Anda di halaman 1dari 3

ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM

1. APA DEFINISI ETOS KERJA


Etos Kerja Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan
sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi
kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi. Ethos berasal dari bahasa Yunani
yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap
ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang
diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada
pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga
dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk
mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai
kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Etos kerja seorang muslim adalah semangat
untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin
harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan
lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang
adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan
(hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari
kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS. Ash Shaad : 22) 

2. MANGAPA KITA SEBAGAI MANUSIA HARUS BEKERJA


Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis,
maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang. Dalam al-Qur’ā n
maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim
untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah
satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja terdapat dalam Q.S. at-
Taubah/9:105. Q.S At-Taubah ayat 105 Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu,
maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang
mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105). Makna surat bahwa Allah Swt. memerintahkan
kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah
Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia
akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-
masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka
yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan
selama hidup di dunia.

3. BAGAIMANA ALLAH MEMERINTAHKAN KITA BEKERJA


Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhanmanusia baik baik kebutuhan
fisik, psikologis, maupun social. Kerja juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang sebagai profesi untuk mendapatkan penghasilan. Atau
sebagai suatu proses untuk menghasilkan pendapatan atau penghasilan yang mana
pendapatan atau penghasilan yang didapatnya dari bekerja adalah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-  hari agar sesorang dapat hidup sejahtera. Allah telah
memerintahkan atau mewajibkan  manusia dimuka bumi ini untuk bekerja semenjak
Nabi Adam hingga Rasulullah SAW, perintah ini tetap berlaku semua orang tanpa
membeda- bedakan pangkat status, dan jabatan seseorang. Sebagaimana firman Allah
dalam Al Quran sebagai berikut: “ Apabila telah ditunaikan sholat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”(QS. Al-Jum’ah : 10). Allah memang
telah berjanjiakan memberikan rizki kepada semua makhluq-Nya. Akan tetapi janji ini
tidakdengan “cek kosong”, seseorang akan mendapatkan rizki kalau ia mau berusaha,
berjalandan bertebaran di penjuru-penjuru bumi. Karena Allah menciptakan bumi
danseisinya untuk kemakmuran manusia. Siapa yang mau berusaha dan bekerja ialah
yangakan mendapat rizki dan rahmat dari Allah. Seseorang  yang bekerja keras akan
dapat mengubah nasib dirinya menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Sebagimana
firman Allah SWT: “ Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS: Ar ra’d:11)

4. BERIKAN ULASAN BERDASARKAN QS. JUM’AH : 11


Allah Swt telah memilih hari Jum’at sebagai hari besar untuk peribadatan bagi
kaum Muslimin karena pada hari ini Dia telah menyempurnakan penciptaan mahluk-
Nya. Panggilan untuk melaksanakan shalat jumat sangat tegas, bahkan seseorang yang
sedang berniagapun harus menghentikan aktifitas perniagaanya dan bersegera
memenuhi panggilan muadzin untuk melaksanakan ibadah shalat jum’at. Bukan
mengabaikan seruan muadzin dan memilih kesesatan seperti kaum Yahudi yang lebih
memilih hari Sabtu sebagai hari besar peribadatan mereka, dan juga kaum Nasrani
yang memilih hari Minggu sebagai hari ibadah mereka. Menunaikan ibadah shalat
jum’at merupakan kewajiban bagi laki-laki mukmin mukalaf. Panggilan untuk
melaksanakan shalat jumat petunjuk ayatnya sangat tegas. Bahkan orang yang sedang
berniagapun harus ditinggalkan dan bersegera memenugi panggilan muadzin dan
meninggalkan semua pekerjaannya untuk segera shalat juma’at.

5. APA TUJUAN UMAT ISLAM BEKERJA


Manusia adalah makhluk pekerja. Dengan bekerja manusia akan mampu
memenuhi segala kebutuhannya agar tetap bertahan. Karena itu, bekerja adalah
kehidupan. Sebab melalui pekerjaan itulah, sesungguhnya hidup manusia bisa lebih
berarti. Manusia harus bekerja dan berusaha sebagai manifestasi kesejatian hidupnya
demi menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hakiki, baik jasmaniah maupun
rohaniah, dunia dan akhirat. Namun bekerja tanpa dilandasi dengan semangat untuk
mencapai tujuan tentu saja akan sia-sia atau tidak bernilai. Inilah yang biasa dikenal
dengan istilah “etos kerja”.11 Menurut Izzuddin Al-Khatib At-Tamimi memberikan
batasan tentang etika kerja dalam Islam adalah bekerja dengan jujur dan tanggung
jawab, dapat dipercaya, selalu menepati janji, toleransi terhadap sesama, selalu
menjaga mulut dari rasa iri dengki terhadap orang lain dan menghindari dari suka
menfitnah.12 Dengan demikian maka jelaslah bahwa etika kerja menurut Islam adalah
bekerja yang selalu memperhatikan lingkungan, tidak menghalalkan segala cara,
sedangkan di dalam perolehan hasil usaha perlu memperhatikan unsur-unsur yang ada
dalam sistem ekonomi Islam.
6. KESIMPULAN
Etos Kerja Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan
sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi
kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi. Ethos berasal dari bahasa Yunani
yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Ethos
dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang
diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada
pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga
dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk
mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai
kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus
tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil
dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan di antara
kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah
kami ke jalan yang lurus . Dalam al-Qur’ā n maupun hadis, banyak ditemukan literatur
yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan
melengkapi kebutuhan duniawi. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas
perbuatannya itu.

Anda mungkin juga menyukai