul Ulya (2019) yang

berjudul “Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah”. Jurnal

ini membahas tentang status kartu nikah dizaman sekarang yang diterbitkan

resmi oleh Kementrian Agama, agar dapat menghadapi tuntutan dari segi

efiseinsi, orisinalitas, dan integritas data.18

Berdasarkan uraian diatas, penelitian sebelumnya mengkaji tentang

status kartu nikah di era digital dizaman sekarang yang diterbitkan resmi oleh

Kementrian Agama, agar dapat menghadapi tuntutan dari segi efisiensi,

orisinalitas, dan integritas data. Adapun penelitian ini, akan fokus pada proses

pelaksanaan pembuatan kartu nikah dari awal hingga akhir yang berakibat

keluarnya kartu nikah.

Selanjutnya kajian yang ditulis oleh Ijai Abdul Kodir Ghani (2019)

yang berjudul “Efektivitas dan Maslahat Kebijakan Program Kartu Nikah Di

Era Digital (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Depok Kabupaten

18
Zakiyatul Ulya, (Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah), Jurnal ADHKI :
Journal of Islamic Family Law, No.1 (Juni, 2019). 89.
15

Sleman).19 Jurnal ini membahas tentang keberhasilan di KUA kecamatan

Depok terhadap harapan dan perencanaan program kartu nikah, karena dilihat

dari alat-alat pendukung kartu nikah yang lengkap sehingga mencapai 100%

kefektivitasannya.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian sebelumnya mengkaji tentang

keberhasilan di KUA kecamatan Depok terhadap harapan dan perencanaan

program kartu nikah, karena dilihat dari alat-alat pendukung kartu nikah yang

lengkap sehingga mencapai 100% kefektivitasannya. Adapun penelitian ini,

akan fokus Adapun penelitian ini, akan fokus pada proses pelaksanaan

pembuatan kartu nikah dari awal hingg akhir yang berakibat keluarnya kartu

nikah.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menunjukkan penerapan kartu nikah berbasis e-ktp di KUA

Sawahan Kota Surabaya.

2. Untuk menunjukkan tinjauan hukum Islam terhadap penerapan kartu

nikah berbasis E-ktp di KUA Sawahan Kota Surabaya.

G. Kegunaan Hasil Penelitian

19
Ijai Abdul Kodir Ghani, ( Efektivitas dan Maslahat Kebijakan Program Kartu Nikah Di Era Digital,
Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, El-Maslahah Journal, No.2
(Desember, 2019). 101.
16

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk hal-hal sebagai

berikut :

1. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan

wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan kartu nikah berbasis E-

Ktp di KUA. Selain itu, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan

masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mendalami atau memahami

lebih lanjut tentang penerapan kartu nikah berbasis E-ktp di KUA

Sawahan Kota Surabaya.

2. Secara praktis dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para pembaca

khususnya serta dijadikan acuan bagi KUA pada umumnya agar dapat

dijadikan pertimbangan dalam mempermudah pelayanan pencatatan nikah

yang tujuannya agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan serta

meningkatkan kinerja KUA di setiap kecamatan.

H. Definisi Operasional

untuk lebih memahami pembahasan dalam penelitian ini, serta untuk

mencegah adanya kesalahpahaman terhadap tulisan ini, maka peneliti akan

menjelaskan definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini.

1. Hukum Islam adalah suatu kajian yang berdasarkan Al-Qur’an, hadits dan

kitab-kitab fiqih. Disini menggunakan Maṣlaḥah mursalah adalah suatu

istinbat hukum untuk menemukan hukum yang belum ditemukan didalam


17

nash.20 Serta menggunakan Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun

2018 tentang Pencatatan Perkawinan.

2. Kartu Nikah adalah buku perkawinan dalam bentuk kartu elektronik.21

3. E-Ktp adalah Elektronik Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya

disingkat (E-Ktp) kartu tanda penduduk yang dilengkapi cip yang

merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan

oleh instansi pelaksana.22

Berdasarkan definisi operasional yang telah dipaparkan diatas, maka

penelitian dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Kartu

Nikah Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya” terbatas pada

pembahasan mengenai penerapan kartu nikah yang berbasis E-Ktp di KUA

Sawahan Kota Surabaya menggunakan analisis manfaat dan tujuannya.

I. Metode Penelitian

1. Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data terkait Penerapan Kartu

Nikah Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya.

2. Sumber Data

20
Ahmad Sonasi dan Sohari, Ushul Fiqh, (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta), 2017, 83.
21
PMA Nomor Nomor 19 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 7
22
Undang-undang No. 24 tahun 2013 Pasal 1 ayat 14.
18

Sumber data adalah sumber darimana data akan diperoleh, misalnya

orang, dokumen, situasi dan kondisi.23

a. Sumber Sekunder

Bahan hukum primer adalah sumber yang diperoleh langsung dari

pihak yang terkait.24 Dalam hal ini adalah :

1) Penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan kota

Surabaya.

2) Kepala dan Pegawai KUA Sawahan.

b. Sumber Primer

Bahan hukum sekunder adalah sumber pustaka.25

Data pendukung yang diambil dan diperoleh dari bahan

pustaka yang terkait dengan masalah yang diteliti diantaranya:

1) Ahmad Sanusi dan Sohari, Ushul Fiqh.

2) Ita Musarrofa, Pencatatan Perwinan di Indonesia : Proses dan

Prosedurnya.

3) Siti Dalilah Candrawati, Hukum Perkawinan Di Indonesia.

4) Rahmawati, Dinamika Pemikiran Ulama Dalam Ranah

Pembaruan Hukum Keluarga Islam Di Indonesia.

5) Abdul Kholiq Syafaat, Hukum Keluarga Islam.

23
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (UIN Sunan Ampel Press: surabaya, 2014), 164.
24
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Prenadamedia Group: Jakarta, 2016), 182.
25
Ibid, 196.
19

6) A. Faishal Haq, Ushul fiqh Kaidah - Kaidah Penerapan Hukum

Islam.

7) Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh.

8) Rahmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh.

9) Zakiyatul Ulya, Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif

Maslahah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti ini adalah:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan, karena metode ini memungkinkan pengamat melihat

langsung sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian.26

Peneliti dalam hal ini melakukan metode observasi secara

langsung ke lapangan. Metode ini dilakukan untuk mendapat fakta di

lapangan mengenai penerapan kartu nikah berbasis E-ktp di KUA

Sawahan kota Surabaya. Atas prilaku dan suasana yang berkenaan

dengan suasana penelitian.

b. Wawancara

26
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (UIN Sunan Ampel Press: Surabaya, 2014), 181.
20

Wawancara adalah suatu percakapan dua orang atau lebih yang

diarahkan pada masalah tertentu.27

Proses untuk memperoleh suatu keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab dengan responden. Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan dengan Kepala KUA dan Pegawai

KUA Sawahan Kota Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal yang berupa

catatan tindakan yang dilakukan di KUA Sawahan kota Surabaya.28

Metode ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting,

atau ada hubungannya dengan permasalahan yang berkaitan dengan

tinjauan hukum Islam terhadap penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp

di KUA Sawahan kota Surabaya.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi.29 Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun,

kemudian menganalisisnya dengan menggunakan teknik deskriptif analisis

yaitu teknik analisis dengan menjelaskan atau menggambarkan secara

sistematis semua fakta aktual yang diketahui, kemudian dianalisis dengan


27
Ibid, 191.
28
Ibid, 178.
29
Ibid, 205.
21

pola pikir induktif yaitu metode berfikir yang diawali dengan

mengemukakan hal-hal yang khusus untuk menentukan hukum yang

umum.30

Dari pemaparan penulis mengumpulkan data tentang penerapan

kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan Kota Surabaya, yang disertai

analisis untuk diambil kesimpulan. Kemudian membahas prosedur yang

menerapkan suatu peristiwa atau hal-hal khusus dimana telah diyakini dan

berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Dengan metode

tersebut maka penulis akan dapat memberikan kesimpulan mengenai

Analisis Maṣlaḥah Murṣalah Terhadap Penerapan Kartu Nikah Berbasis

E-Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya.

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai

berikut: Bab pertama yang memuat uraian tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode,

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi landasan teori tentang pencatatan perkawinan dan

maslahah mursalah. Bab ini membahas tinjauan umum tentang pengertian

pencatatan nikah, sejarah pencatatan nikah, pencatatan nikah dalam

Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum (Legal Research), (Sinar Grafika:
30

Jakarta, 2015), 18.


22

pandangan hukum Islam, dasar hukum dan aturan pencatatan nikah, tujuan

dan manfaat pencatatan nikah. Dan membahas tentang pengertian maṣlaḥah

mursalah, macam-macam maṣlaḥah mursalah, syarat maṣlaḥah mursalah,

dan kehujjahan maṣlaḥah mursalah.

Bab ketiga berisi hasil penelitian di lapangan tentang penerapan kartu

nikah berbasis E-ktp di KUA Sawahan Kota Surabaya, yang berisi sekilas

tentang KUA Sawahan, mekanisme penerapan kartu nikah berbasis E-ktp di

KUA Sawahan Kota Surabaya dan penerapan kartu nikah berbasis E-ktp di

KUA Sawahan Kota Surabaya.

Bab keempat berisi analisis maṣlaḥah mursalah terhadap penerapan

kartu nikah berbasis E-ktp di KUA Sawahan Kota Surabaya.

Bab kelima penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN UMUM PENCATATAN PERKAWINAN DAN MAṢLAḤAH

MURSALAH

A. Pencatatan Perkawinan

1. Pengertian Pencatatan Perkawinan

Pencatatan perkawinan merupakan suatu perbuatan adsministrasi

perkawinan yang dilakukan setelah akad nikah, berdasarkan peraturan

perundangan-undangan yang berlaku yang dilakukan oleh instansi yang

berwenang yaitu KUA (Kantor Urusan Agama) bagi yang beragama Islam

dan Kantor Catatan Sipil bagi orang yang beragama selain Islam, dengan

sebuah bukti penerbitan akta nikah dan buku nikah.31

Dalam Pasal 21 Undang-Undang No 19 tahun 2018 menyatakan bahwa

adsministrasi pencatatan perkawinan dilakukan melalui aplikasi sistem

informasi manajemen perkawinan berbasis online. Jadi apabila berkas nikah

sudah lengkap didalam map maka dilakukan input data berkas perkawinan

tersebut kedalam jaringan yang terhubung secara online dan dimasukkan

dalam sebuah aplikasi SIMKAH (Sistem Informasi Manajemen Nikah).

