Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN ABORTUS INKOMPLIT PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh

Gita Cornelya Putri Melanie

(181210012)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dengan “ ABORSI INKOMPLIT PADA IBU HAMIL “ di Ruang
Drupadi VK RSUD Jombang

Nama Mahasiswa : GITA CORNELYA PUTRI MELANIE


NIM : 181210012

Jombang, 23 Maret 2021


Mahasiswa

(GITA CORNELYA PUTRI MELANIE )

Menyetujui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan/CI

(........................................................) (..............................................................)

Mengetahui
Kepala Ruangan

(....................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat hasil konsepsi
(pertemuan ovum dan spermatozoa). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah
dan fisiologis (Yanti, 2017)

1. Tanda – tanda Kehamilan


Tanda – tanda kehamilan dibagi menjadi 3 :
Tanda – tanda Presumtif (dugaan) hamil
1. Ameneora (tidak dapat haid)
2. Mual dan muntah (nausea dan emesis)
3. Mengidam
4. Tidak tahan suatu bau
5. Pingsan
6. Tidak ada selera makan
7. Lelah / Letih
8. Payudara tegang
9. Sering buang air kecil
10. Konstipasi sering
11. Pigmenrasi kulit

b. Tanda –tanda tidak pasti / kemungkinan kehamilan

1. Perut membesar
2. Uterus membesar
3. Tanda Chadwick, vulva dan vagina kebiruaan
4. Kontraksi – kontraksi kecil uterus
5. Test kehamilan
c. Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )

1. Gerakan janin
2. Denyut jantung janin
3. Terlihat badanya gambaran janin melalui USG (Padila,2014)

2. Definisi Abortus

Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya kehamilan


sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi
baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih daripada
500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata, 2005).

Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran kehamilan
biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa kehamilan
membahayakan bagi ibunya sebelum usia kandungan 28 minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya alasan
medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya abortus
spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis
ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan
(dilatasi serviks)
b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau
dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.
c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim.
Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga
uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum
terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada
wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa,
kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa
jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum
yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga
serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih
setelah janin mati.
g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang telah berulang
dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi beberapa
hari hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut rahim masih menutup. 
Jika perdarahan berhenti biasanya kehamilan akan dapat terus berlanjut, walaupun ada
risiko terjadi kelahiran prematur, atau berat lahir bayi rendah.  Namun perdarahan
seperti ini tidak menyebabkan kecacatan pada janin.
B. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan  sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kelainan pada plasenta
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan berat dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks, mioma uterus dan kelainan
bawaan uterus.
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan.        Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya
(blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus pspiraseus.
D. Pathway
E.
Manifestasi Klinik
1.      Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2.      Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
3.      Perdarahan pervagina, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4.      Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simpisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
5.      Pemeriksaan ginekologi :
 Inspeksi vulva : perdarahan pervagina, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva
 Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau
busuk dari ostium.
 Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol atau tidak nyeri.

F.     Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes
urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

G.      Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah

H.    Penatalaksanaan
1. Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4
jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum pada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone progesteron.
Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil
konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka pemberian
hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan apakah masih
janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preprat hematinik
misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
2. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret vacum atau cunam abortus
disusul kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose
5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
3. Abortus incomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis atau Ringer
Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
IM.
c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
d. Berikan antibiotic.
4. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi dengan cunam
ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator hegar kemudian ambil hasil
konsepsi dengan cunam ovum dan kuret tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg infus oksitosin 10
IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20 tetes permenit kemudian naikkan
dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi keluarkan
dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum uteri dinding perut.
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.

7. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang
sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus dan olah raga, terapi dengan
hormone progesteron, vitamin, hormone tiroid dan lainnya mungkin mempunyai
pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.

8. Abortus infeksiosus (Septik)


a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami banyak
perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan
dan menghilangkan jaringan yang nekrotis. Yang bertindak sebagai medium
pembiakan bagi jasad renik. Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak
ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai