Anda di halaman 1dari 62

AKURASI ARAH KIBLAT MASJID NURUL HUDA, KAUMAN

DAN AL-MUHAJIRIN SIDOARJO

Skripsi

Oleh :
Lailya Rachmawati
NIM. C08215008

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Ilmu Falak
Surabaya
2022
AKURASI ARAH KIBLAT MASJID NURUL HUDA, KAUMAN
DAN AL-MUHAJIRIN SIDOARJO

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh :
Lailya Rachmawati
NIM. C08215008

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Ilmu Falak
Surabaya

2022

PERNYATAAN KEASLIAN

yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lailya Rachmawati


NIM : C08215008
Fakultas/Jurusan/prodi : Syaruah dan Hukum/Hukum Perdata Islam/Ilmu
Falak
Judul Skripsi : Akurasi Arah Kiblat Masjid Nurul Huda, Kauman
Dan Al-Muhajirin Sidoarjo

Menyampaikan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya


saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya,
Saya yang menyatakan

Lailya Rachmawati
NIM. C08215008

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang ditulis oleh Lailya Rachmawati NIM.C08215008 ini telah


diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.
Surabaya,
Pembimbing,
PENGESAHAN

Skripsi ini ditulis oleh Lailya Rachmawati NIM.C08215008 ini telah


dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Faktultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Ampel pada hari kamis, 03 februari 2022, dan dapat diterima
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu
dalam Ilmu Syariah.

Majelis munaqasah Skripsi :


Penguji I, penguji II,

( ) ( )
NIP. NIP.

Penguji III, penguji IV,


( ) ( )

Surabaya,
Mengesahkan,
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Dekan,

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Akurasi Arah Kiblat Masjid Nurul Huda,


Kauman dan Al-Muhajirin Sidoarjo” yang ditulis oleh Lailya Rachmawati,
NIM C08215008, Prodi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Latar belakang penulis melakukan
penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan yang sering ditemui di lokasi
penelitian yaitu bagaimana metode yang digunakan dalam mengukur arah kiblat
Masjid Nurul Huda, Masjid Kauman, dan Masjid Al-Muhajirin ketika dibangun.
Dan bagaimana akurasi arah kiblat Masjid tersebut. Kemudian penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam mengukur arah kiblat
Masjid Nurul Huda, Masjid Kauman, dan Masjid Al-Muhajirin ketika dibangun.
Dan untuk mengetahui akurasi arah kiblat Masjid Nurul Huda, Masjid Kauman,
dan Masjid Al-Muhajirin.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian jenis lapangan


(Field Reasearch) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
penulis lakukan di Masjid Nurul Huda, Masjid Kauman, dan Masjid Al-Muhajirin
dan informan dalam penelitian ini adalah takmir masjid, dan para tokoh yang
ditokohkan oleh masyarakat atau seorang tetuah di daerah tersebut. Dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan teknik wawancara.
Sedangkan di dalam pembahasannya digunakan metode deskriptif dan komparatif
yaitu menggambarkan keadaan yang terjadi di lapangan secara sistematis
kemudian membandingkan dengan pengukuran menggunakan alat teodolit.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang arah kiblat di Masjid
Nurul Huda, Masjid Kauman, dan Masjid Al-Muhajirin Sidoarjo menunjukkan
bahwa praktek dalam pengukuran arah kiblat terhadap tiga masjid tersebut masih
kurang sesuai yaitu masih banyak kemencengan pada arah kiblat Masjid Nurul
Huda bila diukur menggunakan teodolith adalah 3,5° dengan pergeseran
sebanyak 339.8 km. Kemelencengan ini jauh dari batas toleransi arah kiblat
sebesar 37 km, 45 km, dan batas kemelencengan ini apabila dalam cakupan
wilayah Indonesia nilai azimutnya harus berada diantara 290° - 296°. Kemudian
untuk masjid Kauman terjadi kemencengan sebesar 7˚ 30’ dari arah kiblat masjid
Kauman sendiri, maka masjid Kauman perlu menyerongkan arah kiblatnya 7˚ 30’
kearah utara sejati. Dan yang terakhir yaitu masjid Al Muhajirin terjadi
kemencengan yang cukup signifikan, terjadi kemencengan sebesar 4˚ 30’ dari
arah kiblat masjid Al-Muhajirin sendiri, maka masjid Al Muhajirin perlu
menyerongkan arah kiblatnya 4˚ 30’ kearah utara sejati jika pengukurannya
dengan menggunakan alat bantu teodolit. maka untuk metode pengukuran arah
kiblat yang dilakukan oleh takmir masjid Al-Muhajirin yang pada dasarnya
menggunakan metode pengukuran dengan menggunakan Google Earth masih
perlu dilakukan pembaharuan kembali karena metode tersebut juga masih sedikit
pedoman cara pengukuran arah kiblatnya jadi rentan terjadi kemencengan pada
hasil pengukurannya.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya


kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul‚ Akurasi Arah Kiblat Masjid Nurul Huda,
Kauman dan Al-Muhajirin Sidoarjo ‛ dengan lancar segala proses yang
banyak berarti. Sholawat salam semoga tetap tercurah kepada insan
teladan nabi Muhammad saw. Penulis menyadari bahwa dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini bukan hanya semata dari usaha
penulis, namun dari bantuan, semangat dan doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof Akh. Muzakki, M.Ag, Grad.Dip.SEA., M.Phil, Ph.D.
selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
2. Bapak Prof. H. Masruhan, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
3. Bapak Muh. Sholihuddin, MHI. dan Ibu Sri Wigati, M.E.I., selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Perdata Islam Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
4. Bapak Ahmad Mufti Khazin, M.HI. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Falak Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel.
5. Ibu Siti Tatmainul Qulub S.HI., M.S.I selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel dan sekaligus Dosen Pembimbing.
6. Para Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya Fakultas
Syari’ah dan Hukum dan Jurusan Hukum Perdata Islam beserta
Program Studi Ilmu Falak yang telah membekali dengan
pengetahuan serta wawasan yang cukup kepada penulis sehingga
mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai penyusunan
skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis, H. Sutadi dan Hj. Kastinari (Almh),
untuk beliau berdualah skripsi ini penulis persembahkan.
Terimakasih atas segala kasih sayang yang diberikan dalam
membesarkan dan membimbing penulis selama ini sehingga
penulis dapat terus berjuang dalam meraih mimpi dan cita-cita.
Kesuksesan dan segala hal baik yang kedepannya akan penulis
dapatkan adalah karena dan untuk kalian berdua.
8. Suami dan putri kecil tercinta, Abdurrahman Hakim dan Sabira
Shanindya Hakim yang senantiasa mendampingi, memberi
semangat dan mendukung semua kegiatan yang berkaitan dengan
penyelesaian skripsi ini dan tak lupa yang selalu sigap untuk
memberi saran dan tambahan di penulisan skripsi ini.
9. Saudara-saudara penulis, mas Mochammad Taufiq, adik Khusul Khuluq
Ahmada dan M Rizhal Ibrahim terimakasih selalu percaya pada mimpi-
mimpi penulis, kalian adalah yang terbaik dan panutan. Kak Liya
Kurniawati kakak ipar paling loyal dan baik hati. Adik A Kevin Kamal
dan A Fathan Kamal my beloved nephew.
10. Teman-teman seperjuangan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sunan Ampel Surabaya Jurusan Hukum Perdata Islam khususnya
Program Studi Ilmu Falak. Penulis tidak bisa memberikan apa-apa
kecuali ucapan terima kasih dan doa, semoga Allah membalas jasa-
jasa kebaikan mereka dan memudahkan segala urusannya serta
tercatat sebagai amal shalih.
Demikian skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari kata
sempurna, penulis berharap adanya saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaannya. Dan akhirnya penulis
mengharapkan semoga karya ini bermanfaat bagi penulisnya dan
para pembaca yang lain yang selalu mendapat rida Allah, aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Konsonan
No Arab Indonesia Arab Indonesia

1 ‫ا‬ ‘ ‫ط‬ t}

2 ‫ب‬ B ‫ظ‬ z}

3 ‫ت‬ T ‫ع‬ ‘

4 ‫ث‬ Th ‫غ‬ gh

5 ‫ج‬ J ‫ف‬ F

6 ‫ح‬ h} ‫ق‬ Q

7 ‫خ‬ Kh ‫ك‬ K

8 ‫د‬ D ‫ل‬ L

9 ‫ذ‬ Dh ‫م‬ M

10 ‫ر‬ R ‫ن‬ N

11 ‫ز‬ Z ‫و‬ W

12 ‫س‬ S ‫ه‬ H

13 ‫ش‬ Sh ‫ء‬ ‘

14 ‫ص‬ s} ‫ي‬ Y

15 ‫ض‬ d}

Sumber: Kate L.Turabian . A Manual of Writes of Term Papers,Disertations


(Chicago and London. The University of Chicago Press. 1987).
B. Vokal
1. Vokal Tungal (monoftong)

Catatan ; khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku


juka hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang
berh}arakat sukun. Conto h : iqtid{a>’ (‫)اقتضاء‬
2. Vokal Rangkap (diftong)

Contoh : bayna (‫)بين‬


: mawd}u>’ (‫)موضوع‬
3. Vokal panjang (mad)

Contoh : al- jama>’ah (‫)الجماعة‬


: takhyi>r (‫)تخيير‬
: yadu>ru (‫)يدور‬
C. Ta>’ Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta’ marbut}ah ada dua :
1. Jika hidup (menjadi mud}af) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun. Transliterasinya adalah h
Contoh : shari>’at al-Isla>m (‫)شريعة اإلسالم‬
: shari>’ah isla>mi>yah (‫)شريعة إسالمية‬
D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisann huruf besar dan kevil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang

ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang

berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama diri, tempat, judul

buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

KONSEP ARAH KIBLAT

A. Pemahaman Arah Kiblat

Menurut ensiklopedia Islam, Kiblat merupakan arah Kaabah yang

terdapat di Mekkah. Orang muslim melakukan salat dan ibadah yang lain dengan

menghadap diantaranya dalam sesi pemakaman jasad manusia dan pemotongan

hewan kurban.1

Kata al-Qiblah terulang sebanyak 4 kali dalam Alquran. Kemudian

pengertiannya dikhususkan pada suatu arah, dimana semua orang yang

mendirikan salat menghadap kepadanya. Kata ‫ قبلة‬ini ialah bentuk masdar dari

kata kerja ‫قبلة‬-‫ يقبل‬-‫ قب ل‬yang berarti menghadap. Kata kiblat tersebut berasal

dari kata (‫ )القبلة‬secara harfiah berarti arah (jihah) dan merupakan bentuk Fi’lah

dari kata al muqabalah (‫ )املقبابلة‬yang berarti keadaan menghadap.2 Adapun kiblat

atau qiblat diartikan dengan arah ke Kaabah di Mekkah (pada waktu salat),

sedangkan dalam bahasa latin disebut Azimut. Dengan demikian dari segi bahasa

arah kiblat berarti menghadap ke Kaabah ketika salat. Sementara arah itu sendiri

1
Ensiklopedia Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.2005)
2
Majlis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 25

1
2

ialah jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekkah.3 Sedangkan arah kiblat

menunjukan posisi Kaabah dilihat darimana kita berada. Dengan kata lain ialah

yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan salat.

B. Dasar Hukum Menghadap Kiblat

Menghadap kiblat ialah salah satu rukun sah salat. Maka karenannya,

terdapat beberapa Nash yang memerintahkan kita untuk menghadap kiblat ketika

salat, baik itu dari dari Alquran maupun Hadis serta Ijma’ Ulama.

1. Alquran

a. Surah al-Baqarah: 144

‫ك َش طَْر الْ َم ْس ِج ِد‬ ۚ ‫الس ما ۖ ِء َفلَنولِّينَّك قِبلَ ةً َترض‬


َ ‫اها َف َوِّل َِو ْج َه‬
َ َ ِْ َّ ْ‫ك يِف ُّ َّ َ ُ َ َ َۗ ِإ‬ َ ‫ب َو ْج ِه‬ َ ُّ‫قَ ْد َن ر ٰى َت َقل‬
َ‫ا را ۚم‬
‫اب لََي ْعلَ ُم و َن َأنَّهُ احْلَ ُّق‬
َ َ‫ين ُأوتُ وا الْكت‬ َ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َّ
‫ن‬ ‫و‬ ُ ‫ه‬‫ر‬
َ )١٤٤‫ط‬
ْ ‫ش‬َ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫وه‬
َ ‫ج‬
ُ ‫و‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ل‬‫و‬‫ف‬َ ‫م‬ُ‫نت‬‫ك‬ُ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫ث‬
ُ ‫ي‬
ْ ‫ح‬َ ‫و‬
َ (ْ ‫ِمحْلَنَ ِرهِّبِ َۗم وما اللَّه بِغافٍِْل َعما ُيعملون‬
َ ُ َ ْ َ َّ َ َ ُ َ َ ْ َّ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu ialah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.” 4

b. Surah al-Baqarah:149

ِ ِِ
ۗ
ُ‫ك َش طَْر الْ َم ْس جد احْلَ َرا ۖ ِم َوِإنَّهُ لَْل َح ُّق من َّربِّكَ َوَم ا اللَّه‬
َ ‫ت َف َوِّل َو ْج َه‬ ُ ‫َِوِم ِْن َحْي‬
َ ‫ث َخ َر ْج‬
)١٤٩( ‫بغَاف ٍل َع َّما َت ْع َملُو َن‬
“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu
ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar

3
Dhiauddin Tanjung, Ilmu Falak Kajian Akurasi Arah Kiblat Kota Medan Metode Dan Solusi. (Medan;
Perdana Publishing,2018), 21-22.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2008), 18.
3

sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari
apa yang kamu kerjakan.”

c. Surah al-Baqarah:150

‫وه ُك ْم‬ ‫ت َف َوِّل وجه ك ش طر المس ِج ِد ا را ۚم وحيث م ا كنتم فولُّوا وج‬ ُ ‫َوِم ْن َحِْي‬
‫ث َخ َر ْج‬
‫َّاس علََي ُْكَم َح َّجَةٌ ِْإَاَّل ْالََّ ِذ ْين ظَلَمحْلَواَ ِمِنهَمَ ْفَاَلُ خَتَ شُو ُه ْم َوَاخشُويِنُ َوُأِل َّمِت‬ َِ
َ َْ ْ َ ْ َُْ ْ ْ ُْ ُ َ ُ ْ ْ َ ِ ‫َِشطْيِتَرهُ لَئاَّل يَ ُكو َن َّللن‬
)١٥٠( ‫ن ْع َم َعلَْي ُك ْم َولَ َعل ُك ْم َت ْهتَ ُدو َن‬
“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia
atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja).
Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk.”5

2. Hadits

َ ‫س اَ َّن َر ُس‬
‫ول‬ ٍ ِ‫ح َدثَن اَب وبكْربن اَيِب َش يبةَ ح َّد َثنَا عفَّا ُن ح َّدثَنَا مَحَّاد بن س لَمةَ عن ثَا ب‬
ٍ َ‫ت َع ْن اَن‬ ْ َ َ َ ُْ ُ َ َ َ َْ ُ َْ َ ُ َ َ
ۡ ْ َ‫ت الْم ْق ِد ِس َفَن َزل‬
ِ ِ
َ ُّ‫ت (قَد َن َر ٰى َت َقل‬
‫ب‬ َ ‫ص لَّي حَنْ َو َبْي‬
َ ُ‫اللَّه – ص لي الل ة علي ة وس لم – َك ا َن ي‬
‫ك َش ۡطَر ٱ ۡل َم ۡس} ِج ِد ٱ ۡل َح َرِام) فَ َم َر َر ُج ٌل‬ ۚ ‫ٱلسمٓا ۖ ِء َفلَنولِّينَّك قِ ۡبلَةً تَ ۡر‬
َ ‫ض ٰى َها َف َوِّل َو ۡج َه‬
َ َ َ َ ُ َ َّ ‫ك يِف‬ َ ‫َو ۡج ِه‬
ِ ِ ِ ِ
.‫ت‬ ْ َ‫ص لَّ ْوا َرْك َع ةً َفنَ َادي اَاَل ا َّن اْلقْبلَ ةَ قَ ْد ُح َّول‬ َ ‫م ْن بَيِن َس لَ َمةَ َوُه ْم ُرُك وعٌ يِف‬
َ ‫ص اَل ة الْ َف ْج ِر َوقَ ْد‬
)‫فَ َمالُوا َك َما ُه ْم حَنْ َو اْ ِلقْبلَ ِة (روه مسلم‬
“Bercerita Abu Bakar bin Abi Syaibah, bercerita Hammad bin Salimah, dari
Tsabits dari Anas: Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW (pada hari itu)
sedang salat dengan menghadap Baitul Maqdis, kemudian, kemudian
turunlah ayat sesungguhnya aku melihat mukamu sedang menenggadah ke
langit, maka sengguh kami palingkanlah mukamu mukamu ke kiblat yang
Haram. Kemudian ada seseorang dari Bani Salamah berpergian, menjumpai
sekelompok sahabat sedang ruku pada salat fajar. Lalu ia menyeru,
5
Ibid.
4

sesungguhnya kiblat telah berubah lalu mereka berpaling seperti kelompok


Rasulullah yakni ke arah kiblat.” (HR. Muslim).6

Dari uraian beberapa ayat dan hadis diatas, maka dapat dikatakan bahwa

menghadap arah kiblat merupakan salah satu syarat sah dalam melaksanakan

salat yang harus dilaksanakan. Begitu pentingnya menghadap kiblat saat

melaksanakan ibadah, orang yang berada dalam perjalanan saja wajib

mengusahakan salat menghadap kiblat jika tidak bias maka cukup menghadap

kearah laju kendaraan.