Didalam SIMKAH (Sistem Informasi Manajemen Nikah) data-data

berkas nikah tersebut diinput seperti mengupload foto calon pengantin,

memasukkan data calon pengantin , waktu perkawinan, mahar, dan data


Ita Musarrofa, Pencatatan Perkawinan Di Indonesia dan Prosedurnya, (Surabaya: UIN Sunan
31

Ampel Press, 2014), 28.


24

orang tua calon pengantin. Setelah diinput maka akan tersimpan didalam

SIMKAH (Sistem Informasi Manajemen Nikah).

2. Sejarah Pencatatan Perkawinan

Sebelum Indonesia dijajah oleh Belanda, jauh sebelumnya sudah

menggunakan hukum Islam untuk menyelesaikan perkara bagi orang-orang

yang beragama Islam. Diperkirakan pada abad 7 Masehi bersama dengan

para pedagang dari Arab, India dan Persia, ada pula yang mengatakan pada

abad 13 Masehi telah ada masyarakat Islam di Samudra Pasai, Perlak dan

Palembang.32

Ketika Belanda datang, hukum Islam masih digunakan bahkan tidak

boleh diganggu karena menurutnya hukum Islam merupakan hukum pribumi

bagi orang jawa khususnya yang beragama Islam. Terutama dalam hal

perkawinan dan kewarisan. Pada zaman ini muncul sebuah teori receptie in

complexu yang dicetuskan oleh seorang dari Belanda yaitu Van den Barg,

yang pada intinya teori ini menyatakan bahwa bagi umat Islam berlaku

hukum syariat Islam.

Dengan berjalannya hukum Islam tersebut pemerintah Belanda

mendirikan pengadilan tinggi agama atau pada zamannya disebut mahkamah

syar’iyah yang berfungsi sebagai pengadilan tingkat banding dan tingkat

akhir. Pengadilan yang didirikan pada saat itu tahun 1973 adalah pengadilan

32
Ibid, 5.
25

di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dengan dinamai Pengadilan

Qadhi kecil pada tingkat pertama dan Pengadilan Qadhi Besar untuk tingkat

banding dan terakhir.

Kemudian muncul sebuah teori baru yaitu teori receptie dari Van

Vollenhoven dan Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa hukum Islam

dapat berlaku sepanjang masa sepanjang tidak bertentangan dengan hukum

adat. Dalam hal ini hukum kewarisan yang menggunakan hukum Islam tidak

dapat digunakan karena dianggap bertentangan dengan hukum adat. Tujuan

dari adanya teori ini adalah Snouck ingin mempengaruhi masyarakat agar

dapat dipengaruhi dengan budaya eropa, karena menurut Snouck masyarakat

yang memegang hukum Islam akan sulit dipengaruhi budaya eropa.33

Ketika Indonesia telah merdeka, masalah perkawinan belum

mendapatkan respon bahkan hingga orde lama. Hal tersebut dapat dilihat

dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Perkawinan,

Perceraian dan Rujuk, karena untuk menerapkan Undang-undang tersebut

perlu Undang-Undang lain yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954

tentang Penetapan Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Tanggal

21 Nopember 1946 Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan Nikah, Talak

Dan Rujuk Diseluruh Daerah Luar Jawa Dan Madura.

33
Ibid, 6.
26

Dalam pembaharuan hukum keluarga karena banyaknya tuntutan zaman

dan perbaikan kondisi wanita yang mengalami talak sewanang-wenang,

poligami tanpa keadilan, perkawinan anak dibawah umur, perkawinan paksa

dan sebagainya. Maka kaum wanita berkeinginan untuk segera diwujudkan

sebuah undang-undang yang dapat memperbaiki kehidupan perkawinan

mereka. Maka pencatatan perkawinan menjadi salah satu cara mengatasi hal

tersebut karena mengandung nilai kebaikan didalamnya. Oleh karena itu inti

dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Perkawinan,

Perceraian dan Rujuk ditegaskan dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1974 yang menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.34

3. Pencatatan Perkawinan dalam Hukum Islam

Pencatatan perkawinan memang tidak diatur secara spesifik didalam Al

Qur’an dan Hadits. Tetapi jika dilihat dari illat perkawinan memiliki

kesamaan dengan transaksi muamalah karena perkawinan menimbulkan hak

dan kewajiban bagi orang yang melakukannya. Tujuan dari adanya

pencatatan perkawinan adalah untuk menghindari pengingkaran-

pengingkaran terhadap pihak yang terlibat di suatu hari nanti apabila terjadi

permasalahan. Didalam Al Qur’an dapat dipahami dalam surat al Baqarah 2:

282 berikut ini :35


34
Ibid, 24.
35
Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Mikraj Khazanah Ilmu,
2014), 46.
‫‪27‬‬

‫َجـ ِـل ُّم َسـ ـ َّمى فَ ــٱ ۡكتُبُو ۚهُ َو ۡليَ ۡتُكب بَّ ۡينَ ُك مۡ َكــاتِ ۢ ُ‬ ‫َّ ِ‬
‫ين َء َامنُ ٓواْ إِ َذا تَـ ـ َدايَنتُم بِـ ـ َد ۡي ٍن إِلَ ٰ ٓى أ َ‬
‫ٰٓ‬
‫ب‬ ‫يَأ َُّي َهــا ٱلذ َ‬

‫ب َك َمــا َعلَّ َمــهُ ٱللَّ ۚهُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُ مۡلِ ـ ِـل ٱلَّ ِذي َعلَ ۡيِه ٱ ۡل َحـ ُّ‬
‫ـق َو ۡل يَت َِّق‬ ‫ۡ‬
‫ب أَن يَ كتُ َ‬
‫ِ‬
‫ب َكــات ٌ‬
‫ۡ‬
‫بِٱ لَع ۡد ۚ ِل َواَل يَ أ َ‬
‫ۡ‬

‫ِ‬
‫ضعي ًفاـ أَ ۡواَل يَ ۡستَط ُ‬
‫يع أَن‬ ‫َ َ ً‬ ‫س ِم ۡنهُ َش ۡي ۚ‬
‫‍ئفَِإن َكا َن ٱلَّ ِذي َعلَ ۡيِه ٱ ۡلح ُّق س ِفيها أَ ۡو َ ِ‬ ‫ٱللَّهَ َربَّهُۥ َواَل يَ ۡب َخ ۡ‬

‫ِ ۖ ِ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ۡ ِ ِ ِ ۡ‬ ‫ِ‬


‫يُم َّل ُه َو فَ ليُ مۡل لۡ َوليُّهُۥ بٱ لَع ۡد ۚ ِل َوٱ ۡستَ ۡشِه ُدواْ َش ِهي َد ۡي ِن من ِّر َجال ُك مۡ فَإن ل مۡ يَ ُكونَــا َر ُجلَ ۡي ِن َف َر ُجـ ٌ‬
‫ـل‬

‫ضـ ۡوَن ِمن ٱل ُّ ِ‬


‫ان ِم َّمن تَ ۡر َ‬
‫ۡ‬ ‫ۡ ۡ ۚ‬ ‫ِ‬ ‫وٱ مۡرأَتَ ِ‬
‫شـ َه َدٓاء أَن تَضـ َّل إِ ۡحَد ٰى ُه َما َفتُـ َذ ِّك َر إِ ۡحَد ٰى ُه َما ٱ لأُ خَر ٰ\ى َواَل يَ أ َ‬
‫ب‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬

‫ط ِعن َد ٱللَّ ِه‬ ‫ۚ‬


‫َجلِ ِۦۚه ٰذَلِ ُك مۡ أَ ۡق َس ُ‬ ‫سم ٓواْ أَن تَ ۡكتُبوهُ ِ‬
‫صغ ًيرا أَ ۡو َكبِ ًيرا إِلَ ٰ ٓى أ َ‬
‫ُ َ‬ ‫ٱلش َه َدٓاءُ إِذَا َما ُدعُو ْا َواَل تَ ۡ َ\ٔ‍ُ‬
‫َٔ‬ ‫ُّ‬

‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَّل ۡ ِٓاَّل‬ ‫َوأَ ۡقَو ُم لِ َّ ِ ۡ‬


‫لش َٰه َدة َوأَ ندَ ٰ ٓى أَ تَتَرابُ ٓواْ إ أَن تَ ُكــو َن ت َٰـج َرةً َحاضـ َرةٌ تُـد ُيرو َن َها بَ ينَ ُك مۡ َفلَ ي َ‬
‫س َعلَ ۡي ُك مۡ‬ ‫ۡ‬ ‫ۡ‬

‫سـو ۢ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ۚ ِ ۡ‬ ‫ضـ َّ ِ‬ ‫وه ۗا َوأَ ۡشِه ُد ٓواْ إِذَا َتبَايَ ۡعتُ مۡۚ َواَل يُ َ‬
‫ق‬ ‫ب َواَل َشـ ِهي ٌد َوإن تَ فَعلُــواْ فَـإنَّهُۥ فُ ُ‬
‫ٓار َكــات ٌ‬ ‫اح أَاَّل تَ ۡكتُبُ َ‬
‫ُجنَ ٌ‬

‫ٍ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ۗ‬ ‫ِ ۗ‬
‫ب ُك مۡ َو َّٱت ُقواْـ ٱللَّ هَ َو ُي َعلِّ ُم ُك ُـم ٱللَّ هُ َوٱللَّهُ ب ُك ِّل َش ۡيء َعل ٌ‬
‫يم‬ ‫ۖ‬

‫‪Artinya :‬‬

‫‪Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak‬‬


‫‪secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu‬‬
‫‪menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu‬‬
‫‪menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan‬‬
‫‪menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah‬‬
‫‪ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan‬‬
‫‪(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah‬‬
‫‪Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada‬‬
‫‪hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau‬‬
‫‪lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,‬‬
‫‪maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan‬‬
28

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di


antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya
jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil;
dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika
mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.36
Karena pencatatan perkawinan merupakan salah satu kebijakan

penguasa untuk masyarakat yang tujuannya untuk kebaikan bagi perkawinan

mereka , maka kehendak penguasa haruslah ditaati. Didalam al-Al-Qur’an

dapat dipahami dalam surat An Nisa’ ayat 59 berikut ini :37

‫الر ُسـ ْو ِـل َوأُولِى اْأل َْمـ ِر ِم ْن ُك ْم ص ــلى فَِا ْنَتنَــا َز ْعتُ ْم فِ ْي َش ـ ْى ٍء‬
َّ ‫َط ْيـ َـع اهللَ َواَ ِط ْيـ ُـع‬
ِ ‫آي ـهـا الَّ ِذين ام ُنــوا أ‬
ْ َ َ ْ َ ُّ ‫يَــآ‬

ِ ِ ِ‫اهلل والَّرسو ِـل اِ ْن ُك ْنتُم ُت ْؤِم ُنو َن ب‬


ِ ِ
َ ِ‫اهلل َوالَْي ْوم االَ ِخ ِر َذال‬
‫ك َخ ْي ٌر َواَ ْح َس ُن تَأْ ِويْاَل‬ ْ ُ َ َ ‫َف ُرد ُّْوهُ الَى‬
‫ط‬
ْ ْ

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
36
Ibid ,48.
37
Ibid, 81.
29

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada


Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
Didalam Hadits belum ada yang mengatakan tentang pencatatan

perkawinan, tetapi lebih ditekankan pada hal mengumumkan pernikahan

dimaksudkan untuk memperbanyak saksi pernikahan , jika semakin banyak

saksi pernikahan maka peyangkalan terhadap pernikahan diharapkan tidak

akan terjadi.38 Rasulullah menegaskan tentang keharusan mengumumkan

pernikahan ini, dalam hadits-hadits berikut :

)‫ال أ ْعلِنُوا النِّ َكا َح (احمد‬ ِ ‫َعن اَبِي َع ْب ِد‬


َّ ‫اهلل بْ ِن ُز َب ْير أ‬
َ َ‫َن َر ُس ْو َل اهلل ص م ق‬ ْ
Artinya : dari Abi Abdillah bin Zubair bahwa Rasulullah Saw.
Bersabda “umumkanlah pernikahan” (riwayat Ahmad)

)‫اهلل أ َْو لِ ْم َول َْو بِ َشا ٍط (رواه البخا ري‬


ِ ‫ال رسو ُل‬
ْ ُ َ َ َ‫ق‬
Artinya: Rasullah bersabda: “Adakalah walimah walaupun hanya
dengan seeekor kambing”
Selain dilihat dari al-Qur’an dan hadist-hadits, perlunya melakukan

pencatatan perkawinan dapat pula dilihat dari kaidah-kaidah fiqhiyah yaitu

sebagai berikut :39

a. ‫ال‬ َّ ‫اَل‬yang
ُ ‫ض ـ ـ ـ َر ُار ُيـ ـ ـ َـز‬ artinya hal-hal yang membahayakan itu harus

dihilangkan.Menurut kaidah ini pencatatan perkawinan penting untuk

menghilangkan keburukan-keburukan yang terjadi dimasa mendatang.

38
Ita Musarrofa, Pencatatan Perkawinan Di Indonesia dan Prosedurnya, (Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press, 2014), 37.
39
Ibid, 38.
30

b. ‫صلَ َح ِة‬ ٌ ‫الرا ِعيَّ ِة َمُن ْو‬


ْ ‫ط بِال َْم‬ َّ ‫ف اأْلِ َم ِام َعلَى‬
ُ ‫ص ُّر‬
َ َ‫ ت‬yang artinya kebijakan seorang
pemimpin terhadap rakyatnya harus berorentasi kepada kemaslahatanya.

Kebijakan pencatatan perkawinan merupakan pembaharuan hukum yang

dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk melindungi masyarakat-

masyarakat dari tidak dicatatakannya perkawinan.

ِ ِ ِ ‫مـ ـ ــا اَل يتِ ُّم الْـ ـ ــو‬


ٌ ‫ب إِاَّل بِـ ـ ــه َف ُـه ـ ـ َـو َواج‬
c. ‫ب‬ ِ ‫اج‬ َ َ َ yang artinya sesuatu kewajiban

tidakakan sempurna jika tidak dilakukan dengan tindakan lain, maka

tindakan itu menjadi wajib pula. Pencatatan perkawinan merupakan

upaya adsministrasi untuk menghindari dari keburukan-keburukan

dikemudian hari oleh pihak yang terlibat, meskipun masih

diperdebatkan bahwa pencatatan perkawinan ini syarat atau rukun dalam

pernikahan tetapi pencatatan perkawinan sebagai upaya penyempurna

akad perkawinan.

4. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan

Pencatatan perkawinan di Indonesia diatur dalam peraturan perundang-

undangan sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang

Pencatatan Perkawinan, Perceraian dan Rujuk, menyatakan bahwa:

1) Nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut

nikah, diawasi oleh pegawai pencatat nikah yang diangkat oleh

Menteri Agama atau pegawai yang ditunjuk olehnya. Talak dan


31

rujuk yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut

talak dan rujuk, diberitahukan kepada pegawai pencatat nikah.40

b. Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan menyatakan bahwa :

1) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.41

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, menyatakan bahwa :42

Pasal 2

1) Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan

perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh pegawai

Pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32

tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Rujuk.

2) Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan

perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain

agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat perkawinan pada

kantor catatan sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai

perundang-undangan mengenai pencatatan perkawinan.

40
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Pasal 1 ayat 1.
41
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 2.
42
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 2.
32

3) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku

bagi tata cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 9 Peraturan

Pemerintah ini.

d. Peraturan Agama Nomor 3 Tahun 1975 tentang Kewajiban Pegawai-

Pegawai Nikah dan Tata Kerja Pengadilan Agama Dalam Melaksanakan

Peraturan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan bagi yang

Bergama Islam, menyatakan bahwa :43

Pasal 2

1) Pegawai pencatat nikah dalam tugasnya mnegawasi atau mencatat

nikah, talak, cerai dan rujuk dibantu oleh pegawai pada Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan.

e. Kompilasi Hukum Islam (KHI), menyatakan bahwa :44

Pasal 5

1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap

perkawinan harus dicatat.

2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh

pegawai pencatat nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 32 tahun

1954.

43
Peraturan Agama Nomor 3 Tahun 1975 Pasal 2.
44
Kompilasi Hukum Islam Pasal 5.
33

f. Undang-undang Nomor 24 tahun 2013 perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Adsministrasi Kependudukan,

menyatakan bahwa :45

Pasal 8

1) Instansi pelaksana melaksanakan urusan adsministrasi

kependudukan dengan kewajiban yang meliputi :

a) Mendaftar peristiwa penting kependudukan dan mencatat

peristiwa penting

b) Memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada

setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan

peristiwa penting

c) Mencetak, menerbitkan, mendistribusikan dokumen

kependudukan

d) Mendokumentasikan hasil pendafataran penduduk dan

pencatatan sipil

e) Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting dan

f) Melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang

disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil

45
Undang-undang Nomor 24 tahun 2013 Pasal 8.
34

2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk

pencatatan nikah, talak, dan rujuk bagi penduduk yang beragama

Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat

pada KUA Kecamatan.

g. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan

Perkawinan, menyatakan bahwa :46

Pasal 21

1) Adsministrasi pencatatan perkawinan dilakukan melalui aplikasi

sistem informasi manajemen perkawinan berbasis online

2) Dalam hal KUA Kecamatan yang belum terhubung dengan

jaringan, adsministrasi pencatatan perkawinan dilakukan secara

offline.

h. Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 tentang Pencatatan

Perkawinan, menyatakan bahwa :47

Pasal 24

1) Adsministrasi pencatatan perkawinan dilakukan melalui aplikasi

SIMKAH berbasis web.

2) Dalam hal KUA Kecamatan yang belum terhubung dengan

jaringan, adsministrasi pencatatan perkawinan dilakukan secara

manual.

46
Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 Pasal 21.
47
Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 Tahun 24.
35

Dari beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan diatas sudah

jelas bahwa pencatatan perkawinan memiliki kedudukan yang sangat kuat.

5. Tujuan dan Manfaat Pencatatan Perkawinan

Dalam suatu negara yang tertata segala hal yang bersangkut paut dengan

penduduk harus dicatat, seperti kelahiran, kematian, pernikahan, dan

sebagainya. Perkawinan sangat erat hubungannya dengan waris-mewaris,

sehingga perlu dicatat untuk menjaga agar tidak ada kekacauan.

Atas dasar pemikiran ini kita dapat melihat betapa urgensinya pencatatan

perkawinan itu. Pencatatan perkawinan bertujuan agar terwujudnya adanya

kepastian hukum, ketertiban hukum dan perlindungan hukum atas

perkawinan itu sendiri. Dengan demikian maka pencatatan perkawinan

merupakan persyaratan formil sahnya perkawinan.

Dengan adanya pencatatan perkawinan maka eksistensi perkawinan

secara yuridis formil diakui. Dengan demikian maka suatu perkawinan

dianggap sah apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu :48

a. Telah memenuhi ketentuan hukum materil, yaitu telah dilakukan

memenuhi syarat dan rukun menurut hukum Islam

48
Mega Magdalena, “Fungsi Pencatatan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Medan)”, Thesis, Universitas Sumatera Utara, Medan,
2005, 65.
36

b. Telah memenuhi ketentuan hukum formil, yaitu telah dicatatkan pada

Pegawai Pencatat Nikah yang berwenang.

Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah dalam Pasal 2 ayat 1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam.

Disini akta nikah merupakan syarat formil untuk adanya perkawinan yang

sah. Fumgsi materil artinya akta nikah mempunyai fungsi sebagai alat bukti

karena memang sejak semula akta nikah dibuat sebagai alat bukti. Demikian

pula halnya dengan akta cerai dan akta rujuk.

Dengan demikian maka suatu perkawinan yang sah tidak akan sempurna

jika tidak dicatatatkan pada Pegawai Pencatat Nikah yang berwenang. Dari

sini setidaknya ada dua tujuan dan manfaat pencatatan perkawinan, yaitu :

a. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi kekurangan atau penyimpangan

rukun dan syarat-syarat perkawinan, baik menurut hukum agama dan

kepercayaan itu, maupun menurut perundang-undangan.

b. Untuk membantu masyarakat, agar didalam melangsungkan perkawinan

tidak hanya mementingkan aspek-aspek hukum fiqih saja, tetapi aspek-

aspek keperdataannya juga perlu diperhatikan secara seimbang.

B. MAṢLAḤAH MURSALAH

1. Pengertian Maṣlaḥah Mursalah

Kata Maṣlaḥah berasal dari kata kerja Bahasa arab ṣalaha yaṣluḥu

menjadi ṣuḥlan atau maṣlaḥatan yang berarti sesuatu yang mendatangkan


37

kebaikan. Sedangkan kata mursalah berasal dari kata kerja yang ditafsirkan

menjadi maf’ul yaitu arsala yursilu irsalan menjadi mursalun yang berarti

diutus, dikirim atau dipakai.49

Dari segi bahasa, kata al-maṣlaḥah adalah seperti lafaz al manfa’at, baik

artinya maupun wazan-nya (timbangan kata), yaitu kalimat maṣdar yang

sama artinya dengan kalimat al-ṣalaḥ seperti halnya lafaz al-manfa’at sama

artinya dengan al-naf’u.50

Maṣlaḥah Mursalah didalam hukum islam dipergunakan untuk

menetapkan suatu hukum dengan mengambil manfaat dan kebaikannya.

Sedangkan menurut para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan,

diantaranya adalah :51

1. Al-Ghazali mendefiniskan maṣlaḥah sebagai sesuatu untuk meraih

kemanfaatan atau menolak kemadlaratan. Maṣlaḥah diartikan sebagai

perwujudan syara’ yang berupa pemeliharaan agama, jiwa, akal,

keturunan, dan harta. Oleh karena itu segala sesuatu yang menyangkut

kelima hal tersebut maka dapat dikategorikan sebagai maṣlaḥah. Begitu

sebaliknya jika terjadi sesuatu yang dapat merusak kelima hal tersebut

maka dikategorikan sebagai mafsadah, yang dapat mencegahnya masuk

kedalam maṣlaḥah.

49
Somad.Abd, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syarah Dalam Hukum indonesia), (Kencana:
Jakarta, 2012), 41.
50
Ibid, 42.
51
Hendri hermawan Adinugraha, Mashudi, (Al Maslahah Al Mursalah dalam Penentuan Hukum
Islam), Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, No 4 (01), (Maret, 2018), 65.
38

2. Al-Thufi mendefinisikan maṣlaḥah kedalam dua segi yaitu segi ‘urf

yang artinya sebab yang akan membawa kepada keuntungan dan dari

segi syara’ yang akan membawa tujuan syar’i, baik dalam hal muamalah

maupun ibadah.

3. Al-Syatibi mendefinisikan maṣlaḥah dari dua segi, dari segi terjadinya

dalam kenyataan sebagai sesuatu yang kembali kepada sempurnanya

kehidupan manusia dengan tercapainya semua yang diinginkan sesuai

dengan akal pikirannya, dan dari segi tergantungnya tuntutan syariat

kepada maṣlaḥah sebagai tujuan penetapan hukum. Adapun untuk

menghasilkan kemaslahatan, Allah menuntuk kepada manusia untuk

melakukan sesuatu sehingga aturannya tetap berjalan dengan

semestinya.

4. Izz al-Din mendefinisikan maslahah kedalam dua makna, yaitu dalam

bentuk hakiki sebagai kesenangan dan kenikmatan serta dalam bentuk

majazi sebagai sebab yang akan mendatangkan kesenangan dan

kenikmatan .

Berdasarkan pada pengertian tersebut, pembentukan hukum berdasarkan

kemaslahatan ini semata-mata dimaksudkan untuk mencari kemaslahatan

manusia. Artinya, dalam rangka mencari sesuatu yang menguntungkan, dan

juga menghindari kemudharatan manusia yang bersifat sangat luas.


39

Jadi pengertian maṣlaḥah mursalah adalah suatu kebaikan yang tidak

disinggung dalam al qur’an dan hadits-hadits dan dalil-dalil lain yang

menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya, sedangkan jika

dikerjakan akan mendatangkan yang kebaikan dan kemanfaatan.

2. Macam-Macam Maṣlaḥah

Menurut ushul fiqih, jika ditinjau dari segi ada atau tidaknya dalil yang

mendukung terhadap suatu kemaslahatan, maṣlaḥah terbagi menjadi tiga

macam, yaitu :52

a. Maṣlaḥah Mu’tabarah yakni maṣlaḥah yang diakui secara eksplisit oleh

syara’ dan ditunjukkan oleh dalil (Nash) yang spesifik. Disepakati oleh

para ulama, bahwa maslahah jenis ini merupakan hujjah shar’iyyah

yang valid dan otentik.

b. Maṣlaḥah Mursalah adalah maṣlaḥah yang tidak diakui secara eksplisit

oleh syara’ dan tidak pula ditolak dan dianggap batil oleh syara’, akan

tetapi masih sejalan secara substantif dengan kaidah-kaidah hukum yang

universal. Sebagaimana contoh, kebijakan adanya kartu nikah sebagai

tambahan bukti otentik perkawinan yang ditetapkan oleh pemerintah.

c. Maṣlaḥah Mulghah adalah maṣlaḥah yang tidak diakui oleh syara’,

bahkan ditolak dan dianggap batil oleh syara’. Sebagaimana contoh

yang menyatakan opini hukum yang mengatakan porsi hak kewarisan

52
Muksana Pasaribu, “Maslahat dan Perkembangannya sebagai Dasar Penetapan Hukum Islam”,
dalam Jurnal Justitia, Vol. 1, No. 4 (Desember, 2014), 357.
40

laki-laki harus sama besar dan setara dengan porsi hak kewarisan

perempuan, dengan mengacu kepada dasar pikiran semangat kesetaraan

gender. Dasar pemikiran yang demikian memang mengandung

maṣlaḥah, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan

oleh Allah SWT.

Dari segi tingkat kebutuhannya, maṣlaḥah dibagi menjadi tiga macam,

yaitu:53

a. Maṣlaḥah Daruriyah yaitu kemaslahatan yang menduduki kebutuhan

primer. Kemaslahatan ini erat kaitannya dengan terpeliharanya unsur,

agama dan dunia. Keberadaan maṣlaḥah daruriyah ini bersifat penting

dan merupakan suatu keharusan yang menuntut setiap manusia terlibat

di dalamnya dan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia.

b. Maṣlaḥah Hajiyat yaitu kemaslahatan yang menduduki pada taraf

kebutuhan sekunder. Artinya suatu kebutuhan yang diperlukan oleh

manusia agar terlepas dari kesusahan yang akan menimpa mereka.

Seandainya tidak terpenuhi maka tidak sampai mengganggu kelayakan,

substansi serta tata sistem kehidupan manusia, namun dapat

menimbulkan kesulitan dan kesengsaraan bagi manusia dalam menjalani

kehidupannya.

53
Amir Syarifuddi, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2011), 349.
41

c. Maṣlaḥah tahsiniyat kemaslahatan yang menempati pada posisi

kebutuhan tersier yang dengan memenuhinya dapat menjadikan

kehidupan manusia terhindar dan bebas dari keadaan yang tidak terpuji.

Dengan memenuhi ini, maṣlaḥah seseorang dapat menempati posisi

yang unggul. Ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi maṣlaḥah

ini tidak mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan dan hubungan

antar sesama manusia serta tidak menyebabkan kesulitan yang berarti

untuk kehidupan manusia.

Dari segi perubahannya, maṣlaḥah dibagi menjadi dua yaitu :54

a. Maṣlaḥah Thabitah yaitu kemaslahatan yang tetap dan tidak pernah

berubah sampai akhir zaman,

b. Maṣlaḥah Mutaghayirah yaitu kemaslahatan yang berubah-ubah sesuai

dengan kondisi dan situasi pada keadaan tersebut.

3. Syarat-Syarat Maṣlaḥah Mursalah

Untuk menentukan sesuatu tersebut termasuk dalam maṣlaḥah

mursalah maka para intelektual hukum Islam khususnya memberikan

kriteria-kriteria dalam menentukan mana yang termasuk maṣlaḥah mursalah.

Syarat-syarat maṣlaḥah mursalah diantaranya dari padangan Imam

Malik adalah sebagai berikut :55

54
Zakiyatul Ulya, (Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah), Jurnal ADHKI :
Journal of Islamic Family Law, No.1 (Juni, 2019). 96.
55
A. Faishal Haq, Ushul fiqh Kaidah - Kaidah Penerapan Hukum Islam, (Surabaya: Citra Media,
1997), 145.
42

a. Kemaslahatan tersebut harus reasonable (ma’qủlảt) dan selalu

memgikuti dengan kasus hukum yang dihadapi

b. Kemaslahatan tersebut harus menjadi blue print dalam memelihara

sesuatu yang prinsip dalam kehidupan menghilangkan kesulitan dan

kemudharatan.

c. Kemaslahatan tersebut harus sejalan dengan intensi legislasi dan tidak

boleh bertentangan dengan dalil syar’i dan qat’i.

Pendapat lain, dikemukakan oleh Imam Maliki sebagaimana yang

tertuang dalam kitab karangan Abu Zahrah yang berjudul‚ Ushul fiqih

menjelaskan bahwa syarat-syarat maṣlaḥah mursalah bisa dijadikan dasar

hukum ialah:

a. Kecocokan/kelayakan di antara kebaikan yang digunakan secara pasti

menurut keadaannya dan antara tujuan-tujuan orang-orang yang

menggunakan maṣlaḥah mursalah. Sementara maṣlaḥah mursalah

sendiri tidak meniadakan dari dalil-dalil pokok yang telah ditetapkan

dan tidak pula bertentangan dengan dalil-dalil Qat’iyyah.

b. Hendaknya maṣlaḥah mursalah dapat diterima secara rasional di dalam

keadaannya terhadap permasalahan yang ada. Artinya terhadap

permasalahan yang sesuai secara akal. Kemudian apabila maṣlaḥah

mursalah ditawarkan kepada cendekiawan, maka mereka dapat

menerimanya.
43

c. Hendaknya menggunakan maṣlaḥah mursalah itu tidak menghilangkan

yang sudah ada, dan sekiranya apabila tidak menggunakan teori itu

secara rasional, maka manusia akan mengalami kesempitan dalam

berpikir. Allah SWT dalam firmannya menyebutkan, yang artinya

“Allah SWT tidak menjadikan agama bagi kalian secara sempit”.

4. Kehujjahan Maṣlaḥah Mursalah

Dalam menyikapi hal ini para ulama berbeda pendapat, ada yang

berpendapat bahwa maṣlaḥah mursalah ini dapat digunakan asalkan sejalan

dan relevan dengan syariat Islam, karena melihat persoalan yang baru

muncul meskipun tidak secara jelas diatur dalam Al Qur’an maupun Hadits

kemudian pendapat yang kedua menjelaskan bahwa dalam berijtihad ini

tidak diperbolehkan karena tidak adanya dalil khusus baik secara langsung

maupun tidak langsung didalam Al Qur’an dan Hadits.

Dalam hal ini para kalangan Malikiyah dan Hanabilah menentukan

beberapa syarat agar maṣlaḥah mursalah dapat dijadikan hujjah sebagai

berikut :56

1. Sejalan dengan kehendak syara’ dan didukung nash secara umum.

Misalnya adanya kartu nikah ini sejalan dengan mewujudkan

kemanfaatan dan menghindarkan dari kemadharatan, meskipun tidak

Zakiyatul Ulya, (Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah), Jurnal ADHKI :
56

Journal of Islamic Family Law, No.1 (Juni, 2019). 95.


44

diatur secara jelas di dalam Al- Qur’an dan Hadits tapi adanya kartu

nikah tersebut banyak membawa kebaikan.

2. Bersifat rasional dan pasti bukan merupakan pemikiran dalam

mewujudkan kemanfaatan dan menghindarkan kemadharatan. Misalnya

pencatatan perkawinan yang sekrang sudah menggunakan SIMKAH

merupakan hasil dari perkembangan zaman untuk menjaga adsministrasi

perkawinan, SIMKAH dapat diakses oleh siapapun orang tetapi harus

mengetahui kepentingan dan izin dar KUA setempat.

3. Berlaku umum, dalam arti menyangkut kepentingan orang banyak

bukan pribadi. Misalnya pembuatan kartu nikah ini diwujudkan untuk

kepentingan perkawinan bagi seluruh masyarakat Indonesia, karena

seiring dengan berkembangnya zaman maka adsministrasi perkawinan

ditambahi bukti otentiknya yang dapat dibawa kemana-mana dan

terhubung dengan jaringan online.57

57
Rahmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 118.
45

BAB III

PENERAPAN KARTU NIKAH BERBASIS E-KTP DI KUA SAWAHAN

KOTA SURABAYA

A. Deskripsi KUA Sawahan

1. Lokasi

KUA Sawahan merupakan salah satu KUA di kota Surabaya. Didirikan pada

2 Januari 1964 yang awalnya bertempat di Jl. Bukit Barisan nomor 14 Surabaya,

yang merupakan kelanjutan dari Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan

Kranggan yang dihapus terhitung mulai tanggal 31 Desember 1963 berdasarkan

SP Departemen Agama Nomor 100 tanggal 28 Nopember 1963. Kemudian pada

tahun 1977 KUA Sawahan dipindahkan ke Jl, Dukuh Kupang Timur X / 43-A

Surabaya dan dalam perkembangan selanjutnya alamat tersebut berubah menjadi

Jl. Dukuh Kupang Timur X/8 Surabaya yang berdiri diatas lahan seluas 614 M2

dan status tanahnya adalah tanah Negara atau milik Pemerintah Kota Surabaya.58

2. Kondisi Sosio Ekonomi dan Kultural

Wilayah Kecamatan Sawahan berpenduduk 213.508 jiwa dengan kondisi

sosio ekonomi dan kultural masyarakatnya terbagi dalam beberapa kelompok.

Seperti pada umumnya masyarakat di Kota Surabaya, penduduk di wilayah

Kecamatan Sawahan juga sangat majemuk, baik dari segi agama, sosio kultural,

etnis maupun pekerjaan, sehingga terjadi akulturasi budaya antara penduduk asli

dan penduduk pendatang.

58
Profil Kua Sawahan, Surabaya: 2019, 2.
46

Secara sosiologis, masyarakat Kecamatan Sawahan terbagi dalam beberapa

kelompok strata sosial. Dalam konteks sosio-ekonomi, masyakat Kecamatan

Sawahan terbagi menjadi tiga golongan, yaitu sebagian kecil golongan menengah

keatas yang mayoritas bertempat di daerah perumahan Diponggo, sebagian di

wilayah Pakis Tirtosari, Dukuh Kupang Timur dan daerah Petemon, kelompok

kedua merupakan kondisi mayoritas masyarakat Kecamatan Sawahan yang

berada pada klas sosial ekonomi menengah kebawah yang tersebar hampir di

seluruh wilayah Kelurahan dan kelompok ketiga adalah masyarakat klas ekonomi

kebawah yang juga merupakan kondisi terbanyak kedua dan hampir merata pada

setiap Kelurahan.59

Stratifikasi sosial dalam konteks agama, masyarakat Kecamatan Sawahan

terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagian masyarakat santri yang

mempunyai adat istiadat dan budaya sebagaimana prototipe masyarakat pondok

pada umumnya, kedua masyarakat abangan yang melaksanakan tradisi santri

yang merupakan kondisi mayoritas masyarakat Kecamatan Sawahan, dan

kelompok ketiga adalah masyarakat abangan yang jauh dari kehidupan agama,

yaitu sebagian besar di daerah lokalisasi Putat Jaya. Walaupun demikian,

kegiatan keagamaan di wilayah tersebut dapat dikatakan semarak, bahkan setiap

hari besar Islam selalu diadakan pengajian dan kegiatan-kegiatan yang

berbasiskan agama.60 Oleh karena itu, kelompok ketiga dimaksud adalah para

stake holder yang selama ini menjalani bisnis tersebut, yang sebagian besar

59
Ibid, 8.
60
Ahmad Thalah, Wawancara, KUA Surabaya, 6 Maret 2020.
47

berasal dari luar daerah Putat Jaya. Oleh karena itu, tantangan tersebut

merupakan tugas yang sangat berat khususnya bagi Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Sawahan, sehingga seluruh personelnya dituntut untuk selalu

aktif memberikan bimbingan dan arahan kepada penghuni tempat prostitusi

tersebut.61

3. Kedudukan

1. Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Bubutan


2. Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Dukuh Pakis
dan Kec.Wonokromo
3. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Wonokromo
dan Kec. Tegalasari
4. Sebelah Barat : Wilayah Kec. Sukomanunggal dan
Kec. Dukuh Pakis
Kantor Urusan Agama Kecamatan berkedudukan di wilayah kecamatan dan

bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

yang di koordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama Islam / Bimas Islam /

Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan dipimpin oleh seorang Kepala.

Sehingga tugas pokok KUA Kecamatan adalah melaksanakan sebagian tugas

Kantor Kementerian Agama Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama

Islam dalam wilayah Kecamatan.

61
Ibid, 9.
48

Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Sawahan terletak di Jl. Dukuh

Kupang Timur X / 8 Surabaya dengan batas wilayah sebagai berikut :62

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sawahan terdiri dari enam

kelurahan yang terdiri dari 71 RW dan 555 RT, Kelurahan tersebut adalah :

a. Kelurahan Petemon, terdiri dari 18 RW dan 123 RT

b. Kelurahan Sawahan, terdiri dari 13 RW dan 78 RT

c. Kelurahan Kupang Krajan, terdiri dari 7 RW dan 63 RT

d. Kelurahan Banyu Urip, terdiri dari 9 RW dan 91 RT

e. Kelurahan Putat Jaya, terdiri dari 14 RW dan 104 RT dan

f. Kelurahan Pakis terdiri dari 10 RW dan 63 RT.

Adapun batas-batas lokasi Kantor Urusan agama (KUA) kecamatan Sawahan :

a. Sebelah Utara : Jl. Dukuh Kupang Timur gang VII

b. Sebelah selatan : Jl. Dukuh Kupang Timur gang X

c. Sebelah Timur : Kantor Koramil

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan gang kecil

4. Tugas

62
Imam, Wawancara, KUA Sawahan, 6 Maret 2020.
49

KUA Kecamatan Sawahan berkedudukan dalam wilayah Kecamatan Sawahan

Kota Surabaya dan menjalankan sebagian tugas Kepala Kankemenag. Kota

Surabaya di bidang Urusan Agama Islam antara lain sebagai berikut :63

1. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.

2. Menyelenggarakan surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

pengetikan Kantor Urusan Agama Kecamatan.

3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,

zakat, wakaf, baitul maal, dan ibadah sosial, kepndudukan dan

pengembangan keluarga sakinah.

5. Visi dan Misi

Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Sawahan adalah : “ Profesional dan

amanah dalam membina keluarga sakinah”. Adapun penjabaran terhadap visi

tersebut adalah :64

a. Profesional : Suatu sikap, tindaan dan kebijakan

yang dilaksanakan atau diambil

berdasarkan prinsip-prinsip standart

pelayanan dan hukum yang berlaku.


b. Amanah : Melaksanakan semua tugas yang

diberikan oleh negara sesuai dengan

tugas dan kewenangannya dengan

berpedoman pada prinsip kejujuran,

dapat dipercaya dan memiliki nilai


63
Profil KUA Sawahan, Surabaya, 2019, 17.
64
Ibid, 18.
50

akuntabilitas yang tinggi


c. Membina : Memberikan suatu pelayanan

pembinaan, baik pelayanan

adsminitratif, konseling maupun

advising kepada masyarakat secara

kontinue dan sistematis untuk

memwujudkan tujuan
d. Kelurga : Keluarga yang dibina atas

Sakinah perkawinan yang sah, mampu

memenuhi hajat hidup spiritual dan

material secara layak dan seimbang,

diliputi suasana kasih sayang antara

anggota keluarga dan

lingkungannya dengan selaras,

serasi, serta mampu mengamalkan,

menghayati dan memperdalam

nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan

akhlaq mulia.

Dengan visi KUA Kec. Sawahan yang demikian luas penjabarannya, maka

diperlukan suatu kerangka konseptual yang sistematis dan tersinerginakan

diantara berbagai komponen yang hendak dicapai dalam visi tersebut. Kerangka

konseptual tersebut terimplementasikan dalam suatu misi KUA Kecamatan

sawahan, yaitu : “ Peningkatan dan pemberdayaan aparatur negara dan


51

masyarakat secara profesional dan amanah dalam mewujudkan

masyarakat religius, metropolitan dan madani yang terbangun dari

keluarga sakinah”, melalui :65

a. Peningkatan pelayanan prima dan profesional dalam pencatatan nikah

dan rujuk.

b. Pengembangan manajemen dan penyalahgunaan masjid, zakat, wakaf,

baitul mal dan ibadah sosial.

c. Peningkatan pembinaan keluarga sakinah dan pemberdayaan

masyarakat.

d. Peningkatan pelayanan dan pembinaan produk pangan halal,

kemitraan umat dan hisab rukyat.

e. Pengembangan dan pemberdayaan jama’ah haji.

6. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

1) Masyarakat luas yang akan melaksanakan nikah dan rujuk.

2) Terbangunnya sistem pengelolaan masjid yang profesional.

3) Masyarakat luas dan para pengelola zakat, wakaf, baitul maal, ibsos dan

lembaga sosial keagamaan yang concern terhadap permasalahan

peningkatan kesejahteraan umat.

4) Seluruh elemen masyarakat, terutaman calon pengantin dan keluarga

muslim yang menjadi sendi keluarga sebagai elemen terpenting dalam

mewujudkan kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat.

65
Ibid, 18.
52

5) Seluruh warga muslim yang memiliki kewajiban memakan makanan

yang halal dan beribadah sesuai arah yang benar serta seluruh elemen

bangsa, baik ormas Islam maupun non muslim yang menjunjung tinggi

norma universal dalam mewujudkan kedamaian hidup dalam berbangsa

dan bernegara.

6) Seluruh sarana prasarana kantor dalam upaya memberikan pelayanan

dan akses kepada masyarakat secara cepat, tepat dan mudah.

b. Sasaran

1) Masyarakat luas yang akan melaksanakan nikah dan rujuk.

2) Masyarakat luas dan para aktifis masjid, ta’mir, remas dan para donator

masjid

3) Masyarakat luas dan para engelola zakat, wakaf, baitul maal, ibsos dan

lembaga sosial keagamaan yang concern terhadap permasalahan

peningkatan keejahteraan umat.

4) Seluruh elemen masyarakat, terutama calon pengantin dan keluarga

muslim yang menjadi sendi keluarga sebagai elemen terpenting dalam

mewujudkan kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat kelak

5) Seluruh warga msulim yang memiliki kewajiban memakan makanan

yang halal dan beribadah sesuai arah yang benar serta seluruh elemen

bangsa, baik ormas Islam maupun non muslim yang menjungjung tinggi

norma universal dalam mweuwjudkan kedamaian hidup dalam

berbangsa dan bernegara.


53

6) Seluruh sarana dan prasarana kantor dalam upaya memberikan

pelayanan dan akses kepada masyarkat secara cepat, tepat dan mudah.

B. Kartu Nikah Berbasis E-Ktp

1. Pencatatan perkawinan di KUA Sawahan Kota Surabaya

Dalam Pasal 21 ayat 1 Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018

tentang pencatatan perkawinan menyatakan bahwa adsministrasi pencatatan

perkawinan dilakukan melalui aplikasi sistem informasi manajemen perkawinan

berbasis online.66 Begitu pula dalam Pasal 24 ayat 1 Peraturan Menteri Agama

Nomor 20 Tahun 2020 menyatakan bahwa adsministrasi pencatatan nikah

menggunakan aplikasi SIMKAH (Sistem Informasi Manajemen Nikah) berbasis

web.67 Dan dengan mudah dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat

melalui www.simkah.kemenag.go.id atau http://simkah.kemenag,go.id.68

KUA Sawahan merupakan salah satu KUA yang berada di kota Surabaya

yang pencatatannya sudah menggunakan basis online karena melihat fasilitas

juga biaya yang sudah memadai. Pencatatan perkawinan dilakukan dari berkas-

berkas N1, N2, N3, N4, N6, N7, foto copy kartu keluarga, fotocopy KTP,

fotocopy akte kelahiran, pas foto 2x3 = 3 lembar berlatar belakang biru, surat

pernyataan belum menikah, kemudian surat kesehatan penyuluh dan pemeriksaan

kesehatan reproduksi.69
66
PMA Nomor 19 tahun 2018 Pasal 21 ayat 1.
67
PMA Nomor 20 Tahun 2019 Pasal 24 ayat 1.
68
Tribunnews.com, “Mudahkan Pencatatan Nikah, Kemenag Luncurkan Aplikasi SIMKAH”, diakses
pada 7 Maret 2020.
69
Taufan, Wawancara, KUA Surabaya, 15 September 2019.
54

Kemudian dijadikan pada satu berkas nikah map biru dan dibawa ke petugas

pencatatan nikah untuk dinput data ke dalam SIMKAH (Sistem Informasi

Manajemen Nikah). Dalam proses input kedalam ke SIMKAH (Sistem Informasi

Manajemen Nikah), selain itu data berkas nikah juga diinput kedalam SIMKAH

berbasis dekstop yang merupakan suatu penyimpanan data untuk KUA pribadi,

kemudian dicetaklah buku nikah dan kartu nikah sebagai bukti otentik

perkawinan dan bukti tambahan perkawinan.

2. Mekanisme Kartu Nikah Berbasis E-Ktp

Dalam Pasal 1 ayat 7 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2018

tentang Pencatatan Perkawinan menyatakan bahwa kartu nikah adalah buku

perkawinan dalam bentuk elektronik, yang diserahkan kepada pasangan suami

istri setelah perkawinan dilangsungkan.70 Dalam waktu ini kementerian agama

lebih memperiotaskan pasangan yang menikah pasca peraturan perundang-

undangan di undangkan dan diterbitkannya kartu nikah, bagi pasangan yang

ingin memiliki sebelum diterbitkannya kartu nikah akan mendapatkan kartu

nikah dengan menunggu tahapan selanjutnya yang masih diatur nantinya.71

Munculnya kartu nikah secara resmi pada tanggal 8 November 2019 oleh

Kementerian Agama. Fungsi utamanya sebenarnya sebagai tambahan bukti

otentik dalam perkawinan dan dengan adanya kartu nikah tersebut tidak untuk

menghilangkan buku nikah sebagai bukti resmi dalam perkawinan.72

70
PMA No 19 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 7
71
Thalhah, Wawancara, KUA Surabaya, 6 Maret 2020.
72
Kompas.com, “Kartu Nikah Diberikan Bersamaan dengan Buku Nikah, diakses pada 13 September
2019.
55

Diterbitkannya kartu nikah ini adalah sebuah hasil dari SIMKAH web yang

dapat mencetak buku nikah sekaligus kartu nikah. Adapun rincian bagian kartu

nikah adalah sebagai berikut :73

1. Bagian depan terdiri atas

1) Lambang pancasila sebelah kiri dan sebelah kanan lambang Kementrian

Agama, beserta kop yang bertuliskan (KEMENTRIAN AGAMA

REPUBLIK INDONESIA KARTU NIKAH).

2) Dua kotak foto baground biru pasangan beserta namanya masing-masing.

3) Satu kotak bagian bawah yang berisi QR (Barcode) yang jika discan berisi

tentang informasi nomor perforasi, nomor akta, informasi KUA, nama

pasangan suami istri, NIK suami istri, pelaksanaan akad nikah yang

memuat ( diluar atau didalam kua, tanggal akad, bulan masehi dan bulan

hijriah, jam akad, alamat lokasi akad nikah).

2. Bagian belakang terdapat terjemahan surat Ar-Rum ayat 21 dan dibagian

bawahnya terdapat cap hologram Menteri Agama Republik Indonesia

disertai dengan tahun pembuatan kartu tersebut.

73
Detiknews, “Begini Wujud Kartu Nikah Segera Gantikan Buku Nikah”, dalam
https://news.detik.com/berita/4296724/begini-wujud-kartu-nikah-yang-segera-gantikan-buku-nikah,
diakses pada 13 September 2019.
56
57
58
59
60
61

Kartu nikah ini dicetak setelah semua berkas perkawinan telah di input

kedalam SIMKAH Web. Didalam SIMKAH terdapat menu akta nikah kemudian

dipilih menu cetak kartu nikah dengan gambar sebagai berikut :

Maka selanjutnya akan tampil foto pasangan baground biru dan

berserta QR (Barcode). Kemudian setelah siap untuk dicetak maka pilih

menu “Print” dibawah sebelah kanan. Maka kartu nikah akan dicetak dengan

mesin cetaknya yang sudah disediakan, sekitar membutuhkan waktu kurang


62

lebih 3 menit kartu nikah sudah keluar dan sudah siap diserahkan pada

pasangan suami istri yang mendapatkannya. 74

Kartu nikah dapat memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan

Kantor Urusan Agama dimanapun dan kapanpun yang telah terkoneksi

dengan SIMKAH Web dan dapat meminimalisir pemalsuan identitas

perkawinan karena dilengkapi dengan QR (Barcode), bahkan dapat discan

dikamera handphone jika memiliki fungsi melihat kode QR (Barcode).

Gambar sebagai berikut :

74
Taufan, Wawancara, KUA Sawahan, 20 Maret 2020.
63

Kartu nikah ini dirancang untuk memudahkan pengelolaan

adsministrasi nikah di KUA yang didukung validnya data yang terintegrasi

dengan data kependudukan dan Catatan Sipil yang ada dibawah Dukcapil

kementrian Dalam Negeri.75 Jadi data yang ada didalam kartu nikah secara

otomatis sama dengan data yang ada di KTP elektronik orang tersebut.

Untuk memudahkan adsministrasi perkawinan dizaman sekarang.76

Peluncuran aplikasi ini juga merupakan tindak lanjut dari adanya

Nota Kesepahaman antara Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 470/5711/SJ dan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Pemanfaatan Nomor

Induk Kependudukan, Data kependudukan dan KTP elektronik dalam

Lingkungan Kementrian Agama.77

3. Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota Surabaya

Surabaya merupakan kota di Jawa Timur yang kepadatan penduduknya tinggi.

Bahkan surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta, dengan jumlah

penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Kota Surabaya juga

merupakat pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan dikawasan

Indonesia bagian timur, Surabaya terletak ditepi pantai utara provinsi Jawa

Timur.

Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten

Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Surabaya berada pada


75
Republika.co.id, “Penjelasan Kemenag Soal Penerbitan Kartu Nikah”.
76
Dwi Siswati, Wawancara, Discapil Kecamatan Sawahan, 1 April 2020.
77
Republika.co.id, “Mengapa Buku Nikah Diganti Kartu”, dalam
https://www.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/11/12/pi1gl3409-mengapa-buku-nika h-
diganti-kartu, diakses pada 13 September 2019.
64

dataran rendah, ketinggian antara 3 - 6 m di atas permukaan laut kecuali di

bagian Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan

ketinggiannya antara 25 - 50 m di atas permukaan laut dan di bagian barat sedikit

bergelombang. Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan

Sungai Brantas.

Karena Surabaya merupakan kota yang jaringan internetnya sudah merata

dimana saja, bahkan lembaga apapun dizaman sekarang semua data yang diinput

menggunakan jaringan online. Termasuk KUA Sawahan yang merupakan salah

satu KUA di kota Surabaya yang sudah menggunakan jaringan online untuk

menginput data perkawinan pasangan suami istri.

Penerapan kartu nikah di KUA Sawahan sudah menyeluruh mengingat adanya

Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan

yang kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun

2019 tentang Pencatatan Perkawinan, yang menjelaskan bahwa adanya sebuah

kartu nikah yang merupakan perkembangan dari hasil SIMKAH Web.

Jadi dalam penerapannya kartu nikah di KUA Sawahan diserahkan bersama

buku nikah dan akta nikah setelah dilakukannya akad nikah, sesuai dengan Pasal

18 ayat 1 PMA Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan yang

mengatakan bahwa pasangan suami istri memperoleh buku pencatatan

perkawinan dan kartu perkawinan.78

78
PMA No 19 tahun 2018 Pasal 18 ayat 1.
65

Kartu nikah sebenarnya banyak manfaat dan kegunaan untuk hal kehidupan

pasangan suami istri, tetapi juga ada kalangan yang kontra dengan adanya kartu

nikah ini. Berikut adalah manfaat dan kegunaan kartu, antara lain :

a. Mudah dibawa kemanapun dan kapanpun

Dengan bentuk kartu nikah yang parktis dan tipis bahkan dapat dimasukkan

dompet seperti kartu lain yang memudahkan untuk dibawa kemana-mana

untuk pasangan suami istri. Apalagi dizaman sekarang bagi hotel syariah

yang haruskan membuktikan bukti perkawinan. Mengingat buku nikah yang

terlalu resmi, maka kartu nikah dapat ditunjukkan sebagai bukti tambahan

perkawinan.79

b. Terhubung dengan Aplikasi SIMKAH Web

Kartu nikah merupakan inovasi terbaru dari perkembangan SIMKAH Web

yang memuat semua data pencatatan perkawinan sekaligus terhubung

dengan data Kependudukan dan Catatatn Sipil (Dukcapil), tanpa harus

adanya pelaporan terlebih dahulu.80

c. Pendukung data perkawinan yang akurat

Kartu nikah dapat digunakan sebagai data pendukung yang akurat dalam

memenuhi persyaratan adanya status perkawinan, misalnya urusan pekerjaan

yang biasanya melampirkan buku nikah.81

d. Terdapat kode QR/Barcode

79
Thalhah, Wawancara, KUA Sawahan, 20 Maret 2020.
80
Taufan, Wawancara, KUA Sawahan, 20 Maret 2020.
81
Thalhah, Wawancara, KUA Sawahan, 20 Maret 2020.
66

Kartu nikah dilengkapi dengan barcode dibagian tengah bawah, tepatnya

dibawah foto pasangan suami istri, jika discan maka akan keluar semua data

pasangan suami istri, yaitu berupa nama pasangan suami istri, nomor KTP,

tempat dan waktu perkawinan.

e. Tidak mudah dipalsukan

Kartu nikah memiliki keamanan yang lebih jika dibandingkan dengan buku

nikah, karena dilengakpi fitur barcode.

f. Tidak mudah rusak

Berbahan dasar yang berbeda kartu nikah ini tidak mudah rusak, jika

dibandingkan dengan buku nikah yang berbahan kertas yang jika dibawa

kemana-mana cenderung rusak dan basah.82

g. Jika rusak dapat diganti dan tanpa biaya

Jika kartu nikah rusak atau hilang, maka dapat melaporkan ke Kantor Urusan

Agama yang menerbitkannya tanpa dipungut biaya apapun karena berkaitan

dengan akta kependudukan sebagaimana yang disampaikan oleh

Muhammadiyah Amin.83

Berikut adalah kalangan yang tidak mendukung adanya kartu nikah karena hal-

hal sebagai berikut:

a. Dikhawatirkan memboroskan anggaran negara

82
Sarah Nurillah, Wawancara, Surabaya, 21 April 2020.
83
Siti Hadijah, “Kenali Apa Itu Kartu Nikah, Perbedaan dan Manfaatnya”, dalam
https://www.cermati.com/artikel/kenali-apa-itu-kartu-nikah-perbedaan-dan-manfaatnya, diakses pada
13 September 2019.
67

Beberapa anggota DPR menilai bahwa adanya kartu nikah ini tidak

mendesak untuk kebutuhan masyarakat, karena bagi mereka dengan buku

nikah sudah cukup sebagai bukti dalam suatu perkawinan yang sah. Bahkan

ada yang menilai jika untuk tambahan data kependudukan sebenarnya

didalam E-Ktp dan KK sudah cukup tercatat.84

Dalam hal ini, Kementrian Agama RI memastikan bahwa pengadaan kartu

nikah bukan termasuk pemborosan karena biaya yang dikeluarkan untuk

kartu nikah pada tahun 2018 relatif murah yaitu Rp. 680.000.000,00 untuk 1

juta kartu.85

Jika dihitung, maka biaya untuk satu kartu nikah membutuhkan biaya

sebesar Rp. 650,00 saja.

Adanya kartu nikah ini bukan sebuah program dadakan karena sudah

melalui proses persetujuan DPR untuk anggaran 2018 yang ditetapkan.

Selain itu Kementrian Agama telah merencanakan bahwa program kartu

nikah tidak menggunakan APBN murni , tetapi bersumber dari dana PNBP

Nikah Rujuk diluar Kantor Urusan Agama.86

b. Dikhawatirkan tidak sesuai dengan perencanaan dan dikorupsi

Hal ini muncul dari anggota KPK yang meminta untuk meninjau ulang

terhadap pengadaan kartu nikah, karena dikhawatirkan adanya korupsi

seperti pada E-Ktp. Dalam hal ini Mohsen memastikan adanya kartu nikah
84
Hukumonline.com, “Penerbitan Kartu Nikah Menuai Kritik”, dalam
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bebf97509868/penerbitan-kartu-nikah-menuai-kritik/,
diakses pada 13 September 2019.
85
Zakiyatul Ulya, (Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah), Jurnal ADHKI :
Journal of Islamic Family Law, No.1 (Juni, 2019). 103.
86
Zakiyatul Ulya, (Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah), 103.
68

proses yang terbuka dengan prosesnya yang transparan mekanisme yang

berlaku dalam kerangka good governance. Bahkan Lukman Hakim

Saifuddin mempersilahkan KPK untuk mengusut pengadaan kartu nikah,

jika terjadi indikasi korupsi.87

c. Mudah Hilang

Karena bentuknya yang prakatis seperti kartu ATM, sehingga dapat dibawa

kemana-mana, tetapi dikhawatirkan mudah hilang, adapun jika hal ini terjadi

hal diatas tentang penggantian kartu nikah yang hilang atau rusak sudah

sangat mudah dilakukan. Meskipun praktis dibawa kemana-mana juga tidak

mudah hilang kecuali karena keteledoran atau sebab yang lain.88

d. Sumber Daya yang Kurang Siap

Tidak semua Kantor Urusan Agama memiliki tenaga ahli yang dapat

mengoprasikan SIMKAH Web dalam penerbitan kartu nikah. Melihat

fasilitas dari KUA itu sendiri terkadang yang belum memadai, bahkan sering

terjadi troublenya server SIMKAH Web. Hal ini dikarenakan SIMKAH Web

hanya dapat diakses pada jam 8 sampai 12 siang, diatas jam tersebut sudah

trouble.89

Dalam hal ini Menteri Agama menyampaikan bahwa telah diadakan

fasilitator SIMKAH Web dengan mengundang perwakilan Kantor wilayah

Kementrian Agama dari seluruh provinsi dan selanjutnya perwakilan akan

87
Idntimes, “Polemik Kartu Nikah, Menteri Agama Lukman Hakim Kritik Balik KPK”. Diakses pada
14 September 2019.
88
Agus Faishol, Wawancara, Surabaya, 21 April 2020.
89
Taufan, Wawancara, KUA Sawahan, 20 Maret 2020.
69

memberikan pelatihan kepada seluruh operator Kantor Urusan Agama

diwilayahnya sehingga dalam program ini penerapan kartu nikah dapat

meluas
BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN KARTU NIKAH

BERBASIS E-KTP DI KUA SAWAHAN KOTA SURABAYA

A. Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-Ktp Di KUA Sawahan Kota

Surabaya

Dalam penerapannya kartu nikah di KUA Sawahan diserahkan

bersama buku nikah dan akta nikah setelah dilakukannya akad nikah, sesuai

dengan Pasal 18 ayat 1 PMA Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan

Perkawinan yang mengatakan bahwa pasangan suami istri memperoleh buku

pencatatan perkawinan dan kartu perkawinan.

Kartu nikah ini merupakan sesuatu hal yang tidak diatur dalam Al-

Qur’an, Hadits maupun ayat-ayat yang lain. Jadi eksistensisnya terkatagorikan

sebagai Maṣlaḥah Mursalah. Artinya tidak ada satu ayat al-Qur’an dan hadits

tetapi sejalan dengan hukum syara’ yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits.

Dilihat dari segi kebutuhannya kartu nikah ini termasuk dalam kategori

maṣlaḥah hajiyah yang menyempurnakan keberadaan buku nikah serta

sebagai pelengkap dan bukti tambahan otentik dalam suatu perkawinan.


71

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Kartu Nikah Berbasis E-

Ktp di KUA Sawahan Kota Surabaya.

Maṣlaḥah berasal dari kata kerja bahasa arab ṣalaha yaṣluḥu menjadi ṣuḥlan

atau maṣlaḥatan yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Sedangkan

kata mursalah berasal dari kata kerja yang ditafsirkan menjadi maf’ul yaitu

arsala yursilu irsalan menjadi mursalun yang berarti diutus, dikirim atau

dipakai.90

Dari segi bahasa, kata al-maṣlaḥah adalah seperti lafaz al manfa’at, baik

artinya maupun wazan-nya (timbangan kata), yaitu kalimat maṣdar yang sama

artinya dengan kalimat al-ṣalaḥ seperti halnya lafaz al-manfa’at sama artinya

dengan al-naf’u.91

Menurut teori ushul fiqh , jika ditinjau dari segi ada atau tidaknya dalil yang

mendukung terhadap suatu kemaslahatan, maṣlaḥah terbagi menjadi tiga macam,

yaitu :92

a. Maṣlaḥah Mu’tabarah yakni maṣlaḥah yang diakui secara eksplisit oleh

syara’ dan ditunjukkan oleh dalil (Nash) yang spesifik. Disepakati oleh para

ulama yang valid dan otentik.

90
Somad.Abd, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syarah Dalam Hukum indonesia), (Kencana:
Jakarta, 2012), 41.
91
Ibid, 42.
92
Muksana Pasaribu, “Maslahat dan Perkembangannya sebagai Dasar Penetapan Hukum Islam”,
dalam Jurnal Justitia, Vol. 1, No. 4 (Desember, 2014), 357.
72

b. Maṣlaḥah Mursalah adalah maṣlaḥah yang tidak diakui secara eksplisit oleh

syara’ dan tidak pula ditolak dan dianggap batil oleh syara’, akan tetapi

masih sejalan secara substantif dengan kaidahkaidah hukum yang universal.

c. Maṣlaḥah Mulghah adalah maṣlaḥah yang tidak diakui oleh syara’, bahkan

ditolak dan dianggap batil oleh syara’ .

Dari segi tingkat kebutuhannya, maṣlaḥah dibagi menjadi tiga macam, yaitu:93

a. Maṣlaḥah Daruriyah yaitu kemaslahatan yang menduduki kebutuhan

bersifat penting dan merupakan suatu keharusan yang menuntut setiap

manusia terlibat di dalamnya dan merupakan unsur terpenting dalam

kehidupan manusia.

b. Maṣlaḥah Hajiyat yaitu kemaslahatan yang menduduki pada kebutuhan agar

terlepas dari kesusahan yang akan menimpa mereka. Seandainya tidak

terpenuhi maka tidak sampai mengganggu kelayakan, substansi serta tata

sistem kehidupan manusia, namun dapat menimbulkan kesulitan dan

kesengsaraan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya.

c. Maṣlaḥah tahsiniyat kemaslahatan yang menempati pada posisi

kebutuhan tersier yang dengan memenuhinya dapat menjadikan kehidupan

manusia terhindar dan bebas dari keadaan yang tidak terpuji.

