Kontributor
Ali Syahrul Chairuman, SKM, M.KKK
dr. Astri Mulyantini, Sp.OK
dr. Astuti, M.KKK
Ben Fauzi Ramadhan, SKM, MKM
Dara Puspita Dewi, SKM
Fitri Arman, S.Si, Apt, MM
Hendra, SKM, M.KKK
Imarsan, ST
M. Randy Candra Nugroho, S.Or
Nurfatayani, S.Pd, MKM
dr. Nia Widyanti
Pengarah Nurfatayani, S.Pd, MKM
drg. Kartini Rustandi, M.Kes dr. Puspita Tri Utami
dr. Rizkiyana Sukandhi Putra M.Kes Retno Juli Siswantari, SKM, MKM
Tasripin, SKM, MKM
Tim Penyusun dr. Yulia Renniaty Febrina Saat
dr. Erna Tresnaningsih, MOH, PhD
Indri Hapsari Susilowati, SKM, MKKK, PhD Editor
dr. Suryo Wibowo, Sp.OK Winda Kusuma Ningrum, S.Si, MKKK
Ika Ratnawati, SKM, MKKK
Winda Kusuma Ningrum, S.Si, MKKK Diterbitkan oleh:
dr. Ari Setyaningrum, Sp.KO Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
Kementerian Kesehatan
2021
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) merupakan salah satu tempat kerja yang sarat potensi
risiko ergonomi. Penanganan mobilisasi pasien di Fasyankes merupakan salah satu proses kerja
yang berisiko tinggi terhadap potensi bahaya ergonomi. Penanganan mobilisasi pasien di Fasyankes
sebaiknya menggunakan alat bantu, namun bila tidak tersedia alat bantu, maka dalam mobilisasi
pasien dapat mengikuti kaidah ergonomi sebagaimana yang dijelaskan dalam pedoman ini. Mobiliasi
pasien yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomi, dapat menyebabkan sakit/ cedera otot dan tulang
rangka baik bersifat sementara maupun permanen.
Dalam rangka meningkatkan penerapan ergonomi di Fasyankes, serta melengkapi Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga menyusun buku saku sebagai
panduan praktis dalam menerapkan prinsip ergonomi di Fasyankes khususnya penanganan mobilisasi
pasien.
Semoga buku saku ini dapat memberikan informasi praktis prinsip ergonomi dalam penanganan
mobilisasi pasien di fasyankes.
Hasil penelitian pada tenaga kesehatan pada Perawat di UGD dan ruang rawat
inap di tiga RS di Jakarta, diperoleh hasil prevalensi LBP pada perawat UGD di
RSUD Tarakan tahun 2013 61,1% dan perawat rawat inap di RS Bhayangkara
tahun 2012 31.8% dengan aktivitas yang dominan menimbulkan LBP adalah
membungkuk dan angkat angkut pasien.
Agar pekerja sehat, bugar, dan produktif perlu dilakukan upaya kesehatan kerja untuk mengendalikan
berbagai potensi bahaya termasuk potensi bahaya ergonomi yang banyak terjadi pada petugas
kesehatan. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga menyusun seri buku saku Ergonomi Fasyankes
sebagai panduan bagi petugas kesehatan.
Lingkup
Pengelola K3
• Memindahkan pasien
- dengan kursi roda
- dari tempat tidur ke brankar
- menggunakan brankar
• Mengangkat pasien
• Peregangan
Pengertian Ergonomi
• Ilmu dan seni penerapan teknologi untuk menyesuaikan tuntutan pekerjaan (yang meliputi
alat, cara, proses, dan lingkungan pekerjaan) dengan kapabilitas manusia pekerja (kemampuan
dan keterbatasan baik fisik maupun mental) agar dapat memberi kenyamanan kerja, mencegah
cedera, dan meningkatkan produktivitas kerja. (E. Tresnaningsih, 2000)
• Ergonomi “fit the job to the man” menyesuaikan alat/tempat/lingkungan kerja dengan kondisi
pekerja
tan
pasien. 2. Mengurangi angka
ha
Pim
2. Menjaga kebugaran absensi karena
ese
sakit.
pin
selama kerja.
sK
3. Meningkatkan
an
3. Mengurangi kelelahan
kerja. ga
tu citra dan kualitas
Pe
ERGONOMI
Pasien
1. Kaji dan cari tahu dulu tentang kebutuhan khususnya pasien untuk dapat menentukan metode
yang akan Anda gunakan untuk memindahkannya.
2. Pastikan prasarana saat mobilisasi pasien (brankar, kursi roda, bed sheet) dalam kondisi baik.
Lakukan mobilisasi pasien menggunakan alat bantu atau dengan petugas lainnya.
3. JELASKAN apa yang akan Anda lakukan pada pasien dan mintakan persetujuan dan kerjasama
dari pasien.
4. Lakukan koordinasi dengan pasien ketika pasien sadar, komunikatif dan punya kekuatan.
5. Jangan MEMUTAR pasien Anda saat mengangkat. Relakskan lutut Anda dan angkat kepala
sedikit saat Anda mengangkat untuk mempertahankan tulang belakang yang tegak secara
alami.
6. Saat akan mengangkat dan memindahkan pasien, selalu berkomunikasi dengan sejawat yang
membantu, gunakan instruksi yang jelas, lakukan dengan aba-aba : Siap – angkat/ geser ki/ka/
depan/ belakang pada hitungan ke 3 - satu,dua, tiga!.
Postur yang tidak ergonomis pada saat mendorong pasien dengan kursi
roda seperti pada gambar “Salah” yaitu tulang belakang membungkuk dan
posisi lengan menjauhi badan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan.
Solusi:
Selama mendorong pasien atur agar tubuh sedekat mungkin dengan kursi
roda, sehingga sikap tubuh dan leher tetap tegak, postur lengan dalam
posisi siku-siku dan dekat dengan tubuh.
Solusi:
Pada saat memutar kursi roda, pastikan kaki bergerak lebih dahulu
kearah tujuan belok kiri atau kanan, diikuti seluruh badan ikut
berputar tidak hanya tubuh bagian atas, bagian pinggang tetap
tegak lurus
• Sesaat sebelum memutar kursi roda hentikan pergerakan kursi, kaki diputar sesuai
arah tujuan belok kanan atau kiri sedikit-demi sedikit diikuti kursi roda diputar
secara perlahan-lahan.
• Saat petugas memutar kursi roda, jaga agar tubuh dan pinggang tetap tegak (tidak
memutar) dan posisikan kedua kaki tetap berpijak dengan stabil.
Solusi:
• Utamakan menggunakan ramp untuk menaikkan atau
menurunkan kursi roda. Jika harus melewati tangga
sebaiknya proses dilakukan oleh minimal 2 orang petugas
• Jaga agar posisi tulang belakang tetap tegak saat menahan
beban, dan tekuk lutut sehingga berat beban yang ditahan
terdistribusi ke paha dan kaki.
• Prinsip naik/turun tangga sambal mendorong kursi roda
seharusnya posisi pasien membelakangi arah tujuan
Postur yang tidak ergonomis pada saat menahan kursi roda saat
menaiki tangga pada gambar “Salah” yaitu tubuh membungkuk dan
bekerja sendirian, menyebabkan otot-otot punggung bawah tertekan
berlebih dan membahayakan pasien.
Solusi:
• Utamakan menggunakan ramp untuk menaikkan atau menurunkan
kursi roda. Jika harus melewati tangga sebaiknya proses dilakukan
oleh minimal 2 orang petugas
• Jaga agar posisi tulang belakang tetap tegak saat menahan beban,
dan tekuk lutut sehingga berat beban yang ditahan terdistribusi
ke paha dan kaki.
• Prinsip naik/turun tangga sambal mendorong kursi roda
seharusnya posisi pasien membelakangi arah tujuan
• Siapkan kursi roda berhadapan dengan arah keluar pasien. Pastikan roda sudah terfiksasi.
• Petugas membantu pasien keluar mobil dengan terlebih dahulu mengeluarkan kaki
• Setelah pasien memijakkan ke dua kakinya di luar mobil, posisi pasien tetap dalam posisi duduk,
Petugas memasang alat bantu sabuk pengangkat pada tubuh pasien.
• Kedua tangan pasien merangkul di belakang leher petugas, tangan petugas memegang sabuk
pengangkat.
• Untuk membantu pasien berdiri petugas memberi aba-aba, pada hitungan ketiga petugas
membantu pasien untuk berdiri.
• Ingatkan pasien untuk menundukan kepala agar tidak terantuk kap mobil.
Atur ketinggian brankar Pasang alat bantu easy move • Lakukan koordinasi dengan
sejajar dengan tempat atau seprai untuk memudahkan rekan kerja pada saat
tidur pemindahan pasien pemindahan pasien dan pastikan
Pasien diposisikan sedekat easy move ditarik dengan tidak
mungkin dengan tepi sisi tempat terlalu menjangkau.
tidur yang akan dilakukan • Lakukan aba-aba pada saat
pemindahan memindahkan pasien secara
bersama -sama
BUKU SAKU SERI ERGONOMI FASYANKES 15
Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Brankar
Postur yang tidak ergonomis saat memindahkan pasien dari tempat
tidur ke brankar pada gambar “Salah” yaitu membungkuk dan posisi
lengan yang menjulur ke depan serta dilakukan sendirian, berisiko
menimbulkan gangguan kesehatan. Posisi ini menyebabkan
seluruh berat badan pasien yang dipindahkan bertumpu pada
tulang belakang, bahu dan lengan. Lebih buruknya lagi apabila
berat badan pasien hanya ditopang oleh 1 orang petugas.
Solusi:
• Gunakan alat bantu untuk memindahkan pasien, apabila tidak
ada alat bantu beberapa alternatif dapat dilakukan:
• Hindari memindahkan pasien sendirian. Mintalah pertolongan
rekan kerja agar berat badan pasien dapat di topang bersama
-sama.
• Gunakan alat bantu easy move atau seprai untuk memudahkan
pemindahan pasien dan mempercepat durasi proses
pemindahan pasien
Solusi:
• Prinsip mendorong brankar lebih aman bagi petugas dibandingkan
dengan menarik brankar.
• Apabila brankar dapat diatur ketinggiannya, atur ketinggian
brankar (pegangan brankar) minimal setinggi pinggang petugas
yang mendorong brankar sehingga dapat didorong tanpa
membungkuk.
• Apabila brankar tidak bisa diatur ketinggiannya maka minimalkan
frekuensi dan durasi kegiatan.
• Posisi menarik lebih baik dilakukan dari samping brankar, lengan
yang lebih kuat sedekat mungkin dengan brankar sehingga dapat
mengurangi risiko cedera pada lengan.
• Arah kepala saat menanjak terlebih dahulu dibandingkan kaki.
BUKU SAKU SERI ERGONOMI FASYANKES 17
Mobilisasi Menarik dan Mendorong
Solusi:
• Hindari mengangkat pasien sendirian. Minta
bantuan rekan kerja sehingga berat badan pasien
yang diangkat tidak hanya terdistribusi pada 1
orang.
• Pada saat mengambil pasien dari lantai jaga agar
tulang belakang tetap tegak dan lutut ditekuk.
• Saat mengangkat pasien dari lantai gunakan otot
paha dan kaki untuk mendorong ke atas (bukan
otot punggung).
• Dekatkan tubuh pasien dengan tubuh petugas.
Solusi:
• Jaga agar postur tubuh tetap tegak saat mengangkat pasien
menggunakan tandu.
• Pada saat mengangkat lengan diluruskan sehingga berat pasien
bertumpu pada kekuatan otot lengan (bukan pada tulang belakang)
• Dalam mengangkat pasien usahakan ketinggian tandu sama,
bila tinggi badan petugas berbeda maka mengikuti tinggi dari
genggaman tangan petugas yang dibelakang, karena beban petugas
yang dibelakang lebih berat. Petugas yang didepan tandu bertugas
mengarahkan, mengecek kondisi jalan dan memberi aba-aba.
Latihan kelenturan otot punggung (child pose) Latihan kelenturan otot perut (cobra pose)
Tahan posisi selama 30 detik Tahan posisi selama 30 detik
Latihan kelenturan otot perut dan punggung (cat & camel stretch). Tahan masing – masing
posisi selama 30 detik
BUKU SAKU SERI ERGONOMI FASYANKES 27
Latihan Kelenturan
Latihan kelenturan otot bokong (single knee Latihan kelenturan otot bokong
to chest). Tahan posisi selama 15-20 detik (double knee to chest)
pada masing masing kaki Tahan posisi selama 30 detik
Level 1
Latihan plank dan side plank dilakukan
dengan menahan posisi tubuh, dimulai
dengan durasi 15 detik, diulang 2 kali
dan dinaikkan secara bertahap sampai
dapat bertahan selama 60 detik per level.
Level 2 Latihan ini dilakukan secara bertahap
(level 1 sampai level 3) sesuai dengan
kemampuan tubuh. Pada latihan plank dan
side plank, terdapat beberapa tingkatan
kesulitan yang dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan peningkatan
Level 3 kekuatan otot core seseorang
Bila seseorang dapat menahan posisi
tersebut selama setidaknya 60 detik,
dapat disimpulkan bahwa orang tersebut
memiliki kekuatan core yang baik.
Latihan kekuatan otot bokong dan paha Latihan kekuatan otot punggung dan paha
belakang (hamstring bridge). Tahan posisi belakang (squats).
30 detik. Kaki dibuka selebar bahu, serta kedua lutut
ditekuk seperti akan duduk (lutut tidak boleh
maju ke depan melebihi ujung jari-jari kaki)
Gerakan dilakukan sebanyak 8-12 repetisi
(diulang) dalam 1-3 set
Pekerja Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) merupakan salah satu tempat kerja yang
memiliki faktor risiko ergonomi yang dapat berdampak pada kesehatan pegawai Fasyankes.
Penerapan ergonomi di Fasyankes sangat penting, disamping dapat meminimalisir gangguan
otot dan tulang rangka akibat kerja, penerapan ergonomi juga menunjang kenyamanan dalam
bekerja dan meningkatkan produktifitas pegawai Fasyankes.
Keberhasilan penerapan ergonomi di Fasyankes tidak terlepas dari dukungan dan komitmen
pimpinan Fasyankes untuk memenuhi sarana dan prasarana, serta partisipasi seluruh pegawai
Fasyankes untuk membudayakan ergonomi di lingkungan Fasyankes.
Kami mengharapkan buku saku ini dapat menjadi panduan praktis penerapan ergonomi yang
dapat diimplementasikan baik pada tingkat pengelola dan pelaksana program, maupun bagi
setiap pegawai Fasyankes.