C. Hukum Salat Menghadap Kiblat

Menghadap kiblat merupakan salah satu syarat wajib salat yang

ditetapkan oleh al Quran dan hadis. Adapun dalil-dalil yang diambil ialah

sebagai berikut:
ۡ ۡ ِِ ۡ ۡ ‫َوِم ۡن َح ۡي‬
َ‫ث َما ُكنتُمۡ ۡ َف َولُّ يِنواْ ُو ُج مِت‬
ُ‫وه ُكِمۡ ۡ َيِتشطَرهۥ‬ ُ ‫ك َش ِطَر ٱل َم ۡسج ِد ۡ ٱل َحَرا ۚ ِم َو َح ۡ ۡي‬
َ
َّ ‫ِإ‬
‫ت َف َوِّل َو ۡج َه‬ َ ‫ث َخَر ۡج‬ ُ
ِ ‫لَِئاَّل يَ ُكو َن للن‬
ِ
‫ين ظَلَ ُمواْ من ُهمۡ فَاَل خَتخ َش ۡو ُهمۡ َوٱخ َش ۡو َوُأِل َّ نع َم‬ َ ‫َّاس ۡهَعتلَ ۡيدوُكمۡن ُح َّجةٌ اَّل ٱلذ‬
َ ُ َ ‫َعلَ ۡي ُكمۡ َولَ َعلَّ ُكمۡ هَت‬
“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku
atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”

6
Maktabah syamilah versi 2.11, Muslim Bin Hajjaj Abu Hasan Qusyairi An Naisabury, Shahih Muslim,
Mesir: Mauqi’u Wazaratul Auqaf, t.t juz 3, 443.
5

Sejak berhijrah ke Madinah Rasulullah SAW mengerjakan salat dan

menghadapkan wajahnya ke Baitul Maqdis hingga lebih dari 16 bulan lamanya.

Setelah itu Rasulullah SAW. Sering kali merindukan kembali menghadap ke

Kaabah. Kemudian, pada suatu saat Rasulullah berkata kepada malaikat Jibril.

“saya selalu memohon kepada Allah mudah-mudahan Allah memalingkan muka

saya dari kiblat kaum Yahudi”. Ketika itu Jibril berkata “ya Rasulullah

sebaiknya engkau terus memohon saja kepada Allah”.7

ِِ ِ ‫قَ ْد َنري َت َقلُّب وجهك يِف السم ِاء َفلَنولِين‬


ُ ‫ك َشطَْر الْ َم ْس جد احلَ َرِام َو َحْي‬
‫ث‬ َ ‫ض َها َف َول َو ْج َه‬
َ ‫َّك قْبلَةَ َتْر‬
َ َ َُ َ َ َ َْ َ َ َ
‫ب لَِي ْعلَ ُمو َن َأنَّهُ احْلَ ٌق ِم ْن َرهِّب ْم َوَماااهلل بِغَ ِف ٍل َع َّما‬ ِ ِ َّ ‫ِإ‬
َ ‫َما ُكْنتُ ْم َف َولَّوا ُو ُج‬
َ َ‫وه ُك ْم َشطَْرهُ َو ن اَلديْ َن اُوتُوا اْلكت‬
‫َي ْع َملُو َن‬
“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menenggadah ke langgit, maka
sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu ialah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.8
Menurut banyak hadis, bahwa perubahan kiblat terjadi di Madinah pada

saat Rasulullah sedang salat ashar. Sang pembawa wahyu ilahi memegang

lengan Rasulullah SAW yang sedang melaksanakan salat ashar dan

membelokannya kearah Yerusalem kearah Kaabah. Kemudia para kaum

7
Muhhamad Husain Haekal.Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: PT.Dunia Pusaka Jaya. 1928), 238
8
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta. 1982), 37.
6

muslimin langsung mengubah arah mereka sama seperti arah yang dituju oleh

Rasulullah.

Menghadap Kaabah ada dua macam yakni, setiap orang yang bisa

melihat secara langsung Kaabah maka harus menghadap langsung pada

bangunan Kaabah. Kemudian, Jika ada seseorang yang tinggal cukup jauh dan

tidak memungkinkan melihat Kaabah, maka wajib berijtihad dalam menentukan

arah ‘ayn Kaabah karena tidak cukup baginya hanya sekedar menghadap pada

arahnya selama ia berada di Makkah.9

Untuk seseorang yang berada di Madinah hanya perlu menghadapkan

tubuhnya ke mihrab masjid Nabawi10, karena jika seseorang menghadapkan

seluruh tubuhnya ke mihrab berarti ia menghadap ‘ain Kaabah, karena mihrab

tersebut ditempatkan melalui wahyu, dan sudah pasti mihrab tersebut pasti lurus

dengan Kaabah tanpa ada suatu penyimpangan arah sedikitpun.11

D. Menentukan Arah Kiblat

Untuk menentukan sudut arah kiblat memerlukan alat bantu hitung yang

berupa kalkulator12. Oleh sebab itu itu rumus yang digunakan memakai unsur

9
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Empat Madzhab Bagian Ibadah. (Jakarta: Darul Ulum press. 1994).,
41.
10
Mihrab ialah ceruk setengah lingkaran yang berada paling depan dari masjid atau mushola yang
menunjukan arah kiblat dan merupakan tempat untuk imam memimpin salat berjamaah dalam ibadah
salat.
11
Ibid.hlm 42.
12
Kalkulator ialah mesin hitung yang digunakan untuk perhitungan sederhana seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian hingga kepada kalkulator sains yang dapat menghitung rumus
matematika tertentu.
7

rumus ukur segitiga bola. Dengan memperhitungkan scientific calculator,

preoses perhitungan dapat dilakukan dengan cepat, dan tidak perlu

mengandalkan daftar logaritma.

Untuk melakukan perhitungan arah kiblat, ada tiga titik yang diperlukan,

yakni:

1. Titik A, terletak di Kaabah φ = + 21º25’15” LU dan λ = 39º 49’50” BT.

2. Titik B, terletak pada lokasi wilayah yang akan dihitung arah kiblatnya.

3. Titik C, terletak pada kutub utara.13

Titik A dan titik C ialah dua titik yang tidak berubah, karena titik A tepat

di Kaabah dan titik C tepat berada pada kutub utara. Sedangkan titik B

senantiasa berubah karena lokasi yang akan dihitung memiliki data koordinat

kiblat yang berbeda. Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis

lengkung, maka terjadilah segitiga bola ABC seperti gambar dibawah ini. Titik A

ialah markaz atau tempat yang arah kiblatnya akan dihitung, titik B ialah posisi

Kaabah, dan sedangkan titik C ialah kutub utara.14

Dengan gambar diatas, dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan

perhitungan arah kiblat dalah suatu perhitungan yang bermaksud utuk

mengetahui berapa besar sudut B, yakni sudut yang diapit oleh sisi a dan c.

Jenis kalkulator yang diperlukan untuk menghitung arah kiblat

setidaknya memiliki kegunaan:

13
Muhiyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek. (Yogyakarta: Buana Pustaka. 2004), 54-
55.
14
Akhmad Mukarram.Ilmu Falak Dasar-Dasar Hisab Praktis. (Sidoarjo: Grafika Media.2012)., 93.
8

1. Mempunyai fungsi sinus (sin, cos, dan tan) beserta perubahannya.

2. Mempunyai fungsi pembalikan pembilangan dan penyebut, biasanya tanda

1/x fungsi ini sangat penting jika ingin mendapatkan nilai Cotan (=1/tan),

sec (=1/cos) dan cosec (=1/sin).

3. Mempunyai fungsi memori, yang bertanda Min dan MR.

4. Memiliki fungsi plus dan minus (+/-).

Fungsi-fungsi seperti diatas biasanya dimiliki oleh hampir setiap

scientific calculator. Jumlah digit yang didapat pada layar kalkulator setidaknya

berjumlah 10 digit atau lebih atau 8 digit untuk minimalnya.

Untuk menentukan arah kiblat ada baiknya utuk melakukan langkah-

langkah berikut ini:

1. Menentukan arah mata angin

Ada beberapa cara untuk menentukan arah mata angin, yakni:

a. Menggunakan kompas Magnetic

Akan tetapi kompas memiliki kelemahan yakni, sangat peka terhadap

benda-benda logam disekitarnya, dan hal itu sangat mempengaruhi

keakuratan dari kompas magnetic itu sendiri.

b. Tongkat istiwa’ atau menggunakan bayang-bayang matahari

Cara tersebut terbilang sangat efektif untuk menentukan arah mata angin

yang diperlukan untuk menghitung arah kiblat.

c. Berpedoman pada posisi matahari (saat matahari berada pada titik zenith

Kaabah).
9

2. Menentukan lintang dan bujur tempat

Seluruh tempat di bumi, kedudukannya ditentukan oleh lintang,

dengan ditandai simbol (φ), dan juga bujur yang ditentukan dengan simbol

(λ) keduanya sama-sama dihitung dengan satuan derajat.

Lintang tempat ialah jarak tempat dari khatulistiwa atau equator15

bumi diukur sepanjang garis bujur yang melalui tempat itu16 lintang sebelah

selatan (khatul istiwa’) diberi tanda negatif (-) sedangkan lintang sebelah

utara diberi tanda positif (+). Khatul istiwa’ ialah lintang 0º dari titik kutub

(kutub utara dan selatan) ialah lintang 90º, jadi lintang tempat memiliki

kisaran antara 0º hingga 90º.

Bujur tempat ialah jarak suatu tempat ke garis bujur yang melalui

kota Greenwich di selatan kota London. Berbagai tempat di Bumi

ditentukan bujurnya melalui posisinya dari titik 0º di kota Greenwich hingga

di 180º, baik kearah barat (BB) Bujur barat maupun Bujur Timur (BT).17

Garis bujur Grennwich ini dijadikan titik pangkal ukur dalam

pengukuran bujur tempat, sehingga harga bujur yang melewati kota

Greenwich itu bernilai 0º. Bujur tempat yang berada pada timur Greenwich

15
Equator ialah lingkaran besar yang bidangnya melalui titik pusat bola langit dan tegak lurus pada
sumbu langit, dapat dikatakan jika equator ialah garis khayal yang membagi bola bumi menjadi dua
bagian yang sama yakni belahan equator utara dan selatan.
16
Ibid., 12.
17
Ibid., 13
10

bertandakan positif (+). Sedangkan Bujur tempat yang berada pada selatan

Greenwich bertandakan negatif (-).18

E. Mengukur arah kiblat menggunakan Mizwala Qibla Finder

Gambar 2.3. Mizwala Qibla Finder

1. Sejarah

Mizwala Qibla Finder merupakan instrumen modifikasi dari

modifikasi sundial dengan tongkat istiwa’19 yang digunakan khusus untuk

menentukan arah kiblat. Dilihat dari nama yang diberikan oleh penemunya,

kata “Mizwala” berasal dari kata zaala-yazuulu-zaulan yang berarti pergi

atau berlalu.20

18
Muhammad Sayuti Ali.Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek. (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004).,
43
19
Istiwa’ merupakan waktu dimana matahari berada tepat pada titik tertinggi dan waktu salat dhuhur
yakni sesaat setalah matahari berada sedikit condong kearah barat. Sedangkan tongkat istiwa’
merupakan tongkat yang ditancapkan tegak lurus yang fungsinya untuk mencari atau mencocokkan
waktu istiwa’ dan jam-jam sholat
20
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 594
11

Mizwala Qibla Fender ialah penemuan Hendro Setyanto pada tahun

2010, beliau ialah ahli astronomi lulusan ITB yang saat ini aktif sebagai

anggota Lajnah Falakiyah Nahdhatul Ulama.

2. Komponen Mizwala Qibla Finder

a. Gnomon (miqyas)

Gnomon merupakan alat penghasil bayangan yang diletakkan di

tengah lingkaran bidang dial putar. Tingginya 10 cm dan ujung yang

mengrucut. Panjang gnomon sangat menyesuaikan dengan jari-jari

bidang dial putar agar bayangan yang dihasilkan gnomon tidak melebihi

bidang dial.

b. Bidang Dial Putar

Bidang ini berfungsi sebagai penerima bayangan matahari yang

dihasilkan oleh gnomon dan bidang dial dapat diputar hingga 360˚.

Fungsi dapat diputarnya bidang dial Mizwala Qibla Finder yakni untuk

memangkas waktu pengukuran arah kiblat agar tidak terlalu lama,

bidang ini memiliki luas jari-jari 15 cm. pada bidang ini terdapat kurva

yang terdiri dari lingkaran-lingkaran konsentrik dan skala azimuth dari

0-360 derajat dengan interval 15º.

c. Bidang Level
12

Bidang level berfungsi sebagai penyangga pada mizwala qibla

finder, bidang level merupakan komponen tambahan agar mizwala dapat

seimbang dan tidak miring saat digunakan.

d. Compact Disk Mizwala Qibla Finder

Ini merupakan software dari mizawala qibla finder yang berupa

data perhitungan yang dapat digunakan sebagai bahan menentukan arah

kiblat. Dengan adanya software ini sang peneliti tidak perlu lagi untuk

menghitung karena dengan adanya Software ini sang peneliti hanya

perlu memasukkan data lintang tempat, bujur tempat, tanggal, dan

waktu saja, maka hasil atau data pehitungan untuk mengukur arah kiblat

akan didapatkan.

3. Fungsi Mizawala

a. Menentukan arah kiblat

Konsep penentuan kiblat dari mizwala yakni mengadopsi

konsep teodolit. yakni menggunakan posisi matahari untuk menentukan

arah utara sejati, yang selanjutnya digunkan untuk menentukan arah

kiblat. Pada mizwala penentuan arah kiblat dapat dilakukan sewaktu-

waktu asalkan pada saat itu terdapat cahaya matahari (siang hari).

b. Menentukan utara sejati

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa dengan memanfaatkan

bayangan gnomon yang akan menghasilkan posisi azimuth matahari,

maka akan dihasilkan titik utara sejati. Dengan mengetahui azimuth


13

matahari pada jam pengukuran tertentu, kemudian bidang dial putar

diputar sehingga bayangan yang dibentuk gnomon sesuai dengan

azimuth matahari, maka dapat diketahui empat arah mata angin sejati

bumi, sehingga titik 0º akan menunjukan arah utara, titik 90º

menunjukan arah timur, titik 180º akan menunjukan arah selatan, dan

270º menunjukan titik barat.

4. Trigonometri Mizwala Qibla Finder

a. Azimuth kiblat

Rumus perhitungan azimuth kiblat yang digunakan sebagai

berikut:
k x x
cotan B=tan φ x cos φ ÷ sin C−sin φ ÷ tanC

dimana B ialah sudut arah kiblat, φ k ialah lintang Kaabah, φ x ialah

lintang tempat, dan C ialah selisih bujur tempat dan Kaabah.

b. Azimuth matahari

Rumus perhitungan selanjutnya ialah aziumuth matahari (As-

Simtu) dan azimuth bayangan matahari (mizwah). Azimuth bayangan

matahari (mizwah) ialah kebalikan dari (As-simtu) azimuth matahari

atau nilainya 180 derajat dari azimuth matahari. Sehingga untuk

mendapatkan nilai azimuth bayangan matahari, harus diketahui terlebih

dahulu nilai azimuth matahari. Untuk mendapatkan nilai azimuth

matahari diperlukan data yang cukup banyak yakni: deklinasi matahari,


14

sudut waktu matahari, bujur matahari, asensio rekta, dan sebagainya.

Data tersebut dapat diketahui melalui metode perhitungan Jean Meus.

Sedangkan untuk azimuth bayangan matahari (mizwah) dapat dihitung

dengan menambahkan azimuth matahari dengan 180º. Sehingga,

azimuth bayangan matahari = az + 180º.

F. Menentukan Arah Kiblat Dengan Menggunakan Teodolit

1. Pengertian dan Fungsi Teodolit

Gambar 2.4. Teodolit

Teodolit merupakan alat untuk mengetahui tinggi tanah dari sudut

yang mendatar dan sudut tegak. Berdeba dengan waterpass yang hanya

memiliki fungsi satu sudut mendatar saja. dalam teodolit sudut yang dapat

dibaca bisa dihitung samapai pada satuan detik. Teodolit juga dapat

digunakan untuk mengukur jarak, dibidang ilmu falak teodolit juga bisa

digunakan sebagai media pengukur arah kiblat, mengukur posisi benda-


15

benda langit (dalam hal ini ialah bulan dan matahari), mengukur titik utara

sejati, mengamati hilal, dan mengamati gerhana.21

2. Komponen Teodolit

a. Micrometer teodolit untuk mengatur arah vertikal dengan geseran halus

guna mendapatkan sudut yang aktual.

b. Lensa objektif, ialah bagian teodolit untuk melihat objek yang dituju

supaya nampak lebih jelas.

c. Vertikal klaim, ialah pengunci teropong jika nivo tabung pada teropong

berada tepat di suatu kesimbangan yang menunjukan garis lurus secara

horizontal. Selain itu, bagian ini berfungsi sebagai pengunci besar sudut

vertikal yang diperlukan sehingga sudutnya tidak berubah.

d. Vertical tangen screw, ialah sekrup diafragma gerakan tagan horizontal

yang berfungsi sebagai penentu sudut bacaan pada sumbu pertama dan

sumbu kedua.

e. Upper plat tangens screw, ialah pengunci repetisi bagian atas yang

bermanfaat untuk mengunci alat agar posisinya yang sudah tepat tidak

kembali lagi ketempat semula.

f. Lensa okuler, lensa okuler merupakan bagian teodolit yang berperan

untuk membidik objek yang diincar.

21
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak Dari Sejarah ke Teori dan Aplikasi, (Depok, Rajawali Pers, 2017),
263.
16

g. Reflektor, berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya agar objek

tangkapan terlihat lebih jelas.

h. Layar display, (LED) berfungsi untuk menampilkan data berupa angka

yang digunakan terkait dengan pengukuran.22

3. Mengukur Arah Kiblat Dengan Menggunakan Konsep Teodolit

a. Sebelum melakukan pengukuran arah kiblat, sebelumnya perlu

mempersiapkan perhitungan azimuth kiblat.

Rumus azimuth kiblat antara lain:

Cotan AQ =tan ∅ k cos ∅ x ÷ sin SBMD−sin ∅ x ÷ tan SBMD

Dimana: AQ = arah kiblat


k
∅ = lintang Kaabah
x
∅ = lintang tempat

SBMD = Selisih Bujur Mekah Daerah.

Azimuth kiblat = 360˚ - AQ

b. Setelah teodolit siap digunakan maka perlu dilakukan pengukuran titik

utara sejati.

c. Setelah teodolit mengarah ke titik utara sejati, lalu lepas kunci teodolit

kemudian putar searah jarum jam hingga angka Horizontal Angle (HA)

menunjukan angka azimuth kiblat.

22
Ibid., 266.
17

d. Setelah itu kunci teodolit, maka teodolit sudah mengarah ke titik kiblat

yang dicari.
18

Bidik dua titik didepan teodolit menggunakan lensa teropong. Satukan keduanya

dengan menggunakan lensa teodolit hingga membentuk sebuah garis, garis tersebut

ialah arah kiblat.23BAB III

ARAH KIBLAT MASJID NURUL HUDA, MASJID KAUMAN DAN MASJID

AL MUHAJIRIN SIDOARJO

A. Masjid Nurul Huda

1. Profil Masjid Nurul Huda

Masjid Nurul Huda ini dibangun di atas tanah seluas 900 m² dengan

lebar bangunan sekitar 450 m2. Masjid ini dibangun tepat di sebelah timur

makam, dan berada di sebelah selatan dari jalan raya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Ketua Takmir Masjid Nurul Huda, sejarah pendirian masjid

sekitar tahun 1980-an dan didirikan oleh Alm. H. Ahmad. Bangunan masjid ini

awal mulanya adalah sebuah musala kecil berbentuk seperti rumah yang hanya

cukup ditempati beberapa puluh orang saja, semakin banyaknya jemaah dan

jarangnya ada masjid di Jalan Brigjend Katamso No. 72, Mekar Raya Binangun,

Janti, Kec. Waru, Kabupaten Sidoarjo maka adanya renovasi musala menjadi

masjid agar bisa buat salat Jumat berjemaah24.

2. Letak Astronomis dan Geografis Masjid Nurul Huda

23
Ibid., 272.
Abu Hamid, Wawancara, Sidoarjo, 13 April 2022.
24
19

Berdasarkan penulisan yang dilakukan bahwasanya letak astronomis

Masjid Nurul Huda adalah terletak di titik koordinat -7° 23´ 47,75´´ LS dan 112°

41´ 38,76´´ BT. Titik koordinat tersebut diperoleh dari aplikasi GPS. Sedangkan

letak geografis Masjid Nurul Huda adalah terletak pada desa Masangan Wetan,

kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, dengan batas-batas berikut25:

a. Bagian Utara Masjid Nurul Huda: kawasan rumah penduduk.

b. Bagian Timur Masjid Nurul Huda: bersebrangan dengan jalan raya Desa

Masangan wetan.

c. Bagian Selatan Masjid Nurul Huda: bersebrangan dengan jalan raya Desa

Masangan Wetan.

d. Bagian Barat Masjid Nurul Huda: bersebrangan dengan Makam Islam Desa

Masangan Wetan.

3. Sejarah Penentuan Arah Kiblat Masjid Nurul Huda

Dalam berdirinya masjid Nurul Huda tentunya tidak lepas dari peran

tokoh agama dan masyarakat sekitar. Pertama kali pembangunan dan penentuan

arah kiblat Masjid Nurul Huda adalah tidak menggunakan alat apapun,

melainkan dengan melakukan istikharah. Masyarakat berkeyakinan bahwa

istikharah yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu atau oleh orang-orang

shaleh dan terkenal kewaliannya itu benar adanya. Hingga pada tahun 2009-

2010an adanya perluasan lahan untuk melakukan renovasi masjid supaya lebih

indah dan muat lebih banyak jemaah. Seiring berjalannya waktu pada saat

Abu Hamid, Wawancara, Sidoarjo, 13 April 2022.


25
20

pelaksanaan renovasi masjid, adanya sebuah himbauan dari MUI tentang

terjadinya suatu fenomena alam berupa pergeseran lempengan bumi yang dapat

berpotensi mengubah arah kiblatnya, sebagaimana yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya. Hal ini yang menjadi alasan untuk mengubah arah kiblat

masjid Nurul Huda26.

Setelah itu pengurus-pengurus masjid Nurul Huda melakukan sebuah

Musyawarah salah satunya H. Abu Hamid dan Alm. Syafii yang menjadi

panitia pembangunan masjid mengusulkan untuk mengubah arah kiblat

tersebut sekalian merenovasi masjid Nurul Huda. Karena dari awal berdirinya

masjid Nurul Huda belum pernah melakukan sebuah ijtihad tentang arah kiblat

masjid tersebut. Pengurus masjid Nurul Huda menyepakati bahwa adanya

pengukuran arah kiblat yang dilakukan oleh H. Abu Hamid dan Alm. H. Syafii.

Alat yang digunakan untuk mengukur arah kiblatnya adalah sebuah kompas

yang ada petunjuk kakbahnya dan sudah dilakukan pencocokan di masjid

Sunan Ampel Surabaya. Kemudian pada waktu merenovasi atau

pembongkaran masjid ada salah satu jemaah masjid Nurul Huda yaitu Bapak

Hadi susanto ketika jemaah salat Jumat, merasa bahwa arah kiblat masjid

tersebut mengalami perubahan yang terlalu miring ke utara. Sehingga ia

meragukan arah kiblat tersebut yang hanya diukur dengan kompas sajadah dan

tidak perlu adanya pembongkaran masjid hanya karena dasar Fatwa MUI

Nomor 03 dan Nomor 05 tentang adanya fenomena alam yaitu pergeseran

Abu Hamid, Wawancara, Sidoarjo, 13 April 2022.


26
21

lempeng bumi yang dapat mempengaruhi arah kiblatnya. Karena menurut

warga jemaah masjid tersebut arah kiblat yang dulu sudah akurat karena

dibangun oleh orang dahalu yang terkenal kealimannya27.

Setelah itu pengurus masjid yaitu Bpk. H. Abu Hamid dan Alm. H. Syafii

berkonsultasi kepada seorang yang ahli ilmu falak disarankan untuk

menggunakan metode rasydul al qiblah28. Rasydul al qiblah adalah pengukuran

arah kiblatyang mengacu pada poros Matahari, dimana Matahari berada pada

posisi tepat diatas Kakbah yang terjadi pada bulan Mei dan Juli. Maka, Selain

menggunakan alat kompas beliau menggunakan metode rasyd alqiblah untuk

pengukuran arah kiblat29.

B. Masjid Kauman

1. Profil Masjid Kauman

Masjid Kauman terletak di Jalan Brigjend Katamso No. 42, Wadungasri,

Kec. Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang dibangun pada tahun 1998.

Pada awal berdirinya, masjid ini hanya berupa mushola kecil yang letaknya

strategis pada sebuah perumahan. Seiring berjalannya waktu mushola semakin

ramai terutama jamaah yang akan melaksanakan salat, semakin banyaknya

peserta TPQ (Taman Pendidikan Al Quran) dan madrasah diniah, maka mushola

Babussalam mengalami renovasi besar-besaran pada tahun 2008 supaya dapat

27
Abu Hamid, Wawancara, Sidoarjo, 13 April 2022.
28
Abu Hamid, Wawancara, Sidoarjo, 13 April 2022.
29
Abu Hamid, Wawancara, Sidoarjo, 13 April 2022.
22

menampung jamaah lebih banyak lagi dan menampung lebih banyak santri yang

ingin menimba ilmu di masjid tersebut, setelah renofasi selesai mushola tersebut

sekarang dikenal sebagai masjid Kauman30.

2. Sejarah Penentuan Arah Kiblat Masjid Kauman

Untuk mengenai arah kiblat asli masjid Kauman penulis melakukan

wawancara kepada beberapa pihak takmir, dan pengukuran arah kiblatnya

dilakukan dua kali yakni, pada saat masih menjadi mushola dan ketika sudah

direnovasi menjadi masjid. Ketika masjid Kauman masih menjadi mushola,

pengukuran arah kiblatnya dilakukan oleh Ustad An Nas dan tim yang dibentuk

oleh takmir, dengan menggunakan kompas. Ketika mushola direnovasi, takmir

masjid mengukur arah kiblat kembali, dengan metode bantu lain yakni google

gps yang beliau aplikasikan, perumpamaannya seperti menyambungkan titik a

ke titik b dengan garis yang lurus. Lalu disaksikan oleh beberapa warga sekitar

masjid dan beberapa utusan Kemenag daerah yang sengaja diundang oleh pihak

takmir31.

C. Masjid Al-Muhajirin

1. Profil Masid Al-Muhajirin

Masjid Al-Mujahirin merupakan salah satu masjid yang ada di Jalan

Arjuna, Pepe, Pepelegi, Kec. Waru. Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang

dibangun atas tanah wakaf masyarakat setempat. Pada awalnya masjid Al-

30
Muhammad Sahlan, Wawancara, Sidoarjo, 17 April 2022.
31
Muhammad Sahlan, Wawancara, 17 April 2022.
23

Mujahirin ini hanya berupa mushola yang didirikan sekitar tahun 1995, seiring

dengan banyaknya jamaah yang ingin sholat di musholah dan banyaknya anak

yang mengikuti program TPQ (Taman Pendidikan Quran) membuat musholah

nampak sempit dan tidak mampu untuk menampung banyaknya para jamaah.

Kemudian takmir masjid membuat undangan kepada 50-an warga sekitar masjid

untuk bersedia melaksanakan salat jumat di mushola Al-Mujahirin, dan pada

saat salat jumat akan dilaksanakan ternyata jamaah yang diundang melebihi

kapasitas mushola pada saat itu, dikarenakan ada jamaaah yang membawa

anaknya dan kerabatnya untuk melaksanakan salat jumat di mushola Al-

Mujahirin maka dari itu panitia masjid mengadakan rapat untuk merenovasi

mushola menjadi masjid, dan pembangunan mushola menjadi masjid tersebut

baru terlaksana pada tahun 2000an. Setelah itu jamaah yang hadir ke masjid bisa

tertampung dengan baik di masjid Al-Mujahirin32.

2. Sejarah Penentuan Arah Kiblat Masjid Al-Muhajirin

Untuk sejarah pengukuran arah kiblat masjid Al-Muhajirin penulis

mewawancarai bapak H. Fathoni, menurut beliau, arah kiblat masjid Al-

Muhajirin sendiri penentu arah kiblatnya yakni bapak imron dan dibantu oleh

para pekerja (tukang) dengan menggunakan alat bantu kompas yang beliau

aplikasikan langsung pada tempat Imam (mihrab), dan proses pengukurannya

sempat dihadiri oleh beberapa warga disekitar masjid. Lalu, bapak H. Fathoni

sempat mengatakan bahwa pengurus masjid Al-Muhajirin akan mengukur


32
Fathoni, Wawancara,Sidoarjo. 19 April 2022.
24

kiblatnya kembali dikarenakan pada saat itu bertepatan pada Rosdhul kiblat

tahunan. Tetapi rencana tersebut tidak diizinkan oleh jamaah tua (sesepuh

masjid) setelah diadakan rapat oleh beberapa takmir dengan para tokoh tua

(sesepuh masjid) disekitar masjid Al-Muhajirin dikarenakan arah kiblat masjid

sudah bertahun-tahun seperti itu dan harus tetap seperti itu tidak boleh dirubah

kembali33.

Fathoni, Wawancara, Sidoarjo, 19 April 2022.


33
25

BAB IV

ANALISIS ARAH KIBLAT MAJISD NURUL HUDA, KAUMAN DAN AL-

MUHAJIRIN SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN TEODOLIT

A. Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Menggunakan Teodolit

1. Penentuan Arah Kiblat Masjid Nurul Huda dengan Menggunakan Teodolit

Untuk kelengkapan dan keakurasian data, maka fakta-fakta yang didapatkan

ketika wawancara dan observasi adalah diperlukannya menggali secara mendalam.

Dalam pengukuran ini penulis menggunakan alat bantu sebagai alat bantu yang

memiliki tingkat akurasi tinggi yakni Teodolit. Jadi secara perhitungan yang

mendekati tingkat akurat dan pengukuran alat bantu yang dipakai memiliki akurasi

yang tinggi.

Sebelum melakukan perhitungan maka diperlukan data sudut kiblat sebagai

berikut:

Lintang Masjid Nurul Huda = -7º 23’ 47.75”

Bujur Masjid Nurul Huda = 112º 42’ 38.76”

Lintang kakbah = 21º 25’ 15”

Bujur kakbah = 39º 49’ 40”

Nilai a = 90º - lintang masjid nurul huda

= 90º – (-7º 23’ 47.75”)

= 97º 23’ 47.75”


26

Nilai b = 90º - lintang kakbah

= 90º – (21º 25’ 15”)

= 68º 34’ 45”

Nilai c = bujur masjid nurul huda – bujur kakbah

= 112º 42’ 38,76” – 39º 49’ 40”

= 72º 52’ 58.76”

Maka diperoleh sudut arah kiblat Masjid Nurul Huda sebagai berikut:

Cotan B = cotan b x sin a ÷ sin C – cos a x cotan C

= cotan 68º 34’ 45” x sin 97º 23’ 47.75”: sin 72º 52’ 58.76” – cos 97º

23’ 52.2” x cotan72º 52’ 58.76” = 65º 55’ 40.82” (UtaraBarat), 24º 4’

40.82” (Barat-Utara), 294º 4’ 40.82” (UTSB).

Jadi sudut arah kiblat Masjid Nurul Huda 65º 55’ 40.82” dihitung dari utara ke

barat atau 24º 4’ 40.82” dihitung dari barat ke utara dan jika dihitung dati titik utara

timur selatan barat sebesar 294º 4’ 40.82”. Dalam mengetahui fakta arah kiblat di

Masjid Nurul Huda di Jalan Brigjend Katamso No. 72, Mekar Raya Binangun, Janti,

Kec. Waru, Kabupaten Sidoarjo, perlu adanya sebuah observasi dan pengukuran

yang dilakukan dengan menggunakan Teodolit.

Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 23 April 2022 pada pukul 08.30 WIB.

Adapun cara-cara mengukur arah kiblat dengan teodolit sebagai berikut:

a. Pasang tripod di tempat aman kemudian pasang teodolit.

b. Harus seimbang dengan dua waterpas melihat di bagian teodolit.


27

c. Memasang baterei sesuai ukuran AA dan hidupkan teodolit melalui tombol

ON.

d. Membidik Matahari dengan tepat pada pukul 08.30 WIB, kemudian kunci

teodolit dengan sekrup horizontal.

Gambar 4.1 Membidik Matahari

e. Kemudian tombol 0 set sebanyak 2 kali.

f. Teodolit diarahkan ke Utara dan cari azimuth matahari menggunakan Aplikasi

Noutical Almanak (sebelum dan sesudah Zuhur nilai arah Utara, dari 360º -

azimut Matahari).

g. Setelah ditemukan nilai arah Utara sebesar 261º 22‘10” kemudian tekan

tombol 0 set sebanyak 2 kali. Dan itulah arah Utara sejatinya.


28

Gambar 4.2 Hasil Mencari Utara Sejati dan Titik Nol Utara Sejati

h. ArahkanTeodolit ke arah kiblat masjid sebesar 294º 4’ 40.82”

Gambar 4.3 Arah Kiblat Masjid Nurul Huda

i. Setelah ditemukan arah kiblatnya, hidupkan laser kemudian bidik dua titik

teodolit sampai menyentuh permukaan.

j. Hubungkan dua titik tersebut dengan benang hingga menjadi sebuah garis

maka itulah arah kiblat masjid Nurul Huda.


29

2. Penentuan Arah Kiblat Masjid Kauman dengan Menggunakan Teodolit

Observasi pengukuran arah kiblat menggunakan alat optik berupa

theodolite dilaksanakan pada tanggal 23 April 2022 di pelataran masjid Kauman, dan

dengan menggunakan alat bantu GPS data dan jam GMT Web Site. Berikut langkah

langkah observasi penulis menggunakan Theodolite untuk menentukan arah kiblat

masjid Kauman:

Penulis menyiapkan data yang diperlukan untuk mengukur arah kiblat masjid

Kauman seperti, data lintang tempat, bujur tempat, jam atau waktu pengukuran, data

azimuth matahari, dan data azimuth kiblat, yang pertama untuk data lintang dan

bujur dari masjid Kauman penulis menggunakan alat bantu GPS data, untuk

tampilanya seperti ini:

Gambar 4.4 Tampilan GPS Data Untuk Pengukuran Arah Kiblat Masjid

Kauman Dengan Menggunakan Theodolite

Untuk cara penggunaan dari aplikasi tersebut penulis cukup menyediakan

ponsel android, data internet, mengaktifkan layanan lokasi google (GPS) pada ponsel
30

android, dan kemudian penulis berdiri dihalaman masjid Kauman. Setelah langkah-

langkah diatas sudah dijalankan maka hasil dari GPS Data akan muncul seperti

gambar diatas. Setelah data lintang dan bujur sudah didapatkan langkah selanjutnya

yakni mancari data azimuth matahari dan azimuth kiblat dari masjid Kauman yakni

penulis cukup memasukkan data lintang dan bujur tempat dari masjid Kauman, untuk

lintang dari masjid Kauman yakni -7˚ 22’ 34.77” untuk bujur dari masjid Kauman

yakni 112˚ 41’ 15.69” kemudian penulis mencocokkan jam penelitian yakni mulai

dari jam 08:00 pagi sampai dengan jam 12:00 siang. Kemudian penulis ambil pada

saat jam 9:10 dengan jam GMT melalui website (https://time.is/id/GMT) pada saat itu

dimulainya pengukuran, agar penulis mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal.

Setelah data untuk menentukan arah kiblat masjid Kauman sudah cukup maka

langkah selanjutnya yakni mempersiapkan theodolite sebagai alat bantu untuk

menentukan arah kiblat dari masjid Kauman.

Pertama, dalam memasang theodolite yakni memasang tripod theodolite

terlebih dahulu menempatkannya tepat didepan teras masjid lalu kemudian

mendatarkan bidang level dari tripod.

Kedua, Setelah tripod dan bidang level tripod selesai didatarkan, kemudian

langkah selanjutnya penulis memasang theodolite pada tripod yang sudah didatarkan

sebelumnya kemudian mengunci theodolite dengan kunci yang berada pada tripod

tepatnya terletak pada bagian bawah theodolite setelah itu tekan on pada theodolite

maka theodolite siap untuk dipakai.


31

Maka hasil perhitungan untuk mencari arah kiblat dari masjid Kauman dengan

menggiunakan alat bantu Theodolite yakni, sperti ini:

Lintang tempat = -7˚ 22’ 34.773”

Bujur tempat = 112˚ 41’ 15.696”

Utara sejati = 252˚ 42’

Azimuth matahari = 107˚ 18’

Azimuth kiblat = 294˚ 4’

Interval = 0˚ 1’ 00”

Setelah hasil dari perhitungan arah utara sejati masjid diketahui maka setelah

itu theodolite diputar searah jarum jam hingga layar LED dari theodolite menunjukan

nilai 252˚ 42’, setelah layar LED pada theodolite sudah menunjukan nilai yang

dimaksud langsung penulis kemudian menekan set 0 pada theodolite untuk mengunci

nilai utara sejati dari masjid Kauman, berikut tangkapan gambarnya:


32

Gambar 4.5. Pencarian Arah Utara Sejati Masjid Kauman

Setelah mencari arah utara sejati lalu kemudian langkah selanjutnya yakni

mencari arah kiblat dari masjid Kauman, untuk caranya yakni, setelah menekan set 0

untuk arah utara sejati masjid Kauman maka selanjutnya theodolite diarahkan pada

azimuth kiblat masjid Kauman sebesar 294˚4’.

3. Penentuan Arah Kiblat Masjid Al-Muhajirin dengan Menggunakan Teodolit

Observasi perhitungan akurasi arah kiblat masjid Al Muhajirin dengan alat

optik berupa theodolite pada tanggal 25 April 2022. Bertempat pada teras masjid Al

Muhajirin, pada obseervasi tersebut menggunakan alat bantu selain theodolite yakni,

GPS Data, jam GMT web site, dan ponsel android. Untuk cara pengukuran arah

kiblat dari masjid Al Muhajirin yakni sebagai berikut:

1) Memulai pengukuran arah kiblat dengan menggunakan Theodolite yakni,

nilai lintang bujur dari masjid Al Muhajirin, nilai azimuth matahari pada

saat pengukuran, nilai azimuth kiblat masjid Al Muhajirin. Untuk data

lintang dan bujur tempat masjid Al Muhajirin penulis menggunakan

bantuan dari aplikasi GPS Data yang sebelumnya telah penulis undah

melalui aplikasi Play Store pada ponsel android dan cara penggunaanya

penulis hanya cukup mengaktifkan setelan GPS pada ponsel android, yang

bertujuan untuk memberikan hasil lintang dan bujur yang lebih tepat lagi

untuk pengukuran arah kiblat masjid Al Muhajirin. Berikut hasil

tangkapan layar ponsel saat mengoprasikan GPS Data:


33

Gambar 4.6. GPS Data Untuk Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al

Muhajirin Menggunakan Theodolite

Lintang tempat = -7˚ 22’ 22.389”

Bujur tempat = 112˚ 41’ 40.089”

2) Setelah data untuk menentukan arah kiblat masjid Al Muhajirin sudah

cukup maka langkah selanjutnya yakni mempersiapkan theodolite sebagai

alat bantu untuk menentukan arah kiblat masjid Al Muhajirin, berikut cara

penyiapan

theodolite sampai bisa digunakan:

Pertama, dalam memasang theodolite yakni memasang tripod theodolite

terlebih dahulu menempatkannya tepat didepan teras masjid lalu kemudian

mendatarkan bidang level dari tripod.

Kedua, Setelah tripod dan bidang level tripod selesai didatarkan,

kemudian langkah selanjutnya penulis memasang theodolite pada tripod

yang sudah didatarkan sebelumnya kemudian mengunci theodolite dengan

kunci yang berada pada tripod tepatnya terletak pada bagian bawah
34

theodolite setelah itu tekan on pada theodolite maka theodolite siap untuk

dipakai.

3) Setelah theodolite sudah terpasang kemudian penulis mengarahkan

theodolite kearah matahari untuk mendapatkan sinar matahari dan untuk

mecocokkan jam penelitian, pada saat itu tepat jam 8:29.

4) Setelah selesai membidik matahari kemudian penulis membidik arah utara

sejati dari masjid Al Muhajirin. Gambar seperti dibawah ini: Untuk

mencari arah utara sejati perhitungannya seperti ini:

= 360 - 105˚ 34’

= 254˚ 42’ 4.02”

Dengan demikian data yang dibutuhkan untuk mengukur arah kiblat

masjid Al Muhajirin yakni seperti berikut:

Lintang tempat = -7˚ 22’ 22.389”

Bujur tempat = 112˚ 41’ 40.089”

Interval = 0˚ 1’ 00”

Azimuth matahari = 105˚ 34’

Titik utara sejati = 360˚ + 105˚ 34’

= 254˚ 42’ 4.02’

Azimuth kibla = 294˚ 4’


35

Gambar 4.7 Pencarian Arah Utara Sejati Masjid Al Muhajirin

5) Setelah hasil dari perhitungan utara sejati masjid Al Muhajirin telah

didapati, makalangkah selanjutnya yakni theodolite diputar searah jarum

jam hingga layar LED dari theodolite menunjukan nilai 254˚ 42’ 4.02”,

setelah layar LED pada theodolite sudah menunjukan nilai yang sama

kemudian penulis set 0 pada theodolite untuk menyimpan nilai utara sejati

pada masjid Al Muhajirin

6) Penulis membidik arah kiblat dari masjid Al Muhajirin dan cara

pengaplikasiannya yakni setelah penulis menekan set 0 pada saat selesai

mencari titik utara sejati masjid lalu kemudian penulis ambil data azimuth

kiblat yang sudah penulis dapat dan untuk nilai azimuth kiblatnya yakni
36

294˚ 4˚. Kemudian penulis memutar theodolite searah jarum jam hingga

layar LED pada theodolite menunjukkan nilai azimuth kiblat yang

diminta, berikut hasil gambarnnya:

Gambar 4.8 Pembidikan Arah Kiblat Masjid Al Muhajirin Dengan

Menggunakan Theodolite

B. Analisis Arah Kiblat Majisd dengan Menggunakan Teodolit

1. Analisis Arah Kiblat Majisd Nurul Huda dengan Menggunakan Teodolit

Dari permasalahan penentuan arah masjid di atas dan metode yang

digunakan, yaitu menggunakan kompas yang terdapat di sajadah, dan kepercayaan

dengan pengukuran masjid oleh orang terdahulu. Dari keraguan salah satu

masyarakat yang menurutnya arah kiblat yang telah diukur dengan kompas sajadah
37

tadi karena dirasa terlalu miring ke utara, maka diperlukan adanya analisis mendalam

mengenai akurasi arah kiblat di Masjid Nurul Huda tersebut. Berdasarkan hasil

perhitungan arah kiblat di Masjid Nurul Huda di Desa Masangan Wetan, Kecamatan

Sukodono, Kabupaten Sidoarjo dengan metode penetuan arah kiblat yang dilakukan

oleh takmir masjid yakni lurus ke barat sesuai dengan garis keramik masjid tersebut.

Namun, masyarakat sekitar menganggap bahwa pengukuran tersebut masih kurang

akurat. Dari situ setelah mencoba meneliti dan mengobservasi arah kiblat pada

masjid Nurul Huda menggunakan Teodolit yang mana dalam pengukuran tersebut

maka diketahui terdapat kemiringan dan perbedaan beberapa derajat dari alat-alat

tersebut ke arah selatan keramik masjid sebagaimana berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Huda

Alat Ukur Hasil Perhitungan Kemiringan Keterangan


Melenceng terlalu
Teodolit 294° 04° 40” 3° 3’ 40’’ ke selatan

Hasil dari perbandingan di atas menyatakan bahwa arah kiblat Masjid Nurul

Huda yang berada di Desa Masangan Wetan, Kecamatan Sukodono, Kabupaten

Sidoarjo saat ini mempunyai kemelencengan sebesar 3° 3’ 40’’ apabila menggunakan

Teodolit. Jadi pemikiran maasyarakat mengenai arah kiblat yang mana arah kiblatnya

terlalu ke arah utara itu kurang tepat, karena dari perhitungan dan hasil observasi

ditemukan bahwa lebih melenceng ke arah selatan. Akan tetapi dari semua

perhitungan di atas, tidak memungkinkan akan memiliki kesalahan dan terdapat


38

beberapa faktor yang mendasari hal tersebut seperti alat yang digunakan dalam

pengukuran atau bisa disebut (instrument eror) dan bisa juga dari kesalahan

seseorang pada saat pengukuran berlangsung (human eror).

Apabila setiap satu derajat busur sama dengan 111 km maka kemelencengan

Masjid Nurul Huda bila diukur dengan menggunakan Teodolit kesalahannya atau

kemelencengannya sekitar 339.8 km. Tentu kemelencengan ini sangatlah besar,

dikarenakan menurut Abidin batas toleransi arah kiblat sebesar 37 km, sedangkan

Sudibyo 45 km, lalu menurut Judhistira dan Turmudi batas kemelencengan ini

apabila dalam cakupan wilayah Indonesia nilai azimutnya harus berada diantara 290°

- 296°.

Dari pengukuran Masjid Nurul Huda di atas maka dikatakan sangat

melenceng dan jauh dari batas toleransi yang telah ditetapkan oleh beberapa peneliti

terdahulu, sehingga dari sini patutlah arah Masjid Nurul Huda dibetulkan sesuai

dengan pengukuran yang telah dilakukan peneliti agar para masyarakat yakin dan

lebih kusuk dalam beribadah di Masjid Nurul Huda.

2. Analisis Arah Kiblat Majisd Kauman dengan Menggunakan Teodolit

Data perhitungan yang diperoleh untuk pengukuran telah penulis

deskripsikan dalam bab 3. Dikarenakan dari pihak takmir masjid menggunkan alat

bantu kompas, maka penulis mencoba menggali sudut arah kiblat masjid dengan alat

bantu theodolite untuk menganalisis arah kiblat masjid Kauman dengan hasil

pengukuran yang penulis lakukan dengan alat tersebut.


39

Pengukuran selanjutnya untuk arah kiblat masjid Kauman yakni

menggunakan theodolite dilakukan pada 21 April 2022, untuk data yang diperlukan

yakni seperti ini:

Lintang tempat = -7˚ 22’ 34.773”

Bujur tempat = 112˚ 41’ 15.696”

Interval = 00˚ 01’ 00”

Waktu pengukuran = 08:00 am – 12:00 pm

Waktu pembidikan = 09:10 WIB

Setelah data diatas penulis masukkan kedalam Teodolit akan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Utara sejati = 252˚ 42’

Azimuth matahari = 107˚ 18’

Azimuth kiblat = 294˚ 4’

Setelah data sudah diperoleh kemudian pengukuran arah kiblat dengan

theodolite dilakukan untuk mendapatkan hasil kiblat yang dihasilkan (kiblat

pengukuran) dan hasilnya yakni sebagai berikut:


40

Gambar 4.9. Pengukuran Menggunakan Theodolite

Dengan demikian untuk hasil pengukuran untuk masjid Kauman terjadi

kemencengan yang cukup signifikan, untuk pengukuran menggunakan alat bantu

theodolite terjadi kemencengan sebesar 7˚ 30’ dari arah kiblat masjid Kauma

sendiri jadi, masjid Kauman perlu menyerongkan arah kiblatnya 7˚ 30’ kearah utara

sejati.

3. Analisis Arah Kiblat Majisd Al-Muhajirin dengan Menggunakan Teodolit

Untuk sudut arah kiblat masjid Al Muhajirin yang menurut pengakuan

beberapa takmir masjid yang arah kiblatnya diukur dengan bantuan Google Earth

yang merupakan metode pengukuran arah kiblat yang baru dan belum banyak juga
41

penjelasan tentang mekanismenya untuk pengukuran arah kiblat masjid dan lagi

tidak adanya hasil dokumentasi secara jelas dan lengkap detail mekanisme

pengukurannya maka penulis mencoba menggali sudut arah kiblat masjid dengan

alat bantu theodolite dan menganalisis arah kiblat masjid Al Muhajirin dengan hasil

pengukuran yang penulis lakukan dengan alat tersebut. Berikut analisisnya:

Pengukuran selanjutnya untuk arah kiblat masjid Al Muhajirin yakni

menggunakan theodolite yang dilaukan pada 25 April 2022, untuk data yang

diperlukan yakni seperti ini:

Lintang tempat = -7˚ 22’ 22.389”

Bujur tempat = 112˚ 41’ 40.089”

Interval = 00˚ 01’ 00”

Waktu pengukuran = 08:00 am – 12:00 pm

Waktu pembidikan = 08:29 WIB

Setelah data diatas penulis masukkan kedalam Teodolit akan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Azimuth matahari = 105˚ 34’

Utara sejati = 360˚ + 105˚ 34’

= 254˚ 42’ 4.02’

Azimuth kiblat = 294˚ 4’

Setelah data sudah diperoleh kemudian mendapatkan hasil yakni sebagai

berikut:
42

Gambar 4.10

Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al Muhajirin Dengan Theodolite

Berdasarkan hal tersebut untuk hasil pengukuran untuk masjid Al Muhajirin

terjadi kemencengan yang cukup signifikan, untuk pengukuran menggunakan alat

bantu theodolite terjadi kemencengan sebesar 4˚ 30’ dari arah kiblat masjid An Nur

sendiri jadi, masjid Al Muhajirin perlu menyerongkan arah kiblatnya 4˚ 30’ kearah

utara sejati jika pengukurannya dengan menggunakan alat bantu theodolite. Setelah

hasil diatas diketahui maka untuk metode pengukuran arah kiblat yang dilakukan

oleh takmir masjid An Nur yang pada dasarnya menggunakan metode pengukuran
43

dengan menggunakan Google Earth masih perlu dilakukan pembaharuan kembali

karena metode tersebut juga masih sedikit pedoman cara pengukuran arah kiblatnya

jadi rentan terjadi kemencengan pada hasil pengukurannya.


44

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan dari pokok permasalahan yang dapat di ambil

diantaranya sebagai berikut:

1) Metode mengukur arah kiblat Masjid Nurul Huda, Masjid Kauman dan

Masjid Al – Muhajirin yaitu menggunakan Teodolit untuk menentukan data

sudut arah kiblat masjid. Penggunaan pengukuran menggunakan teodolit

langkahnya ialah memasang tripod dan teodolit, menyeimbangkan dua

waterpass, memasang baterai, membidik Matahari pada waktu pembidikan,

lalu mencari utara sejati dengan rumus 360º - azimut Matahari saat

pembidikan, mengarahkan ke arah kiblat masjid sebesar dan menyalakan laser

kemudian membidik ke lantai.

2) Akurasi arah kiblat masjid Nurul Huda Masjid Kauman dan Masjid Al –

Muhajirin yaitu sebagai berikut :

a. Masjid Nurul Huda : Hasil kemiringan menggunakan teodolit adalah 3,5°

dengan pergeseran sebanyak 339.8 km. Kemelencengan ini jauh dari batas

toleransi arah kiblat sebesar 37 km, 45 km, dan batas kemelencengan ini

apabila dalam cakupan wilayah Indonesia nilai azimutnya harus berada

diantara 290° - 296°. Dari sini maka arah kiblat Masjid Nurul Huda sangat

jauh melenceng dari ka’bah.


45

b. Masjid Kauman : Hasil pengukuran untuk masjid Kauman terjadi

kemencengan yang cukup signifikan, untuk pengukuran menggunakan alat

bantu theodolite terjadi kemencengan sebesar 7˚ 30’ dari arah kiblat

masjid Kauman sendiri jadi, masjid Kauman perlu menyerongkan arah

kiblatnya 7˚ 30’ kearah utara sejati.

c. Masjid Al- Muhajirin : Hasil pengukuran untuk masjid Al Muhajirin

terjadi kemencengan yang cukup signifikan, untuk pengukuran

menggunakan alat bantu theodolite terjadi kemencengan sebesar 4˚ 30’

dari arah kiblat masjid jadi, masjid Al Muhajirin perlu menyerongkan arah

kiblatnya 4˚ 30’ kearah utara sejati jika pengukurannya dengan

menggunakan alat bantu theodolite.

B. Saran

1. Kepada masing-masing pengurus masjid (takmir) untuk ketiga masjid di

Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, yakni masjid Nurul Huda, masjid

Kauman dan masjid Al-Mujahirin disarankan untuk melakukan langkah-

langkah tegas terhadap penyelarasan arah kiblat masjid yang dengan arah

kiblat yang seharusnya dengan menggunakan alat-alat yang sudah

direkomendasikan.

2. Kepada pengurus takmir masjid, untuk mengecek ulang terhadap akurasi arah

kiblatnya dengan metode yang lebih akurat dan jika perlu untuk

mendatangkan seorang ahli pada bidang ilmu falak supaya mendapatkan hasil

akurasi arah kiblat yang dapat dipertanggung jawabkan.


46

3. Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengukuran

kiblat masjid dengan teodolit, dikarenakan alat ini memiliki akurasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai