Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN BULANAN

KEGIATAN PENGAWASAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DI RUMAH SAKIT KARTINI RANGKASBITUNG
Periode

Di Susun Oleh :

Dede Sugistiar,Amd,Kep
Petugas Pengawas K3 RS. Kartini
NIK.2018.07.0229

PANITIA PEMBINA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(P2K3)
RUMAH SAKIT KARTINI RANGKASBITUNG
2023

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Bulanan
Kegiatan Pengawasan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga

Disusun Oleh:

ASEP ISMAIL, Am.Kep., S.KM., OHS


NIK. 90015190916

Telah disetujui dan disahkan Oleh Direktur RS. Amanda Mitra Keluarga
Tanggal :

Mengetahui,

Direktur RS. Amanda Mitra Keluarga

dr. Elwin Affandi Somad, MM

Kata Pengantar

2
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan Bulanan dengan judul “Kegiatan Pengawasan
Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Amanda Mitra
Keluarga”.

Dalam pelaksanaan pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


Rumah sakit, tentunya melibatkan berbagai unsur atau objek pengawasan diantaranya
petugas ruangan baik petugas medis, paramedic maupun tenaga non medis lainnya
seperti petugas cleaning servis, maintenance, teknisi dan lainnya. Karena pada
dasarnya pelaksanaan keselamatan bukan sekedar menjadi suatu keterpaksaan bagi
tiap individu atau siapapun didalam lingkup rumah sakit tetapi adalah suatu
kebutuhan bahwa setiap orang harus selamat, baik selamat jiwa / fisik, selamat psikis
maupun harta dan benda.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam kegiatan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja di
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Amien.

Bekasi, 16 November 2016

Penulis,

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu instansi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berupa tindakan kuratif dan rehabilitative, dengan tidak
mengesampingkan aspek promotif dan preventif baik terhadap pasien, pengunjung
maupun tenaga kerja di lingkungan rumah sakit.
Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang komplek dengan
melibatkan berbagai tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti tenaga
administrasi, accounting, tenaga teknisi listrik, tenaga jasa, tenaga medis dan
paramedic maupun tenaga – tenaga lainnya yang didalam proses pelaksanaan
terdapat berbagai factor bahaya yang mungkin setiap saat akan dihadapi dan dapat
mengancam keselamatan tenaga kerja maupun pengunjung.
Faktor bahaya yang dihadapi berbeda pada setiap unit kerja tergantung dari
jenis pekerjaan yang dilakukan, intensitas pekerjaan, beban kerja dan kondisi
pekerja maupun kesesuaian antara lingkungan kerja dengan pekerja.
Suatu langkah dan kebijakan yang tepat diperlukan untuk mengendalikan
lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya menjadi kondusif dan aman untuk
pekerja, menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK) maupun penyakit
akibat kerja (PAK).
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja berdampak pada munurunnya
produktivitas, jumlah hari yang hilang akibat kesakitan, dan terganggunya proses
pelayanan. Dengan demikian, diperlukan adanya kegiatan monitoring atau
pengawasan yang berkelanjutan terkait pelaksanaan kesehatan dan keselamatan
kerja di Rumah Sakit.
Kegiatan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja dilaksanakan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan melalui

4
Keputusan Menteri Kesehatan no. 1087 tahun 2010 tentang Standar Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa perlu untuk
membuat suatu laporan kegiatan berdasarkan hasil monitoring pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
yang menjadi permasalahan dalam kegiatan pemantauan adalah “Bagaimana
Pelaksanaan Pemantauan Dan Pengawasan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di
Rumah Sakit Kartini Rangkasbitung

C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh petugas pengawas K3 dari kegiatan ini
adalah:
1. Mengetahui ketersediaan kelengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
kegiatan pelayanan terhadap pasien atau pengunjung
2. Mengetahui kesenjangan dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
di lapangan
3. Menerapkan program kerja kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit
periode aktif 2023

D. Manfaat
Dari hasil pengawasan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan saran dan masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat mencegah dan
meminimalkan kejadian bencana atau bahaya yang tidak diharapkan.
2. Pegawai, pasien dan pengunjung
a. Pegawai
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelaksanaan prosedur kerja agar
tetap aman dan terhindar dari sakit dan kecelakaan
5
b. Pasien
Dapat memberikan jaminan keselamatan pada pasien dalam setiap
tindakan dan menjamin keselamatan pengunjung atau setiap orang yang
berada di lingkungan rumah sakit
3. Petugas pengawas K3 RS
Mengetahui ketersediaan standar operasional prosedur dan kepatuhan dalam
melaksanakan serta di integrasikan dengan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit sehingga program K3 dan program
Manajemen berjalan dengan sinergis.