93
Amir Syarifuddi, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2011), 349.
73

Dari segi perubahannya, maṣlaḥah dibagi menjadi dua yaitu :94

c. Maṣlaḥah Thabitah yaitu kemaslahatan yang tetap dan tidak pernah berubah

sampai akhir zaman,

d. Maṣlaḥah Mutaghayirah yaitu kemaslahatan yang berubah-ubah sesuai

dengan kondisi dan situasi pada keadaan tersebut.

Dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan

bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pencatatan perkawinan merupakan syarat sahnya suatu perkawinan.

Melihat manfaat dan tujuannya untuk menyimpan data-data berkas perkawinan.95

Dizaman sekarang pencatatan perkawinan sudah menggunakan jaringan

online, dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 yang diperbarui

Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 pasal 21 ayat 1 menyatakan

bahwa adsministrasi pencatatan perkawinan dilakukan melalui aplikasi sistem

informasi manajemen perkawinan berbasis online.

Hal ini mempermudah pencatatan perkawinan serta untuk keperluan dimasa

akan datang data-data berkas pekawinan masih dapat di cek kembali. Setelah

proses pencatatan perkawinan dilakukan yang dinput melalui SIMKAH desktop

kemudian ada perkembangan yang sekarang menjadi SIMKAH Web, maka data

94
Zakiyatul Ulya, (Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah), Jurnal ADHKI :
Journal of Islamic Family Law, No.1 (Juni, 2019). 96.
95
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 2.
74

perkawinan tersebut akan diprint outkan hasilnya berupa buku nikah, akta nikah,

dan kartu nikah.

Kartu nikah merupakan kartu perkawinan berbentuk elektronik sesuai dalam

Pasal 1 ayat 7 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2018 tentang

Pencatatan Perkawinan.96 Kartu nikah merupakan hasil perkembangan dari

SIMKAH Web. Bentuknya praktis mudah dibawa kemana-mana serta terdapat

QR (Barcode) yang apabila discan berisi tentang data perkawinan pasangan

suami istri.

Dari segi kandungannya, kartu nikah ini termasuk dalam maṣlaḥah ammah

karena berkaitan dengan keperluan orang banyak, meskipun warga Indonesia

secara menyeluruh belum mempunyai kartu nikah tetapi secara bertahap

pemerintah akan mengupayakan hal tersebut. Dari segi perubahannya kartu nikah

termasuk dalam maṣlaḥah mutaghayirah karena merupakan kemaslahatan yang

berubah-ubah sesuai dengan tempat dan waktu, karena suatu saat bisa saja era

digital yang berubah ke era yang baru maka kebutuhan perkawinan pun dapat

berubah.

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa kartu nikah sebagai

perkembangan adanya SIMKAH Web lebih banyak kegunaan dan manfaat diera

zaman sekarang terutama dari segi praktisnya, validnya data untuk hal

perkawinan.

96
PMA Nomor 19 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 7.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dirumuskan dari landasan teori dan hasil penelitian

yang ada tentang penerapan kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan kota

Surabaya menggunakan analisis Maṣlaḥah Mursalah, penulis dapat menyimpulkan :

1. Penerapan kartu nikah di KUA Sawahan diserahkan bersama buku nikah dan

akta nikah setelah dilakukannya akad nikah, sesuai dengan Pasal 18 ayat 1 PMA

Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan yang mengatakan bahwa

pasangan suami istri memperoleh buku pencatatan perkawinan dan kartu

perkawinan. Penerapannya sudah menyeluruh mengingat adanya Peraturan

Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan yang

kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019

tentang Pencatatan Perkawinan.

2. Kartu nikah berbasis E-Ktp di KUA Sawahan kota Surabaya dilihat dari

Maṣlaḥah Mursalah merupakan sesuatu hal yang tidak diatur dalam Al-Qur’an,

Hadits maupun ayat-ayat yang lain. Jadi eksistensisnya terkategorikan sebagai

Maṣlaḥah Mursalah. Artinya tidak ada satu ayat al-Qur’an dan hadits tetapi

sejalan dengan hukum syara’ yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits karena

banyak kegunaan dan manfaatnya.


76

B. Saran

1. Memberikan pelatihan secara bertahap kepada seluruh staf khususnya

bagi pegawai SIMKAH untuk memahami cara penggunaan kartu nikah

di KUA Sawahan kota Surabaya, agar sesuai dan tidak ada kesalahan

dalam pengisian data kartu nikah serta efisien dan rapi namun tetap

berpedoman pada PMA Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan

Nikah. Serta penerapan kartu nikah secara optimal dapat terwujud

khususnya pada KUA Sawahan kota Surabaya dalam meningkatkan

kinerjanya.

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan kegunaan

kartu nikah demi meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai hal

tersebut.
77

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abd, Somad. Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syarah Dalam Hukum indonesia).

Kencana: Jakarta. 2012.

Candrawati, Siti Dalilah. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Surabaya: UIN

Sunan Ampel Press. 2014.

Haq, A. Faishal. Ushul fiqh Kaidah - Kaidah Penerapan Hukum Islam. Surabaya:

Citra Media. 1997.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Prenadamedia Group: Jakarta. 2016.

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum. UIN Sunan Ampel Press: Surabaya. 2014.

Musarrofa, Ita. Pencatatan Perkawinan Di Indonesia dan Prosedurnya. Surabaya:

UIN Sunan Ampel Press. 2014.

Syafe’i Rahmat, Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.

RI, Kementrian Agama. Al Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV Mikraj

Khazanah Ilmu. 2014.

Sonasi, Ahmad dan Sohari. Ushul Fiqh. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2017.

Susanti, Dyah Ochtorina dan A’an Efendi. Penelitian Hukum (Legal Research). Sinar

Grafika: Jakarta. 2015.

Syafaat, Kholiq Hukum Keluarga Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2014.

Syafe’i Rahmat, Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
78

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2011.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya. Petunjuk

Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya: UIN Sunan ampel Surabaya. 2017.

JURNAL

Adinugraha, Hendri Hermawan dan Mashudi. (Al Maslahah Al Mursalah dalam

Penentuan Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. No 4 (01). Maret.

2018.

Magdalena, Mega. “Fungsi Pencatatan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 Studi Kasus di Pengadilan Agama Medan”, Thesis, Universitas

Sumatera Utara. Medan. 2005.

Pasaribu, Muksana. “Maslahat dan Perkembangannya sebagai Dasar Penetapan

Hukum Islam”. dalam Jurnal Justitia. Vol. 1, No. 4. Desember. 2014.

Rahayu, Dwi. Desain Visual Antarmuka Website E-Kartu Nikah Visual Interferce of

E-Marriage Card Website Design. Jurnal Ilmiah SISFOTENIK. No. 2. Juli.

2017.

Ulya, Zakiyatul. Penerbitan Kartu Nikah Di Era Digital Perspektif Maslahah. Jurnal

ADHKI : Journal of Islamic Family Law No.1. Juni. 2019.

Abdul Ijai Kodir Ghani. Efektivitas dan Maslahat Kebijakan Program Kartu Nikah Di

Era Digital (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Depok Kabupaten

Sleman). El-Maslahah Journal, No. 2. Desember. 2019.


79

WEB

Detiknews. “Begini Wujud Kartu Nikah Segera Gantikan Buku Nikah”. dalam

https://news.detik.com/berita/4296724/begini-wujud-kartu-nikah-yang-segera-

gantikan-buku-nikah, diakses pada 13 September 2019.

Hadijah, Siti. “Kenali Apa Itu Kartu Nikah, Perbedaan dan Manfaatnya”, dalam

https://www.cermati.com/artikel/kenali-apa-itu-kartu-nikah-perbedaan-dan-

manfaatnya, diakses pada 13 September 2019.

Https://m.detik.com/news/berita/4296712/ Di akses pada hari Jumat 13 September

2019.

Hukumonline.com. “Penerbitan Kartu Nikah Menuai Kritik”. dalam

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bebf97509868/penerbitan-kartu-

nikah-menuai-kritik/, diakses pada 13 September 2019.

Idntimes. “Polemik Kartu Nikah, Menteri Agama Lukman Hakim Kritik Balik KPK”.

Diakses pada 14 September 2019.

Kompas.com. “Kartu Nikah Diberikan Bersamaan dengan Buku Nikah, diakses pada

13 September 2019.

Republika.co.id. “Kartu Nikah , Disorot tapi Dinanti” diakses pada 15 Juni 2020

Republika.co.id. “Mengapa Buku Nikah Diganti Kartu”, dalam

https://www.republika.co.id/berita/nasional/news-

analysis/18/11/12/pi1gl3409-mengapa-buku-nikah-diganti-kartu, diakses pada

13 September 2019.
80

Republika.co.id. “Penjelasan Kemenag Soal Penerbitan Kartu Nikah”. dalam

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/18/11/12/pi1dgz313-penjelasan-ke menag-soal-penerbitan-kartu-

nikah, diakses pada 15 Juni 2020.

Tribunnews.com. “Mudahkan Pencatatan Nikah, Kemenag Luncurkan Aplikasi

SIMKAH”. diakses pada 7 Maret 2020.

WAWANCARA

Agus Faishol, Wawancara, Surabaya, 21 April 2020.

Ahmad Thalah, Wawancara, KUA Surabaya, 6 Maret 2020.

Dwi Siswati, Wawancara, Discapil Kecamatan Sawahan, 1 April 2020.

Imam, Wawancara, KUA Sawahan, 6 Maret 2020.

Sarah Nurillah, Wawancara, Surabaya, 21 April 2020.

Taufan, Wawancara, KUA Sawahan, 15, September, 2019.


Lampiran I :

Peneliti bersama petugas SIMKAH KUA Sawahan Kota Surabaya


82

Salah satu pasangan yang sudah menggunakan kartu nikah


83

Lampiran II :

Surat Penelitian
84

Lampiran III:

Biodata Penulis

Nama : Nailin Ni’mah


NIM : C91216113
TTL : Mojokerto, 11 November 1998
Alamat : Desa Klinterejo Rt.02 Rw.06 Kecamatan Sooko

Kabupaten Mojokerto
No Handphone : 085735990705
Prodi : Hukum Keluarga Islam
Jurusan : Hukum Perdata Islam
Semester : 8 (Delapan)
Fakultas : Syari’ah dan Hukum
Judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Kartu

Nikah Berbasis E-Ktp Di Kua Sawahan Kota

Surabaya

Riwayat Pendidikan : 1. RA. Salafiyah Syafi’iyah

2. MI. Salafiyah Syafi’iyah

3. MTS. Salafiyah Syafi’iyah

4. MAN 2 Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai