Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena sumber daya rumah
sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit
ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakan
kerja, baik sebagai dampak kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi
standar. (Sumamur, 2010)
Untuk menciptakan kondisi yang inginkan, maka diperlukan suatu
interkasi yang harmonis antara manusia, mesin dan lingkungan kerja yang
merupakan komponen-komponen dalam kegiatan produksi. Interkasi antara
manusia, mesin, dan lingkungan kerja lebih dikenal dengan istilah ergonomi.
Ergonomi tersebut merupakan ilmu yang penerapannya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau yang setinggitingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya, hal ini
meliputi efesiensi dan kenyaman kerja. (Sumamur, 2010)
Kaitan antara aktivitas manual handling seperti mangangkat (lifting),
mendorong (pushing), menarik (pulling), membawa (carrying), memegang
(holding) merupakan hal yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit akibat
kerja ataupun kecelakaan kerja. (Bridger, 2005)
Sekitar tiga kwartal dari kasus-kasus sakit akibat kerja berdasarkan LFS
(The Labour Force Survey) 2007 misalnya (anggota tubuh bagian atas atau
permasalahan punggung), stress, depresi atau gelisah. Prevalensi kasus
musculoskeletal disorders (MSDs) sebesar 1.144.000 dengan menyerang
1

punggung sebesar 493.000 kasus, anggota

tubuh bagian atas atau leher

426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus.


(www.HSC.2006/2007)
Data dari National For Ocupational Safety and Health (NIOSH) tahun
1981 menyebutkan sekitar 500.000 pekerja menderita cidera akibat
penggunaan tenaga yang berlebih, sebanyak 60% disebabkan karena aktivitas
mengangkat, 20% karena proses mendorong dan menarik. Didapatkan juga
data bahwa aktivitas manual handling yang paling sering menyebabkan
cedera adalah mengangkat (lifting) dan membawa (carrying) objek sebesar
61,3% dan 60% dari jumlah tersebut menderita nyeri punggung. (Sadeli,
2007)
Berdasarkan penelitian Enviromental Health Science dari University of
Minnesota di Amerika Serikat ditemukan bahwa satu juta pekerja setiap
tahunnya mengalami Nyeri Punggung Bawah yang menyebabkan kehilangan
waktu kerja dikarenakan pekerjaan manual handling (mengangkat, membawa,
mendorong, menarik dan lain-lain) yang tidak sesuai. Sedangkan OSHA
(2000) menyatakan sekitar 34 % dari total hari kerja yang hilang karena
cedera dan sakit yang diakibatkan oleh Musculoskeletal Disorders (MSDs)
sehingga memerlukan biaya kompensasi sebesar 15 sampai 20 miliar dolar
US.
Sedangkan hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008.
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedar punggung tertinggi
pada perawat (16,8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain, sedangkan di
Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah nyeri punggung bawah, dan
hasil di Amerika Serikat insiden musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun.
Cedera punggung menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1
milliar $ per tahun. (www.duniadankesehatanperawat.com)

Hasil dari Departemen Kesehatan tentang profil masalah kesehatan di


Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang di
derita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang
dialami pekerja, Hasil studi yang dilakukannya Departemen Kesehatan tahun
2005 terhadap 9.482 pekerja di 12 Kabupaten/Kota di Indonesia, umumnya
berupa penyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8 %), gangguan
syaraf (6 %), gangguan pernapasan (3 %), dan gangguan THT (1,5 %).
(Depkes RI, 2005)
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya
di RS belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhankeluhan dari para petugas di RS, diman petugas RS sangat berpotensi untuk
terjadi kesakitan akibat akibat kerja salah satunya adalak keluhan Nyeri
Punggung Bawah. (Depkes RI, 2005)
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit akibat kerja
yang sering terjadi pada perawat di rumah sakit, terutama di ruang rawat inap;
karena sifat pekerjaannya yang banyak mengangkat beban pasien dewasa
yang berat, dengan gerakan membungkuk dan memutar tubuh, khususnya
sekitar tulang punggung bawah. Rata-rata seorang perawat akan mengangkat
20 pasien dari kursi roda/ usungan ke tempat tidur, dan memindahkan 5 s.d.
10 pasien dari tempat tidur ke kursi roda pada setiap kali giliran jaga.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko utama NPB pada
perawat perempuan yang bekerja di ruang rawat inap pasien dewasa di rumah
sakit.
RSUD leuwiliang merupakan rumah sakit pemerintah yang baru berdiri
3 tahun dengan akreditasi tipe C, kapasitas tempat tidur 135 buah dan tingkat

BOR pada tahun 2012 sebanyak 77,5 %. Jumlah karyawan di RSUD


Leuwiliang tahun 2013 sejumlah 293 yang terdiri dari 201 tenaga medis dan
92 tenaga non medis. Tenaga medis terdiri dari dokter, paramedis dan tenaga
penunjang. Seadangkan jumlah tenaga perawat dan bidan yang kontak
langsung dengan pasien baik di rawat inap maupun ruang tindakan berjumlah
124 orang, dan yang bekerja di ruang rawat inap dewasa sebanyak 44 orang.
Perawat dan bidan merupakan tenaga paramedis yang sangat berperan
penting dalam pemberian layanan kesehatan kepada pasien, dimana tenaga
paramedis melakukan mobilisasi pasein dari tempat satu ketempat lainya
seperti dari tempat tidur ke kursi roda atau sebaliknya, dari tempat tidur ke
tempat tidur. Tentunya dalam proses tersebut terjadi tindakan pengangkutan,
mendorong, memutar, dan membawa pasien ke tempat yang dituju.
Hasil dari wawancara yang dilakukan kepada paramedis di ruang rawat
inap dewasa tanggal 24 Agustus 2015 di RSUD Leuwiliang dengan jumlah 10
responden, 60% pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah dan 40%
tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan 10
responden terhadap cara kerja angkat angkut manual handling pasien dari
kursi roda ke tempat tidur di dapatkan bahwa 60 % tergolong kurang baik dan
40% tergolong baik.
Berdasarakan permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian di RSUD Leuwiliang dengan judul Hubungan Cara
Kerja Angkat Manual Handling Pasien Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Dewasa RSUD Leuwiliang
Kabupaten Bogor Tahun 2015.

B; Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah


dalam penelitian ini Adakah Hubungan Cara Kerja Angkat Manual Handling
Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Dewasa RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2015?.

C; Tujuan Penelitian
1;

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan cara kerja angkat manual handling
dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di ruang rawat Inap
dewasa RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2015.

2;

Tujuan Khusus
a;

Untuk mengetahui distribusi frekuensi cara kerja angkat manual


handling di Ruang Rawat Inap Dewasa RSUD Leuwiliang
Kabupaten Bogor Tahun 2015.

b; Untuk mengetahui distribusi frekuensi keluhan nyeri punggung

bawah di Ruang Rawat Inap Dewasa RSUD Leuwiliang Kabupaten


Bogor Tahun 2015.
c;Untuk mengetahui hubungan cara kerja angkat manual handling dengan

keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di Ruang Rawat Inap


Dewasa RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2015.

D; Manfaat Penelitian
1; Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan bagi Instansi Rumah Sakit dalam pembinaan


karyawan untuk menerapkan system manajeman Kesehatan Keselamatan
Kerja (K3), supaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja khususnya pada

karyawan paramedis dalam kasus manual handling, terutama paramedic


yang berada di Ruang Rawat Inap.
2; Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini untuk dijadikan referensi, dokumentasi atau


acuan dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya di institusi
pendidikan

khusunya

dalam

bidang

keperawatan

dan

kesehatan

keselamatan kerja.
3; Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar dan acuan penelitian selanjutnya yang


disesuaikan kasusnya seperti kasus dalam penelitian ini yaitu berkaitan
dengan cara kerja manual handling.

E; Ruang Lingkup Penelitian


1; Ruang Lingkup Materi

Dalam penelitian ini mengambil judul yaitu cara kerja angkat


manual handling pasien dewasa dengan keluhan nyeri punggung bawah
pada paramedis di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2015.
2; Ruang Lingkup Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi respondennya yaitu paramedis


yang bekerja di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor terutama yang
berada di Ruang Rawat Inap. Responden yang dijadikan sebagai bahan
penelitian ini yaitu sejumlah 81 responden.
3; Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam penelitian ini akan direncanakan sekitar bulan


November sampai dengan desember tahun 2015.
4; Ruang Lingkup Tempat

Tempat dalam penelitian ini akan direncakan di RSUD Leuwiliang


Kabupaten Bogor khususnya Ruang Rawat Inap Dewasa.

F; Penelitian Sebelumnya

Penelitian berjudul Hubungan Cara kerja Angkat Manual Handling


dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap
Dewasa RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2015 ini belum pernah
dilakukan. Berdasarkan penelusuran kepustakaan terdapat penelitian yang
hampir serupa tetapi tidak sama yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
antara lain :
1; Rista Andriyani (2010) melakukan penelitian tentang Hubungan

mengangkat beban dan frekuensi angkat dengan keluhan nyeri


punggung bawah pada pekerja pengangkut buah di pasar Johar
semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
penjelasan (Explanatory Reseach) yaitu penelitian yang menyoroti
hubungan antara variabel yang diteliti dengan menguji hipotesa yang
telah ditetapkan. Metode yang digunakan adalah survei dengan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
tenaga kerja bagian buah dipasar Johar Semarang sebanyak 33
responden, dengan menggunakan metode Total Sampling. Teknik
memilih data digunakan kuesioner dan observasi.
2; Joice Ester Tatilu (2010) melakukan penelitian tentang Hubungan

antara sikap kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tengaa
kerja bongkar muat di kantor Kesyahbadaraan dan otoritas pelabuhan
Manado. Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi semua tenaga kerja bongkar

muat di kantor Kesyahbandaraan dan otoritas pelabuhan Manado.


Besar sampel 61 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini yaitu accidental sampling.
3; Nur Ulfah, Siti Harwanti, Panuwun Joko (2014) melakukan penelitian

tentang Sikap kerja dan risiko musculoskeletal disorder pada pekerja


laundry. Penelitian ini merupakan penelitia Eksplanatory Survey
(penelitian penjelasan) dengan pendekatan potong lintang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota Sampling dengan
kriteria inklusi responden bekerja hanya pada satu bagian kerja tertentu
dari laundry, tidak memiliki keterbatasan komunikasi dan kriteria
ekslusi responden keluar dari pekerjaannya dan tidak bersedia
dijadikan responden. Sampel sebanyak 150 orang, data dikumpulkan
dengan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat dan analisis bivariat dengan kai kuadrat.
4; Yusnia Andarini (2015) melakukan penelitian tentang Hubungan cara

kerja angkat manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah


pada perawat diruang rawat inap dewasa RSUD Leuwiliang tahun
2015. Jenis penelitian ini menggunakan Analitik dengan pendekatan
cross sectional. Teknik sampel yang diambil adalah Total Sampling
yaitu sebanyak 81 responden.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A; Manual Handling
1; Definisi

Manual Handling didefinisikan sebagai seluruh kegaiatan yang


menggunakan pengerahan tenaga manusia untuk
menurunkan,

mengangkut,

mendorong,

mengangkat,

menarik

bahkan

memindahkan, mengenggam dan menahan benda hidup atau benda


mati. (NIOSH, 1990)
Ketidaksesuaiaan yang dilakukan pekerja dalam menangani
beban dengan cara manual, yang dapat mengakibatkan terjadinya
cidera ataupun penyakit akibat kerja bisa disebabkan karena
memindahkan objek yang terlalu berat, postur yang salah (postur
janggal)

dalam

manangani

beban,

cara

angkat

yang

salah,

menggunakan tenaga berlebihan saat bekerja dan pergerakan berulang


yang cepat. (NIOSH, 1990)
Manual handling adalah salah satu bentuk transportasi atau
penyanggaan beban dengan tangan dan tubuh yang termasuk
didalamnya pengangkatan, memindahkan, meletakkan, mendorong,
menarik, menggeer, penyanggaan. (andrysafer.blogspot.com/2014).

10

2; Cara Kerja Angkat Manual Handling Pasien

Cara angkat angkut manual handling pasien merupakan satu


cara atau teknik dalam melakukan kerja angakat angkut dengan
menggunakan tenaga manusia, untuk mempermudah dan mengurangi
resiko yang akan terjadi, dengan mengikuti aturan-aturan yang telah
ditetapkan.
Teori (brief survey) posisi yang benar pada saat mengangkat
pasien sebagai berikut :
a; Gerakan siku tidak dilakukan secara menyeluruh dari posisi lurus

sampai dengan membentuk sudut 450.


b; Tangan tidak berada pada belakang tubuh dalam waktu yang cukup
lama pada saat mulai atau sedang mengangkat pasien.
c; Posisi bahu lurus tidak terlalu mencondong ke depan.
d; Tidak berdiri dengan satu kaki dalam waktu yang lama.
e; Posisi kaki tidak ditekuk sehingga memerlukan tenaga yang cukup
besar pada bagian kaki dan paha.
f; Posisi punggung dalam keadaan lurus tidak membungkuk dan
membelok.
Menurut Kuswadji (1996) menahan punggung merupakan
bagian utama untuk memelihara posisi yang benar pada saat
mengangkat sesuatu. Ada dua hal penting pada saat mempertahankan
punggung ini :

11

a; Menahan punggung bawah dilakukan dengan suatu gerakan yang

disebut dengan penahanan perut secara dinamis, dimana perut


bawah dikontraksikan dengan mengangkat kearah atas dan menuju
sisi pinggang. Perut bagian bawah menjadi lebih datar namun
pinggang menjadi lebih besar ke samping. Bila dilakukan secara
benar gerakan ini tidak akan mengganggu pernafasan normal dan
tidak akan menaikan tekanan darah dan denyut nadi. Tindakan ini
mirip dengan pemasangan korset.
b; Menahan bagian lain dari tubuh yang terkait dengan penggotongan
termasuk mengencangkan bagian tubuh anda dan pasien. Menahan
tubuh penggotong bisa dicapai dengan jalan sedikit mengangkat
kepala penggotong dan menunjangkan punggung penggotong
seperti yang dilakukan untuk penahan perut secara dinamis.
Teori (brief survey) posisi yang benar pada saat mendorong
tempat tidur adalah sebagai berikut :
1; Genggaman tangan tidak terlalu keras pada saat memegang tempat

tidur
2; Gerakan siku tidak secara menyeluruh
3; Tangan tidak berada pada belakang tubuh dalam waktu yang cukup
lama pada saat mulai atau sedang mendorong tempat tidur
4; Pada bahu tidak terlalu mencondong ke depan
5; Posisi leher tegak lurus
6; Pinggang dalam keadaan lurus
7; Posisi punggung tegak lurus

12

8; Tidak berdiri dengan satu kaki dalam waktu yang lama dan posisi
kaki tidak membentuk sudut 450 sehingga memerlukan tenaga
besar pada lutut.

3; Jenis Aktivitas Manual Handling

Menurut International Encyclopedia of ergonomics and human


factors (2001), dijelaskan bahwa jenis aktifitas manual handling terdiri
dari :
a; Mengangkat/menurunkan (Lifting/Lowering)

Mengangkat adalah menaikan dari level bawah ke level yang


lebih tinggi. Jarak pengangkatan bisa dari bawah hingga setinggi
tangan untuk meraih. Sedangkan menurunkan adalah aktifitas
menurunkan dari level yang lebih tinggi ke level bawah.
b; Mendorong/menarik (Pushing/Pulling)

Mendorong adalah menekan dengan tenaga berlawanan dengan


objek bergerak dan lawannya adalah menarik
c; Memutar (Twisting)

Memutar adalah kegiatan menggerakan tubuh bagian atas ke


satu sisi atau sisi yang lainnya ketika tubuh bagian bawah berada
pada posisi tetap.
d; Membawa (Carrying)

Membawa adalah memegang objek atau mengambil objek


ketika ada kegiatan memindahkan berat objek menjadi bagian dari
total berat orang tersebut ketika sedang bekerja.
e; Menggenggam (Holding)

Menggenggam adalah memegang objek ketika posisi tubuh


dalam keadaan statis.

13

4; Teknik Manual Handling

Pada pekerjaan memindahkan barang atau beban, bentuk,


volume berat dan sifat beban yang akan dipindahkan sangat
menentukan

cara-cara

pelaksanaan

pemindahan

tersebut

baik

mengangkat maupun meletakkan kembali beban. Kegiatan mengangkat


dan mengangkut ini banyak melibatkan kerja otot dan tumpuan pada
kerja tulang belakang, oleh karena itulah dibutuhkan teknik yang
benar. Teknik manual handling yaitu sebagai berikut :
a; Membuat perencanaan dengan menilai beban dan mementukan

bagaimana menanganinya, sebagai suatu cara untuk menghindari


cidera akibat pengerahan tenaga yang berlebih.
b; Menentukan

teknik

terbaik

dengan

menghindari

postur

membungkuk, memuntir, dan menjangkau yang tidak diperlukan.


c; Menggenggam

menggunakan

objek

dengan

seluruh

jemari

pegangan
dari

kedua

yang

kuat

tanggan

dan
dalam

menganggat barang.
d; Dorong beban sedekat mungkin dengan badan untuk mencegah

stress yang berlebihan di punggung.


e; Variasikan penanganan tugas berat dengan yang ringan
f;

Periksakan material dari permukaan yang bergerigi, susut yang


runcang dan tajam atau licin.

g; Menghilangkan minyak, air atau objek yang kotor sebelum

mencoba untuk menanganinya.

B; Nyeri Punggung Bawah (NPB)

14

1; Definisi

Nyeri punggung bawah atau biasa disebut Low Back Pain adalah
nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri
lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara
sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. (Soeharso, 2005)
Nyeri punggung bawah adalah nyeri di daerah panggul antara
sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbo sakral ( sekitar tulang
ekor), nyeri juga bisa menjalar kedaerah lain seperti punggung bagian
atas dan pangkal paha. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskoloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik. (Trimunggara, 2005)

2; Jenis Nyeri Punggung

Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu :


a; Nyeri punggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di


garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat
berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot
paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
b; Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan


dirasakan pada ermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi
badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau
gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses

15

desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis


vertebralis.
c; Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat


dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan.
Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di
bagian lebih superfisial.
d; Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium,


intraabdomen atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di
daerah pinggang.
e; Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada


klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang
bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan
oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri
iliaka komunis.
f;

Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan
distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering
berlebihan.

3; Etiologi Nyeri Punggung Bawah


a; Kongenital

16

Misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra


misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom
ligamen transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya
nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.
b; Trauma dan gangguan mekanik

Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama


NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau
melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama
akan menyebabkan NPB kronik. Hal yang sama juga bisa
didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk, memakai sepatu
dengan tumit terlalu tinggi. Trauma dapat berbentuk lumbal strain
(akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus),
subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan
spondilolistesis.
c; Radang (Inflamasi)

Misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika


(penyakit Marie-Strumpell)
d; Tumor (Neoplasma)

Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu


berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor
jinak

seperti

osteoma,

penyakit

Paget,

osteoblastoma,

hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik


primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis
karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
Metastasis tumor ganas sangat sering ke korpus vertebra karena

17

banyak mengandung pembuluh darah vena. Tumor-tumor ini


merangsang ujung-ujung saraf sensibel dalam tulang dan
menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke sekitarnya, dan
dapat terjadi fraktur patologik.
e; Gangguan metabolik:

Osteoporosis

dapat

disebabkan

oleh

kurangnya

aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake


rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit
Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta,
gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam
askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya
karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek
dengan nyeri difus di daerah pinggang.
f;

Degenerasi
Misalnya

pada

penyakit

Spondylosis

(spondyloarthrosis

deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan


Stenosis Spinal.
g; Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya

penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum,


penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
h; Infeksi

Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang


disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman
pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang
disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit
Pott), jamur, osteomielitis kronik.

18

i;

Problem psikoneurotik
NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh
histeria,

depresi,

atau

kecemasan.

NPB

karena

masalah

psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik


dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas
anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka
nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan
fisiknya.

4; Penatalaksanaan dan Pencegahan Nyeri Punggung Bawah

Biasanya Nyeri Punggung Belakang (NPB) hilang secara


spontan. Kekambuhan sering terjadi karena aktivitas yang disertai
pembebanan ertentu. Penderita yang sering mengalami kekambuhan
harus

di teliti untuk menyingkirkan kelainan neurologik yang

mungkin tidak jelas sumbernya. Berbagai telaah yang dilakukan untuk


melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa proporsi pasien yang
masih menderita low back pain selama 12 bulan adalah sebesar 62%
(kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan pendapat umum
bahwa 90% gejala Nyeri Punggung Belakang (NPB) akan hilang
dalam 1 bulan. (Gregor, 2005)
Penanganan terbaik terhadap penderita NPB adalah dengan
menghilangkan penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti
lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu
(simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan
kausal dan simptomatis. Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi
sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan

19

vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan


pecandu alkohol yang menderita NPB akan disarankan untuk
mengurangi konsumsinya. Pengobatan simptomatik dilakukan dengan
menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri,
pegal, atau kesemutan. Pada kasus NPB karena tegang otot dapat
dipergunakan

Tizanidine

yang

berfungsi

untuk

mengendorkan

kontraksi otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis


lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat
analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain.
Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin
diperlukan tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan
traksi (penarikan tulang belakang). Tindakan operasi mungkin
diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil
misalnya pada kasus HNP atau pada pengapuran yang berat.
Beragamnya penyebab NPB menuntut penatalaksanaan yang
bervariasi pula. Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan
terapi NPB yaitu:
1; Terapi Konservatif, yang meliputi rehat baring, medikamentosa

dan fisioterapi.
2; Terapi Operatif

Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.

5; Faktor Faktor yang Mempengaruhi Respon NPB


a; Pengalaman Masa lalu

20

Pengalaman sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu


tersebut akan menerima nyeri dengan mudah di masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian
episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang
berat, maka ansietas akan muncul. Sebaliknya, apabila individu
mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi
nyeri tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih mudah individu
tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri. (Potter & Perry, 2005)
b; Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi


nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu
yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi
nyeri dari pada individu yang memiliki status emosional yang
kurang stabil.
c; Budaya

Budaya

dan

etnis

mempunyai

pengaruh

terhadap

bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri dan mengekpresikan


nyeri. Terdapat variasi yang signifikan dalam ekspresi nyeri pada
budaya yang berbeda. Individu mempelajari apa yang diharapkan
dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
d; Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri


khususnya pada lansia dan anak-anak. Pada lansia, cara berespons
terhadap nyeri mungkin berbeda, persepsi nyeri mungkin
berkurang, kecuali pada lansia yang sehat mungkin tidak berubah.

21

e; Makna Nyeri

Makna seseorang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi


pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda,
apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,
hukuman dan tantangan
f;

Gaya Koping
Nyeri dapat menyebabkan seseorang merasa kehilangan
kontrol terhadap lingkungan atau hasil akhir dari peristiwaperistiwa

yang

terjadi,

jadi

gaya

koping

mempengaruhi

kemampuan individu dalam mengatasi nyeri. Klien seringkali


menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap
efek fisik dan psikologis dari nyeri. Sumber-sumber koping seperti
berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan
atau menyanyi klien selama ia mengalami nyeri penting untuk
dipahami

6; Intensitas Nyeri Punggung Bawah

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri


dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

22

Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan


gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri. (Potter & Perry, 2005)
Menurut Smeltzer & Bare (2002), jenis pengukuran nyeri adalah
sebagai berikut :
a; Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)


merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai
nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukkan pasien skala
tersebut dan meminta pasien untuk memilih intensitas nyeri terbaru
yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa
paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan nyeri (AHCPR, 1992).

0
Tdk nyeri

1
2
3
Nyeri Ringan

4
5
6
Nyeri Sedang

8
9
Nyeri
Berat Terkontrol

Bagan 2.1 Verbal Diskritor Scale (VSD)


b; Skala Identitas Nyeri Numeriks

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS)


digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala biasanya
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setela intervensi

10
Nyeri Berat
Tdk
terkontrol

23

terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka


direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).

0
Tdk nyeri

4
5
6
Nyeri Sedang

10
Nyeri Hebat

Bagan 2.2 Numerical Rating Scale (NRS)


c; Skala Analog Visual

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) tidak melebel


subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri
yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.
Skala ini memberi pasien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka
(Potter & Perry, 2005).
Tidak Nyeri

Nyeri sangat Hebat


Bagan 2.3 Visual Analog Scale (VSA)

d; Skala Nyeri menurut Bourbanis


Kategori dalam skala nyeri Bourbanis sama dengan kategori
VDS, yang memiliki 5 kategori dengan menggunakan skala 0-10.

0
1-3

Menurut AHCPR (1992), kriteria nyeri pada skala ini yaitu:


Tabel 2.1 Skala Nyeri Bourbanis
: Tidak Nyeri
: Nyeri Ringan , secara objektif pasien dapat
berkomunikasi dengan baik.

24

4-6

7-9

10

Nyeri sedang,
secara objektif pasien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik
Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.

7; Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah (NPB)

Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika,


fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat tiga
faktor yang menyebabkan terjadinya NPB akibat bekerja yaitu:
a; Faktor Pekerjaan (Work factors)

Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh


seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. berdasarkan
penelitian telah terbukti bahwa tinjauan secara biomekanik serta
data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi
pada terjadinya cedera otot akibat bekerjaan.
Ferkuensi pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
akan berpengaruh terhadap NPB, hal tersebut di karenakan terjadi
pengulangan-pengulangan yang memicu terjadinya NPB. Hasil

25

penelitian Ernawati yang memperlihatkan bahwa frekuensi


mengangkat, dan cara mengangkat beban secara statistik tidak
terbukti berhubungan dengan NPB.

b; Faktor Individu

Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadi NPB.


Berikut adalah beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh
terhadap kejadian NPB:
1; Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan identitas responden yang dapat


digunakan untuk membedakan laki-laki atau perempuan.
2; Usia

Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak
lahir sampai dengan waktu tertentu. NPB di pengaruhi dengan
usia seseorang. Semakin cukup umur, resiko terjadinya Low
Back Pain akan semakin tinggi.
3; Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya


seseorang bekerja di suatu perusahaan. Terkait dengan hal
tersebut, NPB merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi.
4; Tinggi Badan

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan merupakan


faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot
skeletal.

26

5; Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks masa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan


antara berat badan dan tinggi badan seseorang. IMT dipercaai
dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas
dalam tubuh seseorang.
6; Kebiasaan Olah Raga

Delapan puluh persen (80%) kasus nyeri tulang punggung


disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan otot atau
kurang berolah raga.

C; Skala Pengukuran Likert

Skala Likert menurut Djaali (2008) ialah skala yang dapat


dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau

sekelompok

pendidikan.Skala

orang

tentang

Likert adalah

suatu

gejala

atau

fenomena

suatu skala psikometrik yang

umum

digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak


digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari
nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
penggunaannya.

Sewaktu

menanggapi

pertanyaan

dalam

skala

Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu


pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Ada dua
bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif
untuk mengukur minat positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk
mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1;
sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk

27

jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju.
1;

Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:


a; Sangat tidak setuju
b; Tidak setuju
c; Netral
d; Setuju
e; Sangat setuju

Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan


adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di
atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat.
Suatu

studi

empiris

menemukan

bahwa

beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah


pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert merupakan metode
skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan
untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu
kutub karena pilihan "netral" tak tersedia. Selain pilihan dengan lima skala
seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau
sembilan

tingkat.

Suatu

studi

empiris

menemukan

bahwa

beberapakarakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah


pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert merupakan metode
skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan

28

untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu
kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

D; Kerangka Teori

Manual Handling
Ke

Cara Kerja Manual Handling :


1;
2;
3;
4;
5;

Mengangkat/Menurunkan
Mendorong/menarik
Memutar
Membawa
Mengenggam

Keluhan Nyeri
Punggung Bawah

Bagan 2.4 Kerangka Teori


(International Encyclopedia of ergonomics and human factors 2010)
Keterangan :
: Yang Diteliti
: Tidak Diteliti

BAB III

29

METODELOGI PENELITIAN

A; Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu
bentuk penelitian dengan pengukuran variabel dilakukan sesaat artinya
sampel dilakukan pengukuran variabel satu kali pada saat pemeriksaan atau
pengkajian data. (Notoatmodjo, 2007)

B; Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antar konsep yang
ingin diteliti atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
(Notoatmodjo, 2007)
Variabel Independen

Variabel Dependen

Cara Kerja Angkat

Keluhan Nyeri

Manual Handling

Punggung Bawah

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

C; Variabel Penelitian

30

1; Variabel Independen
Varibel independen adalah suatu stimulus aktivitas yang diamati,
di manipulasi dan diukur untuk dapat diketahui hubungan pada variabel
dependen (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen yaitu cara kerja angkat manual handling pasien dewasa.
2; Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel respon atau output sebagai
hasil dari suatu variabel independen (Nursalam, 2003). Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel dependen yaitu keluhan nyeri punggung
bawah pada paramedis.

D; Definisi Operasional
Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian
arti/makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi
komunikasi dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada
setiap orang mengenai variabel-variabel yang diangkat dalam suatu
penelitian. (Nursalam, 2003)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

31

No.

Variabel

Definisi

Alat

Penelitian
Operasional
Ukur
Variabel Independen
1.
Cara kerja
Salah satu bentuk Kuesioner
angkat
transportasi
atatu
manual
penyanggaan beban
handling
dengan tangan dan
pada
tubuh yang termasuk
perawat
didalamnya
pengangkatan,
memindahkan,
meletakkan,
mendorong, menarik,
menggeser,
penyanggaan.
(andrysafer.blogspot.c
om)

Variabel Dependen
2.
Keluhan
nyeri
punggung
bawah pada
perawat

Merupakan nyeri
lokal maupun nyeri
radikuler atau
keduanya.
(Soeharso, 2005)

Cara Ukur
Menggunakan
pernyataan
dengan jumlah
10 pernyataan
terdiri dari 5
Positif dan 5
Negatif,
dengan
ketentuan
jawaban
Positif,
SL : 5,
S : 4,
KK : 3,
J : 2,
TP : 1 dan
Negatif,
SL : 1,
S : 2,
KK : 3,
J : 4,
TP : 5

Kuesioner Menggunakan
pernyataan
dengan jumlah
10 pernyataan
terdiri dari 5
Positif dan 5
Negatif,
dengan
ketentuan
jawaban
Positif,
SL : 5,
S : 4,
KK : 3,
J : 2,
TP : 1 dan
Negatif,
SL : 1,
S : 2,
KK : 3,
J : 4,

Hasil
Ukur

Skala

Baik :
lebih
besar
sama
dengan
mean
Tidak
Baik :
lebih
kecil
sama
dengan
mean

Ordinal

Nyeri :
mean
Tidak
Nyeri :
mean

Ordinal

32

TP : 4

E; Hipotesis Penelitian
Ho: Ada hubungan cara kerja angkat manual handling dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada perawat di Ruang Inap Dewasa RSUD Leuwiliang
Kabupaten Bogor Tahun 2015.
Ha: Tidak Ada hubungan cara kerja angkat manual handling dengan keluhan
nyeri punggung bawah pada perawat di Ruang Inap Dewasa RSUD
Leuwiliang Kabupaten Bogor Tahun 2015.

F; Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa orang, kejadian, perilaku
atau sesuatu yang akan dilakukan penelitian. (Nursalam, 2003)
Populasi dalam penelitian ini adalah paramedis yang bekerja di
Ruang Rawat Inap Dewasa RSUD Leuwiliang sejumlah 81 orang.

G; Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam, 2003). Sampel
dalam penelitian ini diambil secara Total Sampling yaitu tehnik penentu
sampel bisa semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Ruang
Rawat Inap dewasa RSUD Leuwiliang tahun 2015 sejumlah 81 responden.

33

Tahap selanjutnya, peneliti menetukan responden penelitian dengan


kriteria sebagai berikut :
a; Kriteria Inklusi
1; Perawat yang bekerja lebih dari 3 bulan
2; Melaksanankan tugas fungsional sebagai perawat
3; Bersedia

menjadi

responden

dalam

penelitian

dengan

menandatangani surat persetujuan


b; Kriteris eksklusi
1; Perawat yang sedang melaksanakan tugas atau studi di luar Rumah

Sakit
2; Perawat yang tidak dapat hadir dikarenakan libur, ijin, sakit, atau cuti

serta tanpa keterangan


3; Perawat yang menolak untuk diteliti karena alasan tertentu

H; Tempat Penelitian
Tempat dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Rawat Inap
Dewasa RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor.

I; Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini akan diselenggarakan pada bulan November
sampai bulan Desember Tahun 2015.
J; Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan adanya
rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan
izin kepada institusi atau lembaga penelitian (Nursamsiah, 2009). Setelah

34

peneliti dapat izin barulah peneliti melakukan penelitian dengan menekankan


masalah etika yang meliputi:
1; Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan


diteliti disertai judul penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak
memaksa dan menghormati hak subjek.
2; Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan


nama responden tetapi mencantumkan inisialnya saja.
3; Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan

informasi

responden

dijamin

peneliti,

hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


4; Privacy

Indentitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan


penelitian itu sendiri sehingga responden dapat secara bebas untuk
menentukan jawaban dari kuesioner tanpa takut intimidasi.

K; Pengumpulan Data
1; Alat Pengumpulan Data
Penelitian

ini

menggunakan

kuesioner

sebagai

instrumen

pengumpulan data. Instrumen ini dipilih berdasarkan pertimbangan

35

instrumen yang digunakan dapat mewakili tujuan penelitian dan variabelvariabel yang akan diukur.
2; Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif
yang diperoleh melalui penilaian dengan alat ukur kuesioner.
3; Sumber data
a; Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung melalui


alat ukur kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu perawat
RSUD Leuwiliang.
b; Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang sudah tersedia di RSUD


Leuwiliang Bogor melalui bidang keperawatan dan rekam medis.
4; Instrumen validitas dan reliabilitas
a; Validitas

Uji validitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
mengungkapkan uji validitas korelasi pearson product moment. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui korelasi antar skor tiap butir pertanyaan.

n y 2 ( y) 2
[n x 2 ( x 2)]
n( x y )( x)( y )
r=

Keterangan:
r

Koefisien korelasi

Jumlah responden

36

Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

x =

Jumlah skor dalam variabel x

y =

Jumlah skor dalam variabel y

Suatu kuesioner dinyatakan valid,


Bila r hitung > r tabel Ho ditolak, artinya variabel valid.
Bila r hitung > r tabel Ho diterima, artinya variabel tidal valid.
b; Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu


alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan uji cronbach alpha. Bila
cronbach alpha lebih besar (> 0,5) dari r table artinya variabel reliabel.
Bila cronbach alpha lebih kecil (< 0,5) dari r tabel artinya variabel tidak
reliabel.
5; Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Ruang Rawat Inap Dewasa RSUD


Leuwiliang Kabupaten Bogor, dengan prosedur sebagai berikut:

a; Tahap Persiapan
1;

Mendapatkan izin penelitian dari STIKes Wijaya Husada


Bogor.

2;

Peneliti mengurus perizinan di tempat penelitian yaitu RSUD


Leuwiliang Kabupaten Bogor.

37

b; Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1;

Memilih subjek penelitian sesuai dengan kriteria yang sudah


ditentukan oleh penelitian dan melakukan pendekatan dengan
calon responden.

2;

Memberikan informasi penelitian dengan jelas kepada subjek


penelitian dan mendapatkan persetujuan sebagai subjek
penelitian.

3;

Menentukan

responden

yang

dijadikan

sebagai subjek

penelitian.
4;

Membagikan kuesioner kepada responden untuk pengumpulan


data.

5;

Menjelaskan cara pengisian kuesioner dan tujuan penelitian


kepada responden. Responden memenuhi kriteria diberikan
angket agar bila ada pertnyaan dari responden peneliti dapat
segera menjelaskannya. Responden diingatkan agar semua
pertanyaan diisi dengan lengkap bila telah diisi selanjutnya
dikembalikan kepada peneliti.

6;

Mengumpulkan kuesioner dari responden dan diobservasi


kelengkapan pengisian kuesioner. Peneliti tidak langsung
meninggalkan responden sebelum pengumpulan data dari
responden lengkap sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam
penelitian.

7;

Mengucapkan
responden.

L; Metode Pengolahan

terima

kasih

atas

kerjasamanya

kepada

38

1; Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
tahap sebagai berikut:
a; Editing

Editing dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan terhadap


isian kuesioner sehingga jika ada yang belum lengkap bisa dilengkapi.
b; Coding

Peneliti memberikan kode terhadap setiap jawaban yang


diberikan dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data berbentuk angka dengan tujuan memudahkan pada saat analisis
data dan mempercepat entry data.
c; Entry

Memasukan jawaban-jawaban dari masing-masing responden


dalam bentuk kode ke dalam program SPSS.

d; Cleaning

Pengecekan kembali data yang sudah dimasukan untuk melihat


kemungkinan

adanya

kesalahan

kode,

ketidaklengkapan,

sebagainya.

M; Analisis Data
Ada beberapa macam analisis data, tetapi dalam penelitian ini peneliti
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.
1;

Analisa Univariat

dan

39

Analisis

univariat

bertujuan

unutk

menjelaskan

atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis


data univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data kategorik
digunakan nilai mean atau rata-rata.
2; Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga


berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian akan dilakukan
pengujian statistik dengan menggunakan chi-square. Dalam penelitian
kesehatan

uji

signifikan

dilakukan

dengan

menggunakan

batas

kemaknaan () = 0,05, dengan ketentuan hipotesis nol diterima bila p


value > 0,05 (p value > ) berarti uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan, sedangkan hipotesis nol ditolak bila p value <
0,05 (p value < ) berarti uji statistik menunjukkan ada hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen.

N; Prosedur Kerja Penelitian

Start
Studi pendahuluan

b;
Identifikasi Masalah
Studi pustaka
Tujuan penulisan dan
pembatasan masalah

40

c; penelitian
Identifikasi

Identifikasi

data

yang

diperlukan

Pengumpulan Data primer

Pengumpulan data
Penyebaran

kuesioner

penelitian

Editing dan Coding

Pengolahan data riset deskriftif

Analisa

Kesimpulan dan saran

sekunder

Anda mungkin juga menyukai