6
BAB II
PROGRAM STANDAR K3 RS

A. Standar Pelayanan K3 RS (secara garis besar)


1. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
a. Berkoordinasi dalam pemeriksaan kesehatan para pekerja baik awal,
berkala dan khusus
b. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/ pelatihan tentang kesehatan
kerja
c. Berkoordinasi dalam pemeliharaan kesehatan badan, kondisi mental para
pekerja melalui pemberian makanan dengan gizi seimbang dan cukup,
imunisasi, olah raga dan pembinaan rohani.
d. Berkoordinasi dengan bidang SDM untuk menanganan pekerja sakit dan
tindak lanjut rawat inap bila diperlukan
e. Melakukan koordinasi dengan TIM Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai penularan penyakit infeksi pada SDM
f. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
g. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan evaluasi resiko
berbahaya

2. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja Rumah Sakit


a. Melakukan pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan
b. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
SDM (prinsif ergonomic)
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja seperti syarat
lingkungan secara fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikososial
d. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair dan petugas kebersihan
lainnya
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja

7
f. Pelatihan atau promosi penyuluhan keselamatan kerja, pencegahan
kebakaran dan pelatihan tenaga ahli K3
g. Memberi rekomendasi mengenai perencanaan, desain / lay out pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaan nya terkait keselamatan
kerja
h. Membuat system pelaporan kejadian dan tindak lanjut
i. Pembinaan dan pengawasan terhadap manajemen pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
j. Membuat evaluasi, pencatatan dan dokumentasi

B. Standar K3 Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit


1. Standar Manajemen
a. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di
rumah sakit harus dilengkapi dengan kebijakan tertulis tentang
pengelolaan K3RS yang mengacu pada peraturan pemerintah, pembuatan
Pedoman standar prosedur operasional K3, pemenuhan Perijinan sesuai
dengan peraturan yang berlaku, pembuatan System komunikasi baik
internal maupun eksternal, pengajuan Sertifikasi peralatan, pembuatan
Program pemeliharaan
b. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan rumah
sakit menggunakan bahan berbahaya dan beracun maka pengirimannya
harus dilengkapi dengan MSDS.
c. Setiap petugas sarana, prasarana dan peralatan harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala
d. Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan atau monitoring
kualitas lingkungan kerja secara berkala dan berkesinambungan
e. Sarana dan prasarana rumah sakit harus dikelola dan dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya.
f. Daerah yang dianggap berisiko dan berbahaya dengan dilengkapi symbol-
simbol khusus
g. Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala terhadap sarana /
peralatan sesuai dengan jenis fungsinya.
8
2. Standar teknis
a. Standar teknis sarana
Meliputi ; lokasi dan bangunan rumah sakit, ukuran ruang perawatan
sesuai dengan standar kementerian, standar lantai, dinding, pintu dan
jendela, plafond, ventilasi, atap, sanitasi, air bersih, pemipaan, saluran,
jalur yang melandai/ lereng, tangga, jalur pejalan kaki, area parkir, dan
pemandangan
b. Standar teknis prasarana
Meliputi ; penyediaan listrik, pemasangan instalasi penangkal petir,
pencegahan dan penanggulangan kebakaran, system komunikasi, gas
medis, limbah cair, pengelolaan limbah padat.
c. Standar peralatan rumah sakit
Meliputi ; memiliki perijinan, diuji dan dikalibrasi, tersertifikasi badan
atau lembaga terkait, pengawasan pada peralatan yang menggunakan sinar
pengion, penggunaan peralatan medis dan non medis dilakukan sesuai
indikasi medis pasien, pengoperasian dan pemeliharaan rumah sakit
dilakukan oleh petugas yang kompeten, setiap kegiatan harus
terdokumentasi dan tercatat.

C. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun


1. Kategori B3
B3 memiliki cirri –ciri sebagai berikut ; memancarkan radiasi, mudah
meledak, mudah menyala dan terbakar, oksidator, racun, korosif,
karsinogenik, iritasi, teratogenik, mutagenic, arus listrik
2. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/ tingkat bahaya
dipengaruhi oleh daya racun dinyatakan dengan satuan LD 50 atau LC50 diman
semakin kecil nilai LD50 atau LC50 B3 menunjukan makin tinggi daya
racunnya.
a. Cara B3 masuk ke dalam tubuh
b. Konsentrasi dan lama paparan
c. Efek kombinasi bahan kimia
d. Kerentanan calon korban
9
3. Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3
a. Identifikasi semua bahan B3 dan instalasi yang akan ditanganiuntuk
mengenal cirri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapid
an teratur.
b. Evaluasi. Diperlukan sebagai langkah atau tindakan yang diperlukan
sesuai dengan sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi
c. Pengendalian sebagai alternative berdasarkan identifikasi dan evaluasi
d. Diperlukan beberapa pendekatan seperti upaya subtitusi atau mengganti
bahan berbahaya dengan bahan yang kurang atau tidak berbahaya,
menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin dengan memilih proses
kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit.
e. Dapatkan informasi tentang bahan yang dipesan
f. Menghindari paparan langsung dengan bahan berbahaya
g. Himbauan agar APD digunakan disaat yang tepat.
h. Upayakan menyimpan bahan B3 sesuai prosedur
i. Pemberian ijin kerja saat menangani bahan
j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sedikit mungkin

4. Pengadaan jasa dan bahan berbahaya


Sebelum melakukan pengadaan bahan atau jasa sebaiknya dipertimbangkan :
a. Kapabilitas atau kemampuan rekanan untuk memenuhi pesanan
b. Kualitas dan garansi
c. Barang atau jasa memenuhi standar pesyaratan K3 dan lingkungan yaitu
meliputi ; MSDS, Melaksanakan system manajemen lingkungan ISO
14001, kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan,
Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di rumah sakit.
d. System mutu
e. Pelayanan meliputi ; ketepatan waktu order, penanganan masalah dalam
orderan, dan mampu memberikan layanan purna jual yang memadai.

10
5. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
a. Penanganan untuk personil
1) Kenali jenis bahan yang digunakan
2) Baca petunjuk pada kemasan
3) Letakan bahan sesuai aturan
4) Simpan pada tempat penyimpana yang sesuai standar
5) Perhatikan batas waktu pemakaian
6) Jauhkan bahan yang mudah meledak dan bereaksi dengan bahan kimia
lain
7) Pastikan kerja aman dan ikuti prosedur kerja
8) Laporkan bila terjadi kecelakaan kerja akibat bahan kimia.

b. Penanganan berdasarkan lokasi


Daerah yang berisiko seperti laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di rumah sakit
harus ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode
warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah rumah sakit serta
disosialisasikan kepada seluruh penghuni rumah sakit

c. Penanganan administrative
Perlu dibuatkan suatu SOP mengenai ;
1) Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
2) Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
3) Cara penanganan B3 dll.

D. Standar Sumber Daya Manusia K3RS


1. Kriteria tenaga K3
a. Rumah Sakit Umum Kelas A Dan Rumah Sakit Khusus Kelas A
Kreteria ;
1) S3/ S2 K3 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS

11
2) S2 Kesehatan Minimal 1 orang yang mendapatkan pelatihan tambahan
yang berkaitan dengan K3 secara umum serta mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
3) Dokter spesialis Okupasi dan S2 Kedokteran Okupasi minimal 1 orang
4) Tenaga kesehatan masyarakat minimal K3 diploma III dan S1 minimal
2 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 RS
5) DOkter atau dokter gigi spesialis dan dokter umum/ dokter gigi
minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan
pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
6) Tenaga Paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
minimal 1 orang.
7) Tenaga Paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B Dan Rumah Sakit Khusus Kelas B
1) S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS
2) Tenaga kesehatan masyarakat K3 diploma III dan S1 minimal 1 orang
dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
3) Dokter/ dokter gigi spesialis dan dokter umum / dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
4) Tenaga paramedic dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
minimal 1 orang
5) Tenaga paramedic yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang
6) Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakrediatasi mengenai K3RS
minimal 1 orang

12
7) Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengtenai K3RS minimal 1 orang
c. Rumah Sakit Umum Kelas C Dan Rumah Sakit Khusus Kelas C
1) Tenaga kesehatan masyarakat K3 diploma III dan S1 minimal 1 orang
dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
2) Dokter / dokter gigi spesialis dan dokter umum / dokter gigi minimal 1
orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
3) Tenaga paramedic yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang
4) Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang.

2. Program pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM K3


Unsure – unsure yang harus dikembangkan untuk pelatihan SDM harus terdiri
dari :
a. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM rumah sakit dan dituangkan dalam
matriks pelatihan
b. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
c. Diterapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3
d. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM
rumah sakit di Bidang K3
e. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan
ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan denga sertifikat
f. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi
atau undang-undang
g. Pelatihan untuk sekelompok SDM rumah sakit yang menjadai sasaran
h. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima
i. Evaluasi pelatihan yang telah diterima

13
E. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan Dan Pelaporan
1. Pembinaan dan pengawasan
Dilakukan melalui system berjenjang. Pembinaan dan pengawasan
tertinggi dilakukan oleh departemen kesehatan. Pembinaan dilakukan antara
lain melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan pertemuan
konsultasi.
Pengawasan pelaksanaan standar kesehatan dan keselamatan rumah
sakit dilakukan dengan dua cara ;
Pertama melalui pengawasan internal yang dilakukan oleh pimpinan
langsung rumah sakit yang bersangkutan, dan pengawasan eksternal yang
dilakukan oleh menteri kesehatan dan dinas kesehatan setempat, sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing.
2. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan pendokumentasian kegaiatn K3
secara tertulis dari masing-masing unit kerja rumah sakit dan kegiatan K3RS
secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan
dan dilaporkan / diinfomrasikan oleh organisasi K3RS, ke direktur rumah sakit
dan unit teknis terkait di wilayah rumah sakit (dinas kesehatan setempat, cq.
Penanggung jawab / pengelola program kesehatan kerja).
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3 yang tercakup di dalam :
a. Program K3 termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan
lingkungan rumah sakit
b. Kejadian / kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan
dan tindak lanjutnya.

14
BAB III
PELAKSANAAN PENGAWASAN K3 RS

A. Kegiatan Rutin Periode Oktober-November 2016


1. Maping daerah / area berisiko di tiap unit kerja
Pemantauan area berisiko di RS. Medirossa Cikarang di bagi dalam beberapa
zona pantau bahaya (fisik, mekanik, biologis, kimia, ergonomic);
a. Zona risiko bahaya rendah
Daerah di RS. Medirossa cikarang yang termasuk dalam wilayah pantau
dengan risiko ringan diantaranya ;
1) Ruang administrasi
2) Ruang auditorium
3) Ruang Kasir
4) Ruang Medical Record
b. Zona risiko bahaya sedang
Daerah di RS. Medirossa cikarang yang termasuk dalam wilayah pantau
dengan risiko sedang diantaranya ;
1) Ruang rawat inap umum
2) Ruang ganti pakaian
3) Ruang tunggu pasien
4) Ruang operator computer / EDP
5) Ruang Farmasi / obat
c. Zona risiko bahaya tinggi
Daerah di RS. Medirossa cikarang yang termasuk dalam wilayah pantau
dengan risiko tinggi diantaranya ;
1) Ruang isolasi penyakit menular
2) Ruang rawat intensif / ICU
3) Laboratorium
4) Ruang radiologi / ruang medical imaging
5) Ruang pemulasaran jenazah
6) Ruang penyimpanan gas medis
15
d. Zona risiko bahaya sangat tinggi
Daerah di RS. Medirossa cikarang yang termasuk dalam wilayah pantau
dengan risiko sangat tinggi diantaranya ;
1) Ruang operasi
2) Ruang perawatan gigi
3) Ruang gawat darurat
4) Ruang bersalin
5) Ruang pantry / dapur
6) Area TPS RS.
2. Pemantauan lingkungan kerja
a. Pemantauan aspek kesehatan kerja
Pemantauan aspek / bidang kesehatan kerja di RS. Medirossa Cikarang
yang telah dilakukan diantaranya :
1) Pemantauan status kesehatan calon karyawan melalui koordinasi
dengan unit Medical Check Up (MCU)
2) Pemantauan keadaan SDM sakit setiap bulan berdasarkan data dari
bidang SDM RS.
3) Pemantauan tindak lanjut manajemen terkait status kesehatan calon
karyawan yang ditemukan kelainan atau non FIT.
4) Koordinasi dengan kepala bidang SDM / HRD RS. Medirossa
Cikarang terkait jumlah pegawai yang divaksinasi dan unit kerja yang
akan dilakukan vaksinasi
b. Pemantauan aspek keselamatan kerja
1) Melakukan pembinaan dan pengawasan pada petugas keamanan
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga terkait pengamanan saran dan
prasarana, pembenahan lokasi parkir dan pelaksanaan rambu-rambu
keselamatan kerja.
2) Melakukan pemeriksaan rutin terkait kelengkapan sarana / alat
pencegahan kebakaran (APAR) pada setiap bulan
3) Pemeriksaan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) petugas
lapangan (maintenance/ teknisi, cleaning service, petugas bangunan
dan security)
16
4) Melakukan pembinaan dan arahan pada petugas / perawat di seluruh
unit kerja untuk bekerja dengan hati-hati dan upayakan sesuai dengan
prosedur kerja yang telah disediakan agar terhindar dari kecelakaan
dan kejadian tidak diharafkan. (tertusuk jarum, terpeleset, terjatuh,
tertimpa, tersetrum aliran listrik, dan kecelakaan lain yang bisa
merugikan diri dan orang lain)
5) Membuat rencana pelatihan Pemadaman kebakaran untuk seluruh
petugas rumah sakit
6) Mengajukan dan memfasilitasi kelengkapan rumah sakit terkait
keselamatan kerja seperti program Paging Rokok dan Pemasangan
Speaker di beberapa lokasi strategis.
7) Pengadaan Perlengkapan K3RS.
c. Pemantauan aspek kesehatan lingkungan rumah sakit
1) Pembuatan program pembenahan sampah dan TPS rumah sakit
2) Pemasangan rambu-rambu terkait kesehatan lingkungan.
3) Pembinaan dan pengawasan kedisiplinan pegawai dalam memilah
sampah pada setiap unit kerja.
4) Pengawasan kinerja petugas cleaning service
5) Pengawasan kelengkapan alat pelindung diri petugas cleaning service
seperti sarung tangan dan masker
6) Pemantauan limbah cair rumah sakit dan tempat instalasi untuk tindak
lanjut rekomendasi
7) Koordinasi dengan manajemen MCM terkait pengadaan fasilitas
pendukung kegiatan kebersihan lingkungan rumah sakit seperti
penyediaan keset, sarung tangan, masker dan troli pengangkut sampah.
8) Koordinasi dengan tim PPI atau IPS RS untuk pengadaan tempat
sampah di tiap unit kerja sesuai dengan standar akreditasi
9) Pembersihan dan house keeping tempat-tempat yang diduga menjadi
tempat berkembangnya binatang pengganggu seperti pembenahan
gudang, dapur / gizi, dan halaman rumah sakit
10) Koordinasi dengan bagian umum untuk perbaikan fasilitas
11) Pengajuan / pengadaan kelengkapan sanitasi RS.
17
d. Pemantauan aspek pencegahan kebakaran dan penanggulangan
bencana
1) Pemeriksaan APAR rutin pada setiap bulan
2) Penambahan jumlah APAR di ruang yang belum terpasang atau yang
memiliki risiko munculnya Api (ruang medical record dan ruang
logistrik obat)
3) Pembuatan program pelatihan kesiapsiagaan bencana dan teknik
evakuasi (efektif 2017)
4) Pemasangan rambu-rambu kawasan dilarang merokok di lingkungan
RS. Medirossa cikarang
5) Pengawasan dan pembinaan terhadap dilaksanakannya rambu-rambu
kawasan tanpa rokok
6) Pengawasan terhadap instalasi kabel atau jaringan listrik
7) Pengawasan terhadap instalasi perpipaan gas di ruang pengolahan
makanan/ dapur
8) Pengawasan terhadap system kerja dan kelengkapan kerja pekerja
bangunan
9) Pengawasan terhadap ditaatinya perturan rumah sakit dan standar
operasional prosedur (SOP)
3. Pemeriksaan ketersediaan inventaris / peralatan Alat Pelindung Diri
Matrik ketersediaan Peralatan atau kelengkapan Alat Pelindung Diri yang
dimiliki RS. Medirossa Cikarang diantaranya :
No Nama peralatan / barang Jumlah dimiliki
1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 25 Unit
2 Helm safety
a. Putih 1 unit
b. Kuning 5 unit
3 Sepatu Boot Karet 1 pasang
4 Hands Scoon latek biasa / disposible Mencukupi
5 Masker Mencukupi
6 Sepatu safety plat baja ---
7 Senter Lalin 2 unit

18
4. Penyediaan Peralatan kerja lapangan
No Nama Peralatan Jumlah difasilitasi
1 Rompi security 4 unit
2 Senter Lalin 8 Unit
3 Sepatu safety plat baja 6 pasang
4 Helm safety kuning 5 unit
5 Sarung tangan latek cleaning service 30 pasang
6 Sarung tangan listrik 15.000 volt 1 pasang
7 Walky talky Radio HT 15 Unit
8 Keset Serabut Kelapa 2 unit
9 Timbangan Kerja TPS 1 unit
10 Lux Meter 1 unit
11 Sound Level Meter digital 1 unit
12 Wearpack kerja lapangan 2 unit
13 Body Harness (full body double) 2 unit
14 TOA columns 3 Unit

5. Kegiatan Pembenahan RS. Medirossa Cikarang (bulan November)


a. Pemasangan rambu-rambu parkir berkoordinasi dengan konstruksi
bangunan
b. Penambahan stiker/ arah evakuasi
c. Pemasangan APAR pada dinding
d. Pembenahan ruang Gudang lantai 2
e. Pengajuan perbaikan dan pengecoran TPS RS.
f. Pengajuan perbaikan Instalasi Pengelolaan Air Limbah RS.
g. Peningkatan monitoring pemilahan sampah di tiap unit kerja
h. Relokasi tempat pencucian mobil inventaris RS.
i. Penambahan jumlah Speaker untuk keperluan paging / penyampaian
informasi.

19
B. Temuan Kesenjangan di Lapangan
1. Ketersediaan SOP dan pelaksanaan dilapangan terkait K3 RS
No Nama SPO tersedia Pelaksanaan Kendala
1 Pengamanan pasien Pada unit tertentu, masing ditemukan a. Belum tegasnya aturan
petugas tidak memasang pengaman untuk meningkatkan
tempat tidur / bedside, walaupun stiker kesadaran pegawai;
“pengaman pasien” telah terpasang reward, funishmen,
sangsi bulanan dll
b. Evaluasi jumlah SDM
atau kompetensi SDM di
unit terkait
2 Pengamanan Beberapa pengunjung yang berkunjung di a. Pelaksanaan SPO / SOP
pengunjung diluar luar jam besuk khususnya pengunjung pengamanan pengunjung
jam kunjungan istimewa belum dilaksanakan
secara optimal
b. Kewenangan pengusaha
adalah kewenangan
prerogratif, tanpa ada
pihak yang dapat
mengubah atau
membatalkan kebijakan
tersebut.
3 Pengaturan / tata Lokasi parkir pengunjung menggunakan a. Perlu pendekatan untuk
letak parkir lokasi parkir belakang samping mushola, menjalankan aturan yang
tetapi kenyataan dilapangan menunjukan telah tersedia baik
pengunjung parkir di akses jalan keluar- melalui teguran, atau
masuk motor atau di depan mushola. hukuman bagi yang
melanggar aturan
tersebut
b. Belum optimalnya peran
pimpinan dalam
mengendalikan anggota
atau tim kerjanya.

20
4 Kerapihan dalam a. Hasil pemantauan menunjukan masih Belum tegasnya aturan
berpakaian ditemukan petugas baik perawat maupun manajemen terkait
pegawai lainnya yang bekerja tanpa kerapihan pakaian dan
menggunakan kelengkapan identitas diri kurangnya monitoring
(papan nama) manajemen atau kepala
b. Petugas menggunakan sandal/ sepatu bagian terkait.
sandal/ sepatu hight hill di luar unit kerja.
c. Pakaian kerja khusus seperti pakaian R.
ICU pakaian HD dan OK masih sering
digunakan di luar area kerja tersebut, atau
dengan leluasa digunakan di area luar
(sifat steril atau hygiens)
5 Pemilahan sampah Ketersediaan tempat sampah sudah Belum adanya kesadaran
medis mencukupi, plastic kantong sesuai criteria dari beberapa petugas
telah tersedia tetapi kenyataan dilapangan tentang pentingnya
dan pada beberapa ruang kerja belum adanya memilah sampah sesuai
kesadaran untuk memilah sampah sesuai dengan karakteristiknya.
dengan aturan pemilahan yang disediakan
disetiap tempat sampah.

6 Penanganan ancaman Operator tidak mengetahui bagaimana cara Belum tersedia SOP / SPO
dan terror BOM menangani adanya ancaman bom atau terror terkait penanganan
dari pihak luar ancaman bom

2. Ketersediaan peralatan / fasilitas rumah sakit


No Peralatan / kelengkapan pendukung Status Rekomendasi
1 Fasilitas pemilahan sampah / tempat Mencukupi / tersedia Pertahankan dan
sampah tiap unit kerja lakukan perawatan
rutin
2 Fasilitas penyimpanan bahan tidak Tersedia Diperlukan tata letak /
terpakai (gudang) housekeeping yang
baik agar dapat
digunakan optimal

21
3 Kelengkapan petugas security
a. Rompi Tersedia Dilakukan perawatan
b. Senter Lalu lintas Tersedia Dilakukan perawatan
c. Mantel hujan (rain coat) Tersedia Dilakukan perawatan
d. Radio HT Tersedia 15 Unit Dilakukan perawatan
e. Sepatu security Belum tersedia Upayakan Difasilitasi
4 Kelengkapan Petugas Maintenance
a. Sarung tangan listrik Tersedia Dilakukan perawatan
b. Body harness double hook standar Tersedia Dilakukan perawatan
ISO 9001 Tersedia Dilakukan perawatan
c. Sepatu safety standar kulit pelat baja Tersedia Dilakukan perawatan
d. Helmet safety Tersedia Dilakukan perawatan
e. Wearpack Tersedia Dilakukan perawatan
f. Radio HT Belum tersedia Upayakan Difasilitasi
5 Kelengkapan petugas kebersihan / CS
a. Sarung tangan karet cuke (cuci Tersedia Dilakukan perawatan
pakai)
b. Keset Serabut untuk lobi Tersedia Dilakukan perawatan
c. Radio HT Difasilitasi oleh Kebijakan
Manajemen MCM manajemen MCM
6 Kelengkapan petugas bangunan
a. Body harness Tersedia Dilakukan perawatan
b. Helmet safety kuning Tersedia Dilakukan perawatan
7 Kelengkapan petugas K3 RS
a. Helmet safety putih Tersedia Dilakukan perawatan
b. Kacamata safety Tersedia Dilakukan perawatan
8 Kelengkapan petugas kesling
a. Sepatu safety Tersedia Dilakukan perawatan
b. Sarung tangan karet cuke Tersedia Dilakukan perawatan
9 Kelengkapan dalam pengendalian
tikus dan hama lainnya
a. Perangkap tikus Tersedia Dilakukan perawatan

22
b. Lem tikus Tersedia Dilakukan perawatan
c. Pengusir Tikus/ kecoa Ultrasonik Belum Tersedia Upayakan Difasilitasi
d. Alat pendeteksi bangkai Belum Tersedia Upayakan Difasilitasi
10 Fasilitas penyaluran air got rumah Tersedia dan terbuka a. Sebaiknya
sakit menggunakan
system tutup non
permanen
b. Perlu perbaikan
dibeberapa titik
selokan air
11 Fasilitas akses pintu masuk lobi Kondisi kaca bagian a. Perlu perbaikan
depan engsel atas pecah dan penggantian
kaca
b. Pintu berfungsi
dan dapat ditutup
dapat mencegah
akses masuk tikus
ke dalam ruangan /
gedung

C. Kendala dalam pelaksanaan


1. Bidang Penanggulangan Bencana dan Kebakaran
a. Pemantauan APAR belum dapat dilakukan tepat waktu (rentang
keterlambatan 2-5 hari kerja)
b. Tidak seluruh dinding di lokasi APAR dapat di lakukan pemasangan
APAR (dinding terbuat dari marmer dan kayu))
c. Belum tersedianya Hydrant Outdoor
d. Belum adanya system deteksi kebakaran / alarm manual atau otomatis
e. Belum adanya pelatihan tanggap darurat terpadu (disaster bencana)
f. Belum adanya Pemantauan terhadap perbaikan CCTV dan hasil rekaman
kerja

23
2. Bidang Kesehatan Kerja
a. Belum terlihat adanya sinergis antara program kesehatan kerja dari
manajemen dengan program kesehatan kerja dari komite P2K3 (koordinasi
vaksinasi-imunisasi petugas, pemeriksaan kesehatan pra-berkala-khusus,
rekapitulasi atau data terkait SDM sakit dsb)
b. Belum optimalnya kegiatan pendidikan kesehatan kepada pegawai seperti
senam / bersama, olah raga yang di prakarsai oleh pimpinan dsb
c. Perlunya optimalisasi sosialisasi terkait area yang mengharuskan
penggunaan alat pelindung diri seperti efisiensi penggunaan masker,
penggunaan sarung tangan

3. Bidang Keselamatan Kerja


a. Pelaksanaan kegiatan perbaikan gedung, perbaikan instalasi jaringan oleh
teknisi belum terkoordinasi dengan petugas pengawas keselamatan kerja
terkait pemberian ijin kerja dan kelengkapan proteksi diri sebelum dimulai
suatu pekerjaan
b. Belum maksimalnya penggunaan APD yang telah difasilitasi untuk
kegiatan pencegahan keadaan bencana atau kecelakaan kerja
c. Rambu-rambu yang telah disiapkan belum optimal dalam pelaksanaan,
belum optimal untuk ditaati. Seperti stiker terkait pemilahan sampah sesuai
karakteristiknya
d. Kegiatan kontruksi tidak sesuai dengan aturan keselamatan kerja menurut
undang-undang keselamatan kerja kontruksi (tidak ada jaring pengaman,
petugas tanpa APD, pengendalian debu kontruksi dan kebisingan.

4. Bidang Penyehatan Lingkungan Kerja


a. Alur pemilahan sampah belum sesuai dengan keputusan kemenkes
b. Lokasi pemilahan dan penampungan sampah dan limbah B3 belum sesuai
dengan peraturan berdasarkan Keputusan Kemenkes dan Kemen LH.
c. Beberapa lokasi rumah sakit masih menjadi tempat genangan air dan
system irigasi selokan/got belum maksimal sehingga menjadi tempat
berkembangbiak serangga dan binatang pengerat
24
d. Instalasi pembuangan air AC dari lantai 2 dan lantai 3 tidak tersambung
langsung dengan selokan yang ada sehingga menimbulkan genangan dan
merusak keindahan
e. Sumber-sumber atau akses masuknya binatang pengganggu masih terbuka
lebar, seperti halnya pintu depan lobi yang seharusnya dapat tertutup setiap
saat dan mudah dibuka tetapi karna adanya keretakan pada kaca penahan
engsel sehingga dikhawatirkan akan memperparah keadaan. Pintu lobi
yang selalu terbuka khususnya ketika malam hari menjadi akses masuknya
binatang seperti kucing dan tikus.
f. Keadaan gudang penyimpanan masih belum dapat dikatakan layak (tidak
ada pintu, ruangan pengap, peruntukan tidak sesuai)
g. Lokasi taman belum dapat dioptimalkan untuk penghijauan, beberapa
lokasi yang disiapkan masih terlihat kosong tanpa tanaman.
h. Kegiatan penimbangan limbah medis B3 oleh pihak ke tiga tidak sesuai
dengan aturan penimbangan yang semestinya (beban dilepas bukan
dipegang)
i. Perlu suatu pendekatan yang komprehensif terkait pengadaan dan
perbaikan Instalasi Pengelolaan Air Limbah

25
BAB IV
REKOMENDASI TINDAK LANJUT

A. Berdasarkan temuan
1. Diperlukan adanya komitmen dari seluruh petugas Rumah Sakit untuk bekerja
sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada terlebih dari top manajemen atau
pimpinan rumah sakit
2. Perlunya ditetapkan suatu kebijakan tentang penghargaan atas kapatuhan dan
kedisiplinan serta tindak lanjut atas pelanggaran dan ketidakpatuhan petugas
3. Perlu direncanakan suatu Standar terkait kejadian adanya ancaman atau terror
bom yang ditujukan kepada pihak rumah sakit
4. Perlu dilakukan adanya pelatihan pencegahan penaggunalangan bencana
terpadu (disaster bencana) untuk menilai kesiapan seluruh petugas rumah sakit
dalam menghadapi suatu keadaan bencana atau kebakaran
5. Diperlukan adanya pembenahan atau perbaikan system kerja terpadu dengan
pihak terkait
6. Diperlukan adanya penambahan lokasi CCTV dan pengawasan terhadap hasil
rekaman selama 24 jam oleh petugas yang ditunjuk.
7. Perlu dilakukan perbaikan jaringan pembuangan saluran air AC yang
terhubung langsung ke selokan atau got rumah sakit
8. Perlu pembenahan dan perbaikan gudang penyimpanan agar tidak menjadi
akses atau tempat berkembangbiaknya binatang atau hama.
B. Berdasarkan kebutuhan
1. Perlu dilakukan pembenahan lokasi Tempat Penampungan Sampah Sementara
dan penyimpanan limbah medis B3
2. Perlu pendekatan komprehensif yang didukung doa dan ikhtiar untuk
pengadaan IPAL baru
3. Perlu difasilitasi beberapa kelengkapan petugas lapangan untuk
mempermudah koordinasi (penambahan HT dan sepatu safety)
4. Perlu adanya pelatihan terpadu guna penghadapi suatu keadaan bencana atau
kebakaran
26

Anda mungkin juga menyukai